PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT (TEAM GAME TOURNAMENT) TERHADAP KETERAMPILAN BEKERJASAMA DALAM PERMAINAN SEPAKBOLA DI SMPN 40 BANDUNG KELAS VIII.
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan di Jurusan Pendidikan Olahraga
Oleh Yusuf Supriatna
0906477
JURUSAN PENDIDIKAN OLAHRAGA
PRODI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG
(2)
Oleh Yusuf Supriatna
Sebuah Skripsi yang Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan
© Yusuf Supriatna 2014 Universitas Pendidikan Indonesia
Juli 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
(3)
DALAM PERMAINAN SEPAKBOLA DI SMPN 40 BANDUNG KELAS VIII
Skripsi ini telah disahkan dan disetujui oleh:
Pembimbing I
Dr. Hj. Tite Juliantine, M.Pd NIP. 198607071992032001
Pembimbing II
Helmy Firmansyah, M.Pd NIP. 197912282005011002
Mengetahui, Ketua Program Studi
Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi FPOK UPI
Drs. Mudjihartono, M.Pd NIP. 196508171990011001
(4)
1
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional mengamanatkan bahwa sistem pendidikan nasional harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu serta relevansi dan efisiensi manajemen pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global sehingga perlu dilakukan pembaharuan pendidikan yang terencana, terarah dan berkesinambungan. Pembaharuan pendidikan secara nasional mengalami kemajuan yang sangat pesat. Hal ini, bisa dilihat dengan adanya perubahan dan pembaharuan dari sistem pendidikan baik di tingkat nasional maupun daerah. Adapun perubahan tersebut menyangkut sistem pembelajaran, kurikulum, materi-materi pembelajaran, strategi pembelajaran, dan pendekatan pembelajaran.
Menurut dokumen SISDIKNAS 2003,
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara
Fungsi pendidikan adalah membimbing peserta didik ke arah satu tujuan yang tinggi, baik pengetahuan, pemahaman, dan pengaplikasiannya. Salah satu cara untuk mencapainya adalah melalui pendidikan jasmani. Karena dalam pendidikan jasmani aspek kognitif, afektif dan aspek psikomotorik merupakan sebuah kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Oleh karena itu pendidikan jasmani dianggap begitu penting, sehingga pemerintah menetapkan tentang sistem pendidikan nasional (sisdiknas) dalam pasal 42 Undang-undang No.20 tahun (2003). Khusus tentang kurikulum pendidikan dasar yang wajib memuat mata pelajaran sebagai berikut:
(5)
1).Pendidikan Agama, 2)Pendidikan Kewarganegaraan, 3).Bahasa, 4).Matematika, 5).Ilmu Pengetahuan Alam, 6).Ilmu pengetahuan Sosial, 7).Seni dan Budaya, 8).Pendidikan Jasmani dan Olahraga, 9).Keterampilan dan Kejuruan, 10).Muatan Lokal.
Berpijak dari pernyataan diatas bahwa pendidikan jasmani merupakan mata pelajaran yang wajib diadakan disetiap tingkatan satuan pendidikan, dan wajib diikuti oleh setiap peserta didik.
Dalam penjas banyak materi yang diajarkan, salahsatunya adalah sepakbola. Adapun pengertian sepakbola sendiri menurut Sucipto dkk (2000, hlm. 7):
Sepakbola adalah permainan beregu, masing-masing regu terdiri atas sebelas pemain dan salah satunya adalah penjaga gawang. Permainan ini hampir seluruhnhya dimainkan dengan menggunakan tungkai, kecuali penjaga gawang yang dibolehkan menggunakan lengannya didaerah tendangan hukumannya.
Tidak sedikit komponen yang ditekankan harus dikuasai oleh siswa dalam proses pembelajarannya, mulai dari peraturan permainan yang harus diketahui keterampilan dasar yang harus dikuasai sampai kepada tujuan pembelajaran yang dituntut tercapai secara maksimal, akan tetapi pada kenyataan dilapangan untuk mencapai hal itu sangatlah tidak mudah, kemampuan siswa untuk dapat bekerjasama dalam permainan sepakbola dirasa sulit dan kurang maksimal, dikarenakan minimnya seorang guru melakukan inovasi dalam pelaksanaan proses pembelajaran, terutama sekali dalam pemilihan model pembelajaran, terlihat kegiatan pembelajaran masih merujuk kepada guru, situasi dimana jika dianalogikan seorang guru masih mendominasi keberlangsungan proses pembelajaran, dimana seluruh sumber pengetahuan berpusat kepada sosok guru
(teacher center), sehingga sosok siswa didalam pelaksanaannya hanya berperan sebagai objek pelaksana perintah guru semata, yang pada akhirnya situasi dalam proses pembelajaran seperti itu menjadikan siswa kurang memahami tujuan pembelajaran yang diorientasikan oleh guru, yang merujuk kepada kerjasama siswa yang kurang maksimal.
(6)
Kerjasama bisa terjalin bila ada interaksi yang baik, yang dilakukan oleh seluruh komponen didalamnya untuk mencapai harapan-harapan yang diinginkan. Kerjasama bukan sekedar “kerja bersama” tetapi kerjasama yang disertai dengan saling pengertian, saling menghargai dan saling membantu. (Depdiknas. 2004, hlm. 7-8). Menurut Lie dalam Rahmat Subagja (2012, hlm. 12) “Kerjasama merupakan kebutuhan yang sangat penting artinya bagi kelangsungan hidup. Tanpa kerjasama, tidak akan ada individu, keluarga, organisasi atau sekolah”.
Kerjasama merupakan salah satu hal utama yang harus diperhatikan dalam permainan sepakbola, tanpa adanya kolektifitas dalam bermain maka hasil yang diharapkan dalam proses pembelajaran, yaitu kerjasama siswa dalam bermain kurang baik, maka dikhawatirkan akan barpengaruh terhadap tujuan pembelajaran. Dengan demikian dalam permainan sepakbola hal yang harus diperhatikan adalah keterampilan bekerjasama, karena sepakbola merupakan olahraga permainan yang membutuhkan kemampuan untuk bekerjasama dalam hal membagi bola, melakukan pertahanan, melakukan penyerangan, serta menciptakan tim yang solid dan kompak.
Memperhatikan pentingnya nilai kerjasama dalam permainan sepakbola, maka nilai-nilai kerjasama perlu ditumbuhkembangkan pada diri siswa. Guru sangat berperan penting dalam meningkatkan kerjasama siswa, salah satunya adalah dengan menciptakan model pembelajaran yang menarik bagi siswa. Menciptakan model pembelajaran yang menarik bagi siswa tidak mudah, perlu kecermatan dari guru dalam menentukan dan menerapkan model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik bahan pelajaran yang akan diberikan (diajarkan) sehingga tercipta proses belajar mengajar yang efektif, oleh karena itu, guru harus menguasai beberapa model pembelajaran agar proses belajar mengajar berjalan lancar.
Dalam dunia pendidikan, dikenal banyak sekali model pembelajaran. Joyce dan Weill (1980) dalam juliantine dkk (2011, hlm. 13), menjelaskan mengenai ragam dari model pembelajaran diantaranya: ”Memory model, Counseling model, Synectics model, Classroom meeting model, Inquiry model.”
(7)
Dalam dunia pendidikan jasmani pun ada model-model pembelajaran, dan diantaranya yang dikemukakan oleh Metzler (2000, hlm. 159) :
There are seven instruction models that have shown to be effective in teaching physical education: direct instruction model, personalized system for instruction model, cooperative learning model, the sport education model, peer teaching model, inquiry teaching model, and the tactical games model.
Pernyataan Metzler (2000, hlm. 159) menjelaskan ada beberapa model pembelajaran dalam pendidikan jasmani, yaitu, Model Pembelajaran Langsung, Model Pembelajaran Personal, Model Pembelajaran Kerja sama, Model Pembelajaran Pendidikan Olahraga, Model Pembelajaran Kelompok, serta Model Pembelajaran Inkuiri.
Dalam pelaksanan proses pembelajaran penjas, model kooperatif merupakan model pembelajaran yang sering digunakan, dalam pembelajaran kooperatif siswa dilatih dan dibiasakan untuk saling berbagi pengetahuan, pengalaman, tugas dan tanggung jawab. Saling membantu dan berlatih berinteraksi komunikasi sosialisasi karena kooperatif adalah miniatur kehidupan bermasyarakat, dan belajar menyadari kekurangan dan kelebihan masing-masing. Jadi model pembelajaraan kooperatif adalah kegiatan pembelajaraan secara berkelompok untuk bekerjasama saling membantu dalam meyelesaikan permasalahan.
Sehubungan dengan pengertian tersebut, Slavin dalam Metzler (2000, hlm. 164) mengatakan bahwa “pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran di mana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif, dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen”. Selanjutnya dikatakan pula, keberhasilan belajar dari kelompok tergantung pada kemampuan dan aktivitas anggota kelompok, baik secara individual, maupun secara kelompok.
Dalam model pembelajaran kooperatif terdapat beberapa bentuk, salahsatunya adalah TGT (Team Game Tournament). Model pembelajaran kooperatif tipe TGT yaitu tipe kooperatif yang yang dimana setiap orang dalam satu tim saling membantu untuk mencapai tujuan bersama, yakni memenangkan suatu pertandingan, selain itu dalam pelaksanaan pembelajarannya anggota
(8)
kelompok akan saling membantu dalam mempersiapkan diri untuk bermain dalam game dengan mempelajari lembar kegiatan dan menjelaskan masalah-masalah satu sama lain, tetapi sewaktu siswa sedang bermain dalam game temannya tidak boleh membantu, tetapi memastikan telah terjadi tanggung jawab individual. Adapun menurut Slavin (1995, hlm. 170) komponen tipe TGT antara lain:
“Belajar tim; Turnamen; dan Rekognisi tim”.
Pengajaran meliputi pemberian intruksi, materi, demonstrasi, tugas serta arahan dari guru yang berlangsung dalam proses pembelajaran. Belajar tim, yaitu proses pengulangan dan latihan secara bersama-sama dengan tugas yang diberikan guru. Turnamen, yaitu suatu kondisi dimana semua siswa dalam kelompok diuji kemampuannya dalam suatu pertandingan melawan kelompok lain dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan tiap kelompok. Rekognisi tim, yaitu pemberian penghargaan pada kelompok pemenang dalam suatu pertandingan yang didasarkan pada skor atau nilai yang diperoleh.
Melalui langkah-langkah pembelajaran di atas, akan memungkinkan terciptanya kondisi pembelajaran yang menuntut siswa untuk saling berinteraksi antara siswa satu dengan siswa yang lain. Dalam proses interaksi yang terjadi pada proses pembelajaran itulah yang diharapkan terbinanya kerjasama. Siswa yang memiliki kemampuan yang tinggi akan membantu siswa lain dalam pencapaian tujuan pembelajaran dan begitu pula sebaliknya bagi siswa yang memiliki kemampuan yang rendah tidak akan leluasa meminta bimbingan dari temannya tanpa rasa canggung karena usia mereka relatif sama.
Selain itu dengan adanya kompetisi dalam proses pembelajaran, siswa akan mempersiapkan timnya dan saling bekerjasama agar dapat memenangkan suatu pertandingan. Dalam kondisi seperti itu akan terciptanya budaya saling membantu dan saling ketergantungan antar siswa satu dengan yang lainnya.
Dalam model pembelajaran kooperatif tipe TGT juga terdapat banyak hal-hal yang membantu siswa agar lebih mudah menerima materi yang diberikan. Ketika dalam satu kelas besar siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, maka dalam kelompok tersebut akan terjadi interaksi yang positif untuk membangun motivasi diantara para siswa. Salah satu prinsip dasar motivasi terpenting dalam
(9)
pembelajaran kooperatif adalah bahwa tujuan-tujuan kooperatif menciptakan norma-norma kelompok yang mendukung pencapaian tinggi. Pada dasarnya, argumen terhadap pendapat ini bahwa intensif kooperatif memotivasi para siswa untuk mencoba saling berinteraksi satu sama lain untuk melakukan tugas-tugas akademik, dan oleh sebab itu membuat para siswa merasa bahwa teman sekelas mereka ingin agar mereka melakukan yang terbaik dari diri mereka. Dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT pada proses kegiatan belajar mengajar diharapkan siswa lebih termotivasi dan kegiatan yang dilakukan lebih menarik sehingga hasil belajar dan motivasi siswa lebih meningkat sesuai yang diharapkan. Selain itu, dengan adanya bentuk kerjasama dalam kegiatan pembelajaran tercipta karakter-karakter siswa yang bisa bekerjasama dalam kelompok.
Berangkat dari esensi uraian tersebut, muncul permasalahan yang ingin penulis ketahui lebih jauh, yaitu tentang keingintahuan mengenai pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Team-Game-Tournament (TGT) terhadap keterampilan bekerjasama dalam pemainan sepakbola di SMPN 40 Bandung kelas delapan, dan diharapkan sasaran utama kegiatan pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat terlaksana dengan baik sehingga mampu meningkatkan keterampilan kerjasama siswa dalam permainan sepakbola.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, terdapat permasalahan yang dapat di identifikasi sebagai berikut:
1. Masih sulitnya para siswa untuk dapat bekerjasama dalam pembelajaran permainan sepakbola.
2. Cara mengajar guru yang tidak memudahkan siswa untuk dapat bekerjasama dengan baik dalam pembelajaran permainan sepakbola. 3. Belum diketahui tingkat keterampilan bekerjasama siswa kelas delapan
dalam permainan sepakbola di SMPN 40 Bandung.
Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah, terdapat variabel penelitian yang diantaranya adalah:
(10)
1. Variabel Terikat (Y)
Variabel terikat dalam penelitian ini berupa keterampilan kerjasama dalam permainan sepakbola. Dimana keterampilan kerjasama dalam penelitian ini ada dua yaitu:
Y1 : keterampilan kerjasama siswa yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe TGT.
Y2 : keterampilan kerjasama siswa yang dikenai model pembelajaran konvensional.
2. Variabel Bebas (X)
Variabel bebas dalam penelitian ini berupa model pembelajaran, dimana ada dua variabel bebas, yaitu:
X1 : pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT.
X2 : pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran konvensional.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut “Bagaimana pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (team Game Tournament) terhadap keterampilan bekerjasama dalam permainan sepakbola di SMP NEGERI 40 BANDUNG kelas VIII”
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Team Game Tournament) terhadap keterampilan bekerjasama dalam permainan sepakbola di SMP NEGERI 40 BANDUNG kelas VIII.
(11)
E. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Ilmiah :
a. Sebagai penguat teori-teori yang telah ada. b. Mengungkap teori baru.
2. Manfaat Praktis :
a. Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat disajikan bahan informasi bagi pihak-pihak yang berkepentingan di dunia pendidikan dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan. Khususnya sebagai masukan sistem model pembelajaran agar dapat tercapai sistem pengajaran yang diharapkan.
b. Bilamana hasil penelitian ternyata sesuai dengan apa yang diharapkan, maka guru atau pengajar akan dapat memanfaatkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT sebagai upaya meningkatkan kualitas belajar siswa dalam hal meningkatkan kerjasama dalam permainan sepakbola.
c. Sebagai sumbangan ilmu pengetahuan dan bahan rujukan bagi para guru dalam usaha meningkatkan kualitas SDM pada kegiatan KBM. d. Menyumbang pemikiran pada pengajar uang berada di lingkungan
sekolah tentang manfaat model pembelajaran kooperatif tipe TGT. e. Dapat dijadikan acuan oleh para guru pendidikan jasmani dalam
menentukan program belajar permainan sepakbola.
F. Struktur Organisasi Tulisan
BAB I : PENDAHULUAN, menerangkan latar belakang penelitian, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi tulisan.
BAB II : KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS PENELITIAN, menerangkan pengertian kerjasama, indikator kerjasama, tujuan kerjasama, manfaat kerjasama, model pembelajaran, model pembelajaran dalam
(12)
pendidikan jasamani, model pembelajaran kooperatif, keterampilan-keterampilan kooperatif, prinsip-prinsip pembelajaran kooperatif, karakteristik pembelajaran kooperatif, tujuan pembelajaran kooperatif, strategi pembelajaran kooperatif, kelebihan dan kelemahan mpembelajaran kooperatif, pembelajaran kooperatif tipe TGT, hakekat permainan sepakbola, teknik dasar sepakbola, kerangka berfikir, anggapan dasar, dan hipotesis penelitian.
BAB III : METODE PENELITIAN, menerangkan metode penelitian, desain penelitian, langkah-langkah penelitian, tempat dan waktu penelitian,populasi dan sampel, instrumen penelitian, analisis instrumen penelitian, teknik mengolah data, teknik pengumpulan data dan analisis data.
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN, menerangkan data keterampilan bekerjasama pretest dan posttest dalam pembelajaran permainan sepakbola , uji gain hasil belajar pretest dan postes dalam pembelajaran permainan sepakbola, uji sifat data yang meliputi uji normalitas dan uji homogenitas, uji hipotesis, kesimpulan analisis data dan diskusi temuan.
(13)
40
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Pada dasarnya metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Suatu hasil dari penelitian harus diuji melalui metode yang diterapkan. Sehingga dari penerapan metode akan diketahui apakah tujuan penelitian berhasil atau gagal. Seperti yang dijelaskan oleh Sudjana (2005, hlm. 25) bahwa “metode penelitian merupakan rangkaian cara atau kegiatan pelaksanaan penelitian yang didasari oleh asumsi-asumsi dasar, pandangan-pandangan filosofis dan ideologis, pertanyaan dan isu-isu yang
dihadapi”. Hal ini diperkuat dengan adanya teori dari para ahli yang mengemukakan metode sebagai suatu cara untuk mengetahui pencapaian tujuan penelitian kita, yang diungkapkan oleh Surakahmad (1990) yang dikutip dari Darsono (2011, hlm. 52), sebagai berikut:
Metode adalah suatu cara utama yang dipergunakan untuk mencapai suatu tujuan, misalnya untuk menguji hipotesa, dengan mempergunakan teknik serta alat-alat tertentu. Cara ini dipergunakan setelah penyelidikan, perhitungkan kewajarannya, ditinjau dari tujuan penelitian serta dari situasi penelitian.
Dalam suatu penelitian terdapat banyaknya metode penelitian yang berbeda satu sama lain. Hal ini dipengaruhi oleh tujuan hingga rumusan masalah yang akan diteliti. Maka perlu adanya perbandingan lurus antara rumusan masalah yang hendak diteliti dengan metode penelitian yang digunakan. Ada beberapa jenis metode penelitian yang sering digunakan, metode tersebut adalah metode historis, deskriptif dan eksperimen.
Dalam hal ini penulis memilih menggunakan metode penelitian eksperimen, karena pada dasarnya metode penelitian eksperimen adalah metode penelitian yang digunakan untuk mencari hasil penelitian melalui treatment (perlakuan) tertentu. Maka dari itu diteliti pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT terhadap keterampilan kerjasama dalam permainan sepakbola.
(14)
Sugiyono (2010, hlm. 56), menjelaskan bahwa Penelitian eksperimen adalah penelitian langsung yang dilakukan terhadap suatu objek untuk menentukan pengaruh suatu variabel terhadap variabel tertentu dengan pengontrolan yang ketat. Hal tersebut diperkuat oleh oleh Arikunto (2002, hlm. 4) yang menerangkan bahwa:
Eksperimen adalah suatu cara untuk mencari hubungan sebab-akibat (hubungan klausal) antara dua faktor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti dengan mengeliminir atau mengurangi atau menyisihkan faktor-faktor lain yg bisa mengganggu.
Dari uraian diatas dapat peneliti simpulkan bahwa eksperimen adalah suatu penelitian secara langsung untuk mendapatkan informasi atau jawaban dari objek dengan perlakuan (treatment) tertentu yang diberikan pada objek tersebut.
B. Variabel Penelitian
Menurut Sugiyono (2010, hlm. 61) “variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya”. Sehingga variabel penelitian yang dimaksud adalah suatu sifat yang akan diteliti dan digunakan untuk menarik kesimpulan.
Variabel dalam penelitian ini adalah:
1. Variabel Terikat (Y)
Variabel terikat dalam penelitian ini berupa keterampilan kerjasama dalam permainan sepakbola. Dimana keterampilan kerjasama dalam penelitian ini ada dua yaitu:
Y1 : keterampilan kerjasama siswa yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe TGT.
Y2 : keterampilan kerjasama siswa yang dikenai model pembelajaran konvensional.
2. Variabel Bebas (X)
Variabel bebas dalam penelitian ini berupa model pembelajaran, dimana ada dua variabel bebas, yaitu:
(15)
X1 : pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT.
X2 : pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran konvensional.
C. Desain dan Prosedur Penelitian
Sugiyono (2010, hlm. 3) mengemukakan “metode penelitian merupakan cara
ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.”
Pelaksanaanya peneliti membuat dua kelompok, yang pertama kelompok eksperimen dan yang kedua kelompok kontrol. Kedua kelompok tersebut diberi
pretest dan posttest yang sama, perbedaannya pada kelompok eksperimen memperoleh perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT sedangkan pada kelompok kontrol tidak memperoleh perlakuan.
Dalam rangka mencapai tujuan tersebut penulis menggunakan desain eksperimen yaitu pretest-postest control group design. Mengenai design ini Sugiyono (2010, hlm. 112) menggambarkan sebagai berikut:
R O1 X1 R O2
R O3 X2 R O4
Gambar 3.1
Desain Penelitian Pretest-Postest Control Group Design (Sugiyono, 2010, hlm. 112)
Keterangan:
R : Kelompok eksperimen dan kontrol O1&O3 : Tes Awal (Pre-test)
O2 : Tes Akhir (Post-test) kelompok eksperimen O4 : Tes Akhir (Post-test) kelompok kontrol
(16)
X1 : Treatment Kel Eksperimen
X2 : Treatment Kel Kontrol
Dari desain yang telah dikemukakan di atas, tes dilakukan dua kali O1 dan O3 sebagai tes awal dan sesudah diberikan perlakuan dilakukan O2 dan O4 sebagai tes akhir. Tanda X adalah kelompok yang diberikan perlakuan yaitu penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT.
Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes permainan sepakbola, yang diukur ialah keterampilan kerjasama dalam permainan sepakbola sesuai dengan kriteria penilaian keterampilan kerjasama dalam permainan sepakbola yang telah ditetapkan. Adapun prosedur penelitian dalam upaya pengambilan data, peneliti akan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:
Gambar 3.2
Langkah-Langkah Penelitian (Sugiyono, 2012, hlm. 70)
Adapun prosedur dari rancangan penelitian tersebut di atas dari sebelum penelitian sampai akhir penelitian adalah sebagai berikut :
POPULASI
SAMPEL
TES AWAL
TES KETERAMPILAN KERJASAMA DALAM PERMAINAN SEPAKBOLA
KELOMPOK A (TREATMENT)
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT
KELOMPOK B (KONTROL) Model Konvensional
TES AKHIR
TES KETERAMPILAN KERJASAMA DALAM PERMAINAN SEPAKBOLA
KESIMPULAN ANALISIS DATA PENGOLAHAN DATA
(17)
1. Tahapan I
A.Merumuskan masalah dan tujuan penelitian.
B.Menentukan tempat yang akan dijadikan tempat pelaksanaan penelitian.
C.Menghubungi pihak sekolah yang akan jadi objek penelitian. D.Membuat surat izin penelitian.
E. Menentukan sampel penelitian.
F. Menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 2. Tahapan II
A.Memberikan pretest pada sampel penelitian untuk mengetahui keadaan awal..
B.Memberikan perlakuan pada sampel penelitian yaitu dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif dan menerapkan model pembelajaran konvesional pada kelompok control.
C.Memberikan post test pada sampel penelitian untuk mengetahui apakah ada peningkatan hasil belajar terhadap materi yang disampaikan setelah diberikan perlakuan.
3. Tahapan III
A.Mengolah dan menganalisis data hasil post test.
B.Menganalisis hasil penelitian.
C.Menarik kesimpulan berdasarkan hasil yang diperoleh dari pengolahan data untuk menjawab permasalahan penelitian.
D. Tempat dan Waktu Penelitian
Pelaksanaan penelitian tentang pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe TGT terhadap keterampilan bekerjasama dalam permainan sepakbola di SMPN 40 Bandung kelas delapan dilaksanakan pada :
a. Tempat penelitian : SMPN 40 Bandung b. Waktu penelitian : 17 Mei – 24 Juni 2014 c. Intensitas penelitian : Tiga kali dalam satu minggu d. Jumlah pertemuan : 14 kali pertemuan
(18)
Pelaksanaan penelitian dilakukan tiga kali dalam seminggu sesuai dengan pendapat Juliantine, dkk (2007, hlm. 35) mengatakan bahwa “Sebagai percobaan untuk mendapatkan hasil yang baik bisa pula dilaksanakan dalam frekuensi latihan tiga hari/minggu, sedangkan lamanya latihan paling sedikit empat-enam
minggu”. Oleh karena itu peneliti melakukan pertemuan sebanyak tiga kali dalam
seminggu, penelitian ini dilakukan selama 14 kali pertemuan.
E. Populasi dan Sampel
Untuk mendapatkan data dalam suatu penelitian diperlukan sumber data dan informasi yang disebut populasi. Mengenai populasi dijelaskan oleh sugiyono (2010, hlm. 117) “ populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya“.
Sedangkan pengertian sampel menurut Sugiyono (2012, hlm. 81):
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi tersebut.
Populasi yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas delapan SMPN 40 Bandung yang terdiri dari sepuluh kelas dengan jumlah siswa 300 orang, dari populasi tersebut akan dijadikan sampel sebanyak 60 siswa dengan perhitungan 20% dari seluruh populasi yang ada. Tentang pengambilan sampel sesuai dengan pendapat Arikunto (2002, hlm. 134), bahwa “.... jika subyeknya banyak (lebih dari 100 orang), sampel dapat diambil 10-15%, atau
20-25% atau lebih,...”.
Tabel 3.1
Prosentase Populasi dan Sampel
POPULASI SAMPEL PROSENTASE
Siswa kelas delapan SMPN 40
(19)
Teknik pengambilan sampel untuk siswa putra menggunakan teknik
purposivesampling dan untuk siswa putri menggunakan teknik random sampling, dikarenakan untuk sampel putra kebanyakan diambil langsung dari ekstrakulikuler sepakbola dan untuk siswa putri diambil secara acak. Hal itu bertujuan untuk menyeimbangkan anggota kelas eksperimen dengan kelas kontrol secara kualitas dan kuantitas demi terwujudnya penelitian yang berkualitas. Sugiyono (2012, hlm. 82) menjelaskan tentang teknik random sampling yaitu: “teknik pengambilan
sampel secara acak tapi memberikan peluang yang sama bagi setiap anggota
populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel”. Prosedur random sampling yaitu dengan cara mengundi calon sampel. Dengan demikian setiap subyek dari populasi mendapat kesempatan yang sama untuk menjadi anggota sampel. Sugiyono (2012, hlm. 85) menjelaskan pula mengenai teknik purposive sampling
yaitu: “teknik pengambilan sampel dengan pertimbangan-pertimbangan tertentu”. Prosedur purposive sampling yaitu dengan cara menunjuk calon sampel.
Untuk menentukan kelompok mana yang diberi treatment (perlakuan) yang terdiri dari 30 orang siswa dan 30 orang siswa sebagai kelompok control maka terlebih dahulu dilakukan tes awal yaitu observasi keterampilan bekerjasama dalam permainan sepakbola, untuk kemudian dilakukan penyusunan rangking dan penjodohan dengan tujuan membentuk yang lebih homogen secara kualitas dan kuantitas.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian diperlukan sebagai alat untuk mengumpulkan data. Seperti yang dikatakan oleh Sugiyono (2012, hlm. 148) “Karena pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran, maka diperlukan sebuah alat ukur yang
baik. Alat ukur dalam penelitian biasanya dinamakan instrumen penelitian”.
Sedangkan Arikunto (2006:136) mengatakan bahwa:
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah.
(20)
Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi keterampilan bekerjasama. Tujuannya yaitu untuk memperoleh data hasil penelitian yang berupa peningkatan keterampilan bekerjasama dalam permainan sepakbola.
1. Observasi Keterampilan Bekerjasama
Dalam proses pengumpulan data untuk mengukur keterampilan bekerjasama siswa, peneliti menggunakan teknik observasi. Teknik observasi dilakukan setiap kali jadwal penelitian berlangsung. Menurut Sutrisno Hadi dalam Sugiyono (2012, hlm. 203) mengatakan :
Obsevasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Yang terpenting dalam teknik pengamatan dengan menggunakan obsevasi adalah pengamatan dan ingatan.
Sedangkan menurut Arikunto (2006, hlm. 133) bahwa :
Di dalam pengertian psikologik, observasi atau yang disebut pula dengan pengamatan, meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra. Jadi mengobservasi dapat dilakukan melalui penglihatan, penciuman, pendengaran, peraba dan pengecap. Apa yang dikatakan ini sebenarnya adalah pengamatan langsung. Di dalam artian penelitian obsevasi dapat dilakukan dengan tes, kuisioner, rekaman, gambar, rekaman suara.
Dalam melakukan observasi, peneliti hanya berperan sebagai guru atau pemberi treatment. Sedangkan yang menjadi pengobservasi (observer) yaitu guru pendidikan jasmani yang berada di sekolah tersebut, tetapi tidak terlibat langsung dalam aktivitas kegiatan pembelajaran di lapangan. Observer hanya berperan sebagai seorang yang mengamati keterampilan bekerjasama siswa dalam permainan sepakbola, dan tidak terlibat dalam kegiatan pembelajaran yang berlangsung. Karena observer merupakan guru pendidikan jasmani di sekolah tersebut, sehingga guru sudah mengenal dan memahami masing-masing siswa yang melakukan kegiatan pembelajaran tersebut.
Terdapat beberapa pengertian kerjasama yang disampaikan para ahli, sebagai bahas pertimbangan dalam membuat lembar obsevasi. Seperti menurut Akbar,
(21)
dkk (2006, hlm. 2) bahwa “Kerjasama yaitu melakukan kegiatan bersama-sama artinya membagi kegiatan dalam tugas-tugas kecil diantara sekolompok orang”. Sedangkan menurut Zainudin dalam website: (Al-Bantany112.Blogspot.com/ 2009/11/ kumpulan-teori-kerjasama.html), mengatakan bahwa:
Kerjasama merupakan kepedulian satu orang atau satu pihak dengan orang atau pihak lain yang tercermin dalam suatu kegiatan yang menguntungkan semua pihak dengan prinsip saling percaya, menghargai dan adanya norma yang mengatur.
Penelitian yang dilakukan yaitu untuk mengukur keterampilan bekerjasama siswa dalam permainan sepakbola dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT sebagai model pembelajarannya. Instrumen yang digunakan yaitu berupa lembar obsevasi. Dalam penelitian ini penulis menggunakan Indikator keterampilan bekerjasama yang diambil dari berbagai gabungan pendapat yang dikemukakan oleh beberapa ahli, diantaranya Soekanto (2012, hlm. 66), menjelaskan bahwa:
Kerjasama timbul apabila orang menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan-kepentingan yang sama dan pada saat yang bersamaan mempunyai cukup pengetahuan dan pengendalian terhadap diri sendiri untuk memenuhi kepentingan-kepentingan tersebut.
Sedangkan, Suherman (2001, hlm. 86) menyebutkan unsur penting dalam kerjasama adalah:
a. Mengikuti aturan
b. Membantu teman yang belum bisa
c. Ingin semua tteman bermain dan berhasil d. Memotivasi orang lain
e. Bekerjakeras menerapkan skill
f. Hormat terhadap orang lain g. Mengendalikan tempramen
h. Memperhatikan perasaan orang lain i. Kerjasama meraih tujuan
j. Menerima pendapat orang lain k. Bermain secara terkendali
(22)
Sementara itu Joe Landsberger (2009) dalam situs http://www.stdudygs.net/ melayumanado/cooplearn.html menjelaskan bahwa:
Kerjasama adalah proses beregu (berkelompok) dimana anggota-anggotanya mendukung dan saling mengandalkan untuk mencapai suatu hasil mufakat. Kerjasama adalah saling mempengaruhi sebagai anggota tim, anda: a. Membangun dan membagi suatu tujuan yang lumrah
b. Sumbangkan pemahamanmu tentang permasalahan: pertanyaan, wawasan, dan pemecahan
c. Tanggap dan belajar memahami, pertanyaan lain, wawasan dan penyelesaian
d. Setiap anggota memperkuat yang lain untuk berbicara dan berpartisipasi, dan menentukan kontribusi (sumbangan) mereka
e. Bertanggung jawab terhadap orang lain, dan mereka bertanggung jawab pada anda
f. Bergantung pada yang lain, dan mereka bergantung pada anda.
Selanjutnya H. Kusnaedi (2009) dalam situs http://id.shoovng.com/1943506-pengertian-kerja-sama menjelaskan bahwa “Kerjasama adalah dua orang atau lebih untuk melakukan aktivitas bersama yang dilakukan secara terpadu yang
diarahkan kepada suatu target atau tujuan tertentu”. Tujuan yang dicapai tersebut merupakantujuan bersama atau kelompok untuk kepentingan bersama.
Berdasarkan pengertian dan indikator kerjasama yang telah dinyatakan oleh para ahli, maka dalam penelitian ini peneliti mengambil beberapa indikator kerjasama yang berkaitan dengan permainan sepakbola yaitu diantaranya:
a. Membantu teman yang belum bisa b. Ingin semua bermain
c. Memotivasi orang lain d. Bekerja keras
e. Menerima pendapat orang lain f. Kerjasama meraih tujuan
Berdasarkan pendapat diatas, maka setelah kisi-kisi dibuat lalu dijabarkan ke dalam beberapa sub indikator. Hal ini dilakukan agar para observer lebih mudah untuk memberikan penilaian terhadap keterampilan bekerjasama siswa. Sehingga diharapkan dengan menggunakan lembar observasi ini, hasil yang ingin diperoleh
(23)
dengan menggunakan beberapa indikator yang telah dijabarkan lebih dapat dipercaya dan sitematis.
Penilaian yang dilakukan dengan menggunakan lembar observasi yaitu dengan menggunakan daftar cek (checklist). Menurut Nursalim dan Eko (2011, hlm. 65-86) “Agar data yang dikumpulkan melauli observasi ini dicatat dengan sebaik-baiknya, maka diperlukan pedoman observasi”.
Pada lembar observasi, observer mengisi tanda checklist (√) pada kolom -kolom nilai yang terdapat dalam lembar observasi. Pengamatan yang dilakukan sesuai dengan keadaan yang terjadi sebenarnya dilapangan.
Sedangkan kategori penilaian menggunakan skala likert. Menurut Sugiyono (2012, hlm. 134) menagtakan bahwa “Skala likert digunakan untuk mengukur
sikap, pendapat, dan persepsi seseorang tentang fenomena sosial”. Dalam
penelitian gejala sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya disebut dengan variabel penelitian. Oleh karena itu dalam mengukur keterampilan bekerjasama siswa, peneliti menggunakan skala likert sebagai kategori penilaian yang terdapat dalam lembar observasi. Menurut Abduljabar dan Drajat (2010, hlm. 99) bahwa :
Dengan menggunakan skala likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi dimensi, dimensi dijabarkan lagi menjadi indikator-indikator yang dapat diukur. Akhir indikator-indikator-indikator-indikator yang terukur ini dapat dijadikan titik tolak untuk membuat item instrumen yang berupa pertanyaan atau pernyataan yang perlu dijawab oleh responden.
Peneliti menggunakan bobot nilai 1-4 untuk memberi penilaian terhadap masing-masing indikator yang dinilai, yaitu :
Tabel 3.2
Kategori Penilaian dengan Menggunakan Skala Likert
Sangat Baik = 4
Baik = 3
Tidak Baik = 2
(24)
2. Tes 2.1Pre-test
Pre-test digunakan untuk mengukur keterampilan kejasama awal peserta sebelum pelaksanaan pembelajaran sepakbola dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT. Hasil pre-test digunakan untuk mengukur kemampuan awal siswa dalam kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
2.2Post-test
Post-test digunakan untuk mengukur kemampuan dan membandingkan peningkatan keterampilan bekerjasama dalam permainan sepakbola sesudah diberikan treatment atau perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT. Tes yang dilakukan pada post-test sama dengan tes yang dilakukan pad pre-test.
G. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data maksudnya adalah mengolah data hasil eksperimen. Selanjutnya diolah dan dianalisis untuk menguji hipotesis penelitian ini. Tujuan analisis data ini adalah untuk menyederhanakan data ke dalam bentuk yang dapat dimengerti dan ditafsirkan.
1. Menghitung Rata-rata (mean)
Menghitung skor rata-rata kelompok sampel menggunakan rumus sebagai berikut:
̅
̅ = skor rata-rata yang dicari
= jumlah nilai data n = jumlah sampel
2. Simpangan Baku (Standar Deviation)
Standar deviation (simpangan baku) adalah suatu nilai yang menujukan tingkat (derajat) variasi kelompok atau ukuran standar penyimpangan reratanya,
(25)
simbol simpangan baku populasi (σ atau σn ) sedangkan untuk sampel (s, sd atau
σn-1).
Rumus untuk kelompok kecil :
S
=
̅
Arti dari tanda-tanda dalam rumus tersebut adalah:
S = simpangan baku yang dicari
n = jumlah sampel
̅ = jumlah kuadrat nilai data dikurangi rata-rata
3. Uji Normalitas
Penulis menggunakan uji normalitas ini adalah untuk mengetahui normal tidaknya suatu distribusi data. Hal ini penting diketahui berkaitan dengan ketepatan pemilihan uji statistik yang akan dipergunakan. Penulis menggunakan uji normalitas dengan metode lilifors. Langkah kerja uji normalitas dengan metode lilifors menurut Ating Somantri dan Sambas Ali Muhidin (2006, hlm. 289) sebagai berikut:
1. Susunlah data dari kecil ke besar
2. Periksa data, beberapa kali munculnya bilangan-bilangan itu (frekuensi harus ditulis).
3. Dari frekuensi susun frekuensi kumulatifnya.
4. Berdasarkan frekuensi kumulatif, hitunglah proporsi empirik. 5. Hitung nilai z untuk mengetahui theoritical proportion pada tabel z 6. Menghitung theoritical proportion.
7. Bandingkan empirical proportion dengan theoritical proportion,
kemudian carilah selisih terbesar didalam titik observasi antara kedua proporsi.
8. Carilah selisih terbesar di luar titik observasi.
Untuk melakukan uji normalitas untuk kedua variabel tersebut dengan menggunakan bantuan Microsoft Office Excel.
(26)
4. Uji Homogenitas
Peneliti menggunakan uji homogenitas kesamaan dua varians adalah untuk mengasumsikan bahwa skor setiap variabel memiliki varians yang homogen. Uji statistika yang akan digunakan adalah Microsoft Office Excel. Kriteria yang peneliti gunakan adalah Fh > Ft, maka H0 menyatakan varians homogen ditolak dalam hal lainnya diterima.
Rumus uji statisik yang digunakan adalah :
Langkah-langkah uji homogenitas kesamaan dua varians : 1. Inventarisasi data.
2. Membuat hipotesis dalam bentuk kalimat. 3. Membuat hipotesis statistik.
4. Mencari Fhitung.
5. Menentukan kriteria penerimaan dan penolakan hipotesis. 6. Membandingkan Fhitung dengan Ftabel.
7. Kesimpulan.
5. Uji Hipotesis
Adapun langkah-langkah uji hipotesis sebagai berikut:
1) Nyatakan hipotesis statistik (H0 dan H1) yang sesuai dengan penelitian
2) Gunakan statistik uji yang tepat
3) Hitung nilai statistik berdasarkan data yang terkumpul 4) Berikan kesimpulan
5) Menentukan ρ(ρ-value)
Pengujian hipotesis bertujuan untuk menguji apakah hipotesis yang diajukan dalam penelitian diterima atau tidak. Untuk pengujian dalam penelitian ini
(27)
menggunakan uji t. Uji t bertujuan untuk mengetahui perbedaan dua rata-rata dari data pretest yang diperoleh. Pengolahan data dilakukan dengan ketentuan:
Jika kedua data berdistribusi normal dan homogen, maka dilakukan uji-t Statistik uji yang digunakan adalah
̅ ̅ √
dengan √
Keterangan:
̅ : Rata-rata skor pretes kelas eksperimen.
̅ : Rata-rata skor pretes kelas kontrol. : Simpangan baku kelas eksperimen. : Simpangan baku kelas kontrol.
Kriteria pengujian didapat dari daftar distribusi t dengan dan peluang ( ). H0 diterima jika dan H0 ditolak untuk nilai t lainnya.
Dengan menggunakan taraf signifikansi 5% ( maka kriteria pengujiannya adalah:
a) Jika nilai signifikansi (Sig.) 0,05 maka H1 diterima. b) Jika nilai signifikansi (Sig.) 0,05 maka H0 ditolak Pasangan hipotesis nol dan tandingannya yang akan diuji adalah
H0 :Tidak terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe TGT terhadap keterampilan bekerjasama dalam permainan sepakbola. H1 :Terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe TGT
terhadap keterampilan bekerjasama dalam permainan sepakbola. (Sudjana, 2005, hlm. 239)
(28)
(29)
63
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data, maka kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
Model pembelajaran koooperatif tipe TGT memberikan pengaruh terhadap keterampilan bekerjasama dalam permainan sepakbola, karena hasil dari penerapan model pembelajaran kooperatif menunjukan peningkatan keterampilan bekerjasama dalam permainan sepakbola.
B. Saran
Sehubung dengan penelitian yang penulis lakukan, maka penulis akan mengemukakan beberapa saran sebagai berikut :
1. Model pembelajaran kooperatif dapat menjadi pilihan dan inovasi yang tepat untuk para pengajar di sekolah guna meningkatkan hasil belajar pendidikan jasmani terutama sekali pada aktivias permainan sepakbola.
2. Model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat menjadi pilihan yang tepat untuk para pengajar di sekolah dalam menghadapi kelas besar pada aktivitas permainan sepakbola sepakbola.
3. Melalui model pembelajaran kooperatif tipe TGT dalam pembelajaran sepakbola, siswa akan lebih berinteraksi dalam bertukar pikiran untuk berusaha menguasai materi kata yang diberikan oleh pengajar.
4. Melalui model pembelajaran kooperatif tipe TGT yang diterapkan dalam materi pembelajaran sepakbola di tingkat sekolah , akan meningkatkan nilai-nilai kehidupan yang terkandung dalam pendidikan jasmani seperti kerjasama, menghargai kawan, bersedia berbagi tempat, dan menjaga keselamatan diri dan teman.
5. Melalui model pembelajaran kooperatif tipe TGT siswa akan lebih terlibat dan bersemangat dalam berpartisipasi di kegiatan pembelajaran sepakbola.
(30)
6. Berkaitan dengan penelitian yang penulis lakukan, sebaiknya diadakan penelitian lebih lanjut terkait model-model pembelajaran yang mendorong siswa untuk lebih meningkatkan hasil belajar dan mencapai kompetensi yang diharapkan. Penelitian dengan sampel yang lebih besar serta relevan dipadukan dengan kajian yang lebih mendalam akan memperkaya pengetahuan pada pembelajaran penjas menjadi lebih representatif.
Demikian kesimpulan dan saran yang dapat penulis paparkan, semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi perkembangan kualitas pendidikan khususnya perkembangan pendidikan di Indonesia.
(1)
Yusuf Supriatna, 2014
Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Team Game Tournament) Terhadap Keterampilan Bekerjasama Dalam Permainan Sepakbola Di SMPN 40 Bandung Kelas VIII simbol simpangan baku populasi (σ atau σn ) sedangkan untuk sampel (s, sd atau σn-1).
Rumus untuk kelompok kecil :
S
=
̅
Arti dari tanda-tanda dalam rumus tersebut adalah: S = simpangan baku yang dicari
n = jumlah sampel
̅ = jumlah kuadrat nilai data dikurangi rata-rata
3. Uji Normalitas
Penulis menggunakan uji normalitas ini adalah untuk mengetahui normal tidaknya suatu distribusi data. Hal ini penting diketahui berkaitan dengan ketepatan pemilihan uji statistik yang akan dipergunakan. Penulis menggunakan uji normalitas dengan metode lilifors. Langkah kerja uji normalitas dengan metode lilifors menurut Ating Somantri dan Sambas Ali Muhidin (2006, hlm. 289) sebagai berikut:
1. Susunlah data dari kecil ke besar
2. Periksa data, beberapa kali munculnya bilangan-bilangan itu (frekuensi harus ditulis).
3. Dari frekuensi susun frekuensi kumulatifnya.
4. Berdasarkan frekuensi kumulatif, hitunglah proporsi empirik. 5. Hitung nilai z untuk mengetahui theoritical proportion pada tabel z 6. Menghitung theoritical proportion.
7. Bandingkan empirical proportion dengan theoritical proportion,
kemudian carilah selisih terbesar didalam titik observasi antara kedua proporsi.
8. Carilah selisih terbesar di luar titik observasi.
Untuk melakukan uji normalitas untuk kedua variabel tersebut dengan menggunakan bantuan Microsoft Office Excel.
(2)
53
4. Uji Homogenitas
Peneliti menggunakan uji homogenitas kesamaan dua varians adalah untuk mengasumsikan bahwa skor setiap variabel memiliki varians yang homogen. Uji statistika yang akan digunakan adalah Microsoft Office Excel. Kriteria yang peneliti gunakan adalah Fh > Ft, maka H0 menyatakan varians homogen ditolak dalam hal lainnya diterima.
Rumus uji statisik yang digunakan adalah :
Langkah-langkah uji homogenitas kesamaan dua varians : 1. Inventarisasi data.
2. Membuat hipotesis dalam bentuk kalimat. 3. Membuat hipotesis statistik.
4. Mencari Fhitung.
5. Menentukan kriteria penerimaan dan penolakan hipotesis. 6. Membandingkan Fhitung dengan Ftabel.
7. Kesimpulan.
5. Uji Hipotesis
Adapun langkah-langkah uji hipotesis sebagai berikut:
1) Nyatakan hipotesis statistik (H0 dan H1) yang sesuai dengan penelitian
2) Gunakan statistik uji yang tepat
3) Hitung nilai statistik berdasarkan data yang terkumpul 4) Berikan kesimpulan
5) Menentukan ρ(ρ-value)
Pengujian hipotesis bertujuan untuk menguji apakah hipotesis yang diajukan dalam penelitian diterima atau tidak. Untuk pengujian dalam penelitian ini
(3)
Yusuf Supriatna, 2014
Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Team Game Tournament) Terhadap Keterampilan Bekerjasama Dalam Permainan Sepakbola Di SMPN 40 Bandung Kelas VIII menggunakan uji t. Uji t bertujuan untuk mengetahui perbedaan dua rata-rata dari data pretest yang diperoleh. Pengolahan data dilakukan dengan ketentuan:
Jika kedua data berdistribusi normal dan homogen, maka dilakukan uji-t Statistik uji yang digunakan adalah
̅ ̅
√
dengan √
Keterangan:
̅ : Rata-rata skor pretes kelas eksperimen. ̅ : Rata-rata skor pretes kelas kontrol.
: Simpangan baku kelas eksperimen. : Simpangan baku kelas kontrol.
Kriteria pengujian didapat dari daftar distribusi t dengan dan peluang ( ). H0 diterima jika dan H0 ditolak untuk nilai t lainnya.
Dengan menggunakan taraf signifikansi 5% ( maka kriteria pengujiannya adalah:
a) Jika nilai signifikansi (Sig.) 0,05 maka H1 diterima. b) Jika nilai signifikansi (Sig.) 0,05 maka H0 ditolak Pasangan hipotesis nol dan tandingannya yang akan diuji adalah
H0 :Tidak terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe TGT terhadap keterampilan bekerjasama dalam permainan sepakbola. H1 :Terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe TGT
terhadap keterampilan bekerjasama dalam permainan sepakbola. (Sudjana, 2005, hlm. 239)
(4)
(5)
63
Yusuf Supriatna, 2014
Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Team Game Tournament) Terhadap Keterampilan Bekerjasama Dalam Permainan Sepakbola Di SMPN 40 Bandung Kelas VIII
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data, maka kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
Model pembelajaran koooperatif tipe TGT memberikan pengaruh terhadap keterampilan bekerjasama dalam permainan sepakbola, karena hasil dari penerapan model pembelajaran kooperatif menunjukan peningkatan keterampilan bekerjasama dalam permainan sepakbola.
B. Saran
Sehubung dengan penelitian yang penulis lakukan, maka penulis akan mengemukakan beberapa saran sebagai berikut :
1. Model pembelajaran kooperatif dapat menjadi pilihan dan inovasi yang tepat untuk para pengajar di sekolah guna meningkatkan hasil belajar pendidikan jasmani terutama sekali pada aktivias permainan sepakbola.
2. Model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat menjadi pilihan yang tepat untuk para pengajar di sekolah dalam menghadapi kelas besar pada aktivitas permainan sepakbola sepakbola.
3. Melalui model pembelajaran kooperatif tipe TGT dalam pembelajaran sepakbola, siswa akan lebih berinteraksi dalam bertukar pikiran untuk berusaha menguasai materi kata yang diberikan oleh pengajar.
4. Melalui model pembelajaran kooperatif tipe TGT yang diterapkan dalam materi pembelajaran sepakbola di tingkat sekolah , akan meningkatkan nilai-nilai kehidupan yang terkandung dalam pendidikan jasmani seperti kerjasama, menghargai kawan, bersedia berbagi tempat, dan menjaga keselamatan diri dan teman.
5. Melalui model pembelajaran kooperatif tipe TGT siswa akan lebih terlibat dan bersemangat dalam berpartisipasi di kegiatan pembelajaran sepakbola.
(6)
64
6. Berkaitan dengan penelitian yang penulis lakukan, sebaiknya diadakan penelitian lebih lanjut terkait model-model pembelajaran yang mendorong siswa untuk lebih meningkatkan hasil belajar dan mencapai kompetensi yang diharapkan. Penelitian dengan sampel yang lebih besar serta relevan dipadukan dengan kajian yang lebih mendalam akan memperkaya pengetahuan pada pembelajaran penjas menjadi lebih representatif.
Demikian kesimpulan dan saran yang dapat penulis paparkan, semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi perkembangan kualitas pendidikan khususnya perkembangan pendidikan di Indonesia.