PERANAN PAGELARAN WAYANG KULIT DALAM MEMBINA KARAKTER KEWARGANEGARAAN MASYARAKAT : Studi Kasus di Desa Pabean Ilir Kecamatan Pasekan, Indramayu.

(1)

ABSTRAK

INDAH YATI (1103257) PERANAN PAGELARAN WAYANG KULIT DALAM MEMBINA KARAKTER KEWARGANEGARAAN

MASYARAKAT (Studi Kasus di Desa Pabean Ilir Kecamatan Pasekan

Kabupaten Indramayu)

Karakter di masyarakat dewasa ini telah menurun tajam, dimana seseorang tidak dapat lagi membedakan perilaku yang baik dan buruk. Persoalan ini menunjukkan betapa minimnya pembinaan karakter di masyarakat. Sebagai alternatif dalam Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) khususnya mengenai karakter kewarganegaraan, perlunya diadakan pendidikan non formal yang fungsinya sebagai pengetahuan bagi masyarakat mengenai pentingnya karakter kewarganegaraan. Dalam hal ini, media pendidikan yang banyak mengandung nilai-nilai yang berkarakter tersebut salah satunya ada pada pagelaran kesenian wayang kulit.

Bertitik tolak pada uraian di atas, penulis merumuskan masalah sebagai berikut: (1) Bagaimana persepsi masyarakat (penonton) tentang nilai-nilai karakter kewarganegaraan yang terkandung dalam pagelaran wayang kulit, (2) Bagaimana peran dalang dalam menyampaikan cerita wayang kulit agar tetap diminati masyarakat, (3) Apa hambatan yang dihadapi dalam melestarikan pagelaran wayang kulit untuk membina karakter kewarganegaraan masyarakat, (4) Bagaimana upaya dalam melestarikan pagelaran wayang kulit agar tetap menjadi media untuk membina karakter kewarganegaraan masyarakat.

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode studi kasus dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Adapun subyek penelitian dalam penelitian ini terdiri dari satu orang Kepala Desa Pabean Ilir, satu orang tokoh masyarakat, tiga orang dalang wayang kulit, satu orang sinden, dan enam orang masyarakat (penonton) wayang kulit. Teknik penelitian yang digunakan yaitu wawancara, observasi, studi literature, dan studi dokumentasi.

Berdasarkan hasi penelitian yang dilakukan secara keseluruhan dapat diketahui bahwa Persepsi masyarakat (penonton) tentang nilai-nilai karakter kewarganegaraan yang terkandung dalam pagelaran wayang kulit, masyarakat yang memahami nilai-nilai dalam pagelaran wayang kulit sebagian besar adalah orang-orang tua dan sebagian kecil adalah para pemuda yang memang dari kecil menyukai pagelaran wayang kulit, nilai-nilai karakter kewarganegaraan dalam pagelaran wayang kulit di antaranya nilai religi, kejujuran, cinta tanah air, semangat kebangsaan dan sikap peduli kepada sesama. Peran dalang dalam menyampaikan cerita wang kulit bahwa, dalang senantiasa mengintegrasikan pemahaman-pemahaman mengenai contoh-contoh perbuatan baik maupun buruk dalam sebuah cerita wayang kulit. Berikutnya, hambatan dalam melestarikan pagelaran wayang kulit terdiri dari faktor internal dan eksternal. Selanjutnya upaya dalam melestarikan pagelaran wayang kulit bahwa, perlu adanya inovasi baik dari segi dekorasi maupun unsur-unsur lainnya dalam pagelaran wayang kulit, dan menciptakan wayang kulit berbasis bahasa Indonesia.


(2)

ABSTRACT

WAYANG KULIT PRESENTATION IN DEVELOPING CITIZEN CHARACTER IN THE SOCIETY (Case Study in Desa Pabean Ilir Kecamatan

Pasekan Kabupaten Indramayu)

Today, society character has been decreased so incisive, where someone can’t to difference the right and the bad behavior. This problems show us how low our development character in the society. As the alternative in citizenship education that we call PKn specially about the citizen character, need to organize non-formally education that function as society knowledge about the important character citizen. In this case, education media that contains character value one of them is in art presentation that is “Wayang Kulit”.

Have as a starting point above, the writer formulated the problem are: (1) how is society (viewer) perception about citizen character values that was in wayang kulit presentation, (2) how is puppeteer character in delivery wayang kulit story interested by the society as the viewer, (3) what obstruction that found in conserve Wayang Kulit for developing character citizen in the society, (4) how effort to conserve wayang kulit to make it always being media for developing character citizen in the society.

In this research use the case study method which is use qualitative approach. The subject in this research is Pabean Ilir head village, one of the society figures, three persons of puppeteers, one of sinden and six person of the society as the Wayang Kulit viewer. The research techniques are use in this research are interview, observation, literature study and documentation.

Based on research product that happened can be knowing that society perception about the character citizen values contains the Wayang Kulit presentation, the society who knows about character citizen values are the oldest and part of them are teenager that from the young they like wayang kulit presentation, character citizen values in wayang kulit presentation are religious values, honesty, loving father land, nationality spirit, and care to the others. Puppeteer actor in delivery the wayang kulit story, always integrated their comprehension about the examples of the right behavior and bad behavior in the story of wayang kulit. And then, the obstruction in conserving wayang kulit presentation they are from the internal and the external. And the effort for conserving wayang kulit presentation is need the innovation from the decoration and another element in the wayang kulit presentation, and create the wayang kulit based in Indonesian language.


(3)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Lokasi yang akan dijadikan sebagai objek penelitian adalah Desa Pabean Ilir Kecamatan Pasekan Kabupaten Indramayu. Peneliti memilih lokasi ini karena Desa Pabean Ilir merupakan salah satu desa di Indramayu yang masih sering mengadakan pagelaran wayang kulit.

2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian merupakan sumber yang dijadikan sebagai penyalur informasi. Hal ini dikemukakan Nasution (2003, hlm. 32) bahwa “subjek penelitian adalah sumber yang dapat memberikan informasi bertalian dengan tujuan yang ingin dicapai”. Dari pernyataan tersebut, bahwa subjek penelitian merupakan sumber yang dapat membantu peneliti dalam menemukan informasi-informasi atau data yang diperlukan untuk mencapai tujuan dari penelitian. Dalam penelitian ini yang dijadikan sebagai subjek penelitian adalah masyarakat Desa Pabean Ilir, Kepala Desa Pabean Ilir, dan beberapa orang dalang yang akan menjadi informan selama penulis melakukan penelitian.

Adapun alasan peneliti memilih Kepala Desa Pabean Ilir, masyarakat, dan dalang sebagai subjek penelitian karena dalam pagelaran wayang kulit yang sering dilaksanakan di Desa Pabean Ilir merupakan suatu kebijakan dari Kepala Desa. Sedangkan masyarakat mempunyai peran penting dalam penelitian ini, yaitu sebagai subjek yang akan diteliti sejauhmana peranan pagelaran wayang kulit dalam membina karakter kewarganegaraan masyarakat di Desa Pabean Ilir. Selain itu, masyarakat juga yang menjadi salah satu penikmat pagelaran wayang kulit. Adapun peneliti memilih dalang sebagai subjek penelitian, karena dalang merupakan salah satu unsur dalam pagelaran wayang kulit yang dijadikan sebagai seseorang yang dapat menyampaikan bermacam-macam watak atau nilai-nilai karakter tokoh yang ada dalam dunia pewayangan. Untuk lebih jelasnya dalam subjek penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut:


(4)

Tabel 3.1 Subjek Penelitian

No. Subjek Penelitian Jumlah

1. a. Ki Dalang H. Anom Rusdi

b. Ki Dalang Anom Dian Praditakusuma, S.Sn

2 Orang

2. Kepala Desa Pabean Ilir (Bapak. Nasito)

1 Orang

3. Masyarakat (penonton) 10 Orang

Jumlah 13 Orang

Sumber: diolah oleh peneliti 2014

B. Metode dan Desain Penelitian

Metode yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah studi kasus dengan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif merupakan pendekatan yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, yaitu suatu realitas yang tidak dapat dilihat dan dipecah dalam beberapa variabel. Pendekatan kualitatif memandang objek sebagai sesuatu yang dinamis dan secara utuh. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Sugiyono (2012, hlm. 8) bahwa:

Filsafat postpositivisme sering juga disebut sebagai paradigm interpretif dan konstruktif, yang memandang realitas sosial sebagai sesuatu yang holistik/utuh, kompleks, dinamis, penuh makna, dan hubungan gejala bersifat interaktif (reciprocal).

Selain itu, penelitian kualitatif bertujuan untuk menggambarkan suatu fenomena yang selanjutnya dipahami oleh peneliti mengenai gejala-gejala apa yang dialami oleh subjek penelitian baik itu berupa tindakan, maupun uraian penjelasan yang diungkapkan, sehingga dapat diolah secara ilmiah oleh peneliti. Sebagaimana menurut Moleong (2006, hlm. 6) yang menyatakan bahwa :

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain secara holistik dan dengan cara deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.


(5)

Sedangkan bentuk penelitian yang digunakan adalah studi kasus. Menurut Danial dan Wasriah (2009, hlm. 63-64) mengatakan bahwa:

Metode yang intensif dan teliti tentang pengungkapan latar belakang, status, interaksi lingkungan terhadap individu, kelompok, institusi dan komunitas masyarakat tertentu. Studi ini dilakukan secara mendalam, berkali-kali dalam melakukan interview, observasi, sampai pada akhirnya tidak menemukan informasi baru lagi.

Karena penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gejala-gejala fenomena secara sistematis dan akurat yang terjadi di lingkungan masyarakat. Adapun kasus yang dimaksud dalam penelitian ini adalah peranan pagelaran wayang kulit dalam membina karakter kewarganegaraan masyarakat. Kasus tersebut dibatasi kedalam ruang lingkup masyarakat yang ada di Desa Pabean ilir kecamatan Pasekan kabupaten Indramayu.

C. Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dua tahap, yaitu:

1. Tahap Pra Penelitian

Sebelum melaksanakan penelitian, terlebih dahulu dilakukan persiapan atau pra penelitian. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk mempersiapkan apa saja yang diperlukan untuk melakukan penelitian. Tahap ini diawali dengan membuat rancangan penelitian yang mencakup, pemilihan masalah, menentukan judul, studi pendahuluan, merumuskan masalah, menentukan metode dan pendekatan penelitian, menentukan teknik pengumpulan data, analisis data dan lokasi penelitian. Selanjutnya peneliti melakukan beberapa persiapan sebelum pergi ke lapangan, yakni:

a. Mengajukan surat permohonan izin penelitian Kepada Ketua Jurusan PKn FPIPS UPI.

b. Selanjutnya diteruskan kepada Pembantu Dekan I FPIPS UPI untuk mendapatkan surat rekomendasi dari kepala BAAK UPI secara kelembagaan mengatur segala urusan administrasi dan akademis.

c. Pembantu Rektor I atas nama Rektor mengeluarkan surat perizinan yang ditujukan kepada Kepala Desa Pabean Ilir.


(6)

Tujuan dari tahap pra penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi dan data-data awal untuk diteliti.

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian

Setelah pra penelitian selesai, selanjutnya penulis mulai terjun ke lapangan untuk memulai penelitian. Pada proses ini, penelitian difokuskan pada studi lapangan yang sebenarnya, maksudnya adalah difokuskan seluruhnya kepada sumber data untuk mendapatkan informasi yang sesuai dengan apa yang diharapkan oleh peneliti.

Adapun langkah-langkah dalam tahap pelaksanaan penelitian ini adalah: a. Peneliti mendatangi Kantor Desa Pabean Ilir dengan membawa

surat penelitian untuk menjelaskan maksud kedatangan peneliti.

b. Kemudian peneliti memulai wawancara dengan Kepala Desa Pabean Ilir dan beberapa masyarakat sebagai responden yang dapat memberikan informasi mengenai masalah yang diteliti.

c. Penulis juga melakukan wawancara kepada Dalang yang telah direkomendasikan oleh Kepala Desa sebagai narasumber.

d. Penulis melakukan studi dokumentasi yang diperlukan dan sesuai dengan masalah yang diteliti.

Setelah selesai melakukan wawancara, selanjutnya penulis merangkum apa saja yang terekam pada saat wawancara yang selanjutnya ditulis dalam bentuk catatan agar data yang diperoleh tetap dalam ingatan peneliti.

D. Definisi Operasional

Untuk menghindari kekeliruan dalam mengartikan istilah-istilah yang digunakan oleh peneliti, maka peneliti membatasi pengertian dari setiap istilah sebagai berikut:

1. Wayang kulit

Wayang menurut Jajang Suryana dalam Aizid (2011, hlm. 19) menyatakan bahwa:

Wayang bisa mengandung makna gambar, boneka tiruan manusia yang terbuat dari kulit, kardus, seng, mungkin kaca-serat (fibre-glass), atau bahan dwimatra lainnya, dan dari kayu pipih maupun bulat torak tiga dimensi).


(7)

Berdasarkan pengertian diatas, makna wayang berarti bentuk tiruan manusia yang terbuat dari kulit atau bahan-bahan lainnya yang menggambarkan berbagai watak manusia yang baik maupun buruk. Dan biasanya diakhir cerita wayang berwatak buruk selalu dikalahkan oleh wayang yang berwatak baik. Pertunjukkan wayang ini biasanya dimainkan oleh seorang dalang yang menceritakan alur cerita wayang. Menurut Aizid (2011, hlm. 20) mengatakan bahwa “Dalang adalah orang yang memainkan wayang yang terbuat dari kulit, yang disebut dengan wayang kulit”. Wayang kulit adalah salah satu kebudayaan yang berkembang khususnya di daerah Jawa.

2. Karakter

Menurut Wynne (dalam Mulyasa, 2012, hlm. 3) mengatakan bahwa ‘karakter berasal dari bahasa Yunani yang berarti to mark (menandai) dan memfokuskan pada bagaimana menerapkan nilai-nilai kebaikan dalam tindakan nyata atau perilaku sehari-hari’. Dengan kata lain, karakter dijadikan sebagai suatu kebiasaan perilaku yang diterapkan oleh setiap individu dalam menjalani kehidupan bermasyarakat.

3. Masyarakat

Masyarakat merupakan sekumpulan orang yang hidup disuatu wilayah tertentu, yang mempunyai aturan dan norma yang diatur untuk saling berinteraksi dengan yang lainnya. Menurut Latif (2009, hlm. 33) bahwa:

Masyarakat merupakan hubungan antara individu yang pada dasarnya memiliki nilai-nilai yang diakui bersama dan diabadikan dalam norma dan aturan yang pada umumnya tidak diverbalkan, dengan kata lain masing-masing individu diharuskan untuk menjunjung tinggi nilai-nilai tersebut sehingga tercipta suatu hubungan sosial yang relatif stabil.

Dari pengertian di atas jelas bahwa masyarakat merupakan suatu wadah bagi individu dalam menerapkan nilai-nilai kemanusiaan. Karena masyarakat merupakan faktor utama dalam pembentukan nilai serta moral individu dalam menjalani kehidupan.


(8)

E. Teknik Pengumpulan data

1. Wawancara

Wawancara merupakan proses dialog antara dua orang atau lebih dengan tujuan untuk memperoleh informasi. Menurut Mulyana (2010, hlm. 180) berpendapat bahwa:

Wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua orang, melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seorang lainnya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan, berdasarkan tujuan tertentu.

Wawancara dalam penelitian ini dilakukan bukan hanya pada salah seorang narasumber saja. Akan tetapi kepada beberapa orang yang dapat dijadikan narasumber yang akan menghasilkan data yang relevan.

2. Observasi

Teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti untuk mengamati objek yang diteliti dalam suatu kegiatan yang sedang berlangsung.

3. Studi dokumentasi

Studi dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data dengan cara mengumpulkan beberapa dokumen yang dijadikan sebagai bahan informasi yang sesuai dengan masalah yang diteliti. Sebagaimana dijelaskan Danial dan Wasriah (2009, hlm. 79) bahwa:

Studi dokumentasi adalah mengumpulkan sejumlah dokumen yang diperlukan sebagai bahan data informasi sesuai dengan masalah penelitian seperti peta, data statistik, jumlah dan nama pegawai, data siswa, data penduduk, foto, dsb.

Studi dokumentasi dalam penelitian ini dilakukan dengan cara mengumpulkan beberapa dokumen seperti data-data yang sesuai dengan masalah yang diteliti.

4. Studi Literatur

Studi literatur merupakan teknik pengumpulan data penelitian dengan cara mengumpulkan buku,-buku, majalah yang sesuai dengan masalah yang akan diteliti. Buku-buku tersebut digunakan sebagai analisis sejumlah teori yang sesuai dengan permasalahan.


(9)

F. Tahap Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan setelah seluruh data yang diperlukan telah terkumpul dan selesai disusun oleh peneliti. Data tersebut dikumpulkan dari hasil wawancara, studi dokumentasi dan setelah peneliti melakukan observasi. Oleh sebab itu data-data tersebut perlu dilakukan analisis data, dengan tujuan agar data yang didapat bersifat akurat.

Analisis data yang dilakukan pada penelitian ini adalah analisis data kualitatif yang bersifat induktif, yaitu analisis data diproses berdasarkan data yang diperoleh. Menurut Sugiyono (2012, hlm. 246) mengatakan bahwa:

Analisis data dalam penelitian kualitatif, dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Pada saat wawancara, peneliti sudah melakukan analisis terhadap jawaban yang diwawancarai.

Dalam proses wawancara pada penelitian kualitatif, tidak cukup hanya dengan jawaban satu responden saja. Bahkan jika dari beberapa jawaban belum memuaskan, maka peneliti dapat melanjutkan wawancara sampai dengan menemukan jawaban yang bersifat jenuh. Artinya data tersebut sudah dianggap kredibel. Pengolahan dan analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan empat tahap, yaitu:

a. Uji Kredibilitas

Menurut Sugiyono (2012, hlm. 270) “uji kredibilitas data dilakukan dengan perpanjangan pengamatan, peningkatkan ketekunan dalam penelitian, diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus negatif, dan member check”. Dari pendapat tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:

1) Perpanjangan pengamatan

Menurut Sugiyono (2012, hlm. 270) “perpanjangan pengamatan berarti peneliti kembali ke lapangan dan melakukan pengamatan kembali dengan sumber data yang pernah ditemui atau yang baru”. Sebenarnya tujuan dari perpanjangan pengamatan ini untuk mendapatkan data yang dirasa kurang valid bagi peneliti. Pada perpanjangan pengamatan sebaiknya difokuskan pada data yang telah diperoleh, untuk memastikan data tersebut benar atau tidak. Selain itu juga,


(10)

dengan perpanjangan pengamatan berarti memberikan peluang bagi peneliti untuk lebih akrab dengan narasumber.

2) Meningkatkan ketekunan

Menurut Sugiyono (2012, hlm. 272) “meningkatkan ketekunan berrati melakukan pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan”. Tujuan dari meningkatkan ketekunan untuk memeriksa apakah data yang ditemukan benar atau tidak, yang selanjutnya dapat disusun secara pasti dan sistematis oleh peneliti.

3) Triangulasi

Menurut Sugiyono (2012, hlm. 273) “triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu.” Dalam hal ini, triangulasi dapat dikatakan sebagai alat untuk menguji kredibilitas data. Adapun teknik triangulasi dalam penelitian ini meliputi triangulasi sumber, triangulasi teknik, dan triangulasi waktu.

a) Triangulasi sumber data

Menurut Sugiyono (2012, hlm. 274) “triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber.” Dalam penelitian ini, yang dijadikan sumber data adalah dalang wayang kulit, kepala desa Pabean ilir, dan masyarakat desa Pabean ilir.

b) Triangulasi teknik

Menurut Sugiyono (2012, hlm. 274) “triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.” Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik studi dokumentasi, wawancara, dan observasi.

c) Triangulasi waktu

Menurut Sugiyono (2012, hlm. 274) “waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data.” Dalam penelitian ini dilakukan pengecekan data dalam waktu yang berbeda, tujuannya adalah untuk memastikan data yang diperoleh valid atau tidak.


(11)

Dalang wayang kulit

Kepala Desa Pabean ilir Masyarakat

Studi Dokumentasi

Wawancara Observasi

Untuk lebih jelasnya mengenai triangulasi sumber, triangulasi teknik, dan triangulasi waktu dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 3.1

Triangulasi sumber data

Sumber: diolah oleh peneliti 2014

Gambar 3.2

Triangulasi teknik pengumpulan data


(12)

Bulan pertama

Bulan Mei

Bulan kedua Bulan ketiga

Gambar 3.3

Triangulasi waktu penelitian

Sumber : diolah oleh peneliti 2014

4) Menggunakan bahan referensi

Bahan referensi menurut Sugiyono (2012, hlm. 275) “adanya pendukung untuk membuktikan data yang telah ditemukan oleh peneliti”. Dengan adanya bukti data, hal ini membantu peneliti agar data yang didapatkan tersebut bersifat nyata dan dapat dipercaya. Bahan referensi yang dapat digunakan seperti foto, dokumen, dan rekaman hasil wawancara dengan sumber data.

5) Mengadakan membercheck

Setelah melakukan penelitian awal, peneliti perlu mewawancarai kembali beberapa sumber agar data yang didapat benar-benar valid. Menurut Sugiyono (2012, hlm. 276) “Membercheck adalah proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data”. Hal ini bertujuan untuk meyakinkan peneliti bahwa data yang diperoleh dari informan itu benar-benar valid dan dapat diterima.

b. Pengujian Transferability

Pengujian transferability merupakan pengujian yang dilakukan dengan tujuan agar hasil penelitian ini dapat dipahami oleh orang lain yang membacanya. Sehingga pembaca dapat memahami dan mengembangkan penelitian ini di tempat


(13)

lain dan dalam situasi sosial yang berbeda. Sebagaimana dijelaskan oleh Sugiyono (2012, hlm. 276) bahwa “nilai transfer berkenaan dengan pertanyaan, hingga mana hasil penelitian dapat diterapkan atau digunakan dalam situasi lain”. Apabila pembaca memperoleh gambaran penelitian yang cukup jelas dengan data-data yang disajikan, maka penelitian ini dapat dikatakan telah memenuhi syarat transferability.

c. Pengujian Depenability

Dalam pengujian dependability, peneliti melakukan audit secara keseluruhan dengan pembimbing. Cara mengaudit keseluruhan aktivitas penelitian dapat dimulai dari peneliti mulai menentukan fokus masalah, memasuki lapangan serta analisis data yang didapat sampai pada kegiatan peneliti dalam menyimpulkan hasil penelitian. Menurut Sugiyono (2012, hlm. 277) bahwa “dalam penelitian kualitatif, uji dependability dilakukan dengan melakukan audit terhadap keseluruhan proses penelitian. Hal ini bertujuan untuk meyakinkan bahwa data yang didapat peneliti selama berada di lapangan itu benar-benar akurat.

d. Pengujian Confirmability

Menurut Sugiyono (2012, hlm. 277) bahwa “menguji confirmability berarti menguji hasil penelitian, dikaitkan dengan proses yang dilakukan”. Dengan kata lain, pengujian ini mengaitkan antara hasil dengan proses yang dilakukan oleh peneliti dalam melakukan penelitian. Hal ini bertujuan untuk menghindari data yang dihasilkan tanpa proses penelitian. Karena suatu penelitian dapat dikatakan telah memenuhi standar confirmability apabila hasil penelitian sesuai dengan proses penelitian yang dilakukan.


(14)

G. JADWAL KEGIATAN

Tabel 3.2

Jadwal penyusunan skripsi

NO KEGIATA

N BULAN Perta ma Kedu a

Ketiga Keemp at Keli ma Keen am Ketu juh Ke del ap an

1 Pra penelitian 2 Pembuatan

judul 3 Penyusuna

n proposal 4 Penyusuna

n BAB I 5 Penyusuna

n BAB II 6 Penyusuna

n BAB III 7 Penelitian lapangan 8 Penyusuna

n BAB IV 9 Penyusuna n BAB V 10 Sidang

11 Revisi skripsi pasca sidang


(15)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian, maka pada bagian ini peneliti akan menyampaikan kesimpulan dan mengajukan beberapa saran yang sekiranya bermanfaat mengenai peranan pagelaran wayang kulit dalam membina karakter kewarganegaraan masyarakat. Adapun kesimpulan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

A.Simpulan

1. Simpulan Umum

Berdasarkan data-data yang telah diuraikan, dapat dijelaskan bahwa peranan pagelaran wayang kulit mampu memberikan pendidikan kepada masyarakat mengenai nilai-nilai karakter khususnya bagi masyarakat Desa Pabean Ilir. Nilai-nilai karakter tersebut di antaranya yakni nilai religi, kejujuran, cinta tanah air, semangat kebangsaan dan sikap peduli kepada sesama. Semua nilai karakter terkandung dalam pagelaran baik itu dari segi cerita, maupun dari unsur-unsur pagelaran yang lain.

2. Simpulan Khusus

Berikut beberapa kesimpulan penulis berdasarkan pada rumusan masalah yang telah ditentukan, sebagai berikut:

a. Persepsi masyarakat (penonton) tentang nilai-nilai karakter kewarganegaraan yang terkandung dalam pagelaran wayang kulit, yakni: 1) masyarakat yang memahami nilai-nilai dalam pagelaran wayang kulit sebagian besar adalah orang-orang tua dan sebagian kecil adalah para pemuda yang memang dari kecil menyukai pagelaran wayang kulit; 2) nilai-nilai karakter kewarganegaraan dalam pagelaran wayang kulit di antaranya nilai religi, kejujuran, cinta tanah air, semangat kebangsaan dan sikap peduli kepada sesama; 3) nilai-nilai karakter kewarganegaraan ada dalam seluruh unsur pada pagelaran wayang kulit.

b. Peran dalang dalam menyampaikan cerita wayang kulit agar tetap diminati masyarakat, yakni : 1) dalang merupakan tokoh sentral dalam pagelaran


(16)

wayang kulit, yaitu orang yang memainkan serta memberikan cerita wayang kulit; 2) berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dalang senantiasa mengintegrasikan pemahaman-pemahaman mengenai contoh-contoh perbuatan baik maupun buruk dalam sebuah cerita wayang kulit; 3) berdasarkan pengetahuannya, dalang senantiasa menghubungkan isi cerita dengan lingkungan yang ada di sekitar pagelaran itu dilaksanakan; 4) keterampilan yang harus dimiliki seorang dalang adalah mempunyai pengetahuan pewayangan maupun pengetahuan umum bahkan mempunyai sikap spiritualitas yang relatif tinggi, mampu mengolah bahasa yang santun, serta memiliki keterampilan vokal yang baik.

c. Hambatan yang dihadapi dalam melestarikan pagelaran wayang kulit untuk membina karakter kewarganegaraan masyarakat yang terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal: 1) faktor internal yakni banyak pemuda yang kurang memahami bahasa yang digunakan dalang dalam membawakan cerita wayang kulit, karena bahasa yang digunakan adalah bahasa kakawi (bahasa Jawa halus); 2) faktor eksternal berupa banyaknya hiburan-hiburan modern seperti organ atau dangdut dan sejenisnya yang ada di lingkungan masyarakat. d. Upaya dalam melestarikan pagelaran wayang kulit agar tetap menjadi media

untuk membina karakter kewarganegaraan masyarakat dapat dilakukan dengan cara: 1) perlu adanya inovasi baik dari segi dekorasi panggung ataupun unsur lainnya dalam pagelaran wayang kulit tanpa menghilangkan makna dari wayang kulit itu sendiri; 2) dengan adanya wayang kulit berbasis bahasa Indonesia; 3) dalang harus menciptakan suatu hal yang lebih kreatif seperti memberikan sikap yang humoris agar lebih menarik perhatian masyarakat pendukungnya.

B.SARAN

Berdasarkan kesimpulan yang telah dirumuskan di atas, maka peneliti mengajukan beberapa saran kepada berbagai pihak yang terkait yaitu:

1. Bagi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Indramayu

a. Sebaiknya terus meningkatkan dan mendukung adanya pagelaran wayang kulit di lingkungan masyarakat


(17)

b. Alangkah bijaknya jika melakukan berbagai macam upaya agar pagelaran wayang kulit terus berkembang dan selalu menjadi budaya leluhur yang dilestarikan.

2. Bagi Pamong Desa Pabean Ilir

a. Alangkah bijaknya jika selalu mendukung adanya pagelaran wayang kulit di Desa Pabean Ilir

b. Melakukan berbagai macam upaya dari pihak Desa seperti secara rutin mengadakan acara besar di Balai Desa dengan mengadakan pertunjukan wayang kulit, bukan acara hiburan yang lain.

3. Bagi Masyarakat Penggemar Wayang Kulit

a. Kepada masyarakat Desa Pabean Ilir hendaknya meningkatkan pengetahuan mengenai karakter kewarganegaran khususnya generasi muda agar dapat merubah keadaan di masa mendatang yang lebih baik.

b. Seharusnya menyaksikan pagelaran wayang kulit dari awal hingga akhir, agar dapat mengambil hikmah dari cerita yang ditampilkan.

4. Bagi Dalang Wayang Kulit

a. Seharusnya meningkatkan pengetahuan umum khususnya pengetahuan mengenai karakter kewarganegaraan agar mampu mengaitkan dengan cerita-cerita wayang kulit

b. Selalu memberikan inovasi yang baru seperti menciptakan wayang kulit berbasis bahasa Indonesia untuk masyarakat yang kurang memahami Bahasa Jawa halus.

5. Bagi Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan

Penulis perlu menyampaikan saran khususnya bagi jurusan Pendidikan Kewarganegaraan, karena Pendidikan Kewarganegaraan dituntut untuk mampu memberikan pengetahuan mengenai karakter kewarganegaraan bukan saja di lingkungan lembaga pendidikan akan tetapi di lingkungan masyarakat, agar masyarakat mengetahui nilai-nilai karakter yang harus mereka junjung tinggi. Ada pun sarannya sebagai berikut:

a. Mahasiswa perlu meningkatkan salah satu kompetensi kewarganegaraan yakni civic disposition atau watak kewarganegaraan yang sering disebut


(18)

dengan karakter kewarganegaraan, sehingga mahasiswa dapat berpikir serta menerapkannya di lingkungan masyarakat.

b. Jurusan PKn dapat melakukan pembinaan karakter kewarganegaraan bukan hanya pada lingkungan mahasiswa dan kampus saja. Akan tetapi harus memberikan pembinaan di lingkungan masyarakat dengan melibatkan kegiatan mahasiswa yang secara langsung melakukan studi di masyarakat. c. Mata kuliah yang terkait yakni Ilmu Kewarganegaraan, Pendidikan

Kewarganegaraan, Pendidikan Nilai dan Moral, Hukum Adat, dan Studi Masyarakat Indonesia dalam pembahasan skripsi ini, penulis mengharapkan skripsi ini bermanfaat bagi dosen maupun mahasiswa, praktisi pendidikan dan masyarakat umum mengenai karakter kewarganegaraan yang ada dalam pagelaran wayang kulit

6. Bagi Peneliti Selanjutnya

Dalam mengerjakan penelitian ini, peneliti memiliki beberapa keterbatasan tenaga, waktu, pikiran, materiil dan lain sebagainya. Oleh karena itu, untuk peneliti selanjutnya yang berminat mengangkat permasalahan yang sama yaitu mengenai peranan pagelaran wayang kulit dalam membina karakter kewarganegaraan masyarakat, diharapkan dapat menggali kembali secara lebih mendalam untuk mengkaji nilai-nilai yang terkandung dalam wayang terhadap pembinaan karakter di lingkungan masyarakat, sehingga mampu menghasilkan penelitian yang lebih baik lagi dan dapat memberikan banyak manfaat bagi pembaca.


(1)

lain dan dalam situasi sosial yang berbeda. Sebagaimana dijelaskan oleh Sugiyono (2012, hlm. 276) bahwa “nilai transfer berkenaan dengan pertanyaan, hingga

mana hasil penelitian dapat diterapkan atau digunakan dalam situasi lain”. Apabila

pembaca memperoleh gambaran penelitian yang cukup jelas dengan data-data yang disajikan, maka penelitian ini dapat dikatakan telah memenuhi syarat

transferability.

c. Pengujian Depenability

Dalam pengujian dependability, peneliti melakukan audit secara keseluruhan dengan pembimbing. Cara mengaudit keseluruhan aktivitas penelitian dapat dimulai dari peneliti mulai menentukan fokus masalah, memasuki lapangan serta analisis data yang didapat sampai pada kegiatan peneliti dalam menyimpulkan hasil penelitian. Menurut Sugiyono (2012, hlm. 277) bahwa

“dalam penelitian kualitatif, uji dependability dilakukan dengan melakukan audit

terhadap keseluruhan proses penelitian. Hal ini bertujuan untuk meyakinkan bahwa data yang didapat peneliti selama berada di lapangan itu benar-benar akurat.

d. Pengujian Confirmability

Menurut Sugiyono (2012, hlm. 277) bahwa “menguji confirmability berarti

menguji hasil penelitian, dikaitkan dengan proses yang dilakukan”. Dengan kata lain, pengujian ini mengaitkan antara hasil dengan proses yang dilakukan oleh peneliti dalam melakukan penelitian. Hal ini bertujuan untuk menghindari data yang dihasilkan tanpa proses penelitian. Karena suatu penelitian dapat dikatakan telah memenuhi standar confirmability apabila hasil penelitian sesuai dengan proses penelitian yang dilakukan.


(2)

G. JADWAL KEGIATAN

Tabel 3.2

Jadwal penyusunan skripsi

NO KEGIATA

N

BULAN Perta

ma

Kedu a

Ketiga Keemp

at

Keli ma

Keen am

Ketu juh

Ke del ap an

1 Pra penelitian 2 Pembuatan

judul 3 Penyusuna

n proposal 4 Penyusuna

n BAB I 5 Penyusuna

n BAB II 6 Penyusuna

n BAB III 7 Penelitian lapangan 8 Penyusuna

n BAB IV 9 Penyusuna n BAB V 10 Sidang

11 Revisi skripsi pasca sidang


(3)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian, maka pada bagian ini peneliti akan menyampaikan kesimpulan dan mengajukan beberapa saran yang sekiranya bermanfaat mengenai peranan pagelaran wayang kulit dalam membina karakter kewarganegaraan masyarakat. Adapun kesimpulan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

A.Simpulan

1. Simpulan Umum

Berdasarkan data-data yang telah diuraikan, dapat dijelaskan bahwa peranan pagelaran wayang kulit mampu memberikan pendidikan kepada masyarakat mengenai nilai-nilai karakter khususnya bagi masyarakat Desa Pabean Ilir. Nilai-nilai karakter tersebut di antaranya yakni nilai religi, kejujuran, cinta tanah air, semangat kebangsaan dan sikap peduli kepada sesama. Semua nilai karakter terkandung dalam pagelaran baik itu dari segi cerita, maupun dari unsur-unsur pagelaran yang lain.

2. Simpulan Khusus

Berikut beberapa kesimpulan penulis berdasarkan pada rumusan masalah yang telah ditentukan, sebagai berikut:

a. Persepsi masyarakat (penonton) tentang nilai-nilai karakter kewarganegaraan yang terkandung dalam pagelaran wayang kulit, yakni: 1) masyarakat yang memahami nilai-nilai dalam pagelaran wayang kulit sebagian besar adalah orang-orang tua dan sebagian kecil adalah para pemuda yang memang dari kecil menyukai pagelaran wayang kulit; 2) nilai-nilai karakter kewarganegaraan dalam pagelaran wayang kulit di antaranya nilai religi, kejujuran, cinta tanah air, semangat kebangsaan dan sikap peduli kepada sesama; 3) nilai-nilai karakter kewarganegaraan ada dalam seluruh unsur pada pagelaran wayang kulit.

b. Peran dalang dalam menyampaikan cerita wayang kulit agar tetap diminati masyarakat, yakni : 1) dalang merupakan tokoh sentral dalam pagelaran


(4)

wayang kulit, yaitu orang yang memainkan serta memberikan cerita wayang kulit; 2) berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dalang senantiasa mengintegrasikan pemahaman-pemahaman mengenai contoh-contoh perbuatan baik maupun buruk dalam sebuah cerita wayang kulit; 3) berdasarkan pengetahuannya, dalang senantiasa menghubungkan isi cerita dengan lingkungan yang ada di sekitar pagelaran itu dilaksanakan; 4) keterampilan yang harus dimiliki seorang dalang adalah mempunyai pengetahuan pewayangan maupun pengetahuan umum bahkan mempunyai sikap spiritualitas yang relatif tinggi, mampu mengolah bahasa yang santun, serta memiliki keterampilan vokal yang baik.

c. Hambatan yang dihadapi dalam melestarikan pagelaran wayang kulit untuk membina karakter kewarganegaraan masyarakat yang terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal: 1) faktor internal yakni banyak pemuda yang kurang memahami bahasa yang digunakan dalang dalam membawakan cerita wayang kulit, karena bahasa yang digunakan adalah bahasa kakawi (bahasa Jawa halus); 2) faktor eksternal berupa banyaknya hiburan-hiburan modern seperti organ atau dangdut dan sejenisnya yang ada di lingkungan masyarakat. d. Upaya dalam melestarikan pagelaran wayang kulit agar tetap menjadi media

untuk membina karakter kewarganegaraan masyarakat dapat dilakukan dengan cara: 1) perlu adanya inovasi baik dari segi dekorasi panggung ataupun unsur lainnya dalam pagelaran wayang kulit tanpa menghilangkan makna dari wayang kulit itu sendiri; 2) dengan adanya wayang kulit berbasis bahasa Indonesia; 3) dalang harus menciptakan suatu hal yang lebih kreatif seperti memberikan sikap yang humoris agar lebih menarik perhatian masyarakat pendukungnya.

B.SARAN

Berdasarkan kesimpulan yang telah dirumuskan di atas, maka peneliti mengajukan beberapa saran kepada berbagai pihak yang terkait yaitu:

1. Bagi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Indramayu

a. Sebaiknya terus meningkatkan dan mendukung adanya pagelaran wayang kulit di lingkungan masyarakat


(5)

b. Alangkah bijaknya jika melakukan berbagai macam upaya agar pagelaran wayang kulit terus berkembang dan selalu menjadi budaya leluhur yang dilestarikan.

2. Bagi Pamong Desa Pabean Ilir

a. Alangkah bijaknya jika selalu mendukung adanya pagelaran wayang kulit di Desa Pabean Ilir

b. Melakukan berbagai macam upaya dari pihak Desa seperti secara rutin mengadakan acara besar di Balai Desa dengan mengadakan pertunjukan wayang kulit, bukan acara hiburan yang lain.

3. Bagi Masyarakat Penggemar Wayang Kulit

a. Kepada masyarakat Desa Pabean Ilir hendaknya meningkatkan pengetahuan mengenai karakter kewarganegaran khususnya generasi muda agar dapat merubah keadaan di masa mendatang yang lebih baik.

b. Seharusnya menyaksikan pagelaran wayang kulit dari awal hingga akhir, agar dapat mengambil hikmah dari cerita yang ditampilkan.

4. Bagi Dalang Wayang Kulit

a. Seharusnya meningkatkan pengetahuan umum khususnya pengetahuan mengenai karakter kewarganegaraan agar mampu mengaitkan dengan cerita-cerita wayang kulit

b. Selalu memberikan inovasi yang baru seperti menciptakan wayang kulit berbasis bahasa Indonesia untuk masyarakat yang kurang memahami Bahasa Jawa halus.

5. Bagi Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan

Penulis perlu menyampaikan saran khususnya bagi jurusan Pendidikan Kewarganegaraan, karena Pendidikan Kewarganegaraan dituntut untuk mampu memberikan pengetahuan mengenai karakter kewarganegaraan bukan saja di lingkungan lembaga pendidikan akan tetapi di lingkungan masyarakat, agar masyarakat mengetahui nilai-nilai karakter yang harus mereka junjung tinggi. Ada pun sarannya sebagai berikut:

a. Mahasiswa perlu meningkatkan salah satu kompetensi kewarganegaraan yakni civic disposition atau watak kewarganegaraan yang sering disebut


(6)

dengan karakter kewarganegaraan, sehingga mahasiswa dapat berpikir serta menerapkannya di lingkungan masyarakat.

b. Jurusan PKn dapat melakukan pembinaan karakter kewarganegaraan bukan hanya pada lingkungan mahasiswa dan kampus saja. Akan tetapi harus memberikan pembinaan di lingkungan masyarakat dengan melibatkan kegiatan mahasiswa yang secara langsung melakukan studi di masyarakat. c. Mata kuliah yang terkait yakni Ilmu Kewarganegaraan, Pendidikan

Kewarganegaraan, Pendidikan Nilai dan Moral, Hukum Adat, dan Studi Masyarakat Indonesia dalam pembahasan skripsi ini, penulis mengharapkan skripsi ini bermanfaat bagi dosen maupun mahasiswa, praktisi pendidikan dan masyarakat umum mengenai karakter kewarganegaraan yang ada dalam pagelaran wayang kulit

6. Bagi Peneliti Selanjutnya

Dalam mengerjakan penelitian ini, peneliti memiliki beberapa keterbatasan tenaga, waktu, pikiran, materiil dan lain sebagainya. Oleh karena itu, untuk peneliti selanjutnya yang berminat mengangkat permasalahan yang sama yaitu mengenai peranan pagelaran wayang kulit dalam membina karakter kewarganegaraan masyarakat, diharapkan dapat menggali kembali secara lebih mendalam untuk mengkaji nilai-nilai yang terkandung dalam wayang terhadap pembinaan karakter di lingkungan masyarakat, sehingga mampu menghasilkan penelitian yang lebih baik lagi dan dapat memberikan banyak manfaat bagi pembaca.