Studi Deskriptif Mengenai Coping Stress Pada Staf Marketing PT. Monex Investindo Futures di Kota Bandung.

(1)

ii Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK

Penelitian dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai coping stress pada staf marketing (PT MIF) di kota Bandung.

Sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian maka rancangan penelitian yang diajukan bersifat survey. Adapun variabel dalam penelitian ini adalah coping stress. Subjek penelitian ini adalah staf marketing PT MIF di kota Bandung. Pemilihan sample ditentukan dengan teknik purposive sampling dan diperoleh 50 orang responden. Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner coping stress yang dimodifikasi oleh peneliti berdasarkan teori strategi penanggulangan stres dari Lazarus dan Folkman (1984). Selain itu terdapat alat ukur sebagai data penunjang berupa kuesioner identitas diri dan faktor-faktor yang mempengaruhi coping stress. Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan perhitungan statistik untuk melihat coping stress yang digunakan oleh staf marketing PT MIF dengan perhitungan distribusi frekwensi.

Pada taraf kekeliruan sebesar 0,05 diperoleh validitas berkisar dari 0,332 - 0,602 dan reliabilitas sebesar 0,891. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif dan tabulasi silang dan diperoleh gambaran bahwa sebagian besar staf marketing PT MIF menggunakan coping stress yang terfokus pada kedua-duanya yaitu emosi dan masalah.

Hasil penelitian ini adalah coping stress yang lebih banyak digunakan oleh staf marketing PT MIF adalah terfokus pada kedua-duanya yaitu sebesar 80%. 18% staf marketing PT MIF menggunakan coping stress terfokus pada masalah dan 2% menggunakan coping stress terfokus pada emosi. Coping stress terfokus pada masalah dan emosi pada staf marketing PT MIF lebih banyak menggunakan confrontative coping dan distancing sebesar 27,5%. Faktor-faktor yang mempengaruhi coping stress pada staf marketing PT MIF terfokus pada masalah dan emosi adalah kurangnya keyakinan positif sebesar 64% dan merasakan ancaman terbesar dari lingkungan internal sebesar 74%.

Berdasarkan hasil penelitian maka saran dari peneliti adalah organisasi diharapkan dapat mendukung dan melakukan pelatihan untuk membentuk coping stress yang efektif sehingga dapat digunakan oleh staf marketing PT MIF agar dapat secara optima menyelesaikan setiap tugasnya.


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

DATA PENUNJANG

Nama (Inisial) :

Usia :

Pendidikan : Lama Bekerja :

Status Marital : Menikah / Belum Menikah

Berilah tanda silang (X) di depan pernyataan yang menurut saudara paling sesuai dengan diri saudara.

1. Selama ini kondisi kesehatan saya ? a. Sangat baik

b. Baik c. Cukup baik d. Tidak baik

2. Saya merasa memiliki pengalaman yang cukup dalam menghadapi masalah ? a. Banyak

b. Cukup banyak c. Kurang banyak d. Tidak banyak

3. Dalam menghadapi masalah, saya termasuk orang yang ? a. Selalu optimis

b. Kadang-kadang optimis c. Kurang optimis

d. Tidak optimis

4. Saya mampu untuk masuk ke dalam lingkungan baru dan mau untuk bekerja sama di lingkungan perusahaan ?

a. Mudah b. Cukup mudah c. Cukup sulit d. Sulit

5. Dukungan sosial yang saya dapat dari keluarga ? a. Banyak

b. Cukup banyak c. Cenderung kurang


(11)

d. Kurang sekali

6. Dukungan sosial yang saya dapat di dalam perusahaan ? a. Banyak

b. Cukup banyak c. Cenderung kurang d. Kurang sekali

7. Kebutuhan ekonomi yang saya peroleh dari gaji ? a. Terpenuhi

b. Cukup terpenuhi c. Kurang terpenuhi d. Tidak terpenuhi

8. Kebutuhan akan fasilitas yang diberikan oleh perusahaan ? a. Terpenuhi

b. Cukup terpenuhi c. Kurang terpenuhi d. Tidak terpenuhi

9. Bilamana usaha saya kurang mendapatkan dukungan dari perusahaan maka saya ….

a. Mampu mengatasi b. Cukup mampu mengatasi c. Kurang mampu mengatasi d. Tidak mampu mengatasi

10. Bilamana saya mengalami perbedaan pendapat di dalam keluarga ? e. Mampu mengatasi

f. Cukup mampu mengatasi g. Kurang mampu mengatasi h. Tidak mampu mengatasi

11. Bilamana saya mengalami perbedaan pendapat di dalam kantor ? a. Mampu mengatasi

b. Cukup mampu mengatasi c. Kurang mampu mengatasi d. Tidak mampu mengatasi

12. Bilamana saya mengalami perbedaan pendapat di lingkungan sekitar rumah ? a. Mampu mengatasi

b. Cukup mampu mengatasi c. Kurang mampu mengatasi d. Tidak mampu mengatasi


(12)

13. Bagaimana tanggung jawab perusahaan yang diberikan pada saudara ? a. Berat

b. Cukup berat c. Cukup ringan d. Ringan

14. Bagaimana tanggung jawab keluarga yang diberikan pada saudara ? a. Berat

b. Cukup berat c. Cukup ringan d. Ringan

15. Bagaimana tanggung jawab lingkungan sekitar yang diberikan pada saudara? a. Berat

b. Cukup berat c. Cukup ringan d. Ringan

16. Bilamana saya menghadapi masalah dan tidak menemukan jalan keluar,

saya ….

a. Selalu optimis

b. Kadang-kadang optimis c. Kurang optimis

d. Tidak optimis

17. Lingkungan manakah yang dapat memunculkan masalah menurut saudara ? a. Kantor

b. Keluarga

c. Lingkungan sekitar

18. Apabila dalam mencapai pemenuhan target saya mendapatkan hambatan maka saya ....

a. Selalu optimis

b. Kadang-kadang optimis c. Kurang optimis

d. Tidak optimis

19. Batas pencapaian target yang ditetapkan oleh perusahaan tidak

mempengaruhi kinerja saya ….

a. Sangat sering b. Sering c. Cukup sering d. Tidak sering


(13)

Alat Ukur Coping Stress

Petunjuk Pengisian

Berikut ini pernyataan mengenai coping stress. Saudara diminta untuk menjawab pertanyaan yang ada berdasarkan keadaan diri saudara yang sebenarnya. Semua jawaban yang saudara berikan adalah benar jika berdasarkan keadaan diri saudara yang sebenarnya.

Saudara diminta untuk memilih satu dari 4 (empat) kemungkinan pilihan jawaban dan berilah tanda silang (X) pada kotak yang tersedia dimana arti dari 4 (empat) pilihan jawaban tersebut adalah :

SS : Sering sekali J : Jarang

S : Sering SJ : Sangat jarang

No Item SS S J SJ

1 Saya berusaha melakukan berbagai kegiatan seperti berolahraga, agar dapat mengalihkan perhatian dari situasi yang bisa membuat saya cemas terhadap pekerjaan saya.

2 Ketika saya mempunyai masalah dengan kantor, supaya bisa melupakan biasanya saya tidur lebih banyak.

3 Saya akan mencari bantuan pada atasan saya untuk dapat membantu mengatasi rasa ketakutan dan rasa gelisah yang berlebihan yang dirasakan oleh saya.

4 Bekerja merupakan pilihan saya, jadi aktif dalam mencari nasabah merupakan tugas dan tanggung jawab saya untuk mendukung karir saya.

5 Saya rasa kecemasan yang saya alami, memberikan saya banyak pengalaman yang bisa memperkuat mental dan mendewasakan saya. 6 Tidak aktif di tempat lain selain kantor saya

membuat saya merasa bisa menghindari masalah-masalah baru yang akan datang.

7 Saya mencoba menganalisis masalah yang terjadi antara saya dengan atasan saya agar dapat memahaminya lebih baik.


(14)

kepada atasan, untuk mencari jalan keluarnya. 9 Saya lebih memilih untuk tidak mengetahui

masalah kantor dan terfokus untuk lebih memperhatikan keluarga saya.

10 Ketakutan akan keadaan yang mengancam saya seperti harus memenuhi target perusahaan akan terobati jika saya tidak terlalu memikirkannya terus-menerus.

11 Saya berbicara dengan saudara saya yang dapat membantu menangani rasa kegelisahan saya. 12 Saya harus bisa seimbang antara bertanggung

jawab pada pekerjaan dengan tanggung jawab terhadap keluarga walaupun resikonya lelah. 13 Dari keadaan apapun saya mencoba menemukan

sisi positif dari pengalaman ini.

14 Saya lebih memilih untuk sering pergi berbelanja untuk melupakan masalah yang tengah saya hadapi.

15 Saya membuat beberapa alternatif untuk dapat mengatasi masalah.

16 Saya mempertimbangkan langkah-langkah untuk memperbaiki hubungan dengan atasan dan hubungan dengan lingkungan sekitar saya apabila terjadi masalah dengan mereka.

17 Saya cenderung tidak mencari informasi tentang masalah kantor saya agar tidak terlalu cemas memikirkannya.

18 Saya mencari hiburan dengan keluarga atau teman-teman saya, untuk menenangkan diri saya dalam memikirkan pekerjaan saya.

19 Saya berbicara dengan teman dekat saya sebagai tempat berbagi akan keluh kesah saya.

20 Saya tidak pernah menyesal menjadi salah satu karyawan di tempat saya bekerja meskipun harus bekerja dengan target karena rata-rata setiap pekerja juga mengalaminya.

21 Menurut saya mencapai target merupakan salah satu cara mudah untuk menaik karir saya.

22 Saya melakukan berbagai kegiatan yang mungkin tidak bermanfaat, namun hal tersebut bisa membuat saya sedikit tenang.

23 Saya menyiapkan rencana baru apabila rencana yang saya siapkan tidak dapat menyelesaikan masalah yang saya hadapi.


(15)

perusahaan mengenai keluhan yang berkenaan dengan situasi yang di hadapi.

25 Saya lebih memilih untuk menonton TV terus-menerus saat saya merasa cemas dengan masalah kantor.

26 Saya mencoba menjaga pikiran agar tidak terganggu oleh masalah kantor saya agar dapat menjalankan tugas-tugas saya yang lain.

27 Saya berharap dalam menghadapi masalah, saya mendapatkan tunjangan yang lebih besar dari kantor.

28 Saya mengakui bahwa bekerja sesuai target sangat berat namun itulah kenyataan yang harus saya hadapi untuk tetap memenuhi kebutuhan saya.

29 Saya mencoba bekerja dan berdoa sebanyak-banyaknya supaya perasaan saya menjadi lebih tenang.

30 Saya menceritakan kepada keluarga mengenai masalah yang saya hadapi seperti berselisih dengan rekan sekerja saya.

31 Saya berusaha menemukan penyebab permasalahan yang sering membuat saya stres. 32 Saya berusaha untuk tetap bekerja seperti biasa

walaupun saya merasa gelisah.

33 Saya merasa dengan tidak terlalu dekat dengan lingkungan kantor akan menjauhkan saya dari masalah-masalah baru.

34 Dengan kegiatan yoga atau meditasi membuat saya menjadi lebih tenang dalam menghadapi masalah.

35 Saya akan meminta tolong kepada orang yang saya anggap mampu untuk mengatasi masalah yang saya hadapi.

36 Saya mengakui tugas dan tanggung jawab saya dalam bekerja sangat berat, namun demi mendukung karir saya, saya rela melakukannya. 37 Dengan masalah yang saya hadapi, saya

mengharapkan mendapatkan pengalaman untuk di kemudian hari.

38 Saya membiarkan masalah yang saya hadapi berlalu begitu saja.

39 Saya memikirkan dengan cermat langkah apa yang harus saya lakukan agar masalah saya tidak membuat kejenuhan yang berkepanjangan.


(16)

40 Saya akan mengungkapkan sikap saya pada orang yang menimbulkan masalah dalam kehidupan saya.

41 Ketika saya menghadapi masalah, saya berharap perusahaan mendukung saya dengan memberikan fasilitas.

42 Saya memilih untuk tidak masuk kantor apabila terjadi masalah dengan pekerjaan saya.


(17)

Kisi-kisi Alat Ukur Strategi Penanggulangan Stres

Aspek Indikator Item Pernyataan

Emosi

Distancing 1

9 17 25 33

Saya berusaha melakukan berbagai kegiatan seperti berolahraga, bersantai agar dapat mengalihkan perhatian dari situasi yang bisa membuat saya cemas terhadap pekerjaan saya.

Saya lebih memilih untuk tidak mengetahui masalah kantor dan terfokus untuk lebih memperhatikan keluarga saya.

Saya cenderung tidak mencari informasi tentang masalah kantor saya agar tidak terlalu cemas memikirkannya.

Saya lebih memilih untuk menonton TV terus-menerus saat saya merasa cemas dengan masalah kantor.

Saya merasa dengan tidak terlalu dekat dengan lingkungan kantor akan menjauhkan saya dari masalah-masalah baru.

Self Control 2

10 18 26 34

Ketika saya mempunyai masalah dengan kantor, supaya bisa melupakan biasanya saya tidur lebih banyak.

Ketakutan akan keadaan yang mengancam saya seperti harus memenuhi target perusahaan akan terobati jika saya tidak terlalu memikirkannya terus-menerus. Saya mencari hiburan dengan keluarga atau teman-teman saya, untuk menenangkan diri saya dalam memikirkan pekerjaan saya.

Saya mencoba menjaga pikiran agar tidak terganggu oleh masalah kantor saya agar dapat menjalankan tugas-tugas saya yang lain.

Dengan kegiatan yoga atau meditasi membuat saya menjadi lebih tenang dalam menghadapi masalah.

Seeking Social Suport 3 11 19

Saya akan mencari bantuan pada atasan saya untuk dapat membantu mengatasi rasa ketakutan dan rasa gelisah yang berlebihan yang dirasakan oleh saya.

Saya berbicara dengan saudara saya yang dapat membantu menangani rasa kegelisahan saya.

Saya berbicara dengan teman dekat saya sebagai tempat berbagi akan keluh kesah saya.


(18)

27 35 41

Saya berharap dalam menghadapi masalah, saya mendapatkan tunjangan yang lebih besar dari kantor.

Saya akan meminta tolong kepada orang yang saya anggap mampu untuk mengatasi masalah yang saya hadapi.

Ketika saya menghadapi masalah, saya berharap perusahaan mendukung saya dengan memberikan fasilitas.

Accepting Responbility 4 12 20

28 36

Bekerja merupakan pilihan saya, jadi aktif dalam mencari nasabah merupakan tugas dan tanggung jawab saya untuk mendukung karir saya.

Saya harus bisa seimbang antara bertanggung jawab pada pekerjaan dengan tanggung jawab terhadap keluarga walaupun resikonya lelah. Saya tidak pernah menyesal menjadi salah satu karyawan di tempat saya bekerja meskipun harus bekerja dengan target karena rata-rata setiap pekerja juga mengalaminya.

Saya mengakui bahwa bekerja sesuai target sangat berat namun itulah kenyataan yang harus saya hadapi untuk tetap memenuhi kebutuhan saya.

Saya mengakui tugas dan tanggung jawab saya dalam bekerja sangat berat, namun demi mendukung karir saya, saya rela melakukannya.

Positif Reappraisal 5 13 21 29 37

Saya rasa kecemasan yang saya alami, memberikan saya banyak pengalaman yang bisa memperkuat mental dan mendewasakan saya.

Dari keadaan apapun saya mencoba menemukan sisi positif dari pengalaman ini. Menurut saya mencapai target merupakan salah satu cara mudah untuk menaik karir saya.

Saya mencoba bekerja dan berdoa sebanyak-banyaknya supaya perasaan saya menjadi lebih tenang.

Dengan masalah yang saya hadapi, saya mengharapkan mendapatkan pengalaman untuk di kemudian hari.

Escape Avoidance 6 14 22

Tidak aktif di tempat lain selain kantor saya membuat saya merasa bisa menghindari masalah-masalah baru yang akan datang.

Saya lebih memilih untuk sering pergi berbelanja, untuk melupakan masalah yang tengah saya hadapi.

Saya melakukan berbagai kegiatan yang mungkin tidak bermanfaat, namun hal tersebut bisa membuat saya sedikit tenang.


(19)

30 38 42

Saya menceritakan kepada keluarga mengenai masalah yang saya hadapi seperti berselisih dengan rekan sekerja saya.

Saya membiarkan masalah yang saya hadapi berlalu begitu saja.

Saya memilih untuk tidak masuk kantor apabila terjadi masalah dengan pekerjaan saya.

Problem

Planfull Problem Solving 7 15 23 31 39

Saya mencoba menganalisis masalah yang terjadi antara saya dengan atasan sayaagar dapat memahaminya lebih baik. Saya membuat beberapa alternatif untuk dapat mengatasi masalah.

Saya menyiapkan rencana baru apabila rencana yang saya siapkan tidak dapat menyelesaikan masalah yang saya hadapi.

Saya berusaha menemukan penyebab permasalahan yang sering membuat saya stres.

Saya memikirkan dengan cermat langkah apa yang harus saya lakukan agar masalah saya tidak membuat kejenuhan yang berkepanjangan.

Confrontative Coping 8 16

24 32 40

Saya menjelaskan masalah yang saya alami kepada atasan, untuk mencari jalan keluarnya.

Saya mempertimbangkan langkah-langkah untuk memperbaiki hubungan dengan atasan dan hubungan dengan lingkungan sekitar saya apabila terjadi masalah dengan mereka.

Saya akan berbicara dengan pimpinan perusahaan mengenai keluhan yang berkenaan dengan situasi yang di hadapi.

Saya berusaha untuk tetap bekerja seperti biasa walaupun saya merasa gelisah. Saya akan mengungkapkan sikap saya pada orang yang menimbulkan masalah dalam kehidupan saya.


(20)

Validitas Dan Reliabilitas Alat Ukur Coping Stress

Reliability Alat Ukur Coping Stress Cronbach's

Alpha

N of Items

,891 42

Validitas Alat Ukur Coping Stress

No Jumlah Keterangan

1 0,355 Valid

2 0,456 Valid

3 0,562 Valid

4 0,473 Valid

5 0,480 Valid

6 0,595 Valid

7 0,389 Valid

8 0,391 Valid

9 0,419 Valid

10 0,541 Valid

11 0,482 Valid

12 0,378 Valid

13 0,332 Valid

14 0,454 Valid

15 0,456 Valid

16 0,330 Valid

17 0,347 Valid

18 0,572 Valid

19 0,478 Valid

20 0,579 Valid

21 0,339 Valid

22 0,571 Valid

23 0,482 Valid

24 0,428 Valid

25 0,481 Valid

26 0,419 Valid

27 0,570 Valid

28 0,307 Valid

29 0,539 Valid

30 0,558 Valid

31 0,493 Valid

32 0,540 Valid


(21)

34 0,422 Valid

35 0,419 Valid

36 0,386 Valid

37 0,552 Valid

38 0,498 Valid

39 0,397 Valid

40 0,425 Valid

41 0,333 Valid


(22)

1 Universitas Kristen Maranatha BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Dunia industri di Indonesia kini tumbuh dan berkembang dengan pesatnya, seiring dengan rencana pembangunan pemerintah yang saat ini lebih menitikberatkan pada pembangunan di sektor ekonomi. Agar dapat bersaing antar bangsa, Indonesia membutuhkan dunia kerja yang terus berkembang dan bervariasi. Oleh karena itu di jaman yang terus berkembang ini banyak munculnya industri yang bergerak di bidang jasa maupun produk, misalnya saja industri yang bergerak di bidang jasa, sektor jasa yang berkembang sekarang ini antara lain jasa perbankan, jasa pelayanan kesehatan, jasa kecantikan, jasa konsultasi dan jasa transportasi.

Berbagai bidang jasa ini dibutuhkan oleh manusia pada masa sekarang ini dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, baik dari kebutuhan primer sampai tersier. Dimana, yang di maksud dengan jasa adalah setiap tindakan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak terhadap pihak lain, yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun (Philip Kotler, 1994).

Salah satu industri yang bergerak di bidang jasa adalah PT. Monex Investindo Futures (PT. MIF), yang merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam perdagangan pasar berjangka. Perusahaan ini merupakan bagian dari Ravindo Group sebuah grup yang dikenal dengan berbagai aktifitas seperti


(23)

2

Universitas Kristen Maranatha jasa keuangan, manufaktur, pertambangan, properti dan perdagangan internasional. PT. MIF didirikan untuk menjadi spesialis di bidang transaksi valuta asing (foreign exchange), indeks saham (stock index), serta komoditi. PT. MIF memiliki integritas tinggi dan legalitas di bawah pengawasan BAPPEBTI (Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi)

PT. MIF adalah salah satu perusahaan berjangka terbaik seluruh Indonesia(majalah SWA,2010). dilihat dari kualifikasi banyaknya volume transaksi yang dilakukan PT. MIF setiap bulannya. Para nasabahnya mendapatkan ketenangan dan kenyamanan dalam menginvestasikan dananya pada perusahaan ini. Perstasi ini tentunya tidak mudah dicapai oleh PT. MIF, mengingat banyaknya perusahaan yang bergerak di industri yang sama seperti ini di Indonesia, sehingga untuk mempertahankan predikat tersebut, Karyawan yang harus bekerja keras dan memiliki daya tahan yang kuat dalam menjalankan pekerjaannya.

Menurut HRD PT. MIF Bapak Eko Dwi (tahun 2010), untuk tetap mempertahankan predikat sebagai perusahaan berjangka terbaik dibutuhkan individu yang tidak mudah putus asa, dan selalu optimis dalam bekerja. Apabila seorang karyawan mudah menunjukkan rasa putus asa dan pesimis dalam bekerja, dapat berakibat buruk pada perusahaan. Salah satu akibatnya adalah jumlah nasabah yang menginvestasikan dananya pada perusahan akan menurun . Kondisi ini dapat menyebabkan menurunnya dana operasional bagi perusahaan yang diperoleh dari


(24)

3

Universitas Kristen Maranatha hasil per transaksi dari para nasabah perusahaan ini, dan bukannya tidak mungkin apabila ini terjadi secara terus-menerus membuat perusahaan menjadi bangkrut.

PT. MIF mempunyai jumlah karyawan kurang lebih 300 yang tersebar di beberapa daerah di Indonesia, dimana untuk daerah Bandung terdapat 100 orang Staf marketing. Tugas staf marketing adalah memenuhi target yang ditetapkan perusahaan, harus mampu membuat pertemuan dengan calon nasabah sebanyak mungkin dan menarik nasabah sebanyak-banyaknya untuk memenuhi target perusahaan, staf marketing PT. MIF juga harus mampu memperkenalkan produk dari PT. MIF itu sendiri. Selain itu juga mempunyai tanggung jawab, seperti memberikan layanan dan kenyamanan untuk nasabah, memberikan informasi terbaru seputar perkembangan perekonomian, mampu untuk menjawab setiap pertanyaan yang diajukan oleh nasabah, siap untuk menyediakan waktu setiap saat untuk nasabah. Seluruh staf marketing pada PT. MIF berada pada rentang usia 20-35 tahun. Pada rentang usia tersebut mereka juga memiliki tugas perkembangan seperti harus mampu hidup secara otonomi untuk mencukupi kebutuhannya tanpa bergantung pada orang lain dan mampu mengembangkan karir mereka sehingga mendapatkan pengakuan dari lingkungan sekitar.

Dalam menjalankan tuntutan tugas, staf marketing mengalami stres sehubungan dengan interaksi dengan lingkungannya serta target yang di tetapkan oleh PT.MIF. Dimana stres adalah bentuk interaksi antara individu dengan lingkungannya yang dinilai oleh individu sebagai tuntutan yang membebani atau melampai


(25)

4

Universitas Kristen Maranatha kemampuan yang dimilikinya, serta mengancam kesejahteraan dirinya (Lazarus, 1984). Stres yang dialami oleh staf marketing ini terjadi jika mereka dihadapkan pada tuntutan lingkungan yang menuntut dan melampaui kemampuannya, misal dituntut untuk memenuhi target sesuai dengan tanggung jawab mereka yang harus dipenuhi dalam jangka waktu tertentu dan jumlah tertentu. Menurut hasil wawancara dengan Bapak Eko Trijuni, HRD PT. MIF, menyatakan bahwa stressor yang dihadapi staf marketing PT. MIF terdiri dari, staf marketing merasa tidak mengalami kemajuan dalam memenuhi target yang ditetapkan perusahaan, dimana target yang di tetapkan oleh perusahaan sebesar 150 juta setiap bulannya, konsekuensi yang di dapat staf marketing PT.MIF apabila tidak mencapai target yang telah ditetapkan oleh perusahaan maka akan diberlakukan pemotongan separuh dari gaji pokok karyawan. Apabila selama 3 bulan berturut-turut target tidak tercapai maka staf marketing mendapatkan konsekuesi seperti pemutusan hubungan kerja secara sepihak. Selain itu dalam menjalankan tugasnya karyawan memiliki rasa takut mendapatkan teguran dari atasan langsung, salah melakukan analisis pasar sehingga mempengaruhi modal klien, tidak koperatifnya rekan kerja apabila mereka sedang mengalami kesulitan ketika menemukan masalah dalam bekerja.

Dari hasil wawancara terhadap 25 staf marketing PT. MIF Bandung menunjukkan gejala stres seperti 10 orang staf marketing PT. MIF mengalami kesulitan berkonsentrasi, 4 orang staf marketing PT. MIF melamun pada saat bekerja, 8 orang staf marketing PT. MIF tidak dapat kreatif dan 3 orang staf marketing PT.


(26)

5

Universitas Kristen Maranatha MIF marah-marah dalam bekerja. Staf marketing PT. MIF akan melakukan berbagai macam cara untuk mengatasi stres yang dialaminya seperti melakukan coping stress. Staf marketing PT. MIF yang menggunakan coping stress emosi sebesar 60%. Sekitar 20% staf marketing PT. MIF mengaku lebih mendekatkan diri kepada Tuhan dengan cara lebih banyak berdoa dan melaksanakan ibadah. Sebanyak 15% staf marketing PT. MIF berusaha tidak terlalu serius menghadapi beban dengan cara jalan-jalan dengan teman atau anak-anak mereka dan berusaha untuk menghibur diri sendiri. Sebanyak 15% staf marketing PT. MIF mengaku tidur dan makan lebih banyak karena menurutnya dengan cara itu dapat membuat dirinya lebih nyaman dan sebanyak 10% staf marketing PT. MIF mengaku berusaha membuat dirinya tenang dan merasa nyaman dengan menceritakan permasalahannya kepada orang-orang terdekatnya.

Staf marketing menunjukkan gejala stres seperti 40% mengalami kesulitan berkonsentrasi, 20% melamun pada saat bekerja sehingga semua pekerjaannya terbengkalai, 30% tidak dapat kreatif dan 10% marah-marah. Gejala stres ini menyebabkan penurunan efisiensi dan efektifitas kerja seperti tidak mampu untuk memenuhi target yang telah ditetapkan perusahaan (HRD PT. MIF). Faktor yang berperan kuat untuk menyebabkan stres staf marketing PT. MIF adalah faktor eksternal yaitu sebesar 70% seperti harus berinteraksi dengan klien yang tidak koperatif, mengalami penolakan klien, tidak dapat memenuhi target perusahaan dan lain-lain. Selain itu, faktor internal yang menyebabkan staf marketing menjadi stres


(27)

6

Universitas Kristen Maranatha hanya 30% seperti cemas akan teguran atasan, takut sewaktu-waktu diberhentikan oleh perusahaan apabila tidak produktif dalam jangka waktu yang ditetapkan oleh perusahaan.

Dari kondisi tadi yang juga dirasakan oleh staf marketing PT. MIF, menunjukan bahwa setiap staf marketing PT. MIF harus memiliki kemampuan yang cukup baik dalam menghadapi lingkungan yang baru serta harus bisa menyesuaikan diri dalam menanggulangi stres mereka akibat tuntutan dari tugas dan tanggung jawabnya atau dapat disebut coping stress sehingga dapat lebih kompetitif dalam bersaing dengan perusahaan-perusahaan yang sama.

Coping stress merupakan penilaian kognitif dan tingkah laku yang

berlangsung terus-menerus sebagai usaha individu untuk mengatasi tuntutan yang dinilai sebagai beban atau melampaui sumber daya yang dimilikinya, baik tuntutan eksternal maupun internal (Lazarus & Folkman, 1984). Coping stress perlu dilakukan oleh staf marketing PT. MIF untuk dapat menyesuaikan diri terhadap tuntutan yang dihadapi, agar tuntutan tersebut tidak menjadi beban yang memberatkan aktivitas mereka.

Menurut Lazarus & Folkman (1984), coping stress pada manusia, dibagi menjadi dua, yaitu terfokus pada masalah dan terfokus pada emosi. Coping stress yang terfokus pada masalah, yaitu coping stress yang diarahkan untuk mengatur dan mengubah masalah penyebab stres. Dimana, staf marketing PT. MIF tersebut akan memusatkan perhatian untuk menghadapi masalah, memecahkan masalah secara


(28)

7

Universitas Kristen Maranatha terencana, menerima dan memilih aspek-aspek positif dari lingkungannya sedangkan

coping stress yang terfokus pada emosi yaitu coping stress yang berfungsi untuk

mengatur respon emosional terhadap masalah.

Pada coping stress yang terfokus pada masalah, sebanyak 30% staf marketing PT. MIF mengaku mengatasi masalahnya dengan cara lebih menganalisis masalah yang dihadapi untuk mencari cara penyelesaiannya. Sebanyak 20% staf marketing PT. MIF mengaku lebih mempertimbangkan langkah-langkah yang akan diputuskan dan berusaha menemukan akar permasalahan sedangkan 10% staf marketing PT. MIF mengaku berusaha keras untuk mencari jalan keluar dalam menghadapi masalah.

Coping stress staf marketing PT. MIF yang menggunakan kedua-duanya yaitu

masalah dan emosi sebanyak 10%, dimana staf marketing PT. MIF mengatasi masalahnya dengan cara melihat pengalaman sebelumnya dan selalu berusaha memandang tuntutan sebagai staf marketing PT. MIF sebagai suatu hal yang positif.

Berdasarkan uraian yang telah diuraikan diatas oleh setiap staf marketing PT. MIF yang berbeda-beda dalam menghadapi berbagai tuntutan dalam tugas dan tanggungjawabnya dalam bekerja maka peneliti ingin mengetahui gambaran coping

stress yang dilakukan oleh staf marketing PT. MIF di kota Bandung.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan fakta-fakta di atas, maka yang ingin diketahui melalui penelitian ini adalah seperti apakah gambaran coping stress yang digunakan pada staf marketing PT. MIF di kota Bandung.


(29)

8

Universitas Kristen Maranatha 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1. Maksud Penelitian

Adapun maksud dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai coping stress pada staf marketing PT. MIF di kota Bandung.

1.3.2. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kecenderungan

coping stress yang digunakan oleh staf marketing PT. MIF di kota Bandung.

1.4. Kegunaan Penelitian 1.4.1. Kegunaan Ilmiah

1) Untuk memberi informasi bagi disiplin ilmu Psikologi, khususnya dalam ilmu Psikologi Industri dan Organisasi yang berkaitan dengan coping

stress.

2) Untuk membantu peneliti-peneliti lain di bidang ilmu Psikologi Industri dan Organisasi yang berminat untuk meneliti lebih lanjut mengenai coping

stress.

1.4.2. Kegunaan Praktis

1) Memberi informasi kepada PT. MIF Bandung mengenai coping stress yang digunakan oleh staf marketing sehingga dapat membuat kebijakan-kebijakan sehubungan dengan kesejahteraan staf marketing tersebut yang bertujuan untuk memaksimalkan kinerjanya.


(30)

9

Universitas Kristen Maranatha 2) Membantu dan memberi informasi kepada PT. MIF Bandung dalam

memahami coping stress yang digunakan oleh staf marketing sehingga dapat digunakan sebagai pedoman dalam merancang program pelatihan yang cocok bagi staf marketing mengenai coping stress agar dapat meminimalisir stres yang dialaminya.

1.5 Kerangka Pemikiran

Keputusan individu untuk bekerja dan memenuhi kebutuhannya secara mandiri adalah tugas perkembangan pada tahap early adulthood yang memiliki rentang usia 20-35 tahun (Santrock, 2002). Rentang usia tersebut merupakan usia produktif, dimana seseorang mampu melepaskan ketergantungannnya mula-mula dari orang tua. Selanjutnya dari teman-teman hingga mencapai taraf otonomi baik secara ekonomi maupun pengambilan keputusan dalam kehidupan sehari-hari dimana pada tahap ini individu memusatkan dirinya pada pengembangan karir. Pada umumnya masyarakat mengharapkan seorang individu yang disebut sebagai dewasa dimana individu tersebut dapat mengambil peran dalam kehidupan sosial dan mengatur kehidupan pribadinya.

Keputusan individu untuk bekerja dalam rangka memenuhi kebutuhan dan bertanggungjawab secara mandiri terhadap hidupnya sendiri merupakan hal yang sangat penting. Individu yang memutuskan untuk bekerja harus mengetahui beberapa tuntutan yang harus diantisipasi seperti bertanggungjawab terhadap tugas yang


(31)

10

Universitas Kristen Maranatha diberikan kantor, bisa membagi waktu untuk bekerja dan bersosialisasi dengan lingkungan sekitar bahkan mengubah pola hidup mereka.

Perbedaan tuntutan penyesuaian diri, menjalankan tugas dan tanggung jawab sebagai seorang pekerja dapat membuat seseorang menjadi stres. Tuntutan dari tugas dan tanggung jawab ini dialami juga oleh staf marketing PT. MIF. Menurut Lazarus (1984), stres dipengaruhi oleh kondisi internal juga kondisi eksternal pada individu. Faktor internal terdiri atas frustrasi, konflik, ancaman, tekanan sedangkan faktor eksternal terdiri atas lingkungan keluarga, lingkungan kantor dan lingkungan tempat tinggal.

Frustrasi adalah usaha yang dilakukan individu untuk mencapai satu tujuan mendapat hambatan atau mengalami kegagalan. Pada staf marketing PT. MIF apabila telah memiliki suatu rencana dengan teman atau keluarga mereka dan tiba-tiba dipanggil kantor sehingga menyebabkan rencana tersebut gagal, akan membuat staf marketing tersebut harus segera mengambil keputusan. Konflik, akan muncul apabila individu dihadapkan kepada suatu keharusan untuk memilih salah satu diantara kebutuhan yang lain. Hal ini dapat terjadi bila staf marketing PT. MIF memutuskan untuk bekerja sambilan guna mencari tambahan keuangan untuk memenuhi keinginan mereka mewujudkan sesuatu yang menjadi impian mereka namun di sisi lain mempunyai tanggung jawab sebagai staf marketing PT. MIF. Ancaman, yang akan muncul apabila antisipasi individu terhadap hal-hal yang merugikan bagi dirinya mengenai suatu situasi. Staf marketing PT. MIF akan merasa cemas apabila


(32)

11

Universitas Kristen Maranatha mendapatkan teguran berkali-kali dari perusahaan apabila tidak memenuhi target perusahaan karena sewaktu-waktu bisa dipecat sedangkan tekanan, akan muncul apabila individu mendapatkan tekanan atau paksaan untuk mencapai hasil tertentu dengan cara tertentu. Staf marketing PT. MIF merasa tertekan apabila dituntut harus mampu memenuhi target perusahaan dengan jangka waktu yang pendek padahal masih memiliki pekerjaan lain yang tertunda.

Faktor eksternal adalah lingkungan yang merupakan stimulus yang bisa menjadi stressor lingkungan keluarga, yang dirasakan oleh staf marketing PT. MIF seperti tidak mendapatkan dukungan untuk bekerja sesuai dengan keinginan sendiri. Lingkungan kantor, yang dirasakan staf marketing PT. MIF yaitu apabila rekan kerja ataupun atasan tidak mendukung ide ataupun saran yang diberikan, dituntut untuk bisa aktif dalam mencari klien dalam rangka pemenuhan target perusahaan sedangkan lingkungan tempat tinggal yang dirasakan staf marketing PT. MIF terutama untuk memasuki lingkungan baru, staf marketing PT. MIF harus bisa bersosialisasi dengan baik sehingga tidak mendapatkan kesulitan dalam hal apa pun terutama dalam bekerja.

Kondisi stres dihayati secara berbeda oleh setiap staf marketing PT. MIF walaupun situasi atau stressor yang dihadapi sama, ada yang merasa tidak terganggu, terganggu bahkan sangat terganggu. Yang membedakan derajat stres yang dialami seseorang adalah bagaimana penilaian kognitif terhadap situasi yang dihadapi. Menurut Lazarus (1984), penilaian kognitif adalah suatu proses evaluatif yang


(33)

12

Universitas Kristen Maranatha menentukan derajat stres yang ditimbulkan oleh interaksi antara individu dan lingkungannya.

Penilaian kognitif staf marketing PT. MIF dapat berbeda-beda karena dipengaruhi oleh sumber daya yang dimiliki staf marketing PT. MIF. Pertama, kesehatan dan energi merupakan sumber daya fisik yang sering dapat mempengaruhi upaya menangani atau menanggulangi masalah. Staf marketing PT. MIF lebih bisa mengatasi masalahnya apabila dalam keadaan sehat dan memiliki energi yang kuat dalam mengatasi masalah dibandingkan apabila staf marketing PT. MIF tersebut sakit akan memiliki energi yang lemah untuk melakukan pemecahan masalah. Kedua, keterampilan untuk memecahkan masalah merupakan kemampuan staf marketing PT. MIF untuk mencari informasi, menganalisa situasi, mengidentifikasi masalah sebagai upaya untuk mencari alternatif tindakan, mempertimbangkannya, memilih dan menerapkan rencana dalam bertindak untuk menanggulangi masalah. Ketiga, keyakinan positif, merupakan pandangan positif terhadap kemampuan diri staf marketing PT. MIF yang menjadi sumber daya psikologis penting dalam upaya menanggulangi masalah. Hal ini akan mengakibatkan staf marketing PT. MIF akan terus menerus berupaya mencari alternatif penanggulangan yang tepat.

Keempat, keterampilan sosial, dalam hal ini memudahkan staf marketing PT. MIF melakukan pemecahan masalah dengan orang lain, memberi kemungkinan untuk bekerja sama, memperoleh dukungan dan melalui interaksi sosial. Kelima, dukungan sosial, dapat diperoleh melalui orang lain untuk mendapatkan informasi, bantuan atau


(34)

13

Universitas Kristen Maranatha dukungan emosional yang membantu staf marketing PT. MIF dalam menanggulangi masalah. Keenam, sumber-sumber material, dapat berupa uang, barang atau fasilitas lain yang dapat mendukung terlaksananya penanggulangan masalah secara lebih efektif.

Penilaian kognitif ini pula yang kemudian akan berlanjut ke tahap pertama yaitu proses penilaian primer (primary appraisal) yang merupakan proses mental yang berhubungan dengan aktifitas evaluasi terhadap situasi yang dihadapi. Dalam tahap primer ini juga memiliki tiga tahap, yaitu pertama irrelevant, jika stimulus atau situasi yang terjadi tidak berpengaruh pada kesejahteraan individu, tidak bermakna sehingga bisa diabaikan. Kedua, benign positif yaitu jika suatu stimulus atau situasi yang terjadi dihayati sebagai hal yang positif dan dianggap dapat meningkatkan kesejahteraan individu. Pada irrelevant dan benign positif staf marketing PT. MIF akan cenderung tidak mengalami stres karena dalam memaknai atau menelaah situasi yang terjadi akan lebih bertindak atau berfikir ke arah yang positif. Jadi dalam hal ini staf marketing PT. MIF merasa bahwa situasi atau tekanan bukanlah suatu hal yang dapat mengancam dirinya. Pada bagian ketiga, stressful yaitu jika suatu stimulus atau situasi yang terjadi menimbulkan makna gangguan, kerugian perasaan kehilangan dan ancaman bagi individu (Lazarus, 1984). Pada bagian ini staf marketing PT. MIF akan merasa stres karena memaknakan suatu situasi atau stimulus sebagai hal yang merugikan bagi dirinya. Stres yang dialami staf marketing PT. MIF bisa tinggi, sedang, rendah semua itu tergantung dari bagaimana staf marketing PT. MIF tersebut


(35)

14

Universitas Kristen Maranatha memaknakan situasi yang mengancam bagi dirinya dan pengalaman yang pernah dialami dalam menghadapi masalah tersebut.

Apabila staf marketing PT. MIF merasakan suatu stimulus atau situasi yang bisa mengancam dirinya maka hal yang sering dilakukannya adalah mencari cara untuk mengatasi keadaan tersebut. Maka pada hal ini staf marketing PT. MIF tersebut akan masuk dalam tahap kedua yaitu proses penilaian sekunder (secondary appraisal) adalah proses yang dapat digunakan untuk menentukan apa yang dapat atau harus dilakukan untuk meredakan keadaan stres. Pada tahap inilah staf marketing PT. MIF akan memilih cara apa yang baik dan bisa dilakukan untuk meredakan stres dengan menggunakan coping stres.

Menurut Lazarus (1984), penilaian kognitif baik primer maupun penilaian sekunder, lebih didasari oleh penilaian subjektif individu terhadap dirinya dan terhadap situasi yang dihadapinya. Penilaian individu terhadap situasi yang dihadapinya dan penilaian terhadap potensi yang dimilikinya untuk menghadapi masalah yang ada, mempunyai cara penanggulangan yang digunakan. Hal ini disebabkan karena pada dasarnya, setiap individu akan selalu berusaha menyesuaikan cara yang akan digunakan dengan situasi yang dihadapinya. Jika cara penanggulangan yang digunakan dirasakan tidak efektif untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi atau mengalami kegagalan maka individu akan melakukan penilaian kembali (re-appraisal) terhadap situasi dan mengevaluasi strategi yang lebih sesuai dan tepat. Proses penilaian kembali ini merubah bentuk apapun yang


(36)

15

Universitas Kristen Maranatha didasarkan pada informasi baru dari lingkungan atau yang diperoleh seseorang berdasarkan pengalamannya. Penilaian kembali ini terkadang juga dapat mengubah

coping stres yang digunakan dari sebelumnya.

Coping stress oleh Lazarus (1984) dikemukakan sebagai perubahan kognitif

dan tingkah laku yang terus menerus sebagai usaha individu untuk mengatasi tuntutan eksternal dan internal yang dinilai sebagai beban atau melampaui sumber daya dirinya. Coping stress dipandang sebagai faktor penyeimbang yang membantu individu menyesuaikan diri terhadap tekanan yang dinilai. Pada coping stress ditujukan untuk mengurangi atau menghilangkan stres yang ditimbulkan oleh masalah yang ada. Sehingga dapat dikatakan bahwa setiap kali staf marketing PT. MIF mengalami stres, maka akan berupaya untuk mengatasi stres tersebut.

Coping stress dapat berpusat pada masalah dan dapat berpusat pada emosi. Coping stress yang berpusat pada masalah diarahkan pada usaha untuk memecahkan

masalah yang ada, mencari dan memilih berbagai alternatif yang digunakan sebagai cara untuk mengatasi atau menghadapi stres. Menurut Lazarus dan Folkman (1986) terdapat 2 bentuk coping stress yang berpusat pada masalah. Pertama, confrontative

coping adalah menggambarkan usaha staf marketing PT. MIF untuk mengubah

keadaan dengan maksud mengatasi masalah secara agresif. Misalnya pada staf marketing PT. MIF berusaha untuk berbicara dengan atasan mengenai keluhan yang berkenaan dengan situasi yang dihadapi. Kedua, planful problem solving adalah staf marketing PT. MIF berusaha memecahkan masalah dengan berhati-hati disertai


(37)

16

Universitas Kristen Maranatha dengan pendekatan analisis untuk pemecahan masalah secara terencana. Misalnya yang dilakukan adalah mempertimbangkan langkah-langkah untuk memperbaiki hubungan dengan atasan atau nasabah dan hubungan dengan lingkungan sekitar apabila terjadi masalah dengan mereka.

Coping stress yang berpusat pada emosi adalah coping stress yang berfungsi

mengatur respon emosional terhadap masalah. Sebagian besar terdiri atas proses-proses kognitif yang ditujukan pada pengukuran tekanan emosional dan termasuk strategi-strategi seperti penghindaran, peminimalan atau membuat jarak, perhatian yang selektif, memberikan penilaian yang positif pada kejadian yang negatif. Coping

stress ini terdiri dari, pertama distancing yaitu staf marketing PT. MIF berusaha

untuk melepaskan diri atau berusaha tidak melibatkan diri dalam permasalahan untuk sementara waktu, misalnya staf marketing PT. MIF melakukan berbagai kegiatan seperti berolahraga, bersantai agar dapat mengalihkan perhatian dari situasi-situasi yang membuat mereka merasa cemas dengan pekerjaan mereka.

Kedua, self control adalah usaha untuk meregulasi perasaan maupun tindakan tanpa melebih-lebihkan sesuatu terhadap masalah. Usaha yang dilakukan staf marketing PT. MIF lebih ke mengintrospeksi terhadap diri sendiri tentang apa yang dilakukannya telah benar atau tidak merespon suatu masalah yang muncul. Ketiga,

seeking social support yaitu staf marketing PT. MIF mencari informasi dan nasehat

dari seseorang untuk mendapatkan dukungan atau sekedar mendapatkan simpati dari orang lain. Cara yang dilakukan staf marketing PT. MIF yaitu lebih mendekatkan diri


(38)

17

Universitas Kristen Maranatha pada lingkungan sekitar, karena terkadang lingkungan sekitar dapat membantu dalam menghadapi suatu masalah. Keempat, accepting responsibility adalah usaha yang dilakukan oleh staf marketing PT. MIF untuk mengakui peran dirinya dalam permasalahan yang dihadapi dan mencoba untuk mendudukkan segala sesuatu dengan benar sebagaimana mestinya. Staf marketing PT. MIF tersebut mengakui bahwa tugas dan tanggung jawab dalam bekerja sangat berat namun demi mendukung karir maka mereka rela melakukannya. Kelima, escape avoidance adalah staf marketing PT. MIF selalu berusaha menghindar atau melarikan diri dari masalah yang dihadapi. Cara yang dilakukan staf marketing PT. MIF adalah dengan cara tidur lebih banyak dan menonton TV terus-menerus untuk melupakan masalah yang sedang dihadapi. Keenam, positive reappraisal adalah usaha staf marketing PT. MIF untuk menciptakan makna dengan memusatkan pada pengembangan personal dan juga melibatkan hal-hal yang bersifat religius.

Lazarus dan Folkman (1984) mengemukakan strategi yang berpusat pada emosi digunakan untuk memelihara harapan dan optimisme, menyangkal fakta dan akibat yang mungkin dihadapi, menolak untuk mengakui hal terburuk dan bereaksi seolah-olah apa yang terjadi tidak menimbulkan masalah dan sebagainya. Proses ini memberi kemungkinan untuk suatu interpretasi yang menipu diri dan distorsi terhadap realitas. Penipuan yang dilakukan dan berhasil dapat terjadi tanpa adanya kesadaran dari dirinya sendiri. Dengan kata lain, pada staf marketing PT. MIF yang


(39)

18

Universitas Kristen Maranatha menggunakan coping stress yang berpusat pada emosi ketika menghadapi suatu masalah, akan diatasi dengan memodifikasi persepsi, sikap dan tujuannya.

Perubahan yang terjadi pada staf marketing PT. MIF adalah perubahan perasaan untuk mendapatkan kondisi yang lebih menyenangkan seperti mengambil tindakan nyata, tetapi yang terjadi pada staf marketing PT. MIF adalah penumpukan masalah dan emosi. Sehingga pada akhirnya, staf marketing PT. MIF yang menggunakan strategi yang berpusat pada emosi cenderung menyerah pada situasi dan selanjutnya lebih memungkinkan menghadapi kondisi stres berat sedangkan pada staf marketing PT. MIF yang menggunakan coping stress yang berpusat pada masalah akan lebih cenderung memiliki beberapa alternatif pemecahan masalah untuk menyelesaikan masalahnya sehingga tidak terjadi penumpukan masalah dan emosi.

Untuk memperjelas konsep di atas, maka dapat diamati melalui bagan berikut ini :


(40)

19

Universitas Kristen Maranatha 1.1 Bagan Kerangka Pemikiran

Stressor :

Internal Eksternal

-Frustasi Lingkungan -Konflik

-Tekanan -Ancaman

Staf Marketing di PT. Monex Investindo

Futures, Bandung

Sumber Daya :

 Kesehatan & energi

 Keterampilan memecahkan masalah

 Keyakinan positif  Keterampilan sosial  Dukungan sosial

 Sumber-sumber material

Emosi : - Distancing

- Self control

- Seeking sosial support - Accepting responbility - Escape avoidance - Positive reappraisal Coping

Stress

Masalah :

- Confrontative coping

- Planful problem solving

Penilaian Kognitif STRES Benign positif Irrelevant Stressfull Secondary Appraisal Efektif Tidak Efektif Re Appraisal Tidak menimbulkan stres


(41)

20

Universitas Kristen Maranatha 1.6 Asumsi Penelitian

1. Tekanan-tekanan, baik yang berasal dari luar diri (eksternal) maupun dalam diri (internal) pada staf marketing PT. MIF, merupakan stressor yang dapat memunculkan stres.

2. Bentuk coping stress yang digunakan oleh staf marketing PT. MIF dapat terfokus pada emosi, terfokus pada masalah atau bahkan menggunakan keduanya secara seimbang.

3. Coping stress staf marketing PT. MIF yang terfokus pada emosi dapat berupa

: distancing, self-control, seeking social support, accepting responsibility

escape avoidance, positif reappraisal.

4. Coping stress staf marketing PT. MIF yang terfokus pada masalah dapat


(42)

73 Universitas Kristen Maranatha BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian yang dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Dari coping stress yang ada, staf marketing PT Monex Investino Futures paling banyak menggunakan coping stress kedua-duanya yaitu yang terfokus pada masalah dan yang terfokus pada emosi. Selanjutnya coping stress yang terfokus pada masalah dan yang terakhir coping stress yang terfokus pada emosi.

2. Coping stress terfokus pada kedua-duanya yaitu masalah dan emosi yang

menggunakan oleh staf marketing PT Monex Investindo Futures digunakan pada saat bersamaan dimana coping stress terfokus pada masalah yang digunakan adalah confrontative coping yang rendah dan coping stress terfokus pada emosi yang digunakan adalah distancing yang rendah.

3. Staf marketing PT. MIF merasa ancaman dari kantor sebagai stressor internal yang cukup berat yaitu berupa tanggung jawab yang harus dikerjakan.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan sebelumnya maka peneliti mengajukan beberapa saran, yaitu :


(43)

74

Universitas Kristen Maranatha 5.2.1 Saran Penelitian Lanjutan

1. Bila penelitian yang serupa dilakukan baik di kota Bandung maupun di kota lain agar menggunakan teknik yang berbeda sehingga dapat diperoleh hasil yang lebih mendalam tentang coping stress yang digunakan oleh staf marketing PT. Monex Investindo Futures, Bandung.

2. Penelitian selanjutnya dapat menggali lebih dalam faktor internal dan eksternal yang dapat mempengaruhi coping stress pada staf marketing PT. Monex Investindo Futures, Bandung .

5.2.2 Saran Guna Laksana

1. Bagi PT. Monex Investindo, agar lebih mendukung staf marketing seperti memberikan perhatian moril dan materil dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi sehingga mereka mereka mampu menggunakan coping stress yang paling efektif untuk dirinya.

2. Bagi PT. Monex Investindo Futures, agar mengadakan lebih banyak pelatihan dan seminar bagi staf marketing guna meningkatkan motivasi kerja setiap staf marketing.

3. Bagi staf marketing PT. Monex Investindo Futures, agar mengenali stressor yang ada dan meningkatkan sumber daya yang ada pada diri staf marketing sehingga dapat menggunakan coping stress yang paling efektif untuk dirinya.


(44)

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR PUSTAKA

Gulo, W. 2002. Metode Penelitian. Jakarta: Grasindo.

Lazarus, R.S., & Folkman, S. 1984. Stress, Appraisal, and Coping. New York : Springer Publishing Company.

---.1984. Stress, Appraisal, and Coping: Cognitive Appraisal Processes, New York: Spinger Publishing Company

Sitepu, Nirwana SK. 1995. Analisis Korelasi. FMIPA. Bandung : Universitas Padjajaran

Santrock, John W. 2002. life – Span Development: Perkembangan Masa Hidup.

Edisi Kelima. Jilid 2, versi Bahasa Indonesia. Jakarta : PT Gelora Aksara Pratama


(45)

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR RUJUKAN

www.mifx.com www.bappebti.go.id

Majalah Bisnis SWA, 15Thed, 2002 Tabloid Investor Daily, 12nded, 2001 Tabloid Futures Monthly, 12nd ed, 2006

Hartanto, F. Gunung., 2009. Outline Skripsi :Studi Deskriptif Mengenai Strategi Penanggulangan Stres Pada Istri Angkatan Udara Pasukan Khas (Paskhas)

di Komplek ‘X’ Yang Sedang Ditinggal Bertugas Oleh Suami, Bandung :

Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

Irawati, Gita., 2005. Outline Skripsi : Studi Deskriptif Mengenai Derajat Stres Pada Narapidana Wanita Usia 18-40 Tahun di Lembaga Pemasyarakatan

“X” Bandung, Bandung : Fakultas Psikologi Universitas Kristen


(1)

-Frustasi Lingkungan -Konflik

-Tekanan -Ancaman

Staf Marketing di PT. Monex Investindo

Futures, Bandung

Sumber Daya :

 Kesehatan & energi

 Keterampilan memecahkan masalah

 Keyakinan positif  Keterampilan sosial  Dukungan sosial

 Sumber-sumber material

Emosi : - Distancing - Self control

- Seeking sosial support - Accepting responbility - Escape avoidance - Positive reappraisal Coping

Stress

Masalah :

- Confrontative coping - Planful problem solving Penilaian Kognitif STRES Benign positif Irrelevant Stressfull Secondary Appraisal Efektif Tidak Efektif Re Appraisal Tidak menimbulkan stres


(2)

20

1.6 Asumsi Penelitian

1. Tekanan-tekanan, baik yang berasal dari luar diri (eksternal) maupun dalam diri (internal) pada staf marketing PT. MIF, merupakan stressor yang dapat memunculkan stres.

2. Bentuk coping stress yang digunakan oleh staf marketing PT. MIF dapat terfokus pada emosi, terfokus pada masalah atau bahkan menggunakan keduanya secara seimbang.

3. Coping stress staf marketing PT. MIF yang terfokus pada emosi dapat berupa : distancing, self-control, seeking social support, accepting responsibility escape avoidance, positif reappraisal.

4. Coping stress staf marketing PT. MIF yang terfokus pada masalah dapat berupa : confrontative coping, planfull problem solving.


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian yang dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Dari coping stress yang ada, staf marketing PT Monex Investino Futures paling banyak menggunakan coping stress kedua-duanya yaitu yang terfokus pada masalah dan yang terfokus pada emosi. Selanjutnya coping stress yang terfokus pada masalah dan yang terakhir coping stress yang terfokus pada emosi.

2. Coping stress terfokus pada kedua-duanya yaitu masalah dan emosi yang menggunakan oleh staf marketing PT Monex Investindo Futures digunakan pada saat bersamaan dimana coping stress terfokus pada masalah yang digunakan adalah confrontative coping yang rendah dan coping stress terfokus pada emosi yang digunakan adalah distancing yang rendah.

3. Staf marketing PT. MIF merasa ancaman dari kantor sebagai stressor internal yang cukup berat yaitu berupa tanggung jawab yang harus dikerjakan.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan sebelumnya maka peneliti mengajukan beberapa saran, yaitu :


(4)

74

5.2.1 Saran Penelitian Lanjutan

1. Bila penelitian yang serupa dilakukan baik di kota Bandung maupun di kota lain agar menggunakan teknik yang berbeda sehingga dapat diperoleh hasil yang lebih mendalam tentang coping stress yang digunakan oleh staf marketing PT. Monex Investindo Futures, Bandung.

2. Penelitian selanjutnya dapat menggali lebih dalam faktor internal dan eksternal yang dapat mempengaruhi coping stress pada staf marketing PT. Monex Investindo Futures, Bandung .

5.2.2 Saran Guna Laksana

1. Bagi PT. Monex Investindo, agar lebih mendukung staf marketing seperti memberikan perhatian moril dan materil dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi sehingga mereka mereka mampu menggunakan coping stress yang paling efektif untuk dirinya.

2. Bagi PT. Monex Investindo Futures, agar mengadakan lebih banyak pelatihan dan seminar bagi staf marketing guna meningkatkan motivasi kerja setiap staf marketing.

3. Bagi staf marketing PT. Monex Investindo Futures, agar mengenali stressor yang ada dan meningkatkan sumber daya yang ada pada diri staf marketing sehingga dapat menggunakan coping stress yang paling efektif untuk dirinya.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Gulo, W. 2002. Metode Penelitian. Jakarta: Grasindo.

Lazarus, R.S., & Folkman, S. 1984. Stress, Appraisal, and Coping. New York : Springer Publishing Company.

---.1984. Stress, Appraisal, and Coping: Cognitive Appraisal Processes, New York: Spinger Publishing Company

Sitepu, Nirwana SK. 1995. Analisis Korelasi. FMIPA. Bandung : Universitas Padjajaran

Santrock, John W. 2002. life – Span Development: Perkembangan Masa Hidup. Edisi Kelima. Jilid 2, versi Bahasa Indonesia. Jakarta : PT Gelora Aksara Pratama


(6)

DAFTAR RUJUKAN

www.mifx.com www.bappebti.go.id

Majalah Bisnis SWA, 15Thed, 2002 Tabloid Investor Daily, 12nded, 2001 Tabloid Futures Monthly, 12nd ed, 2006

Hartanto, F. Gunung., 2009. Outline Skripsi :Studi Deskriptif Mengenai Strategi Penanggulangan Stres Pada Istri Angkatan Udara Pasukan Khas (Paskhas) di Komplek ‘X’ Yang Sedang Ditinggal Bertugas Oleh Suami, Bandung : Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

Irawati, Gita., 2005. Outline Skripsi : Studi Deskriptif Mengenai Derajat Stres Pada Narapidana Wanita Usia 18-40 Tahun di Lembaga Pemasyarakatan “X” Bandung, Bandung : Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.