PERKEMBANGAN PEDAGOGICAL CONTENT KNOWLEDGE (PCK) GURU PESERTA KEGIATAN MUSYAWARAH GURU MATA PELAJARAN (MGMP) IPA DI KOTA SUMEDANG.

(1)

PERKEMBANGAN PEDAGOGICAL CONTENT KNOWLEDGE

(PCK) GURU PESERTA KEGIATAN MUSYAWARAH GURU

MATA PELAJARAN (MGMP) IPA DI KOTA SUMEDANG

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Biologi

Oleh

NERI EGI RUSMANA 1201695

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2014


(2)

PERKEMBANGAN PEDAGOGICAL CONTENT

KNOWLEDGE (PCK) GURU PESERTA KEGIATAN

MUSYAWARAH GURU MATA PELAJARAN (MGMP)

IPA DI KOTA SUMEDANG

Oleh Neri Egi Rusmana S.Si UPI Bandung, 2009

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Fakultas Pendidikan Biologi

© Neri Egi Rusmana 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Thesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

LEMBAR PENGESAHAN TESIS

PERKEMBANGAN PEDAGOGICAL CONTENT KNOWLEDGE (PCK) GURU PESERTA KEGIATAN MUSYAWARAH GURU MATA PELAJARAN

(MGMP) IPA DI KOTA SUMEDANG

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH :

Pembimbing I,

Dr. Ari Widodo, M.Ed NIP. 196705271992031001

Pembimbing II,

Dr. H. Riandi, M.Si NIP. 196305011988031002

Mengetahui,

Ketua Jurusan/Program Studi Pendidikan Biologi

Dr. H. Riandi, M.Si NIP. 196305011988031002


(4)

Neri Egi Rusmana, 2014

Perkembangan Pedagogical Content Knowledge (Pck) Guru Peserta Kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (Mgmp) Ipa Di Kota Sumedang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PEDAGOGICAL CONTENT KNOWLEDGE DEVELOPMENT OF SCIENCE MGMP MEMBERS IN SUMEDANG

ABSTRAK

MGMP is an intra-discipline teacher union which aims to improve the professionalism of teachers in a regional scale. However, MGMPs activities are limited to instructed operational activities designed from up top the education system, and not on the based on the needs or suggestions from the teacher. In Sumedang city, science MGMP employs the use of training videos to enhance member’s professionalism along with coaching programs, personal reflection encouragement, and peer group discussion. This study aims to explore the development of the members’s PCK as a result of MGMP activities. The activities were monitored during respiratory system subject. Results were measured through set of Core questions and interviews. Research subjects were 12 teachers from science JHS Sumedang MGMP. The results show that some aspects of PCK, i.e. purpose, content, and pedagogy increased categorically. Initial standing of the members enhanced to growing PCK grade, with the brighter member manage tyo achieve maturing PCK grade. The evaluating activity of the coaching was not significantly influential, as the before and after treatment shows similar result.

Keywords: Pedagogical Content Knowledge (PCK), coaching video, respiratory system, CoRe


(5)

Neri Egi Rusmana, 2014

Perkembangan Pedagogical Content Knowledge (Pck) Guru Peserta Kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (Mgmp) Ipa Di Kota Sumedang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PERKEMBANGAN PEDAGOGICAL CONTENT KNOWLEDGE (PCK) GURU PESERTA KEGIATAN MUSYAWARAH GURU MATA

PELAJARAN (MGMP) IPA DI KOTA SUMEDANG

ABSTRAK

Kegiatan MGMP merupakan salah satu kegiatan untuk meningkatan profesionalisme guru dalam skala regional, namun dalam pelaksanaannya, kegiatan MGMP masih terbatas pada kegiatan operasional dan bukan berdasarkan dari kebutuhan atau usulan dari guru. Khusus dalam rangkaian kegiatan MGMP IPA di kota Sumedang, peningkatan profesionalisme didukung dengan adanya kegiatan pelatihan coaching terhadap video dan belajar melalui proses refleksi personal dan diskusi dalam peer group. Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimanakah perubahan PCK guru saat mengikuti kegiatan MGMP IPA SMP yang terukur melalui susunan pertanyaan dalam dokumen CoRe dan wawancara. Subjek penelitian berasal dari 12 orang guru peserta kegiatan MGMP dengan kajian materi pada sistem pernapasan. Hasilnya menunjukkan bahwa dalam aspek PCK tujuan, konten, dan pegagogi telah berhasil meningkatkan kategorial guru IPA dari awalnya hanya sebagian pada tahap pra PCK namun setelah mengikuti coaching video, hampir seluruh guru berada dalam tahap growing PCK dan ada satu orang yang malah bisa mencapai pada tahap maturing PCK. Pada aspek evaluasi peran kegiatan coaching tidak terlalu dirasakan karena baik sebelum ataupun setelah coaching, guru sudah bisa melaksanakan evaluasi dengan baik.

Keywords: Pedagogical Content Knowledge (PCK), coaching video, sistem pernapasan, CoRe


(6)

Neri Egi Rusmana, 2014

Perkembangan Pedagogical Content Knowledge (Pck) Guru Peserta Kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (Mgmp) Ipa Di Kota Sumedang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

PERNYATAAN.. ... ii

PENGESAHAN... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR... vi

UCAPAN TERIMA KASIH... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penelitian... 9

D. Manfaat Penelitian ... 9

E. Batasan Masalah ... 10

BAB II PEDAGOGICAL CONTENT KNOWLEDGE (PCK) GURU PESERTA KEGIATAN MUSYAWARAH GURU MATA PELAJARAN (MGMP) IPA... 11

A. Perkembangan Profesionalisme Guru ... 11

B. Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) ... 13

C. Pedagogical Content Knowledge (PCK) ... 14

D. Belajar Guru ... 20

1. Belajar Melalui Lesson Study ... 22

2. Belajar Melalui Pelatihan Coaching Video ... 24

BAB III METODE PENELITIAN ... 28

A. Metode Penelitian ... 28 Halaman


(7)

Neri Egi Rusmana, 2014

Perkembangan Pedagogical Content Knowledge (Pck) Guru Peserta Kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (Mgmp) Ipa Di Kota Sumedang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

B. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 28

C. Prosedur Penelitian ... 29

D. Definisi Operasional... 32

E. Instrumen Penelitian ... 36

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 42

A. Pedagogical Content Knowledge (PCK) guru IPA ... 42

B. Perkembangan Pedagogical Content Knowledge (PCK) guru IPA ... 48

1. PCK guru IPA yang mengalami peningkatan... 56

2. PCK guru yang tidak mengalami perubahan ...59

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 65

A. Kesimpulan ... 65

B. Saran ... 66

DAFTAR PUSTAKA ... 67

LAMPIRAN ... 71


(8)

Neri Egi Rusmana, 2014

Perkembangan Pedagogical Content Knowledge (Pck) Guru Peserta Kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (Mgmp) Ipa Di Kota Sumedang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Profil Subjek Penelitian.. ... 29

Tabel 3.2 Format CoRe (Content Representation)... 37

Tabel 3.3 Kategorial Perkembangan PCK guru ... 38

Tabel 4.1 Kemampuan PCK guru IPA... 42

Tabel 4.2 Penentuan Ide Besar (awal) ... 44

Tabel 4.3 Perkembangan Penentuan Ide Besar ... 51

Tabel 4.4 Perkembangan PCK Guru ... 52

Tabel 4.5 Perbedaan antara PCK awal dan PCK setelah coaching ... 53

DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Irisan yang Mewakili PCK. ... 15

Gambar 2.2 Analisis Belajar Observasional ... 21

Gambar 2.3 Alur Kegiatan Lesson Study ... 24

Gambar 3.1 Alur Kegiatan Penelitian ... 36

Gambar 3.2 Tampilan Software Video Analiser ... 40

Gambar 4.1 Perbedaan Kategorial PCK Guru IPA... 45

Gambar 4.2 Perubahan PCK guru ... 58

Gambar 4.3 Refleksi Personal Guru MGMP IPA... 58

Halaman Halaman


(9)

Neri Egi Rusmana, 2014

Perkembangan Pedagogical Content Knowledge (Pck) Guru Peserta Kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (Mgmp) Ipa Di Kota Sumedang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 CoRe Awal... 71

Lampiran 2 Setelah Coaching... 99

Lampiran 3 Penugasan Refleksi Coaching... 122

Lampiran 4 Tabel Katergorial Perkembangan PCK guru... 123


(10)

Neri Egi Rusmana, 2014

Perkembangan Pedagogical Content Knowledge (Pck) Guru Peserta Kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (Mgmp) Ipa Di Kota Sumedang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Peningkatan kualitas pendidikan tidak akan lepas kaitannya dengan keberadaan guru sebagai tenaga pendidik. Hal ini sesuai dengan penjelasan Ardiansyah (2013) yang menyatakan bahwa guru merupakan ujung tombak pendidikan. Guru akan menjadi kunci dalam meningkatkan kualitas pendidikan dan mereka berada pada posisi yang strategis bagi seluruh upaya reformasi pendidikan yang berorientasi pada pencapaian kualitas yang tinggi. Pengembangan profesionalisme guru berkaitan erat dengan peningkatan mutu pembelajaran. Setelah mutu pembelajaran meningkat maka mutu pendidikan menjadi meningkat pula (Sari,2013).

Menurut Perpu RI No. 19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 28, pendidik/guru adalah agen pembelajaran yang harus memiliki empat jenis kompetensi yakni kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional dan sosial. Kompetensi guru dapat diartikan sebagai kebulatan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diwujudkan dalam bentuk perangkat tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab yang dimiliki seseorang guru untuk memangku jabatan guru sebagai profesi. Guru yang profesional adalah guru yang memiliki (Sari, 2013):

a. Kompetensi Kepribadian, yakni kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia.

b. Kompetensi Pedagogik, merupakan kemampuan yang berkenaan dengan pemahaman peserta didik dan pengelola pembelajaran yang mendidik dan dialogis. Secara substantif kompetensi ini mencakup kemampuan pemahaman


(11)

Neri Egi Rusmana, 2014

Perkembangan Pedagogical Content Knowledge (Pck) Guru Peserta Kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (Mgmp) Ipa Di Kota Sumedang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.

c. Kompetensi Profesional, merupakan kemampuan yang berkenaan dengan penguasaan materi pembelajaran bidang studi secara luas dan mendalam yang mencakup penguasaan substansi isi materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan substansi keilmuan yang menaungi materi kurikulum tersebut, serta menambah wawasan keilmuan sebagai guru.

d. Kompetensi Sosial, berkenaan dengan kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta tmasyarakat sekitar.

Khusus pada poin ketiga tentang kompetensi profesionalisme guru, perlu dikembangkan lebih lanjut. Masyarakat Indonesia membutuhkan guru yang profesional, berkualitas, serta sebanding dengan kualitas guru negara lainnya di dunia, kerana pengembangan profesionalisme guru berkaitan erat dengan peningkatan mutu pembelajaran. Setelah mutu pembelajaran meningkat maka mutu pendidikan menjadi meningkat pula (Sari,2013).

Dalam Undang-undang RI Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, mempersyaratkan guru untuk: (i) memiliki kualifikasi akademik minimum S1/D4 (ii) memiliki kompetensi sebagai agen pembelajaran yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional; dan (iii) memiliki sertifikat pendidik (Standar Pengembangan KKG dan MGMP, 2008). Dengan berlakunya Undang-undang tersebut diharapkan dapat memberikan suatu kesempatan yang tepat bagi guru untuk meningkatkan profesionalismenya melalui peningkatan kualitas pembelajaran dari segi pendidik (guru). Buchori (2007) dalam Kadarohman & Nurihsan (2012) mengemukakan bahwa ada dua persyaratan yang harus dipenuhi untuk dapat dipandang sebagai seorang guru profesional. Pertama adalah syarat pengabdian atau dedikasi, yaitu jabatan guru tidak hanya merupakan pekerjaan tetapi terutama merupakan suatu panggilan. Kedua adalah syarat melakukan


(12)

Neri Egi Rusmana, 2014

Perkembangan Pedagogical Content Knowledge (Pck) Guru Peserta Kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (Mgmp) Ipa Di Kota Sumedang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pekerjaan, yaitu menguasai semua metode dan teknik yang diperlukan untuk melaksanakan dengan baik setiap langkah dalam pekerjaannya.

Loughran et al (2012) menyatakan bahwa kegiatan belajar siswa dipengaruhi oleh kerangka pemikiran kognitif yang berkembang dari pengalaman yang mereka alami sebelumnya dan dipengaruhi oleh ide-ide lain seperti budaya di mana siswa tersebut tinggal. Sehingga dapat dikatakan bahwa pembelajaran yang baik adalah tempat dimana guru bisa menjadi mediator dalam pembelajaran bukan hanya sebagai pentransfer pengetahuan. Keterampilan yang dapat menyajikan pengetahuan dalam bentuk bahan ajar yang dapat dengan mudah dipahami siswa, mengembangkan dan memanfaatkan kemampuan profesionalnya untuk dapat meningkatkan kinerja dalam melaksanakan tugas dan fungsinya (Nurhayati, 2006). Sebuah pengajaran yang efektif tidak hanya harus melibatkan demonstrasi guru yang terampil, tetapi juga harus mencakup kemampuan untuk membimbing siswa dalam memahami arti dan isi dari pengetahuan (Hansen, 1995 dalam Saad, Ghani, & Rajendran, 2005).

Khususnya dalam melaksanakan pembelajaran IPA, Shulman (1986) menyebutkan bahwa landasan berpikir untuk mengajar sains tidak cukup hanya memahami konten materi sains (knowing science) tetapi juga tentang cara mengajar (how to teach). Guru sains harus mempunyai pengetahuan mengenai peserta didik sains, kurikulum, strategi instruksional, assessment sehingga dapat melakukan tranformasi science knowledge. Guru dengan penguasaan konten yang kuat memiliki beberapa kelebihan. Pertama mereka lebih peduli terhadap kesulitan-kesulitan konseptual yang dihadapi siswa. Kedua, mereka mempunyai pemahaman yang lebih baik terhadap apa yang paling penting diberikan dalam kurikulum (Purwianingsih, 2006). Sedangkan kompetensi pedagogi berkaitan dengan kemampuan mengelola pembelajaran yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi pembelajaran, dan pengembangan peserta didik untuk mangaktualiasasi berbagai potensi yang dimilikinya (Supahar, 2009).


(13)

Neri Egi Rusmana, 2014

Perkembangan Pedagogical Content Knowledge (Pck) Guru Peserta Kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (Mgmp) Ipa Di Kota Sumedang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Ada baiknya jika kemampuan konten dan pedagogi tersebut bisa digabungkan untuk meminimalisis kekurangan dari tiap keterampilan dasar tersebut. Hal inilah yang memunculkan adanya Pedagogical Content Knowledge (PCK). PCK pertama diperkenalkan oleh Lee Shulman saat memimpin American Educational Research Association. Shulman (1986) menyatakan bahwa PCK merupakan bentuk pengetahuan mengajar yang mentransformasikan subjek-materi pengetahuan dalam konteks untuk memfasilitasi pemahaman siswa. Guru membutuhkan pengetahuan untuk membentuk konten dari pembelajaran dan memilih cara yang paling sesuai untuk merepresentasi ide-ide materi pelajaran, analogi yang paling cocok, ilustrasi, contoh, penjelasan, dan demonstrasi-dengan kata lain, cara untuk mewakili dan merumuskan subjek agar dapat dipahami oleh siswa. Lee & Luft (2008) dalam Liu (2013) menyatakan bahwa proses pengintegrasian konsep PCK ke dalam proses mengajar guru dianggap sebagai bagian penting dari pengembangan profesionalisme guru mata pelajaran sains.

PCK termasuk ke dalam jenis pengetahuan eksklusif yang dimiliki oleh guru (Shulman, 1987). Kemampuan PCK tidak muncul begitu saja, tapi memerlukan suatu proses yang panjang untuk mendapatkan kumpulan kemampuan dan pengetahuan tersebut. Lee et al (2007) dalam Liu (2013) menyatakan bahwa guru pemula walaupun memiliki latar belakang ilmu pengetahuan yang kuat namun memiliki keterbatasan dalam penguasaan PCK. Ini berarti bahwa PCK adalah pengetahuan yang tumbuh dengan pengalaman bertahun-tahun mengajar dan dapat hampir absen di awal karir mengajar (guru pemula). Memiliki PCK yang baik berarti bahwa guru memiliki beberapa representasi topik yang sering diajarkan dalam mata pelajaran tertentu, semakin banyak representasi guru yang dimiliki dan semakin guru mengalami kesulitan mengajar, semakin efektif mereka dapat menyebarkan PCK (Van Driel et al, 1998). Meskipun demikian bukan berarti, bahwa guru yang telah memiliki pengalaman yang tinggi, telah benar-benar memiliki profesionalisme yang tinggi khususnya kemampuan PCK.


(14)

Neri Egi Rusmana, 2014

Perkembangan Pedagogical Content Knowledge (Pck) Guru Peserta Kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (Mgmp) Ipa Di Kota Sumedang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Guru membutuhkan pelatihan profesional untuk menambah wawasan dan meningkatkan keterampilan mereka (Musfah,2011). Peningkatan kualitas pembelajaran yang biasanya dilakukan yaitu berupa training penyetaraan, pelatihan, penulisan karya ilmiah, pertemuan di Kelompok Kerja Guru (KKG), dan pertemuan di Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), penataran, seminar, lokakarya, lesson study atau kegiatan-kegiatan lain yang sejenis. Namun kegiatan-kegiatan tersebut masih belum memberikan perubahan yang berarti bagi pembelajaran di kelas (Rustaman,2010). Kendala yang dihadapi dalam proses peningkatan profesionalisme guru yaitu sebagian besar dari proses peningkatan profesionalisme guru masih berupa pelatihan masal yang kurang memperhatikan aspek motivasi guru serta kebutuhan/permasalahan individu setiap guru (Widodo et al, 2008). Hal ini sesuai dengan penelitian Jalmo (2008) dalam Jalmo dan Rustaman (2010) bahwa kompetensi guru yang pernah mengikuti pelatihan tidak berbeda secara signifikan dengan guru yang belum pernah mengikuti pelatihan tentang evaluasi pendidikan. Goodlad dalam Mushaf (2011) menyatakan hanya sedikit program pelatihan yang mengajarkan tentang visi belajar dan mengajar kepada para guru, sehingga mereka menjadi guru yang diharapkan. Jika demikian alih-alih meningkatkan kompetensi guru, pelatihan malah merupakan pemborosan waktu, tenaga dan biaya. Karena itu, sekolah atau pelakasanaan pelatihan harus memahami dengan baik konsep pelatihan yang efektif bagi guru. Selain mengajarkan aspek teoritis, program pelatihan juga harus melatih aspek-aspek praktis keterampilan pengajaran dan pendidikan.

Salah satu bentuk pelatihan yang bisa guru dapatkan yaitu coaching. Pada umumnya coaching atau pendampingan biasanya melibatkan tatap muka antara seorang coachee dan coach. Keberadaan coach tidak harus berupa orang, namun juga bisa dalam bentuk sebuah program coaching (Greif, 2008 dalam Widodo et al, 2008). Namun dalam pelaksanaannya coaching dengan coachee dan coach secara khusus akan sangat sulit dilaksanakan untuk seluruh guru di Indonesia, mengingat jumlah guru yang sangat banyak. Pelaksanaan akan menjadi lebih


(15)

Neri Egi Rusmana, 2014

Perkembangan Pedagogical Content Knowledge (Pck) Guru Peserta Kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (Mgmp) Ipa Di Kota Sumedang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

maksimal jika memanfaatkan ICT. Pelaksanaan berbasis ICT, merupakan pelatihan yang tidak dibatasi oleh ruang dan waktu sehingga akan memungkinkan bagi guru agar melaksanakan pelatihan dimanapun dan kapanpun di luar kesibukan yang mereka hadapi. Sayang tidak semua guru telah menguasai ICT dengan baik, sehingga akan sulit jika hanya mengandalkan seluruh pelatihan hanya berdasarkan ICT saja.

Media audiovisual atau sering disebut video mempunyia potensi yang tinggi dalam penyampaian pesan. Media ini terbukti dapat menarik minat dan perhatian peserta didik. Menurut Warsita (2008) media video telah terbukti memiliki kemampuan yang efektif (penetrasi lebih dari 70%) untuk menyampaikan informasi, hiburan dan pendidikan. Hal ini sejalan dengan penelitian Bandura (1971) yang menyebutkan bahwa baik pada anak-anak maupun orang dewasa bisa memperoleh sikap, respon emosional dan pola baru dalam suatu kebiasaan sebagai hasil dari kegiatan menonton film, atau pemodelan dan televisi.

Video sering digunakan dalam program persiapan guru, seperti pada penelitian Santagata & Guarino (2011) tentang penggunaan video untuk calon guru matematik. Video memberikan manfaat tambahan yang memungkinkan calon guru untuk memiliki pandangan yang lebih luas tentang, siswa, pengaturan, pedagogi, dan konten dari pengalaman lapangan guru lainnya (Star et al ,2011). Ormrod (2003) menyatakan bahwa belajar adalah perubahan yang relatif permanen sebagai akibat dari adanya pengalaman. Pengalaman dalam kegiatan belajar dapat merupakan sesuatu yang dialami sendiri maupun pengalaman orang lain. Kegiatan menyaksikan video akan lebih bermanfaat jika dibarengi dengan adanya kegiatan refleksi. Dengan adanya kegiatan refleksi akan mendorong Peningkatan efektifitas pengajaran (Pellegrino & Gerber, 2012). Kegiatan refleksi adalah tindakan yang disengaja dengan cara berpikir untuk mencari solusi terhadap masalah yang dihadapi dalam proses mengajar dan belajar (Loughran et al, 1996). Refleksi akan memberitahu bahwa seorang individu bertanggung jawab


(16)

Neri Egi Rusmana, 2014

Perkembangan Pedagogical Content Knowledge (Pck) Guru Peserta Kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (Mgmp) Ipa Di Kota Sumedang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

saat mengajar dan individu tersebut memiliki kontribusi besar untuk menentukkan keberhasilan pembelajaran. Penelitian menunjukkan bahwa refleksi saat mengajar bisa meningkatkan pemahaman dan pelaksanaan pedagogi, managemen kelas, dan profesionalisme (Grossman,2003 dalam Wright 2008).

Metode yang paling efektif digunakan oleh guru dalam melakukan refleksi yaitu melalui dialog internal dan diskusi. Hal ini berkaitan dengan menggunaan waktu, dimana guru yang telah mengajar memiliki waktu yang lebih terbatas, dibandingkan refleksi untuk guru pemula (pre-service) yang biasanya membutuhkan lebih banyak refleksi secara tertulis (Fox, Campbell & Hargrove, 2011). Pada penelitian Widodo et al (2008) program coaching berbasis refleksi video telah digunakan untuk meningkatkan kompetensi mengajar guru sains. Uji coba terhadap paket program coaching menunjukkan bahwa secara umum paket coaching berbasis video bisa digunakan untuk keperluan coaching. Sewall (2009) juga yang menyatakan bahwa baik guru pemula maupun guru berpengalaman mendapatkan manfaat saat mengobservasi dan menganalisis rekaman (melakukan refleksi) pembelajaran baik yang berasal dari dirinya ataupun guru yang lain. Diharapkan dengan melihat bagaimana guru lain memberikan pelajaran maka guru bisa belajar dari video yang mereka saksikan tersebut.

Di lain pihak tiap guru sendiri sudah tergabung pada suatu organisasi pendampingan yaitu kegiatan MGMP. Kegiatan MGMP ikut memiliki peran dalam mengembangkan profesionalisme guru. Berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan kinerja MGMP, antara lain melalui berbagai pelatihan instruktur dan guru inti, peningkatan sarana dan prasarana, dan peningkatan mutu manajemen MGMP. Namun demikian, berbagai indikator mutu pendidikan belum menunjukkan peningkatan kinerja MGMP yang berarti. Di beberapa daerah menunjukkan peningkatan kinerja MGMP yang cukup menggembirakan, namun sebagian besar lainnya masih memprihatinkan (Standar Pengembangan KKG dan MGMP, 2008). Khusus untuk MGMP IPA kota Sumedang sendiri telah mendapatkan bimbingan lesson study yang telah diimplementasikan sejak tahun


(17)

Neri Egi Rusmana, 2014

Perkembangan Pedagogical Content Knowledge (Pck) Guru Peserta Kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (Mgmp) Ipa Di Kota Sumedang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2006. Kegiatan Lesson study ini merupakan hasil kerjasama teknis yang disepakati antara pihak Jepang (JICA) dengan pihak Indonesia yang diwakili oleh Dirjen Dikti, Dirjen PMPTK, dan Dirjen Dikdasmen. Kegiatan lesson study merupakan salah sati upaya pemerintahan untuk meningkatkan proses pembelajaran. Kegiatan Lesson Study berbasis MGMP di kabupaten Sumedang telah memberikan dampak pada semua komponen yang terlibat yaitu pengawas, kepala sekolah, fasilitator MGMP, guru, siswa serta dosen. Hasil wawancara dengan beberapa kepala sekolah, diperoleh bahwa kegiatan lesson study berdampak positif pada kinerja guru dan kualitas pembelajaran (Siahaan, 2010). Walaupun kegiatan lesson study telah selesai dilakukan di tahun 2009 namun pola pembelajaran bersama dalam bentuk lesson study masih aktif dilaksanakan sampai saat ini. Adanya salah satu tahapan berupa kegiatan refleksi dalam lesson study menjadi bekal bagi guru MGMP IPA Sumedang dalam mengikuti kegiatan refleksi terhadap kegiatan coaching video yang diberikan.

Adanya kegiatan coaching video pada kumpulan guru peserta kegiatan MGMP IPA Sumedang sungguh menarik untuk di teliti. Dimana dalam pelaksanaannya guru diajak untuk belajar dalam kegiatan lesson study dan juga melakukan refleksi dengan dibantu oleh perangkat video yang berisi tentang berbagai macam cara, dan proses mengajar siswa yang dilakukan oleh guru model dan software analiser video untuk memudahkan memberikan komentar terhadap video. Kegiatan ini diharapkan dapat menfasilitasi guru untuk mendapatkan contoh nyata proses pembelajaran di lapangan, agar bisa dipelajari dan diterapkan dalam pembelajaran sehari-hari. Pengembangan profesionalisme guru yang efektif harusnya tidak hanya melibatkan kegiatan kelompok berskala besar namun juga diskusi bersama teman sebaya (peer group) agar guru bisa berlatih, berfikir, belajar dari pengalaman rekan satu profesi untuk bisa terus meningkatkan kemampuannya.

Dalam menyampaikan pembelajaran di dalam kelas, guru harus mampu mengembangkan strategi pembelajaran dalam suatu kondisi yang diciptakan


(18)

Neri Egi Rusmana, 2014

Perkembangan Pedagogical Content Knowledge (Pck) Guru Peserta Kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (Mgmp) Ipa Di Kota Sumedang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dengan sengaja (seperti metode, sarana dan prasarana, materi, media dan sebagainya) agar peserta didik terfasilitasi (dipermudah) dalam mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan. Mengingat tidak satu pun jenis strategi pembelajaran yang cocok untuk segala macam kegiatan pembelajaran dan dapat mencapai kompetensi/tujuan pembelajaran (Atwi Suparman, 2004 dalam Warsita 2008). Suatu konsep akan cocok untuk disampaikan dengan metode dan media tertentu saja.

Pada mata pelajaran biologi ada konsep-konsep yang memerlukan bantuan sebuah peralatan atau kegiatan praktikum karena dalam proses kehidupan yang terjadi dalam tubuh manusia, hewan, dan tumbuhan tidak dapat dilihat oleh mata. Pada materi sistem pernapasan pada manusia tidak biasa disampaikan dengan abstrak saja kepada anak didik (Wulandari et al,2013). Menurut Tekkaya (2003) dalam Anwar (2014) miskonsepsi yang sering terjadi pada konsep biologi disebabkan oleh beberapa hal, yaitu: pengetahuan awal siswa, strategi mengajar guru, buku ajar, dan konsep biologi yng terinetegrasi dengan konsep lain seperti konsep fisika dan kimia. Berdasarkan beberapa alasan tersebut maka dirasa perlu untuk melakukan penelitian perkembangan Pedagogical Content Knowledge (PCK) guru peserta MGMP dalam mengajar materi sistem pernapasan.

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan sebelumnya, maka rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu “Bagaimanakah Perubahan Pedagogical Content Knowledge (PCK) Guru peserta Kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) IPA di Kota Sumedang “

Agar rumusan masalah tersebut bisa terjawab diperlukan uraian beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut

1. Bagaimanakah Pedagogical Content Knowledge (PCK) guru IPA dalam kegiatan MGMP IPA di kota Sumedang?


(19)

Neri Egi Rusmana, 2014

Perkembangan Pedagogical Content Knowledge (Pck) Guru Peserta Kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (Mgmp) Ipa Di Kota Sumedang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Bagaimanakah perkembangan Pedagogical Content Knowledge (PCK) guru IPA selama mengikuti kegiatan MGMP IPA di kota Sumedang ?

C.Tujuan Penelitian

Ada beberapa tujuan penelitian yang ingin dicapai melalui penelitian ini, dan tujuan tersebut dirumuskan sebagai berikut

1. Mendeskripsikan bagaimana PCK guru IPA

2. Mengidentifikasi tingkat/level kategorial PCK guru IPA setelah mengikuti kegiatan coaching video

D.Manfaat Penelitian

Penelitian ini memiliki manfaat untuk berbagai pihak. Manfaat yang diperoleh tersebut adalah sebagai berikut

1. Bagi pendidik, dapat memberikan gambaran serta masukan untuk pengembangan profesionalisme guru IPA

2. Bagi pengembangan kurikulum, penelitian ini dapat meningkatkan mutu pendidikan IPA

E.Batasan Masalah

Penelitian ini memiliki beberapa batasan dalam melaksanakan kegiatannya, seperti

1. Kegiatan MGMP yang diikuti oleh penulis, merupakan kegiatan rutin bagi guru IPA SMP di rayon kota Sumedang. Pelaksanaan MGMP dilakukan pada hari sabtu di tiap minggunya. Kegiatan yang rutin, biasa dilakukan saat kegiatan MGMP yaitu lesson study, pelatihan baik dari dinas pendidikan,


(20)

Neri Egi Rusmana, 2014

Perkembangan Pedagogical Content Knowledge (Pck) Guru Peserta Kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (Mgmp) Ipa Di Kota Sumedang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

maupun melibatkan institusi pendidikan lain seperti kampus terdekat yakni Universitas Pendidikan Indonesia.

2. Elemen PCK yang diteliti terbatas pada bagian penulisan dokumen CoRe (Content Representation) tidak menganalisis kegiatan observasi di kelas dalam bentuk PaP-eR (Pedagogical and Profesional Experience Repertoire). 3. Pelatihan coaching merupakan kegiatan MGMP yang telah direncakan secara

khusus oleh tim MGMP. Dimana MGMP tersebut rutin mengundang pemateri dari luar untuk memberikan masukan atau informasi terbaru yang akan memperkaya ilmu pengetahuan tentang pengajaran. Sehingga paket program coaching video yang digunakan merupakan sebuah paket program yang disiapkan langsung secara khusus sebagai salah satu bentuk pelatihan yang guru laksanakan.


(21)

Neri Egi Rusmana, 2014

Perkembangan Pedagogical Content Knowledge (Pck) Guru Peserta Kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (Mgmp) Ipa Di Kota Sumedang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Dalam melaksanakan sebuah kegiatan penelitian dibutuhkan suatu metode yang jelas (Rahmat, 2009). Penelitian ini termasuk ke dalam jenis penelitian deskriptif kualitatif. penelitian kualitatif yaitu penelitian yang dimaksudkan untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dll, secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata atau bahasa, pada suatau konteks khusus yang alamiah dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah (Moleong, 2007 dalam Muharohmah,2013). Penelitian yang dilakukan berupa pengumpulan informasi kemampuan PCK guru dalam merumuskan data CoRe pada awal kegiatan MGMP dan setelah guru mengikuti alur kegiatan MGMP, dimana dalam pelaksanaannya guru mendapatkan pelatihan berupa coaching video.

B. Lokasi dan Subjek Penelitian

Penelitian dilakasanakan pada guru peserta kegiatan MGMP IPA SMP di rayon kota Sumedang. Jumlah Subjek penelitian yang mengikuti kegiatan penelitian sebanyak 12 orang. Guru yang terlibat dalam penelitian memiliki latar belakang yang berbeda dalam hal latar belakang pendidikan, masa kerja maupun pengalaman mengajarkan materi pelajaran sistem pernapasan. Tidak semua guru pernah mengajar materi sistem pernapasan, hal ini disebabkan ada sebagian guru yang terfokus mengajar pada tingkat tertentu di sekolah, seperti khusus mengajar kelas VII atau di tingkat akhir di kelas VIII. Sebagian lagi karena guru yang berlatar belakang non-biologi yang belum melaksanakan pembelajaran terintergrasi dalam IPA, sehingga baru pertama kali menyusun pembelajaran untuk materi biologi. Seluruh karakteristik tersebut diharapkan dapat mewakili representasi guru biologi


(22)

Neri Egi Rusmana, 2014

Perkembangan Pedagogical Content Knowledge (Pck) Guru Peserta Kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (Mgmp) Ipa Di Kota Sumedang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

secara umum yang berada di lingkungan sebenarnya, dimana saat ini guru IPA dengan latar belakang apapun wajib bisa menyampaikan materi IPA.

Tabel 3.1 Profil Subjek Penelitian Nama

Guru

Jenis Kelamin

Pengalaman Mengajar

(tahun)

Latar Belakang Pendidikan

Mengajar materi sistem pernapasan AR Perempuan 18 Pend Biologi pernah mengajar materi EG Laki-laki 14 Pend Biologi pernah mengajar materi

AI perempuan 8 Pend Kimia pernah mengajar materi

AS perempuan 20 Pend Biologi belum pernah mengajar pada kurikulum KTSP

IR perempuan 10 Pend Fisika pernah mengajar materi LN perempuan 7 Pend Biologi sedang mengajar materi

HR perempuan 30 PKK sedang mengajar materi

RN perempuan 4 Pend

Matematika

belum pernah mengajar PH perempuan 8 Pend Biologi sedang mengajar materi YU perempuan 11 Pend biologi pernah mengajar materi

YN Laki-laki >20 D3 IPA

S1 PKn

Sedang mengajar materi

HN perempuan 6 Pend kimia Belum pernah mengajar pada

kurikulum KTSP

Penentuan subjek penelitian dengan menggunakan tehnik purposive sampling. Pemilihan subjek penelitian dilakukan di kota Sumedang berdasarkan pertimbangan guru di kota tersebut pernah terlibat dalam kegiatan lesson study melalui kerjasama pemerintah Indonesia dan Universitas Pendidikan Indonesia dengan dukungan Japan International Cooperation Agency (JICA) , yang telah berakhir di tahun 2009 (Widodo&Riandi,2013). Guru yang pernah atau sering mengikuti kegiatan lesson study diharapkan akan mudah menerima pembaharuan sehingga kemampuan PCK nya akan selalu meningkat dari waktu ke waktu.

C. Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan melalui penelusuran aktivitas/kegiatan para guru IPA yang sedang mengikuti kegiatan MGMP di kota Sumedang sejak bulan


(23)

Neri Egi Rusmana, 2014

Perkembangan Pedagogical Content Knowledge (Pck) Guru Peserta Kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (Mgmp) Ipa Di Kota Sumedang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Maret sampai Juni 2014. Kegiatan MGMP tersebut normalnya dilaksanakan tiap satu minggu pada hari Sabtu. Jumlah seluruh peserta kegiatan MGMP yang terdaftar sebanyak 22 peserta, namun tidak semua peserta aktif mengikuti kegiatan MGMP di tiap minggunya. Sehingga hanya 12 orang guru MGMP saja yang digunakan sebagai subjek penelitian, satu diantara nya berasal dari salah satu sekolah swasta di kota Sumedang.

Secara umum kegiatan penelitian ini diawali dengan memberikan isian dokumen CoRe awal untuk masing-masing guru, kemudian dilaksanakan wawancara atas apa yang telah guru tulis dalam dokumen CoRe. Setelah itu guru mengikuti rangkaian kegiatan MGMP yang telah di rencanakan oleh tim MGMP sendiri yaitu, lesson study dan mengikuti kegiatan coaching dengan. Setelah guru diberikan pemahaman awal tentang PCK. Guru di berikan penugasan untuk melakukan refleksi terhadap video coaching yang telah disediakan dengan bantuan aplikasi video analiser. Pada pertemuan berikutnya dilakukan pengumpulan komentar refleksi video. Guru yang telah mengkaji video coaching kemudian berdiskusi tentang hasil refleksi mereka masing-masing dalam sebuah peer group. Terakhir guru diberikan kembali dokumen CoRe yang kedua, dengan harapan kemampuan guru akan mengalami perubahan setelah menyaksikan video coaching dan melakukan refleksi bersama peer groupnya.

Agar pelaksanaanya terarah dan sistematis maka disusun tahapan-tahapan penelitian. Ada empat tahap dalam melaksanakan penelitian yaitu sebagai berikut:

1. Tahap persiapan

Peneliti mengumpulkan informasi dan bahan-bahan penelitian yang terkait melalui penelusuran literatur buku, kunjungan atau observasi langsung kepada tim MGMP di kota Sumedang dan membuat referensi pendukung.


(24)

Neri Egi Rusmana, 2014

Perkembangan Pedagogical Content Knowledge (Pck) Guru Peserta Kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (Mgmp) Ipa Di Kota Sumedang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pelaksanaan penelitian di lakukan melewati 3 fase kegiatan a. Pengumpulan dokumen CoRes pertama

Pada tahap pengumpulan dokumen awal CoRes, peneliti masuk ke dalam satu pertemuan kegiatan MGMP, menjelaskan maksud tiap pertanyaan yang diinginkan untuk dijawab kemudian, meminta guru untuk menuliskan jawaban CoRes secara tertulis pada kertas yang telah disediakan disertai tambahan data berupa data pribadi guru dalam bentuk curriculum vitae. Kemudian bersama-sama membuat kesepakatan untuk pengumpulan dokumen CoRe awal di hari berikutnya.

b. Melakukan pengamatan kegiatan MGMP

Kegiatan MGMP untuk guru IPA yang biasanya dilakukan yaitu berupa kegiatan lesson study, yang merupakan kelanjutan dari program kerjasama dengan JICA. Khusus untuk kegiatan MGMP di tahun ini ada sedikit perubahan yaitu dilaksanakannya kegiatan coaching untuk guru dengan materi sistem pernapasan. Masing-masing guru (peserta coaching) mendapatkan satu paket coaching video dalam flasdisk, untuk dikaji dan di komentari (di-refleksi) secara individual. Untuk memudahkan dalam mengkomentari tiap video guru dibekali tambahan aplikasi software video analizer, dimana dalam penggunaannya telah diinformasikan terlebih dahulu dan guru telah dibekali manual penggunaannya.

Pada pertemuan/kegiatan berikutnya, masing-masing guru mengumpulkan hasil refleksi terhadap video coaching yang telah diberikan. Setelah proses pengumpulan, dilanjutkan dengan kegiatan inti yaitu coaching berupa kegiatan diskusi bersama membahas video yang telah mereka tonton di rumah masing-masing. Untuk meminimalisir “efek lupa” dan di karenakan tidak semua orang berkesempatan menyaksikan video coaching, maka


(25)

Neri Egi Rusmana, 2014

Perkembangan Pedagogical Content Knowledge (Pck) Guru Peserta Kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (Mgmp) Ipa Di Kota Sumedang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dilakukan pengulangan tiap bagian video coaching, sesi komentar tiap peserta, dan diskusi peer group peserta MGMP.

c. Pengumpulan dokumen CoRes kedua

Setelah kegiatan coaching selesai, guru dibekali dengan lembar dokumen CoRes kedua, yang masih dengan format yang sama, kemudian dilakukan kegitan wawancara terhadap apa yang guru telah isi dalam dokumen CoRes.

3. Tahap analisis data

Tahapan yang ketiga yaitu analisis data. Peneliti dalam tahap ini melakukan serangkaian analisis data kualitatif sampai pada interaksi data-data yang diperoleh CoRe sebelum, setelah hasil wawancara maupun data curriculum vitae. Selain itu peneliti juga menempuh proses triangulasi data yang dibandingkan dengan teori kepustakaan.

4. Tahap pelaporan

Pada tahap ini peneliti berusaha melakukan konsultasi dan bimbingan dengan dosen pembimbing yang telah ditentukan.

Sedangkan alur penelitian adalah sebagai berikut: Studi Pe ndahuluan

Analisis kemampuan PCK awal CoRe pertama

Kegiatan MGMP

Coaching video Lesson study


(26)

Neri Egi Rusmana, 2014

Perkembangan Pedagogical Content Knowledge (Pck) Guru Peserta Kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (Mgmp) Ipa Di Kota Sumedang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

D. Definisi Operasional

Pada penelitian ini digunakan beberapa istilah khusus, untuk memudahkan dalam memahami dan maksud penelitian. Untuk menghindari adanya kekeliruan interpretasi terhadap istilah yang dimaksudkan, maka istilah khusus tersebut akan dijelaskan sebagai berikut.

1. Pedagogical Content Knowledge (PCK)

PCK merupakan bentuk pengetahuan mengajar tentang bagaimana mentransformasikan subjek-materi pengetahuan agar bisa lebih menfasilitasi pemahaman dari siswa. Instrumen untuk mengukur PCK guru dengan menggunakan CoRe (Content Representation). CoRe merupakan suatu representasi PCK yang dikembangkan oleh Loughran et al (2001) yang berisi tentang uraian konten sains tertentu. Dalam CoRe terdiri atas 8 pertanyaan yang wajib diisi, dengan menjawab tiap pertanyaan dalam CoRe tersebut, sudah bisa dikatehui tingkatan kategorial kemampuan PCK yang dimililki oleh seorang guru.

2. Coaching video

Kegiatan coaching video dilakukan sebagai salah satu kegiatan guru yang tergabung dalam MGMP IPA Kota Sumedang. Coach dalam kegiatan coaching ini diwaliki dengan sebuat paket video coaching kemudian guru ditugaskan untuk menonton video tersebut dan melakukan refleksi terhadapnya. Refleksi guru dalam penelitian ini yaitu kegiatan guru dalam

Analisis kemampuan PCK akhir CoRe kedua

Pola Perkembangan PCK guru dibandingkan


(27)

Neri Egi Rusmana, 2014

Perkembangan Pedagogical Content Knowledge (Pck) Guru Peserta Kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (Mgmp) Ipa Di Kota Sumedang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

merefleksikan informasi mengenai apa yang guru tonton tersebut. Setelah itu untuk meningkatkan pemahaman terhadap bahan refleksi, guru kemudian berdiskusi dalam sebuah peer group untuk mendapatkan masukan dari rekan-rekan satu profesi.

3. Video Coaching

Video coaching merupakan sekumpulan video yang berisi paket rekaman tentang point-point yang tercantum dalam dokumen CoRe seperti strategi mengajar, hasil wawancara, dan kegiatan pembelajaran di dalam kelas dari beberapa guru yang telah dikondisikan dan disiapkan secara khusu oleh peneliti, sehingga calon guru bisa membandingkan dan dapat belajar dari video tersebut. Paket video coaching terdiri dari 8 paket sub video sesuai dengan tiap pertanyaan point CoRe.

Berikut merupakan rincian dari paket video tersebut

1) Penentuan konsep penting

Penentuan konsep penting dalam pembelajaran diwakili dengan bagaimana cara guru menentukkan tujuan pembelajaran dengan berbagai cara yang berbeda. Ada guru model yang menyampaikan secara tertulis tujuan pembelajaran ada yang tersirat dalam ucapan ataupun tidak membahas sama sekali soal tujuan. Maka tugas dari guru itu sendirilah yang harus melihat perbedaan tersebut lewat refleksi untuk bisa menentukkan bagaimana sebenarnya derajat kepentingan penyampaian tujuan pembelajaran dan bagaimana cara penyampaiannya.

2) Video pertimbangan penting tidaknya suatu konsep

Untuk alasan pertimbangan pentingnya konsep untuk disampaikan diwakili dengan testimoni dari guru model, ada guru yang


(28)

Neri Egi Rusmana, 2014

Perkembangan Pedagogical Content Knowledge (Pck) Guru Peserta Kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (Mgmp) Ipa Di Kota Sumedang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menyebutkan untuk dasar mengetahui konsep pada materi selanjutnya, dikaitkannya dengan kehidupan sehari-hari dan tentunya hasrus berdasarkan tuntutan kurikulum dan seringnya maeri tersebut muncul dalam soal ujian nasional

3) Ide atau konsep yang belum saatnya diketahui (batasan materi)

Penyampaian batasan materi sama seperti video pertimbangan penting tidaknya konsep pembelajaran yaitu dengan video testimoni guru, ada guru yang menyatakan dibatasi pada tahapan sistem pernapasan manusia saja, terbatas pada pertukaran zat di alveolus secara umum karena hal tersebut akan siswa pelajari nanti lebih lengkap di tingkat SMA

4) Kesulitan atau keterbatasan dalam menyampaikan konsep

Untuk keterbatasan dalam menyampaikan konsep diwakili dengan kegiatan diskusi beberapa orang guru model yang sedang dalam membahas kesulitan-kesulitan dalam mengajarkan materi sistem pernapasan. Pada kegiatan diskusi tersebut akan salah satu guru model akan menyampaikan kesulitannya kemudian guru yang lain memberikan masukan cara mengatasi kesulitan yang guru model pertama sampaikan.

5) Kondisi siswa (pengetahuan awal/cara berfikir/minat) yang menjadi pertimbangan dalam mengajar

Kondisi siswa digambarkan dengan testimoni atau pendapat guru, seperti guru membuka pelajaran diawali dengan minat atau cita-ciat siswa, ada yang menggap siswa telah memiliki pengetahuan awal namun ada juga yang menggap siswa walaupun telah mendapatkan materi secara umum di sekolah dasar namun siswa tetap saja masih belum mengetahui apapun (bagaikan kertas kosong)


(29)

Neri Egi Rusmana, 2014

Perkembangan Pedagogical Content Knowledge (Pck) Guru Peserta Kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (Mgmp) Ipa Di Kota Sumedang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Ada berbagai faktor yang menjadi pertimbangan seorang guru dalam mengajarkan suatu materi. Pada video coaching faktor tersebut di wakili dalam bentuk pendapat atau testimoni guru model, yang menyampaikan pendapatnya seperti sarana dan prasarana di sekolah, alokasi jam pelajaran yang diberikan, sering tercantumnya dalam soal Ujian nasional.

7) Prosedur kegiatan mengajar

Materi sistem pernapasan terdiri dari berbagai ide besar atau konsep penting. Setiap ide besar atau konsep penting tersebut bisa diajarkan dengan berbagai metode dan media yang berbeda. Namun hanya satu atau beberapa cara saja yang bisa menyampaikan materi menjadi lebih efektif. Dalam hal ini prosedur mengajar digambarkan dengan mengambil salah satu ide besar yaitu pengenalan organ pernapasan beserta fungsinya yang bisa menggunakan media torso, menonton video maupun mengajak siswa mengenal alat atau organ pernapasan miliknya sendiri dengan dibantu oleh cermin dan lain-lain.

8) Evaluasi terhadap pemahaman siswa

Cara mengetahui siswa telah memahami suatu materi yang diberikan bisa dengan berbagai cara ada yang dengan penugasan membuat rangkuman atau review baik tertulis maupun lisan, ataupun yang paling sering yaitu dengan memberikan test tertulis.

4. Video analiser

Video analiser merupakan sebuah software yang digunakan untuk memudahkan guru dalam mengomentari atau melakukan refleksi terhadap paketan video coaching yang telah disediakan. Dengan tampilan yang sederhana dan adanya tombol-tombol instruksi yang jelas, diharapkan akan lebih memudahkan guru untuk menuliskan refleksi, begitupun bagi peneliti, dimana hasil dari video analiser akan ada dalam bentuk file sehingga akan mudah dalam melakukan analisis.


(30)

Neri Egi Rusmana, 2014

Perkembangan Pedagogical Content Knowledge (Pck) Guru Peserta Kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (Mgmp) Ipa Di Kota Sumedang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar 3.2 Tampilan software video analiser E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan adalah alat yaitu peneliti sendiri atau fasilitas yang digunakan dalam pengumpulan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga akan mudah diolah (Subandi,2011). Instrumen yang tepat akan menentukkan keberhasilan suatu penelitian. Dalam penelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrumen lembar pertanyaan CoRe dan tanggapan mengenai isi video coaching. Adapun penjelasan secara umum, instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah

1. Content Representation (CoRe)

Instrumen untuk mengukur kemampuan PCK yang digunakan berupa data CoRe (Content Representation) yang telah sukses dilaksanakan oleh peneliti di Australia dalam pembelajaran kimia (Lougran et al. 2001). CoRe dapat membantu mengetahui permasalahan konten, pendekatan pengajaran dan memprovokasi pemikiran tentang apa yang penting dalam mengajarkan suatu materi dan mengapa hal tersebut harus diajarakan. Bahkan membantu


(31)

Neri Egi Rusmana, 2014

Perkembangan Pedagogical Content Knowledge (Pck) Guru Peserta Kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (Mgmp) Ipa Di Kota Sumedang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

guru untuk mengidentifikasi apa yang mereka perlu tahu dan berfikir ketika akan mengajarkan topik baru. CoRe yang dikembangkan oleh Loughran et al (2004) menawarkan suatu teknik yang paing sesuai untuk menangkap atau merekam langsung PCK guru. Instrumen CoRes terdiri dari 8 pertanyaan utama sebagai berikut

Tabel 3.2 Format CoRe (Content Representation) (Loughran et al,2012)

No Pertanyaan Ide/ Konsep Sains yang

penting Ide

Besar 1

Ide Besar 2

Ide Besar .. 1. Apa yang akan anda ajarkan kepada

siswa tentang ide/konsep ini? 2. Mengapa konsep tersebut penting

dipelajari oleh siswa

3. Ide/konsep terkait apa sajakah yang menurut Anda belum saatnya diketahui oleh siswa?

4. Kesulitan/keterbatasan apa sajakah yang mungkin Anda alami untuk mengajarkan konsep tersebut?

5. Kondisi siswa (pengetahuan awal/cara berfikir/minat) apa saja/seperti apa yang menjadi pertimbangan dalam mengajarkan konsep ini?

6. Faktor-faktor apa sajakah yang menjadi pertimbangan Anda dalam mengajarkan konsep tersebut?

7. Bagaimanakah urutan/alur yang Anda pilih untuk mengajarkan konsep tersebut

8. Bagaimanakah cara Anda mengetahui bahwa siswa telah paham atau belum?

Dari format pertanyaan CoRe tersebut kemudian data diolah dengan menggunakan pengelompokkan kategorial perkembangan PCK menurut


(32)

Neri Egi Rusmana, 2014

Perkembangan Pedagogical Content Knowledge (Pck) Guru Peserta Kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (Mgmp) Ipa Di Kota Sumedang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Anwar (2014)(Tabel 3.3) yang terdiri dari tahap pra PCK, growing PCK, dan maturing PCK. Istilah pra PCK menggambarkan tahap awal interaksi antara pedagogi dan pengetahuan konten sehingga belum ada irisan/integrasi antara keduanya. Pada tahap growing PCK, guru mulai dapat mengintegrasikan konten dan pedagoginya sehingga sudah mulai terbentuk irisan antara konten dan pedagogi sedangkan maturing PCK, guru sudah semakin matang dan guru mampu mengintegrasikan konten dan pedagogi secara fleksibel dan rasional

Tabel 3.3 Kategorial perkembangan PCK guru menurut Anwar (2014)

No Aspek Tipe PCK

Pra PCK Growing PCK Maturing PCK 1

.

Tujuan Mengidentifikasi tujuan dengan pertimbangan yang terbatas dan belum sesuai dengan standar yang ditetapkan dalam kurikulum

Mengidentifikasi tujuan dan memiliki alasan yang rasional terkait dengan konsep yang diajarkan dan telah disesuaikan dengan standar yang ditetapkan dalam kurikulum

Mengidentifikasi tujuan dan memiliki alasan yang rasional berdasarkan materi dan kebutuhan siswwa serta dengan fleksibilitas yang tinggi mampu menyesuaikan dengan standar yang ditetapkan dalam kurikulum Rumusan tujuan

tidak

menggambarkan secara akurat kompetensi yang akan dicapai

Rumusan

tujuanmenggambar kan secara akurat kompetensi yang akan dicapai

Tujuan yang akan dicapai lebih akurat dan fleksibel sesuai dengan kompetensi pengalaman belajar yang diberikan


(33)

Neri Egi Rusmana, 2014

Perkembangan Pedagogical Content Knowledge (Pck) Guru Peserta Kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (Mgmp) Ipa Di Kota Sumedang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2 .

konsep Konsep-konsep penting yang dimunculkan untuk diajarkan kepada siswa masih ada yang kurang relevan dengan materi sistem

pernapasan, konsep yang dimunculkan masih ada yang merupakan atribut sehingga konsep yang muncul masih sangat banyak/ sangat spesifik

Konsep-konsep inti yang dimunculkan untuk diajarkan kepada siswa sesudah

merujuk/terkait pada konsep-konsep inti dan relevan dengan materi transportasi zat

Konsep-konsep penting yang dimunculkan untuk diajarkan kepada siswa merupakan konsep-konsep utama yang bersifat inklusif terhadap beberapa konsep yang lainnya.

Belum dapat menentukkan keluasan dan kedalaman materi yang akan

diajarkan pada siswa. Kedalaman dan keluasan materi mengacu pada konsep yang umum sehingga tidak jelas kedalaman dan keluasan untuk setiap konsep inti

Bisa menentukkan batasan lebih jelas terhadap keluasan dan kedalaman materi yang diajarkan. Kedalaman dan keluasan materi mengacu pada konsep-konsep inti

Keluasan dan kedalaman materi lebih akurat terkait pada konsep-konsep inti yang akan diajarkan dan mempertimbangka n kemampuan dan kondisi siswa

Mulai

mengidentifikasi miskonsepsi yang umum pada siswa atau konsepsi yang keliru dalam bidang pengajaran

Mengidentifikasi dan mengantisipasi miskonsepsi atau konsepsi siswa yang keliru

Mengantisipasi miskonsepsi atau konsepsi siswa yang keliru secara sistematis serta merencanakan kegiatan dan diskusi untuk


(34)

Neri Egi Rusmana, 2014

Perkembangan Pedagogical Content Knowledge (Pck) Guru Peserta Kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (Mgmp) Ipa Di Kota Sumedang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menjelaskan dan memperbaikinya 3

.

Pedagogi Pertimbangan mengajar mengacu pada materi

Pertimbangan mengajar tidak hanya pada materi tetapi juga fasilitas pendukung

pertimbangan mengajar pada materi, fasilitas pendukung, hasil refleksi

pemahaman dan kondisi siswa Strategi mengajar

yang digunakan masih general untuk semua konsep pada materi transportasi zat

Menyesuaikan strategi pembelajaran dengan

karakteristik setiap konsep dalam materi dan kompetensi yang akan dicapai dapat mengubah strategi pembelajaran berdasarkan pertimbangan karakteristik setiap konsep dan

kompetensi yang akan dicapai selain itu guru dapat memanfaatkan momen yang ada Urutan penyajian

materi terkait urutan penyajian materi yang ada dalam buku

Urutan penyajian materi

mempertimbangak an urutan

penyajian materi dalam buku dan metode/ tahapan model mengajar

urutan penyajian materi lebih fleksibel terkait hasil analisis materi, strategi mengajar dan kondisi siswa 4

.

evaluasi Mengukur

pemahaman siswa dengan

menggunakan alat evaluasi secara umum, masih terbatas pada tes tertulis

Menggunakan tes tertulis, instrumen yang

dikembangkan mempertimbangka n pada masing-masing konsep

Menggunakan asesem yang lebih kreatif, mampu mengembangkan asesmen sendiri sesuai analisis materi yang diberikan, kondisi siswa, dan metode relevan sehingga tepat sasaran


(35)

Neri Egi Rusmana, 2014

Perkembangan Pedagogical Content Knowledge (Pck) Guru Peserta Kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (Mgmp) Ipa Di Kota Sumedang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Catatan Refleksi terhadap materi video coaching

Video coaching terdiri dari 8 sub video, yang tiap sub video tersebut berisi materi sesuai urutan pertanyaan CoRe. Dalam tiap sub video guru ditugaskan untuk memberikan komentar atau tanggapan terhadap kegiatan ataupun pendapat yang dikemukakan oleh guru model. Untuk mempermudah subjek penelitian dalam memberikan komentar (refleksi) terhadap video coaching guru diberikan software video analiser untuk berkomentar bersamaan dengan menonton video tersebut (Widodo et al, 2008). Komentar yang harus diberikan oleh guru tidak dibatasi atas aspek tertentu. Hasil tanggapan maupun komentar guru akan dimuat dalam bentuk berkas notepad. Dari berkas notepad inilah dilakukan analisis terhadap pemahaman PCK guru. Selain untuk mendapatan data refleksi guru terhadap video coaching, penulisan komentar (refleksi) ini sekaligus dimaksudkan agar lebih menyakinkan peneliti bahwa subjek penelitian telah benar-benar mengikuti kegiatan program coaching berbasis refleksi video. Namun karena tidak seluruh guru memberikan laporan catata refleksi atas video coaching secara pribadi maka, tanggapan refleksi ditambahkan dari kegiatan diskusi peer group yang membahas materi yang sama


(36)

Neri Egi Rusmana, 2014

Perkembangan Pedagogical Content Knowledge (Pck) Guru Peserta Kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (Mgmp) Ipa Di Kota Sumedang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang perkembangan PCK guru MGMP IPA di kota Sumedang, tidak semua guru IPA pernah dan berpengalaman dalam mengajarkan materi IPA. Hal ini berkaitan dengan aturan kurikulum baru (kurikulum 2013) tentang pengajaran IPA terintegrasi yang belum teraplikasikan di semua sekolah di kota Sumedang. Sebagian guru saja yang pernah mengajarkan materi tentang sistem pernapasan dan sebagian lagi masih mengajar berdasarkan latar belakang keilmuan seperti fisika, kimia, atau matematika. Secara khusus dalam penelitian kali ini dapat disimpulkan sebagai berikut

Pertama kemampuan guru IPA sebagian besar telah berada dalam tahap growing PCK. Dalam menentukkan konsep penting guru tidak hanya mempertimbangkan kurikulum namun juga telah melihat aspek kebutuhan maupun pesan moril terkait tanggung jawab siswa terhadap kesehatan tubuhnya. Sedangkan dari segi pedagogi, guru masih terbatas pada menjelaskan dengan cara diskusi, ceramah, dan pemodelan menggunakan carta atau torso. Guru kurang memahami tentang batasan materi yang seharusnya mereka ajarkan dan mana yang harus disimpan untuk pembelajaran yang akan datang. Tidak semua aspek PCK guru mengalami berkembang setelah mengikuti kegiatan coaching video. Pada aspek tujuan, konten dan pedagogi telah berhasil meningkatkan kategorial guru IPA sampai sebagian besar mencapai tahap growing PCK. Namun dalam aspek evaluasi guru IPA terkesan tidak mengalami perubahan PCK. Hal ini disebabkan karena guru MGMP IPA telah memiliki kemampuan yang cukup baik (growing PCK). Walaupun kegiatan refleksi video coaching belum bisa meningkatkan kategorial kemampuan PCK guru secara signifikan dalam semua


(37)

Neri Egi Rusmana, 2014

Perkembangan Pedagogical Content Knowledge (Pck) Guru Peserta Kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (Mgmp) Ipa Di Kota Sumedang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

bidang, namun sebagian besar guru dianggap mengalami perubahan jika dibandingkan sebelum mengikuti kegiatan coaching video.

Hal yang membatasi kemampuan PCK mengalami peningkatan guru yaitu latar belakang guru yang tidak sama, dan yang terakhir kurangnya motivasi dan keterbukaan dari guru tersebut untuk belajar. Hal tersebut menjadikan guru cenderung kurang maksimal dalam melakasanakan kegiatan. Walaupun sebagian guru yang sangat sulit untuk berubah (guru YN) namun sebagian besar guru antusias untuk terus memperbaiki diri dan mengaku belajar dari contoh pelaksanaan pelajaran yang dilakukan oleh guru model.

B. Saran

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan refleksi personal yang seharusnya dapat dilakukan oleh seluruh guru namun tidak bisa terlaksana dengan baik, pada akhirnya dapat teratasi dengan adanya kegiatan diskusi peer group. Rekomendasi untuk penelitian coaching video selanjutnya, agar proses coaching video secara personal agar tidak ditugaskan untuk dibawa ke rumah masing-masing guru. Ada baiknya dilakukan pada satu tempat bersama namun dengan alat (komputer) yang bersifat personal. Hal tersebut untuk mengantisipasi guru yang tidak dapat melaksanakan kegiatan coaching video ataupun guru yang kesulitan menggunakan mengopersikan video analiser. Selain itu, karena pengalaman sangat berpengaruh terhadap kemampuan PCK guru maka diperlukan adanya proses pendampingan dan kegiatan secara khusus untuk guru berbagi pengatahuan tentang PCK ini sehingga informasi yang guru dapatkan saat akan terus berkembang dan tidak hilang begitu saja.


(38)

Neri Egi Rusmana, 2014

Perkembangan Pedagogical Content Knowledge (Pck) Guru Peserta Kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (Mgmp) Ipa Di Kota Sumedang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

- (2010). Teacher Networks (MGMP) in Junior Secondary Education in Indonesia. USAID Indonesia in co-operation with International Development Center of Japan.

- (2008) Standar Pengembangan Kelompok Kerja Guru (KKG) Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP). Direktorat Profesi Pendidik. Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia.

Anwar, Yenny (2014). Perkembangan Pedagogical Content Knowledg (PCK) Calon Guru Biologi pada Peserta Pendekatan Konsekutif dan Pada Peserta Pendekatan Konkuren. Sekolah Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia.

Ardiansyah, Jemmi (2013) Peningkatan Kompetensi Guru Bidang Pendidikan di Kabupaten Tana Tidung. eJournal Pemerintahan Integratif,2013,1(1):38-50,ejournal.pin.or.id

Bloomberg, et al (2011). How Pre-Service Teacher Observe Teaching On Video: Efect of Viewer’s Teaching Subject and The Subject of The Subject of The Video. TUM School of Education, Technische Universität München, Schellingstr. 33, 80799 Munich, Germany. Elsevier. Teaching and Teacher Education 27 (2011) 1131-1140

Bueno et al (2011) Pedagogical Content Knowledge of Inquiry: An Instrument to Assess IT and Its Application to High School In-Sevice Teacher. US-China Education Review. ISSN 1548-6613. May 2011, Vol.8, No.5,599-614. David Publishing

Chaniago,Syahril (2013) Profesionalisme Guru Meningkatkan Citra Dunia Pendidikan. Econo sains. Volume XI. Nomor 1, Maret 2013

Dahar,Ratna W(1989). Teori Teori Belajar. Erlangga.

Didi, Tarsidi (2010). Teori Kognitif Sosil Albert Bandura. Universitas Pendidikan Indonesia

Ferraro, Joan M (2000). Reflective Practice and Professional Development. ERIC Digest. ERIC Clearinghouse on Teaching and Teacher Education Washington DC.

Finlay, Linda (2008) Reflecting on’Reflective Practice’. PBPL paper 52

Firman (2009) Tanggung Jawab Profesi Guru dalam Era Teknologi Informasi. Universitas Negeri Padang. PEDAGOGI. Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan. Volume IX. No.1 April 2009. Diterbitkan Online | http://ejournal.unp.ac.id/index.php/pedagogi


(39)

Neri Egi Rusmana, 2014

Perkembangan Pedagogical Content Knowledge (Pck) Guru Peserta Kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (Mgmp) Ipa Di Kota Sumedang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gintings,Abdorrakham (2008). Essensi Praktis, Belajar & Pembelajaran. Disiapkan untuk Pendidikan Profesi dan Sertifikasi Guru-Dosen. Penerbit Humaniora.

Gatumu, Jane Ciuwari (2009). Reflective Teaching. African Virtual University Hamidah, Dida (2012). Pengembangan Profesional Guru Biologi SMA melalui

Program Pelatihan Pedagogical Content Knowledge pada materi Genetika. Disertasi Pasca Sarjana, Universitas Pendidikan Indonesia.

Harjanto (2008) Perencanaan Pengajaran: Komponen MKDK. Jakarta. Rineka Cipta

Haryati, Daroji (2007). Model Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Konsep dan Penerapan Sains Biologi 2 untuk kelas VIII SMP dan MTs. Solo. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri

Jalmo,Tri & Rustaman, Nuryani Y (2010).Pengembangan Program Pelatihan Peningkatan Kompetensi Guru IPA SMP. Jurusan PMIPA FKIP Universitas Lampung dan Prodi IPA SPs Universitas Pendidikan Indonesia.

Kadafi,Umar.Lestari Umi& Suarsini E. (2014). Pengembangan Multimedia Pembelajaran Interaktif pada Kompetensi Sistem Pernapasan Manusia Kelas VII di SMP 1 Gondang Tulungagung. Universitas Negeri Malang. Kadarohman,Asep & Nurihsan, J (2012) Program Dual Modes Sebagai Alternatif

Peningkatan Kualifikasi Akademik Guru dalam Jabatan. Universitas Pendidikan Indonesia.

Liu,Siping.(2013). Pedagogical Content Knowledge: A Case Study of ESL Teacher Educator. English Language Teaching; Vol. 6, No. 7; 2013. ISSN 1916-4742 E-ISSN 1916-4750. Published by Canadian Center of Science and Education

Loughran, et al (2001) Documenting Science Teachers Pedagogical Content Knowledge Through PaP-eRs. Monash University. Research in Science Education 31: 289-307

Loughran, et al (2012) Understanding and Developing Science Teacher’s Pedagogical Content Knowledge. 2nd edition.Sense Publisher.

McGregor, Debra (2012) What can Reflective Practice Mean For You... And Why Should You Engage In It?. Developing Reflective Practice.

Muharohmah, Astri (2013). Analisis Pedagogis Proses Belajar Mengajar Pendidikan Jasmani di Sekolah Menengah Atas Negeri se-Kota Cimahi. Universitas Pendidikan Indonesia.

Musfah, Jejen (2011) Peningkatan Kompetensi Guru: Melalui Pelatihan dan Sumber Belajar Teori dan Praktik. Jakarta. Kencana Prenada Media Group.


(40)

Neri Egi Rusmana, 2014

Perkembangan Pedagogical Content Knowledge (Pck) Guru Peserta Kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (Mgmp) Ipa Di Kota Sumedang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Nurhayati (2006). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Profesionalisme dan Kinerja Guru Biologi di SMAN Kota Makasar Sulawesi Selatan. Universitas Negeri Makasar.

Rahmat, P.S (2009) Penelitian Kualitatif. Equilibrium, Vol 5, No.9, Januari-Juni; 1-8

Saad,N.Ghani, S& Rajendran N.S (2005). The Sources of Pedagogical Content Knowledge (PCK) Used by Mathematics Teacher During Instructions: A Case Study. Departement of Mathematics. Universiti Pendidikan Sultan Idris.

Sahid (2012). Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis ICT. Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA UNY.

Santagata, Rossella & Guarino, Jody (2011) Using Video To Teach Future Teachers To Learns For Teaching. ZDM Mathematics Education (2011) 43:133–145. DOI 10.1007/s11858-010-0292-3

Sari, Milya. (2013). Problematika Pembelajaran Sains Ditinjau Dari Aspek Guru. IAIN Imam Bonjol Padang. Jurnal Al-Ta’lim, Jilid 1, Nomor 4 Februari 2013, hlm. 346-356

Sewall,Marcia (2009) Transforming Supervision: Using Video Elicitation to Support

Preservice Teacher-Directed reflective Consevations.University of California.

Issues in Teacher Education. Volume 18, Number 2.

Shulman,Lee S. (1986). Those Who Understand: Knowledge Growth in Teaching. Educational Researcher. Vol. 15, No. 2 (Feb., 1986), pp. 4-14

Siahaan, Parsaoran (2010) Lesson Study di Kabupaten Sumedang. Jurusan Pendidikan Fisika. FPMIPA UPI Bandung

Star et al (2011) Using Video to Improve Matematics Teachers Abilities To Attend to Classroom Features: A Replication Study

Subandi (2011) Deskripsi Kualitatif Sebagai Satu Metode Dalam Penelitian Pertunjukkan. HARMONIA. Volume 11,No.2

Sularto, Dedi (2010) Program Pembinaan Guru Melalui MGMP

Supahar (2009) Implementasi Lesson Study Mata Pelajaran IPA Berbasis MGMP Sebagai Upaya Membangun Learning Community. Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta

Universitas Udayana (2006) Manual Proses pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi di Universitas Udayana. Proses Pembelajaran.

Pellegrino,Anthony & Gerber, Brian (2012). Teacher Reflection Through Video-Recording Analysis.


(1)

Neri Egi Rusmana, 2014

Perkembangan Pedagogical Content Knowledge (Pck) Guru Peserta Kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (Mgmp) Ipa Di Kota Sumedang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang perkembangan PCK guru MGMP IPA di kota Sumedang, tidak semua guru IPA pernah dan berpengalaman dalam mengajarkan materi IPA. Hal ini berkaitan dengan aturan kurikulum baru (kurikulum 2013) tentang pengajaran IPA terintegrasi yang belum teraplikasikan di semua sekolah di kota Sumedang. Sebagian guru saja yang pernah mengajarkan materi tentang sistem pernapasan dan sebagian lagi masih mengajar berdasarkan latar belakang keilmuan seperti fisika, kimia, atau matematika. Secara khusus dalam penelitian kali ini dapat disimpulkan sebagai berikut

Pertama kemampuan guru IPA sebagian besar telah berada dalam tahap growing PCK. Dalam menentukkan konsep penting guru tidak hanya mempertimbangkan kurikulum namun juga telah melihat aspek kebutuhan maupun pesan moril terkait tanggung jawab siswa terhadap kesehatan tubuhnya. Sedangkan dari segi pedagogi, guru masih terbatas pada menjelaskan dengan cara diskusi, ceramah, dan pemodelan menggunakan carta atau torso. Guru kurang memahami tentang batasan materi yang seharusnya mereka ajarkan dan mana yang harus disimpan untuk pembelajaran yang akan datang. Tidak semua aspek PCK guru mengalami berkembang setelah mengikuti kegiatan coaching video. Pada aspek tujuan, konten dan pedagogi telah berhasil meningkatkan kategorial guru IPA sampai sebagian besar mencapai tahap growing PCK. Namun dalam aspek evaluasi guru IPA terkesan tidak mengalami perubahan PCK. Hal ini disebabkan karena guru MGMP IPA telah memiliki kemampuan yang cukup baik (growing PCK). Walaupun kegiatan refleksi video coaching belum bisa meningkatkan kategorial kemampuan PCK guru secara signifikan dalam semua


(2)

Neri Egi Rusmana, 2014

Perkembangan Pedagogical Content Knowledge (Pck) Guru Peserta Kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (Mgmp) Ipa Di Kota Sumedang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu bidang, namun sebagian besar guru dianggap mengalami perubahan jika dibandingkan sebelum mengikuti kegiatan coaching video.

Hal yang membatasi kemampuan PCK mengalami peningkatan guru yaitu latar belakang guru yang tidak sama, dan yang terakhir kurangnya motivasi dan keterbukaan dari guru tersebut untuk belajar. Hal tersebut menjadikan guru cenderung kurang maksimal dalam melakasanakan kegiatan. Walaupun sebagian guru yang sangat sulit untuk berubah (guru YN) namun sebagian besar guru antusias untuk terus memperbaiki diri dan mengaku belajar dari contoh pelaksanaan pelajaran yang dilakukan oleh guru model.

B. Saran

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan refleksi personal yang seharusnya dapat dilakukan oleh seluruh guru namun tidak bisa terlaksana dengan baik, pada akhirnya dapat teratasi dengan adanya kegiatan diskusi peer group. Rekomendasi untuk penelitian coaching video selanjutnya, agar proses coaching video secara personal agar tidak ditugaskan untuk dibawa ke rumah masing-masing guru. Ada baiknya dilakukan pada satu tempat bersama namun dengan alat (komputer) yang bersifat personal. Hal tersebut untuk mengantisipasi guru yang tidak dapat melaksanakan kegiatan coaching video ataupun guru yang kesulitan menggunakan mengopersikan video analiser. Selain itu, karena pengalaman sangat berpengaruh terhadap kemampuan PCK guru maka diperlukan adanya proses pendampingan dan kegiatan secara khusus untuk guru berbagi pengatahuan tentang PCK ini sehingga informasi yang guru dapatkan saat akan terus berkembang dan tidak hilang begitu saja.


(3)

Neri Egi Rusmana, 2014

Perkembangan Pedagogical Content Knowledge (Pck) Guru Peserta Kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (Mgmp) Ipa Di Kota Sumedang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

- (2010). Teacher Networks (MGMP) in Junior Secondary Education in Indonesia. USAID Indonesia in co-operation with International Development Center of Japan.

- (2008) Standar Pengembangan Kelompok Kerja Guru (KKG) Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP). Direktorat Profesi Pendidik. Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia.

Anwar, Yenny (2014). Perkembangan Pedagogical Content Knowledg (PCK) Calon Guru Biologi pada Peserta Pendekatan Konsekutif dan Pada Peserta Pendekatan Konkuren. Sekolah Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia.

Ardiansyah, Jemmi (2013) Peningkatan Kompetensi Guru Bidang Pendidikan di Kabupaten Tana Tidung. eJournal Pemerintahan Integratif,2013,1(1):38-50,ejournal.pin.or.id

Bloomberg, et al (2011). How Pre-Service Teacher Observe Teaching On Video: Efect of Viewer’s Teaching Subject and The Subject of The Subject of The Video. TUM School of Education, Technische Universität München, Schellingstr. 33, 80799 Munich, Germany. Elsevier. Teaching and Teacher Education 27 (2011) 1131-1140

Bueno et al (2011) Pedagogical Content Knowledge of Inquiry: An Instrument to Assess IT and Its Application to High School In-Sevice Teacher. US-China Education Review. ISSN 1548-6613. May 2011, Vol.8, No.5,599-614. David Publishing

Chaniago,Syahril (2013) Profesionalisme Guru Meningkatkan Citra Dunia Pendidikan. Econo sains. Volume XI. Nomor 1, Maret 2013

Dahar,Ratna W(1989). Teori Teori Belajar. Erlangga.

Didi, Tarsidi (2010). Teori Kognitif Sosil Albert Bandura. Universitas Pendidikan Indonesia

Ferraro, Joan M (2000). Reflective Practice and Professional Development. ERIC Digest. ERIC Clearinghouse on Teaching and Teacher Education Washington DC.

Finlay, Linda (2008) Reflecting on’Reflective Practice’. PBPL paper 52

Firman (2009) Tanggung Jawab Profesi Guru dalam Era Teknologi Informasi. Universitas Negeri Padang. PEDAGOGI. Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan. Volume IX. No.1 April 2009. Diterbitkan Online | http://ejournal.unp.ac.id/index.php/pedagogi


(4)

Neri Egi Rusmana, 2014

Perkembangan Pedagogical Content Knowledge (Pck) Guru Peserta Kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (Mgmp) Ipa Di Kota Sumedang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Gintings,Abdorrakham (2008). Essensi Praktis, Belajar & Pembelajaran.

Disiapkan untuk Pendidikan Profesi dan Sertifikasi Guru-Dosen. Penerbit Humaniora.

Gatumu, Jane Ciuwari (2009). Reflective Teaching. African Virtual University Hamidah, Dida (2012). Pengembangan Profesional Guru Biologi SMA melalui

Program Pelatihan Pedagogical Content Knowledge pada materi Genetika. Disertasi Pasca Sarjana, Universitas Pendidikan Indonesia.

Harjanto (2008) Perencanaan Pengajaran: Komponen MKDK. Jakarta. Rineka Cipta

Haryati, Daroji (2007). Model Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Konsep dan Penerapan Sains Biologi 2 untuk kelas VIII SMP dan MTs. Solo. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri

Jalmo,Tri & Rustaman, Nuryani Y (2010).Pengembangan Program Pelatihan Peningkatan Kompetensi Guru IPA SMP. Jurusan PMIPA FKIP Universitas Lampung dan Prodi IPA SPs Universitas Pendidikan Indonesia.

Kadafi,Umar.Lestari Umi& Suarsini E. (2014). Pengembangan Multimedia Pembelajaran Interaktif pada Kompetensi Sistem Pernapasan Manusia Kelas VII di SMP 1 Gondang Tulungagung. Universitas Negeri Malang. Kadarohman,Asep & Nurihsan, J (2012) Program Dual Modes Sebagai Alternatif

Peningkatan Kualifikasi Akademik Guru dalam Jabatan. Universitas Pendidikan Indonesia.

Liu,Siping.(2013). Pedagogical Content Knowledge: A Case Study of ESL Teacher Educator. English Language Teaching; Vol. 6, No. 7; 2013. ISSN 1916-4742 E-ISSN 1916-4750. Published by Canadian Center of Science and Education

Loughran, et al (2001) Documenting Science Teachers Pedagogical Content Knowledge Through PaP-eRs. Monash University. Research in Science Education 31: 289-307

Loughran, et al (2012) Understanding and Developing Science Teacher’s Pedagogical Content Knowledge. 2nd edition.Sense Publisher.

McGregor, Debra (2012) What can Reflective Practice Mean For You... And Why Should You Engage In It?. Developing Reflective Practice.

Muharohmah, Astri (2013). Analisis Pedagogis Proses Belajar Mengajar Pendidikan Jasmani di Sekolah Menengah Atas Negeri se-Kota Cimahi. Universitas Pendidikan Indonesia.

Musfah, Jejen (2011) Peningkatan Kompetensi Guru: Melalui Pelatihan dan Sumber Belajar Teori dan Praktik. Jakarta. Kencana Prenada Media Group.


(5)

Neri Egi Rusmana, 2014

Perkembangan Pedagogical Content Knowledge (Pck) Guru Peserta Kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (Mgmp) Ipa Di Kota Sumedang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Nurhayati (2006). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Profesionalisme dan

Kinerja Guru Biologi di SMAN Kota Makasar Sulawesi Selatan. Universitas Negeri Makasar.

Rahmat, P.S (2009) Penelitian Kualitatif. Equilibrium, Vol 5, No.9, Januari-Juni; 1-8

Saad,N.Ghani, S& Rajendran N.S (2005). The Sources of Pedagogical Content Knowledge (PCK) Used by Mathematics Teacher During Instructions: A Case Study. Departement of Mathematics. Universiti Pendidikan Sultan Idris.

Sahid (2012). Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis ICT. Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA UNY.

Santagata, Rossella & Guarino, Jody (2011) Using Video To Teach Future Teachers To Learns For Teaching. ZDM Mathematics Education (2011) 43:133–145. DOI 10.1007/s11858-010-0292-3

Sari, Milya. (2013). Problematika Pembelajaran Sains Ditinjau Dari Aspek Guru. IAIN Imam Bonjol Padang. Jurnal Al-Ta’lim, Jilid 1, Nomor 4 Februari 2013, hlm. 346-356

Sewall,Marcia (2009) Transforming Supervision: Using Video Elicitation to Support Preservice Teacher-Directed reflective Consevations.University of California. Issues in Teacher Education. Volume 18, Number 2.

Shulman,Lee S. (1986). Those Who Understand: Knowledge Growth in Teaching. Educational Researcher. Vol. 15, No. 2 (Feb., 1986), pp. 4-14

Siahaan, Parsaoran (2010) Lesson Study di Kabupaten Sumedang. Jurusan Pendidikan Fisika. FPMIPA UPI Bandung

Star et al (2011) Using Video to Improve Matematics Teachers Abilities To Attend to Classroom Features: A Replication Study

Subandi (2011) Deskripsi Kualitatif Sebagai Satu Metode Dalam Penelitian Pertunjukkan. HARMONIA. Volume 11,No.2

Sularto, Dedi (2010) Program Pembinaan Guru Melalui MGMP

Supahar (2009) Implementasi Lesson Study Mata Pelajaran IPA Berbasis MGMP Sebagai Upaya Membangun Learning Community. Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta

Universitas Udayana (2006) Manual Proses pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi di Universitas Udayana. Proses Pembelajaran.

Pellegrino,Anthony & Gerber, Brian (2012). Teacher Reflection Through Video-Recording Analysis.


(6)

Neri Egi Rusmana, 2014

Perkembangan Pedagogical Content Knowledge (Pck) Guru Peserta Kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (Mgmp) Ipa Di Kota Sumedang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Pramudito, Aria. (2013). Pengembangan Media Pembelajaran Video Tutorial

Pada Mata Pelajaran Kompetensi Kejuruan Standar Kompetensi Melakukan Pekerjaan Dengan Mesin Bubut di SMK Muhammadiyah 1 Playen. Jurusan Pendidikan Teknik Mesin, Universitas Negeri Yogyakarta. Purwianingsih, Widi. (2006) Pengembangan Program Pembekalan Pedagogical

Content Knowledge (PCK) Bioteknologi Melalui Perkuliahan Kapita Selekta Biologi SMA. Disertasi Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia.

Van Driel, Jan H. De Jong,Onno. &Verloop, Nico (2001). The Development of Preservice Chemistry Teachers Pedagogical Content Knowledge. Science Teacher Education. Wiley Periodicals.

Warsita, Bambang. (2008). Teknologi Pembelajaran, Landasan dan Aplikasinya. Jakarta: Rineka Cipta

Wattimena,Rio A. (2012). Pengaruh Persepsi Siswa Tentang Penerapan Metode Penugasan Terhadap Motivasi Belajar: Studi Kasus Mata Pelajaran Lay Out Dekorasi Interior dan Eksterior di Jurusan Tekhnik Gambar Bangunan SMK 1 Cilaku-Cianjur. Universitas Pendidikan Indonesia

Widodo, Ari. Riandi & Suprianto, Bambang (2008). Pengembangan Paket Program coaching berbasis refleksi video untuk Meningkatkan Kompetensi Mengajar Guru Sains. FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia

Widodo, Ari & Riandi (2013) Dual-Mode Teacher Professional Development: Challenges and re-visioning Future TPD in Indonesia. Teacher Development Vol 17,NO. 3, 380-392

Wright,Geoffrey A (2008) How Does Video Analysis Impact Teacher Reflection For Action. Dissertasi Brigham Young University


Dokumen yang terkait

HUBUNGAN KEGIATAN GURU DI MUSYAWARAH GURU MATA PELAJARAN ( MGMP ) DENGAN PROFESIONALISME GURU SEJARAH di SMA SE- LUMAJANG

0 30 18

Pedagogical Content Knowledge (PCK).

0 2 11

KEMAMPUAN PEDAGOGICAL CONTENT KNOWLEDGE (PCK) GURU IPA KELAS VII SMP MUHAMMADIYAH SE-KOTA SURAKARTA DALAM PENYUSUNAN RPP Kemampuan Pedagogical Content Knowledge (PCK) Guru IPA Kelas VII SMP Muhammadiyah Se-Kota Surakarta Dalam Penyusunan RPP.

0 4 13

KEMAMPUAN PEDAGOGICAL CONTENT KNOWLEDGE (PCK) GURU IPA KELAS VII SMP MUHAMMADIYAH SE-KOTA SURAKARTA Kemampuan Pedagogical Content Knowledge (PCK) Guru IPA Kelas VII SMP Muhammadiyah Se-Kota Surakarta Dalam Penyusunan RPP.

0 2 16

ANALISIS KEMAMPUAN PEDAGOGICAL CONTENT KNOWLEDGE (PCK) GURU IPA KELAS IX SMP MUHAMMADIYAH SE-KOTA SURAKARTA Analisis Kemampuan Pedagogical Content Knowledge (PCK) Guru IPA Kelas IX SMP Muhammadiyah se-Kota Surakarta Berdasarkan Rencana Pelaksanaan Pembe

1 8 13

ANALISIS KEMAMPUAN PEDAGOGICAL CONTENT KNOWLEDGE (PCK) GURU IPA KELAS IX SMP MUHAMMADIYAH SE-KOTA Analisis Kemampuan Pedagogical Content Knowledge (PCK) Guru IPA Kelas IX SMP Muhammadiyah se-Kota Surakarta Berdasarkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RP

0 4 16

PERKEMBANGAN PEDAGOGICAL CONTENT KNOWLEDGE (PCK) CALON GURU BIOLOGI PADA PESERTA PENDEKATAN KONSEKUTIF DAN PADA PESERTA PENDEKATAN KONKUREN.

9 30 57

PEDAGOGICAL CONTENT KNOWLEDGE (PCK) GURU BERPENGALAMAN DAN CALON GURU BIOLOGI.

6 29 29

PERKEMBANGAN PEDAGOGICAL CONTENT KNOWLEDGE (PCK) GURU PESERTA KEGIATAN MUSYAWARAH GURU MATA PELAJARAN (MGMP) IPA DI KOTA SUMEDANG - repository UPI T IPA 1201695 Title

0 0 3

PENGEMBANGAN PEDAGOGICAL CONTENT KNOWLEDGE (PCK) GURU BIOLOGI SMA PADA MATERI JAMUR

0 0 5