PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DENGAN MENGGUNAKAN MULTIMEDIA ANIMASI FLASH 3 DIMENSI UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA DIKLAT TEKNIK KOMPUTER DAN JARINGAN STANDAR KOMPETENSI PERAKITAN KOMPUTER.

(1)

“PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DENGAN MENGGUNAKAN MULTIMEDIA ANIMASI FLASH 3 DIMENSI

UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA DIKLAT TEKNIK KOMPUTER DAN JARINGAN

STANDAR KOMPETENSI PERAKITAN KOMPUTER”

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Jurusan Teknik Elektro Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan

Universitas Pendidikan Indonesia

Oleh : ROSSI SANGRA

E.0451.055564

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DENGAN MENGGUNAKAN MULTIMEDIA ANIMASI FLASH 3 DIMENSI

UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA DIKLAT TEKNIK KOMPUTER DAN JARINGAN

STANDAR KOMPETENSI PERAKITAN KOMPUTER

Oleh :

ROSSI SANGRA E.0451.055564 Mengesahkan/Menyetujui,

Pembimbing I

Drs. Tasma Sucita, ST, MT. NIP. 19641007 199101 1 001

Pembimbing II

Wawan Purnama, S.Pd, M.Si. NIP. 19671026 199403 1 004

Mengetahui,

Ketua Tim Pembimbing Skripsi

Program S-1 Jurusan Pendidikan Teknik Elektro Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan

Universitas Pendidikan Indonesia

Dr. Ade Gafar Abdullah, M.Si. NIP.19721113 199903 1 001

Ketua Jurusan Pendidikan Teknik Elektro Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan

Universitas Pendidikan Indonesia

Prof. Dr. H. Bachtiar Hasan, ST., MSIE. NIP. 19551204 198103 1 00


(3)

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Menggunakan Animasi Flash 3 Dimensi Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Diklat Teknik Komputer dan Jaringan Standar Kompetensi Perakitan

Komputer

Oleh Rossi Sangra

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Teknik dan Kejuruan

© Rossi Sangra 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2013


(4)

(5)

ABSTRAK

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dilatarbelakangi oleh hasil observasi awal pada mata diklat Teknik Komputer dan Jaringan di kelas X Teknik Komputer dan Jaringan di SMKN 1 Bojongpicung Kab. Cianjur. Observasi awal menunjukan bahwa kegiatan pembelajaran memiliki beberapa kendala seperti kurangnya keaktifan dan keterbukaan siswa dalam mengungkapkan gagasan serta permasalahan yang dihadapinya. Siswa juga kurang melakukan interaksi baik dengan guru maupun sesama siswa sehingga kesulitan siswa tidak dapat diketahui. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw diharapkan dapat meningkatkan keaktifan dan keterbukaan siswa dalam kegiatan pembelajaran.

Tujuan penelitian ini adalah menggambarkan profil kegiatan pembalajaran, sehingga dari hasil gambaran tersebut peneliti bersama guru dapat menyusun rencana pembelajaran yang sesuai dalam meningkatkan kegiatan pembelajaran. Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan teknik penelitian tindakan kelas, dimana terdapat empat siklus yang tiap siklusnya terdiri dari beberapa tahapan yaitu rencana, tindakan, observasi, dan refleksi.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan dikelas, keaktifan siswa secara keseluruhan mengalami peningkatan. Pada siklus ke-1, persentase keaktifan siswa adalah 68,75% yang dikategorikan cukup. Pada siklus ke-2, persentase keaktifan siswa meningkat menjadi 81,25% yang dikategorikan baik dan pada siklus ke -3 aktivitas terus meningkat menjadi 87,5% yang dikategorikan baik. kegiatan Pembelajaran Perakitan Komputer masih kurang efektif. Maka sangat besar kemungkinan diterapkannya model pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw menggunakan Multimedia Flash 3 Dimensi sebagai salah satu solusi alternatif masalah pembelajaran kelas. Kemudian siklus terakhir yaitu siklus ke -4 mencapai 100% siswa aktif yang dikategorikan sangat baik. Dari hasil wawancara dengan guru dan siswa, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan pendekatan kooperatif tipe jigsaw sangat menarik dan menyenangkan baik siswa maupun guru. Dari hasil analisa data diperoleh kesimpulan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat mengoptimalkan aktivitas belajar siswa dan meningkatkan prestasi belajar siswa.


(6)

I

Application of Jigsaw cooperative learning model is motivated by the results of preliminary observations on eye training Computer Engineering and Networks in class X Computer Engineering and Networks at SMK 1 Bojongpicung Kab. Cianjur. Preliminary observations indicate that the learning activities have several constraints such as lack of liveliness and openness of the students in expressing ideas and the problems it faces. Students also interact less well with teachers and fellow students so that students can not be known difficulties. Application of Jigsaw cooperative learning model is expected to improve the liveliness and openness of students in learning activities.

The purpose of this study is to describe the profile pembalajaran activities, so that the description of the results of research with teachers to plan appropriate learning activities to enhance learning. The methodology used in this study is a qualitative research technique of classroom action research, in which there are four cycles in which each cycle consists of several stages of planning, action, observation, and reflection.

Based on the observations made in class, student activity overall has increased. In the 1st cycle, the percentage of active students is 68.75% which is considered sufficient. In the 2nd cycle, the percentage of student activity increased to 81.25% which is well categorized and the cycle continues to -3 activity increased to 87.5% which is considered good. Computer Assembling Learning activities are less effective. Then it is highly likely implementation of the model using the Jigsaw Cooperative Learning Multimedia Flash Type 3 Dimension as one alternative solution class learning problems. Then the cycle to last cycle reached 100% -4 active students are categorized very well. From interviews with teachers and students, it can be concluded that the type of cooperative learning approach is very interesting and enjoyable jigsaw both students and teachers. From the data analysis it is concluded that the application of cooperative learning jigsaw activity to optimize student learning and improve student achievement. Keywords: Model Learning, Jigsaw, cooperative, action research


(7)

DAFTAR ISI

ABSTAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

DAFTAR TABEL ... v

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Balakang Masalah ... 1

1.2. Identifikasi Masalah ... 4

1.3. Rumusan masalah... 4

1.4. Tujuan Penelitian ... 6

1.5. Batasan Masalah... 6

1.6. Manfaat Penelitian ... 7

1.7. Anggapan Dasar ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 9

2.1. Belajar dan Hasil Belajar ... 9

2.2. Model Pembelajaran Menurut Teori Konstuktivisme ... 13

2.3. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw ... 16

2.4. Animasi Multimedia Flash ... 20

2.4.1. Mengenal Animasi Macromedia Flash ... 21

2.5. Perakitan Komputer ... 22

2.5.1. Pengertian Perakitan Komputer ... 22


(8)

iii

2.5.3. Macam dan Jenis Perakitan Komputer ... 23

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 24

3.1. Definisi Operasional... 24

3.2. Metode Penelitian... 25

3.3. Prosedur Penelitian... 28

3.4. Indikator Kinerja ... 35

3.5. Alur Penelitian ... 35

3.6. Lokasi da Subjek Penelitian ... 37

3.7. Populasi dan Sampel ... 37

3.7.1. Populasi ... 37

3.7.2. Sampel ... 38

3.8. Data dan Sumber Data Penelitian ... 39

3.8.1. Data Penelitian ... 39

3.8.2. Sumber Data Penelitian ... 40

3.9. Teknik Pengumpulan Data ... 40

3.9.1. Teknik Pengumpulan Data ... 40

3.9.2. Instrumen Penelitian ... 41

3.9.3. Uji Coba Instrumen Penelitian ... 42

3.9.3.1. Uji Instrumen Kualitatif ... 43

3.10.Teknik Pengelolaan Data ... 46

3.11.Kisi-Kisi Instrumen Penelitian ... 50


(9)

4.1. Gambaran Setting Penelitian ... 51

4.2. Profil Awal Pembelajaran ... 52

4.3. Refleksi Kegiatan Awal Pembelajaran... 52

4.4.Pengenalan dan Validasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw ... 53

4.5. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dan Refleksi ... 54

4.5.1. Siklus ke-1 (Hasil Pengamatan observer) ... 55

4.5.2. Siklus ke-2 (Hasil Pengamatan observer) ... 60

4.5.3. Siklus ke-3 (Hasil Pengamatan observer) ... 63

4.5.4. Siklus ke-4 (Hasil Pengamatan observer) ... 67

4.6. Analisis Hasil Belajar Kognitif ... 71

4.6.1. Hasil Pre-test dan Post-test Siklus I ... 72

4.6.2. Hasil Pre-test dan Post-test Siklus II ... 73

4.6.3. Hasil Pre-test dan Post-test Siklus III ... 73

4.6.4. Hasil Pre-test dan Post-test Siklus IV ... 74

4.7. Analisis Kelebihan dan Kendala Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Pada Mata Diklat Perakitan Komputer Dengan Menggunakan Multimedia Flash 3 Dimensi. ... 75

4.8. Pembahasan Hasil Penelitian ... 77

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 78

5.1. KESIMPULAN ... 78

5.2. SARAN ... 80


(10)

iii RIWAYAT HIDUP


(11)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Balakang Masalah

Pendidikan adalah hal yang sangat penting untuk terus dikembangkan agar tujuan negara yang ingin mencerdaskan bangsanya terpenuhi. Dalam dunia pendidikan, idealnya pendidikan tidak hanya berorientasi pada masa lalu dan masa kini, tetapi sudah seharusnya merupakan proses yang mengantisipasi dan membicarakan masa depan. Pendidikan hendaknya memikirkan jauh ke depan. Menurut Buchori (2001) dalam Khabibah (2006: 1), bahwa pendidikan yang baik adalah pendidikan yang tidak hanya mempersiapkan para siswanya untuk sesuatu profesi atau jabatan, tetapi untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari.

Salah satu masalah yang sekarang ini masih terjadi di dunia pendidikan adalah model pembelajaran konvensional yang masih saja digunakan oleh pendidik. Padahal, cara ini membuat siswa menjadi pasif, diam, menulis apa yang ditulis guru dan hanya mendengarkan guru saja. Dengan cara seperti ini, siswa umumnya jadi lebih mudah bosan dan akhirnya tidak bisa menerima apa yang disampaikan oleh guru.

Prestasi yang didapat pun kurang maksimal, karena guru mendominasi kelas dan anak didik tidak diberikan kesempatan untuk berkembang secara mandiri melalui penemuan dan proses berfikirnya. Padahal, seharusnya dalam proses belajar anak didik mengerti bagaimana itu belajar untuk belajar.


(12)

Rossi Sangra, 2013

Meskipun kenyataan telah memberikan bukti bahwa model pembelajaran konvensional tersebut memberikan hasil yang kurang baik, tetap saja para guru menerapkannya karena tidak memerlukan alat dan bahan praktek, cukup menjelaskan konsep-konsep yang ada pada buku ajar. Padahal sebagai pendidik diusahakan untuk bisa meningkatkan mutu pendidikan agar bisa bergabung dan maju di era globalisasi ini. Salah satu cara guru untuk meningkatkan mutu pendidikan adalah dengan diubahnya model pembelajaran.

Berdasarkan observasi yang dilakukan penulis ketika menjadi mahasiswa pendampingan SMK di salah satu SMK Negeri di Kab. Cianjur ditemukan bahwa, (i) proses pembelajaran mata diklat Teknik Komputer dan Jaringan (TKJ) yang dilakukan oleh guru cenderung monoton dan (ii) kurangnya respon dan minat belajar dari siswa untuk memperdalam materi. Siswa pada umumnya hanya menerima informasi yang diberikan oleh guru. Siswa lebih banyak mendengar, menulis apa yang diiformasikan oleh guru, mengerjakan bahan praktek, dan mengerjakan soal latihan. Akibatnya proses belajar mengajar dirasakan siswa cukup membosankan, tidak menarik, dan membuat siswa tidak termotivasi untuk belajar lebuh lanjut sehingga berdampak pada kurangnya siswa dalam memahami konsep-konsep secara terperinci dan sistematis pada mata diklat TKJ yang harus dikuasai.

Menurut pandangan konstruktifisme pengetahuan ditemukan, dibentuk, dan dikembangkan oleh siswa. Siswa membangun pengetahuan secara aktif, sementara guru perlu berusaha untuk mengembangkan kemampuan siswa. Dengan kata lain, pendidikan adalah interaksi antara pendidik dan peserta didik. Banyak


(13)

Cara yang digunakan sebagai solusi untuk meningkatkan potensi dan kemampuan siswa, antara lain model yang bersifat student centered seperti model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.

Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw termasuk pembelajaran kooperatif dengan sintaks seperti berikut ini : Pengarahan, informasi bahan ajar, buat kelompok heterogen, berikan bahan ajar (LKS) yang terdiri dari beberapa bagian sesuai dengan banyak siswa dalam kelompok, tiap anggota kelompok bertugas membahas bagian tertentu, tiap kelompok bahan belajar sama, buat kelompok ahli sesuai bagian bahan ajar yang sama sehingga terjadi kerja sama dan diskusi, kembali ke kelompok asal, pelaksnaan tutorial pada kelompok asal oleh anggotan kelompok ahli, penyimpulan, evaluasi, dan refleksi.

Siswa dituntut untuk bertanggung jawab terhadap kelompoknya, memahami konsep melalui situasi yang melibatkan keaktifan siswa dan menuntut pula siswa untuk berfikir kritis, yang akhirnya proses ini akan merangsang siswa untuk menyajikan apa yang ditemukan (pemahaman) dalam bentuk sajian (representasi).

Berdasarkan uraian diatas dan berbagai faktor lain yang mendukung penulis tertarik dan berminat untuk melakukan penelitian dengan judul : “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Dengan Menggunakan Multimedia Animasi Flash 3 Dimensi Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Diklat Teknik Komputer dan Jaringan Standar Kompetensi Perakitan Komputer”


(14)

Rossi Sangra, 2013

1.2. Identifikasi Masalah

Dalam proses penelitian diperlukan suatu proses identifikasi terhadap factor-faktor yang bisa mempengaruhi permasalahan yang sedang diteliti, sehingga bisa lebih jelas dan mudah. Oleh karena itu, peneliti mengidentifikasikan masalah tersebut dipengaruhi faktor-faktor sebagai berikut :

1. Aktifitas belajar peserta didik pada mata diklat TKJ kurang optimal. 2. Rendahnya keinginan dan keberanian siswa serta kesempatan untuk

berpartisipasi dalam kegiatan belajar mengajar.

3. Metode mengajar yang monoton dan kurang bervareasi, sehingga siswa atau kondisi kelas tidak lagi kondusif.

1.3. Rumusan Masalah

Perumusan masalah sangat diperlukan dalam suatu penelitian, agar maksud dan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian lebih terarah dan mempermudah untuk menentukan metode yang cocok dalam pemecahan masalah.

Sesuai dengan latar belakang masalah, maka rumusan masalah secara umum yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dapat mengoptimalkan kegiatan belajar mengajar pada mata diklat Teknik Komputer dan Jaringan di SMKN 1 Bojongpicung ?.

2. Apakah penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dapat memberikan motivasi kepada siswa untuk lebih aktif pada mata diklat Teknik Komputer dan Jaringan di SMKN 1 Bojongpicung ?.


(15)

3. Apakah penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw bisa membuat prestasi belajar siswa pada mata diklat Teknik Komputer dan Jaringan di SMKN 1 Bojongpicung meningkat ?.

Berdasarkan rumusan masalah secara umum di atas, maka dibuat rumusan masalah secara khusus sebagai berikut :

1. Bagaimana kemungkinan diterapkannya model pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw pada mata diklat Teknik Komputer dan Jaringan ?

2. Bagaimana menemukan pola tahapan-tahapan dalam proses kegiatan belajar dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif Tipe

Jigsaw ?

3. Bagaimana aktivitas siswa dan guru dalam proses kegiatan pembelajaran pada saat diterapkan proses pembelajaran model pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw ?

4. Bagaimana hasil pre-test dan post test siswa tiap siklus dan hasil tes sub sumatif siswa dalam mata diklat Teknik Komputer dan Jaringan ? 5. Apa saja kendala-kendala dan kelebihan penerapan model

pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw yang dialami guru dan siswa pada mata diklat Teknik Komputer dan Jaringan ?


(16)

Rossi Sangra, 2013

1.4. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini sebagai berikut :

1. Penerapan model pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw bisa mengoptimalkan kegiatan belajar mengajar pada mata diklat Teknik Komputer dan Jaringan di SMKN 1 Bojongpicung.

2. Penerapan model pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw bisa memberi motivasi kepada siswa untuk lebih aktif pada mata diklat Teknik Komputer dan Jaringan di SMKN 1 Bojongpicung.

3. Penerapan model pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw bisa membuat kegiatan belajar mengajar dalam kelas lebih kondusif pada mata diklat Teknik Komputer dan Jaringan di SMKN 1 Bojongpicung.

1.5. Batasan Masalah

Pembatasan masalah sangat diperlukan agar dalam pembatasan masalah yang akan ditulis penulis tidak menyimpang dan tepat sasaran, serta untuk menghindari meluasnya permasalahan yang akan dikaji. Pembatasan masalah ini sebagai berikut :

1. Kompetensi materi mata diklat TKJ yang diberikan yaitu Perakitan Komputer dan Instalasi Software..

2. Lingkup penelitian dilakukan di SMKN 1 Bojongpicung dengan siswa kelas X Progam keahlian Teknik Komputer dan Jaringan.


(17)

1.6. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Bagi Siswa. Penelitian ini diharapkan dapat memunculkan potensi

siswa yang berkopetensi, sehingga siswa diharapkan memiliki keahlian yang bermanfaat di masa yang akan datang baik bagi yang bersangkutan atau siswa lainnya maupun keluarga, masyarakat, bangsa dan negara.

2. Bagi Guru. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan

untuk meningkatkan dan mengembangkan kemampuan

profesionalisme dalam menyelenggarakan proses pembelajaran yang bekualitas.

3. Bagi Sekolah. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan untuk memperbaiki mutu pengajaran berdasarkan kurikulum yang berlaku di sekolah dan dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan pendidikan.

4. Bagi Penulis. Penelitian ini diharapkan dapat menambah pemahaman dan wawasan penulis dalam menerapkan alternative model pembelajaran yang sisesuaikan dengan kebutuhan mutu pendidikan. 1.7. Anggapan Dasar

Menurut Suharsimi Arikunto (2002:58), manfaat merumuskan anggapan dasar adalah :


(18)

Rossi Sangra, 2013

1. Agar ada dasar yang kukuh bagi masalah yang sedang diteliti 2. Untuk menegaskan variabel menjadi pusat penelitian

3. Guna menentukan dan merumuskan hipotesis

Sedangkan menurut Winarno Surakhmad (Suharsimi Arikunto, 2002:58) berpandangan bahwa “Anggapan dasar atau postulat adalah sebuah titik tolak pemikiran yang kebenarannya diterima oleh penyidik”.

Sehingga berdasarkan pernyataan-pernyataan di atas, dalam penelitian ini yang menjadi anggapan dasar adalah :

1. Kompetensi materi TKJ yang diberikan sesuai dengan kurikulum yang berlaku.

2. Model pembelajaran merupakan salah satu faktor utama yang dapat membantu proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

3. Prestasi belajar mengajar siswa dipengaruhi oleh faktor internal yang datang dari individu itu sendiri dan faktor eksternal yang dating dari luar.

4. Setiap siswa memiliki potensi untuk mencapai prestasi belajar yang optimal.


(19)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Definisi Operasional

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw merupakan suatu model pembelajaran strategi yang berpusat kepada siswa (Student Center) dimana siswa dituntut untuk bekerjasama dan bertanggung jawab baik kepada dirinya maupun kepada kelompoknya. Cooperative Learning suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratoratif yang anggotanya terdiri dari 4-6 orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen dan keberhasilan belajar dari kelompok tergantung pada kemampuan dan aktivitas anggota kelompok, baik secara individual maupun secara kelompok (Slavin, 1984).

Secara garis besar metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw yaitu sebagai berikut :

1. Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah model pembelajaran yang terdiri dari kelompok asal dan kelompok ahli. Pada kelompok asal siswa dibagi menjadi beberapa kelompok sesuai bahan ajarnya dengan karakteristik heterogen. Setiap siswa pada kelompok asal bertanggung jawab terhadap masing-masing bahan ajar sesuai ahlinya, anggota dari kelompok asal bertemu menjadi kelompok ahli untuk saling membantu tentang topik pembelajaran yang ditugaskan pada mereka, kemudian mereka kembali ke kelompok asal


(20)

Rossi Sangra, 2013

dan menjelaskan apa yang telah mereka pelajari pada anggota kelompok asalnya.

2. Soft skill adalah keterampilan seseorang dalam berhubungan dengan orang lain (interpersonal skills) meliputi kemampuan dalam menghargai orang lain, kemampuan dalam menanggapi pendapat/saran dan kemampuan dalam bekerjasama dan keterampilan dalam mengatur dirinya sendiri (intrapersonal skills) meliputi kemampuan dalam bertidak, percaya diri dan kemampuannya dalam bertanggung jawab.

4. Prestasi belajar siswa merupakan hasil dari proses belajar ranah kognitif yang dicerminkan oleh skor ulangan siswa.

3.2.Metode penelitian

Metode merupakan cara yang dilakukan seseorang untuk mencapai tujuan. Menurut Suharsimi (2007:2) penelitian adalah suatu kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti. Menurut Sukardi (dalam Juli Hadi Purnama, 2008:38) metode penelitian adalah kegiatan yang secara sistematis, direncanakan dan mengikuti aturan-aturan oleh yahg dilakukan para peneliti untuk memecahkan permasalahan yang akan diteliti.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research). Pada penelitian ini penulis membahas tentang bagaimana penerapan model pembelajaran konstektual dapat mengatasi


(21)

permasalahan dalam hal interaksi siswa dalam belajar sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata diklat Teknik Komputer dan Jaringan. Menurut Suhardjono (2007:58) penelitian tindakan kelas adalah penelitian tindakan (action research) yang dilakukan dengan tujuan mutu prakter pembelajaran di kelasnya. Penelitian tindakan kelas berfokus pada kelas atau pada proses belajar mengajar yang terjadi di kelas, bukan pada input kelas ( silabus,materi dan lain-lain) ataupun output (hasil belajar). Penelitian tindakan kelas harus tertuju atau mengenai hal-hal yang terjadi di dalam kelas.

Suharsimi (2007:2) menjelaskan penelitian tindakan kelas melalui paparan gabungan definisi dari 3 kata, Penelitian + Tindakan +Kelas sebagai berikut :

1. Penelitian adalah kegiatan mencermati suatu objek, menggunakan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat untuk meningkatkan mutu suatu hal yang menarik suatu minat dan penting bagi peneliti.

2. Tindakan adalah suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu, yang dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan. 3. Kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama menerima

pelajaran yang sama dari seorang guru.

Dengan menggabungkanbatasan pengertian tiga kata inti di atas maka dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas adalah suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan dari guru yang dilakukan oleh siswa.

Dalam pengertian lain penelitian kelas menurut supardi (2007:104) diawali dengan perencanaan tindakan (planning), penerapan tindakan (action), mengobservasi dan mengevaluasi (observation and evaluation) dan melakukan


(22)

Rossi Sangra, 2013

refleksi (reflecting), dan seterusnya sampai perbaikan atau peningkatan yang diharapkan tercapai (kriteria keberhasilan) sebagaimana gambar di bawah ini :

Gambar 3.1 Spiral penelitian tindakan kelas (Hopkins,1993) Supardi (2007:105)

Perencanaan

SIKLUS I

Pengamatan

Perencanaan

Refleksi Pelaksanaan

SIKLUS II

Pengamatan

Perencanaan

SIKLUS III

Pengamatan

dst Refleksi

Refleksi

Pelaksanaan


(23)

Menurut Suhardjono (2007:62) penelitian tindakan kelas memiliki ciri khusus yaitu adanya tindakan (action) yang nyata. Tindakan itu dilakukan pada situasi alami dan ditujukan untuk memecahkan permasalahn praktis. Tindakan tersebut merupakan sesuatu yang disengaja dilakukan dengan tujuan tertentu. Pada penelitian tindakan, kegiatan tersebut dilakukan dalam rangkaian siklus kegiatan.

Dari beberapa penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa penelian tindakan kelas adalah suatu pengamatan terhadap kegiatan pembelajaran untuk mengambil tindakan yang sengaja dilakukan demi perbaikan proses pembelajaran di kelas. Penelitian tindakan kelas berlangsung secara alami dan dilakukan dalam rangkaian siklus.

3.3. Prosedur Penelitian

Menurut Supardi (2007:117) prosedur pelaksanaan penelitian tindakan kelas memiliki empat tahap. Keempat tahap tersebut adalah: perencanaan (planning), pelaksanaan tindakan (acting), observasi (observation) dan refleksi (reflection). Kegiatan-kegiatan tersebut dengan satu siklus kegiatan pemecahan masalah. Apabila satu silkus belum menunjukkan tanda-tanda pemecahan masalah kearah perbaikan (peningkatan mutu), kegiatan riset dilanjutkan pada siklus kedua, dan seterusnya, sampai peneliti merasa puas. Indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas jika terjadi kenaikan hasil belajar yang signifikan pada


(24)

Rossi Sangra, 2013

Adapun siklus kegiatan masalah pada penelitian tindakan kelas dapat dilihat pada gambar 3.3 dibawah ini :

Gambar 3.2 Siklus Kegiatan Masalah (Supardi, 2007:117)

Berikut Penjelasan dari masing-masing langkah kegiatan pada penelitian tindakan kelas :

a. Perencanaan (Planning)

Tahapan ini berupa menyusun rancangan tindakan yang menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, di mana, oleh siapa dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan. Pada penelitian tindakan kelas dimana peneliti dan guru

Re-reflecting Revised planning

Reflecting

Planning

Acting Re-acting

Observing


(25)

adalah orang yang berbeda, dalam tahap menyusun rancangan harus ada kesepakatan antara keduanya. Rancangan harus dilakukan bersama antara guru yang akan melakukan tindakan dengan peneliti yang akan mengamati proses jalannya tindakan. Hal tersebut untuk mengurangi subjektivitas pengamat serta mutu kecermatan amatan yang dilakukan. Pada tahap perencanaan peneliti menentukan fokus peristiwa yang perlu mendapatkan perhatian khusus untuk diamati, kemudian membuat sebuah instrumen pengamatan untuk merekam fakta yang terjadi selama tindakan berlangsung (Suhardjono,2007:75).

Tindakan untuk pemecahan mesalah yaitu menyusun rencana tindakan termasuk revisi dan perubahan rencana yang hendak dilakukan dalam pembelajaran Teknik Komputer dan Jaringan, termasuk sistem penilaiannya yang mengacu pada pelaksanaan KTSP. Dalam kaitan rencana disusun secara kolaboratif antara peneliti dengan guru Teknik Komputer dan Jaringan.

Hal yang perlu dilaksanakan pada tahap ini adalah :

1. Menentukan kelas subjek yang akan diteliti, yaitu kelas X Teknik Komputer dan Jaringan.

2. Menetapkan jumlah siklus, yaitu 4 silkus. Setiap siklus adalah pokok bahasan mengenai mengopersikan Perakitan Komputer.

3. Menyiapkan sumber belajar dam metode mengajar berdasarkan model pembelajaran untuk setiap siklusnya, yaitu berupa ceramah, demonstrasi, praktek, diskusi dan Tanya jawab.


(26)

Rossi Sangra, 2013

5. Menentukan observer, dan alat bantu observer.

6. Menentukan cara pelaksanaan refleksi dan refleksi.

7. Menetapkan kriteria keberhasilan dalam upaya pemecahan masalah.

b. Tindakan (Action)

Pada tahap ini, rancangan strategi dan scenario penerapan pembelajaran akan ditetapkan. Rancangan tindakan tersebut tentu saja telah “dilatihkan” kapada si pelaksana tindakan (guru) untuk dapat diterapkan di dalam kelas sesuai dengan skenarionya. Skenario dari tindakan harus dilaksanakan dengan baik dan tampak wajar. Skenario atau rancangan tindakan yang akan dilakukan hendaknya dijabarkan serinci mungkin secara tertulis. Rincian tindakan itu menjelaskan (a) langkah demi langkah kegiatan yang dilakukan, (b) kegiatan yang seharusnya dilakukan oleh guru, (c) kegiatan yang diharapkan dilakukan oleh siswa, (d) rincian tentang media pembelajaran yang akan digunakan dan cara menggunakannya, (e) jenis instrumen yang akan digunakan untuk perngumpulan data/pengamatan disertai dengan penjelasan rinci bagaimana menggunakannya (Suhardjono, 2007:77).

Beberapa kegiatan yang dilakukan pada tahap ini antara lain :

1. Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok, yaitu 5 kelompok dimana tiap kelompok dengan komposisi tingkat kemampuan yang berbeda,


(27)

2. Guru selaku praktisi melaksanakan pembelajaran Teknik Komputer dan Jaringan menggunakan model pembelajaran kontekstual,

3. Setelah proses belajar mengajar selesai, guru menyuruh siswa untuk mengerjakan latihan, job sheet atau memberikan port test.

4. Observer melakukan observasi terhadap kegiatan proses pembelajaran, baik terhadap guru maupun terhadap siswa,

Gambaran Siklus pertama:

Pelaksanaan pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw yang dilengkapi dengan media rencana pembelajaran, alat peraga, dengan tahapan-tahapan yang sesuai dengan rencana pembelajaran sebagai berikut :

 Guru membagi suatu kelas menjadi beberapa kelompok, dengan setiap

kelompok terdiri dari 4 – 6 siswa dengan kemampuan yang berbeda. Kelompok ini disebut kelompok asal. Jumlah anggota dalam kelompok asal menyesuaikan dengan jumlah bagian materi pelajaran yang akan dipelajari siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Dalam tipe Jigsaw ini, setiap siswa diberi tugas mempelajari salah satu bagian materi pembelajaran tersebut. Semua siswa dengan materi pembelajaran yang sama belajar bersama dalam kelompok yang disebut kelompok ahli (Counterpart Group/CG). Dalam kelompok ahli, siswa mendiskusikan bagian materi pembelajaran yang sama,


(28)

Rossi Sangra, 2013

jika kembali ke kelompok asal. Kelompok asal ini oleh Aronson disebut kelompok Jigsaw (gigi gergaji). Misal suatu kelas dengan jumlah 35 siswa dan materi pembelajaran yang akan dicapai sesuai dengan tujuan pembelajarannya terdiri dari 5 bagian materi pembelajaran, maka dari 35 siswa akan terdapat 5 kelompok ahli yang beranggotakan 4 siswa dan 5 kelompok asal yang terdiri dari 5 siswa. Setiap anggota kelompok ahli akan kembali ke kelompok asal memberikan informasi yang telah diperoleh atau dipelajari dalam kelompok ahli. Guru memfasilitasi diskusi kelompok baik yang ada pada kelompok ahli maupun kelompok asal.

 Setelah siswa berdiskusi dalam kelompok ahli maupun kelompok asal,

selanjutnya dilakukan presentasi masing-masing kelompok atau dilakukan pengundian salah satu kelompok untuk menyajikan hasil diskusi kelompok yang telah dilakukan agar guru dapat menyamakan persepsi pada materi pembelajaran yang telah didiskusikan.

 Guru memberikan kuis untuk siswa secara individual.

 Guru memberikan penghargaan pada kelompok melalui skor

penghargaan berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya.

 Materi sebaiknya secara alami dapat dibagi menjadi beberapa bagian


(29)

 Perlu diperhatikan bahwa jika menggunakan Jigsaw untuk belajar

materi baru maka perlu dipersiapkan suatu tuntunan dan isi materi yang runtut serta cukup sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. c. Pengamatan (Observation)

Pada tahap ini peneliti melakukan pengamatan dan mencatat semua hal yang diperlukan selama tindakan pelaksanaan berlangsung. Pengumpulan data ini dilakukan dengan menggunakan format observasi/penilaian yang telah disusun, termasuk juga pengamatan secara cermat pelaksanaan. Pelaksanaan skenario tindakan dari waktu ke waktu serta dampaknya terhadap proses hasil belajar siswa. Data yang dikumpulkan dapat berupa data kuantitatif yaitu hasil

pre-test dan post-test atau data kualitatif yang menggambarkan keaktifan siswa, antusias siswa, mutu diskusi, dan lain-lain. Instrumen yang umum dipakai adalah lembar observasi dan catatan lapangan yang dipakai untuk memperoleh data secara objektif yang tidak dapat terekam melalui lembar observasi, seperti aktivitas siswa selama pemberian tindakan berlangsung, reaksi siswa, atau petunjuk lain yang dapat dipakai sebagai bahan dalam analisis dan untuk keperluan refleksi (Suhardjono, 2007 : 78).

d. Refleksi (Reflection)

Tahapan ini dimaksudkan untuk mengakji secara menyeluruh tindakan yang telah dilkukan, berdasarkan data yang telah terkumpul, kemudian yang dilakukan evaluasi guna menyempurnakan tindakan berikutnya. Langkah reflektif ini berusaha mencari alur pemikiran yang logis dalam kerangka kerja


(30)

Rossi Sangra, 2013

strategik. Langkah reflektif ini juga dapat digunakan untuk menjawab variasi situasi social dan isu sekitar yang muncul sebagai konsekuansi adanya tindakan terencana (Suhardjono, 2007:80). Refleksi dalam penelitian tindakan kelas mencakup analisis, sintesis, dan penilaian terhadap hasil pengamatan atas tindakan yang dilakukan. Jika terdapat masalah dari proses refleksi maka dilakukan proses pengkajian ulang siklus berikutnya yang meliputi kegiatan : perencanaan ulang, tindakan ulang melalui, dan pengamatan ulang sehingga permasalahan dapat teratasi (Hopkins dalam Suhardjono 2007:80).

3.4. Indikator Kinerja (Kriteria Keberhasilan)

Kriteria keberhasilan dalam penemuan dan pengujian serta peningkatan kualitas pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe

jigsaw, diharapkan akhirnya akan bermuara pada peningkatan aktivitas dan interaksi siswa dan peningkatan hasil belajar siswa. Untuk menerapkan kriteria keberhasilan tersebut diatas, maka digunakan kriteria berikut ini :

a. Jika pemahaman siswa terhadap konsep yang diberikan semakin meningkat setiap siklusnya.

b. Jika hasil belajar siswa (individu) melalui pre-test dan post-test setiap siklus yang mendapat nilai rata-rata diatas 70 sudah lebih besar dari 70% maka sudah dikatakan berhasil dan silkus berikutnya tidak dilanjutkan lagi.


(31)

Rossi Sangra, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Menggunakan Multimedia Animasi Flash 3 c. Jika grafik aktivitas siswa pada proses pembelajaran kooperatf tipe

jigsaw semakin meningkat pada setiap siklus.

d. Jika kelas sudah mencapai titik jenuh, dilihat dari persentase keberhasilan pelaksanaan model pembelajaran kooperif tipe jigsaw

yang stagnan (tidak mengalami peningkatan).

3.5. Alur Penelitian

Untuk memperjelas prosedur penelitian maka dibuatlah alur penelitian dari perencanaan awal, tindakan dan refleksi untuk tiap siklusnya. Secara keseluruhan bisa digambarkan seperti di bawah ini :

Rencana tindakan:  Menetapkan model

pembelajaran,

 Menetapkan metode mengajar dan media

Orientasi dan observasi pada SMKN I Bojongpicung, Cianjur

 Latar belakang  Guru dan siswa

 Kegiatan pembelajaran  Sumber pembelajaran  kurikulum

Kegiatan pratindakan  Menetapkan

metode penelitian  Menyusun rencana

pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif jigsaw

Identifikasi

Pelaksanaan tindakan siklus I

Observasi dan evaluasi pelaksanaan tindakan siklus I

Analisis refleksi tindakan siklus I Rencana revisi tindakan siklus Pelaksanaan tindakan siklus II Analisis refleksi Rencana revisi

Observasi dan evaluasi pelaksanaan tindakan siklus II


(32)

Rossi Sangra, 2013

Gambar 3.3 Tindakan dan refleksi untuk tiap siklus

Dapat dilihat pada alur penelitian di atas, penelitian ini dilakukan dengan empat siklus. Untuk setiap siklusnya, tindakan diobservasi dan dievaluasi oleh

observer bersama-sama peneliti dan guru. Kegiatan observasi dan evaluasi tindakan setiap siklus akan dilanjutkandengan analisis refleksi yang akan menghsilkan rencana revisi tindakan untuk siklus berikutnya. Setiap rencana revisi tindakan terdiri langkah-langkah berdasarkan analisis refleksi yang berasal dari observasi dan evaluasi.

3.6.Lokasi dan Subjek Penelitian 3.6.1. Lokasi Penelitian

Analisis refleksi tindakan siklus IV Evaluasi seluruh

tindakan

Observasi dan evaluasi pelaksanaan tindakan siklus IV


(33)

Lokasi penelitian adalah Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 Bojongpicung Jl. Moch Ali,Darmaga Desa. Sukaratu Kec. Bojongpicung Kab. Cianjur kode pos 43283.

3.6.2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X TKJ 1 sebanyak 35 orang dengan rincian 15 siswa dan 20 siswi.

3.7. Populasi dan Sampel 3.7.1. Populasi

Nana Sudjana (2007:84) menyatakan bahwa :

Populasi maknanya berkaitan dengan elemen yakni unit tempat diperoleh informasi. Elemen tersebut bisa individu, keluarga, rumah tangga, kelompok social, sekolah, kelas, organisasi, dan lain-lain. Dengan kata lain populasi adalah kumpulan dari sejumlah elemen.

Populasi sebagai sumber data dalam penelitian ini adalah siswa kelas X yang mengikuti mata diklat TKJ di SMKN 1 Bojongpicung dengan jumlah keseluruhan 171 orang.

3.7.2. Sampel

Suhasimi Arikunto (2006:134) menuliskan batasan mengenai sampel yaitu :

Untuk sekedar ancer-ancer maka apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih.


(34)

Rossi Sangra, 2013

Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti. Pengambilan sampel harus dilakukan sedemikian rupa sehingga diperoleh sampel yang benar-benar dapat berfungsi. Dalam penelitian ini penarikan sampel dilakukan dengan teknik cluster sampling. Teknik cluster sampling

adalah teknik penarikan sampel dari populasi yang cukup besar sehingga dibuat beberapa kelas atau kelompok. Teknik tersebut sangat cocok untuk digunakan dalam penelitian ini, karena populasi yang ada telah dikelompok-kelompokkan berdasarkan kelas. Dengan demikian, analisis sampel ini bukan individu, tetapi kelompok yaitu berupa kelas yang terdiri dari beberapa individu. Dalam penentuan kelas eksperimen dan kontrol dilakukan tanpa acak. Adapun sampel dalam penelitian ini sebanyak 35 orang.

3.8. Data dan Sumber Data Penelitiasn 3.8.1. Data penelitian

Nana Sudjana dan Ibrahim (2007:83) menyatakan bahwa “setiap penelitian memerlukan data dan informasi dari sumber-sumber yang dapat dipercaya agar data dan informasi tersebut dapat digunakan untuk menjawab masalah penelitian atau untuk menguji hipotesis”. Data adalah hasil pencatatan peneliti, baik yang berupa fakta maupun angka. Dari sumber SK Menteri P dan K no. 0259/U/1977 tanggal 11 Juli 1977


(35)

disebutkan bahwa data adalah segala fakta dan angka yang akan dijadikan bahan untuk menyusun suatu informasi, sedangkan Suharsimi Arikunto (2006:118), menyatakan bahwa informasi adalah hasil pengelolaan data yang dipakai untuk suatu keperluan.

Data atau informasi tersebut adalah data empiris, yaitu data lapangan atau data yang terjadi sebagaimana terjadi. Data tersebut harus jelas sumber serta bentuknya apakah dalam bentuk dokumen tertulis atau tidak, serta kapan waktu diperolehnya data tersebut. Data yang dimaksud tersebut adalah penilaian hasil belajar siswa dalam mata diklat Teknik Komputer dan Jaringan. Adapun data yang diperlukan dalam penelitian ini yaitu :

a. Materi mata diklat Teknik Komputer dan Jaringan

b. Nilai tes insteumen (pre-test dan pos-test) untuk melihat perkembangan prestasi belajar siswa.

3.8.2. Sumber Data Penelitian

Suharsimi Arikunto (2006:129) menyatakan bahwa :

Yang dimaksud sumber data dalam penelitian adalah subjek darimana data dapat diperoleh. Apabila penelitian menggunakan kuisioner atau wawancara dalam pengumpulan datanya, maka sumber data tersebut responden. Apabila penelitian menggunakan dokumentasi maka dokumen atau catatlah yang menjadi sumber data, sedangkan isi catatan adalah subjek penelitian atau peubah penelitian.

Sumber utama data dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMKN 1 Bojongpicung yang sedang mengikuti Mata Diklat Teknik


(36)

Rossi Sangra, 2013

Komputerdan Jaringan. Selain itu digunakan juga buku-buku literatur yang dapat menunjang proses belajar mengajar Teknik Komputer dan Jaringan.

3.9. Teknik Pengumpulan Data 3.9.1. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yaitu cara yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam suatu penelitian. Dalam pelaksanaan penelitian ada beberapa teknik yang penulis gunakan, antara lain :

a. Observasi

Studi ini digunakan untuk mendapatkan informasi tentang teori atau pendekatan yang erat hubungannya dengan permasalahan yang sedang diteliti. Studi ini dilakukan dengan cara mengamati aktifitas siswa pada saat penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw

pada mata diklat keahlian Teknik Komputer dan Jaringan.

b. Tes

Nana Sudjana (2007:100) menyatakan bahwa “Tes adalah alat ukur yang diberikan kepada individu untuk mendapatkan jawaban-jawaban yang diharapkan baik secara tertulis atau lisan atau secara perbuatan”.

Pre-test dan post-test pada setiap siklus untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap materi pelajaran dalam kopetensi yang


(37)

telah diajarkan dan peningkatan hasil belajar siswa setiap siklus dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw

dalam bentuk essay. c. Dokumentasi

Foto-foto kegiatan pembelajaran model kooperatif tipe jigsaw. Penggunaan arsip-arsip seperti silabus, berkas-berkas kurikulum, dan lain sebagainya.

d. Pedoman Wawancara

Untuk mengetahui kegiatan yang terjadi selama proses pembelajaran berlangsung menggunakan model kooperatif tipe jigsaw.

e. Pedoman Aktifitas dan Angket

Untuk mengetahui aktifitas siswa, kesan, dan tanggapan siswa yang mengukuti kegiatan pembelajaran.

3.9.2. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan bentuk penjabaran operasional dari peubah-peubah yang telah ditentukan sebelumnya secara teoritis. Setiap item instrumen dirancang agar hasil data empiris sebagaimana adanya dan sebelum membuat instrumen penelitian, terlebih dahulu membuat kisi-kisi instrumen agar instrumen yang dibuat dapat secara tepat mewakili indikator yang diharapkan pada responden penelitian.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari seperangkat tes terdiri Pre-test-post-test pada setiap siklus dalam bentuk


(38)

Rossi Sangra, 2013

pilihan yang digunakan untuk mengukur penguasaan materi Teknik Komputer dan Jaringan. Catatan lapangan untuk menemukan pola penerapan tahapan-tahapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Observasi, pedoman aktifasi siswa, angket, dan dokumen untuk mendapatkan data tentang aktifitas belajar siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar Teknik Komputer dan Jaringan.

3.9.3. Uji coba Instrumen Penelitian

Maksud dari penguji coba instrument ini adalah suatu pengujian yang dilakukan olek peneliti terhadap instrumen yang digunakan. Sebaiknya instrumen yang akan digunakan sebagai alat pengumpulan data terlebih dahulu diujicobakan kepada kelas dalam populasi selain kelas sample penelitian. Hal ini bertujuan mendapatkan alat ukur (instrumen) yang valid dan reabel.

Setelah melakukan uji coba, hasil data tersebut dianalisis untuk menyeleksi soal-soal yang telah dibuat. Apabila ada soal-soal yang tidak memenuhi syarat, maka tidak akan digunakan dalam instrumen penelitian.

3.9.3.1. Uji Instrumen Kualitatif

Menurut Hopkins (Rochiati Wiriaatmadja, 2007:108) ada beberapa bentuk validasi yang dapat dilakukan dalam penelitian tindakan kelas (PTK), misalnya:

Dengan melakukan member check, yakni memeriksa kembali keterangan-keterangan atau informasi data yang diperoleh selama


(39)

observasi atau wawancara dari narasumber (kepala sekolah, guru, teman sejawat, siswa, dan lain-lain) apakah keterangan atau informasi atau penjelasan itu tetap sifatnya atau tidak berubah sehingga dapat dipastikan keajegannya dan data itu terperiksa kebenarannya.

Validasi juga dapat dilakukan degan triangulasi dengan meminimalkan subjektivitas, yaitu memeriksa kebenaran hipotesis, konstruk ataupun analisis yang timbul dengan membandingkan dengan hasil orang lain, misalnya peer observer yang hadir dan menyaksikan situasiyang sama. Bentuk lain dari triangulasi adalah: triangulasi waktu, triangulasi ruang, triangulasi peneliti, dan triangulasi teoretis (Burns, 1999:164). Triangulasi waktu dapat dilakukan dengan mengumpulkan data dalam waktu yang berbeda, sedapat mungkin meliputi rentangan waktu tindakan dilaksanakan dengan frekuensi yang memadai untuk menjamin bahwa efek perilaku tertentu bukan hanya suatu kebetulan. Misalnya, data tentang proses pembelajaran dengan seperangkat teknik tertentu dapat dikumpulkan pada jam awal, tengah dan siang pada hari yang berbeda dan jumlah pengamatan yang memadai, katakanlah 4-5 kali. Triangulasi peneliti dapat dilakukan dengan pengumpulandata yang sama oleh beberapa peneliti sampai diperoleh data yang relative konstan. Misalnya dua atau tiga peserta penelitian dapat mengalami proses pembelajaran yang sama dengan waktu yang sama pula. Triangulasi ruang dapat dilakukan dengan mengumpulkan data yang sama ditempat yang berbeda.


(40)

Rossi Sangra, 2013

ajang penelitian yang sama dan data yang sama dikupulkan dari kelas-kelas tersebut. Triangulasi teoretis dapat dilakukan degan memaknai gejala perilaku tertentu dengan dituntun oleh beberapa teori yang berbeda tetapi terkait. Misalnya, perilaku tertentu yang menyiratkan motivasi dapat ditinjau dari teori motivasi aliran yang berbeda: aliran behavoristik, kognitif, dan konstruktivis (Suwasih Madya, 2007).

Selanjutnya validasi juga dapat dilakukan dengan audit trail. Audit trail dilakukan dengan memeriksa catatan-catatan yang ditulis oleh peneliti atau peer observer. Audit trail dapat dilakukan oleh kawan sejawat peneliti yang memiliki pengetahuan dan keterampilan melalui PTK

Pada tahap akhir validasi, dapat dilakukan dengan meminta nasihat kepada pakar, yang disebut expert opnion, yang dalam hal ini adalah pembimbing penelitian. Pakar atau pembimbing akan memberikan arahan atau judgements terhadap maslah-masalah penelitian. Perbaikan, modifikasi atau penghalusan berdasarkan arahan pembimbing atau pakar selanjutnya akan memvalidasi hipotesis, konstruk, atau kategori dan analisis yang peneliti lakukan. Dengan demikian akan meningkatkan derajat kepercayaan penelitian.

Reliabilitas data PTK secara hakiki memang rendah karena situasi PTK terus berubah dan proses PTK bersifat transformatif tanpa kendali apapun (alami)sehingga sulit untuk mencapai reliabilitas yang tinggi, padahal tingkat realiabilitas tinggi hanya dapat dicapai dengan mengendalikan hamper seluruh aspek situasi yang dapat berubah


(41)

(variabel) dan hal ini tidak mungkin atau tidak baik dilakukan dalam PTK. Karena akan bertentangan dengan cirri khas penelitian tindakan itu sendiri, yang salah satunya adalah kontekstual/situasional dan terlokalisasi, dengan perubahan yang menjadi tujuannya. Penilaian peneliti menjadi salah satu tumpuan reliabilitas PTK. Cara-cara meyakinkan orang atas reliabilitas PTK termasuk : menyajikan (dalam lampiran) data asli seperti transkip wawancara dan catatan lapangan (bila hasil penlitian dipublikasikan), menggunakan lebih dari satu sumber data untuk mendapatkan data yang sama dan kolaborasi dengan sejawat atau orang lain yang relevan (Suwasih Madya,2007).

Penelitian PTK dapat menggunakan metode ganda dan perspektif kolaborator untuk memperoleh gambaran yang lebih objektif. Proses penelitian kolaboratif memperkuat kesempatan bagi hasil penelitian tentang praktik pendidikan untuk diumpanbalikkan ke sistem pendidikan dengan cara yang lebih substansial dan kritis. Proses tersebut mendorong guru untuk berbagi masalah-masalah umum dan bekerjasama sebagai masyarakat penelitian untuk memeriksa asumsi, nilai dan keyakinan yang sedang mereka pegang dalam kultur politik lembaga tempat mereka bekerja. Proses kelompok dan tekanan kolektif kemungkinan besar akan mendorong keterbukaan terhadap perubahan kebijakan dan praktik.Selain itu, menurut Wallace (1998:209-210) ada kelebihan lain dari PTK kolaboratif yaitu kedalaman dan cakupan, yang artinya makin banyak


(42)

Rossi Sangra, 2013

dikumpulkan, apakah dalam hal kedalaman atau dalam hal cakupan atau dalam keduanya dan ini disebabkan makin banyak perspektif yang digunakan akan makin intensif pemeriksaan terhadap data atau makin luas cakupan persoalan dalam hal tim peneliti saling berkolaborasi dalam meneliti kelasnya masing-masing (Swasih Madya,2007).

3.10. Teknik Pengolahan Data

Adapun langkah-langkah pengolahan data terhadap data yang terkumpul dari setiap siklus adalah sebagai berikut.

1) Menganalisis data hasil observasi terhadap aktivitas siswa

 Dengan menentukan persentasi rata-rata dari masing-masing

indikator yang diamati lalu setelah itu dianalisis.

Tabel. 3.1. Klasifikasi Aktivitas Siswa

PERSENTASE RATA-RATA (RT) KATEGORI

80% ≤ RT Sangat Baik

60% ≤ RT < 80% Baik

40% ≤ RT < 60% Cukup


(43)

0% ≤ RT < 20% Sangat Kurang

(Disarikan dari Teti Rusmiati,2006 : 26)

Persentase rata-rata

=

2) Menghitung hasil tes pada setiap siklus

 Penskoran terhadap jawaban yang diberikan siswa. Tiap-tiap butir

soal yang dijawab oleh siswa diberi skor sesuai dengan lengkap tidaknya jawaban yang diberikan

 Penilaian terhadap jawaban siswa. Setelah penskoran tiap butir

jawaban, langkah selanjutnya adalah menjumlahkan skor yang diperoleh oleh masing-masing siswa.

 Pengelompokan nilai tes dengan rentang nilai tertentu. Setelah

penskoran lalu skor hasil tes dikelompokkan dengan rentang nilai tertentu untuk mengetahui tingkat keberhasilan pencapaian ranah kognitif siswa.

Tabel 3.2 Tingkat keberhasilan ranah Kognitif

PERSENTASE RATA-RATA KATEGORI

90% ≤ TB < 100% Sangat Baik


(44)

Rossi Sangra, 2013

55% ≤ TB < 75% Cukup

30% ≤ TB < 30% Kurang

0% ≤ TB < 30% Sangat Kurang

(Disarikan dari Teti Rusmiati, 2006:27)

Keterangan :

= Persentase tingkat keberhasilan belajar siswa (%) ∑ = JUmlah skor yang diperoleh siswa

∑ = Skor maksimum

 Penentuan nilai rata-rata tesdari seluruh siswa yang mengikuti tes.

Tahap ini dilakukan untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa secara klasikal, yaitu jika >85% siswa memperoleh skor >65% dari skor total

Keterangan :

= ketuntasan belajar secara klasikal ∑ = Siswa yang memperoleh tingkat penguasaan ≥ 65% ∑ = Jumlah siswa


(45)

3) Menentukan efektivitas terlihat dari hasil observasi kegiatan siswa, yaitu seberapa besar aktivitas siswa dalam proses pembelajaran. Selain itu juga efektivitas pembelajaran ditentukan dari gain yang dinormalisir. Untuk memperoleh gain yang dinormalisir digunakan rumus dibawah ini.

(g)

Keterangan :

(g) = Gain yang dinormalisasi

Post-test = Tes akhir pembelajaran siklus

Pre-test = Tes diawal pembelajaran tiap siklus

Setelah memperoleh nilai gain yang dinormalisir lalu diklasifikasikan sesuai dengan criteria efektivitas pembelajaran pada tabel di bawah ini.

Tabel 3.3. Kriteria Efektivitas Pembelajaran

SKOR KATEGORI

(g) ≥ 0,70 Tinggi

0,30 ≤ (g) < 0,70 Sedang

(g) < 0,30 Rendah


(46)

Rossi Sangra, 2013

Setelah ada kejelasan tentang jenis instrument, langkah selanjutnya adalah menyusun pertanyaan-pertanyaan. Penyusunan pertanyaan diawali dengan membuat kisi-kisi instrument. Dalam kisi-kisi tersebut memuat aspek yang akan diungkap melalui pertanyaan. Dan aspek yang akan diungkap bersumber dari masalah penelitian. Untuk lebih jelasnya, kisi-kisi tes instrument penelitian ini dapat dilihat pada lampiran.


(47)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis refleksi dan hasil evaluasi terhadap model pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Pada Mata Diklat Perakitan Komputer Dengan Menggunakan Multimedia Flash 3 Dimensi yang diterapkan pada mata diklat Perakitan Komputer dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Pada pembelajaran kooperatif tipe jigsaw menggunakan Multimedia Flash 3 Dimensi setelah melakukan pengamatan pada kegiatan pembelajaran di kelas, siswa terlihat lebih aktif dan antusias mengikuti kegiatan dengan menggunakan multimedia flash 3 dimensi. Interaksi antara siswa dan guru telah terjalin dengan baik, siswa lebih berani mengutarakan pendapatnya sehingga kesulitan siswa dapat diketahui dan diatasi bersama.

2. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan dikelas, keaktifan siswa secara keseluruhan mengalami peningkatan. Pada siklus ke-1, persentase keaktifan siswa adalah 68,75% yang dikategorikan cukup. Pada siklus ke-2, persentase keaktifan siswa meningkat menjadi 81,25% yang dikategorikan baik dan pada siklus ke -3 aktivitas terus meningkat menjadi 87,5% yang dikategorikan baik. Kemudian siklus terakhir yaitu siklus ke -4 telah mengalami titik jenuh dengan


(48)

Rossi Sangra, 2013

3. Prestasi siswa sebelum dilaksanakannya pembelajaran kooperatif tipe jigsaw menggunakan Multimedia Flash 3 Dimensi dinilai kurang. Hal ini ditunjukan dari hasil observasi awal terhadap nilai hasil belajar dan praktikum pada semester sebelumnya. Sesuai dengan standar kopetensi kriteria ketuntasan minimal yang telah ditetapkan oleh sekolah bahwa nilai kelulusannya adalah ≥ 70. Untuk mata pelajaran perakitan komputer, jumlah siswa yang mendapatkan nilai ≥ 70 hanya sejumlah 15 siswa dari 35 siswa.


(49)

5.2. SARAN

Berdasarkan hasil kesimpulan pada penelitian ini, ada bebrapa saran yang dapat disampaikan peneliti untuk para peneliti selanjutnya, antara lain sebagaiberikut :

1. Pada guru diharapkan untuk mengembangkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dengan memperbaiki kekurang-kekurangannya dan melakukan refleksi untuk kegiatan pembelajaran selanjutnya. 2. Pada penelitian selanjutnya diharapkan untuk lebih melakukan

pendekatan baik guru atau siswa sehingga benar-benar mengetahui masalah dan kendala yang dialami oleh guru maupun siswa.

3. Untuk menunjang kegiatan pembelajaran hendaknya sumber-sumber belajar lain untuk melengkapi kebutuhan literatur sesuai dengan perkembangannya.


(50)

82

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. (2005). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Arikunto, Suharsimi (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek

(Edisi revisi IV). Bandung: Rineka Cipta.

Arikunto Suharsimi, Suhardjono, Supardi. (2006). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Dahar, R W. (1996). Teori-teori belajar. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Fernandes, Ibiz. (2002). Animation is the process of recording and playing back a sequence of stills to achieve the illusion of continues motion. California : Macromedia Flash.

Ibraham. (2000). Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw

Kurnia, Egi jul. (2009). Penerapan Kooperatif Tipe Think-Talk-write Pada Mata Diklat Keterampilan Komputer dan Pengelolaan Informasi SMK Negeri

12 Bandung (Suatu penelitian tindakan kelas dikelas X program keahlian

elektronika pesawat udara SMK Negeri 12 Bandung). Skripsi : tidak diterbitkan.


(51)

Maulana, Dany. (2008). Belajar sebagai suatu proses dimana suatu organisme berubah perilaku sebagai akibat pengalaman.

Purwanto, Ngalim. (2001). Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

Sanjaya, Wina. (2007). Strategi Pembelajaran, Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Predana Media Group.

Sardiman, A.M. (2004). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Sudjana. (1996). Metode Statistika. Bandung: Tarsito.

Sudjana, Nana dan Ibrahim. (2004). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru Algensindo.


(1)

Rossi Sangra, 2013

Setelah ada kejelasan tentang jenis instrument, langkah selanjutnya adalah menyusun pertanyaan-pertanyaan. Penyusunan pertanyaan diawali dengan membuat kisi-kisi instrument. Dalam kisi-kisi tersebut memuat aspek yang akan diungkap melalui pertanyaan. Dan aspek yang akan diungkap bersumber dari masalah penelitian. Untuk lebih jelasnya, kisi-kisi tes instrument penelitian ini dapat dilihat pada lampiran.


(2)

79

Rossi Sangra, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Menggunakan Multimedia Animasi Flash 3 Dimensi Untuk Meingkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Diklat Teknik Komputer dan Jaringan Standar Kompetensi Perakitan Komputer

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis refleksi dan hasil evaluasi terhadap model pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Pada Mata Diklat Perakitan Komputer Dengan Menggunakan Multimedia Flash 3 Dimensi yang diterapkan pada mata diklat Perakitan Komputer dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Pada pembelajaran kooperatif tipe jigsaw menggunakan Multimedia Flash 3 Dimensi setelah melakukan pengamatan pada kegiatan pembelajaran di kelas, siswa terlihat lebih aktif dan antusias mengikuti kegiatan dengan menggunakan multimedia flash 3 dimensi. Interaksi antara siswa dan guru telah terjalin dengan baik, siswa lebih berani mengutarakan pendapatnya sehingga kesulitan siswa dapat diketahui dan diatasi bersama.

2. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan dikelas, keaktifan siswa secara keseluruhan mengalami peningkatan. Pada siklus ke-1, persentase keaktifan siswa adalah 68,75% yang dikategorikan cukup. Pada siklus ke-2, persentase keaktifan siswa meningkat menjadi 81,25% yang dikategorikan baik dan pada siklus ke -3 aktivitas terus meningkat menjadi 87,5% yang dikategorikan baik. Kemudian siklus terakhir yaitu siklus ke -4 telah mengalami titik jenuh dengan mencapai persentase keaktifan 100% yang dikategorikan sangat baik.


(3)

Rossi Sangra, 2013

3. Prestasi siswa sebelum dilaksanakannya pembelajaran kooperatif tipe jigsaw menggunakan Multimedia Flash 3 Dimensi dinilai kurang. Hal ini ditunjukan dari hasil observasi awal terhadap nilai hasil belajar dan praktikum pada semester sebelumnya. Sesuai dengan standar kopetensi kriteria ketuntasan minimal yang telah ditetapkan oleh sekolah bahwa

nilai kelulusannya adalah ≥ 70. Untuk mata pelajaran perakitan komputer, jumlah siswa yang mendapatkan nilai ≥ 70 hanya sejumlah


(4)

81

Rossi Sangra, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Menggunakan Multimedia Animasi Flash 3 Dimensi Untuk Meingkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Diklat Teknik Komputer dan Jaringan Standar Kompetensi Perakitan Komputer

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 5.2. SARAN

Berdasarkan hasil kesimpulan pada penelitian ini, ada bebrapa saran yang dapat disampaikan peneliti untuk para peneliti selanjutnya, antara lain sebagaiberikut :

1. Pada guru diharapkan untuk mengembangkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dengan memperbaiki kekurang-kekurangannya dan melakukan refleksi untuk kegiatan pembelajaran selanjutnya. 2. Pada penelitian selanjutnya diharapkan untuk lebih melakukan

pendekatan baik guru atau siswa sehingga benar-benar mengetahui masalah dan kendala yang dialami oleh guru maupun siswa.

3. Untuk menunjang kegiatan pembelajaran hendaknya sumber-sumber belajar lain untuk melengkapi kebutuhan literatur sesuai dengan perkembangannya.


(5)

82

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. (2005). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Arikunto, Suharsimi (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Edisi revisi IV). Bandung: Rineka Cipta.

Arikunto Suharsimi, Suhardjono, Supardi. (2006). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Dahar, R W. (1996). Teori-teori belajar. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Fernandes, Ibiz. (2002). Animation is the process of recording and playing back a sequence of stills to achieve the illusion of continues motion. California : Macromedia Flash.

Ibraham. (2000). Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw

Kurnia, Egi jul. (2009). Penerapan Kooperatif Tipe Think-Talk-write Pada Mata Diklat Keterampilan Komputer dan Pengelolaan Informasi SMK Negeri 12 Bandung (Suatu penelitian tindakan kelas dikelas X program keahlian elektronika pesawat udara SMK Negeri 12 Bandung). Skripsi : tidak diterbitkan.


(6)

83

Rossi Sangra, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Menggunakan Multimedia Animasi Flash 3 Dimensi Untuk Meingkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Diklat Teknik Komputer dan Jaringan Standar Kompetensi Perakitan Komputer

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Maulana, Dany. (2008). Belajar sebagai suatu proses dimana suatu organisme berubah perilaku sebagai akibat pengalaman.

Purwanto, Ngalim. (2001). Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

Sanjaya, Wina. (2007). Strategi Pembelajaran, Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Predana Media Group.

Sardiman, A.M. (2004). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Sudjana. (1996). Metode Statistika. Bandung: Tarsito.

Sudjana, Nana dan Ibrahim. (2004). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru Algensindo.


Dokumen yang terkait

UPAYA PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL JIGSAW MATA DIKLAT KOMPETENSI KEJURUAN 3 PADA KELAS XI TAV B SMK NEGERI 2

0 3 52

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA MATA DIKLAT ALAT UKUR UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X TEKNIK PEMESINAN SMK AWAL KARYA PEMBANGUNAN (AKP) GALANG.

0 2 28

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PENGAJARAN IKATAN KIMIA.

0 1 21

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION Peningkatan Prestasi Belajar Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas X Teknik Komputer Dan

0 0 17

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER BERBANTUAN MULTIMEDIA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN SISWA SMK PADA MATA PELAJARAN PERAKITAN KOMPUTER.

0 5 50

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA STANDAR KOMPETENSI MEMAHAMI KANDANG TERNAK DI SMK NEGERI 2 CILAKU.

1 1 45

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI.

0 5 31

Desain model pembelajaran kooperatif tipe JIGSAW untuk meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi kelas XI.

0 2 83

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN PERAKITAN KOMPUTER SISWA KELAS X RPL 1 SMK MUHAMMADIYAH 1 BANTULM.

0 0 256

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN PERAKITAN KOMPUTER SISWA KELAS X RPL 1 SMK MUHAMMADIYAH 1 BANTUL.

0 0 1