Efek Samping Jus Buah Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.) Terhadap Kadar GGT (Gamma Glutamyl Transferase) Tikus Jantan Galur Wistar.

(1)

ABSTRAK

EFEK SAMPING JUS BUAH BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi L.) TERHADAP KADAR GGT (GAMMA GLUTAMYL TRANSFERASE)

TIKUS JANTAN GALUR Wistar

Vania Azalia H., 2012. Pembimbing I: Penny Setyawati M., dr., Sp.PK., M.Kes. Pembimbing II: Sijani Prahastuti, dr., M.Kes.

Statin adalah obat pilihan untuk mengontrol dislipidemia, tetapi konsumsi statin secara rutin akan menimbulkan efek samping gangguan fungsi hepar, ditandai oleh peningkatan enzim hepar seperti Serum Glutamic Oxal-acetic Transaminase (SGOT), Serum Glutamic-Pyruvic Transaminase (SGPT), Gamma-Glutamyl Transferase (GGT), dan Alkaline phosphatase (ALP). Konsumsi belimbing wuluh secara rutin telah dilaporkan dapat mengontrol profil lipid oleh beberapa masyarakat, tetapi efek samping belimbing wuluh terhadap fungsi hepar belum diketahui. Penelitian ini bertujuan melakukan pengukuran kadar GGT dan membandingkan dengan efek simvastatin untuk mengetahui efek samping belimbing wuluh terhadap fungsi hepar tikus jantan galur Wistar.

Penelitian prospektif eksperimental laboratorium sungguhan, dengan Rancang Acak Lengkap (RAL) terhadap 30 ekor tikus jantan galur Wistar, dibagi menjadi 5 kelompok (n = 6). Kelompok I, II, dan III diberi JBBW masing-masing 3,28 g/5 mL, 6,56 g/5 mL, dan 13,12 g/5 mL, kelompok IV diberi akuades sebagai kontrol negatif, dan kelompok V diberi simvastatin 0,90 mg/kgBB/hr sebagai kontrol positif. Data dianalisis dengan ANAVA satu arah, α = 0,05 dilanjutkan Uji Tukey HSD Post Hoc Test, p < 0,05.

Hasil penelitian menunjukkan JBBW dosis 3,28 g/5 mL (45,33 ± 9,266 IU/L), 6,56 g/5 mL (48,00 ± 4,336 IU/L), dan 13,12 g/5 mL (46,50 ± 5,617 IU/L) meningkatkan kadar GGT secara bermakna (p < 0,05) bila dibandingkan dengan kontrol negatif (40,17 ± 2,858 IU/L), dan jika dibandingkan dengan simvastatin (43,83 ± 5,707 IU/L) tidak menunjukkan perbedaan bermakna (p > 0,05).

Konsumsi rutin jus buah belimbing wuluh meningkatkan kadar GGT tikus jantan galur Wistar model dislipidemia dengan potensi sama seperti simvastatin.


(2)

ABSTRACT

THE SIDE EFFECT OF BILIMBI JUICE (Averrhoa bilimbi L.) ON GGT (GAMMA GLUTAMYL TRANSFERASE) LEVELS

OF MALE Wistar RATS

Vania Azalia Hariyanto, 2012. Tutor I: Penny Setyawati M., dr., Sp.PK., M.Kes. Tutor II: Sijani Prahastuti, dr., M.Kes.

Statins is drug of choice for controling dyslipidemia, but routine statin’s consuming have hepatic side effects that show by liver enzymes elevation such as Serum Glutamic Oxal-acetic Transaminase (SGOT), Serum Glutamic-Pyruvic Transaminase (SGPT), Gamma-Glutamyl Transferase (GGT), and Alkaline phosphatase (ALP). Routine bilimbi consumption has reported can be used to control lipid profile, but it’s side effect to hepatic function is still unknown. The aims of this study are to describe the bilimbi side effect to liver function and compare with simvastatin effect by accessing GGT levels of male Wistar rats. This study was a true laboratory experimental study with complete randomized design using 30 male Wistar rats, divided into 5 groups. Group I, II and III were treatment with bilimbi juice respectively for 14 days, 3.28 g/5 mL, 6.56 g/5 mL, and 13.12 g/5 mL; group IV aquadest as negative control, and group V simvastatin 0.90 mg/kgBW as positive control. Data were analyzed by One-way ANOVA, α = 0.05 and followed by Tukey HSD Post Hoc test, p < 0.05.

The increased of mean GGT levels after bilimbi juice treatment dose 3.28 g/5 mL (45.33 ± 9.266 IU/L), 6.56 g/5 mL (48.00 ± 4.336 IU/L), and 13.12 g/5 mL (46.50 ± 5.617 IU/L) are significantly (p < 0.05).

Routine bilimbi juice consumption has side effect to elevate GGT levels equal as simvastatin.


(3)

DAFTAR ISI

JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

SURAT PERNYATAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

PRAKATA ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL & DIAGRAM ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 3

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian... 3

1.3.1 Maksud Penelitian ... 3

1.3.2 Tujuan Penelitian ... 3

1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah ... 3

1.5 Kerangka Pemikiran... 4

1.6 Hipotesis Penelitian ... 4

1.7 Metodologi Penelitian ... 4

1.8 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 5

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hepar ... 6

2.2 Tes Fungsi Hepar ... 8

2.2.1 Gamma Glutamyl Transferase (GGT) ... 9

2.3 Dislipidemia ... 10


(4)

2.5 Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.) ... 13

2.5.1 Morfologi ... 13

2.5.2 Manfaat ... 14

2.5.3 Kandungan ... 15

2.5.4 Toksisitas Akut Belimbing Wuluh ... 15

2.5.5 Efek Belimbing Wuluh Terhadap Hepar ... 16

3 BAHAN DAN METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alat, Bahan, dan Subyek Penelitian ... 18

3.1.1 Bahan Penelitian ... 18

3.1.2 Alat Penelitian ... 18

3.1.3 Subyek Penelitian ... 18

3.2 Alur Pemikiran ... 19

3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 20

3.4 Metode Penelitian ... 20

3.4.1 Desain Penelitian ... 20

3.4.2 Variabel Penelitian ... 20

3.4.3 Perhitungan Besar Sampel ... 21

3.5 Prosedur Kerja ... 21

3.5.1 Persiapan Hewan Coba ... 21

3.5.2 Persiapan Bahan Uji ... 22

3.5.3 Persiapan Bahan Pakan Tinggi Kolesterol ... 22

3.5.4 Cara Pembuatan Jus Buah Belimbing Wuluh ... 22

3.5.5 Pelaksanaan Penelitian ... 23

3.5.6 Cara Pemeriksaan... 23

3.6 Metode Analisis ... 24

3.6.1 Hipotesis Statistik ... 24

3.6.2 Kriteria Uji ... 24


(5)

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Hasil Penelitian... 25

4.2 Pembahasan... 30

4.3 Uji Hipotesis ... 31

5 SIMPULAN DAN SARAN ... 33

DAFTAR PUSTAKA ... 34


(6)

DAFTAR TABEL & DIAGRAM

halaman

Tabel 4.1 Hasil Uji-t Berpasangan Kadar GGT Pra dan Pasca Induksi ... 26

Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas dengan Metode Shapiro-Wilk ... 26

Tabel 4.3 Hasil ANAVA Rerata Kadar GGT Antar Kelompok ... 27

Tabel 4.4 Rerata Peningkatan Kadar GGT Pasca Perlakuan Metode ANAVA ... 27

Tabel 4.5 Hasil Uji Tukey HSD Rerata Peningkatan Kadar GGT Pasca Perlakuan ... 28 Diagram 4.1 Rerata Peningkatan Kadar GGT Pasca Perlakuan Antar Kelompok.29


(7)

DAFTAR GAMBAR

halaman Gambar 2.1 Anatomi hepar ... 6 Gambar 2.2 Histologi hepar ... 8 Gambar 2.3 Belimbing wuluh ... 13


(8)

DAFTAR LAMPIRAN

halaman

Lampiran 1 Gambar Penelitian ... 38

Lampiran 2 Perhitungan Dosis Bahan Uji dan Pembanding ... 40

Lampiran 3 Data Hasil Pengujian Kadar GGT ... 41

Lampiran 4 Hasil Uji-t Berpasangan Rerata Kadar GGT Pra dan Pasca Induksi .. 42

Lampiran 5 Hasil Uji Normalitas dengan Metode Shapiro-Wilk ... 43

Lampiran 6 Hasil ANAVA Kadar GGT Pasca Induksi ... 44

Lampiran 7 Hasil ANAVA Kadar GGT Pasca Perlakuan ... 45

Lampiran 8 Hasil ANAVA Peningkatan Kadar GGT Pasca Perlakuan ... 46

Lampiran 9 Hasil Uji Tukey HSD Peningkatan Kadar GGT Pasca Perlakuan... 47

Lampiran 10 Tahap Rencana Kegiatan ... 49


(9)

38

LAMPIRAN

LAMPIRAN 1

GAMBAR PENELITIAN

Tikus Jantan Galur Wistar Tikus diberi makan pelet standar


(10)

39

Buah Belimbing Wuluh Juicer

Tikus dipanaskan Pengambilan darah tikus


(11)

40

LAMPIRAN 2

PERHITUNGAN DOSIS BAHAN UJI DAN PEMBANDING

Dosis buah belimbing wuluh sebagai penurun kolesterol total untuk manusia 2 buah belimbing wuluh segar dijus dan diminum 3 kali sehari (BPOM, 2006). 2 buah belimbing wuluh = 43 gr

pemakaian sehari 3x = 129 gr

Faktor konversi dosis untuk manusia dengan berat badan 70 kg pada tikus dengan berat badan 200 gr adalah 0,018 (Paget and Barnes, 1964).

129 x 0,018 = 2,322 g/200 g/hr (untuk 1 ekor tikus). Dosis 1  x 2,322 = 11,61 g/kgBB/hr

Dosis pemberian untuk 1 hewan coba dengan rerata BB 282,67 gr:

x 2,322 = 3,28 g/5 mL

Dosis 2  23,22 g/kgBB/hr

Dosis pemberian untuk 1 hewan coba dengan rerata BB 282,67 gr: 3,28 x 2 = 6,56 g/5 mL

Dosis 3  46,44 g/kgBB/hr

Dosis pemberian untuk 1 hewan coba dengan rerata BB 282,67 gr: 6,56 x 2 = 13,12 g/5 mL

Dosis simvastatin:

10 mg dikonversi x 0,018 = 0,18 mg/200 g

x 0,18 = 0,9 mg/kgBB


(12)

41

LAMPIRAN 3

DATA HASIL PENGUJIAN KADAR GGT

Data GGT Pra Induksi, Pasca Induksi, dan Pasca Perlakuan

GGT Pra Induksi

(IU/L)

Pasca Induksi (IU/L)

Pasca Perlakuan (IU/L)

Kelompok I 1 33 39 47

2 34 29 45

3 41 46 58

4 35 41 51

5 26 32 40

6 25 30 31

Rerata 32,33 36,17 45,33

Kelompok II 1 33 41 51

2 35 42 47

3 39 46 55

4 31 35 47

5 32 37 45

6 31 37 43

Rerata 33,5 39,67 48

Kelompok III 1 33 38 50

2 32 39 48

3 37 44 53

4 32 38 42

5 32 39 47

6 30 37 39

Rerata 32,67 39,17 53,03

Kelompok IV 1 29 37 39

2 34 42 43

3 32 40 42

4 28 35 37

5 33 38 37

6 39 45 43

Rerata 32,5 39,5 40,17

Kelompok V 1 30 36 45

2 34 39 47

3 35 41 36

4 38 44 51

5 37 42 46

6 26 33 38


(13)

42

LAMPIRAN 4

Hasil Uji-t Berpasangan Rerata GGT Pra dan Pasca Induksi T-test

Paired Samples Statistics

Mean N

Std. Deviation

Std. Error Mean Pair 1 GGT pra induksi 32.87 30 3.902 0.712 GGT pasca induksi 39.07 30 3.939 0.719

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig. Pair 1 GGT pra induksi &

GGT pasca induksi

30 0.961 0.000

Paired Samples Test

GGT pra induksi - GGT pasca induksi Paired

Differences

Mean -6.200

Std. Deviation 1.095

Std. Error Mean 0.200

95% Confidence Interval of the Difference

Lower -6.609

Upper -5.791

t -31.000

df 29


(14)

43

LAMPIRAN 5

Hasil Uji Normalitas dengan Metode Shapiro-Wilk Test of Normality

Shapiro-Wilk Statistic df Sig. GGT pasca induksi 0.977 30 0.736


(15)

44

LAMPIRAN 6

Hasil ANAVA Kadar GGT Pasca Induksi Oneway

Descriptives GGT pasca induksi

N Mean Std. Deviation

Std. Error

95% Confidence Interval for Mean

Min Max Lower

Bound

Upper Bound

kelompok 1 6 37.83 5.913 2.414 31.63 44.04 30 46 kelompok 2 6 39.67 4.082 1.667 35.38 43.95 35 46 kelompok 3 6 39.17 2.483 1.014 36.56 41.77 37 44 kelompok 4 6 39.50 3.619 1.478 35.70 43.30 35 45 kelompok 5 6 39.17 4.070 1.662 34.90 43.44 33 44 Total 30 39.07 3.939 0.719 37.60 40.54 30 46

Test of Homogeneity of Variances GGT pasca induksi

Levene Statistic df1 df2 Sig.

1.370 4 25 0.273

ANOVA

GGT pasca induksi

Sum of Squares df Mean Square F Sig. Between Groups 12.533 4 3.133 0.179 0.947 Within Groups 437.333 25 17.493


(16)

45

LAMPIRAN 7

Hasil ANAVA Kadar GGT Pasca Perlakuan Oneway

Descriptives GGT perlakuan

N Mean Std. Deviation

Std. Error

95% Confidence Interval for Mean

Min Max Lower

Bound

Upper Bound

kelompok 1 6 45.33 9.266 3.783 35.61 55.06 31 58 kelompok 2 6 48.00 4.336 1.770 43.45 52.55 43 55 kelompok 3 6 46.50 5.167 2.110 41.08 51.92 39 53 kelompok 4 6 40.17 2.858 1.167 37.17 43.17 37 43 kelompok 5 6 43.83 5.707 2.330 37.84 49.82 36 51 Total 30 44.77 6.089 1.112 42.49 47.04 31 58

Test of Homogeneity of Variances GGT perlakuan

Levene Statistic df1 df2 Sig.

1.378 4 25 0.270

ANOVA GGT perlakuan

Sum of Squares df Mean Square F Sig. Between Groups 214.867 4 53.717 1.561 0.216 Within Groups 860.500 25 34.420


(17)

46

LAMPIRAN 8

Hasil ANAVA Peningkatan Kadar GGT Pasca Perlakuan Oneway

Descriptives peningkatan GGT

N Mean Std. Deviation

Std. Error

95% Confidence Interval for Mean

Min Max Lower

Bound

Upper Bound

JBBW 1 6 7.50 3.782 1.544 3.53 11.47 1 12

JBBW 2 6 8.33 2.582 1.054 5.62 11.04 5 12

JBBW 3 6 7.33 3.670 1.498 3.48 11.18 2 12

kontrol negatif 6 0.67 1.751 0.715 -1.17 2.50 -2 2 kontrol

pembanding

6 4.67 5.086 2.076 -0.67 10.00 -5 9

Total 30 5.70 4.364 0.797 4.07 7.33 -5 12

Test of Homogeneity of Variances peningkatan GGT

Levene Statistic df1 df2 Sig.

0.784 4 25 0.546

ANOVA

peningkatan GGT

Sum of Squares df Mean Square F Sig. Between Groups 235.467 4 58.867 4.645 0.006 Within Groups 316.833 25 12.673


(18)

47

LAMPIRAN 9

Hasil Uji Tukey HSD Peningkatan Kadar GGT Pasca Perlakuan Post Hoc Tests

Multiple Comparisons peningkatan GGT Tukey HSD (I) kelompok perlakuan (J) kelompok perlakuan Mean Difference (I-J) Std.

Error Sig.

95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound JBBW dosis 1 JBBW dosis 2 -0.833 2.055 0.994 -6.87 5.20

JBBW dosis 3 0.167 2.055 1.000 -5.87 6.20 kontrol negatif 6.833* 2.055 0.021 0.80 12.87 kontrol pembanding 2.833 2.055 0.646 -3.20 8.87 JBBW dosis 2 JBBW dosis 1 0.833 2.055 0.994 -5.20 6.87 JBBW dosis 3 1.000 2.055 0.988 -5.04 7.04 kontrol negatif 7.667* 2.055 0.008 1.63 13.70 kontrol pembanding 3.667 2.055 0.405 -2.37 9.70 JBBW dosis 3 JBBW dosis 1 -0.167 2.055 1.000 -6.20 5.87 JBBW dosis 2 -1.000 2.055 0.988 -7.04 5.04 kontrol negatif 6.667* 2.055 0.025 0.63 12.70 kontrol pembanding 2.667 2.055 0.695 -3.37 8.70 kontrol negatif JBBW dosis 1 -6.833* 2.055 0.021 -12.87 -0.80

JBBW dosis 2 -7.667* 2.055 0.008 -13.70 -1.63 JBBW dosis 3 -6.667* 2.055 0.025 -12.70 -0.63 kontrol pembanding -4.000 2.055 0.320 -10.04 2.04 kontrol

pembanding

JBBW dosis 1 -2.833 2.055 0.646 -8.87 3.20 JBBW dosis 2 -3.667 2.055 0.405 -9.70 2.37 JBBW dosis 3 -2.667 2.055 0.695 -8.70 3.37 kontrol negatif 4.000 2.055 0.320 -2.04 10.04 *. The mean difference is significant at the 0.05 level.


(19)

48

Homogeneous subsets peningkatan GGT Tukey HSDa

kelompok perlakuan N

Subset for alpha = 0.05

1 2

kontrol negatif 6 0.67

kontrol pembanding 6 4.67 4.67

JBBW dosis 3 6 7.33

JBBW dosis 1 6 7.50

JBBW dosis 2 6 8.33

Sig. 0.320 0.405

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 6,000.


(20)

49

LAMPIRAN 10

Tahap Rencana Kegiatan RENCANA

KEGIATAN BULAN KE

PERSIAPAN 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Penentuan topik

dan judul Penelusuran pustaka dan teori Pembuatan usulan penelitian Pengadaan alat Administrasi perizinan      PELAKSANAAN Pengumpulan data Pengerjaan di laboratorium     PENGOLAHAN DATA Analisis data Konsultasi pembimbing          PENYUSUNAN LAPORAN Menulis draft laporan Penyusunan laporan akhir               


(21)

50


(22)

51

BIODATA

Nama : Vania Azalia Hariyanto

Tempat, tanggal lahir : Purwokerto, 6 Februari 1992

Alamat rumah : Jl. Jend. Gatot Subroto No. 137 Kroya-Cilacap

Email : eufrasia_vania@hotmail.com

Pendidikan :

- TK Yos Sudarso Kroya, 1995-1997

- SDN I Kroya, 1997-2003

- SMP Susteran Purwokerto, 2003-2006

- SMA Stella Duce 1 Yogyakarta, 2006-2009


(23)

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Insidensi dislipidemia cenderung terus meningkat di era modernisasi ini seiring dengan perubahan pola hidup masyarakat yang hidup dengan sedentary lifestyle. Kesibukan kerja menyebabkan masyarakat cenderung hidup dengan pola makan tidak sehat yaitu mengonsumsi makanan cepat saji (fast-food) dan junk food. Pola hidup demikian berdampak timbulnya obesitas, dislipidemia, sindrom metabolik, dengan komplikasi penyakit kardiovaskuler (Marsden, 2008).

Dislipidemia merupakan faktor risiko utama penyakit kardiovaskuler, ditandai oleh peningkatan kadar kolesterol total dan/ atau trigliserida (TG), disertai/ tanpa peningkatan kadar kolesterol low-density lipoprotein (LDL), dengan/ tanpa penurunan kadar kolesterol high-density lipoprotein (HDL). Dislipidemia dapat mengakibatkan perlemakan hepar (fatty-liver), sehingga hepatosit mengalami kerusakan dan peningkatan aktivitas enzim-enzim transaminase penanda gangguan fungsi hepar (Yagi et al, 1994; NCEP, 2001).

Upaya masyarakat untuk mengobati dislipidemia, antara lain dengan menerapkan pola hidup sehat seperti olahraga teratur dan mengontrol kadar lipid darah antara lain melalui pengaturan pola makan dengan diet rendah karbohidrat dan/ atau lemak, dan bila perlu dengan mengonsumsi obat hipolipemik. Obat-obat paten hipolipemik yang tersedia di pasaran harganya relatif mahal sehingga tidak terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat, maka banyak upaya masyarakat untuk mencari dan mendapatkan obat-obat herbal sebagai upaya alternatif untuk mengatasi dan mengontrol dislipidemia. Obat hipolipemik yang banyak digunakan yaitu statin dan fibrat yang dapat menimbulkan efek samping rhabdomyolisis dan gangguan fungsi hepar, gastrointestinal, dan ginjal (Mahley & Bersot, 2005; Baselt, 2008).

Masyarakat berupaya mencari terapi komplementer alternatif untuk mengatasi dan mengontrol dislipidemia dengan mengonsumsi herba tanaman obat, antara lain daun jati belanda, daun ceremai, dan buah belimbing wuluh. Belimbing


(24)

2

wuluh (Averrhoa bilimbi L.) adalah tumbuhan banyak tumbuh di negara-negara Asia termasuk di Indonesia. Buah belimbing wuluh berbentuk lonjong dengan panjang 4-6 cm, kulit buah mengkilat berwarna hijau hingga kuning, yang banyak mengandung flavonoid, saponin, vitamin C, dan tanin. Buah belimbing wuluh selain untuk mengatasi dislipidemia, juga dilaporkan berkhasiat sebagai obat sariawan (Depkes, 2000).

Buah belimbing wuluh umum dikonsumsi masyarakat sebagai belimbing sayur atau dibuat jus. Metabolisme bahan-bahan yang kita konsumsi sebagian besar berlangsung di hepar, termasuk buah belimbing wuluh. Zat aktif yang terkandung dalam buah belimbing wuluh akan dimetabolisme dalam hepatosit jaringan hepar. Toksisitas buah belimbing wuluh terhadap hepar belum pernah dilaporkan. Laporan uji toksisitas terhadap bagian dari tanaman belimbing wuluh baru ada tentang uji toksisitas ekstrak buah belimbing wuluh yang telah dilaporkan oleh Raden Enen Rosi Manggung pada tahun 2008, yang berjudul ” Pengujian Toksisitas Akut Lethal Dose 50 (LD50) Ekstrak Etanol Buah Belimbing Wuluh pada Mencit ”. Zat aktif yang terkandung dalam buah belimbing wuluh dapat merusak hepatosit adalah tanin. Parameter laboratorium untuk mengetahui gangguan fungsi hepar yaitu adanya peningkatan aktivitas enzim-enzim transaminase hepar, antara lain Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase (SGOT), Serum Glutamic Piruvic Transaminase (SGPT), dan Gamma Glutamyl Transpeptidase (GGT) (Hardjoeno H. dkk, 2003).

Penulis berdasarkan latar belakang tersebut berminat ingin melakukan penelitian untuk mengetahui efek samping konsumsi jus buah belimbing wuluh secara rutin sebagai upaya mengontrol lemak terhadap GGT. GGT adalah penanda fungsi hati yang cukup spesifik yang dapat menunjukkan adanya kerusakan hepar. GGT adalah enzim yang merupakan biomarker penyakit hepatobilier dan peka untuk mendeteksi kemungkinan adanya fatty liver alkoholisme atau dislipidemia. Peningkatan aktivitas GGT serum dapat menunjukkan nekrosis hepatosit menggunakan subjek penelitian tikus jantan galur Wistar model dislipidemia saat sebelum diberi perlakuan pemberian jus buah belimbing wuluh selama kurun waktu 2 minggu dibandingkan dengan efek samping simvastatin dan kontrol


(25)

3

negatif yang diberi makan tinggi kolesterol sebelum perlakuan yaitu selama 2 minggu untuk membuat tikus model dislipidemia. Setelah proses adaptasi selesai tikus tetap diberi pakan tinggi kolesterol selama 2 minggu, lalu dilakukan evaluasi kemaknaan peningkatan lipid, lalu dilakukan pemberian jus buah belimbing wuluh dengan 3 dosis bervariasi, kemudian hasil pemeriksaan GGT setiap perlakuan terhadap kontrol positif/ pembanding yang diberi simvastatin dan kontrol negatif yang diberi akuades dibandingkan dan dianalisis secara statistik dengan perangkat lunak komputer (Sherlock, 1995; Hardjoeno H. dkk, 2003).

1.2 Identifikasi Masalah

- Apakah pemberian jus buah belimbing wuluh meningkatkan kadar GGT tikus jantan galur Wistar model dislipidemia.

- Apakah potensi jus buah belimbing wuluh sama dengan simvastatin dalam meningkatkan kadar GGT tikus jantan galur Wistar model dislipidemia.

1.3 Maksud dan Tujuan 1.3.1 Maksud penelitian

Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui apakah konsumsi rutin jus buah belimbing dapat menimbulkan efek hepatotoksik terhadap hepar.

1.3.2 Tujuan penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengukur aktivitas GGT pra dan pasca perlakuan pemberian jus buah belimbing secara rutin kepada tikus jantan galur Wistar model dislipidemia.

1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah

Manfaat akademis yang diharapkan dari penelitian ini adalah untuk menambah khasanah ilmu pengetahuan tentang efek samping hepatotoksik akibat konsumsi buah belimbing wuluh sebagai terapi komplementer dari obat alternatif herbal.


(26)

4

Manfaat praktis yang diharapkan dari penelitian ini adalah memberikan informasi kepada masyarakat tentang efek samping konsumsi jus buah belimbing wuluh secara rutin dalam jangka waktu lama terhadap fungsi hepar.

1.5 Kerangka Pemikiran

Hepar merupakan organ tubuh yang berfungsi untuk detoksifikasi zat-zat toksik yang masuk ke dalam tubuh, supaya tidak membahayakan organ lain. Tidak semua zat toksik mampu dibersihkan oleh hepar. Ada zat-zat toksik yaitu yang bersifat hepatotoksik dapat menyebabkan kerusakan hepar sehingga fungsi hepar terganggu (Sujono Hadi, 2002; Guyton & Hall, 2007).

Beberapa penelitian telah melaporkan bahwa buah belimbing wuluh berkhasiat sebagai obat dislipidemia. Tanin adalah salah satu senyawa aktif yang terkandung dalam buah belimbing wuluh, sifatnya hepatotoksik dengan menyebabkan nekrosis hepatosit sehingga dapat mempengaruhi fungsi hepar (Bruneton, 1995; Silanikove et al, 1996).

Parameter untuk pemeriksaan fungsi hepar antara lain SGPT, SGOT, dan GGT. GGT digunakan pada penelitian ini karena lebih spesifik sebagai penanda kerusakan hepar daripada SGOT. GGT akan meningkat pada kerusakan hepar akut, obstruksi biliaris, dan keganasan/ metastase ke hepar (Hardjoeno, 2003; Sacher, 2004).

1.6 Hipotesis Penelitian

- Jus buah belimbing wuluh meningkatkan kadar GGT.

- Potensi meningkatkan GGT jus buah belimbing wuluh sebanding simvastatin.

1.7 Metode Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian prospektif eksperimental laboratorium sungguhan. Data yang diukur adalah aktivitas enzim GGT (IU/L) tikus jantan galur Wistar model dislipidemia berdasarkan perbedaan dosis pra dan pasca pemberian jus buah belimbing wuluh disertai induksi pakan tinggi kolesterol. Analisis data penelitian dengan metode ANAVA satu arah, α = 0,05 yang


(27)

5

dilanjutkan dengan Tukey HSD untuk mengetahui apakah terdapat peningkatan aktivitas enzim GGT secara bermakna minimal pada sepasang kelompok perlakuan, dengan tingkat kemaknaan p < 0,05.

1.8 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Farmakologi Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung, Laboratorium Patologi Klinik, dan Laboratorium Biokimia Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha.

Penelitian ini dilaksanakan mulai dengan pengumpulan referensi yaitu sejak bulan Desember 2011, dilanjutkan dengan penyusunan Usulan Penelitian (UP), persiapan penelitian, analisis data penelitian hingga tersusunnya Karya Tulis Ilmiah ini pada bulan Desember 2012.


(28)

34

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. 2006. Acuan sediaan herbal volume kedua, edisi 1. Jakarta. h.68-70

Badawy A.B, White A.E, Lathe G.H. 1969. The effect of tannic acid on the synthesis of protein and nucleic acid by rat liver. Departement of Chemical Pathology, University of Leeds, Leeds 2. p.311

Baselt R. 2008. Disposition of toxic drugs and chemicals in man, 8th ed. Foster City: Biomedical Publications. p.1431-3

Borley N.R. 2009. Hepatobiliary system: Liver. In: Drake R.L, Volg W., Mitchell A.W.M., eds. Gray’s anatomy for student. 2nd ed. USA: Churchil Livingstone. p.285-7

Brooker J.D., O’Donovan L., Skene I., Sellick G. 2000. Mechanism of tannin

resistance and detoxification in the rumen. In: Brooker J.D., ed. Tannins in livestock and human nutrition. Proceedings of an International Workshop; Adelaide 31 Mei-2 Juni 1999. Canberra: ACIAR. p.117-22

Bruneton J. 1995. Tannins. In: Pharmacognosy phytochemistry medical plants, 2nd ed. Paris: Lavoisier Publishing. p.369

Departemen Kesehatan & Kesejahteraan Sosial RI Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 2000. Inventaris tanaman obat Indonesia (I) jilid 1. Jakarta. h.37-8

Eroschencko V.P. 2008. Digestive system liver, gallbladder, and pancreas. In: Taylor C., Horvath K., eds. Di fiore atlas of histology with functional correlations, 11th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. p.219-24

Franciscus D. Suyatna, Tony Handoko. 1995. Hipolipidemik. Dalam: Sulistia G. Ganiswara, ed. Farmakologi dan terapi, edisi 4. Jakarta: Gaya Baru. h.375-6

Fischbach F., Dunning M.B. 2009. A manual of laboratory and diagnostic tests, 8th ed. US: Lippincott Williams & Wilkins. p.435-6

Florentina Wulandari. 2012. Efek Jus Buah Belimbing Wuluh Terhadap Kadar Kolesterol Total Tikus Wistar Jantan. Bandung: FK UKM


(29)

35

Gartner L.P., Hiatt J.L. 2006. Digestive system: glands. In: Color textbook of histology, 3rd ed. USA: Elsevier. p.429

Guyton A.C & Hall J.E. 2006. The liver as an organ. In: Textbook of medical physiology, 11th ed. Philadelphia: Elsevier Saunders. p.859-62

Hardjoeno, dkk. 2003. Interpretasi hasil tes laboratorium diagnostik. Makassar: Lembaga Penerbitan Universitas Hasanuddin. h.239-42

Hobbs H.H., Rader D.J. 2008. Disorders of Lipoprotein Metabolism. In: Fauci A.S., Kasper D.L., Longo D.L., Braunwald E., Hauser S.L., Jameson J.L., et al. Harrison’s principles of internal medicine, 7th ed. USA: McGraw-Hill Companies.

Inez Felia Yusuf. 2012. Efek Jus Buah Belimbing Wuluh Terhadap Kadar Kolesterol-LDL dan Kolesterol-HDL Tikus Wistar Jantan. Bandung: FK UKM

Jacobs D.S., Demott W.R., Finley P.R., Horvat R.T., Kasten B.L., Tilzer L.L. 1994. Laboratory test handbook, 3rd ed. USA: American Medical Association. p.230-1

Jane Haryanto. 2012. Efek Jus Buah Belimbing Wuluh Terhadap Kadar Trigliserida Tikus Wistar Jantan. Bandung: FK UKM

Junqueira L.C., Carneiro J. 2005. Basic histology, 11th ed. San Fransisco: Benjamin Cummings. p.902-6

Kemas Ali Hanafiah. 2006. Dasar-dasar statistika. Jakarta: PT. Raya Grafindo Persada. h. 257-62

Mahley R.M. and Bersot T.P. 2005. Drug therapy for hypercholesterolemia and dyslipidemia. In: Laurence L. Brunton, John S. Lazo, Keith L. Parker., eds. Goodman & gillman’s the pharmacological basis of therapeutics, 11th ed. New York: McGraw Hill. p.948-51

Mario Parikesit. 2011. Khasiat dan manfaat belimbing wuluh. Surabaya: Stomata. h.1-18, 65-73

Marsden K. 2008. The complete book of food combining. Bandung: Qanita. p.25-30.


(30)

36

Moore K.L., Agur A.M.R. 2007. Abdomen. In: Essential clinical anatomy, 3rd ed. Lippincott Williams & Wilkins. p.164-70

National Cholesterol Education Program. 2001. Executive summary of the third report of the National Cholesterol Education Program (NCEP) Expert Panel on Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Cholesterol in Adults (Adult Treatment Panel III). JAMA 285:2486

Raden Enen Rosi Manggung. 2008. Pengujian toksisitas akut lethal dose 50 (LD50) ekstrak etanol buah belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) pada mencit (Mus musculus albinus). 14 November 2012

Ravel. 1984. Clinical laboratory medicine clinical application of laboratory data. Medical publisher. p.214-5

Roades R.A. and Tanner G.A. 2003. Medical physiology, 2nd ed. Lippincott Williams & Wilkins. p.518-20

Sacher, Ronald A., Richard A.M. 2004. Tinjauan klinis hasil pemeriksaan laboratorium, edisi 11. Jakarta: EGC. h.360-9

Semenkovich C.F. 2008. Disorders of lipid metabolism. In: Clemmons DR. ed. Cecil Medicine, 23rd ed. Philadelphia: Elsevier Saunders. p.1550-2

Sherlock S. 1995. Penilaian fungsi hati. Dalam: Petrus Andrianto. Penyakit hati dan sistem saluran empedu. Jakarta: Widya Medika.

Silanikove N., Gilboa N., Perevolotsky A., Nitsan Z. 1996. Goats fed tannin-containing leaves do not exhibit toxic syndromes. Israel: Elsevier. p.195-201

Silbernagl S. 2000. Abnormalities of lipoprotein metabolism. In: Silbernagl S., Lang F., eds. Color atlas of pathophysiology. New York: Thieme. p.247-9

Snell R.S., 2012. Clinical anatomy by regions. 9th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. p.157-8, 162, 197-8

Sujono Hadi. 2002. Hati. Dalam: Gastroenterologi, edisi 7. Bandung: Alumni. h.415

Tortora G.J., Derrickson B. 2009. The digestive system. In: Principles of anatomy and physiology, 12th ed. USA: Wiley. p.949


(31)

37

Yagi K. 1994. Lipid peroxide in hepatic gastrointestional, and pancreatic disease. In: Amstrong D, ed. Free radicals in diagnostic medicine. New York: Plenum Press. p.165-9

Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica. 1993. Penapisan farmakologi, pengujian fitokimia, dan pengujian klinik. Jakarta. h.38, 53-5. Zimmerman H.J. 1999. Indirect cytotoxic hepatotoxin. In: Hepatotoxicity: The

Adverse Effects of Drugs and Other Chemicals on the Liver, 2nd ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. p.275


(1)

Manfaat praktis yang diharapkan dari penelitian ini adalah memberikan informasi kepada masyarakat tentang efek samping konsumsi jus buah belimbing wuluh secara rutin dalam jangka waktu lama terhadap fungsi hepar.

1.5 Kerangka Pemikiran

Hepar merupakan organ tubuh yang berfungsi untuk detoksifikasi zat-zat toksik yang masuk ke dalam tubuh, supaya tidak membahayakan organ lain. Tidak semua zat toksik mampu dibersihkan oleh hepar. Ada zat-zat toksik yaitu yang bersifat hepatotoksik dapat menyebabkan kerusakan hepar sehingga fungsi hepar terganggu (Sujono Hadi, 2002; Guyton & Hall, 2007).

Beberapa penelitian telah melaporkan bahwa buah belimbing wuluh berkhasiat sebagai obat dislipidemia. Tanin adalah salah satu senyawa aktif yang terkandung dalam buah belimbing wuluh, sifatnya hepatotoksik dengan menyebabkan nekrosis hepatosit sehingga dapat mempengaruhi fungsi hepar (Bruneton, 1995; Silanikove et al, 1996).

Parameter untuk pemeriksaan fungsi hepar antara lain SGPT, SGOT, dan GGT. GGT digunakan pada penelitian ini karena lebih spesifik sebagai penanda kerusakan hepar daripada SGOT. GGT akan meningkat pada kerusakan hepar akut, obstruksi biliaris, dan keganasan/ metastase ke hepar (Hardjoeno, 2003; Sacher, 2004).

1.6 Hipotesis Penelitian

- Jus buah belimbing wuluh meningkatkan kadar GGT.

- Potensi meningkatkan GGT jus buah belimbing wuluh sebanding simvastatin.

1.7 Metode Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian prospektif eksperimental laboratorium sungguhan. Data yang diukur adalah aktivitas enzim GGT (IU/L) tikus jantan galur Wistar model dislipidemia berdasarkan perbedaan dosis pra dan pasca pemberian jus buah belimbing wuluh disertai induksi pakan tinggi kolesterol. Analisis data penelitian dengan metode ANAVA satu arah, α = 0,05 yang


(2)

5

dilanjutkan dengan Tukey HSD untuk mengetahui apakah terdapat peningkatan aktivitas enzim GGT secara bermakna minimal pada sepasang kelompok perlakuan, dengan tingkat kemaknaan p < 0,05.

1.8 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Farmakologi Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung, Laboratorium Patologi Klinik, dan Laboratorium Biokimia Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha.

Penelitian ini dilaksanakan mulai dengan pengumpulan referensi yaitu sejak bulan Desember 2011, dilanjutkan dengan penyusunan Usulan Penelitian (UP), persiapan penelitian, analisis data penelitian hingga tersusunnya Karya Tulis Ilmiah ini pada bulan Desember 2012.


(3)

34

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. 2006. Acuan sediaan herbal volume kedua, edisi 1. Jakarta. h.68-70

Badawy A.B, White A.E, Lathe G.H. 1969. The effect of tannic acid on the synthesis of protein and nucleic acid by rat liver. Departement of Chemical Pathology, University of Leeds, Leeds 2. p.311

Baselt R. 2008. Disposition of toxic drugs and chemicals in man, 8th ed. Foster City: Biomedical Publications. p.1431-3

Borley N.R. 2009. Hepatobiliary system: Liver. In: Drake R.L, Volg W., Mitchell A.W.M., eds. Gray’s anatomy for student. 2nd ed. USA: Churchil Livingstone. p.285-7

Brooker J.D., O’Donovan L., Skene I., Sellick G. 2000. Mechanism of tannin resistance and detoxification in the rumen. In: Brooker J.D., ed. Tannins in livestock and human nutrition. Proceedings of an International Workshop; Adelaide 31 Mei-2 Juni 1999. Canberra: ACIAR. p.117-22

Bruneton J. 1995. Tannins. In: Pharmacognosy phytochemistry medical plants, 2nd ed. Paris: Lavoisier Publishing. p.369

Departemen Kesehatan & Kesejahteraan Sosial RI Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 2000. Inventaris tanaman obat Indonesia (I) jilid 1. Jakarta. h.37-8

Eroschencko V.P. 2008. Digestive system liver, gallbladder, and pancreas. In: Taylor C., Horvath K., eds. Di fiore atlas of histology with functional correlations, 11th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. p.219-24

Franciscus D. Suyatna, Tony Handoko. 1995. Hipolipidemik. Dalam: Sulistia G. Ganiswara, ed. Farmakologi dan terapi, edisi 4. Jakarta: Gaya Baru. h.375-6

Fischbach F., Dunning M.B. 2009. A manual of laboratory and diagnostic tests, 8th ed. US: Lippincott Williams & Wilkins. p.435-6

Florentina Wulandari. 2012. Efek Jus Buah Belimbing Wuluh Terhadap Kadar Kolesterol Total Tikus Wistar Jantan. Bandung: FK UKM


(4)

35

Gartner L.P., Hiatt J.L. 2006. Digestive system: glands. In: Color textbook of histology, 3rd ed. USA: Elsevier. p.429

Guyton A.C & Hall J.E. 2006. The liver as an organ. In: Textbook of medical physiology, 11th ed. Philadelphia: Elsevier Saunders. p.859-62

Hardjoeno, dkk. 2003. Interpretasi hasil tes laboratorium diagnostik. Makassar: Lembaga Penerbitan Universitas Hasanuddin. h.239-42

Hobbs H.H., Rader D.J. 2008. Disorders of Lipoprotein Metabolism. In: Fauci A.S., Kasper D.L., Longo D.L., Braunwald E., Hauser S.L., Jameson J.L., et al. Harrison’s principles of internal medicine, 7th ed. USA: McGraw-Hill Companies.

Inez Felia Yusuf. 2012. Efek Jus Buah Belimbing Wuluh Terhadap Kadar Kolesterol-LDL dan Kolesterol-HDL Tikus Wistar Jantan. Bandung: FK UKM Jacobs D.S., Demott W.R., Finley P.R., Horvat R.T., Kasten B.L., Tilzer L.L.

1994. Laboratory test handbook, 3rd ed. USA: American Medical Association. p.230-1

Jane Haryanto. 2012. Efek Jus Buah Belimbing Wuluh Terhadap Kadar Trigliserida Tikus Wistar Jantan. Bandung: FK UKM

Junqueira L.C., Carneiro J. 2005. Basic histology, 11th ed. San Fransisco: Benjamin Cummings. p.902-6

Kemas Ali Hanafiah. 2006. Dasar-dasar statistika. Jakarta: PT. Raya Grafindo Persada. h. 257-62

Mahley R.M. and Bersot T.P. 2005. Drug therapy for hypercholesterolemia and dyslipidemia. In: Laurence L. Brunton, John S. Lazo, Keith L. Parker., eds. Goodman & gillman’s the pharmacological basis of therapeutics, 11th ed. New York: McGraw Hill. p.948-51

Mario Parikesit. 2011. Khasiat dan manfaat belimbing wuluh. Surabaya: Stomata. h.1-18, 65-73

Marsden K. 2008. The complete book of food combining. Bandung: Qanita. p.25-30.


(5)

Moore K.L., Agur A.M.R. 2007. Abdomen. In: Essential clinical anatomy, 3rd ed. Lippincott Williams & Wilkins. p.164-70

National Cholesterol Education Program. 2001. Executive summary of the third report of the National Cholesterol Education Program (NCEP) Expert Panel on Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Cholesterol in Adults (Adult Treatment Panel III). JAMA 285:2486

Raden Enen Rosi Manggung. 2008. Pengujian toksisitas akut lethal dose 50 (LD50) ekstrak etanol buah belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) pada mencit

(Mus musculus albinus). 14 November 2012

Ravel. 1984. Clinical laboratory medicine clinical application of laboratory data. Medical publisher. p.214-5

Roades R.A. and Tanner G.A. 2003. Medical physiology, 2nd ed. Lippincott Williams & Wilkins. p.518-20

Sacher, Ronald A., Richard A.M. 2004. Tinjauan klinis hasil pemeriksaan laboratorium, edisi 11. Jakarta: EGC. h.360-9

Semenkovich C.F. 2008. Disorders of lipid metabolism. In: Clemmons DR. ed. Cecil Medicine, 23rd ed. Philadelphia: Elsevier Saunders. p.1550-2

Sherlock S. 1995. Penilaian fungsi hati. Dalam: Petrus Andrianto. Penyakit hati dan sistem saluran empedu. Jakarta: Widya Medika.

Silanikove N., Gilboa N., Perevolotsky A., Nitsan Z. 1996. Goats fed tannin-containing leaves do not exhibit toxic syndromes. Israel: Elsevier. p.195-201 Silbernagl S. 2000. Abnormalities of lipoprotein metabolism. In: Silbernagl S.,

Lang F., eds. Color atlas of pathophysiology. New York: Thieme. p.247-9

Snell R.S., 2012. Clinical anatomy by regions. 9th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. p.157-8, 162, 197-8

Sujono Hadi. 2002. Hati. Dalam: Gastroenterologi, edisi 7. Bandung: Alumni. h.415

Tortora G.J., Derrickson B. 2009. The digestive system. In: Principles of anatomy and physiology, 12th ed. USA: Wiley. p.949


(6)

37

Yagi K. 1994. Lipid peroxide in hepatic gastrointestional, and pancreatic disease. In: Amstrong D, ed. Free radicals in diagnostic medicine. New York: Plenum Press. p.165-9

Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica. 1993. Penapisan farmakologi, pengujian fitokimia, dan pengujian klinik. Jakarta. h.38, 53-5. Zimmerman H.J. 1999. Indirect cytotoxic hepatotoxin. In: Hepatotoxicity: The

Adverse Effects of Drugs and Other Chemicals on the Liver, 2nd ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. p.275


Dokumen yang terkait

Pengaruh Pemberian Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi) Terhadap Kadar Kadmium (Cd) Pada Kerang (Bivalvia) Yang Berasal Dari Laut Belawan Tahun 2010

7 59 114

Pengaruh Ekstrak Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L) Sebagai Penggumpal Lateks Terhadap Mutu Karet

4 103 73

Uji Aktivitas Antibiofilm Sari Buah Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L) Terhadap Biofilm Pseudomonas aeruginosa Secara In Vitro

7 24 91

UJI EFEK EKSTRAK ETANOL 70% DAUN BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi L.) TERHADAP KADAR Uji Efek Ekstrak Etanol 70% Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa Bilimbi L.) Terhadap Kadar Glukosa Darah Tikus Putih Jantan Galur Wistar.

0 0 11

UJI EFEK EKSTRAK ETANOL 70% BUAH BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi L.) TERHADAP KADAR GLUKOSA Uji Efek Ekstrak Etanol 70% Buah Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.) Terhadap Kadar Glukosa Darah Tikus Putih Jantan Galur Wistar.

0 3 11

Efek Jus Buah Belimbing (Averrhoa carambola L.) terhadap Penurunan Kadar Trigliserida Tikus Wistar Jantan.

1 5 22

Efek Jus Buah Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.) Terhadap Kadar Trigliserida Tikus Wistar Jantan.

0 0 35

Efek Samping Jus Buah Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.) Terhadap Kadar SGPT (Serum Glutamic Pyruvic Transaminase) Tikus Jantan Galur Wistar.

0 0 31

Efek Jus Buah Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.) Terhadap Kadar Kolesterol Total Tikus Wistar Jantan.

0 2 26

Efek Jus Buah Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.) Terhadap Kadar Low Density Lipoprotein (LDL) dan High Density Lipoprotein (HDL) Tikus Jantan Galur Wistar.

0 0 40