IDENTIFIKASI EKTOPARASIT PADA AYAM RAS DI DESA BOJONGSALAM KECAMATAN RANCAEKEK KABUPATEN BANDUNG.

(1)

Mira Fuji Lestari, 2013

IDENTIFIKASI EKTOPARASIT PADA AYAM RAS DI DESA BOJONGSALAM KECAMATAN RANCAEKEK KABUPATEN

BANDUNG

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sains Program Studi Biologi

Jurusan Pendidikan Biologi

Oleh: Mira Fuji Lestari

0905775

PROGRAM STUDI BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

Mira Fuji Lestari, 2013

IDENTIFIKASI EKTOPARASIT PADA AYAM RAS DI DESA BOJONGSALAM KECAMATAN RANCAEKEK KABUPATEN

BANDUNG

Oleh Mira Fuji Lestari

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

© Mira Fuji Lestari 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

Mira Fuji Lestari, 2013

LEMBAR PENGESAHAN

IDENTIFIKASI EKTOPARASIT PADA AYAM RAS DI DESA BOJONGSALAM KECAMATAN RANCAEKEK KABUPATEN

BANDUNG

Oleh

Mira Fuji Lestari 0905775

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH: Pembimbing 1

Dr. Yayan Sanjaya, M.Si NIP. 197105302001122001

Pembimbing 2

Any Aryani, M. Si NIP.197112312001121001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI

Dr. H. Riandi, M.Si NIP. 196305011988031002


(4)

(5)

i Mira Fuji Lestari, 2013

Identifikasi Ektoparasit pada Ayam Ras di Desa Bojongsalam Kecamatan Rancaekek Kabupaten Bandung

Abstrak

Ektoparasit pada ayam umumnya tidak menimbulkan kematian tetapi secara ekonomi dapat merugikan. Keberadaan ektoparasit pada tubuh hewan dapat menyebabkan kerugian yang sangat beragam. Mengenai penelitian ektoparasit tersebut, di daerah kabupaten Bandung sendiri belum ada, sehingga perlu dilakukan penelitian. Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mengidentifikasi ektoparasit yang menginfeksi ayam ras di Desa Bojongsalam, Kecamatan Rancaekek, Kabupaten Bandung. Penelitian dilakukan pada bulan Maret sampai Mei 2013. Tahapan dalam penelitian ini meliputi pengambilan sampel ayam, pengambilan sampel ektoparasit, pengukuran kondisi lingkungan, pembuatan preparat ektoparasit, identifikasi ektoparasit, dan analisis data. Ayam yang digunakan dalam penelitian ini yaitu ayam pedaging dan ayam petelur di Desa Bojongsalam.Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, hasil identifikasi menunjukkan adanya lima jenis ektoparasit yang ditemukan pada ayam ras jenis petelur. Kelima spesies ektoparasit tersebut adalah Lipeurus caponis, Menopon gallinae, Menacanthus stramineus, Goniocotes gallinae, dan Dermanyssus gallinae. Berdasarkan kelima spesies ektoparasit tersebut, Lipeurus caponis yang paling banyak ditemukan dengan presentase dominasi sebesar 63,6%, sedangkan ektoparasit yang paling sedikit ditemukan yaitu spesies Dermanyssus gallinae dengan presentase dominasi sebesar 0,26%. Berbeda dengan ayam petelur, pada ayam pedaging tidak ditemukan keberadaan ektoprasit. Hal tersebut berkaitan dengan sanitasi pada kandang serta keberadaan bulu pada ayam pedaging.

Keywords: Ektoparasit ayam, Lipeurus caponis, Menopon gallinae, Menacanthus stramineus, Goniocotes gallinae, Dermanyssus gallinae


(6)

ii Mira Fuji Lestari, 2013

Identification Ectoparasite on Purebred Chicken in The Village of Bojongsalam Sub-District Rancaekek Bandung Regency

Abstract

Ectoparasite at chicken generally do not inflict death but economically can disadvantage. The existence of ectoparasite in animal body can cause loss very diverse. In the region of Bandung regency own there has been no research on the ectoparasite so required a research. The aims of this research to identify ectoparasite that infects purebred chicken in the village of Bojongsalam, sub-district Rancaekek, Bandung regency. Research was conducted from March until May 2013. The scope of research were the measurement of environmental conditions, the sample chicken, the sample ectoparasite, making preparat ectoparasite, identification ectoparasite, and analysis of data. A chicken used in penilitian is broiler and chicken laying in the village of Bojongsalam. Based on the results of research conducted, the identification ectoparasite demonstrating an absence of five of a kind that was discovered in a chicken race of the laying. The fifth species ectoparasite was Lipeurus caponis, Menopon gallinae, Menacanthus stramineus, Goniocotes gallinae, and Dermanyssus gallinae. From the five species ectoparasite are found, Lipeurus caponis the most frequently found with the percentage domination of 63,6%, while ectoparasite the fewest found, that is of Dermanyssus gallinae with the percentage dominance of 0,26%. Different with chicken laying, in a broiler not found the existence of ectoprasite. It was related to the sanitary at home as well as the existence of bristles on broiler.

Keywords: Chicken ectoparasite, Lipeurus caponis, Menopon gallinae,

Menacanthus stramineus, Goniocotes gallinae, Dermanyssus gallinae


(7)

vi

Mira Fuji Lestari, 2013

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Tujuan ... 3

C. Manfaat Penelitian ... 3

D. Rumusan Masalah ... 4

E. Pertanyaan Penelitian ... 4

F. Batasan Masalah ... 4

BAB II EKTOPARASIT PADA AYAM A. Ektoparasit ... 5

B. Pembagian Ektoparasit ... 5

1. Ektoparasit Obligat ... 5

2. Ektoparasit Fakultatif ... 6

C. Peranan Ektoparasit ... 6

D. Ektoparasit pada Ayam ... 7

E. Ayam Ras ... 8

1. Klasifikasi Ayam ... 8

2. Ayam Petelur ... 9

3. Ayam Pedaging (broiler) ... 10

F. Stadia Umur Ayam ... 11


(8)

vii

Mira Fuji Lestari, 2013

1. Kutu ... 11

a. Pengertian Kutu ... 11

b. Klasifikasi Kutu ... 12

c. Ciri-ciri dan Morfologi Kutu ... 13

d. Siklus hidup Kutu ... 17

2. Tungau ... 18

a. Klasifikasi Tungau ... 18

b. Siklus Hidup Tungau ... 18

c. Ciri dan Morfologi Tungau ... 20

3. Caplak ... 22

a. Klasifikasi Caplak ... 22

b. Siklus Hidup Caplak ... 22

c. Ciri dan Morfologi Caplak ... 23

H. Perbandingan Kutu dengan Tungau ... 24

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 25

B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 25

C. Alat dan Bahan ... 25

D. Prosedur Penelitian ... 26

1. Pengukuran Kondisi Kingkungan ... 26

2. Pengambilan Sampel Ayam ... 26

3. Pengambilan Sampel Ektoparasit ... 27

4. Pembuatan Preparat Ektoparasit ... 28

5. Identifikasi Ektoparasit ... 29

6. Analisis Data ... 29

E. Bagan Alir Penelitian ... 31

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 32


(9)

viii

Mira Fuji Lestari, 2013

2. Ektoparasit pada Ayam Petelur ... 34

3. Sebaran Ektoparasit pada Tubuh Ayam ... 35

4. Kondisi Lingkungan ... 36

B. Pembahasan ... 37

1. Identifikasi Jenis Ektoparasit ... 37

2. Identifikasi Ektoparasit pada Ayam Petelur ... 40

3. Identifikasi Ektoparasit pada Ayam Pedaging ... 43

4. Sebaran Ektoparasit pada Tubuh Ayam ... 44

5. Kondisi Lingkungan ... 45

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 48

B. Saran ... 48

DAFTAR PUSTAKA ... 49

LAMPIRAN ... 54


(10)

ix

Mira Fuji Lestari, 2013

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Perbandingan Kutu dengan Tungau ...24

3.1 Alat-alat Penelitian ...25

3.2 Bahan-bahan Penelitian ... 26

4.1 Hasil Sampel Ektoparasit pada Ayam Petelur ... 32

4.2 Dominasi Ektoparasit pada Ayam Petelur ...34

4.3 Sebaran Ektoparasit pada Bagian Tubuh ... Ayam ... 35

4.4 Hasil Rata-rata Kondisi Lingkungan Kandang Ayam ... Petelur... 36

4.5 Hasil Rata-rata Kondisi Lingkungan Kandang Ayam ... Pedaging... 37


(11)

x

Mira Fuji Lestari, 2013

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Ektoparasit Pada Ayam ... 7

2.2 Kaki Ektoparasit yang Terserang Ektoparasit ... 8

2.3 Ayam Petelur dan Ayam Pedaging ...9

2.4 Lipeurus caponis ...15

2.5 Gonoides gigas ...15

2.6 Menopon gallinae ...16

2.7 Menancanthus cornutus ... 16

2.8 Siklus Hidup Kutu ...17

2.9 Siklus Hidup Tungau ... 19 2.10

2.11 3.1 3.2

Dermanyssus gallinae ... Rhicephalus sanguinensis

... Regio Tubuh

Ayam... Bagan Alir

Penelitian...

21 23 27 31


(12)

xi

Mira Fuji Lestari, 2013

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1 Data Keberadaan Ektoparasit pada Ayam Ras... 54 2 Hasil Pengukuran Faktor Klimatik di Sekitar Kandang

Ayam Ras...

58

3 Kunci Identifikasi Ektoparasit... 59 4 Koleksi Foto Selama Penelitian... 61 5 Hasil Identifikasi dari LIPI ... 64


(13)

1

Mira Fuji Lestari, 2013

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ayam merupakan sumber protein hewani yang mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia. Dianalisa dari nilai gizinya, setiap 100 gr daging ayam mengandung 74% air, 22% protein, 13% zat kalsium, 190 mg zat fosfor, dan 1,5 mg zat besi (Putra, 2012). Banyaknya ektoparasit yang menyerang bagian tubuh hewan dapat merugikan para peternak. Disisi lain kebutuhan telur dan daging yang cukup tinggi meningkat dari hari ke hari. Dikarenakan hal tersebut, maka pentingnya untuk mendiagnosis sejak awal adanya hewan yang terinfeksi ektoparasit. Hal tersebut dapat dilakukan guna mencegah hewan agar tidak terinfeksi ektoparasit dan mengetahui keberadaan dan jenis ektoparasit yang menyerang hewan tersebut.

Ektoparasit adalah parasit yang hidupnya menumpang di bagian luar dari tempatnya bergantung atau pada permukaan tubuh inangnya (host). Keberadaan ektoparasit pada tubuh hewan dapat menyebabkan kerugian yang sangat beragam. Menurut Upik & Susi (2010), ektoparasit yang tinggal di bagian permukaan kulit dan diantara bulu dapat menimbulkan iritasi, kegatalan, peradangan, kudisan, miasis, atau berbagai bentuk reaksi alergi dan sejenisnya. Gejala-gejala tersebut mengakibatkan rasa yang tidak nyaman dan kegelisahan yang dapat menganggu kegiatan sehari-hari hewan tersebut. Ektoparasit dapat menyerang beberapa hewan diantaranya adalah ektoparasit pada mamalia (kelinci, tikus, orang utan), unggas (ayam dan burung), dan lain-lain. Ektoparasit yang banyak dijumpai di Indonesia antara lain adalah berbagai jenis nyamuk (Culicidae), lalat (Muscidae), kecoa (Dyctioptera), tungau (Parasitiformes), caplak (Acariformes), kutu (Phthriraptera), kutu busuk (Hemiptera), dan pinjal (Siphonaptera).

Ektoparasit pada ayam umumnya tidak menimbulkan kematian tetapi secara ekonomi dapat merugikan. Tingkat infeksi ektoparasit yang tinggi yang dapat mengakibatkan kematian akut, yaitu mortalitas tanpa menunjukkan gejala


(14)

2

Mira Fuji Lestari, 2013

terlebih dahulu (Sommerville, 1998). Ektoparasit akan mengisap darah ayam dan menimbulkan kegatalan sehingga mengganggu pertumbuhan dan produksi telur. Penyakit kutuan (karena infestasi oleh kutu, caplak, pinjal atau tungau) yang sangat parah dapat menurunkan produksi telur sampai 20%. Infeksi ektoparasit yang berat dapat juga mempengaruhi konsumsi pakan dan selanjutnya dapat mengakibatkan penurunan berat badan pada ayam. Ektoparasit terutama kutu bisa menjadi musuh utama bagi peternak yang memelihara ayam petelur dengan kondisi manajemen kandang yang kurang baik. Ayam yang terinfeksi ektoparasit biasanya akan menggaruk dan mematuk kutu atau kulit yang mengalami iritasi. Para peternak dalam melakukan penanganan utama membunuh ektoparasit seperti kutu, caplak, pinjal, tungau, biasanya dengan menggunakan obat anti kutu. Selain itu berbagai upaya untuk menanggulangi infestasi ektoparasit umumnya dilakukan dengan dua cara yaitu tindakan sanitasi dan penyemprotan insektisida. Tindakan sanitasi dilakukan dengan membebashamakan kandang sekurang-kurangnya dua kali dalam satu tahun, sedangkan penyemprotan insektisida sebaiknya dilakukan pada malam hari (Akoso, 1998).

Faktor lingkungan yang tidak baik atau kurang dijaga dapat memudahkan hewan untuk terserang penyakit. Seperti halnya pada saat musim hujan merupakan salah satu kondisi yang tepat bagi beberapa kuman patogen untuk berkembang dan menjadi ancaman terhadap kesehatan beberapa hewan. Di saat hujan, kelembaban akan semakin tinggi dan cahaya matahari berkurang. Jika dilihat perubahan lingkungan yang terjadi, tidak tertutup kemungkinan bagi beberapa kuman patogen untuk tumbuh dan berkembang. Ektoparasit seperti nyamuk dan lalat juga akan berkembang biak dengan baik. Suhu dan kelembaban akan berdampak terhadap keberadaan ektoparasit pada tubuh hewan di sekitar kandang atau tempat tinggal hewan tersebut. Ektoparasit terutama kutu bisa menjadi musuh utama bagi peternak yang memelihara ayam dengan kondisi manajemen kandang yang kurang baik.

Mengenai permasalahan ektoparasit, sebelumnya telah ada penelitian mengenai investarisasi ektoparasit pada ayam kampung di desa Ngenep, kecamatan Karangploso, kabupaten Malang, Jawa Timur. Dari hasil penelitian


(15)

3

Mira Fuji Lestari, 2013

tersebut dapat diketahui bahwa ektoparasit yang banyak ditemukan baik pada ayam kampung jantan maupun pada ayam kampung betina adalah jenis Menacanthus stramineus (Mutmainnatun, 2003). Selain itu ektoparasit pada unggas telah diamati di berbagai bagian negara. Infeksi parasit di Thailand dilaporkan dapat menimbulkan kerugian ekonomi karena dapat menjadi penyebab utama kematian pada ayam buras (Sukpanyatham, 1982). Hasil penelitian lainnya, di Negara Sokoto didapatkan bahwa ektoparasit yang menyerang ayam diantaranya yaitu kutu, tungau, caplak dan pinjal dengan presentase ektoprasit yang paling banyak ditemukan adalah kutu dengan spesies terbanyak yaitu Menopon gallinae (Bala et al., 2011). Mengenai penelitian ektoparasit tersebut, di daerah kabupaten Bandung sendiri belum pernah dilakukan. Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dan mengangkatnya dalam sebuah judul skripsi “Identifikasi Ektoparasit pada Ayam Ras di Desa Bojongsalam, Kecamatan Rancaekek, Kabupaten Bandung.”

B. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi ektoparasit yang menginfeksi ayam ras di Desa Bojongsalam, Kecamatan Rancaekek, Kabupaten Bandung.

C. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian yang dilakukan maka diharapkan diperoleh manfaat sebagai berikut:

1. Dapat menambah pengetahuan dan informasi tentang keberadaan dan jenis ektoparasit yang menyerang ayam.

2. Dapat mengetahui bilamana dan bagaimana hewan dapat terinfeksi oleh ektoparasit, serta bagaimana kemungkinan akibat yang dapat ditimbulkannya.


(16)

4

Mira Fuji Lestari, 2013 D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada penelitian yang akan dilakukan adalah “Jenis ektoparasit apa saja yang menginfeksi ayam ras di Desa Bojongsalam, Kecamatan Rancaekek, Kabupaten Bandung?”

E. Pertanyaan Penelitian

Dari rumusan masalah di atas maka didapatkan beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Jenis ektoparasit apa saja yang menginfeksi ayam pedaging dan ayam petelur?

2. Bagian tubuh manakah dari ayam yang paling banyak terinfeksi ektoparasit?

3. Apakah faktor lingkungan berpengaruh terhadap keberadaan ektoparasit?

F. Batasan Masalah

Agar permasalahan yang diteliti tidak terlalu luas dan tidak menyimpang dari judul penelitian, maka peneliti membatasi masalah-masalah dalam penelitian sebagai berikut:

1. Subjek dalam penelitian ini adalah ayam pedaging dan ayam petelur yang berada di Desa Bojongsalam, Kecamatan Rancaekek, Kabupaten Bandung 2. Ayam yang digunakan adalah ayam pedaging dan ayam petelur

masing-masing sebanyak 15 ekor.

3. Objek penelitian ini adalah ektoparasit di beberapa bagian tubuh ayam (bagian kaki, dada, leher, punggung, kepala, dan ekor).

4. Faktor lingkungan yang diukur adalah suhu, kelembaban, dan intensitas cahaya.


(17)

25

Mira Fuji Lestari, 2013

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan termasuk ke dalam penelitian deskriptif dengan kegiatan secara eksploratif yaitu observasi dengan mengambil sampel secara langsung. Penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan (Arikunto, 2005).

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret-Mei 2013 yang dilaksanakan di Desa Bojongsalam, Kecamatan Rancaekek, Kabupaten Bandung yang merupakan daerah dengan keadaan tanah dengan bentuk permukaan dataran rendah dan landai dengan ketinggian rata-rata 660 meter di atas permukaan laut, dengan curah hujan rata-rata 2500 mm per tahun dan di Laboratorium Struktur Hewan Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA, Universitas Pendidikan Indonesia.

C. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.1 dan 3.2 berikut ini:

Tabel 3.1 Alat yang digunakan selama penelitian

No Nama alat yang digunakan Jumlah

1 Pinset 1

2 Kapas 1 bungkus

3 Label 1 pack

4 botol fial 25

5 Mikroskop 1

6 cawan petri 1

7 Object glass 1 pack

8 Cover glass 1 pack

9 Pipet 1


(18)

26

Mira Fuji Lestari, 2013

11 Tisu 1 pack

12 Termometer 1

13 Hygrometer 1

14 Lux meter 1

15 Kamera digital 1

16 Sarung tangan 1 pasang

17 Masker 1

18 Alat tulis 1

Tabel 3.2 Bahan yang digunakan selama penelitian

No Bahan yang digunakan Jumlah

1 Ayam petelur 15 ekor

2 Ayam pedaging 15 ekor

3 Kuteks 4 Entelan

5 Alkohol bertingkat ( alkohol 60%, 70%, 80%, 90%)

Masing-masing 100 ml

6 Akuades

7 KOH 10% 100 ml

8 Xylol 100 ml

9 Asam asetat pekat 2 ml

D. Prosedur Kerja

1. Pengambilan sampel ayam

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah ayam petelur (berumur 6 bulan ke atas) dan ayam pedaging (berumur sekitar 4 minggu). Sampel ayam yang digunakan masing-masing sebanyak 15 ekor ayam. Pengambilan ayam pada kandang dengan menggunakan metode purpossive sampling yaitu dengan pengambilan sampel dengan menentukan terlebih dahulu jumlah sampel yang hendak diambil, kemudian pemilihan sampel dilakukan berdasarkan kriteria tertentu yang dapat mewakili keseluruhan. Kriteria tersebut diantaranya dilihat dari kondisi ayam yang terlihat lemas (kondisi sakit).

2. Pengambilan sampel ektoparasit

Sampel ektoparasit diambil dari 30 ekor ayam (15 ekor ayam petelur dan 15 ekor ayam pedaging). Pengambilan sampel ektoparasit dilakukan dengan


(19)

27

Mira Fuji Lestari, 2013

menggunakan metode pengambilan sampel ektoparasit secara manual menurut Upik & Susi (2010). Pengambilan ektoparasit pada ayam ini dimulai dengan menangkap ayam yang akan diamati kemudian diperiksa dengan teliti ektoparasit pada beberapa bagian tubuh ayam (daerah pengambilan spesimen), yakni pada bagian kepala, leher, dada, pungung, ekor, dan kaki (Gambar 4.2).

Gambar 3.1 Regio tubuh ayam (tempat pengambilan spesimen) (1-6: kepala, leher, kaki, punggung, dada, ekor)

Pengambilan ektoparasit tesebut dilakukan dengan cara menggunakan kapas yang dibasahi dengan alkohol 70% dan pinset. Kapas yang sudah dibasahi dengan alkohol 70% kemudian dioleskan ke bagian tubuh ayam jika terlihat ada ektoparasit melintas di daerah tersebut. Hal tersebut dimaksudkan agar ektoparasit pada tubuh ayam mudah untuk didapatkan dan dikoleksi, sedangkan pinset digunakan sebagai alat bantu untuk mengambil ektoparasit yang menempel pada tubuh ayam. Pengambilan ektoparasit dilakukan secara hati-hati agar tidak merusak spesimen yang akan dikoleksi.

Sampel yang telah didapatkan kemudian dimasukkan ke dalam cawan petri yang berisi alkohol 70% sambil dihitung jumlahnya pada setiap daerah penghambilan spesimen. Setiap sampel ektoparasit yang telah terkumpul kemudian dipisahkan dengan kotoran yang ikut terbawa di dalam cawan petri dan dipindahkan ke dalam botol spesimen yang juga berisi alkohol 70% dan diberi


(20)

28

Mira Fuji Lestari, 2013

label. Selanjutnya sampel dibawa ke Laboratorium Struktur Hewan, Jurusan Pendidikan Biologi, FPMIPA, Universitas Pendidikan Indonesia untuk diamati menggunakan mikroskop dan hasilnya didokumentasikan.

3. Pengukuran kondisi lingkungan

Pengukuran kondisi lingkungan sekitar kandang dilakukan sebelum pengambilan sampel ayam. Kondisi lingkungan yang diukur adalah kelembaban, suhu, dan intensitas cahaya.

4. Pembuatan preparat ektoparasit

Pembuatan preparat ektoparasit dilakukan dengan menggunakan metode dari Ashadi & Partosoedjono (1992). Pembuatan preparat dilakukan setelah sampel semua terkumpul. Sampel ektoparasit yang didapat dimatikan dengan alkohol 70%. Sampel yang sudah mati dimasukkan ke dalam KOH 10%, direndam selama 2-3 hari tergantung ketebalan lapisan kitin (lapisan penyusun kutikula dan tubuh serangga). Untuk mempercepat penipisan kitin dibantu dengan pemanasan, tetapi tidak sampai mendidih. Setelah selesai, larutan KOH yang menempel pada sampel dicuci dengan air sebanyak 3-4 kali menggunakan pipet. Bagian abdomen dari sampel yang menggembung ditusuk dengan jarum halus agar isi abdomen keluar.

Selanjutnya dilakukan dehidrasi untuk menarik air yang masih tertinggal pada spesimen dengan menggunakan alkohol 60, 70, 80, dan 90%, masing-masing fase dilakukan selama kurang lebih 10 menit. Berikutnya proses penjernihan dengan cara merendam ektoparasit ke dalam asam asetat pekat selama 15-30 menit. Selanjutnya spesimen ektoparasit dicuci dengan menggunakan xylol. Pencucian pertama akan berkabut karena masih mengandung air, oleh karena itu diulang sebanyak dua kali sehingga terlihat rendaman yang bersih (tidak berkabut). Setelah selesai selanjutnya dikeringkan kemudian dibuat slide preparat.

Spesimen yang telah bersih kemudian diletakkan di atas object glass yang telah ditetesi entelan, kemudian ditutup dengan coverglass dan jangan sampai ada gelembung udara yang masuk. Jika preparat tersebut sudah kering, pada sekeliling


(21)

29

Mira Fuji Lestari, 2013

gelas penutup diberikan lapisan kuteks secara merata, lalu pada object glass diberi label. Slide preparat yang sudah selesai dibuat,dibiarkan pada suhu kamar selama 7-10 hari.

5. Identifikasi ektoparasit

Proses identikasi ektoparasit dilakukan dengan pemeriksaan sampel di bawah mikroskop stereo dengan pembesaran 40x. Untuk mempelajari karakteristik morfologi ektoparasit tersebut, sampel dicocokkan dengan kunci identifikasi Bedford (1932) (dalam Ken & Bainbrigge, 1961). Pemotretan spesimen dilakukan di bawah mikroskop.

6. Analisis data

Analisis data dilakukan secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk tabulasi dan gambar. Data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan berbagai literatur penunjang dalam studi kepustakaan. Hasil yang diperoleh dihitung berdasarkan dominasi dan sebarannya pada setiap bagian tubuh ayam, yaitu munggunakan rumus sebagai berikut (Wana, 2001) :

a. Presentase dominasi ektoparasit (%):

Dominasi genus ektoparasit (%) = ∑ ( )

b. Presentase sebaran ektoparasit (%):


(22)

30

Mira Fuji Lestari, 2013 Keterangan:

ni : Jumlah total ektoparasit dari seluruh genus ektoparasit pada seluruh tubuh ayam

nj : Jumlah total ektoparasit dari seluruh genus ektoparasit pada bagian tubuh ayam

Xi : Jumlah ektoparasit dari satu genus ektoparasit


(23)

31

Mira Fuji Lestari, 2013 E. Bagan Alir Penelitian

Adapun metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini dapat dilihat pada bagan alir dibawah ini :

Gamabar 3.1 Bagan alir penelitian Studi pustaka

Penyusunan proposal

Persiapan penelitian

Pengumpulan data

Pra penelitian

Penelitian

1. Pengukuran kondisi lingkungan

2. Pengambilan sampel ayam secara purpossive sampling 3. Pengambilan sampel ektoparasit

Pembuatan preparat ektoparasit

Identifikasi ektoparasit

Analisis data


(24)

48

Mira Fuji Lestari, 2013

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai identifikasi ektoparasit pada ayam ras yang dilakukan di Desa Bojongsalam, Kecamatan Rancaekek, Kabupaten Bandung, hasil identifikasi menunjukkan adanya lima jenis ektoparasit yang ditemukan pada ayam ras jenis petelur. Kelima spesies ektoparasit tersebut terdiri dari tiga famili (Philopteridae, Menoponidae, dan Dermanyssidae), dimana kelima spesies tersebut adalah Lipeurus caponis, Menopon gallinae, Menacanthus stramineus, Goniocotes gallinae, dan Dermanyssus gallinae. Berdasarkan kelima spesies ektoparasit tersebut, Lipeurus caponis yang paling banyak ditemukan dengan presentase dominasi sebesar 63,6% yang banyak ditemukan di bagian kepala, sedangkan ektoparasit yang paling sedikit ditemukan yaitu spesies Dermanyssus gallinae dengan presentase dominasi sebesar 0,26% dan hanya ditemukan dibagian dada. Berbeda dengan ayam petelur, pada ayam pedaging tidak ditemukan keberadaan ektoprasit. Hal tersebut berkaitan dengan sanitasi pada kandang serta keberadaan bulu pada ayam pedaging.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, penulis mengajukan beberapa saran yang mungkin bisa dijadikan bahan koreksi untuk penelitian selanjutnya ataupun untuk para peternak ayam. Beberapa saran tersebut di antaranya yaitu: 1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui tingkat infestasi

ektoparasit pada ayam ras

2. Untuk penelitian selanjutnya, dapat dilakukan cara pengendalian ektoparasit yang menyerang ayam

3. Perlu diperhatikan sanitasi kandang yang layak, kebersihan yang baik, penggunaan kimia tertentu dengan cara yang disetujui untuk membantu mengontrol unggas yang teserang ektoparasit.


(25)

49

Mira Fuji Lestari, 2013

DAFTAR PUSTAKA

Akoso, B.T. (1998). Kesehatan Unggas. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Arifin, C., & Soedarmono. (1982). Parasit Ternak dan Cara Penanggulangannya. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Arikunto, S. (2005). Penelitian Deskriptif. [Online]. Tersedia: http://teorionline.wordpress.com/2010/02/20/prof-dr-suharsimi-arikunto-manajemen-penelitian/ [12 Desember 2012]

Ashadi, G., & Partosoejono, S. (1992). Penuntun Laboratorium Parasitologi I. Bogor: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Bioteknologi IPB.

Atjenese. (2012). Scabies. [Online]: Tersedia: http://atjenese.wordpress.com/2012/05/28/semangat-berbagi-bersama-scabies/ [27 Oktober 2013]

Bains, B.S. (1979). A Manual Poultry Disease. Basle: Roche and Co Limited Company.

Bala, A.Y., Anka, S. A., Warzini, A., & Shehu, H. (2011). “Preliminary Survey of Ectoparasites Infesting Chickens (Gallus domesticus) in Four Areas of Sokoto Metropolis”. Nigerian Journal of Basic and Applied Science, 19, (2), 173-180.

Banda, Z. (2011). “Ectoparasites of Indigenous Malawi Chickens”. Australian Journal of Basic and Applied Sciences, 5, (6), 1454-1460.

Bedford. (1932). Dir. Vet. Serv., S. Afr., 18th Rep., p. 309

Borror, D.J., Triplehorn, C.A. & Johnson, N.F. (1992). Pengenalan Pelajaran Serangga Edisi Keenam. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Brotowidjoyo, M.D. (1987). Parasit dan Parasitisme. Jakarta: Media Sarana

Press.

Carwin, R.M., & Nahm, J. (1977). Parasitic Disease. University Of Missouri College Of Veterinary Medicine. [Online]. Tersedia: http//www.Parasitology.Org [10 Juni 2013]

Cheng, T.C. (1973). General Parasitology. New York. Sanfrasisco. London: Academic Press Incoparation.


(26)

50

Mira Fuji Lestari, 2013

Dale, H.C., Jennifer, A.H., Christopher, W.H., Brett, R.M., & Sarah, E.B. (2010).

“How Birds Combat Ectoparasites”. The Open Ornithology Journal, 3, 41-71

David, G. 2011. Dermanyssus gallinae. [Online]. Tersedia: en.wikivet.net/Dermanyssys.gallinae [18 September 2013]

Djannah, D. (1982). Pengendalian Ektoparasit. Jakarta: Yasaguna.

Dono, S. (2012). Optimalkan Produksi Ayam Petelur. [Online]. Tersedia:

http://www.viternaplus.com/2012/11/optimalkan-telur-ayam-bebek-puyuh.html. [18 September 2013].

Gordon. (1977). Poultry Disease. London: Bailliere Tindall.

Hadi & Soviana, S. 2010. Ektoparasit: Pengenalan, Diagnosis, dan Pengendalian. Bogor: Laboratorium Entomologi Fakultas Kedokteran Hewan, IPB.

Hopla, C.A., Durden, L.A., & Keirans, J. E. (1994). Ectoparasites and Classification. Rev.sci.tech.Off.int.Epiz.,13, (4), 985-1017.

Hungerford, D. (1969). Disease of Poultry. Sydney: Angus and Robertson.

Ingram, R.J. (2004). Goniodes dissimilis. [Online]. Tersedia: http://www.ces.csiro.au/aicn/system/c_4086.htm. [27 Oktober 2013]. Ismiati, E. (2006). Studi Efikasi Ekstrak Daun Kisampang (Melicope denhamii)

terhadap Ektoparasit pada Ayam Kampung yang ada di Bagian Ekor. [Skripsi]: Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Julianto, J. (2013). Damalinia Ovis. [Online]. Tesedia: http://juntozy.blogspot.com/2013/04/damalinia-ovis.html [18 September 2013]

Kadarsan, S., Saim, A., Purwaningsih, E., Munaf, H. B., Budiarti, I., & Hartini, S. (1983). Binatang Parasit. Bogor: Lembaga Biologi Nasional-LIPI.

Ken, S.K., & Bainbrigge, T. (1961). Veterinary Entomologi and Acarology for India. New Delhi: Indian Councin of Agricultural Research.

Kendall, D.A. (2008). Mites & Ticks in Insect & Other Arthropod. [Online]. Tersedia: www.kendall-bioresearch.co.uk/mite. html [22 Juli 2013]

Kettle, D.S. (1984). Medical and Veterinary Entomology. London & Sydney: Croom Helm.


(27)

51

Mira Fuji Lestari, 2013

Krantz, G.W. (1978). A Manual of Acarology. 2nd ed. Oregon State University Book Store, Inc.Corvalis

Lancaster, J.L., & Meisch, M.V. (1986). Arthropods in Livestock and Poultry Production. England: Ellis Horwood Limited.

Lavine, N.D. (1994). Buku Pelajaran Parasitologi Veteriner. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Lindquist, E.E., Krantz, G.W., & Walter, D.E. (2009). Classification in A Manual of Acarology. Third edition. Krantz, G. W. and D. E. Walter (eds.). Texas: Tech Univrsity Press, USA, 97-103.

Linnaeus, C. (1758). 12th Edition of Systema Naturae. Biodiversity Heritage Library.

Marshall, A.G. (1981). The Ecology of Ectoparasit Insect. Department of Zoology, Aberdeen University, Aberdeen, UK. Academic Press.

(1982). Insecticides in Pest Management Introduction to Insect Pest Managemen. Jhon Wiley and Sons. New York. hlm: 217-225.

Medion. (2012). Parasit Ekstrernal (Ektoparasit). [Online]. Tersedia: http://info.medion.co.id/index.php/artikel/broiler/penyakit [27 Oktober 2013]

Mukayat, D.B. (1987). Parasit dan Parasitisme. Jakarta: Media Saran Pers. Murtidjo, B.A. (1992). Pedoman Beternak Ayam Broiler. Yogyakarta: Kanisius. Mutmainnatun. (2003). Inventarisasi Ektoparasit pada Ayam Kampung (Gallus

Domesticus) di Desa Ngenep, Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang, Jawa Timuri. [Skripsi]. Malang: Universitas Muhammadiyah. Noble, E.R. (1982). Parasitology The Biology of Animal Parasites. Philadelphia:

Lea and Febiger.

Prelezov, P.N., & Koinarski, V.Ts. (2006). “Species Variety and Population Structure of Mallophaga (Insecta: Phthiraptera) on Chickens in The Region of Stara Zagora”. Bulgarian Journal Of Veterinary Medicine, 9, (3), 193−200.

Pauvolid, A. 2010. Brown Dog Tick Rhipicephlus sanginensis. [Online]. Tersedia: http://www.forestryimages.org/browse/detail.cfm?imgnum=5384395 [18 September 2013]


(28)

52

Mira Fuji Lestari, 2013

Perhimpunan Entomologi Indonesia. (2011). Serangga Pengganggu Manusia, Hewan Ternak, dan Cara Pengendaliannya . [Online]. Tersedia: http://pei-pusat.org/berita-artikel-entomologi/19-pht-pengendalian-hama-terpadu [22 Juli 2013]

Pickworth & Teresa, Y.M. (2005). Common External Parasites in Poultry: Lice and Mites. [Online]. Tersedia: http://ohioline.osu.edu/vme-fact/0018.html. [8 Februari 2013]

Putra, A. (2012). Kandungan Gizi/Nutrisi pada Daging Ayam. [Online]. Tersedia: http://gizinutrisi. com/2012/03/kandungan-gizinutrisi-pada-daging-ayam.html. [14 Desember 2012].

Rasyaf, M. (1999). Menajemen Beternak Ayam Broiler. Jakarta: Penebar Swadaya.

(2008). Panduan Beternak Ayam Petelur. Depok: Penebar Swadaya. Roberts, F.H.S. (1952). Insects Affecting Livestock. Sydney: Angus and

Robertson. hlm: v + 267.

Rustikawati, 2004. “Intensitas dan Prevalensi Ektoparasit pada Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio L.) yang Berasal dari Kolam Tradisional dan Longyam di Desa Sukamulya Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya”. Jurnal Akua kultur Indonesia, 3,(3), 33-39.

Santoso, U. (2011). Budidaya Ayam Petelur (Gallus sp.). [Online]. Tersedia: http://uripsantoso.wordpress.com/2011/03/14/budidaya-ayam-petelur-gallus-sp-2/ [22 November 2012]

Smith, V. (2006). Lipeurus caponis. [Online]. Tersedia: http://sid.zoology.gla.ac.uk/upload/view.php?filename=6213.tif&size=700 &height=525&width=700 [18 September 2013]

Sommervile, C. (1998). “Parasites of Farmed Fish”. Dalam Biology of Farmed Fished. Black, K.D., & Pickering, A.D. Sheffield Academic Press : 146-179.

Soulsby, E.J.L. (1982). Helminths, Arthropods and Protozoa of Domestic Animals (sixth edition). Baltimore: Williams and Wilkins Company.

Sudaryani & Santosa (2000). Pembibitan Ayam Ras. Jakarta: Penebar Swadaya. (2002). Panduan Lengkap Ayam. Depok: Penebar Swadaya.


(29)

53

Mira Fuji Lestari, 2013

Sudaryani, T. (2003). Teknik Vaksinasi dan Pengendalian Penyakit Ayam. cetakan ke-5. Jakarta: Penebar Swadaya.

Suharno, B. (2002). Agrobisnis Ayam Ras. Jakarta: Penebar Swadaya.

Sukpanyatham, N.T., Nontamingcharern, T., Bhodigen, S.E., & Muangyai, M. (1982). “Survey of Parasites Innative Chickens”. Thai Journal of Veterinary Medicine, 12, (4), 227-237.

Suprijatna, E. (2005). Ilmu Dasar Ternak Unggas. Depok: Penebar Swadaya. Surman, A., & Suneel, K.S. (2012). “Antennal Sensilla of Head of Poultry Shaft

Louse, Menopon gallinae (Phthiraptera, Insecta, Menoponidae, Amblycera)”. Journal of Applied and Natural Science 4, (2), 196-199. Suwandi. (2001). Mengenal Berbagai Penyakit Parasitik pada Ternak. Bogor:

Balai Penelitian Ternak.

Upik. (2010). Ektoparasit. [Online]. Tersedia: http://upikke.staff.ipb.ac.id/2010/06/04/apakah-ektoparasit-itu/. [22 November 2012].

Upik, K., & Susi, S. (2010). Ektoparasit: Pengenalan, Identifikasi, dan Pengendaliannya. Bogor: IPB Press.

Wana, P.W. (2001). Sebaran Kutu (Menoponidae: Menopon dan Philopteridae: Goniodes) pada Beberapa Bagian Tubuh Ayam Kampung. [Skripsi]: Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Wiharto. (1985). Penyakit Ayam dan Cara Mengatasi. Malang: Lembaga Penerbitan Universitas Brawijaya.

Wijaya, S.K. (2008). Masalah Infestasi Ektoparasit pada Beberapa Jenis Burung Elang di Habitat Eks-Situ. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Kedokteran Hewan. Institut Pertanian Bogor.


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai identifikasi ektoparasit pada ayam ras yang dilakukan di Desa Bojongsalam, Kecamatan Rancaekek, Kabupaten Bandung, hasil identifikasi menunjukkan adanya lima jenis ektoparasit yang ditemukan pada ayam ras jenis petelur. Kelima spesies ektoparasit tersebut terdiri dari tiga famili (Philopteridae, Menoponidae, dan Dermanyssidae), dimana kelima spesies tersebut adalah Lipeurus caponis,

Menopon gallinae, Menacanthus stramineus, Goniocotes gallinae, dan Dermanyssus gallinae. Berdasarkan kelima spesies ektoparasit tersebut, Lipeurus caponis yang paling banyak ditemukan dengan presentase dominasi sebesar

63,6% yang banyak ditemukan di bagian kepala, sedangkan ektoparasit yang paling sedikit ditemukan yaitu spesies Dermanyssus gallinae dengan presentase dominasi sebesar 0,26% dan hanya ditemukan dibagian dada. Berbeda dengan ayam petelur, pada ayam pedaging tidak ditemukan keberadaan ektoprasit. Hal tersebut berkaitan dengan sanitasi pada kandang serta keberadaan bulu pada ayam pedaging.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, penulis mengajukan beberapa saran yang mungkin bisa dijadikan bahan koreksi untuk penelitian selanjutnya ataupun untuk para peternak ayam. Beberapa saran tersebut di antaranya yaitu: 1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui tingkat infestasi

ektoparasit pada ayam ras

2. Untuk penelitian selanjutnya, dapat dilakukan cara pengendalian ektoparasit yang menyerang ayam

3. Perlu diperhatikan sanitasi kandang yang layak, kebersihan yang baik, penggunaan kimia tertentu dengan cara yang disetujui untuk membantu mengontrol unggas yang teserang ektoparasit.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Akoso, B.T. (1998). Kesehatan Unggas. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Arifin, C., & Soedarmono. (1982). Parasit Ternak dan Cara Penanggulangannya. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Arikunto, S. (2005). Penelitian Deskriptif. [Online]. Tersedia: http://teorionline.wordpress.com/2010/02/20/prof-dr-suharsimi-arikunto-manajemen-penelitian/ [12 Desember 2012]

Ashadi, G., & Partosoejono, S. (1992). Penuntun Laboratorium Parasitologi I. Bogor: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Bioteknologi IPB.

Atjenese. (2012). Scabies. [Online]: Tersedia:

http://atjenese.wordpress.com/2012/05/28/semangat-berbagi-bersama-scabies/ [27 Oktober 2013]

Bains, B.S. (1979). A Manual Poultry Disease. Basle: Roche and Co Limited Company.

Bala, A.Y., Anka, S. A., Warzini, A., & Shehu, H. (2011). “Preliminary Survey of Ectoparasites Infesting Chickens (Gallus domesticus) in Four Areas of Sokoto Metropolis”. Nigerian Journal of Basic and Applied Science, 19, (2), 173-180.

Banda, Z. (2011). “Ectoparasites of Indigenous Malawi Chickens”. Australian

Journal of Basic and Applied Sciences, 5, (6), 1454-1460.

Bedford. (1932). Dir. Vet. Serv., S. Afr., 18th Rep., p. 309

Borror, D.J., Triplehorn, C.A. & Johnson, N.F. (1992). Pengenalan Pelajaran

Serangga Edisi Keenam. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Brotowidjoyo, M.D. (1987). Parasit dan Parasitisme. Jakarta: Media Sarana Press.

Carwin, R.M., & Nahm, J. (1977). Parasitic Disease. University Of Missouri College Of Veterinary Medicine. [Online]. Tersedia: http//www.Parasitology.Org [10 Juni 2013]

Cheng, T.C. (1973). General Parasitology. New York. Sanfrasisco. London: Academic Press Incoparation.


(3)

Dale, H.C., Jennifer, A.H., Christopher, W.H., Brett, R.M., & Sarah, E.B. (2010).

“How Birds Combat Ectoparasites”. The Open Ornithology Journal, 3, 41-71

David, G. 2011. Dermanyssus gallinae. [Online]. Tersedia: en.wikivet.net/Dermanyssys.gallinae [18 September 2013]

Djannah, D. (1982). Pengendalian Ektoparasit. Jakarta: Yasaguna.

Dono, S. (2012). Optimalkan Produksi Ayam Petelur. [Online]. Tersedia:

http://www.viternaplus.com/2012/11/optimalkan-telur-ayam-bebek-puyuh.html. [18 September 2013].

Gordon. (1977). Poultry Disease. London: Bailliere Tindall.

Hadi & Soviana, S. 2010. Ektoparasit: Pengenalan, Diagnosis, dan

Pengendalian. Bogor: Laboratorium Entomologi Fakultas Kedokteran

Hewan, IPB.

Hopla, C.A., Durden, L.A., & Keirans, J. E. (1994). Ectoparasites and

Classification. Rev.sci.tech.Off.int.Epiz.,13, (4), 985-1017.

Hungerford, D. (1969). Disease of Poultry. Sydney: Angus and Robertson.

Ingram, R.J. (2004). Goniodes dissimilis. [Online]. Tersedia: http://www.ces.csiro.au/aicn/system/c_4086.htm. [27 Oktober 2013]. Ismiati, E. (2006). Studi Efikasi Ekstrak Daun Kisampang (Melicope denhamii)

terhadap Ektoparasit pada Ayam Kampung yang ada di Bagian Ekor.

[Skripsi]: Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Julianto, J. (2013). Damalinia Ovis. [Online]. Tesedia: http://juntozy.blogspot.com/2013/04/damalinia-ovis.html [18 September 2013]

Kadarsan, S., Saim, A., Purwaningsih, E., Munaf, H. B., Budiarti, I., & Hartini, S. (1983). Binatang Parasit. Bogor: Lembaga Biologi Nasional-LIPI.

Ken, S.K., & Bainbrigge, T. (1961). Veterinary Entomologi and Acarology for

India. New Delhi: Indian Councin of Agricultural Research.

Kendall, D.A. (2008). Mites & Ticks in Insect & Other Arthropod. [Online]. Tersedia: www.kendall-bioresearch.co.uk/mite. html [22 Juli 2013]

Kettle, D.S. (1984). Medical and Veterinary Entomology. London & Sydney: Croom Helm.


(4)

Krantz, G.W. (1978). A Manual of Acarology. 2nd ed. Oregon State University Book Store, Inc.Corvalis

Lancaster, J.L., & Meisch, M.V. (1986). Arthropods in Livestock and Poultry

Production. England: Ellis Horwood Limited.

Lavine, N.D. (1994). Buku Pelajaran Parasitologi Veteriner. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Lindquist, E.E., Krantz, G.W., & Walter, D.E. (2009). Classification in A Manual

of Acarology. Third edition. Krantz, G. W. and D. E. Walter (eds.). Texas:

Tech Univrsity Press, USA, 97-103.

Linnaeus, C. (1758). 12th Edition of Systema Naturae. Biodiversity Heritage Library.

Marshall, A.G. (1981). The Ecology of Ectoparasit Insect. Department of Zoology, Aberdeen University, Aberdeen, UK. Academic Press.

(1982). Insecticides in Pest Management Introduction to Insect

Pest Managemen. Jhon Wiley and Sons. New York. hlm: 217-225.

Medion. (2012). Parasit Ekstrernal (Ektoparasit). [Online]. Tersedia: http://info.medion.co.id/index.php/artikel/broiler/penyakit [27 Oktober 2013]

Mukayat, D.B. (1987). Parasit dan Parasitisme. Jakarta: Media Saran Pers. Murtidjo, B.A. (1992). Pedoman Beternak Ayam Broiler. Yogyakarta: Kanisius. Mutmainnatun. (2003). Inventarisasi Ektoparasit pada Ayam Kampung (Gallus

Domesticus) di Desa Ngenep, Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang, Jawa Timuri. [Skripsi]. Malang: Universitas Muhammadiyah.

Noble, E.R. (1982). Parasitology The Biology of Animal Parasites. Philadelphia: Lea and Febiger.

Prelezov, P.N., & Koinarski, V.Ts. (2006). “Species Variety and Population Structure of Mallophaga (Insecta: Phthiraptera) on Chickens in The Region of Stara Zagora”. Bulgarian Journal Of Veterinary Medicine, 9,

(3), 193−200.

Pauvolid, A. 2010. Brown Dog Tick Rhipicephlus sanginensis. [Online]. Tersedia: http://www.forestryimages.org/browse/detail.cfm?imgnum=5384395 [18 September 2013]


(5)

Perhimpunan Entomologi Indonesia. (2011). Serangga Pengganggu Manusia,

Hewan Ternak, dan Cara Pengendaliannya . [Online]. Tersedia:

http://pei-pusat.org/berita-artikel-entomologi/19-pht-pengendalian-hama-terpadu [22 Juli 2013]

Pickworth & Teresa, Y.M. (2005). Common External Parasites in Poultry: Lice

and Mites. [Online]. Tersedia: http://ohioline.osu.edu/vme-fact/0018.html.

[8 Februari 2013]

Putra, A. (2012). Kandungan Gizi/Nutrisi pada Daging Ayam. [Online]. Tersedia: http://gizinutrisi. com/2012/03/kandungan-gizinutrisi-pada-daging-ayam.html. [14 Desember 2012].

Rasyaf, M. (1999). Menajemen Beternak Ayam Broiler. Jakarta: Penebar Swadaya.

(2008). Panduan Beternak Ayam Petelur. Depok: Penebar Swadaya. Roberts, F.H.S. (1952). Insects Affecting Livestock. Sydney: Angus and

Robertson. hlm: v + 267.

Rustikawati, 2004. “Intensitas dan Prevalensi Ektoparasit pada Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio L.) yang Berasal dari Kolam Tradisional dan Longyam di Desa Sukamulya Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya”.

Jurnal Akua kultur Indonesia, 3,(3), 33-39.

Santoso, U. (2011). Budidaya Ayam Petelur (Gallus sp.). [Online]. Tersedia: http://uripsantoso.wordpress.com/2011/03/14/budidaya-ayam-petelur-gallus-sp-2/ [22 November 2012]

Smith, V. (2006). Lipeurus caponis. [Online]. Tersedia: http://sid.zoology.gla.ac.uk/upload/view.php?filename=6213.tif&size=700 &height=525&width=700 [18 September 2013]

Sommervile, C. (1998). “Parasites of Farmed Fish”. Dalam Biology of Farmed

Fished. Black, K.D., & Pickering, A.D. Sheffield Academic Press :

146-179.

Soulsby, E.J.L. (1982). Helminths, Arthropods and Protozoa of Domestic Animals

(sixth edition). Baltimore: Williams and Wilkins Company.

Sudaryani & Santosa (2000). Pembibitan Ayam Ras. Jakarta: Penebar Swadaya. (2002). Panduan Lengkap Ayam. Depok: Penebar Swadaya.


(6)

Sudaryani, T. (2003). Teknik Vaksinasi dan Pengendalian Penyakit Ayam. cetakan ke-5. Jakarta: Penebar Swadaya.

Suharno, B. (2002). Agrobisnis Ayam Ras. Jakarta: Penebar Swadaya.

Sukpanyatham, N.T., Nontamingcharern, T., Bhodigen, S.E., & Muangyai, M. (1982). “Survey of Parasites Innative Chickens”. Thai Journal of

Veterinary Medicine, 12, (4), 227-237.

Suprijatna, E. (2005). Ilmu Dasar Ternak Unggas. Depok: Penebar Swadaya. Surman, A., & Suneel, K.S. (2012). “Antennal Sensilla of Head of Poultry Shaft

Louse, Menopon gallinae (Phthiraptera, Insecta, Menoponidae, Amblycera)”. Journal of Applied and Natural Science 4, (2), 196-199. Suwandi. (2001). Mengenal Berbagai Penyakit Parasitik pada Ternak. Bogor:

Balai Penelitian Ternak.

Upik. (2010). Ektoparasit. [Online]. Tersedia:

http://upikke.staff.ipb.ac.id/2010/06/04/apakah-ektoparasit-itu/. [22 November 2012].

Upik, K., & Susi, S. (2010). Ektoparasit: Pengenalan, Identifikasi, dan

Pengendaliannya. Bogor: IPB Press.

Wana, P.W. (2001). Sebaran Kutu (Menoponidae: Menopon dan Philopteridae:

Goniodes) pada Beberapa Bagian Tubuh Ayam Kampung. [Skripsi]:

Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Wiharto. (1985). Penyakit Ayam dan Cara Mengatasi. Malang: Lembaga Penerbitan Universitas Brawijaya.

Wijaya, S.K. (2008). Masalah Infestasi Ektoparasit pada Beberapa Jenis Burung

Elang di Habitat Eks-Situ. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Kedokteran Hewan.

Institut Pertanian Bogor.