KONTRIBUSI POLA KOMUNIKASI DAN GAYA PERLAKUAN ORANG TUA TERHADAP PERILAKU SOSIAL ANAK USIA 4-6 TAHUN : Studi Deskriptif Analitik Terhadap Orang Tua di Dusun Godebag Desa Tanjungkerta Kecamatan Pagerageung Kabupaten Tasikmalaya.

(1)

vi

DAFTAR ISI

ABSTRAK

KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMA KASIH DAFTAR ISI DAFTAR TEBAL DAFTAR BAGAN DAFTAR GAMBAR i ii iv vi vii viii ix BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah B. Rumusan Masalah C. Tujuan Penelitian D. Kegunaan Penelitian E. Asumsi Penelitian F. Hipotesis

G. Metode Penelitian

1 1 13 14 15 15 16 18 BAB II LANDASAN TEORETIS PENELITIAN

A. Pendidikan dalam Keluarga 1. Konsep Keluarga 2. Fungsi Keluarga

3. Makna Anak Bagi Keluarga 4. Pendidikan dalam Keluarga

5. Peranan Keluarga dalam Pendidikan Anak B. Pola Komunikasi dalam Keluarga

1. Pola Komunikasi

2. Komunikasi dalam Keluarga 3. Struktur Keluarga

4. Pola Komunikasi yang Efektif dalam Keluarga C. Gaya Perlakuan dalam Keluarga

1. Authoritarian 2. Permessive 3. Authoritative

D. Perilaku Sosial Anak Usia 4-6 tahun 1. Pengertian Perilaku Sosial Anak

2. Perkembangan Perilaku Sosial Anak Usia 4-6 Tahun 3. Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Sosial Anak E. Pengaruh Pola Komunikasi dan Gaya Perlakuan Orang

Tua terhadap Pembentukan Perilaku Sosial Anak

20 20 25 31 35 37 44 44 47 52 56 59 61 61 62 62 62 66 69 75 BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A.Desain Penelitian B.Populasi dan Sampel

C.Definisi Operasional Variabel D.Teknik dan Alat Pengumpulan Data E. Rancangan Uji Hipotesis

F. Jadual Penelitian

80 80 81 84 85 94 95


(2)

vii

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

1.Deskripsi Data

a. Pola Komunikasi Orang Tua di Dusun Godebag b. Gaya Perlakuan Orang Tua di Dusun Godebag c. Perilaku Sosial Anak Usia 4-6 Tahun di Dusun

Godebag

2.Pengujian Persyarat Analisis a. Uji Normalitas Data b. Uji Linieritas Data 3.Pengujian Hipotesis Penelitian

a. Pola Komunikasi Orang Tua Berkontribusi Secara Signifikan terhadap Perilaku Sosial Anak Usia (Hipotesis Pertama)

b. Gaya Perlakuan Orang Tua Berkontribusi Secara Signifikan terhadap Perilaku Sosial Anak Usia (Hipotesis Kedua)

c. Pola Komunikasi dan Gaya Perlakuan Orang Tua Berkontribusi Bersama-sama Secara Signifikan terhadap Perilaku Sosial Anak Usia (Hipotesis Ketiga)

B. Pembahasan

1. Pola Komunikasi Orang Tua di Dusun Godebag 2. Gaya Perlakuan Orang Tua di Dusun Godebag 3. Perilaku Sosial Anak di Dusun Godebag

97 97 100 100 104 108 111 112 114 116 117 118 119 119 123 128 BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Simpulan B. Rekomendasi 133 133 134 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN


(3)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Ada fenomena yang menarik perhatian penulis dari anak-anak di wilayah Dusun Godebag Tasikmalaya. Anak-anak di wilayah tersebut cenderung menunjukkan perilaku sosial yang negatif seperti ingin menang sendiri, berani menentang orang tua orang tua, kurang bersahabat dengan teman, tidak memiliki rasa percaya diri, dan susah bersosialisasi dengan teman sebaya.

Gambaran tersebut, diperoleh hasil dari pengamatan prapenelitian penulis terhadap anak-anak usia 4-6 tahun di wilayah Dusun Godebag Desa Tanjungkerta Kecamatan Pagerageung Tasikmalaya. Temuan awal penulis ini diperkuat dengan hasil temuan beberapa peneliti sebelumnya, Otoy (1996) dan Ahman (1998) misalnya, menemukan persoalan-persoalan mendasar pada anak-anak usia Sekolah Dasar rendah (kelas I-III) yakni ketidakmampuan mereka dalam bersosialisasi dan mengendalikan diri. (Ernawulan, 1999: 1).

Sesungguhnya perilaku-perilaku sosial yang negatif tersebut tidak dapat dibiarkan. Ketidakmampuan anak dalam menunjukkan perilaku sosial akan menimbulkan dampak yang lebih besar pada anak itu sendiri manakala ia memasuki kehidupan yang sesungguhnya. Anak akan mengalami kesulitan dalam bersosialisasi dengan teman sebaya, sulit beradaptasi dengan lingkungan sekitar, dan tidak mampu mengendalikan diri.

Dari kekhawatiran-kekhawatiran tersebut, menurut hemat penulis perlu dilakukan berbagai upaya dari berbagai pihak terutama orang tua, agar anak-anak


(4)

sejak dini telah memiliki kemampuan untuk berperilaku sosial dengan baik. Pembentukan perilaku sosial yang baik bagi anak sejak dini memiliki makna yang sangat penting. Sebab usia dini bagi seseorang merupakan fase emas (golden age) bagi perkembangannya. Fase ini sangat menentukan perkembangan berikutnya hingga mereka mamasuki masa dewasa. Ketika fase emas yang datangnya cuma sekali dalam hidup seorang manusia ini terlewati dengan sia-sia, lenyaplah pula peluang anak berkembangan secara maksimal pada fase selanjutnya.

Hal ini sejalan dengan apa yang disampaikan, Rahman (2000: 15) :

”Sesungguhnya masa kanak-kanak merupakan fase yang paling subur, paling panjang, dan paling dominan bagi seorang murrobi (pendidik) untuk menanamkan norma-norma yang mapan dan arahan yang bersih ke dalam jiwa dan sepak terjang anak-anak didiknya. Apabila masa ini dapat dimanfaatkan oleh seorang murobbi secara maksimal dengan sebaik-baiknya, tentu harapan yang besar untuk berhasil akan mudah diraih pada masa mendatang, sehingga kelak sang anak akan tumbuh menjadi seorang pemuda yang tahan dalam menghadapi berbagai macam tantangan, beriman, kuat, kokoh, lagi tegar”.

Pernyataan di atas mengisyaratkan bahwa kesuksesan dan keberhasilan seorang anak di masa yang akan datang akan sangat bergantung pada upaya orang tua dan lingkungan dalam membantu menuntaskan tahapan perkembangan anak dengan baik. Inilah makna sebuah perkembangan sebagai ”the progressive and

continous change in the organism from birth to death”, yakni perubahan yang

progresif dan kontinyu (berkesinambungan) dalam diri individu dari mulai lahir sampai mati.

Dalam makna lain perkembangan dimaknai sebagai perubahan-perubahan yang dialami individu atau organisme menuju tingkat kedewasaannya atau


(5)

kematangannya (maturation) yang berlangsung secara sistematis, progresif, dan berkesinambungan, baik menyangkut fisik (jasmaniah) maupun psikis (rohaniah). (Yusuf, 2007: 15). Perkembangan perilaku sosial anak meliputi proses dua arah bahwa anak bersosialisasi dengan orang tua seperti orang tua bersosialisasi dengan anak-anak. (Santrock, 1995: 195).

Dalam perkembangannya, perilaku sosial anak ditandai dengan adanya minat terhadap aktivitas teman-teman dan meningkatnya keinginan yang kuat untuk diterima sebagai anggota suatu kelompok, dan merasa tidak puas bila tidak bersama teman-temannya. Anak tidak lagi puas bermain sendiri di rumah atau dengan saudara-saudara kandungnya atau melakukan kegiatan dengan anggota-anggota keluarga. Anak ingin bersama teman-temannya dan akan merasa kesepian serta tidak puas bila tidak bersama teman-temannya. (Nurihsan (2007: 163). Pada konsep inilah keberadaan lingkungan keluarga sangat menentukan.

Secara umum perilaku sosial pada anak usia 4-6 tahun terbagi atas dua kelompok, yaitu perilaku sosial dalam perilaku tidak sosial. Perilaku yang termasuk sosial antara lain kerjasama, persaingan, kemurahan hati, hasrat akan penerimaan sosial, simpati, ketergantungan, sikap ramah, sikap tidak mementingkan diri sendiri, meniru, dan adanya perilaku kelekatan. (Hurlock, 1978: 239). Adapun perilaku tidak sosial adalah negativisme, agresi, pertengkaran, mengejek dan menggertak, sok kuasa, egosentrisme, prasangka, antagonisme jenis kelamin. (Ernawulan, 1999: 31-35).

Pola perilaku sosial anak dapat dilihat dari empat sisi yaitu : (a) anak dapat bekerja sama (cooperating) dengan teman (b) anak mampu menghargai (altruism)


(6)

teman, (c) anak mampu berbagi (sharing) kepada teman, dan (d) anak mampu membantu (helping other) orang lain. (Helm &Tuner dalam Ernawulan, 1999: 31-35).

Salah satunya upaya yang dapat dilakukan dalam proses pembentukan perilaku sosial anak adalah melalui proses pendidikan dalam lingkungan keluarga yang mampu menstimulasi, merangsang dan mengembangkan berbagai perkembangan anak secara integral.

Saat ini keluarga sebagai suatu sistem sosial, dipandang sebagai interaksi timbal balik antara orang tua dengan anak. Anak tidak lagi dipandang sebagai produk dari teknik sosialisasi yang diterapkan orang tua melainkan sebagai hasil proses timbal balik. (Santrock, 1995: 195). Hal ini menggambarkan bahwa dalam lingkungan keluarga pasti terjadi proses pembelajaran sekaligus praktek bersosialisasi bagi anak.

Dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) ditegaskan :

”keluarga merupakan pendidikan informal, dimana fungsi dan perannya diharapkan mampu menjembatani sebuah proses (pendidikan) dalam membantu penuntasan fase dan tugas pertumbuhan serta perkembangan peserta didik dalam berbagai kapasitas (intelektual, sosial emosional, moral, dan fisik) secara maksimal, sehingga pada gilirannya anak-anak akan sukses dalam memasuki dunia yang sesungguhnya di masa yang akan datang”.

Dalam pendidikan keluarga (pendidikan informal) terkandung makna segala kegiatan pendidikan yang dilakukan oleh keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri melalui pola pengasuhan dan bimbingan.


(7)

Menurut pandangan ahli antropologi, keluarga adalah suatu kesatuan sosial terkecil yang dimiliki oleh manusia sebagai makhluk sosial yang memiliki tempat tinggal dan ditandai oleh kerja sama ekonomi, berkembang, mendidik, melindungi, merawat, dan sebagainya. (Muhaemin dan Mujib, 1993: 289).

Keluarga juga merupakan unit terkecil dalam masyarakat yakni persekutuan antar sekelompok orang yang mempunyai pola-pola kepentingan masing-masing dalam mendidik anak yang belum ada di lingkungannya. (Ramayulis, 2006: 281).

Keluarga memiliki peranan yang sangat penting dalam upaya mengembangkan pribadi anak. Perawatan orang tua yang penuh kasih sayang dan pendidikan tentang nilai-nilai kehidupan, baik agama maupun sosial budaya yang diberikannya merupakan faktor yang kondusif untuk mempersiapkan anak menjadi pribadi dan anggota masyarakat yang sehat. (Yusuf, 2007: 37). Dari lingkungan keluarga anak juga memperoleh berbagai informasi pertama kalinya sebagai bekal bergaul di luar lingkungan keluarga.

Keluarga yang mampu menjawab harapan-harapan tersebut adalah manakala keberfungsian keluarga dapat dirasakan oleh seluruh anggotanya. Fungsi-fungsi tersebut adalah keluarga sebagai; (1) fungsi biologis, (2) fungsi ekonomis, (3) fungsi pendidikan (edukatif), (4) fungsi perlindungan (protektif), (5) fungsi sosialitatif, (6) fungsi rekreatif, (7) fungsi agama (religius). (Yusuf, 2007: 39 –42).

Namun seiring dengan kemajuan jaman yang serba cepat, anak-anak dihadapkan pada berbagai perubahan yang pesat baik dibidang sosial, politik,


(8)

ilmu pengetahuan, pendidikan, teknologi, industri, lingkungan dan lainnya. Dengan demikian lingkungan keluarga dituntut mampu menstimulasi berbagai potensi anak dengan berbagai kegiatan yang mampu merangsang seluruh potensinya serta dibekali dengan berbagai kompetensi agar dapat menghadapi tantangan jaman, baik potensi fisik, sosial emosi, bahasa, intelektual, moral, seni, disiplin dan lainnya sehingga kelak anak-anak siap menghadapi suasana lingkungan yang sesungguhnya. Sampai disini jelaslah bahwa pendidikan keluarga (pendidikan informal) memiliki nilai strategis dalam pembentukan perilaku sosial anak.

Sejak kecil anak sudah melakukan komunikasi dan interaksi dengan anggota keluarga khususnya kedua orang tua. Sejak itu pula anak sudah mendapatkan pendidikan dari kedua orang tuanya melalui keteladanan dan pembiasaan hidup sehari-hari. Baik tidaknya keteladanan dan pembiasaan yang diberikan kedua orang tua akan sangat berpengaruh terhadap perilaku sosial anak dan inilah salah satu makna penidikan.

Pendidikan dalam keluarga juga dimaknai sebagai suatu proses pemberdayaan dan pembudayaan individu agar ia mampu memenuhi kebutuhan perkembangannya dan sekaligus memenuhi tuntunan sosial, kultural, dan religius dalam lingkungan kehidupannya. (Hatimah, 2007: 1091).

Dari pengertian di atas mengimplikasikan bahwa upaya apapun yang dilakukan oleh orang tua dalam lingkungan keluarga seharusnya terfokus pada upaya bagaimana memfasilitasi perkembangan individu anak sesuai dengan nilai-nilai, baik nilai agama maupun sosial yang dianut.


(9)

Terkait dengan pendidikan keluarga bagi anak usia dini (informal), diartikan sebagai segenap upaya pendidik (orang tua, guru, dan orang dewasa lainnya) dalam menfasilitasi perkembangan dan belajar anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun melalui penyediaan berbagai pengalaman dan rangsangan yang bersifat mengembangkan, terpadu, dan menyeluruh sehingga anak dapat bertumbuh-kembang secara sehat dan optimal sesuai dengan nilai dan norma kehidupan yang dianut. (Hatimah, 2007: 1093).

Lebih rinci tentang tujuan adanya pendidikan prasekolah atau PAUD adalah :

1. Dapat mengidentifikasi perkembangan fisiologis anak usia dini dan mengaplikasikan hasil indentifikasi tersebut dalam pengembangan fisiologis yang bersangkutan.

2. Dapat memahami perkembangan kreativitas anak usia dini dan usaha-usaha yang terkait dengan pengembangannya.

3. Dapat memahami kecerdasan jamak dan kaitannya dengan perkembangan anak usia dini.

4. Dapat memahami arti bermain bagi perkembangan anak usia dini.

5. Dapat memahami pendekatan pembelajaran dan aplikasinya bagi perkembangan anak usia kanak-kanak. (Nurani, 2007: 36).

Dengan memperhatikan tujuan PAUD di atas, maka setiap penyelenggara pendidikan prasekolah atau PAUD termasuk pada jalur informal (keluarga) dituntut harus memahami konsep dasar dan hakikat PAUD dengan baik dan benar dalam berbagai aspeknya. Kesalahan dalam memahami pendidikan bagi anak usia


(10)

dini akan mengakibatkan kesalahan pula dalam melakukan pembimbingan dan pengasuhan kepada anak.

Dalam proses pengembangan anak usia dini, menurut pasal 28 UU No. 20 tahun 2003 ada empat unsur yang harus dipenuhi di dalamnya antara lain ; Pertama, pembinaan anak usia dini merupakan pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai usia enam tahun. Kedua, pengembangan anak usia dini dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan. Ketiga, pendidikan anak usia dini bertujuan untuk membantu pertumbuhan dan pengembangan jasmani dan rohani (holistik). Keempat pengembangan dan pendidikan anak usia dini merupakan persiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Keempat unsur ini hanya bisa terrealisasi jika terjadi kerjasama antara berbagai pihak mulai keluarga sebagai jalur informal, nonformal, dan formal. (Forum PAUD, 2004: 4).

Terkait dengan tanggung jawab pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan informal (keluarga) pihak yang memikul tanggung jawab pertama dan utama adalah orang tua, sebab anak merupakan amanat dan titipan Allah Swt yang harus dibimbing, diasuh dan diarahkan sesuai dengan fitrahnya.

Mendidik anak bukanlah hal yang mudah, bukan pekerjaan yang dapat dilakukan secara serampangan, dan bukan pula hal yang bersifat sampingan. Mendidik anak sama kedudukannya dengan kebutuhan pokok dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh setiap muslim yang mengaku dirinya memeluk agama yang

hanif. Bahkan dalam Islam, mendidik anak merupakan tugas yang harus dan

mesti dilakukan oleh setiap orang tua, karena perintahnya datang dari Allah sebagaimana pengertian yang tersimpulkan dalam firman-Nya :


(11)

(٦ :

ا)...

َْااو ْ◌ُقاو ْ◌ ْ◌ ُ َ َا َ ْ ِ◌ﱠ ا َ ﱡ اَ َ ْ ُ ْ ِ◌ْهَاَو ْ ُ َ َ◌ ُ

اًرَ َ

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka… (QS. At-Tahriim: 6).

Ali Ibn Abu Tholib menafsirkan ayat tersebut bahwa cara untuk sampai ke arah itu adalah dengan mendidik dan mengajar mereka. Dengan demikian mendidik dan memberikan tuntunan kepada anak sama artinya dengan upaya untuk meraih surga. Sebaliknya, menelantarkannya berarti menjerumuskan diri ke dalam neraka. (Rahman, 2000: 17).

Keberhasilan anak dalam mengembangkan seluruh fitrahnya sangat banyak ditentukan oleh usaha serta perjuangan orang tua. Hal itu sesuai dengan sabda rasulullah :

Artinya : “Tidak ada manusia yang dilahirkan kecuali atas fitrahnya, orang tuanya yang menjadikan ia Yahudi atau Nasrani atau Majusi,” (Hr. Bukhari Muslim).

Dalam perspektif pendidikan, ada tiga alasan yang mendasari mengapa anak harus dididik. Pertama, anak-anak yang nantinya menjadi dewasa memiliki


(12)

tugas untuk memelihara hasil-hasil penting yang dicapai oleh bangsanya

(konservatif). Kedua, anak-anak diharapkan dapat menguasai dan

mengembangkan seluruh potensinya agar dapat berperan aktif dalam kehidupan sosial masyarakat yang senantiasa terus bergerak dinamis.

Adapun yang Ketiga, setelah mereka dewasa diharapkan mampu menyeleksi nilai dan budaya yang perlu dipertahankan dan nilai serta budaya baru yang mana yang harus dimiliki. Hal ini sesuai dengan hadits rasul yang artinya : “Didiklah anak-anakmu sebab mereka dilahirkan untuk hidup dalam jaman yang berbeda dengan jamanmu”. (Hr. Bukhari Muslim).

Bagi anak, orang tua merupakan guru yang terpenting dan rumah tangga merupakan lingkungan belajar utamanya dengan tugas utama mendidik, membimbing, mengasuh, dan melatih anak-anak sesuai dengan karakteristiknya. Dalam ajaran Islam, kita mendapatkan sebuah pembelajaran berharga yang diajarkan baginda rasul dalam mendidik dan mengasuh anak diantaranya :

Artinya: “Cintailah anak-anak, sayangilah mereka. Apabila kamu sekalian menjanjikan sesuatu kepada meraka penuhilah, karena mereka memandang sebagai orang yang bertanggung jawab memberikan rezeki kepada mereka”. (Hr. Bukhari Muslim).

Hadits tersebut menggariskan pokok-pokok yang sangat baik dalam mendidik anak sebagai berikut :

a. Cinta. Cinta adalah tali pengikat antara sesama manusia agar mereka hidup bersama dalam keakraban dan ‘itikad baik, terutama antara anggota kerabat yang daging dan darahnya berasal dari kita sendiri yaitu anak.


(13)

b. Kasih sayang. Suatu gantungan utama orang mengharapkan pertolongan yang menyimpan sifat keakraban dan kesetiaan yang menjadikan orang memiliki kasih sayang tersebut sebagai manusia yang agung.

c. Memenuhi janji. Pemenuhan janji orang tua kepada anak-anaknya merupakan contoh cinta serta ikatan yang sangat dalam yang mewarnai ikatan antara meraka. (Hasyim dalam Rahminawati, 2004: 2).

Pendidikan keluarga sebagai bagian tak terpisahkan dari sistem pendidikan nasional, dalam prakteknya tentu diperlukan beberapa faktor yang menentukan kesuksesan anak dalam menjalani tugas-tugas perkembangan sosialnya. Dari sekian banyak faktor antara lain adalah kegiatan interaksi dan komunikasi yang dilakukan orang tua dalam keluarga. Curtis (Pines, 1981) dalam penelitiannya misalnya menyimpulkan bahwa komunikasi amat esensi buat pertumbuhan kepribadian manusia. Davis (1940) dan Waserman (1924) juga berpendapat bahwa kurangnya komunikasi akan menghambat perkembangan komunikasi pada anak. (Rahmat, 2008: 2).

Dari dua pendapat di atas, digambarkan bahwa komunikasi dalam keluarga memberikan kontribusi yang signifikan terhadap perkembangan perilaku sosial anak. Artinya efektif dan tidaknya komunikasi yang dilakukan orang tua akan sangat berdampak pada pembentukan perilaku sosial anak.

Faktor lain yang juga harus ada dalam proses perkembangan perilaku sosial anak adalah gaya perlakuan (parenting style) orang tua. Hal ini diperkuat dengan keterangan dari Santrock (1995), bahwa para developmentalis


(14)

telah mencari ramuan-rauan pengasuhan yang dapat meningkatkan kompetensi sosial pada anak.

Dari sekian banyak pandangan yang terkenal adalah pandangan dari Baumrind (1971) yaitu para orang tua tidak boleh menghukum atau mengucilkan anak, tetapi orang tua harus mengembangkan aturan-aturan bagi anak dan mencurahkan kasih sayang kepada mereka. Baumrind menekankan tiga tipe pengasuhan yang dikaitakan dengan aspek-aspek yang berberbeda dalam perilaku sosial anak yaitu; otoriter, otoritatif, dan laissez-faire (permisif).

Sikap dan perlakuan yang hangat, kasih sayang, atau penuh perhatian dapat mengembangkan kepribadian anak yang sehat dan keterampilan berinteraksi yang baik dan akan menyebabkan anak mampu menuntaskan tugas perkembangannya. Sebaliknya gaya perlakuan (parenting style) yang bersifat dingin, kaku atau keras dapat menyebabkan anak mengalami kesulitan dalam menuntaskan perkembangannya, khususnya dalam berinteraksi dengan orang lain. (Yusuf, 2007: 105). Dengan demikian jelaslah bahwa perilaku sosial anak akan dapat dibentuk melalui pola komunikasi dan gaya perlakuan orang tua yang sesuai dengan tahapan perkembangannya.

Berdasarkan uraian-uraian di atas, penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian terhadap faktor yang mempengaruhi pembentukan perilaku soaial anak dengan fokus penelitian pada masalah ; ”Seberapa besar kontribusi pola komunikasi dan gaya perlakuan (parenting style) orang tua terhadap perilaku sosial anak ?”


(15)

B. Rumusan Masalah

Mengingat banyaknya faktor yang mempengaruhi pembentukan perilaku sosial anak, maka masalah dalam penelitian ini dibatasi pada faktor pola komunikasi dan gaya perlakuan (parenting style) orang tua. Oleh karena itu, masalah yang akan diungkap jawabannya dalam penelitian ini adalah ”Seberapa besar kontribusi pola komunikasi dan gaya perlakuan orang terhadap perkembangan sosial anak usia dini anak uisa 4-6 tahun” ?

Untuk lebih mengarahkan peneliti dalam melakukan penelitian, maka masalah utama tersebut dirumuskan dalam beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimana pola komunikasi orang tua di Dusun Godebag Desa Tanjungkerta Tasikmalaya ?

2. Bagaimana gaya perlakuan orang tua di Dusun Godebag Desa Tanjungkerta Tasikmalaya ?

3. Bagaimana perilaku sosial anak usia 4-6 tahun di Dusun Godebag Desa Tanjungkerta Tasikmalaya ?

4. Seberapa besar kontribusi pola komunikasi orang tua terhadap pembentukan perilaku sosial anak usia 4-6 tahun di Dusun Godebag Desa Tanjungkerta Tasikmalaya ?

5. Seberapa besar kontribusi gaya perlakuan orang tua terhadap pembentukan perilaku sosial anak 4-6 tahun di Dusun Godebag Desa Tanjungkerta Tasikmalaya ?


(16)

6. Seberapa besar kontribusi pola komunikasi dan gaya perlakuan terhadap pembentukan perilaku sosial anak usia 4-6 tahun di Dusun Godebag Desa Tanjungkerta Tasikmalaya ?

C. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian itu bertujuan untuk melihat bagaimana pola komunikasi dan gaya perlakuan orang tua berkontribusi terhadap perilaku sosial anak. Untuk itu tujuan penelitian ini untuk memperoleh gambaran empirik (nyata) tentang :

1. Pola komunikasi orang tua di Dusun Godebag Desa Tanjungkerta Tasikmalaya.

2. Gaya perlakuan orang tua di Dusun Godebag Desa Tanjungkerta Tasikmalaya.

3. Perilaku sosial anak usia 4-6 tahun di Dusun Godebag Desa Tanjungkerta Tasikmalaya.

4. Besarnya kontribusi pola komunikasi orang tua terhadap pembentukan perilaku sosial anak usia 4-6 tahun di Dusun Godebag Desa Tanjungkerta Tasikmalaya.

5. Besarnya kontribusi gaya perlakuan orang tua terhadap pembentukan perilaku sosial anak 4-6 tahun di Dusun Godebag Desa Tanjungkerta Tasikmalaya.


(17)

6. Besarnya kontribusi pola komunikasi dan gaya perlakuan terhadap pembentukan perilaku sosial anak usia 4-6 tahun di Dusun Godebag Desa Tanjungkerta Tasikmalaya.

D. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan kegunaan bagi orang tua dalam menerapakan pola komunikasi dan gaya perlakuan terhadap anak sehingga mampu membantu anak dalam membentukan perilaku sosial anak.

Adapun manfaat lain yang diharapkan antara lain : 1. Manfaat Teoretis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif terhadap teori pembentukan perilaku sosial anak, minimal penguatan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembentukan perilaku sosial anak. 2. Manfaat Praktis

a. Membantu orang tua untuk lebih memahami pola komunikasi dan gaya perlakuan yang tepat untuk membentuk perilaku sosial anak.

b. Bagi peneliti lain, temuan dalam penelitian ini dapat digunakan sebagai langkah awal untuk kegiatan penelitian yang lebih menyeluruh.

E. Asumsi

Penelitian ini didasarkan pada beberapa asumsi atau anggapan dasar sebagai berikut :


(18)

1. Pembentukan perilaku sosial merupakan hasil interaksi dengan lingkungannya. Lingkungan yang pertama dimasuki anak adalah lingkungan keluarga. Dalam keluarga anak berinteraksi dan berkomunikasi dengan anggota keluarga lainnya, anak mulai mengenal kasih sayang, saling memiliki dan bahkan mengenal dirinya sendiri. (Kartadinata, 1999: 4-5).

2. Kekuatan dari komunikasi efektif muncul dari orang tua karena kekuatan kemampuan orang tua dalam memahami anak dan cara orang tua menjalin kedekatan dengan anak. (Junita, 2005: 21-22).

3. Perlakuan orang tua dalam pengasuhan anak sangat menentukan perilaku anak menjadi perilaku prososial atau anti sosial. (Hoffman dalam Ernawulan, 1999: 5).

F. Hipotesis

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui berapa besar kontribusi pola komunikasi dan gaya perlakuan orang tua terhadap pembentukan perilaku sosial anak. Hipotesis yang perlu diuji adalah mengetahui berapa besar kontribusi tersebut. Dengan demikian hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Pola komunikasi orang tua berkontribusi terhadap pembentukan perilaku sosial anak.

2. Gaya perlakuan orang tua berkontribusi terhadap pembentukan perilaku sosial anak.


(19)

3. Pola komunika bersama-sama te

Bagaimana ko dalam bagan 1.1 berik

Kontr Keterangan :

: Pola : Gaya Y : Peril

: Param PY : Param

PY : Param

terha r : Kore

ikasi dan gaya perlakuan orang tua berko a terhadap pembentukan perilaku sosial anak. kontribusi antara variabel X , 1 X dan Y dap2

erikut ini :

Bagan 1.1

ntribusi Variabel X dan 1 X terhadap varibel Y2

la komunikasi orang tua aya perlakuan orang tua

rilaku sosial anak

rameter struktur berkontribusi terhadap Y

ramter struktrur berkontribusi terhadap Y rameter struktur dan berpengaruh secara b rhadap Y

orelasi variabel dengan .

Y

rkontribusi secara

apat digambarkan

Y


(20)

G. Metode Penelitian

Sesuai dengan identifikasi masalah dan tujuan penelitian, maka dalam penelitian ini digunakan pendektan kuantitatif dengan metode deskriptif analitik korelatif, yaitu penelitian yang berusaha memperoleh gambaran (deskripsi) gabungan (korelasional) antara berbagai variabel yang diteliti.

Dengan demikian penelitian ini dilakukan untuk mengetahui secara empirik tentang ; “Seberapa besar kontribusi pola komunikasi orang tua (variabel X1), gaya perlakuan (variabel X2) terhadap perilaku sosial anak usia 4-6 tahun (variabel Y)” ?

Untuk memperoleh gambaran empirik tentang besarnya kontribusi antar ketiga variabel tersebut maka perlu ditetapkan populasi dan sampel. Yang dijadikan populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah orang tua yang ada di wilayah Dusun Godebag Desa Tanjungkerta Kabupaten Tasikmalaya sebanyak sampel 40 orang.

Dari responden sebanyak 40 orang itu diharapkan peneliti memperoleh data yang akurat. Dan untuk memperoleh data tersebut peneliti menggunakan teknik angket, wawancara terstruktur, dan observasi non partisipan. Dari hasil angket yang disebarkan kepada responden akan diolah melalui teknik analisis korelasi Pearson Product Moment (PPM ) dari Karl Pearson. (Sudjana, 2007: 148-149).

Hal itu dilakukan mengingat data dalam penelitian ini berupa data interval dan rasio dengan persyaratan tertentu (Akdon, 2008: 188), maka rumus yang digunakan adalah :


(21)

(

) ( )( )

)

}

{

(

) }

(

{

2 2 2 2

i i

i i

i i i

i xy

Y Y

n X X

n

Y X Y

X N r

Σ −

− Σ

Σ Σ − Σ =


(22)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

1. Pendekatan dan Teknik Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan teknik deskriptif analitik korelasional, yaitu penelitian yang menggambarkan hubungan antara berbagai variabel yang diteliti. Melalui pendekatan ini diharapkan dapat memberikan gambaran dan menemukan hubungan antara satu variabel lain atau berbagai objek penelitian.

Dengan desain ini juga diharapkan dapat menguji hipotesis utama yang dirumuskan ; “Pola komunikasi dan gaya perlakuan orang tua berkontribusi terhadap perilaku sosial anak usia 4-6 tahun. Pola hubungan dan pengaruh ketiga varaibel yang akan diteliti dapat digambarkan dalam bagan berikut ini.

Bagan 3.1

Model Hubungan antara Variabel Penelitian


(23)

Keterangan :

: Pola komunikasi orang tua : Gaya perlakuan orang tua Y : Perilaku sosial anak

: Parameter struktur berkontribusi terhadap Y PY : Paramter struktrur berkontribusi terhadap Y

PY : Parameter struktur dan berpengaruh secara bersama-sama terhadap Y

r : Korelasi variabel dengan .

2. Lokasi dan Sumber Data Penelitian

Dalam penelitian ini penulis melakukan penelitian di Dusun Godebag Desa Tanjungkerta Kecamatan Pagerageung Tasikmalaya. Sedangkan sumber data dalam penelitian ini adalah orang tua di wilayah tersebut. Data yang diperoleh dari orang tua adalah terkait dengan pola komunikasi, gaya perlakuan orang tua dan perilaku sosial anak.

B. Populasi dan Sampel Peneltiian 1. Populasi

Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah orang tua di wilayah Dusun Godebag Desa Tanjungkerta Kecamatan Pagerageung Kabupaten Tasikmalaya. Berdasarkan data dari pemerintah Dusun Godebag, jumlah Kepala


(24)

Keluarga (KK) pada tahun 2009 ini berjumlah 399 KK, terbagi dalam lima rukun tetangga (RT). Gambaran populasi tergambar dalam tabel 3.1 berikut ini :

Tabel 3.1

Keadaan Kepala Keluarga di Dusun Godebag Desa Tanjungkerta Kecamatan Pageraegung Tasikmalaya

RT Jml Kk

Pendidikan Jml

S D

% SLP % SLA % S1 % S2 % S3 % Lain nya

% %

01

76 17 22, 37

26 34,2 1

21 27,6 3

5 6, 58

4 5,26 0 0,00 3 3,9 5

100

02

85 15 17, 65

33 38,8 2

19 22,3 5

13 15 ,2 9

3 3,53 0 0,00 2 2,3 5

100

03

91 20 21, 98

25 27,4 7

33 36,2 6

7 7, 69

3 3,30 0 0,00 3 3,3 0

100

04

85 19 22, 35

23 27,0 6

29 34,1 2

8 9, 41

2 2,35 0 0,00 4 4,7 1

100

05

62 10 16, 13

23 37,1 0

19 30,6 5

5 8, 06

4 6,45 0 0,00 1 1,6 1

100

Jml 399 81 20,

30 130 32,5

8 121 30,3

3 38 9, 52 16

4,01 0 0,00 13 3,2 6 100

Sumber : Data Penduduk Dusun Godebag Tahun 2009

2. Sampel

Penelitian dilakukan berfokus pada pola komunikasi dan gaya perlakuan yang dilakukan orang tua dalam keluarga dan perilaku sosial anak usia 4-6 tahun di lingkungan Dusun Godebag Desa Tanjungkerta Kecamatan Pagerageung Kabupaten Tasikmalaya.

Penentuan sampel dilakukan dengan menggunakan rumus dari (Yamane; Rakhmat, 1998; Riduwan dan Akdon, 2007 : 249 -151). Hal ini dilakukan karena populasi sudah diketahui (Riduwan dan Akdon, 2006 : 249).


(25)

Adapun rumusnya sebagai berikut :

Dimana : n = Jumlah sampel N = Jumlah Populasi

2

d = Presisi yang ditetapkan.

Diketahui jumlah populasi sebanyak N = 399 orang dan tingkat presisi yang ditetapkan sebesar = 15 %. Berdasarkan rumus di atas, bila tingkat presisinya ditetapkan sebesar 15 %, maka dapat ditetapkan jumlah sampel sebagai berikut :

n =

1 .d2 + N N = 1 ) 15 , 0 .( 399 399

2 + = 9,98 399

= 39,98 = 40 orang.

Dengan rumus di atas, maka diperoleh jumlah sampel yaitu orang tua di Dusun Godebag Desa Tanjungkerta Kecamatan Pagerageung Tasikmalaya sebanyak 40 orang dengan rincian sebagai berikut :

a. RT 01 = 76/399 x 40 = 8 orang

b. RT 02 = 85/399x 40 = 9 orang

c. RT 03 = 91/399 x 40 = 9 orang

d. RT 04 = 85/399 x 40 = 9 orang

e. RT 05 = 62/399 x 40 = 6 orang.

1

.

2

+

=

d

N

N

n


(26)

C. Defisini Operasional Variabel

Penelitian ini mengkaji tiga variabel penelitian, yaitu pola komunikasi orang tua (Variabel X1), gaya perlakuan (Variabel X2) dan perilaku sosial anak usia 4-5 tahun (Variabel Y).

Selanjutnya untuk menghindari salah penafsiran terhadap istilah yang diteliti, maka istilah-istilah tersebut perlu didefinisikan sebagai berikut :

1. Pola komunikasi diartikan sebagai cara-cara hubungan antara dua orang atau lebih dalam pengiriman dan penerimaan pesan dengan cara yang tepat sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. (Djamarah, 2004: 1). Pola komunikasi yang dilakukan oleh orang tua dalam keluarga sebagai upaya untuk menstimulasi berbagai potensi anak sehingga dapat berkembang secara maksimal. Pola komunikasi yang sering terjadi dalam lingkungan keluarga meliputi : (a) komunikasi verbal, (b) komunkasi non verbal, (c) komunikasi interpersonal, dan komunikasi kelompok). (Djamarah, 2004: 43-48).

2. Gaya perlakuan orang tua diartikan sebagai sikap perlakuan orang tua dalam mengembangkan keterampilan berinteraksi yang baik kepada anak (Yusuf, 200 : 106). Seperti juga pola komunikasi orang tua, gaya perlakuan orang tua dilakukan sebagai upaya untuk menstimulasi berbagai potensi anak sehingga dapat berkembang secara maksimal. Keberhasilan memaksimalkan potensi anak, akan memberikan arti penting bagi kelanjutan kehidupan anak tersebut. Gaya perlakuan tersebut meliputi : (a) authoritarian, (b) authoritative , dan

(c) permisive. (Santrock, 1995: 257-258;


(27)

3. Perilaku sosial adalah menggambarkan kemampuan anak untuk beradaptasi dengan lingkungan sosialnya secara efektif. (Suyanto, 2005: 69). Kemampuan tersebut ditandai dengan kemampuan : (a) kerjasama, (b) menghargai, (c) berbagi, (d) membantu orang lain. (Helms & Turner dalam Ernawulan, 1999: 11).

D. Teknik dan Alat Pengumpulan Data 1. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mengumpulkan data disusun perangkat alat pengumpul data sebagai berikut :

a. Angket, yaitu sejumlah pertanyaan tertulis disertai alternatif jawabaan yang diberikan kepada responden. Jenis angket yang digunakan adalah angket tertutup, yakni responden diberikan alternatif jawaban, sehingga responden tinggal memilih alternatif jawaban yang telah disediakan. Angket yang digunakan dalam penelitian ini merujuk pada skala model Linkert. Skala berisi sejumlah pertanyaan yang menyatakan objek yang hendak diungkap. Pensekoran atas kuesioner skala ini yang digunakan dalam penelitian ini merujuk pada lima alternatif jawaban. Untuk keperluan analisis secara kuantitatif, maka jawaban dalam angket diberi skor (angka) sebagai berikut :

1) Selalu skor : 5

2) Sering skor : 4

3) Kadang-kadang skor : 3


(28)

5) Tidak pernah skor : 1.

b. Studi kepustakaan, yakni pengumpulan data dengan cara mempelajari dan menganalisis teori-teori yang relevan dengan masalah yang sedang dikaji. c. Wawancara. Untuk melengkapi data yang telah dikumpulkan melalui

angket, penulis berusaha mencari data yang lebih akurat dan menyakinkan kepada para orang tua. Teknik wawancara yang digunakan adalah wawancara langsung dengan responden.

d. Observasi. Teknik ini dilakukan menambah daya akurasi data yang telah dihimpun peneliti. Observasi dilakukan kepada orang tua sebanyak 8 orang sebagai responden dan anak-anak usia 4-6 tahun. Adapun teknik yang digunakan adalah obervasi bebas. Maksudnya peneliti mengamati fenomena yang diteliti secara bebas tanpa bantuan alat tertentu.

2. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini menggunakan teknik analitik deskriptif, yaitu mendeksripiskan data yang terkumpul sebagaimana adanya. Sedangkan teknik korelasional berusaha melihat hubungan antara variabel yang diteliti.

Langkah-langkah yang ditempuh dalam melakukan analisis data adalah : a. Mengumuplkan dan menyeleksi data yang terkumpul

b. Mengklasifikasikan data c. Menskor data

d. Mentabulasi data


(29)

f. Melakukan uji statistik

g. Mendeskripsikan data (menganalisis data).

3. Perhitungan Nilai Kooefisien Korelasi Sederhana (r)

Alat analisis korelasi sederhana digunakan untuk menilai tingkat keeratan hubungan antara variabel perilaku sosial anak sebagai variabel terikat (Y) dengan pola komunikasi orang tua sebagai variabel bebas pertama ( ) dan gaya perlakuan orang tua sebagai variabel bebas kedua ( ).

Tinggi rendahnya hubungan keeratan antara variabel penelitian dapat dilihat dari besar kecilnya nilai kooefisen nilai korelasi sederhana (r) yang diperoleh dari hasil analisis data penelitian. Alat analisis koefisien kerelasi yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan formula dari Sudjana (1992 : 369) sebagai berikut :

Dimana :

= Koefisien korelasi x = Jumlah skor I

y = Jumlah skor total item n = Jumlah responden

(

) (

)(

)

)

}

{

(

) }

(

{

2 2 2 2

i i i i i i i i xy Y Y n X X n Y X Y X N r

Σ −

− Σ Σ Σ − Σ =


(30)

(∑ ) = Kuadrat jumlah skor pola komunikasi orang tua

∑ = Jumlah kuadrat skor pola komunikasi orang tua

∑ = Jumlah kuardat skor perilaku anak (∑ ) = Kuadrat jumlah skor perilaku anak.

4. Perhitungan Nilai Koefisien Korelasi Ganda (R)

Analisis koefisien korelasi berganda digunakan untuk menilai tingkat keeratan gubungan antara perilaku sosial anak sebagai varaibel terikat (Y) dengan pola komunikasi sebagai variabel bebas ( ) dan gaya perlakuan orang tua sebagai variabel bebas ( ) secara bersama-sama.

Tinggi rendahnya tingkat keeratan hubungan antara variabel penelitian dapat dilihat dari besar kecilnya nilai koefisien korelasi berganda (R) yang diperoleh dari hasil analisis data penelitian. Alat analisis koefiesien korelasi berganda yang digunakan dalam penelitian ini mengggunakan formula dari Sugiyono (1998 : 145) sebagai berikut :

Selanjutnya untuk mengetahui tingkat hubungan antara hipotesis penelitian digunakan pedoman interpretasi koefisien korelasi sebagai berikut :

x

x

r

x

x

x

x

x

r

x

r

y y r y r y r

rX Y

1 2 2 1 2 1 2 2 1 2 1 )( )( ( 2 2 1 − − + = +


(31)

Tabel 3. 2

Pedoman Interpretasi Koefisien

Interval Koefisien Tingkat Hubungan 0, 00 – 0,199

0,20 – 0,399 0,40 – 1,599 0,60 – 0,799 0,80 – 1,000

Sangat rendah Rendah Sedang Kuat Sangat kuat

5. Perhitungan Nilai Koefisien Determinasi Sederhana

Alat analisis koefisein determinasi sederhana ( ), digunakan untuk mengetahui persentase besarnya peubah variabel terikat, yaitu perilaku sosial anak (Y) yang disebabkan oleh dua variabel bebas, yaitu pola komunikasi( ) dan gaya perlakuan orang tua ( ).

Artinya nilai koefisien determinasi sederhana memberikan gambaran tentang besarnya persentase peubah nilai variabel terikat terhadap perubahan variabel bebas yang dapat dijelaskan dengan model penelitian yang diajukan.

Adapun sisa dari nilai koefisien determinasi sederhana ( ) yang digunakan dalam penelitian ini adalah formula dari Suprapto (1990 : 80) sebagai berikut :


(32)

Dimana :

KD = Koefisien determinasi

= Koefisien korelasi.

6. Perhitungan Nilai Koefisein Determinasi Berganda ( )

Alat analisis koefisien determinasi berganda ( ), digunakan untuk mengetahui persentase besarnya perubahan perilaku sosial anak sebagai variabel terikat (Y) yang disebabkan oleh pola komunikasi dan gaya perlakuan orang tua sebagai variabel bebas ( dan ) secara bersama-sama.

Dengan kata lain nilai koefisein determinasi sederhana memberikan gambaran petunjuk terhadap besarnya persentase perubahan nilai variabel terikat sebagai akibat dari adanya perubahan variabel bebas yang dijelaskan dengan model penelitian yang diajukan.

Adapun sisa dari nilai koefisien determinasi berdanga ( ), dijelaskan oleh variebl lain yang tdiak diajukan dalam penelitian ini. Alat analisis koefisien berganda ( ) yang digunakan dalam penelitian ini adalah formula dari Mendenhall dan Reinmuth (1988 : 62) sebagai berikut :

Dimana :

= Koefisien determinasi berganda


(33)

SST = Jumlah kuadrat nilai Y SSE = Jumlah kuadrat kesalahan.

7. Regresi Linier Sederhana

Alat analisis regresi sederhana digunakan untuk memprediksikan variabel terikat dengan melihat sifat hubungan dan besar kecilnya pengaruh antara perilaku sosial anak (Y) dengan semua variabel besar yaitu pola komunikasi ( ) dan gaya perlakuan orang tua ( ).

Sifat hubungan dan besar kecilnya pengaruh antara variabel penelitian dapat dilihat dari tanda (+/-) koefisien regresi sederhana dan besarnya kecilnya nilai regresi sederhana pada persamaan regresi sederhana yang digunakan dalam penelitian ini. Alat analisis regresi yang digunakan dalam penelitian ini addalah formula yang diajukan oleh Sudjana (1996 : 6) sebagai berikut :

Ŷ = Prediksi variabel Y a = Konstanta

b = Koefisein regresi

X = Subjek variabael independen.


(34)

8. Regresi Linier Berganda

Alat analisis regresi berganda digunakan untuk memprediksikan variabel terikat dengan melihat sifat hubungan dan besar kecilnya pengaruh antara perilaku sosial anak (Y) dengan semua variabel bebas yaitu pola komunikasi ( ) dan gaya perlakuan orang tua ( ).

Sifat hubungan dan besar kecilnya pengaruh variabel penelitian dapat di dari tanda (+/-) koefisien regresi berganda dan besarnya kecilnya nilai regresi berganda dari setiap variabel bebas pada persamaan regresi berganda yang yang diperoleh dari analisis data dalam penelitian ini. Alat analisis regresi yang digunakan dalam penelitian ini adalah formula yang diajukan oleh Sudjana (1996 : 76) sebagai berikut :

Dimana :

Ŷ = Prediksi variabel Y a = Konstanta

= Koefisien regresi variabel = Koefisien regresi variabel

= Variabel = Variabel .


(35)

9. Uji t

Untuk pengujian signifikansi koefisien sederhana dan koefisien regresi sederhana menggunakan formula t-test dalam Putrawan (1990 : 122), sebagai berikut :

Hipotesis yang diajukan dalam melakukan pengujian koefisien sederhana dan koefisien regresi sederhana adalah :

H : b = 0 (koefisien korelasi atau koefisien regresi tidak signifikan). Ha : b > 0 (koefisein korelasi atau koefisien regresi signifikan). Kriteria pengujian hipotesis sebagai berikut :

Jika nilai t-test < nilai !"#$%& , maka H diterima. Jika nilai t-test > nilai !"#$%& , maka H diterima.

Untuk mengetahui !"#$%& digunakan ketentuan derajat kebebasan (dk) = n-2 pada level of significance (a) sebesar 5% (tingkat kesalahan 5% atau 0,50) atau tarap keyakinan 95% atau 0,95. Jadi apabila tingkat kesalahan suatu variabel lebih dari 5% berarti variabel tersebut tersebut tidak signifikan.

t-test = √)

* +


(36)

10.Uji F

Untuk menguji signifakn koefisien regresi berganda dan model regresi berganda menggunakan formula f-test dari Mendehall dan Reinmuth (1988 : 68) sebagai berikut :

Hipotesis yang diajukan dalam melakukan pengujian signifikan koefisien regresi berganda adalah :

H : = 0 (tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel dan terhadap variabel Y.

Ha : = 0 ) ada hubungan yang signifikan antara variabel dan terhadap variabel Y.

Kriteria pengujian hipotesis sebagai berikut :

Jika nilai F-test < nilai ,"#$%& , maka Ha ditolak, H diterima Jika nilai F-test > nilai ,"#$%& , maka H ditolak, Ha diterima.

E. Rancangan Uji Hipotesis

Hipotesis yang diuji dalam penelitian adalah sebagai berikut :

1. H : Tidak terhadap kontribusi positif dan signifikan antara pola komunikasi terhadap perilaku sosial anak.

Ha : Terdapat kontribusi positif dan signifikan antara pola komunikasi orang tua terhadap perilaku sosial anak.

F-test = - .


(37)

2. H : Tidak terdapat kontribusi positif dan signifkan antara gaya perlakuan orang tua terhadap perilaku sosial anak.

Ha : Terdapat kontribusi positif dan signifkan antara gaya perlakuan orang tua terhadap perilaku sosial anak.

3. H : Tidak terdapat kontribusi positif dan signifkan antara pola kumunikasi dan gaya perlakuan orang tua terhadap perilaku sosial anak.

Ha : Terdapat kontribusi positif dan signifkan antara pola

komunikasi dan gaya perlakuan orang tua terhadap perilaku sosial anak.

py 12 = 0 ⇒ 1 diterima, bila ,23"4)5 < ,"%$%&

py 12 = 0 ⇒ 1 diterima, bila ,23"4)5 > ,"%$%& .

F. Jadual Penelitian

Penelitian ini dilakukan selama tujuh bulan yaitu sejak bulan Januari sampai dengan Juni 2009, dengan rincian kegiatan sebagai berikut :

Tabel 3. 3 Jadual Penelitian

Kegiatan Bulan

Jan Feb Mart April Mei Juni Juli Agus.

Persiapan √

Penyusunanan dan seminar proposal penelitian


(38)

Pengumpulan data √ √ Pengolahan dan analisis

data

√ √ √ √

Penyelesian tesis dan sidang


(39)

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Pola komunikasi orang tua baik verbal, nonverbal, interpersonal maupun kelompok memegang peranan penting dalam pembentukan perilaku sosial anak. Semakin tepat penerapan pola komunikasi dalam lingkungan keluaraga akan semakin berkontribusi positif terhadap perilaku sosial anak.

2. Gaya perlakuan orang tua baik gaya authoritarian, authoritative, maupun permessive memberikan kontribusi terhadap perilaku sosial anak. Semakin tepat penerapan gaya perlakuan dalam lingkungan keluarga akan semakin berkontribusi positif terhadap perilaku sosial anak.

3. Perilaku sosial anak usia 4-6 tahun merupakan perilaku yang harus distimulasi dan dibentuk sejak dini melalui pola komunikasi dan gaya perlakuan orang tua. Kemampuan anak dalam bersosialisasi sejak dini akan memberikan dampak yang lebih signifikan terhadap kemampuan anak dalam memasuki dunia yang sesungguhnya. Upaya menstimulasi dan membentuk perilaku sosial anak dapat dilakukan melalui penerapan pola komunikasi dan gaya perlakuan orang tua.


(40)

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil akhir penelitian, penulis mengajukan beberapa rekomendasi sebagai berikut :

1. Bagi Orang Tua

Hasil penelitian menunjukan bahwa pola komunikasi dan gaya perlakuan orang tua berkontribusi sangat tinggi terhadap perilaku sosial anak. Oleh karena itu orang tua perlu lebih memperhatikan pola komunikasi dan gaya perlakuan yang sesuai dengan situasi. Suatu saat orang tua perlu menerapkan pola komunikasi verbal dibanding pola yang lain, begitu sebaliknya. Pada waktu yang lain mungkin juga orang tua perlu menerapkan gaya perlakuan authoritarian, dibanding gaya yang lain hal itu bergantung pada kebutuhan.

Melalui penerapan pola komunikasi dan gaya perlakuan yang lebih sesuai sesuai dengan kebutuhan anak akan memberikan peluang yang lebih luas kepada anak untuk mengembangkan potensi sosialnya. Selain itu orang tua perlu memanfaatkan waktu yang ada untuk melakukan komunikasi dan interkasi dalam lingkungan keluraga dengan anak sebagai sebuah usaha membentuk dan mengembangkan potensi sosial anak sejak dini. Disela-sela kesibukan atau ketika santai disitulah kesempatan untuk membangun komunikasi dan interakasi dalam upaya membentuk dan membimbing perilaku sosial anak.

2. Bagi Peneliti Berikutnya

Penelitian ini baru melihat sebarapa besar kontribusi pola komunikasi dan gaya perlakuan orang tua terhadap perilaku sosial anak, belum melihat faktor lain


(41)

yang dapat memberikan kontribusi terhadap perilaku sosial anak. Oleh karena itu perlu penelaahan terhadap faktor lain yang mampu berkontribusi terhadap perilaku sosial anak.


(42)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Tafsir. (2007). Filsafat Pendidikan Islami, Integrasi Jasmani, Rohani, dan

Kalbu Memanusiakan Manusia. Bandung:Rosdakarya.

______ (2002). Pendidikan Agama dalam Keluarga. Bandung. Rosdakarya. Akdon. (2008). Aplikasi Statistik dan Metode Penelitian untuk Administrasi &

Manajeman. Bandung: Dewa Ruci.

Chaplin, JP. (2001). Dictionary of Psikologi. New York:Dell Publising Co.Inc. Darajat , Zakiyah. (1970). Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: Bulan Bintang.

________. (1995). Psikologi Agama. Jakarta: Bumi Aksara.

Departemen Agama RI. (1992). Al-Quran dan Terjemahnya. Surabaya. Surya Cipta Aksara.

Dewantara, Hajar, KI. (1962). Buku I: Pendidikan. Jogyakarta: Majlis Luhur Taman Siswa.

Djamarah, Bahri , Syaeful. (2004). Pola Komuniaksi Orang Tua dan Anak Dalam

Keluarga. Jakarta: PT. Reineka Cipta.

Dini P. Daeng, S. (1996). Metode Mengajar di Taman Kanak-Kanak, Bagian 2. Jakarta: Depdikbud.

Ernawulan. (1999). Peranan Bimbingan Guru, Pengasuhan Orang Tua, dan

Interaksi Teman Sebaya terhadap Perkembangan Perilaku Sosial Anak Taman Kanak-Kanak Aisiyah XI, Bumi Siliwangi, dan Angkasa I Bandung (Tesis). Bandung: SPs IKIP. Tidak diterbitkan.

Effendy, Uchjana, Onong. (2000). Dinamika Komunikasi. Cet. IV. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Fakultas Tarbiyah UIN Bandung (2008). Media Pendidikan, Jurnal Pendidikan

Keagamaan.Vol. XXIII. No. 3 Desember 2008.

Forum PAUD (2004). Buletin PADU (Jurnal Ilmiah Anak Usia Dini. Jakarta: Direktorat PAUD.

Hatimah, Ihat. (2007). Pendidikan Nakan Usia Dini. (Ilmu dan Aplikasi Pendidikan). Penyunting Moh. Ali. et.al. Bandung:Pedagogia Press.


(43)

Hasyim, Umar. (1983).Cara Mendidik Anak dalam Islam. Surabaya. Bina Ilmu. Harini, Sri dan Firdaus, Aba. (2003). Mendidik Anak Sejak Dini. Yogyakarta:

Kreaasi Wacana.

Halim, M. Nipan, Abdul. (2001). Anak Saleh Dambaan Keluarga. Yogyakarta: Mitra Pustaka.

Hurlock, Elizabeth, B. (1978). Child Development. Sizth Edition. New York:Mc.Graw Hill,Inc.

Junita, Ike. (2005). Prinsip Komunikasi Efektif (Untuk Meningkatkan Minat

Belajar Anak). Bandung : Simbiosa Rekatama Media.

Kartadinata, Sunaryo. (1983). Kontribusi Iklim Kehidupan Keluarga dan Sekolah

terhadap Adekuasi Penyesuaian Disi. (Tesis). Bandung: FPS IKIP. Tidak

diterbitkan.

Muheminin dan Abd. Mujib.(1993). Pemikiran Pendidikan Islam. Bandung: Trigenda Karya.

Nurihsan, Juntika. (2007). Perkembangan Peserta Didik (Modul). Bandung.: SPs UPI.

Peraturan Pemerintah RI. No. 21 tahun 1994 tentang Penyelenggaraan

Pembangunan Keluarga Sejahtera.

Rifai, SS, Melly. (2007). Pendidikan Kesejahteraan Keluarga. (Ilmu dan Aplikasi Pendidikan). Penyunting Moh. Ali. et.al. Bandung:Pedagogia Press.

Purwato, Ngalim. 2004 :82-84). Ilmu Pendidikan Teroretis dan Praktis. Bandung. Rosdakarya.

Rahman,’Abdur, Jamal. (2000). Athfalul muslimin, Kaifa Robbahuum Nabiyyul

Amin. Edisi Bahasa Indonesia, Tahapan Mendidik Anak Teladan

Rasulullah oleh Bahrun Abubakar Ihsan Zubaidi. (2005). Bandung: IBS.

Ramayulis. (2006). Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia.

Rakhmat, Jalaludin. (2008). Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Rahminawati, Nani. (2007. Model Alternatif Pendidikan Anak Usia Dini. Kumpulan Makalah Seminar: Bandung: Fakautas Tarbiyah UNISBA.


(44)

Rahmayanti;Tersedia:http://www.tokoislamonline.com/artcle_info.php?articles_id =4 [14 Agustus 2009].

Riduwan dan Akdon. (2006). Rumus dan Data dalam Aplikasi Statistika. Bandung. Alfabeta.

Salim, Abdullah, Husaen. (1992). Sahih Bukhori Muslim. Beirut. Darul Fikri. Santrock, W, John. (1995). Life-Span Development. (Perkembangan Masa

Hidup). Jakarta: Erlangga.

Sarwono, W, Sarlito. (2004). Teori-teori Psikologi Sosial. Jakarta. Rajawali Pers Sudjana. (1996). Metode Statistika. Bandung: Tarsito.

Sujiono, Nurani. (2007). Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan. Sudjana, Nana.(2007). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru

Algensido.

Shochib, Moch (1998). Pola Asuh Orang Tua. Dalam Membentuk Anak

Mengembangkan Disiplin Diri. Jakarta: Reineka Cipta.

Soelaeman, MI. (1994). Pendidikan dalam Keluarga. Bandung: IKIP.

Surya, Muhamad. (2008). Pengembangan Kualitas Profesional Guru Pendidikan

Anak Usia Dini dan Taman Kanak-Kanak. (Makalah) disampaikan pada

Seminar Nasional PAUD dan PENDAS , Sabtu, 13 Desember 2008 di Tasikmalaya.

Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. University, Oxford (1995). Oxford Advanced Learners Dictionary, Oxford

University Press, Oxford.

Yandianto. (2001). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Bandung: Penerbit M25. Yusuf, Syamsu. (2007). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung:

Rosdakarya.

______(2007). Pedagodik Pendidikan Dasar (Modul). Bandung: SPs UPI.

Tersedia:http://www.alhikmahonline.com/content/view/156/5/ [14 Agustus 2009]. Tersedia:http://en.wikipedia.org/wiki/Parenting_styles [14 Agustus 2009].


(45)

Tersedia:http://www.kidsource.com/better.world.press/parenting.html[14 Agustus 2009].

Tersedia;http://www.arthazone.com/article_detail.php?nid=2316[14Agustus200]. Tersedia;http//www.blogcatalog.com/search.frame.php.[14 Agustus 2009]. (Tersedia;http://digilib.itb.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jiptumm-gdl-s1-2002-fananantias-8626-kecerdasan&q=Remaja[13 Agustus 2009].


(1)

135

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil akhir penelitian, penulis mengajukan beberapa rekomendasi sebagai berikut :

1. Bagi Orang Tua

Hasil penelitian menunjukan bahwa pola komunikasi dan gaya perlakuan orang tua berkontribusi sangat tinggi terhadap perilaku sosial anak. Oleh karena itu orang tua perlu lebih memperhatikan pola komunikasi dan gaya perlakuan yang sesuai dengan situasi. Suatu saat orang tua perlu menerapkan pola komunikasi verbal dibanding pola yang lain, begitu sebaliknya. Pada waktu yang lain mungkin juga orang tua perlu menerapkan gaya perlakuan authoritarian, dibanding gaya yang lain hal itu bergantung pada kebutuhan.

Melalui penerapan pola komunikasi dan gaya perlakuan yang lebih sesuai sesuai dengan kebutuhan anak akan memberikan peluang yang lebih luas kepada anak untuk mengembangkan potensi sosialnya. Selain itu orang tua perlu memanfaatkan waktu yang ada untuk melakukan komunikasi dan interkasi dalam lingkungan keluraga dengan anak sebagai sebuah usaha membentuk dan mengembangkan potensi sosial anak sejak dini. Disela-sela kesibukan atau ketika santai disitulah kesempatan untuk membangun komunikasi dan interakasi dalam upaya membentuk dan membimbing perilaku sosial anak.

2. Bagi Peneliti Berikutnya

Penelitian ini baru melihat sebarapa besar kontribusi pola komunikasi dan gaya perlakuan orang tua terhadap perilaku sosial anak, belum melihat faktor lain


(2)

136

yang dapat memberikan kontribusi terhadap perilaku sosial anak. Oleh karena itu perlu penelaahan terhadap faktor lain yang mampu berkontribusi terhadap perilaku sosial anak.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Tafsir. (2007). Filsafat Pendidikan Islami, Integrasi Jasmani, Rohani, dan Kalbu Memanusiakan Manusia. Bandung:Rosdakarya.

______ (2002). Pendidikan Agama dalam Keluarga. Bandung. Rosdakarya. Akdon. (2008). Aplikasi Statistik dan Metode Penelitian untuk Administrasi &

Manajeman. Bandung: Dewa Ruci.

Chaplin, JP. (2001). Dictionary of Psikologi. New York:Dell Publising Co.Inc. Darajat , Zakiyah. (1970). Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: Bulan Bintang.

________. (1995). Psikologi Agama. Jakarta: Bumi Aksara.

Departemen Agama RI. (1992). Al-Quran dan Terjemahnya. Surabaya. Surya Cipta Aksara.

Dewantara, Hajar, KI. (1962). Buku I: Pendidikan. Jogyakarta: Majlis Luhur Taman Siswa.

Djamarah, Bahri , Syaeful. (2004). Pola Komuniaksi Orang Tua dan Anak Dalam Keluarga. Jakarta: PT. Reineka Cipta.

Dini P. Daeng, S. (1996). Metode Mengajar di Taman Kanak-Kanak, Bagian 2. Jakarta: Depdikbud.

Ernawulan. (1999). Peranan Bimbingan Guru, Pengasuhan Orang Tua, dan Interaksi Teman Sebaya terhadap Perkembangan Perilaku Sosial Anak Taman Kanak-Kanak Aisiyah XI, Bumi Siliwangi, dan Angkasa I Bandung (Tesis). Bandung: SPs IKIP. Tidak diterbitkan.

Effendy, Uchjana, Onong. (2000). Dinamika Komunikasi. Cet. IV. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Fakultas Tarbiyah UIN Bandung (2008). Media Pendidikan, Jurnal Pendidikan Keagamaan.Vol. XXIII. No. 3 Desember 2008.

Forum PAUD (2004). Buletin PADU (Jurnal Ilmiah Anak Usia Dini. Jakarta: Direktorat PAUD.

Hatimah, Ihat. (2007). Pendidikan Nakan Usia Dini. (Ilmu dan Aplikasi Pendidikan). Penyunting Moh. Ali. et.al. Bandung:Pedagogia Press.


(4)

Hasyim, Umar. (1983).Cara Mendidik Anak dalam Islam. Surabaya. Bina Ilmu. Harini, Sri dan Firdaus, Aba. (2003). Mendidik Anak Sejak Dini. Yogyakarta:

Kreaasi Wacana.

Halim, M. Nipan, Abdul. (2001). Anak Saleh Dambaan Keluarga. Yogyakarta: Mitra Pustaka.

Hurlock, Elizabeth, B. (1978). Child Development. Sizth Edition. New York:Mc.Graw Hill,Inc.

Junita, Ike. (2005). Prinsip Komunikasi Efektif (Untuk Meningkatkan Minat Belajar Anak). Bandung : Simbiosa Rekatama Media.

Kartadinata, Sunaryo. (1983). Kontribusi Iklim Kehidupan Keluarga dan Sekolah terhadap Adekuasi Penyesuaian Disi. (Tesis). Bandung: FPS IKIP. Tidak diterbitkan.

Muheminin dan Abd. Mujib.(1993). Pemikiran Pendidikan Islam. Bandung: Trigenda Karya.

Nurihsan, Juntika. (2007). Perkembangan Peserta Didik (Modul). Bandung.: SPs UPI.

Peraturan Pemerintah RI. No. 21 tahun 1994 tentang Penyelenggaraan Pembangunan Keluarga Sejahtera.

Rifai, SS, Melly. (2007). Pendidikan Kesejahteraan Keluarga. (Ilmu dan Aplikasi Pendidikan). Penyunting Moh. Ali. et.al. Bandung:Pedagogia Press.

Purwato, Ngalim. 2004 :82-84). Ilmu Pendidikan Teroretis dan Praktis. Bandung. Rosdakarya.

Rahman,’Abdur, Jamal. (2000). Athfalul muslimin, Kaifa Robbahuum Nabiyyul Amin. Edisi Bahasa Indonesia, Tahapan Mendidik Anak Teladan

Rasulullah oleh Bahrun Abubakar Ihsan Zubaidi. (2005). Bandung: IBS. Ramayulis. (2006). Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia.

Rakhmat, Jalaludin. (2008). Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Rahminawati, Nani. (2007. Model Alternatif Pendidikan Anak Usia Dini. Kumpulan Makalah Seminar: Bandung: Fakautas Tarbiyah UNISBA.


(5)

Rahmayanti;Tersedia:http://www.tokoislamonline.com/artcle_info.php?articles_id =4 [14 Agustus 2009].

Riduwan dan Akdon. (2006). Rumus dan Data dalam Aplikasi Statistika. Bandung. Alfabeta.

Salim, Abdullah, Husaen. (1992). Sahih Bukhori Muslim. Beirut. Darul Fikri. Santrock, W, John. (1995). Life-Span Development. (Perkembangan Masa

Hidup). Jakarta: Erlangga.

Sarwono, W, Sarlito. (2004). Teori-teori Psikologi Sosial. Jakarta. Rajawali Pers Sudjana. (1996). Metode Statistika. Bandung: Tarsito.

Sujiono, Nurani. (2007). Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan. Sudjana, Nana.(2007). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru

Algensido.

Shochib, Moch (1998). Pola Asuh Orang Tua. Dalam Membentuk Anak Mengembangkan Disiplin Diri. Jakarta: Reineka Cipta.

Soelaeman, MI. (1994). Pendidikan dalam Keluarga. Bandung: IKIP.

Surya, Muhamad. (2008). Pengembangan Kualitas Profesional Guru Pendidikan Anak Usia Dini dan Taman Kanak-Kanak. (Makalah) disampaikan pada Seminar Nasional PAUD dan PENDAS , Sabtu, 13 Desember 2008 di Tasikmalaya.

Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. University, Oxford (1995). Oxford Advanced Learners Dictionary, Oxford

University Press, Oxford.

Yandianto. (2001). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Bandung: Penerbit M25. Yusuf, Syamsu. (2007). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung:

Rosdakarya.

______(2007). Pedagodik Pendidikan Dasar (Modul). Bandung: SPs UPI.

Tersedia:http://www.alhikmahonline.com/content/view/156/5/ [14 Agustus 2009]. Tersedia:http://en.wikipedia.org/wiki/Parenting_styles [14 Agustus 2009].


(6)

Tersedia:http://www.kidsource.com/better.world.press/parenting.html[14 Agustus 2009].

Tersedia;http://www.arthazone.com/article_detail.php?nid=2316[14Agustus200]. Tersedia;http//www.blogcatalog.com/search.frame.php.[14 Agustus 2009]. (Tersedia;http://digilib.itb.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jiptumm-gdl-s1-2002-fananantias-8626-kecerdasan&q=Remaja[13 Agustus 2009].


Dokumen yang terkait

Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Terhadap Perkembangan Anak Pada Keluarga Pemulung Di Desa Tapian Nauli Lingkungan Ix Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal

3 87 113

Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Terhadap Perilaku Anak Autis di Yayasan Tali Kasih Medan

27 195 126

Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Temperamen Anak Usia Sekolah Di Desa Tanjung Rejo Dusun XI Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang

45 175 87

Komunikasi Antar Pribadi Orang Tua Terhadap Pola Perilaku Anak Dalam Menonton Televisi Di Perumahan Taman Setia Budi Indah.

5 37 92

PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP KEMANDIRIAN DAN ASERTIF ANAK : Studi Analitik Deskriptif Pada Anak Nelayan Usia 4-6 Tahun, di Dusun Pelelangan, Desa Blanakan, Kabupaten Subang, Jawa Barat.

8 32 53

KONTRIBUSI POLA KOMUNIKASI ORANG TUA DAN BIMBINGAN GURU TERHADAP PERILAKU KEAGAMAAN ANAK USIA DINI: Studi Analitik Deskriptif Terhadap Anak Kelompok B di TK Kecamatan Serang).

1 2 54

POLA KOMUNIKASI ORANG TUA DENGAN ANAK (Studi Deskriptif Kualitatif Pola Komunikasi Orang Tua dengan Anak yang Pengemis).

0 1 99

POLA KOMUNIKASI ORANG TUA DENGAN ANAK (Studi Deskriptif Kualitatif Pola Komunikasi Orang Tua dengan Anak yang Pengemis).

0 2 95

POLA KOMUNIKASI ORANG TUA DENGAN ANAK (STUDY DESKRIPTIF KUALITATIF POLA KOMUNIKASI ORANG TUA YANG BERPROFESI SEBAGAI POLITISI DENGAN ANAK USIA REMAJA).

0 1 84

POLA KOMUNIKASI ORANG TUA DENGAN ANAK (STUDY DESKRIPTIF KUALITATIF POLA KOMUNIKASI ORANG TUA YANG BERPROFESI SEBAGAI POLITISI DENGAN ANAK USIA REMAJA)

0 0 21