PENERAPAN PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING (PEMECAHAN MASALAH) BERBANTU MULTIMEDIA INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN METAKOGNITIF SISWA PADA MATA PELAJARAN PERAKITAN PERSONAL COMPUTER.

(1)

PENERAPAN PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING

(PEMECAHAN MASALAH) BERBANTU MULTIMEDIA INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN METAKOGNITIF SISWA

PADA MATA PELAJARAN PERAKITAN PERSONAL COMPUTER

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ilmu Komputer

Oleh

Ika Septiana Evitasari 0902275

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU KOMPUTER

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

Penerapan Pembelajaran

Problem Solving

(Pemecahan Masalah) Berbantu Multimedia Interaktif

untuk Meningkatkan Kemampuan Metakognitif Siswa pada

Mata Pelajaran Perakitan

Personal Computer

Oleh

Ika Septiana Evitasari

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Matematika dan

Ilmu Pengetahuan Alam

© Ika Septiana Evitasari 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

IKA SEPTIANA EVITASARI

NIM.0902275

PENERAPAN PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING (PEMECAHAN MASALAH) BERBANTU MULTIMEDIA INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN METAKOGNITIF SISWA PADA

MATA PELAJARAN PERAKITAN PERSONAL COMPUTER

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING : Pembimbing I,

Dr. Dedi Rohendi, M.T NIP. 196705241993021001

Pembimbing II,

Drs. Eka Fitrajaya Rahman, M.T NIP. 196402141990031003

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Ilmu Komputer

Dr. H. Enjang Ali Nurdin, M.Kom NIP. 196711211991011001


(4)

v

Ika Septiana Evitasari, 2013

Penerapan Pembelajaran Problem Solving (Pemecahan Masalah) Berbantu Multimedia Interaktif

PENERAPAN PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING (PEMECAHAN MASALAH) BERBANTU MULTIMEDIA INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN METAKOGNITIF SISWA PADA MATA PELAJARAN PERAKITAN

PERSONAL COMPUTER

Ika Septiana Evitasari, 0902275, pilkom.0902275@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini betujuan untuk 1) mengetahui bagaimana tahap pengembangan multimedia interaktif sebagai alat bantu pembelajaran pada pembelajaran Problem Solving, 2) mengetahui apakah terdapat perbedaan rerata kemampuan metakognitif siswa yang menggunakan pembelajaran Problem Solving berbantu multimedia interaktif dengan pembelajaran konvensional 3) mengetahui apakah terdapat peningkatan kemampuan metakognitif siswa pada penerapan pembelajaran Problem Solving berbantu multimedia interaktif dengan pembelajaran konvensional, 4) mengetahui respon siswa terhadap penerapan pembelajaran Problem Solving berbantu multimedia interaktif. Penelitian ini menggunakan metode kuasi eksperimen dengan Non-equivalent Control Group Design. Sampel penelitian adalah siswa kelas X TKJ 8 dan X TKJ 9 di SMK TI Garuda Nusantara Cimahi yang dilaksanakan pada semester ganjil Tahun Ajaran 2013/2014. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh informasi bahwa pembelajaran Problem Solving berbantu multimedia interaktif dapat meningkatkan kemampuan metakognitif siswa daripada pembelajaran konvensional. Hasil pengujian data postes yang dilakukan dengan menggunakan uji-t dua sampel independen diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,00 lebih kecil dari α = 0,05. Hasil uji Gain ternormalisasi juga menunjukkan bahwa sebesar 0,78 dengan kriteria tinggi pada kelas eksperimen yang menggunakan pembelajaran Problem Solving berbantu multimedia interaktif dengan perolehan indeks gain dan 0,24 untuk kelas kontrol kriteria rendah. Siswa juga memberikan respon positif yang terlihat dari pendapat siswa bahwa mulitmedia yang digunakan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.

Kata Kunci : Multimedia Interaktif, Pembelajaran Problem Solving, Kemampuan Metakognitif


(5)

vi

Ika Septiana Evitasari, 2013

IMPLEMENTATION OF INTERACTIVE MULTIMEDIA-ASSISTED PROBLEM SOLVING LEARNING TO IMPROVE

STUDENTS METACOGNITIVE SKILLS IN SUBJECT PERSONAL COMPUTER ASSEMBLY

Ika Septiana Evitasari, 0902275, pilkom.0902275@gmail.com

ABSTRACT

The purposes of this research are to 1) find out how the development process of interactive multimedia as a tool in learning, 2) find out the metacognitive skills of the students that use interactive multimedia-assisted problem solving learning, is it better than the conventional learning, 3) find out the students metacognitive skills are improve when using interactive multimedia-assisted problem solving learning if compared with using conventional learning, 4) find out the students interest towards the implementation of interactive multimedia-assisted problem solving learning. This research is using quasi-experiment method with Non-equivalent Control Group Design. The samples were the first grader in class X TKJ 8 and X TKJ 9 in Garuda Nusantara Cimahi IT Vocational High School implemented in the first semester of school year 2013/2014. Based on the results, obtained information that interactive multimedia-assisted problem solving learning can improve students metacognitive skills than conventional learning. Posttest results of the data test were performed using t-test of two independent sample obtained significance value of 0.00 is smaller than α = 0.05. The test results also shows that the normalized gain of 0.78 in the experimental class which treated using interactive multimedia-assisted problem solving learning with obtained gain index and 0,24 for the control class. Students also gave a positive response which can be seen from what students say that the multimedia used can improve students motivation in learning process.

Keywords: Interactive Multimedia, Problem Solving Learning, Metacognitive Skill


(6)

Ika Septiana Evitasari, 2013

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMAKASIH ... iii

ABSTRAK ... v

ABSTRACT ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah Penelitian ... 8

1.3 Batasan Masalah Penelitian ... 8

1.4 Tujuan Penelitian ... 9

1.5 Manfaat Penelitian ... 9

1.6 Asumsi ... 10

1.7 Hipotesis ... 11

1.8 Definisi Operasional ... 11

1.9 Metode Penelitian ... 12

1.10 Sistematika Penulisan ... 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 14

2.1Pembelajaran ... 14

2.2Pembelajaran Problem Solving ... 17

2.3Pembelajaran Konvensional ... 23

2.4Kemampuan Metakognitif ... 24

2.5Multimedia Pembelajaran Interaktif ... 29

2.6Penelitian Terkait ... 33

BAB III METODE PENELITIAN... 38


(7)

3.2Populasi dan Sampel ... 39

3.3Lokasi Penelitian ... 40

3.4Prosedur Penelitian ... 40

3.5Pengembangan Multimedia Pembelajaran ... 44

3.6Teknik Pengumpulan Data ... 47

3.7Intrumen Penelitian ... 49

3.8Uji Coba Instrumen Penelitian ... 50

3.9Pengolahan dan Analisis Data ... 55

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 63

4.1Proses Pengembangan Multimedia Interaktif sebagai Alat Bantu pada Pembelajaran ... 63

4.2Hasil Uji Coba Instrumen ... 72

4.3Hasil Penelitian ... 77

4.4Pembahasan Hasil Penelitian ... 98

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 106

5.1Kesimpulan ... 106

5.2Saran ... 108

DAFTAR PUSTAKA ... 110

LAMPIRAN ... 115


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 ... 51

Tabel 3.2 ... 53

Tabel 3.3 ... 54

Tabel 3.4 ... 55

Tabel 3.5 ... 56

Tabel 3.6 ... 61

Tabel 3.7 ... 62

Tabel 4.1 ... 72

Tabel 4.2 ... 74

Tabel 4.3 ... 76

Tabel 4.4 ... 78

Tabel 4.5 ... 80

Tabel 4.6 ... 81

Tabel 4.7 ... 82

Tabel 4.8 ... 83

Tabel 4.9 ... 84

Tabel 4.10 ... 85

Tabel 4.11 ... 87

Tabel 4.12 ... 88

Tabel 4.13 ... 88

Tabel 4.14 ... 89

Tabel 4.15 ... 90

Tabel 4.16 ... 91

Tabel 4.17 ... 92

Tabel 4.18 ... 95

Tabel 4.19 ... 97


(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 ... 15

Gambar 2.2 ... 30

Gambar 3.1 ... 43

Gambar 3.2 ... 45

Gambar 4.1 ... 66

Gambar 4.2 ... 67

Gambar 4.3 ... 67

Gambar 4.4 ... 67

Gambar 4.5 ... 68

Gambar 4.6 ... 79


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A Perangkat Pembelajaran ... 116

LAMPIRAN A.1: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran... 117

a.Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Pembelajaran Pertemuan ke-1 ... 117

b.Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Pembelajaran Pertemuan ke-2 ... 123

c.Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Pembelajaran Pertemuan ke-3 ... 128

LAMPIRAN A.2: Lembar Evaluasi ... 133

a.Instrumen Pretest ... 133

b.Instrumen Posttest ... 141

c.Instrumen Angket ... 149

LAMPIRAN A.3: Multimedia Interaktif ... 153

a.Flowchart Multimedia Interaktif ... 153

b.Storyboard Multimedia Interaktif ... 154

c.Tampilan Antar Muka... 165

LAMPIRAN B Instrumen Penelitian ... 168

LAMPIRAN B.1: Rubik Skoring Soal Essay ... 169

LAMPIRAN B.2: Judgement Instrumen Pretest ... 170

LAMPIRAN B.3: Judgement Instrumen Posttest ... 216

LAMPIRAN B.4: Judgement Instrumen Multimedia Interaktif ... 264

LAMPIRAN C Analisis Ujicoba Instrumen Tes ... 278

LAMPIRAN C.1: Analisis Uji Instrumen Pretes Pilihan Ganda ... 279

a.Validitas Pretes Pilihan Ganda ... 279

b.Reliabilitas Pretes Pilihan Ganda... 280

c.Tingkat Kesukaran Pretes Pilihan Ganda ... 281

d.Daya Pembeda Pretes Pilihan Ganda ... 282

LAMPIRAN C.2: Analisis Uji Instrumen Postes Pilihan Ganda ... 283

a.Validitas Postes Pilihan Ganda ... 283

b.Reliabilitas Postes Pilihan Ganda ... 284

c.Tingkat Kesukaran Postes Pilihan Ganda ... 285


(11)

LAMPIRAN C.3: Analisis Uji Instrumen Pretes Essay... 287

a.Validitas Pretes Essay ... 287

b.Reliabilitas Pretes Essay ... 288

c.Tingkat Kesukaran Pretes Essay ... 289

d.Daya Pembeda Pretes Essay ... 290

LAMPIRAN C.4: Analisis Uji Instrumen Postes Essay ... 291

a.Validitas Postes Essay ... 291

b.Reliabilitas Postes Essay... 292

c.Tingkat Kesukaran Postes Essay ... 293

d.Daya Pembeda Postes Essay ... 294

LAMPIRAN D Analisis Data Hasil Penelitian ... 295

LAMPIRAN D.1: Data Hasil Pretes Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 296

LAMPIRAN D.2: Data Hasil Postes Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 297

LAMPIRAN D.3: Statistik Deskriptif Pretes dan Postes ... 298

LAMPIRAN D.4: Data Index Gain Ternormalisasi Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 299

LAMPIRAN D.5: Data Pengolahan Hasil Angket ... 301

LAMPIRAN D.6: Data Lembar Observasi ... 306

LAMPIRAN E Dokumentasi Kegiatan ... 333

LAMPIRAN E.1: Dokumentasi Kegiatan Pembelajaran ... 334

LAMPIRAN F Dokumentasi Penelitian ... 336

LAMPIRAN F.1: Surat Keterangan Uji Instrumen ... 337


(12)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dalam Undang Undang Dasar 1945 tercantum bahwa pendidikan merupakan salah satu upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Berlangsungnya proses pembelajaran tidak terlepas dari peran guru sebagai pendidik dan siswa sebagai yang terdidik. Perkembangan teknologi kini semakin maju seiring dengan perkembangan zaman dan hampir setiap siswa mengikuti perkembangan tersebut karena pengaruh dari lingkungan keluarga atau lingkungan pergaulannya, sehingga memberikan tantangan yang cukup besar bagi guru dalam menyampaikan pembelajaran. Dalam membiasakan siswa berfikir tingkat tinggi pada proses pembelajaran di sekolah menurut penelitian Lismarina (2010), “senantiasa dilandasi dengan kemampuan berfikir tingkat rendahnya untuk mempertahankan dan meningkatkan pemahaman konseptual siswa”. Rianawaty (2011) memandang bahwa

berfikir tingkat tinggi terjadi ketika seseorang mengambil informasi baru dan informasi yang tersimpan dalam memori dan saling terhubungkan atau menata kembali dan memperluas informasi ini untuk mencapai tujuan atau menemukan jawaban yang mungkin dalam situasi membingungkan.

Oleh karena itu, sekolah pada umumnya dan guru pada khususnya harus mampu menyesuaikan diri terhadap perkembangan ilmu dan membiasakan siswa untuk menggunakan kemampuan berfikir tingkat tinggi.


(13)

Kemampuan berfikir tingkat tinggi diharapkan mampu membantu siswa dalam memecahkan permasalahan.

Pada suatu penelitian ditemukan beberapa masalah pada proses pembelajaran yaitu siswa pasif, kurangnya motivasi yang diberikan guru karena kurangnya media yang dimiliki, kurangnya kemandirian siswa, kemampuan analisis siswa rendah. Pardjono dan Wardaya (2009:258) menyatakan

Pola komunikasi yang terbentuk umumnya hanya satu arah menyebabkan siswa pasif dan guru lebih aktif. Dengan demikian, pembelajaran kurang memberikan kesempatan siswa untuk mengembangkan kemampuan inovatif, kemandirian, kemampuan pemecahan masalah, dan kemampuan lain yang banyak diperlukan di dunia kerja yang selalu berubah. Menurut Hamalik (2010:105), pengajaran yang dilakukan dengan cara menuangkan hal yang dianggap penting oleh guru bagi siswanya tanpa memperhatikan kesesuaian bahan pelajaran dengan kesanggupan, kebutuhan, minat dan tingkat perkembangan serta pemahaman siswa disebut juga dengan pengajaran tradisional yang menitikberatkan pada metode imposisi.

Hal ini dapat dilihat dari kegiatan pembelajaran di dalam kelas yang selalu didominasi guru. Permasalahan dalam pembelajaran tersebut harus segera diatasi untuk memajukan siswa sebagai generasi penerus.

Suryadi (2010:3) menyatakan bahwa keterlibatan anak secara aktif dalam suatu aktivitas belajar memungkinkan mereka memperoleh pengalaman yang mendalam tentang bahan yang dipelajari, dan pada akhirnya akan mampu meningkatkan pemahaman anak tentang bahan tersebut.

Guru diharapkan mampu menciptakan suasana pembelajaran yang berpusat pada siswa atau student centered yang membawa siswa untuk aktif dan menyenangkan dalam pembelajaran, seperti yang telah tercantum pada


(14)

Peraturan Menteri No.22 Tahun 2006 tentang Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang menyatakan:

Pelaksanaan kurikulum didasarkan pada potensi, perkembangan, dan kondisi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang berguna bagi dirinya. Dalam hal ini peserta didik harus mendapatkan pelayanan yang bermutu serta memperoleh kesempatan untuk mengekspresikan dirinya secara bebas, dinamis dan menyenangkan.

Holil (2008) menyatakan bahwa “siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai”. Pernyataan Holil tersebut merupakan refleksi dari teori belajar konstruktivisme. Menurut Siregar dan Nara (2011 : 41) mengenai pandangan konstruktivistik bahwa belajar merupakan suatu proses pembentukan pengetahuan yang harus dilakukan oleh siswa dengan aktif melakukan kegiatan, aktif berpikir, menyusun konsep, dan memberi makna mengenai hal-hal yang sedang dipelajari. Peran guru yaitu membantu agar proses pengkonstruksian pengetahuan oleh siswa berjalan lancar.

Pendekatan konstruktivisme menekankan pada keaktifan siswa pada proses pembelajaran dengan tidak menjadikan guru sebagai pusat pembelajaran karena siswa yang membentuk pengetahuan dan cara pandangnya sendiri. Menurut Endah (2010:4), “Pendekatan ini menjadikan pengetahuan awal siswa sebagai dasar pengetahuan yang baru siswa dihargai kelebihan dan kekurangan.”. Pendekatan konstruktivisme dalam pelaksanaan pembelajaran diperlukan agar siswa aktif, kreatif dalam berfikir dan berkreasi dalam mentransformasikan informasi.


(15)

Guru diharapkan dapat melatih kemampuan berfikir siswa sehingga siswa memiliki kecakapan dalam berfikir seperti pernyataan Hendy (2007) bahwa kecakapan berfikir pada dasarnya merupakan kecakapan menggunakan pikiran/rasio kita secara optimal”. Pardjono dan Wardaya (2009:258) menyatakan bahwa tingkat kecakapan berfikir seseorang akan berpengaruh terhadap kesuskesan hidupnya. Kecakapan berfikir perlu dibangun dan dibiasakan sejak siswa berada di bangku sekolah sebab kecakapan tersebut akan bermanfaat bagi siswa dalam menghadapi kehidupan yang akan datang.

Kerka dalam Pardjono dan Wardaya (2009:259) menyatakan,

“… need to provide learning environments that enable students to develop the thingking skills they need for problem solving and learning thoughout their careers. Recent advances in cognitive psychology provide insights into thingking processes and learning behavior that can help teacher prepares students for the demand of the workplace”.

Dari pernyataan tersebut dapat dinyatakan bahwa dibutuhkan kemampuan pemecahan masalah dalam pendidikan untuk mengembangkan kemampuan berfikir siswa dalam memecahkan masalah yang dihadapi di dunia kerja. Keadaan proses belajar saat ini masih belum mendukung pembelajaran yang membawa siswa aktif dalam kreatif dalam pembelajaran serta menerapkan kecakapan berfikir tingkat tinggi sebagaimana yang dinaytakan oleh Turnwald, Bull & Seeler dalam Tri Wardhani (2002) mengenai pembelajaran yang saat ini masih sering dijumpai, menyatakan beberapa penelitian menyimpulkan bahwa penggunaan metode ceramah (lecturing) dapat menghambat proses belajar peserta didik. Metode ceramah merupakan model pembelajaran yang sering disebut sebagai pembelajaran


(16)

konvensional karena telah lama digunakan dalam sejarah pendidikan. Metode ceramah (lecturing) yaitu suatu cara mengajar yang digunakan untuk menyampaikan informasi atau uraian tentang suatu pokok permasalahan secara lisan. Hal ini bertolak belakang dari tujuan pendidikan yang melatih siswa untuk aktif dalam pembelajaran atau student centered bukan pembelajaran yang dipegang sepenuhnya oleh guru atau teacher centered. Kecakapan berfikir atau kemampuan berfikir kritis akan muncul ketika seseorang dihadapkan pada suatu permasalahan. Proses menghadapi permasalahan seseorang dihadapkan pada penalaran dan cara mengenai pemecahan dari suatu masalah tersebut.

Guru perlu melakukan usaha atau inovasi dalam menyampaikan pembelajaran sehingga siswa menjadi tertantang untuk menggunakan kemampuan berfikir yang dimiliki salah satunya dengan menggunakan pembelajaran problem solving dalam proses belajar mengajar seperti yang pernyataan Suherman (2008) yang menyatakan bahwa “Model pembelajaran ini (problem solving) melatih dan mengembangkan kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang berorientasi pada masalah otentik dari kehidupan aktual siswa, untuk merangsang kemampuan berfikir tingkat tinggi”. Maka dapat dikatakan bahwa penerapan pembelajaran problem solving dalam proses belajar mengajar dapat membantu guru dalam melatih kemampuan siswa dalam berfikir tingkat tinggi dan merangsang kecakapan berfikir siswa. Kecakapan berfikir siswa yang dimiliki tersebut mengacu pada suatu kemampuan yang disebut kemampuan metakognitif.


(17)

Suherman (2008) menyatakan bahwa metakognitif yang merupakan salah satu model belajar adalah sebagai kesadaran berfikir, berfikir tentang apa yang difikirkan dan bagaimana proses berfikirnya yaitu aktivitas individu untuk memikirkan kembali apa yang telah terpikir serta berpikir dampak sebagai akibat dari buah pikiran terdahulu. Proses pembelajaran diharapkan mampu mengembangkan kemampuan metakognisi siswa untuk mengontrol apa yang dilakukan siswa secara optimal. Menurut Anderson dan Kratwohl (2010 : 64) terdapat “dua pengertian metakognisi yakni sebagai (1) pengetahuan tentang kognisi dan (2) pengontrolan, pemonitoran dan pengaturan proses-proses kognitif.”

Fuadah (2011:3) menjabarkan istilah mengenai metakognisi yang diperkenalkan oleh Flavell (1976), yaitu pengetahuan metakognitif menunjuk pada diperolehnya pengetahuan tentang proses-proses kognitif, pengetahuan yang dipakai untuk mengontrol proses kognitif. Sedangkan tujuan metakognitif adalah sasaran atau tujuan kognitif yang hendak dicapai. Strategi metakognitif adalah proses-proses yang berurutan yang digunakan untuk mengontrol aktivitas-aktivitas kognitif dan memastikan tujuan kognitif telah dicapai. Pengalaman metakognitif ialah proses-proses yang telah dialami dan akan dialami dalam mengontrol aktivitas kognitif dan mencapai tujuan kognitif. kemampuan metakognitif dibutuhkan untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam belajar yang meliputi elaborasi, penalaran, pemahaman dan pemecahan masalah.


(18)

Beberapa penelitian menyatakan bahwa kemampuan metakognitif memiliki peran yang sangat penting untuk memecahan masalah yang dihadapi siswa dalam proses pembelajaran. Penelitian Areti Panaoura & George Philippou (2004) dalam Fauzi (2009:9) dengan tujuan untuk menyelidiki interrelations dalam representasi diri dan evaluasi diri dalam pemecahan masalah matematis. Temuan dari penelitian tersebut, dikatakan bahwa siswa yang mampu menilai sendiri metakognitifnya secara sadar dan trampil berguna dalam proses pemecahan masalah.

Perilaku dari kemampuan metakognitif menurut Fauzi (2009:4) meliputi

aktivitas seperti perhatian, persepsi, orientasi/monitoring pengertian persyaratan tugas, merencanakan langkah-langkah yang diambil untuk proses tugas, merespon/mengecek dan mengatur proses kognitif jika terjadi kegagalan, dan mengevaluasi hasil proses.

Oleh karena itu, berdasarkan uraian di atas terdapat kesinambungan antara problem solving dan metakognitif dimana metakognitif harus dimiliki siswa dalam kemampuan untuk memecahkan masalah. Dari hasil temuan di lapangan juga, penulis memperoleh informasi bahwa pembelajaran yang saat ini sering digunakan masih bersifat konvensional yang hanya menggunakan buku diktat serta ceramah. Hal tersebut memotivasi Peneliti untuk menggunakan multimedia interaktif dalam pelaksanaan pembelajaran. Maka dari itu, Peneliti melakukan penelitian dengan judul “Penerapan Pembelajaran Problem Solving (Pemecahan Masalah) Berbantu Multimedia Interaktif untuk Meningkatkan Kemampuan Metakognitif Siswa pada Mata Pelajaran Perakitan Personal Computer”.


(19)

1.2 Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang penelitian, maka rumusan masalah penelitian ini meliputi:

1. Bagaimana tahap pengembangan multimedia interaktif sebagai alat bantu pembelajaran pada pembelajaran Problem Solving?

2. Apakah terdapat perbedaan rerata kemampuan metakognitif siswa yang menggunakan pembelajaran Problem Solving berbantu multimedia interaktif dengan pembelajaran konvensional?

3. Apakah terdapat peningkatan kemampuan metakognitif siswa pada penerapan pembelajaran Problem Solving berbantu multimedia interaktif dengan pembelajaran konvensional?

4. Bagaimana respon siswa dengan diterapkannya pembelajaran Problem Solving berbantu multimedia interaktif?

1.3 Batasan Masalah Penelitian

Agar permasalahan yang dibahas pada penelitian ini tidak meluas maka permasalahan dibatasi sebagai berikut:

1. Subjek penelitian adalah siswa SMK sebanyak dua kelompok dengan satu kelompok sebagai kelompok eksperimen dan satu kelompok lainnya sebagai kelompok kontrol

2. Mata pelajaran yang digunakan yaitu mata pelajaran perakitan personal computer.


(20)

3. Pembelajaran dengan bantuan multimedia interaktif dalam proses pembelajaran menggunakan software adobe flash CS3.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui bagaimana tahap pengembangan multimedia interaktif sebagai alat bantu pembelajaran pada pembelajaran Problem Solving. 2. Mengetahui apakah terdapat perbedaan rerata kemampuan

metakognitif siswa yang menggunakan pembelajaran Problem Solving berbantu multimedia interaktif dengan pembelajaran konvensional. 3. Mengetahui apakah terdapat peningkatan kemampuan metakognitif

siswa pada penerapan pembelajaran Problem Solving berbantu multimedia interaktif dengan pembelajaran konvensional.

4. Mengetahui respon siswa terhadap penerapan pembelajaran Problem Solving berbantu multimedia interaktif.

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah: 1. Bagi sekolah

Penelitian ini diharapkan dapat mencetak siswa-siswa yang mampu berfikir kritis dalam menghadapi masalah dan dalam memecahkan masalah serta memiliki bekal kemampuan metakognitif untuk menghadapi dunia kerja. Penggunaan multimedia interaktif juga sebagai masukan untuk digunakan pada mata pelajaran lainnya sebagai


(21)

penunjang pembelajaran dan memotivasi siswa untuk lebih aktif dan kreatif dalam berfikir.

2. Bagi guru

Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan kepada guru untuk menerapkan pembelajaran problem solving dengan bantuan multimedia interaktif untuk meningkatkan kemampuan metakognitif siswa. Multimedia interaktif membantu guru untuk menciptakan suasana kelas yang tidak monoton.

3. Bagi siswa

a) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan motivasi siswa untuk lebih aktif dan kritis dalam berfikir untuk menyelesaikan suatu masalah.

b) Diharapkan dapat memahami materi pelajaran dan mampu memecahkan permasalahan yang diberikan oleh guru.

4. Bagi peneliti

Penelitian ini bermanfaat bagi peneliti untuk mengetahui sejauh mana penerapan pembelajaran problem solving berbantu multimedia interaktif dapat meningkatkan kemampuan metakognitif siswa.

1.6 Asumsi

Adapun asumsi dalam penelitian ini meliputi :

1. Model pembelajaran mempengaruhi pemahaman siswa terhadap pelajaran.


(22)

2. Kemampuan berpikir siswa dapat meningkat ketika siswa mendapatkan suatu permasalahan yang harus dipecahkan.

3. Penggunaan multimedia interaktif mampu meningkatkan motivasi dan menarik perhatian siswa untuk belajar.

1.7 Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah kemampuan metakognitif siswa dengan pembelajaran problem solving berbantu multimedia interaktif lebih baik daripada menggunakan pembelajaran konvensional.

1.8 Definisi Operasional

Dalam penelitian ini terdapat beberapa istilah yang perlu dijelaskan secara operasional untuk menghindari berbagai penafsiran. Penjelasan tersebut meliputi :

1. Pembelajaran Problem Solving berbantu multimedia interaktif adalah pembelajaran yang berlandaskan pada prinsip dan langkah pemecahan masalah dengan bantuan multimedia interaktif.

2. Kemampuan metakognitif adalah suatu kemampuan berfikir yang lebih tinggi dari kognitif yang mencakup unsur elaborasi, pemahaman, dan pemecahan masalah.

3. Pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang dilakukan secara langsung dengan menerapkan metode ceramah.


(23)

1.9 Metode penelitian

Pada penelitian ini menggunakan metode penelitian kuasi eksperimen. Metode kuasi ekpserimen merupakan desain penelitian yang mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak untuk mengontrol semua variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen mengingat pada penelitian ini tidak memungkinkan untuk mengontrol semua variabel bebas dan variabel terikat. Pada penelitian ini memberikan perlakuan yang berbeda terhadap dua kelompok siswa. Kelompok pertama merupakan kelompok yang mendapatkan perlakuan pengajaran dengan menerapkan pembelajaran problem solving berbantu multimedia pembelajaran sebagai kelas eksperimen dan kelompok kedua yang mendapatkan pengajaran dengan pembelajaran konvensional sebagai kelas kontrol.

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah pembelajaran problem solving dan pembelajaran konvensional. Sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini adalah kemampuan metakognitif siswa.

1.10 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan berperan sebagai pedoman penulis agar dalam penulisan lebih terstruktur dan sistematis untuk mencapai tujuan akhir dari penelitian. Sistematika penulisan penelitian ini tersusun dalam lima bab sebagai berikut:


(24)

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini mengemukakan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah, asumsi, hipotesis penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini berisi tentang landasan teoritis yang relevan dengan permasalahan penelitian sebagai dasar penyusunan skripsi ini.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini berisi tentang definisi operasional, metode penelitian, populasi dan sampel, lokasi penelitian, prosedur penelitian, pengembangan multimedia pembelajaran, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, uji coba instrumen penelitian, pengolahan dan analisis data.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini mengemukakan temuan penelitian dan pembahasan hasil yang diperoleh dari penelitian.

BAB V PENUTUP


(25)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode penelitian yaitu quasi eksperimen atau eksperimen semu. Menurut Sugiyono (2012:114), fungsi metode ini adalah untuk melaksanakan penelitian tanpa ada pengontrolan terhadap variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen. Mengingat penelitian ini tidak memungkinkan untuk mengontrol semua variabel bebas dan variabel terikat.

Desain penelitian yang digunakan adalah Non-equivalent Control Group Design. Pada desain penelitian ini kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara random. (Sugiyono, 2012:116)

O1 X O2

O1 - O2

Keterangan : O1 : pretest

O2 : posttest

X : Perlakuan terhadap kelompok eksperimen dengan menerapkan pembelajaran Problem Solving (Pemecahan Masalah) berbantu multimedia interaktif

- : Perlakuan terhadap kelompok kelas kontrol dengan menggunakan pembelajaran konvensional


(26)

3.2 Populasi dan Sampel

Penelitian ini akan dilaksanakan dengan populasi dan sampel sebagai berikut:

3.2.1 Populasi

Menurut Sugiyono (2011:117), populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. dalam hal ini populasi yang akan digunakan adalah siswa kelas X SMK-TI Garuda Nusantara Cimahi. 3.2.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Apabila populasi besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi tersebut. (Sugiyono, 2011:118)

Sampel penelitian diambil menggunakan teknik purposive sampling dengan jenis sampel ketersediaan. “Sampel ketersediaan adalah sampel yang unsur – unsurnya diambil atas dasar kemudahannya dijangkau oleh peneliti.”(Sadiman, 1991:141). Peneliti menggunakan teknik sampel tersebut berdasarkan atas ketersediaan jumlah siswa yang disediakan oleh sekolah.

Pada penelitian ini, sampel yang digunakan yaitu siswa kelas X TKJ 8 sebagai kelas eksperimen dan X TKJ 9 sebagai kelas kontrol.


(27)

3.3 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMK IT Garuda Nusantara. Adapun yang menjadi sampel pada penelitian ini adalah siswa kelas X TKJ 8 dan X TKJ 9 yang mendapatkan mata pelajaran Perakitan Personal Komputer.

3.4 Prosedur Penelitian

Prosedur pelaksanaan penelitian yang akan dilakukan melalui tiga tahap yang meliputi tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap akhir. Penjelasan ketiga tahap tersebut yaitu sebagai berikut:

3.4.1 Tahap Persiapan

Pada tahap persiapan, kegiatan yang dilakukan adalah: a. Menelaah kurikulum mata pelajaran SMK jurusan TKJ b. Mententukan sekolah yang sebagai tempat penelitian

c. Observasi awal yang meliputi pengamatan langsung proses pembelajaran di kelas, wawacara dengan guru dan siswa untuk mengetahui kondisi kelas, siswa dan pembelajaran yang biasa dilaksanakan.

d. Melakukan telaah kurikulum SMK jurusan TKJ dan menentukan materi pembelajaran yang dijadikan sebagai penelitian.

e. Studi literatur mengenai penelitian terkait.

f. Menyusun perangkat pembelajaran dan instrumen yang terkait dengan penelitian.

g. Men-judgement instrumen media kepada satu orang dosen Pendidikan Ilmu Komputer dan satu orang guru SMK


(28)

h. Men-judgement instrumen tes kepada satu orang dosen. Instrumen yang diujicobakan merupakan instrumen untuk tes awal dan tes akhir.

i. Men-judgement instrumen angket dan lembar observasi kepada satu orang dosen Pendidikan Ilmu Komputer.

j. Merevisi instrumen

k. Melakukan ujicoba instrumen pada sampel yang memiliki karakteristik sama dengan sampel penelitian

l. Menganalisis hasil uji coba instrumen yang meliputi validitas, tingkat kesukaran, daya pembeda, dan realibilitas sehingga layak untuk dipergunakan sebagai tes awal (pretest) dan tes akhir (posttest).

3.4.2 Tahap Pelaksanaan

a. Penentuan sampel penelitian yang terdiri dari kelas ekperimen dan kelas kontrol

b. Tes awal atau pretes diberikan pada siswa kelompok eksperimen dan kontrol. Pada tes awal ini siswa diberikan soal berupa pilihan ganda sebanyak 30 butir soal dan uraian (essay) sebanyak 10 butir soal yang bertujuan untuk mengukur kemampuan awal siswa terhadap mata pelajaran yang akan dilaksanakan.


(29)

c. Menerapkan pembelajaran Problem Solving berbantu multimedia interaktif pada kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional pada kelas kontrol.

d. Tes akhir atau postes untuk mengukur seberapa besar perubahan yang terjadi dengan diterapkannya pembelajaran problem solving pada kelas eksperimen dan pembelajaran konvesional pada kelas kontrol. Postes sama dengan pretes, yaitu dengan soal yang berbentuk pilihan ganda sebanyak 30 butir soal dan essay 10 butir soal. Setelah dilaksanakan tes akhir, siswa juga diberikan angket multimedia untuk memberikan penilaian terhadap pelaksanaan pembelajaran yang berbantu multimedia interaktif.

3.4.3 Tahap Akhir

Pada tahap akhir, yang dilakukan peneliti adalah :

a. Mengolah semua data dan hasil temuan dari penelitian b. Menganalisis semua data dan hasil temuan dari penelitian c. Menarik kesimpulan

Adapun alur kegiatan penelitian dapat digambarkan pada bagan berikut :


(30)

(31)

3.5 Pengembangan Multimedia Pembelajaran

Multimedia menurut Munir (2001) boleh dibuat sesuai dengan keperluan dan tujuan dari proses belajar dan pengajaran. Adapun model pembuatan multimedia antara lain : (1) model dengan sistem hiperteks dan hipermedia; (2) model dengan simulasi dan demonstrasi; (3) model tutorial. Peneliti pada penelitian ini menggunakan model tutorial karena konsep komputer sebagai guru yang memberi bimbingan kepada siswa untuk memahami terhadap apa yang dipelajari. Laurilliard (1993) dalam Munir (2001) memberi petunjuk tentang proses – proses belajar dengan metoda tutorial yaitu : 1. Menetapkan tujuan proses belajar, 2. Memberi pengenalan tentang topik, 3. Mengelompokkan masalah sesuai dengan strategi proses belajar, 4. Menganalisis pencapaian belajar, 5. Menyediakan kemudahan umpan balik (feedback), 6. Keberhasilan pelajar dijadikan tolak ukur untuk menentukan proses belajar selanjutnya.

Newby dalam Munir (2012:93) menggambarkan proses pengembangan suatu instructional media berbasis multimedia dilakukan dalam empat tahap dasar, yaitu :

1. Planning, berkaitan dengan perencanaan data media berdasarkan kurikulum dan tujuan pembelajaran (instructional).

2. Instructional design, perencanaan direalisasi dalam bentuk rancangan.

3. Prototype, hasil rancangan kemudian diwujudkan dalam bentuk purwarupa.


(32)

4. Test, purwarupa yang dihasilkan kemudian diujicoba, uji coba dilakukan untuk menguji reliabilitas, validitas dan objektivitas media

Peneliti menggunakan model tutorial pada multimedia yang akan dikembangkan, selanjutnya menentukan model pengembangan multimedia dalam pendidikan. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan model pengembangan Siklus Hidup (life cycle) Menyeluruh (SHM) yang dikembangkan oleh Munir dan Zaman (2002:52). Berikut adalah fasa-fasa model Siklus Hidup Menyeluruh (SHM) pada pengembangan software multimedia dalam pendidikan :

Gambar 3.2

Model Siklus Hidup Menyeluruh (SHM): Pengembangan Software Multimedia dalam Pendidikan


(33)

3.5.1 Langkah Pengembangan Multimedia Interaktif

Penyusunan langkah-langkah pengembangan multimedia interaktif dimaksudkan untuk mengembangkan multimedia pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik dan tujuan multimedia interaktif. Langkah-langkah dalam pengembangan pembelajaran multimedia interaktif adalah sebagai berikut :

a. Tahap Analisis

Tahap analisis merupakan tahap untuk mengetahui kondisi lapangan yang akan dilakukan pengujian. Tahap ini melibatkan guru, siswa, dan materi pembelajaran. Pokok bahasan materi pembelajaran disesuaikan dengan SK dan KD yang berasaskan tujuan yang akan dicapai.

b. Tahap Desain

Pada tahap proses desain merupakan tahap dimana dilakukan desain model multimedia dan juga konten materi yang akan disampaikan. Pada tahap ini juga dilakukan perancangan flowchart dan storyboard. Flowchart berfungsi untuk menjelaskan alur penyelesaian masalah melalui langkah-langkah yang telah ditetapkan. Storyboard menggambarkan tahapan penyelesaian masalah secara sederhana, yang rapi dan jelas serta menggunakan simbol-simbol standar.


(34)

c. Tahap Pengembangan

Pada tahap ini, dilakukan pembuatan program multimedia.. Pembuatan multimedia dengan bantuan perangkat lunak atau software Adobe Flash CS 3, Adobe Photoshop CS3, Camtasia, dan Corel Draw. Pada proses pengembangan selain menggunakan tools yang ada, juga menerapkan actionscript. Tahap pengembangan multimedia merupakan tahap dimana materi, gambar, media, dan beberapa konten yang menunjang multimedia diintegrasikan sehingga menjadi kesatuan yang disebut dengan multimedia interaktif.

d. Tahap Implementasi

Setelah tahap pengembangan selesai, maka dilakukan langkah implementasi yaitu pengujian terhadap unit-unit yang telah dikembangkan dalam proses pengajaran dan pembelajaran dan juga prototip yang telah siap.

e. Tahap Penilaian

Pada tahap ini merupakan tahap dimana peneliti dapat mengetahui secara pasti kelebihan dan kelemahan software yang dikembangkan sehingga dapat membuat penghalusan software yang dikembangkan agar lebih sempurna.

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini merupakan cara yang dipergunakan untuk memperoleh data-data dalam penelitian. Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik pengumpulan data antara lain:


(35)

a. Studi Literatur

Studi literatur dimaksudkan agar penulis memperoleh informasi yang relevan dengan penelitian ini. Studi literatur dilakukan dengan membaca, mengutip pendapat, menelaah dan mempelajari sumber literatur yang berupa jurnal, buku, skripsi, internet dan lain sebagainya. b. Kuesioner (Angket)

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2011:199). Pada penelitian ini terdapat dua angket yang dipergunakan untuk mengetahui respon siswa terhadap penerapan pembelajaran problem solving yang berbantu multimedia interaktif.

c. Tes

Pada penelitian ini, tes digunakan untuk mengukur kemampuan metakognitif dan kognitif siswa. Teknik pengumpulan data menggunakan tes dilakukan melalui pretest dan posttest. Pretest diharapkan mampu menunjukkan pengetahuan dan pemahaman awal siswa. Sedangkan posttest diharapkan dapat menunjukkan perubahan setelah dilakukan perlakuan selama pembelajaran.

d. Observasi

Observasi merupakan teknik pengumpulan data penelitian yang spesifik karena objek yang tidak terbatas. Hal tersebut juga dikemukakan Sutrisno Hadi dalam Sugiyono (2011:203) bahwa observasi merupakan suatu


(36)

proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikhologis. Dua di antara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan.

Observasi pada penelitian ini dilakukan dengan mengamati secara langsung aktivitas guru dan kegiatan siswa selama proses pembelajaran. Observasi aktivitas guru menggunakan instrumen yang berbentuk skala Likert. Observasi kegiatan siswa selama proses pembelajaran juga menggunakan instrumen skala Likert. Penggunaan instrumen skala Likert ini dimaksudkan agar data yang diperoleh dapat ditafsirkan dalam pengertian kualitatif.

3.7 Instrumen Penelitian

Pada penelitian menggunakan instrumen yang berupa tes prestasi belajar dan tes untuk mengukur kemampuan metakognitif. Instrumen untuk mengukur prestasi belajar dilakukan melalui pretest dan posttest. Bentuk instrumen untuk mengukur kemampuan siswa pada ranah metakognitif dan kognitif yang berupa tes pilihan ganda dan essay atau uraian. Setiap butir soal mencakup ranah kognitif C1, C2, dan C3. Sedangkan untuk mengukur kemampuan metakognitif, penulis menggunakan angket (Questionaire) yang berbentuk skala Likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan presepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiyono, 2011:134). Pada setiap pilihan item skala Likert memiliki tingkat yang berbeda, dari sangat baik sampai sangat tidak baik. Setiap


(37)

tingkat pilihan item memiliki skor yang berbeda pula bergantung pada jenis itemnya.

3.8 Uji Coba Instrumen Penelitian

Kegiatan ujicoba instrumen penelitian dilakukan untuk mengetahui apakah instrumen yang akan digunakan telah memenuhi syarat sebagai alat pengambilan data atau belum. Untuk menguji kelayakan instrumen tersebut perlu dilakukan analisis terhadap validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran.

a. Uji Validitas Instrumen

Uji validitas dimaksudkan untuk mengetahui bahwa instrumen menggambarkan keadaan sesungguhnya. “Validitas atau kesahihan menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur mampu mengukur apa yang ingin diukur…”(Siregar, 2013:75). Pada penelitian ini, instrumen tes berupa soal pilihan ganda sebanyak 30 soal dan uraian sebanyak 10 soal dilakukan ujicoba terlebih dahulu. Rumus yang digunakan untuk menguji validitas butir soal adalah rumus Product Moment menurut Pearson, yaitu:

…(3.1) (Siregar, 2013:80)

Keterangan :

r : Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y, dua variabel yang dikorelasikan

N : Jumlah siswa

X : skor item yang dicari validitasnya Y : skor yang diperoleh siswa

∑ ∑ ∑


(38)

Tabel 3.1

Kriteria Validitas Soal

Nilai Kriteria

0,80 – 1,00 Sangat Tinggi

0,60 – 0,79 Tinggi

0,40 – 0,59 Cukup

0,20 – 0,39 Rendah

0,00 – 0,19 Sangat Rendah

(Arikunto, 2012:89)

b. Uji Reliabilitas 1. Tes

Reliabilitas menurut Arikunto (2012: 100) bahwa:

Suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap. Maka pengertian reliabilitas tes berhubungan dengan masalah hasil tes atau seandainya hasilnya berubah-ubah, perubahan yang terjadi dapat dikatakan tidak berarti.

Reabilitas untuk soal pilihan ganda menggunakan teknik Kuder dan Richardson (KR 20). Rumusnya adalah sebagai berikut:

…(3.2) (Siregar, 2013:111) Keterangan:

r11 = reliabilitas instrumen

p = proporsi responden yang menjawab benar q = proporsi responden yang menjawab salah

∑ = jumlah varians skor tiap item belahan tes = varians total

k = jumlah butir pertanyaan dimana varians total:

∑ ̅

…(3.3)

(Siregar, 2013:111) r11 ((kk-1)) ∑


(39)

Keterangan: Xi = total skor

̅ = rata-rata total skor n = responden

Untuk mengukur reliabilitas soal uraian digunakan rumus koefisien (alpha) Adapun rumusnya adalah sebagai berikut :

…(3.4) (Siregar, 2013:90)

Dimana :

r11 = reliabilitas yang dicari/koefisien alfa

∑ = jumlah varians butir = varians total

k = banyaknya item soal

berikut adalah langkah-langkah yang harus dilakukan : a. Mencari varians tiap butir soal (∑ )

b. Mencari varians total dari butir soal ( ) dengan persamaan:

…(3.5) (Siregar, 2013:90) dimana,

= varians

∑ = jumlah kuadrat skor yang diperoleh siswa

∑ = kuadrat jumlah skor yang diperoleh siswa n = jumlah sampel

c. Mencari nilai reliabilitas (r11) dengan menggunakan rumus alfa tersebut. Kriteria reliabilitas instrumen tertera pada tabel berikut:

r11 (( -1)) 1-∑

∑ ∑


(40)

Tabel 3.2 Kriteria Reliabilitas

Rentang nilai Kriteria

0,80 – 1,00 Sangat Tinggi

0,60 – 0,79 Tinggi

0,40 – 0,59 Cukup

0,20 – 0,39 Rendah

0,00 – 0,19 Sangat Rendah (Arikunto, 2012:89) 2. Uji Tingkat Kesukaran

Tingkat kesukaran untuk menyatakan parameter bahwa item soal tersebut adalah mudah, sedang, atau sukar. Untuk menghitung tingkat kesukaran suatu butir soal pilihan ganda dapat menggunakan persamaan sebagai berikut:

…(3.6) (Arikunto, 2012:89) dimana :

P = indeks Kesukaran

B = Banyak siswa yang menjawab soal itu dengan benar = Jumlah seluruh siswa peserta tes

Sedangkan untuk mengetahui tingkat kesukaran soal dalam bentuk essay (uraian) menggunakan rumus berikut.

…(3.7)

…(3.8)


(41)

Untuk menentukan soal tersebut baik atau tidak baik, maka digunakan kriteria seperti pada Tabel 3.3. Semakin rendah nilai P suatu butir soal, maka semakin sukar soal tersebut. Suatu butir soal dikatakan baik apabila perolehan nilai P sekitar 0,5 atau 50%. Karena jika perolehan nilai P 0,3 maka soal dikatakan sukar dan apabila P 1,00 maka soal dikatakan terlalu mudah. Berikut adalah tabel kriteria tingkat kesukaran soal :

Tabel 3.3

Kriteria Tingkat Kesukaran Soal

Nilai P Kriteria

0,00 – 0,30 Sukar

0,31 – 0,70 Sedang

0,71 – 1,00 Mudah

(Arikunto, 2012 : 225)

3. Uji Daya Pembeda

Daya pembeda suatu soal tes dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut :

…(3.9) dimana :

DP = indeks diksriminasi (daya pembeda) BA = Jumlah jawaban benar pada kelompok atas BB = Jumlah jawaban benar pada kelompok bawah N = jumlah siswa yang mengerjakan tes

Kelompok atas dan bawah ditentukan dengan menghitung 27% dari jumlah peserta tes atau 27% dari N. Sehingga diperoleh 27% kelompok atas dan 27% kelompok bawah, sedangkan 46% sisanya tidak digunakan, dalam


(42)

arti tidak dipersoalkan dalam analisis karena siswa tidak pintar dan tidak bodoh.

Untuk daya pembeda suatu soal tes berbentuk uraian maka menggunakan rumus berikut.

…(3.10) Tabel 3.4

Kriteria Daya Pembeda Soal

Rentang nilai (DP) Kriteria

0,00 – 0,20 Jelek

0,21 – 0,40 Cukup

0,41 – 0,70 Baik

0,71 – 1,00 Baik sekali D negatif Semua soal tidak baik

(Arikunto , 2012:232) 3.9 Pengolahan dan Analisis Data

Penelitian ini data yang diolah berupa data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif diperoleh dari hasil observasi dan lembar angket, sedangkan untuk data kuantitatif diperoleh dari hasil pretest dan posttest siswa.

3.9.1 Tes hasil belajar

Skor yang diperoleh dari pretest dan posttest digunakan untuk mengukur peningkatan kemampuan siswa dalam ranah metakogntif dan juga ranah kognitif. Pretest diberikan sebelum pembelajaran sedangkan posttest diberikan setelah pembelajaran. Berikut adalah langkah-langkah pengolahan data:


(43)

a. Pemberian skor

Pemberian skor ditentukan dengan memberi skor satu (1) untuk jawaban benar dan nol (0) untuk jawaban salah. Berikut rumus pemberian skor soal pilihan ganda:

S=R …(3.11) (Arikunto,2012:188) Sedangkan pemberian skor untuk soal essay yaitu dengan memberi skor maksimal empat (4).

b. Analisis data indeks Gain

Data yang diperoleh dari tes tertulis akan didapatkan hasil berupa niai tes awal, nilai tes akhir dan gain. Menurut Hake (Meltzer, 2002 : 1260) data yang terkumpul dihitung dengan rumus :

…(3.12)

Tabel 3.5

Kategori Indeks Gain menurut Hake

Rentang Nilai Kategori

G > 0,7 Tinggi

0,3 < G ≤ 0,7 Sedang

G ≤ 0,3 Rendah

c. Pengujian Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, di mana rumusan masalah penelititan telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dalam penelitian ini bekerja dengan menggunakan sampel sehingga penelitian ini


(44)

Berikut adalah langkah-langkah penentuan uji statistik : a. Uji Normalitas

Pada penelitian ini, uji normalitas dilakukan dengan menggunakan SPSS. Uji normalitas yang digunakan yaitu kolmogorov-Smirnov. Uji normalitas digunakan untuk mengetahui data sampel yang diambil dari populasi apakah berdistribusi normal atau tidak. Langkah-langkah dalam melakukan perhitungan uji normalitas adalah sebagai berikut : 1. Menghitung rata-rata untuk masing-masing kelas dengan

persamaan :

̅= ∑

(3.13)

(Sudjana, 2005 : 50) Keterangan :

̅ = skor rata-rata = skor setiap siswa N = jumlah siswa

2. Menentukan standar deviasi atau simpangan baku

dengan rumus berikut:

√∑ ̅ …(3.14)

Sedangkan untuk menghitung varians yaitu dengan mengkuadratkan ).

Keterangan :

N = jumlah siswa sχ = standar deviasi

sχ2 = varians


(45)

3. Menghitung nilai normalitas dengan rumus Kolmogorov-Smirnov berikut:

D = sup {|Fn (z) –Φ (z)|, –∞ ≤ z ≤ ∞} …(3.15)

dimana Fn (z) adalah fungsi distribusi empiris (empirical

distribution function), yakni Fn (z) = (jumlah dari z(k)≤ z)/n,

untuk setiap z, sedangkan Φ(z) adalah fungsi distribusi komulatif (cumulatif distribution function) normal baku dan z(k) = ( (k)– ̅)/s, s = simpangan baku (standard deviation)

sampel. (Uyanto, 2009:54) b. Uji homogenitas Varians

Uji homogenitas varians dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang terdiri dari kelas kontrol dan kelas eksperimen mempunyai varians homogen atau tidak. Levene test for Equality of Variance seperti yang dinyatakan Uyanto (2009:161) bahwa uji Levene digunakan untuk menguji apakah sampel sebanyak k memiliki variansi yang sama. Adapun rumus uji Levene adalah sebagai berikut :

W = ∑ ̅ ̅

∑ ∑ ̅

…(3.16) (Uyanto, 2009:162) Keterangan :

Zij = | Yij – ̅i .|

̅i . = purata (mean) group ke-i

̅.. = purata (mean) keseluruhan data

N = besar sampel

k = jumlah subgroup


(46)

c. Uji-t dua sampel independen

Uji-t dua sampel independen ini dilakukan bila sampel berkorelasi atau berpasangan, misalnya membandingkan sebelum dan sesudah perlakuan, atau membandingkan kelompok kontrol dengan kelompok eksperimen. Menurut Uyanto (2009:160-161) bahwa terdapat dua (2) rumus untuk uji-t dua sampel independen yaitu sebagai berikut :

(1) Dengan asumsi kedua variance sama besar

̅ ̅

…(3.17)

Dengan derajat kebebasan : nx + ny – 2

sp = √

…(3.18)

(2) Dengan asumsi kedua variance tidak sama besar

̅ ̅

...(3.19)

(Uyanto, 2009:160-161)

Keterangan :

nx = besar sampel pertama

ny = besar sampel kedua

̅ = rata-rata sampel pertama ̅ = rata-rata sampel kedua

Sx 2

= varians sampel pertama Sy

2

= varians sampel kedua

Berikut adalah kriteria untuk menolak atau tidak menolak H0

berdasarkan P-value dalam pengujian hipotesis : Jika P-value < α 0,05, maka H0 ditolak


(47)

Jika P-value ≥ α 0,05, maka H0 diterima

Apabila sampel data tidak berdistribusi normal maka menggunakan uji statistik non parametrik jenis yaitu Uji Mann-Whitney U. Uji ini memiliki kegunaan untuk menguji signifikansi hipotesis antara dua sampel yang independen (bebas). Berikut adalah langkah uji hipotesis dari uji Mann-Whitney U:

 H0 : µ = µi (tidak ada perbedaan rata-rata diantara kedua sampel)

H1 : µ = µi (terdapat perbedaan rata-rata diantara kedua sampel)

 Statistik uji :

…(3.20)

Dimana :

U(x) = n1n2 + [1/2.n(x)(n(x) + 1) R(x)] …(3.21)

Keterangan:

x = 1 (untuk sampel 1) 2 (untuk sampel 2)

R(x) = jumlah rangking tiap sampel n1 = banyaknya sampel pada sampel 1

n2 = banyaknya sampel pada sampel 2

 Daerah kritis

Ho ditolak jika nilai absolut Zhitung > nilai Zα/2

3.9.2 Observasi

Dalam menganalisis hasil observasi aktivitas guru dan siswa menggunakan analisis presentase dengan pedoman skor 1-4. Skor


(48)

mentah yang diperoleh diubah menjadi bentuk persentase dengan persamaan :

Persentase skor rata-rata = ∑

…(3.22)

Kriteria interpretasi keberhasilan disesuaikan dengan pengelompokan seperti pada Tabel 3.6 berikut.

Tabel 3.6

Kriteria Keberhasilan terhadap Aktivitas Guru dan Siswa

Persentase Keberhasilan Interpretasi

81 – 100 Sangat baik

61 – 80 Baik

41 – 60 Cukup

21 – 41 Kurang

< 21 Sangat Kurang

3.9.3 Angket

Pembuatan angket ditujukan untuk mengetahui respon siswa terhadap penggunaan multimedia interaktif dalam pembelajaran. Skala angket yang digunakan adalah skala Likert. Langkah awal yang dilakukan yaitu menentukan skor ideal yang ditetapkan dengan asumsi bahwa setiap responden pada setiap pertanyaan memberikan jawaban dengan skor tertinggi.

Kriteria sangat setuju diberi skor 4, setuju diberi skor 3, tidak setuju diberi skor 2, dan sangat tidak setuju diberi skor 1. Berikut persamaan untuk mencari persentase dari data yang diperoleh dari angket :


(49)

P =

…(3.23)

Keterangan :

P = angka persentase

Skor ideal = skor tertinggi tiap butir x jumlah responden x jumlah butir.

Hasil pengolahan angket dapat dilihat secara kontinum dengan indikator berikut:

Tabel 3.7

Kriteria Interpretasi Skor

Besar Persentase Interpretasi

0% - 20% Sangat Lemah

21% - 40% Lemah

41% - 60% Cukup

61% - 80% Kuat

81% - 100% Sangat Kuat

(Riduwan,2002:15)

0% 25% 75% 100%

Cukup baik Sangat

tidak baik

kurang baik Sangat


(50)

110

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, Lorin W. dan Krathwohl, David R. (2010). Pembelajaran, Pengajaran, dan Asessmen (Revisi Taksonomi Pendidikan Bloom). Yogyakarta :

Pustaka Pelajar.

Arikunto, Suharsimi. (2012). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.

Apriyani, Mira.(2010). Efektivitas Metode Pemecahan Masalah (Problem Solving) Terhadap Hasil Belajar Siswa Ranah Kognitif Pada Mata Pelajaran TIK Pokok Bahasan Menu Dan Ikon Perangkat Lunak Presentasi (Kuasi Eksperimen Terhadap Siswa Kelas Ix Smp Pgii 2 Bandung). Bandung : Skripsi FIP UPI . Tidak diterbitkan.

Ariandini, Derawati. (2011). Perbandingan Hasil Belajar Siswa Antara Model Pembelajaran Problem Solving Dan Model Pembelajaran Konvensional Pada Standar Kompetensi Menganalisis Rangkaian Listrik. Skripsi FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia. Tidak diterbitkan. Barnawi . (2008). Antara Kognitif dan Metakognitif. [Online]. Tersedia:

http://djejak-pro.blogspot.com/2008/09/antara-kognitif-dan-metakognitif.html yang direkam pada 04 September 2008.

Budiyanto, Haerul Iman. (2010). Pengaruh Model Creative Problem Solving Berbasis Kontekstual Terhadap Kompetensi Strategik Siswa SMP dalam Belajar Matematika. Bandung : Skripsi FPMIPA UPI. Tidak diterbitkan. Darningwati. (2008). ”Lentera Pendidikan”. Penerapan Metode Pembelajaran

Berbasis Masalah Dalam Penulisan Poster Dan Slogan Siswa Kelas XI SMA Sentosa Bakti Kab.Oku. 1, (1), 59-72.

Dimyati dan Mudjiono. (2002). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta.

Dolan, Daniel T. and Williamson, James. (1983). Teaching Problem-Solving Strategies. USA: Addison-Wesly.


(51)

Endah, Nuria. (2010). Upaya Meningkatkan Pemahaman Siswa Tentang Volume Bangun Ruang Melalui Pendekatan Konstruktivisme. Bandung: Skripsi FPMIPA UPI. Tidak diterbitkan.

Fauzi, Muhammad Amin. (2009). Peranan Kemampuan Metakognitif dalam Pemecahan masalah Matematika Sekolah Dasar. Kultura. 10, (1),1-12. Fuadah, Inkam Siti. (2011). Penerapan Pendekatan Pembelajaran Bridging

Analogy untuk Meningkatkan Kemampuan Metakognitif Matematika Siswa SMP. Bandung: Skripsi FPMIPA UPI. Tidak diterbitkan.

Hamalik, Oemar. (2003). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara. Heller, P & k. Heller. (1999). Cooperative Group Problem Solving in Physics.

Research Report, University of Minnesota Hendy. (2007). Kecakapan Berfikir. [Online]. Tersedia :

http://mixingblogging.blogspot.com.

Holil, Anwar. (2008). Teori Belajar Konstruktivisme. [Online]. Tersedia : http://pkab.wordpress.com/2008/04/23/teori-belajar-konstruktivisme/ [23 April 2008]

Joyce, Bruce dan Weil, Marsha. (1980). Models of teaching. New Jersey : Prentice-Hall

Kurniawan, Afif. (2009). Pengaruh Penggunaan Multimedia Interaktif dalam Model Pembelajaran Aktif (Active Learning) terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa. Skripsi pada FKIP Universitas Sebelas Maret: tidak diterbitkan.

Kuntjojo. (2009). Metakognisi dan Keberhasilan Belajar Peserta Didik. [Online]. Tersedia : http://ebekunt.wordpress.com/2009/04/12/metakognisi-dan-keberhasilan-belajar-peserta-didik/ yang direkam pada 12 April 2009. Lismarina, Ika. (2010). Identifikasi Pemahaman Konseptual dalam Materi

Termokimia Melalui Kemampuan Berfikir Tingkat Tinggi (Higher Order Thinking Skills) Siswa Kelas XI IPA SMA Laboratorium Universitas Negeri Malang Tahun Pelajaran 2009/2010. Skripsi Universitas Negeri Malang. Tidak diterbitkan.


(52)

Livingston, Jennifer A. (1997). Metacognition: An Overview. [Online]. Tersedia : http://gse.buffalo.edu/fas/shuell/cep564/metacog.htm

Luluvikar. (2011). Aplikasi Multimedia Dalam Pengembangan Desain Pembelajaran. [Online]. Tersedia:

http://luluvikar.files.wordpress.com/2011/10/aplikasi-multimedia-dlm-pembelajaran.pdf

Meltzer, D.E. (2002). The Relationship between Mathmatics Preparation and Conseptual Learning Gains in Phisics : A Possible “Hidden Variable” in Diagnostic Pretest Scores. American Journal of Physics, Vol. 70. Page 1259-1268.

Miranda, Yula. (2010). “Jurnal Penelitian Kependidikan”. Dampak Pembelajaran

Metakognitif dengan Strategi Kooperatif Terhadap Kemampuan Metakognitif Siswa dalam Mata Pelajaran Biologi di SMA Negeri Palangka Raya. 20, (2), 187-201.

Mulbar, Usman. (2008). Metakognisi Siswa Dalam Menyelesaikan Masalah Matematika. [Online]. Tersedia : http://usmanmulbar.wordpress.com/ yang direkam pada 12 April 2008.

Munir dan Badioze Zaman, Halimah. (2002). Metodologi Pengembangan Multimedia Dalam Pendidikan. Jurnal Mimbar Pendidikan XX1(2). Universitas Pendidikan Indonesia.

Munir. (2001). Aplikasi Multimedia dalam Proses Belajar Mengajar. Mimbar Pendidikan XX(3). Universitas Pendidikan Indonesia.

Munir. (2012). Multimedia. Bandung : Alfabeta. ORLC News. Summer 2004. Metacognition.

Pardjono dan Wardaya . (2009) Peningkatan Kemampuan Analisis, Sintesis, Dan Evaluasi Melalui Pembelajaran Problem Solving. Cakrawala Pendidikan, XXVIII(3), 12 halaman.

Polya, G. (1957). How To Solve It (second ed.). New Jersey : Princeton University Press


(53)

Putri, Megawati Subagio.(2010). Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan Brain Based Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Metakognisi Siswa SMP. Skripsi FPMIPA UPI. : Tidak diterbitkan

Rianawati, Ida. (2011). Berfikir Tingkat Tinggi (Higher Level Thinking). [Online]. Tersedia : http://idarianawaty.blogspot.com/2011/08/berpikir-tingkat-tinggi-higher-order.html [10 Agustus 2011].

Riduwan. (2002). Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian. Bandung : Alfabeta

Sadiman, Arif. (1991). Metode dan Analisis Penelitian : Mencari Hubungan. Jakarta : Erlangga.

Sanjaya, Wina. (2010). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Prenada Media Group.

Sarwi dan Liliasari. (2010) .Penumbuhkembangan Ketrampilan Berpikir Kritis Calon Guru Fisika Melalui Penerapan Strategi Kooperatif dan

Pemecahan Masalah pada Konsep Gelombang. Forum Kependidikan. 30, (1), 37 – 44.

Schoenfeld, Alan H. (1987, Desember). Polya, Problem Solving, and Education. Mathematics Magazine,Vol.60, No.5, 283-291.

Susilana, Rudi. (2007). “Sumber Belajar dalam Pendidikan” dalam Ilmu & Aplikasi Pendidikan. Bandung : Tim Pengembangan Ilmu Pendidikan FIP-UPI.

Sigit,Bambang dan Joko. (2008). Pengembangan Pembelajaran Dengan Mengguanakan Multimedia Interaktif untuk Pembelajaran yang Berkualitas. [Online]. Tersedia: http://luarsekolah.blogspot.com. Siregar, Eveline dan Nara, Hartini. (2011). Teori Belajar dan Pembelajaran.

Bogor : Ghalia Indonesia.

Siregar, Syofian. (2013). Statistik Parametrik Untuk Penelitian Kuantitatif. Jakarta : Bumi Aksara.

Sudjana, Nana. (1989). Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru.


(54)

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan ( Pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan R&D). Bandung : Alfabeta.

Suherman, Erman. (2008). Model Belajar dan Pembelajaran Berorientasi Kompetensi Siswa. Jurnal Pendidikan dan Budaya, Vol 5, No. 2.

Suryadi, Didi. (2010). Menciptakan Proses Belajar Aktif : Kajian dari Sudut Pandang Teori Belajar dan Teori Didaktik. Makalah Seminar Nasional Pendidikan matematika di UNP, Padang.

Rusmana dan Dewi, Laksmi. (2009). “Pendekatan dan Model Pembelajaran” dalam Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung : Tim Pengembangan MKDP.

Tri Wardhani, Adinda. (2002). Perbedaan Goal Orientation pada Siswa Sekolah Dasar yang Mendapatkan Metode Pengajaran Belajar Aktif dan Belajar Pasif. Skripsi Fakultas Psikologi UI. Tidak Diterbitkan.

Uyanto, Stanislaus S. (2009). Pedoman Analisis Data Dengan SPSS. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Wandasari, Novita. (2011). “Jurnal Pendidikan Teknologi Informasi dan

Komunikasi (PTIK)”. Penelitian Efektivitas Penggunaan Metode

Eksperimen Verifikasi Berbasis Multimedia Interaktif Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran TIK. 4,(1), 42-47.


(1)

62

P =

…(3.23)

Keterangan :

P = angka persentase

Skor ideal = skor tertinggi tiap butir x jumlah responden x jumlah butir.

Hasil pengolahan angket dapat dilihat secara kontinum dengan indikator berikut:

Tabel 3.7

Kriteria Interpretasi Skor

Besar Persentase Interpretasi

0% - 20% Sangat Lemah

21% - 40% Lemah

41% - 60% Cukup

61% - 80% Kuat

81% - 100% Sangat Kuat

(Riduwan,2002:15)

0% 25% 75% 100%

Cukup baik Sangat

tidak baik

kurang baik Sangat


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, Lorin W. dan Krathwohl, David R. (2010). Pembelajaran, Pengajaran,

dan Asessmen (Revisi Taksonomi Pendidikan Bloom). Yogyakarta :

Pustaka Pelajar.

Arikunto, Suharsimi. (2012). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.

Apriyani, Mira.(2010). Efektivitas Metode Pemecahan Masalah (Problem

Solving) Terhadap Hasil Belajar Siswa Ranah Kognitif Pada Mata Pelajaran TIK Pokok Bahasan Menu Dan Ikon Perangkat Lunak Presentasi (Kuasi Eksperimen Terhadap Siswa Kelas Ix Smp Pgii 2 Bandung). Bandung : Skripsi FIP UPI . Tidak diterbitkan.

Ariandini, Derawati. (2011). Perbandingan Hasil Belajar Siswa Antara Model

Pembelajaran Problem Solving Dan Model Pembelajaran Konvensional Pada Standar Kompetensi Menganalisis Rangkaian Listrik. Skripsi

FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia. Tidak diterbitkan. Barnawi . (2008). Antara Kognitif dan Metakognitif. [Online]. Tersedia:

http://djejak-pro.blogspot.com/2008/09/antara-kognitif-dan-metakognitif.html yang direkam pada 04 September 2008.

Budiyanto, Haerul Iman. (2010). Pengaruh Model Creative Problem Solving

Berbasis Kontekstual Terhadap Kompetensi Strategik Siswa SMP dalam Belajar Matematika. Bandung : Skripsi FPMIPA UPI. Tidak diterbitkan.

Darningwati. (2008). ”Lentera Pendidikan”. Penerapan Metode Pembelajaran

Berbasis Masalah Dalam Penulisan Poster Dan Slogan Siswa Kelas XI SMA Sentosa Bakti Kab.Oku. 1, (1), 59-72.

Dimyati dan Mudjiono. (2002). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta.

Dolan, Daniel T. and Williamson, James. (1983). Teaching Problem-Solving


(3)

111

Ika Septiana Evitasari, 2013

Endah, Nuria. (2010). Upaya Meningkatkan Pemahaman Siswa Tentang Volume

Bangun Ruang Melalui Pendekatan Konstruktivisme. Bandung: Skripsi

FPMIPA UPI. Tidak diterbitkan.

Fauzi, Muhammad Amin. (2009). Peranan Kemampuan Metakognitif dalam

Pemecahan masalah Matematika Sekolah Dasar. Kultura. 10, (1),1-12.

Fuadah, Inkam Siti. (2011). Penerapan Pendekatan Pembelajaran Bridging

Analogy untuk Meningkatkan Kemampuan Metakognitif Matematika Siswa SMP. Bandung: Skripsi FPMIPA UPI. Tidak diterbitkan.

Hamalik, Oemar. (2003). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara. Heller, P & k. Heller. (1999). Cooperative Group Problem Solving in Physics.

Research Report, University of Minnesota Hendy. (2007). Kecakapan Berfikir. [Online]. Tersedia :

http://mixingblogging.blogspot.com.

Holil, Anwar. (2008). Teori Belajar Konstruktivisme. [Online]. Tersedia : http://pkab.wordpress.com/2008/04/23/teori-belajar-konstruktivisme/ [23 April 2008]

Joyce, Bruce dan Weil, Marsha. (1980). Models of teaching. New Jersey : Prentice-Hall

Kurniawan, Afif. (2009). Pengaruh Penggunaan Multimedia Interaktif dalam

Model Pembelajaran Aktif (Active Learning) terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa. Skripsi pada FKIP Universitas Sebelas Maret: tidak

diterbitkan.

Kuntjojo. (2009). Metakognisi dan Keberhasilan Belajar Peserta Didik. [Online]. Tersedia : http://ebekunt.wordpress.com/2009/04/12/metakognisi-dan-keberhasilan-belajar-peserta-didik/ yang direkam pada 12 April 2009. Lismarina, Ika. (2010). Identifikasi Pemahaman Konseptual dalam Materi

Termokimia Melalui Kemampuan Berfikir Tingkat Tinggi (Higher Order Thinking Skills) Siswa Kelas XI IPA SMA Laboratorium Universitas Negeri Malang Tahun Pelajaran 2009/2010. Skripsi Universitas Negeri


(4)

Livingston, Jennifer A. (1997). Metacognition: An Overview. [Online]. Tersedia : http://gse.buffalo.edu/fas/shuell/cep564/metacog.htm

Luluvikar. (2011). Aplikasi Multimedia Dalam Pengembangan Desain

Pembelajaran. [Online]. Tersedia:

http://luluvikar.files.wordpress.com/2011/10/aplikasi-multimedia-dlm-pembelajaran.pdf

Meltzer, D.E. (2002). The Relationship between Mathmatics Preparation and

Conseptual Learning Gains in Phisics : A Possible “Hidden Variable” in

Diagnostic Pretest Scores. American Journal of Physics, Vol. 70. Page

1259-1268.

Miranda, Yula. (2010). “Jurnal Penelitian Kependidikan”. Dampak Pembelajaran Metakognitif dengan Strategi Kooperatif Terhadap Kemampuan

Metakognitif Siswa dalam Mata Pelajaran Biologi di SMA Negeri Palangka Raya. 20, (2), 187-201.

Mulbar, Usman. (2008). Metakognisi Siswa Dalam Menyelesaikan Masalah

Matematika. [Online]. Tersedia : http://usmanmulbar.wordpress.com/ yang

direkam pada 12 April 2008.

Munir dan Badioze Zaman, Halimah. (2002). Metodologi Pengembangan

Multimedia Dalam Pendidikan. Jurnal Mimbar Pendidikan XX1(2).

Universitas Pendidikan Indonesia.

Munir. (2001). Aplikasi Multimedia dalam Proses Belajar Mengajar. Mimbar Pendidikan XX(3). Universitas Pendidikan Indonesia.

Munir. (2012). Multimedia. Bandung : Alfabeta. ORLC News. Summer 2004. Metacognition.

Pardjono dan Wardaya . (2009) Peningkatan Kemampuan Analisis, Sintesis, Dan

Evaluasi Melalui Pembelajaran Problem Solving. Cakrawala Pendidikan,

XXVIII(3), 12 halaman.

Polya, G. (1957). How To Solve It (second ed.). New Jersey : Princeton University Press


(5)

113

Ika Septiana Evitasari, 2013

Putri, Megawati Subagio.(2010). Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan Brain Based Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Metakognisi Siswa SMP. Skripsi FPMIPA UPI. : Tidak diterbitkan

Rianawati, Ida. (2011). Berfikir Tingkat Tinggi (Higher Level Thinking). [Online]. Tersedia : http://idarianawaty.blogspot.com/2011/08/berpikir-tingkat-tinggi-higher-order.html [10 Agustus 2011].

Riduwan. (2002). Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian. Bandung : Alfabeta

Sadiman, Arif. (1991). Metode dan Analisis Penelitian : Mencari Hubungan. Jakarta : Erlangga.

Sanjaya, Wina. (2010). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Jakarta : Prenada Media Group.

Sarwi dan Liliasari. (2010) .Penumbuhkembangan Ketrampilan Berpikir Kritis

Calon Guru Fisika Melalui Penerapan Strategi Kooperatif dan

Pemecahan Masalah pada Konsep Gelombang. Forum Kependidikan. 30,

(1), 37 – 44.

Schoenfeld, Alan H. (1987, Desember). Polya, Problem Solving, and Education.

Mathematics Magazine,Vol.60, No.5, 283-291.

Susilana, Rudi. (2007). “Sumber Belajar dalam Pendidikan” dalam Ilmu & Aplikasi Pendidikan. Bandung : Tim Pengembangan Ilmu Pendidikan

FIP-UPI.

Sigit,Bambang dan Joko. (2008). Pengembangan Pembelajaran Dengan

Mengguanakan Multimedia Interaktif untuk Pembelajaran yang Berkualitas. [Online]. Tersedia: http://luarsekolah.blogspot.com.

Siregar, Eveline dan Nara, Hartini. (2011). Teori Belajar dan Pembelajaran. Bogor : Ghalia Indonesia.

Siregar, Syofian. (2013). Statistik Parametrik Untuk Penelitian Kuantitatif. Jakarta : Bumi Aksara.

Sudjana, Nana. (1989). Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru.


(6)

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan ( Pendekatan kuantitatif,

kualitatif, dan R&D). Bandung : Alfabeta.

Suherman, Erman. (2008). Model Belajar dan Pembelajaran Berorientasi

Kompetensi Siswa. Jurnal Pendidikan dan Budaya, Vol 5, No. 2.

Suryadi, Didi. (2010). Menciptakan Proses Belajar Aktif : Kajian dari Sudut

Pandang Teori Belajar dan Teori Didaktik. Makalah Seminar Nasional

Pendidikan matematika di UNP, Padang.

Rusmana dan Dewi, Laksmi. (2009). “Pendekatan dan Model Pembelajaran” dalam Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung : Tim Pengembangan MKDP.

Tri Wardhani, Adinda. (2002). Perbedaan Goal Orientation pada Siswa Sekolah

Dasar yang Mendapatkan Metode Pengajaran Belajar Aktif dan Belajar Pasif. Skripsi Fakultas Psikologi UI. Tidak Diterbitkan.

Uyanto, Stanislaus S. (2009). Pedoman Analisis Data Dengan SPSS. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Wandasari, Novita. (2011). “Jurnal Pendidikan Teknologi Informasi dan Komunikasi (PTIK)”. Penelitian Efektivitas Penggunaan Metode Eksperimen Verifikasi Berbasis Multimedia Interaktif Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran TIK. 4,(1), 42-47.


Dokumen yang terkait

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN Penerapan Metode Pembelajaran Problem Solving Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Hasil Belajar Matematika.

0 0 16

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI METODE PROBLEM SOLVING BAGI SISWA SMA Penerapan Metode Pembelajaran Problem Solving Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Hasil Belajar Matematika.

0 0 13

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER BERBANTU MULTIMEDIA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATA PELAJARAN TIK.

1 5 58

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER BERBANTUAN MULTIMEDIA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN SISWA SMK PADA MATA PELAJARAN PERAKITAN KOMPUTER.

0 5 50

PENERAPAN PEMBELAJARAN INQUIRI BERBANTU MULTIMEDIA INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA SISWA SMK.

0 3 40

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA SMK PADA MATERI TERMOKIMIA.

0 0 37

PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) BERBANTU MULTIMEDIA INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA PADA MATA PELAJARAN TIK.

0 0 39

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING BERBANTUAN MULTIMEDIA INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA.

0 0 42

PENERAPAN PEMBELAJARAN INQUIRI BERBANTU MULTIMEDIA INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA SISWA SMK - repository UPI S KOM 0902217 Title

0 0 4

PENERAPAN PEMBELAJARAN PROBLEM POSING BERBANTU MULTIMEDIA INTERAKTIF PADA MATA PELAJARAN JARINGAN DASAR UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA SMK - repository UPI S KOM 1002289 Title

0 0 5