PEMBELAJARAN BERBASIS PRAKTIKUM PADA KONSEP KINGDOM PLANTAE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN SIKAP ILMIAH SISWA.

(1)

Halaman

PERNYATAAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

ABSTRAK ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .. ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 8

E. Hipotesis ………... 9

F. Pembatasan Masalah. ... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 11

1. Praktikum dalam Pembelajaran Biologi ... 11

2. Kemampuan Berpikir Kritis ... 14

3. Sikap ilmiah ... 19

a. Sikap dan Pembentukan Sikap ... 19

b. Pengertian Sikap Ilmiah……….. 21

4. Penilaian Kinerja……….. ... 22

5. Deskripsi Materi Konsep Kingdom Plantae … ... 23

a. Ciri-ciri Tumbuhan ………. ... 26

b. Ciri-ciri dan Klasifikasi Lumut……… ... 27


(2)

d. Ciri dan Klasifikasi Tumbuhan Berbiji ... 30

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 35

A. Desain Penelitian ... 35

B. Lokasi dan Subyek Penelitian ... 35

C. Variabel Penelitian ... 36

D. Definisi Operasional ... 36

E. Instrumen Penelitian ... 38

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 38

2. Lembar Kerja Siswa ... 39

3. Lembar Penilaian Kinerja ... 39

4. Tes Kemampuan Berpikir Kritis ... 40

5. Skala Sikap Ilmiah………... 47

6. Kuesioner ………... 52

F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 53

G. Pengolahan Data ... 56

BAB IV HASIL PENELITIAN, TEMUAN DAN PEMBAHASAN ... 58

A. Hasil Penelitian ... 58

1. Kemampuan Berpikir Kritis ... 58

a. Berpikir Kritis Siswa ... 58

b. Berpikir Kritis Siswa Setiap Fungsi ... 59

2. Sikap Ilmiah ... 66

a. Sikap Ilmiah Siswa ... 66


(3)

4. Tanggapan Siswa Terhadap Pembelajaran ... 78

B. Pembahasan ... 82

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 102

A. Kesimpulan ... 102

B. Keterbatasan ... 103

C. Saran ... 104

DAFTAR PUSTAKA ... 105

LAMPIRAN ... 109


(4)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Hakikat pembelajaran yang sekarang ini banyak diterapkan adalah konstruktivisme. Menurut paham konstruktivisme, pengetahuan dibangun oleh peserta didik (siswa) secara aktif dengan menciptakan struktur-struktur kognitif dalam interaksinya dengan lingkungannya. Struktur kognitif senantiasa akan berubah dan disesuaikan berdasarkan tuntutan lingkungan dan organisme yang sedang berubah. Oleh karena itu, pada proses pembelajaran siswa harus didorong secara aktif untuk mengembangkan pengetahuannya sendiri serta bertanggung jawab terhadap hasil belajarnya (Gasong, 2006).

Kenyataan yang ditemui sehari-hari di kelas ialah bahwa seringkali guru melaksanakan pembelajaran secara tidak efektif. Guru menyajikan pembelajaran yang bertopang pada konsep yang abstrak dan sulit diterima siswa secara utuh dan mendalam, sehingga pemahaman siswa hanya terbatas pada konsep yang diajarkan dan lebih banyak sebagai sesuatu yang diingat dan tidak terapresiasi secara mendalam serta kurang mampu mengkomunikasikan. Pada umumnya selama ini yang terjadi siswa tidak terlibat aktif dalam proses belajar mengajar (PBM), sebagian besar waktu berlangsung PBM didominasi oleh guru dengan siswa yang bersifat pasif. Kondisi seperti ini dapat mengakibatkan suasana pembelajaran kurang interaktif, siswa secara pasif menunggu intruksi dari guru tentang apa-apa yang harus dipelajari, apa yang harus dilakukan, sehingga pada masyarakat umum muncul anggapan bahwa guru selalu benar (Kurniati, 2001:4).


(5)

Agar siswa belajar lebih aktif, guru perlu memunculkan strategi yang tepat dalam memotivasi siswa. Guru harus memfasilitasi siswa agar siswa mendapatkan informasi yang bermakna, sehingga memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan dan menerapkan ide mereka sendiri (Guntur, 2004).

Salah satu pendekatan pembelajaran yang sejalan dengan hakikat konstruktivisme adalah pembelajaran berbasis praktikum. Pada pembelajaran berbasis praktikum, belajar lebih diarahkan pada experimental learning berdasarkan pengalaman konkrit, diskusi dengan teman yang selanjutnya akan diperoleh ide dan konsep baru. Belajar dipandang sebagai proses penyusunan pengetahuan dari pengalaman konkrit, aktivitas kolaboratif dan refleksi serta interpretasi. Oleh karena itu, pembelajaran berbasis praktikum dapat digunakan sebagai alternatif pembelajaran yang dapat mendorong siswa belajar aktif untuk merekonstruksi kembali pemahaman konseptualnya (Gasong, 2006).

Hal tersebut didukung oleh Salomon (Widodo & Vidia, 2006: 146) yang mengemukakan bahwa:

“…melalui praktikum guru berharap anak akan lebih paham akan konsep yang dipelajari, terbangkitkannya motivasi untuk belajar sains, berkembang keterampilan sainsnya, dan tumbuh sikap ilmiahnya. Di pihak siswa, mereka juga bisa menikmati pengalaman-pengalaman baru untuk mengamati, mencoba, menggunakan alat, dan bereksperimen”.

Oleh karena itu kegiatan praktikum dalam pembelajaran biologi merupakan hal yang sangat penting.

Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), pada mata pelajaran biologi terdapat standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dicapai siswa. Salah satu standar kompetensi yang harus dimiliki siswa adalah memahami


(6)

3

manfaat keanekaragaman hayati. Diantara kompetensi dasar yang harus dimiliki siswa adalah mendeskripsikan ciri-ciri divisio dalam Dunia Tumbuhan dan peranannya bagi kelangsungan hidup di bumi (Depdiknas, 2006). Untuk mencapai kompetensi dasar tersebut siswa dapat belajar memahami konsep Kingdom Plantae melalui kegiatan praktikum dan penerapan sikap ilmiah dalam kehidupan sehari-hari. Pada proses pembelajaran dalam setiap kegiatan siswa diberikan Lembar Kerja Siswa (LKS) yang dapat menuntun siswa dalam menyelesaikan tugas-tugas yang ingin dicapai dalam pembelajaran konsep kingdom Plantae.

Pada penelitian ini digunakan salah satu asesmen yaitu asesmen kinerja dalam pembelajaran berbasis praktikum. Performance assessment atau penilaian kinerja yang diterapkan dalam proses pembelajaran dapat mendorong siswa untuk menampilkan diri sebaik mungkin untuk memperoleh hasil belajar yang maksimal. Siswa yang semula pasif, dituntut aktif dalam belajar karena seluruh aktivitas dalam pembelajaran dinilai oleh guru, sehingga secara tidak langsung penerapan penilaian kinerja dalam pembelajaran dapat mendorong keaktifan dan motivasi siswa dalam proses pembelajaran tersebut (Mulyana, 2005).

Stiggins (1994) menyatakan bahwa performance assesment melibatkan siswa dalam aktivitas yang menunjukkan keterampilan-keterampilan tertentu dan atau menciptakan produk yang spesifik. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, performance assesment merupakan penilaian terhadap kinerja yang dapat berupa keterampilan tugas-tugas tertentu, dan hasil karya yang diciptakan.

Weikart (Utomo, 1997) yang tertarik dengan bagaimana siswa berpikir dan bagaimana pikiran itu dapat tumbuh dan berkembang, menemukan bahwa


(7)

kemampuan berpikir siswa akan berkembang jika siswa melakukan pengamatan sendiri secara langsung. Dengan demikian siswa memiliki pengalaman konkrit dan abstrak sebagai suatu fakta yang pada saatnya nanti akan menjadi konsep-konsep yang dimiliki siswa. Dalam kaitannya dengan berpikir kritis, Schafersman (Halimatul dan Supriyanti, 2006) mengemukakan bahwa kegiatan praktikum merupakan wahana pembelajaran yang dapat digunakan untuk melatih dan mengembangkan keterampilan berpikir kritis. Ia mengemukakan bahwa “science laboratory exercise are all excellent for teaching critical thinking”. Rustaman (1996) juga mengemukakan bahwa kemampuan berpikir siswa dapat dikembangkan melalui kegiatan praktikum.

Liliasari (2000) mengemukakan bahwa berpikir kritis terbukti mempersiapkan peserta didik berpikir pada berbagai disiplin ilmu, menuju pemenuhan sendiri akan kebutuhan intelektual dan mengembangkan peserta didik sebagai individu berpotensi. Dengan demikian kemampuan berpikir kritis perlu dikembangkan dalam pembelajaran.

Selain berpikir kritis pada materi Kingdom Plantae, dalam memecahkan setiap masalah siswa dituntut untuk melakukan kerja ilmiah dengan mengembangkan sikap ilmiah. Sikap ilmiah perlu dikembangkan dalam diri siswa karena hakikat pendidikan IPA adalah ilmu pengetahuan yang mencakup ranah, proses, produk dan sikap. Komponen sikap ilmiah meliputi: rasa ingin tahu tinggi, kritis, kreatif, rendah hati, skeptis, berpandangan terbuka, keinginan membantu orang lain, menggunakan pengetahuannya, mencintai lingkungan, dan berkeinginan untuk berpartisipasi aktif menyelesaikan masalah lingkungan serta


(8)

5

mengakui keteraturan alam sebagai ciptaan Tuhan Yang Maha Esa (Poejiadi, 2005: 19). Pengembangan sikap ilmiah yang merupakan hakikat IPA dapat dilatihkan melalui pembelajaran Kingdom Plantae dengan berbasis praktikum. Beberapa penelitian telah dilakukan berkaitan dengan pembelajaran berbasis praktikum, berpikir kritis dan sikap ilmiah, tapi belum ada dilakukan penelitian yang mengaitkan antara pembelajaran berbasis praktikum khususnya pada konsep kingdom plantae.

Penelitian Linda (2009) tentang penggunaan praktikum konfrontatif untuk memfasilitasi peningkatan penguasaan konsep dan sikap ilmiah siswa diperoleh hasil bahwa pembelajaran dengan praktikum konfrontatif dapat meningkatkan penguasaan konsep dan sikap ilmiah siswa kelas VII SMP. Penguasaan konsep kelas eksperimen yang menggunakan metode praktikum konfrontatif (42.9) berbeda signifikan dengan kelas kontrol (35.9) yang menggunakan metode praktikum biasa. Pembelajaran dengan praktikum konfrontatif memberikan kesempatan siswa untuk melakukan pengamatan dan percobaan, melakukan interaksi dengan guru dan teman. Pembelajaran dengan menggunakan metode praktikum konfrontatif memberikan pengaruh yang lebih baik dalam meningkatkan sikap ilmiah siswa.

Hasil penelitian Jamaluddin (1997) mengenai pembelajaran konsep keanekaragaman hayati dengan pendekatan klasifikasi di sekolah menengah umum, menemukan bahwa pada pembelajaran konsep keanekaragaman hayati dengan pendekatan klasifikasi apabila sulit membawa siswa untuk mengamati objek nyata, maka pembelajaran dapat dilakukan dengan menggunakan gambar


(9)

aneka jenis organisme. Ternyata hasil belajar siswa untuk konsep ini sangat memuaskan. Siswa berhasil dalam mempelajari konsep tersebut. Cara ini merupakan salah satu alternatif pembelajaran bila guru mengalami kesulitan dalam menggunakan objek nyata sebagai bahan pengajaran.

Berkaitan dengan penilaian kinerja, Iskandar (1998) dalam penelitiannya tentang penerapan penilaian kinerja dalam kegiatan laboratorium pada konsep reproduksi tumbuhan biji di madrasah Aliyah, melaporkan bahwa dalam menerapkan penilaian kinerja guru masih mengalami hambatan berupa kesulitan dalam menilai kinerja siswa dengan banyaknya tugas yang harus dilakukan oleh siswa . Selain itu jumlah siswa yang banyak menyebabkan guru merasa kesulitan untuk mengamati aktivitas siswa satu persatu

Agustina (2004) dalam penelitiannya tentang pembelajaran bioteknologi bermuatan nilai sains untuk meningkatkan berpikir kritis melaporkan bahwa pembelajaran bermuatan nilai sains dapat meningkatkan berpikir kritis siswa. Hasil menunjukkan pencapaian tertinggi pada berpikir kritis yaitu memilih alternatif dan terendah pada menyimpulkan.

Prokop, et al., (2007) melakukan penelitian tentang sikap siswa terhadap pembelajaran Biologi, apakah biologi itu membosankan. Hasil menunjukkan bahwa pelajaran biologi itu menarik, tidak sulit, tetapi masih dianggap penting (sikap positif). Sikap siswa terhadap biologi dinilai melalui tiga aspek yaitu ketertarikan, kesulitan dan kepentingan. Diperoleh hasil bahwa secara umum, anak perempuan memiliki sikap yang lebih positif terhadap biologi, terutama ketika mempelajari botani. Perbedaan-perbedaan gender ditemukan dalam ketiga


(10)

7

aspek yang dieksplorasi. Ketertarikan terhadap biologi menurun pada siswa-siswa yang lebih tua usianya.

Berdasarkan pemaparan di atas maka dicoba menerapkan pembelajaran berbasis praktikum dan asesmennya pada konsep kingdom plantae untuk meningkatkan berpikir kritis dan sikap ilmiah siswa SMA.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang seperti yang sudah dikemukakan pada latar belakang dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut.

“Bagaimanakah pembelajaran berbasis praktikum pada konsep kingdom plantae dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan sikap ilmiah?”

Untuk lebih mengarahkan penelitian yang dilakukan maka dari rumusan masalah dijabarkan beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut.

1. Bagaimanakah kemampuan berpikir kritis siswa sebelum dan setelah mengikuti pembelajaran berbasis praktikum pada konsep kingdom plantae? 2. Bagaimanakah sikap ilmiah siswa sebelum dan setelah mengikuti

pembelajaran berbasis praktikum pada konsep kingdom plantae?

3. Apa saja kendala-kendala yang dihadapi guru dengan menerapkan asesmen kinerja pada pembelajaran berbasis praktikum?

4. Bagaimanakah tanggapan siswa terhadap pembelajaran berbasis praktikum pada konsep kingdom plantae?


(11)

C. Tujuan Penelitian

Tujuan utama penelitian ini adalah untuk menghasilkan suatu alternatif pembelajaran keanekaragaman hayati, khususnya keanekaragaman kingdom plantae dengan menggunakan pembelajaran berbasis praktikum yang dapat meningkatkan berpikir kritis dan sikap ilmiah siswa SMA.

Tujuan operasional dari penelitian ini adalah :

1. Menganalisis tingkat berpikir kritis siswa setelah mengikuti pembelajaran berbasis praktikum pada konsep kingdom plantae.

2. Menganalisis peranan pembelajaran berbasis praktikum pada konsep kingdom plantae terhadap sikap ilmiah siswa.

3. Menemukan kendala-kendala yang dihadapi guru dalam menerapkan asesmen kinerja pada pembelajaran berbasis praktikum konsep kingdom plantae.

4. Memperoleh gambaran mengenai tanggapan siswa terhadap pembelajaran berbasis praktikum pada konsep kingdom plantae.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat memperbaiki proses pembelajaran kingdom plantae di SMA sebagai upaya meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar siswa. Secara rinci manfaat yang dapat diambil dari hasil penelitian ini antara lain dikemukakan berikut ini.

1. Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan pedoman pembelajaran bagi guru Biologi SMA tentang pembelajaran berbasis praktikum sebagai


(12)

9

pembelajaran alternatif yang dapat meningkatkan berpikir kritis dan sikap ilmiah siswa pada konsep kingdom plantae yang memiliki materi sangat luas.

2. Produk penelitian berupa pedoman pembelajaran berbasis praktikum konsep kingdom plantae yang dihasilkan, diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi sekolah dan lembaga pendidikan dalam rangka upaya perbaikan proses pembelajaran secara menyeluruh, sehingga kemampuan peserta didik (siswa) akan lebih meningkat.

3. Hasil penelitian sebagai pengalaman bagi peneliti dan diharapkan dapat menjadi masukan bagi peneliti lain untuk digunakan sebagai langkah awal dalam penelitian dan pembanding untuk kegiatan penelitian yang lebih lanjut.

E. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang perlu diuji kebenarannya. Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang dikemukakan di atas, maka hipotesis yang diuji dalam penelitian ini adalah:

1). Kemampuan berpikir kritis siswa meningkat dengan pembelajaran berbasis praktikum.


(13)

F. Pembatasan Masalah

Agar permasalahan dalam penelitian ini terfokus pada hal yang diharapkan maka ruang lingkup penelitian dibatasi pada beberapa hal seperti diuraikan di bawah ini.

1) Pembelajaran berbasis praktikum pada konsep kingdom plantae ini adalah pembelajaran yang dilaksanakan dengan menggunakan praktikum sebagai strategi pencapaian tujuan pembelajaran. Siswa melakukan kegiatan praktikum pada topik kingdom plantae dengan cara mendeskripsikan ciri dan klasifikasi tumbuhan lumut, tumbuhan paku, dan tumbuhan berbiji. Pada pembelajaran berbasis praktikum ini, siswa juga diajak untuk membuat produk herbarium pada akhir pembelajaran pada konsep ini.

2). Kemampuan berpikir kritis siswa yang diukur pada konsep kingdom plantae ini yaitu berdasarkan delapan fungsi berpikir kritis menurut Inch, et al., (2006), dijaring dengan menggunakan tes tertulis (respon terbatas) pilihan ganda beralasan, pada awal dan akhir pembelajaran berbasis praktikum. 4). Sikap ilmiah yang diukur dalam penelitian ini antara lain adalah rasa ingin

tahu, kerjasama dan kepedulian lingkungan (BSNP, 2005)

5). Asesmen kinerja siswa dalam penelitian ini adalah kegiatan penilaian yang dilakukan oleh guru untuk menilai ketrampilan siswa dalam melakukan prosedur kerja praktikum, sikap, dan hasil kerja praktikum.


(14)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini “one group pretest-postest design”. Tidak ada kelompok pembanding, kemudian diberikan tes awal, tes akhir dan perlakuan (implementasi model pembelajaran) yaitu pembelajaran berbasis praktikum. Sampel pada penelitian ini diambil secara acak (random sampling), Perbedaan (gain) antara tes awal dan tes akhir diasumsikan merupakan effek dari perlakuan dan selama pembelajaran dilakukan penilaian terhadap kinerja siswa. Desain ini berlaku untuk tes berpikir kritis dan tes skala sikap ilmiah.

B. Lokasi dan Subyek Penelitian

Penelitian dilaksanakan di salah satu SMA di kota Banda Aceh propinsi NAD semester genap tahun ajaran 2009/2010 yang berjarak ± 2 km dari pantai. Berdasarkan komunikasi dengan pihak sekolah, di sekitar lingkungan sekolah banyak terdapat tumbuh-tumbuhan sehingga sekolah ini dipilih sebagai tempat penelitian yang sangat mendukung pelaksanaan penelitian terhadap pembelajaran berbasis praktikum pada konsep kingdom plantae.

Dalam rencana awal guru akan membawa siswa belajar dekat pantai pada pertemuan ke-empat. Pihak sekolah berkeberatan mengingat resikonya dan susah mengontrol siswa jika belajar di luar lingkungan sekolah karena sekolah berada di pinggir kota. Untuk menghindari resiko dan demi lancarnya penelitian ini, pembelajaran dilaksanakan di luar kelas yang masih berada dalam lingkungan sekolah. Siswa juga ditugaskan membawa tumbuh-tumbuhan yang dibutuhkan


(15)

pada saat pembelajaran sehingga identifikasi terhadap tumbuh-tumbuhan juga dilakukan di dalam kelas.

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X sebanyak 5 kelas (X1 -X5). Selanjutnya pengambilan sampel dilakukan secara random. Sampel penelitian dipilih dengan cara mengundi 5 kelas X yang ada, tiap kelas terdiri dari 30 siswa, masing-masing kelas diambil 15 siswa, sehingga diperoleh sampel sebanyak 75 siswa yang diberi perlakuan yaitu pembelajaran berbasis praktikum. Lima kelas X di SMA penelitian mendapatkan pembelajaran berbasis praktikum, tetapi hanya 75 siswa yang menjadi fokus penilaian dalam pembelajaran tersebut. C. Variabel penelitian

Dalam penelitian ini variabel bebasnya adalah pembelajaran berbasis praktikum dan asesmen kinerja praktikum, sedangkan variabel terikatnya adalah kemampuan berpikir kritis dan sikap ilmiah siswa setelah pembelajaran.

D. Definisi operasional

Agar lebih fokus dan memperjelas ruang lingkup penelitian, berikut dijelaskan definisi-definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini: 1). Pembelajaran berbasis praktikum adalah pembelajaran dengan

menggunakan praktikum sebagai strategi bagi siswa dalam memecahkan masalah, mencari, memperoleh dan merekonstruksi konsep, menemukan sendiri jawaban dari masalah-masalah yang dihadapinya, untuk selanjutnya mencocokkan konsep atau pengetahuan tersebut ke dalam teori untuk bisa diaplikasikan dalam kehidupan nyata.

2). Kemampuan berpikir kritis, menurut Inch et al. (2006), sebuah proses pada seseorang yang mencoba untuk menjawab secara rasional


(16)

pertanyaan-39

pertanyaan yang tidak dapat dijawab secara mudah dan semua informasi yang relevan tidak tersedia. Berpikir kritis menuntut penilaian. Joanne Kurfiss (Inch, Warnick & Endres; 2006) mendefinisikan berpikir kritis sebagai sebuah pengkajian tentang sebuah situasi, fenomena, pertanyaan, atau masalah untuk mendapatkan sebuah hipotesis atau kesimpulan yang mengintegrasikan semua informasi yang tersedia dan oleh karena itu dapat secara meyakinkan dijustifikasi. Dalam penelitian ini kemampuan berpikir kritis siswa dijaring dengan menggunakan soal tertulis yaitu respon terbatas berupa pilihan ganda beralasan dengan memperhatikan delapan fungsi berpikir kritis.

3). Sikap ilmiah merupakan sikap yang ditunjukkan oleh masing-masing siswa terhadap pembelajaran biologi baik yang bersifat positif maupun negatif. Sikap ilmiah siswa tersebut merujuk pada hasrat ingin tahu tentang biologi, kerjasama, dan kepedulian lingkungan. Sikap ilmiah dijaring melalui skala sikap yang berisi sejumlah pernyataan yang bersesuaian dengan indikator sikap ilmiah dengan opsi sangat setuju (SS), setuju (S), ragu-ragu (R), tidak setuju (TS) dan sangat tidak setuju (STS).

4). Asesmen kinerja siswa adalah kegiatan penilaian yang dilakukan oleh guru untuk menilai kegiatan siswa dalam melakukan prosedur kerja selama praktikum. Data dijaring dengan format penilaian kinerja personal berdasarkan rubrik penilaian yang telah ditentukan.


(17)

E. Instrumen Penelitian

Tabel 3.1

Rancangan Instrumen Penelitian

TARGET

METODE

PENILAIAN INSTRUMEN

WAKTU PENGAMBILAN DATA SUBYEK kemampuan berpikir kritis pilihan ganda beralasan Tes kemampuan berpikir kritis menurut 8 fungsi Inch, et al.,

(2006) Awal dan akhir

pembelajaran

Siswa Sikap ilmiah Skala sikap

ilmiah

Tes sikap ilmiah menurut BSNP 2005, dengan menggunakan skala likert

Kinerja Observsai Format penilaian

kinerja Pada proses pembelajaran pertemuan 1-4 Tanggapan siswa terhadap pembelajaran Penyebaran angket Angket 15 pertanyaan pilihan berganda Akhir pembelajaran

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Rumusan pembelajaran ini berupa rencana pelaksanaan pembelajaran yang dikembangkan oleh peneliti untuk konsep kingdom plantae dengan mengadopsi sintaks model pembelajaran berbasis praktikum modifikasi Joyce, et al., (2000) pada empat kali tatap muka (pertemuan) yaitu mengenai ciri tumbuhan, ciri-ciri dan klasifikasi lumut, ciri-ciri-ciri-ciri dan klasifikasi paku, ciri-ciri-ciri-ciri dan klasifikasi tumbuhan berbiji (lampiran A.1). Adapun sintaks model pembelajaran berbasis praktikum lebih mendalamnya ditampilkan pada Tabel 3.2.


(18)

41

Tabel 3.2 Sintaks Model Pembelajaran Berbasis Praktikum

Fase Sintaks Kegiatan

1 Orientasi Masalah Guru menjelaskan area yang akan diselidiki serta langkah-langkah praktikum

2 Perumusan Masalah Siswa merumuskan masalah; Siswa mengidentifikasi langkah-langkah

penyelidikan 3 Melakukan

Penyelidikan

Siswa mengidentifikasi masalah untuk diselidiki; Siswa melakukan kegiatan

penyelidikan, pengumpulan data, interpretasi data, manipulasi variabel dalam penyelidikan; Siswa mengindentifikasi kesulitan dalam

proses penyelidikan

4 Mengatasi Kesulitan Guru menugaskan siswa untuk memikirkan berbagai cara dalam mengatasi kesulitan dalam proses penyelidikan; Siswa merancang ulang percobaan, mengorganisasi data melalui berbagai cara, menginterpretasi data, mengkontruksi pengetahuan;

5 Merefleksikan hasil penyelidikan

Mengaitkan hasil praktikum atau

penyelidikannya dengan konsep atau teori Modifikasi dari Joyce, at al., (2000)

2. Lembar Kerja Siswa

LKS digunakan sebagai pedoman siswa dalam mengusai kemampuan berpikir kritis dan sikap ilmiah. Setiap Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang dibuat di lengkapi dengan Lembar Kerja Siswa (LKS). LKS yang dikembangkan digunakan untuk menunjang pembelajaran melalui model berbasis praktikum agar siswa dapat mendeskripsikan ciri-ciri dan klasifikasi divisio kingdom plantae dan peranannya bagi kehidupan.

3. Lembar Penilaian Kinerja

Penilaian kinerja siswa untuk mengamati kegiatan siswa selama pembelajaran yaitu pada saat praktikum dan diskusi. Penilaian kinerja ini dilakukan terhadap personal siswa.


(19)

Penilaian kinerja yang digunakan yaitu lembar observasi kinerja siswa (aktifitas dan keterampilan proses siswa selama pembelajaran di kelas). Pedoman observasi yang digunakan berupa daftar cek ”ya” atau ”tidak” berdasarkan pernyataan-pernyataan yang telah disusun sebelumnya dalam lembar observasi. Checklist atau daftar cek merupakan daftar yang berisi aspek-aspek yang diamati, checklist dapat menjamin bahwa peneliti dapat mencatat tiap-tiap kejadian sekecil apapun yang dianggap penting (Riduwan, 2004: 100)

Lembar observasi siswa digunakan untuk memperoleh gambaran aktifitas siswa, misalnya diskusi dan tanya jawab, serta keterampilan proses siswa selama mengikuti proses pembelajaran misalnya melakukan observasi atau pengamatan terhadap objek. Hasil pengamatan yang dilakukan pada setiap aspek kegiatan siswa dalam observasi tersebut dinyatakan secara kualitatif. Data kualitatif hasil pengamatan tersebut dikonversikan menjadi data kuantitatif. Kriteria penilaian kinerja siswa yang digunakan dalam penelitian ini meliputi merencanakan percobaan, mengamati (observasi), mengklasifikasikan, menafsirkan (interpretasi), dan menggunakan alat, bahan/sumber.

4. Tes Kemampuan Berpikir Kritis

Tes berpikir kritis yang digunakan antara lain adalah tes tertulis (respon terbatas dengan alasan). Soal-soal disusun untuk mengukur tingkat kemampuan keterampilan berpikir kritis siswa sebelum dan sesudah pembelajaran pada konsep Kingdom Plantae. Langkah-langkah penyusunan tes berpikir kritis adalah sebagai berikut:

a. Pembuatan kisi-kisi soal yang tercakup dalam pokok Kingdom Plantae. b. Menyusun soal beserta kunci jawaban.


(20)

43

c. Soal dan kunci jawaban yang telah disusun di judgment oleh para pakar yaitu tiga orang dosen dan dua orang guru yang ahli dalam konsep Kingdom Plantae, hal ini bertujuan untuk mengetahui validasi isi, kesesuaian antara fungsi berpikir kritis dengan indikator dan soal, dan kesesuaian soal dengan kunci jawaban.

d. Melakukan uji coba soal kepada sejumlah siswa kelas XI (n= 25), yang sudah pernah menerima materi Kingdom Plantae.

e. Menghitung validasi tes, validasi item, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda.

f. Merevisi soal yang diuji coba, sesuai dengan soal yang telah di judgment para pakar dengan kriteria antara lain: a) panjang kalimat pada pilihan jawaban (option) harus relatif sama, b) kalimat pada option harus setara dan secara konsep benar, c) soal yang dibuat harus sesuai dengan indikator yang ingin dicapai, d) gambar yang digunakan pada soal lebih diperjelas, e) pertanyaan supaya lebih mendalam.

Soal pilihan ganda beralasan yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 60 butir. Materi yang diujikan meliputi materi tentang dasar klasifikasi dunia tumbuhan, ciri-ciri yang termasuk anggota dunia tumbuhan, ciri-ciri dan klasifikasi masing-masing divisio dunia tumbuhan, siklus hidup masing-masing divisio, peranan tumbuhan bagi kelangsungan hidup di bumi. Sebelum digunakan dalam penelitian, seperangkat butir soal tersebut telah diujicobakan pada siswa kelas XI di SMA Negeri di Banda Aceh tempat dilakukan penelitian untuk mengetahui tingkat kesukaran, validasi, reliabilitas, daya pembeda, juga keterbacaan soal serta waktu yang digunakan untuk mengerjakan soal secara


(21)

keseluruhan. Dari 60 soal yang diujicobakan, maka terpilih 40 soal yang digunakan dalam penelitian.

Berpikir kritis yang diukur dalam soal-soal pilihan ganda beralasan tersebut merujuk pada delapan fungsi berpikir kritis menurut Inch, et al., (2006). komposisi soal lebih banyak pada materi paku dan berbiji, karena pembahasan pada paku dan berbiji lebih luas dibanding pada materi ciri-ciri tumbuhan dan lumut. Adapun komposisi soal pilihan ganda beralasan tersebut, secara jelas ditampilkan dalam Tabel 3.3.

Tabel 3.3

Komposisi Soal Tes Kemampuan Berpikir Kritis

NO

Fungsi Berpikir Kritis

No Soal

(f) (%)

Ciri-ciri dunia tumbuhan

Lumut Paku Berbiji

1 Pertanyaan terhadap masalah

1 - - 52 2 5

2 Tujuan - - 28 16 2 5

3 Informasi 22 35 39 42 4 10

4 Konsep-konsep 2 8,27 24,25,26,

34,51

9,30,32, 45,54,57

14 35

5 Asumsi 3 46 - 12,19,38,

55

6 15

6 Sudut pandang - - 11 23,58,49 4 10

7 Interpretasi dan menarik kesimpulan

- 7 15,36 59 4 10

8 Implikasi dan akibat-akibat

- - 5,44 18,33 4 10

Jumlah 4 5 12 19 40 100

Persentase 10 12,5 30 47,5 100

Aturan pemberian skor soal kemampuan berpikir kritis untuk setiap jawaban siswa soal bentuk pilihan ganda beralasan ditentukan berdasarkan pedoman penskoran dengan skala penilaian 4, 3, 2, 1, 0. Kriteria untuk skala


(22)

45

penilaian tersebut telah disesuaikan dengan kepentingan penelitian. Penjelasan lebih mendalam mengenai skala penilaian dapat dilihat seperti yang ditampilkan dalam Tabel 3.4.

Tabel 3.4

Pedoman Pemberian Skor Berpikir Kritis Menggunakan Opsi Skala Penilaian

Kategori Skor Indikator

Skor Tinggi 4 Jawaban yang diberikan benar. Poin-poin alasan yang dikemukakan berhubungan dengan pertanyaan dalam soal, tepat dan sistematis Skor Sedang 3 Jawaban yang diberikan benar. Alasan yang

diberikan berhubungan dengan soal, tepat, tidak sistematis

Skor Rendah 2 Jawaban yang diberikan benar. Alasan yang di berikan berhubungan dengan soal, namun tidak tepat dan tidak sistematis

Skor rendah 1 Jawaban yang diberikan benar. Alasan yang diberikan tidak berhubungan dengan soal, atau tidak memberikan alasan sama sekali

0 Jawaban yang diberikan salah.

Untuk menghasilkan instrumen yang benar-benar baik dan dapat menjamin keterukuran mengenai apa yang hendak diukur, maka terlebih dahulu dilakukan pengujian dan penganalisaan terhadap instrumen yang digunakan. Pengujian dan analisis tes dilakukan melalui tahap-tahap menghitung validitas tes, validitas ítem, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda dengan menggunakan uji Anates. Berdasarkan hasil uji coba dan analisis soal, diketahui soal-soal yang memenuhi kriteria soal yang baik untuk digunakan, diantaranya dilihat dari validitas, reliabilitas, daya pembeda, tingkat kesukaran. Berdasarkan hasil analisis soal diperoleh rerata validitas 0.85 kategori tinggi dan rerata reliabilitas soal 0.90 kategori tinggi, serta simpangan baku 11,47. Berikut ini disajikan pada Tabel 3.5 rekap hasil uji coba soal.


(23)

Tabel 3.5 Rekap Hasil Uji Coba Soal No Soal Asli No Soal Baru Daya Pembeda

Korelasi Tingkat

Kesukaran

Keterangan

1 1 85.71 0.680 Sedang dipakai

2 2 57.14 0.511 Sedang dipakai

3 3 57.14 0.585 Sukar dipakai

5 4 71.43 0.465 Sedang dipakai

7 5 85.71 0.618 Sedang dipakai

8 6 85.71 0.660 Sedang soal revisi

9 7 85.71 0.635 Mudah soal revisi

11 8 42.86 0.467 Sukar dipakai

12 9 28.57 0.362 Sukar dipakai

15 10 71.43 0.443 Sedang dipakai

16 11 57.14 0.447 Sedang dipakai

18 12 85.71 0.639 Mudah dipakai

19 13 71.43 0.591 Sedang dipakai

22 14 57.14 0.590 Mudah soal revisi

23 15 57.14 0.547 Mudah dipakai

24 16 57.14 0.578 Sukar dipakai

25 17 57.14 0.424 Sedang dipakai

26 18 85.71 0.615 Sedang dipakai

27 19 42.86 0.293 Sedang dipakai

28 20 42.86 0.365 Sedang soal revisi

30 21 42.86 0.404 Sukar dipakai

32 22 71.43 0.490 Sedang dipakai

33 23 85.71 0.645 Sedang soal revisi

34 24 42.86 0.393 Sedang dipakai

35 25 71.43 0.703 Sukar dipakai

36 26 85.71 0.630 Sedang dipakai

38 27 57.14 0.465 Sedang dipakai

39 28 85.71 0.623 Sedang dipakai

42 29 85.71 0.607 Sedang soal revisi

44 30 57.14 0.496 Sedang dipakai

45 31 28.57 0.496 Sukar dipakai

46 32 85.71 0.615 Sedang dipakai

49 33 71.43 0.548 Mudah dipakai

51 34 71.43 0.652 Sedang dipakai

52 35 42.86 0.472 Mudah Soal revisi

54 36 71.43 0.639 Sedang dipakai

55 37 57.14 0.578 Sedang dipakai

57 38 57.14 0.548 Sedang Soal revisi

58 39 71.43 0.615 Sedang dipakai


(24)

47

Data pada tabel 4.5 menunjukkan bahwa dari 60 butir soal yang di uji coba, terdapat 40 butir soal yang memenuhi kriteria yang layak di pakai pada proses pembelajaran. Pengujian dan penganalisaan terhadap instrumen yang digunakan menurut Arikunto (2009). Adapun langkah-langkah untuk menghasilkan instrumen yang benar-benar baik dan dapat menjamin keterukuran sebagai berikut.

a. Uji Validitas Soal

Menguji validitas soal dengan menggunakan uji anates. Untuk penafsiran nilai korelasi dapat dilakukan berdasarkan kriteria menurut Arikunto (2009) yaitu:

Antara 0,800 sampai dengan 1,000 = Sangat Tinggi Antara 0,600 sampai dengan 0,800 = Tinggi

Antara 0,400 sampai dengan 0,600 = Cukup Antara 0,200 sampai dengan 0,400 = Rendah

Antara 0,000 sampai dengan 0,200 = Sangat Rendah

Setelah dilakukan penghitungan maka diperoleh koefisien validasi untuk setiap butir soal tes berpikir kritis seperti pada Tabel 3.6.

Tabel 3.6

Rekapitulasi Validitas Tes Berpikir Kritis

No Interpretasi Validitas

Nomor

Soal Jumlah

Persentase (%) 1. Tinggi 1,7,8,9,18,26,33,35,36,39

,42,46,51,54,58

15 37,5

2. Cukup 2,3,5,11,15,16,19,22,23,2 4,25,30,32,38,44,45,49,5 2,55,57,59

21 52,5

3. Rendah 12,27,28,34, 4 10


(25)

b. Uji Reliabilitas soal

Untuk menguji reliabilitas soal menggunakan uji Anates. Setelah dilakukan perhitungan maka diperoleh koefisien reliabilitas tes berpikir kritis secara keseluruhan dengan kategori tinggi yaitu sebesar 0,90.

Kriteria tingkat reliabilitas menurut Arikunto (2009) r11 < 0,20 = tidak ada korelasi 0,20 ≤ r11 < 0,40 = korelasi rendah 0,40 ≤ r11 < 0,70 = korelasi sedang

c. Taraf Kesukaran

Menghitung taraf kesukaran menggunakan uji Anates. Kriteria tingkat kesukaran yang digunakan menurut Arikunto (2009) yaitu:

soal dengan P 1,00 sampai 0,30 adalah soal sukar Soal dengan P 0,30 sampai 0,70 adalah soal sedang Soal dengan P 0,70 sampai 1,00 adalah soal mudah

Berdasarkan hasil penghitungan diperoleh bahwa tingkat kesukaran tes berpikir kritis berada pada kisaran 0,25 - 0,71 dengan makna mudah, sedang, dan sukar seperti terlihat pada Tabel 3.7.

Tabel 3.7

Rekapitulasi Tingkat Kesukaran Tes Berpikir Kritis

No Interpretasi Nomor Soal Jumlah Persentase (%)

1. Mudah 9,18,22,23,49,52 6 15

2. Sedang

1,2,5,7,8,15,16,19,25 ,26,27,28,32,33,34,3 6,38,39,42,44,46,51, 54,55,57,58,59

27 67,5

3. Sukar 3,11,12,24,30,35,45 7 17,5


(26)

49

d. Daya Pembeda

Menghitung daya pembeda menggunakan uji Anates. Klasifikasi daya pembeda yang digunakan menurut Arikunto (2009), yaitu:

D : 0,00 – 0,20 : jelek (poor)

D : 0,20 – 0,40 : cukup (satisfactory) D : 0,40 – 0,70 : baik (good)

D : 0,70 – 1,00 : baik sekali (excellent)

D : negatif, semuanya tidak baik, jadi semua butir soal yang mempunyai nilai D negatif sebaiknya dibuang saja

Setelah dilakukan perhitungan maka diperoleh indeks daya pembeda untuk setiap butir soal tes berpikir kritis seperti tampak pada Tabel 3.8.

Tabel 3.8

Rekapitulasi Daya Pembeda Tes Berpikir Kritis

No Interpretasi Nomor Soal Jumlah Persentase (%)

1. Baik sekali

1,5,7,8,9,15,18,19,26 ,32,33,35,36,39,42,4 6,49,51,54,58

20

50

2. Baik

2,3,11,16,22,23,24,2 5,27,28,30,34,38,44, 52,55,57,59

18

45

3. Cukup 12,45 2 5

Jumlah 40 100

5. Skala sikap

Skala sikap disusun untuk mengukur sikap ilmiah siswa melalui pembelajaran berbasis praktikum. Skala sikap ilmiah digunakan untuk mengetahui bagaimana peningkatan sikap ilmiah siswa terhadap pembelajaran biologi khususnya pada konsep Kingdom Plantae. Sebelum diberikan pada siswa yang diberi perlakuan, terlebih dahulu dilakukan uji coba skala sikap kepada siswa kelas XI di SMA di tempat penelitian.


(27)

Skala sikap ilmiah yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan skala Likert (Riduwan, 2004: 86) yaitu berisi pernyataan-pernyataan yang disusun berdasarkan indikator sikap ilmiah. Setiap pernyataan-pernyataan yang dibuat ada yang bersifat positip dan negatif. Setiap pernyataan dihubungkan dengan jawaban atau dukungan sikap yang diungkapkan dengan lima pilihan jawaban yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), ragu-ragu (R), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS). Skala sikap ilmiah diberikan pada saat pre-test dan post-test.

Langkah-langkah penyusunan skala sikap ilmiah siswa (Natawidjaja, 1986) adalah sebagai berikut:

a. Menentukan indikator pernyataan sikap ilmiah. Aspek yang ditelaah meliputi hasrat ingin tahu, kerjasama dan kepedulian lingkungan.

b. Menyusun pernyataan berdasarkan indikator, masing-masing pernyataan memiliki kecenderungan positip atau negatif.

c. Konsultasi dengan pembimbing, untuk mendapatkan validasi isi, menelaah kesesuaian indikator dengan butir pernyataan.

d. Melakukan uji coba terhadap pernyataan yang telah disusun. Uji coba pernyataan sikap ilmiah ini diberikan kepada siswa kelas XI di SMA di Banda Aceh.

e. Menganalisis hasil uji coba untuk membakukan skalanya, sehingga skala dapat berharga 4-3-2-1-0 untuk pernyataan positif dan 0-1-2-3-4 untuk setiap pernyataan negatif. Berdasarkan hasil ujicoba, dari 28 pernyataan sikap yang telah disusun, terdapat 20 pernyataan yang valid dan memenuhi kriteria skala 4-3-2-1-0 untuk pernyataan positif dan skala 0-1-2-3-4 untuk setiap


(28)

51

pernyataan negatif. Bobot skor yang telah dibakukan selanjutnya digunakan sebagai pedoman penyekoran pernyataan sikap ilmiah hasil penelitian.

Untuk menetapkan bobot skor setiap alternatif jawaban pernyataan dilakukan dalam beberapa tahapan (Sumarno, 1988:4) yaitu:

1) Menentukan frekuensi untuk setiap alternatif jawaban

2) Menghitung proporsi (p) dengan cara membagi setiap frekuensi dengan jumlah responden.

3) Menghitung proporsi kumulatif atau cumulative propotion (cp), (cp1=p1, cp2=cp1+p2, cp3= cp2+p3, cp4=cp3+p4).

4) Menghitung nilai tengah proporsi kumulatif / mean cumulative propotion (mcp).

Dengan: mcp 1 = ½ cp1

mcp 2 = ½ (cp1+cp2)

mcp 3 = ½ (cp2+cp3)

mcp 4 = ½ (cp3+cp4)

5) Menentukan nilai z berdasarkan mcp yang telah diketahui dengan menggunakan tabel distribusi normal.

6) Menghitung nilai z+ nilai mutlak. Nilai mutlak diperolah dari nilai z yang paling rendah nilainya.

7) Membulatkan nilai z+ nilai mutlak.

f. Menentukan daya pembeda setiap pernyataan.

Untuk menentukan daya pembeda setiap butir pernyataan dilakukan dalam beberapa tahapan berikut:

1) Menyusun skor skala sikap subjek yang telah diurutkan dari nilai tertinggi hingga nilai terendah.


(29)

2) Memilih siswa yang termasuk kelompok atas dan kelompok bawah masing-masing 27 %.

3) Menentukan nilai thitung, dengan rumus:

thitung =

∑( ) ∑( ) ( )

∑( − ) = ∑ - (∑ )

∑( − ) = ∑ -(∑ ) (Sumarno, 1988)

Keterangan:

= Rata-rata kelompok atas = Rata-rata kelompok bawah n = Banyak subyek

g. Nilai thitung dibandingkan dengan nilai ttabel, jika thitung > ttabel maka pernyataan

tersebut mempunyai daya pembeda dan valid sehingga dapat digunakan dalam penelitian.

h. Menguji reliabilitas seluruh pernyataan skala sikap, dengan menggunakan rumus alpha berikut:

r11 = ( ) 1 − ∑

Keterangan:

r11 = Reliabilitas instrumen

k = Banyaknya butir soal atau pernyataan ∑ = Jumlah varians butir

= Varians total (Arikunto, 2005:109) Hasil perhitungan validitas pernyataan sikap ilmiah disajikan dalam Tabel 3.9.


(30)

53

Tabel 3.9

Validitas Pernyataan Sikap Ilmiah Siswa

Data pada tabel 3.9 menunjukkan bahwa terdapat 20 butir pernyataan sikap yang dipakai dari hasil uji coba. Reliabilitas pernyataan sikap ilmiah secara keseluruhan 0,734 artinya sangat tinggi. Komposisi pernyataan sikap ilmiah yang digunakan dalam penelitian ini diuraikan dalam Tabel 3.10.

Tabel 3.10

Komposisi Pernyataan Sikap Ilmiah

No Indikator Sikap

Ilmiah

Jumlah Pernyataan

Pernyataan Sikap Positif

No Jumlah

Negatif

No Jumlah

1. Rasa ingin tahu 7 1,3,7,9 4 2,5,8 3

2. Kerjasama 6 10,11,1

5,18 4 14,16 2

3. Kepedulian

Lingkungan 7

20,21,2

2,25,27 5 19,24 2

Jumlah 20 13 7

No. Urut No.

Pernyataan thitung ttabel Validitas Keterangan

1 1 2,040 1,721 Valid Dipakai

2 2 2,124 1,721 Valid Dipakai

3 3 2,421 1,721 Valid Dipakai

4 5 2,651 1,721 Valid Dipakai

5 7 2,317 1,721 Valid Dipakai

6 8 2,414 1,721 Valid Dipakai

7 9 2,563 1,721 Valid Dipakai

8 10 3,240 1,721 Valid Dipakai

9 11 2,832 1,721 Valid Dipakai

10 14 3,324 1,721 Valid Dipakai

11 15 2,206 1,721 Valid Dipakai

12 16 3,086 1,721 Valid Dipakai

13 18 1,881 1,721 Valid Dipakai

14 19 2,804 1,721 Valid Dipakai

15 20 2,170 1,721 Valid Dipakai

16 21 2,023 1,721 Valid Dipakai

17 22 2,785 1,721 Valid Dipakai

18 24 2,496 1,721 Valid Dipakai

19 25 3,319 1,721 Valid Dipakai


(31)

6. Kuesioner

Kuesioner digunakan untuk mengumpulkan informasi tentang tanggapan siswa terhadap pembelajaran melalui pembelajaran berbasis praktikum pada materi kingdom plantae. Bentuk kuesioner berupa pertanyaan dengan pilihan berganda yang dapat merefleksikan pendapat siswa disertai alasan/pendapat. Menurut Riduwan (2004: 100) angket terstruktur merupakan angket yang disajikan dalam bentuk sedemikian rupa sehingga responden diminta untuk memilih satu jawaban yang sesuai dengan karakteristik dirinya dengan cara memberi tanda silang atau tanda check.

Langkah penyusunan angket tanggapan siswa terhadap pembelajaran adalah menyusun kisi-kisi angket dan konsultasi dengan pembimbing. Konsultasi dengan pembimbing dilakukan untuk mendapatkan validitas isi. Aspek yang ditelaah meliputi kesesuaian indikator dengan butir pernyataan tanggapan siswa dan aspek bahasa. Pernyataan dalam angket siswa yang digunakan dalam penelitian ini meliputi intensitas kegiatan praktikum yang dilaksanakan sebelumnya, minat dan motivasi siswa terhadap kegiatan praktikum, persepsi siswa tentang pembelajaran dengan pembelajaran berbasis praktikum, permasalahan yang dihadapi oleh siswa selama pelaksaaan kegiatan praktikum, mengidentifikasi praktikum yang diharapkan oleh siswa. Teknik pengolahan data angket dengan menggunakan persentase jumlah tanggapan siswa.

D. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Terdapat 3 tahapan dalam penelitian ini yaitu: 1. Tahap Persiapan


(32)

55

a. Pada tahap perencanaan, peneliti menyusun perangkat pembelajaran yang akan digunakan dalam penelitian. Perangkat pembelajaran/ instrumen yang dibuat adalah: rencana pembelajaran, Lembar Kerja Siswa (LKS), soal tes tertulis untuk mengungkap kemampuan berpikir kritis siswa untuk pre test dan post test, skala sikap, format penilaian kinerja personal, kuesioner tanggapan siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran berbasis praktikum.

b. Melakukan uji coba instrumen pada kelas Biologi.

c. Melakukan analisis kualitas instrumen dengan uji validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya beda. Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian, terlebih dahulu dilakukan uji coba untuk mendapatkan instrumen yang valid dan reliabel.

2. Tahap Pelaksanaan

Tahap ini merupakan tahap pengumpulan data. Pada tahap ini dilakukan pembelajaran berbasis praktikum, beberapa kegiatan yang dilakukan pada tahap ini antara lain:

a. Pemberian tes awal (pre test) untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis dan sikap ilmiah.

b. Penerapan pembelajaran berbasis praktikum.

c. Pengamatan kinerja siswa personal dengan menggunakan format penilaian kinerja personal.

d. Pemberian tes akhir (post test) untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis siswa setelah pembelajaran.


(33)

f. Pengisian kuesioner tanggapan siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran berbasis praktikum.

3. Tahap analisis data

Setelah penelitian diperoleh sejumlah data kuantitatif dan kualitatif. Analisis dan pengolahan data berpedoman pada data yang terkumpul dan pertanyaan penelitian. Data kuantitatif berupa: skor pre test dan skor pos test dan gain yang dinormalisasikan, skor skala sikap. Data kualitatif berupa tanggapan mahasiswa terhadap pembelajaran dan data temuan pada waktu penelitian dianalisis secara deskriptif untuk mengetahui kecenderungan data atau temuan yang akan digunakan dalam menarik kesimpulan. Khusus data berpikir kritis pada setiap fungsi dan data sikap ilmiah pada setiap indikator, data tersebut diurutkan berdasarkan skor total yang dicapai siswa setelah pembelajaran (nilai tes akhir).


(34)

57

Gambar 3.1 Alur Penelitian

Keterangan : * : mengidentifikasi ciri-ciri plantae

** : mengidentifikasi ciri-ciri dan klasifikasi lumut *** : mengidentifikasi ciri-ciri dan klasifikasi paku

**** : mengidentifikasi ciri-ciri dan klasifikasi tumbuhan berbiji Studi Lapangan

Studi konsep kingdom plantae, studi berpikir kritis, studi sikap ilmiah

Perumusan Pembelajaran Kingdom plantae berbasis praktikum

Implentasi Pembelajaran Berbasis Praktikum

Uji coba soal & Judgment

Penyusunan laporan

Instrumen : butir soal, angket, skala sikap, lembar

observasi, LKS

Soal revisi

Analisis Data Tes Awal

Pembelajaran 4 kali pertemuan, *,**,***,****

Tes Akhir

Observasi kinerja

Kuesioner Sikap


(35)

E. Pengolahan Data

1. Analisis Data Secara Statistik

Analisis dilakukan terhadap data yang telah terkumpul dan berpedoman pada pertanyaan-pertanyaan yang telah dibuat dalam penelitian. Data yang bersifat kualitatif dianalisis secara diskriptif untuk menemukan kecenderungan-kecenderungan yang muncul pada saat penelitian. Sedangkan data kuantitatif dianalisis dengan uji statistik. Pengolahan data dilakukan secara manual, menggunakan Microsoft-Excel 2007 dan SPSS 16.0.

Analisis data dengan uji statistik dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut.

a. Uji hipotesis dengan uji perbedaan dua rerata

Uji hipotesis atau uji beda dua rerata dilakukan untuk mengetahui signifikansi peningkatan berpikir kritis dan sikap ilmiah siswa setelah pembelajaran. Uji beda dua rerata dilakukan terhadap N-Gain kemampuan berpikir kritis dan sikap ilmiah antara siswa kelompok tinggi dan kelompok rendah, yaitu dengan menggunakan uji-t. Taraf signifikan yang digunakan adalah α = 0,05. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa dari delapan fungsi berpikir kritis yang digunakan, enam fungsi meningkat signifikan karena nilai t-hitung lebih besar dari t-tabel. Diantaranya adalah Question, Purpose, Assumption, Points of view, Interpretation, dan Implication Sedangkan N-Gain fungsi Information dan Consepts tidak signifikan disebabkan nilai t-hitung lebih kecil dari t-tabel.


(36)

59

Sikap ilmiah siswa untuk tiga indikator yang digunakan diantaranya Rasa ingin tahu, Kerjasama dan Kepedulian lingkungan juga meningkat signifikan, karena diketahui nilai t-hitung lebih besar dari t-tabel.

b. Perhitungan gain ternormalisasi

Untuk mengetahui peningkatan keterampilan berpikir kritis dan sikap ilmiah siswa, analisis menggunakan N-Gain (Meltzer, 2002) sebagai berikut :

   

 

− − =

A MAX

A B

N N

N N Gain N

dengan

NB : nilai post tes siswa

NA : nilai pre test siswa

NMAX : nilai ideal siswa

Kriteria gain ternormalisasi diperlihatkan pada tabel 3.11. No GainTernormalisasi N-Gain

1 Rendah 0 – 0,30

2 Sedang 0,31– 0,69

3 Tinggi 0,70-1,00


(37)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang diperoleh dalam penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Pembelajaran berbasis praktikum pada konsep kingdom plantae dapat meningkatkan secara signifikan berpikir kritis siswa. Kategori peningkatan berpikir kritis siswa berada pada kategori sedang. Peningkatan tidak signifikan untuk fungsi Informasi dan Konsep terhadap siswa kelompok tinggi. Pada pembelajaran berbasis praktikum siswa harus aktif membangun pengetahuannya sendiri, tetapi peran guru sangat penting dalam merancang suatu kegiatan praktikum yang dapat menjadikan siswa memahami suatu konsep yang dipelajari melalui kegiatan praktikum. Dengan demikian pembelajaran menjadi lebih bermakna.

2. Sebelum pembelajaran siswa telah memiliki kecenderungan sikap terhadap pembelajaran biologi. Setelah pembelajaran terjadi peningkatan terhadap sikap siswa dengan kategori rendah. Peningkatan sikap ilmiah signifikansi terhadap siswa kelompok tinggi untuk tiga indikator sikap. Kemampuan berpikir kritis yang tinggi pada siswa tidak menentukan bahwa sikap ilmiah siswa juga tinggi, begitu juga sebaliknya. Meskipun demikian melalui pembelajaran berbasis praktikum dapat meningkatkan sikap ilmiah siswa, sehingga dapat disimpulkan bahwa pembelajaran berbasis praktikum memiliki dampak yang lebih baik dalam meningkatkan sikap ilmiah siswa.


(38)

93

3. Aspek penilaian kinerja siswa yang dinilai pada pembelajaran berbasis praktikum, pada umumnya semua dilakukan siswa dengan baik, walaupun dalam pelaksanaan tersebut terdapat kendala-kendala, tetapi proses pembelajaran berlangsung baik (positif).

4. Berdasarkan hasil kuesioner tanggapan siswa, secara umum pembelajaran berbasis praktikum sangat diminati oleh siswa karena dapat mengamati objek biologi yang dipelajari secara langsung dan meningkatkan motivasi belajar siswa. Pembelajaran berbasis praktikum juga memacu siswa untuk berpikir, namun pada pelaksanaannya pembelajaran berbasis praktikum banyak membutuhkan waktu, maka sebelum pelaksanaannya di lapangan guru harus benar-benar merancang kegiatan praktikum yang ingin dilaksanakan serta dibutuhkan keahlian guru dalam mengelola kelas selama kegiatan praktikum berlangsung, sehingga materi yang ingin dicapai dapat terlaksana dengan baik. B. Keterbatasan

Penelitian ini dilakukan di salah satu sekolah negeri di kota Banda Aceh, dengan demikian masih belum dapat digeneralisasikan secara umum untuk memberikan gambaran berpikir kritis dan sikap ilmiah siswa SMA kelas X, masih perlu ada penelitian lainnya di berbagai sekolah yang berbeda. Kurangnya keahlian siswa dalam melakukan kegiatan praktikum, serta kemampuan siswa menghubungkan fakta, konsep dan teori, sehingga hasilnya masih belum maksimal. Waktu penelitian yang terbatas, sehingga tidak ada pengulangan untuk mengecek keajegan data hasil penelitian.


(39)

Keterbatasan lain yang dihadapi adalah pelaksanaan pembelajaran yang tidak dapat dilakukan di luar lingkungan sekolah (dekat pantai) karena mengingat besarnya resiko. Sehingga tidak dapat mendeteksi lebih jauh mengenai tumbuhan-tumbuhan yang terdapat disekitar pantai.

C. Saran-Saran

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang diperoleh dalam penelitian ini, maka saran-saran yang dapat dikemukakan adalah sebagai berikut :

1. Guru diharapkan dapat menggunakan model pembelajaran berbasis praktikum ini sebagai alternatif untuk mengajarkan materi biologi lainnya, Karena model pembelajaran berbasis praktikum ini dapat membangkitkan motivasi siswa untuk lebih mudah memahami konsep-konsep yang dipelajari.

2. Kendala-kendala dalam penelitian menjadi bahan masukan kepada para peneliti lain yang tertarik dengan pembelajaran berbasis praktikum untuk mengadakan penelitian lebih lanjut tentang efektifitas penerapan pembelajaran berbasis praktikum pada konsep-konsep biologi lainnya. Selain itu juga perlu dianalisis kinerja masing-masing siswa secara terperinci terutama dalam kelas besar atau kelas yang memiliki jumlah siswa yang banyak selama proses pembelajaran atau praktikum berlangsung. Dalam menilai kinerja siswa perlu ada bantuan dari pihak lain, karena penilaian tidak maksimal apabila proses pembelajaran dilakukan seorang diri.


(40)

96

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, A. (1990). Psikologi Sosial. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Amin, M. (1994). Mengajarkan Ilmu Pengetahuan Alam dengan Metode Discovery and Inquiry. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Arikunto, S. (2009). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Agustina, W.T. (2004). Pembelajaran Bioteknologi Bermuatan Nilai Sains Untuk

Meningkatkan Penguasaan Konsep, Berpikir Kritis, dan Sikap Ilmiah Siswa SMP. Tesis. UPI. Tidak diterbitkan.

Allo, E.L. (2005). Pembelajaran Zat Radioaktif Berbasis Komputer dalam Upaya Meningkatkan Pemahaman Konsep, Keterampilan Berpikir Kritis, dan Sikap Positif Siswa. Tesis Magister PPS UPI. Bandung: Tidak diterbitkan. Badan Standar Nasional Pendidikan (2005). Standar Kompetensi dan Kompetensi

Dasar IPA. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Campbell, A.N., Reece, B.J., & Mitchell, G.L. (2002). Biologi, Terjemahan. Jakarta: Erlangga.

Dahar, R. (1996). Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Dayakisni, T & Hudaniyah. (2006). Psikologi Sosial. Malang: UM Press.

Departemen Pendidikan Nasional (2002). Pelatihan Terintegrasi Berbasis Kompetensi Guru Mata Pelajaran Biologi. Jakarta: Departemen pendidikan Nasional.

Departemen Pendidikan Nasional (BSNP). Kurikulum KTSP 2006 SMA Pedoman Khusus Pengembangan Silabus dan penilaian Mata Pelajaran Biologi. Jakarta: Departemen pendidikan Nasional.

Ennis, R.H. (1985). “Goals for a Critical Thinking Curriculum”. In Costa, A.L (ed). Developing Mind: A Resource Book for Teaching Thingking. Virginia: ASDC Alexandria.

Guntur, M. (2004) Efektivitas Model Pembelajaran Latihan Inquiri Dalam Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Pada Konsep Ekologi Siswa Kelas I SMU. Tesis S2 UPI. Bandung: Tidak diterbitkan.

Gasong, D. (2006). Model Pembelajaran Konstruktivistik Sebagai Alternatif Mengatasi Masalah Pembelajaran. http://puslit.petra.ac.id/journals/interior/.


(41)

Halimatul, Supriyanti. (2006). Penerapan Model Hipotesis Deduktif pada Praktikum Kinetika Enzim untuk Mengembangkan Keterampilan Berpikir Kritis Mahasiswa. Prosiding dalam seminar nasional Pendidikan IPA di UPI.

Inch, E.S., Warnick, B., & Endres, D. (2006). Critical Thinking and Communication: The use of reason in argument. 5th Ed. Boston: Pearson Education, Inc.

Insan. 2008. Pembelajaran Berbasis Laboratorium untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Sikap Ilmiah Siswa tentang Sistem Pencernaan Makanan. Tesis. UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Jamaluddin. (1997). Pembelajaran Konsep Keanekaragaman Hayati dengan Pendekatan Klasifikasi Di Sekolah Umum. Tesis Magister PPS IKIP, IKIP Bandung: Tidak diterbitkan.

Joyce, B., Weil, M., & Calhoun, E. (2000). Models of Teaching, New York: John Willey and Son.

Karlina, I. (2009). Pembelajaran Kooperatif (Cooperative learning) sebagai Salah Satu Strategi Membangun Siswa. Online (PDF). 7 April 2009.

Krech. D., Crutchiefld., R.S., & Ballachey, E. (1962). Individual in Society. A Textbook of Social Psychology. San Fransisco: Mc-Graw-Hill Book Company, Inc.

Kurniati, T. (2001). Pembelajaran Pendekatan Keterampilan Proses Sains Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa. Tesis S2 UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Kobierska, H., Fiertak, M.T., & Grodzinska, M.J. (2007). “Attitude to Environmental Education in Poland”. Journal of Biology Education. 42(1), 12-18.

Mueller, D.J. (1990). Mengukur sikap sosial. Bandung: Fisip Universitas Pasundan Press.

Liliasari. (2000). Pengembangan Model Pembelajaran Berdasarkan Konstruktivisme untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi. Makalah: Pusat Studi Komputer Sains IKIP Bandung: Tidak diterbitkan. Linda, F. (2009). Penggunaan Praktikum Konfrontatif untuk Memfasilitasi


(42)

96

Pokok bahasan Keragaman Pada Sistem Organisasi Kehidupan. Tesis. UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Metltzer, D. (2002). “The Relationship Between Mathematics Preparation and Conceptual Learning Gains In Physics” American Journal of Physics, 70, 1259-1268.

Mulyana, E.H. (2005). Asesmen Dalam Pembelajaran Sains SD. www.goecities.com/ parthens/ 8658.

Natawidjaja, R. (1986). Penyusunan Instrumen Penelitian. Bandung: IKIP Bandung Press.

Presseisen, B.Z. (1985). “Thinking Skills: Meanings, Models” In Costa A.L. (ed). Developing Mind: A Resource Book For Teaching Thinking. Virginia: ASDC Alexandria.

Poedjiadi, A, (2005b). Pendidikan Sains dan Pembangunan Moral Bangsa. Bandung : Yayasan Cendrawasih.

Prokop, P., Tuncer, G., & Chuda, J. (2007). “Slovakian Student Attitude toward Biology”. Eurasia Journal of Mathematic Science & Technology Education, 3(4), 287-295.

Prokop, P., Prokop, M., & Tunnicliffe, S.D. (2007). “Is Biology Boring? Student Attitudes Toward Biology”. Educational Research, 42(1), 36-39.

Pujianto, S. (2008). Pembelajaran Biologi Kelas X, Platinum, Pustaka Mandiri Solo : PT Tiga Serangkai.

Russefendi, E.T. (1998). Statistika Dasar untuk Penelitian Pendidikan. Bandung: IKIP Bandung Press.

Riduwan, (2002). Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Rustaman, N., Dirjosoemarto, S., Ahmad, Y., Yudianto, S.A., Rochintaniawati, D., Nuryani, K.M., Dan Subekti, R. (2005). Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang: UM Press.

Rustaman, N. (2005). Peranan Praktikum dalam Pembelajaran Biologi. Makalah Pelatihan Teknisi dan Laboran FPMIPA IKIP Bandung.

Puspita, G.N. (2008). Pembelajaran Multimedia Interaktif pada pembelajaran Konsep Reproduksi Hewan Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep,


(43)

Keterampilan Generik dan Berpikir Kritis Siswa Kelas IX. Tesis Magister pada SPS UPI. Bandung: Tidak diterbitkan.

Sumarno, U. (1988). “Menyusun dan Menganalisis Skala Sikap”. Makalah Seminar. Jurusan Penddidikan Matematika. FPMIPA-IKIP. Bandung. Schafersman, S.D. (1991). An Introduction To Critical Thinking. Tersedia (On

line) di http : www.freeinquiry.com/critical-thingking.html.

Stiggins, R.J. (1994). Student Centered Classroom Assessment. New Yor: Macmillan College Publishing Company.

Suparno, P. (1997). Filsafat konstruktivisme Dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius.

Surtiana, (2002). Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Konsep Rangkaian Listrik Arus Searah Melalui Kegiatan Laboratorium. Tesis SPS UPI. Bandung: Tidak diterbitkan.

Syah, M. (2003). Psikologi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Sukmadinata, N.S. (2005). Metode penelitian pendidikan. Bandung: Kerjasama Pasca sarjana UPI dengan Rosdakarya.

Sanjaya, W. (2008). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Prenada Media.

Wiersma, W. (1994). Research Methods In Education. Massachusetts: A Simon and Schuster Company.

Yudianto, S.A. (2004). Manajemen Alam Sumber Pendidikan Nilai. Bandung: SPS UPI.

Yusa. (2004). Sains Biologi untuk SMP Kelas I Semester 1. Bandung: Grafindo.


(44)

(1)

tidak dapat dilakukan di luar lingkungan sekolah (dekat pantai) karena mengingat besarnya resiko. Sehingga tidak dapat mendeteksi lebih jauh mengenai tumbuhan-tumbuhan yang terdapat disekitar pantai.

C. Saran-Saran

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang diperoleh dalam penelitian ini, maka saran-saran yang dapat dikemukakan adalah sebagai berikut :

1. Guru diharapkan dapat menggunakan model pembelajaran berbasis praktikum ini sebagai alternatif untuk mengajarkan materi biologi lainnya, Karena model pembelajaran berbasis praktikum ini dapat membangkitkan motivasi siswa untuk lebih mudah memahami konsep-konsep yang dipelajari.

2. Kendala-kendala dalam penelitian menjadi bahan masukan kepada para peneliti lain yang tertarik dengan pembelajaran berbasis praktikum untuk mengadakan penelitian lebih lanjut tentang efektifitas penerapan pembelajaran berbasis praktikum pada konsep-konsep biologi lainnya. Selain itu juga perlu dianalisis kinerja masing-masing siswa secara terperinci terutama dalam kelas besar atau kelas yang memiliki jumlah siswa yang banyak selama proses pembelajaran atau praktikum berlangsung. Dalam menilai kinerja siswa perlu ada bantuan dari pihak lain, karena penilaian tidak maksimal apabila proses pembelajaran dilakukan seorang diri.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, A. (1990). Psikologi Sosial. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Amin, M. (1994). Mengajarkan Ilmu Pengetahuan Alam dengan Metode Discovery and Inquiry. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Arikunto, S. (2009). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Agustina, W.T. (2004). Pembelajaran Bioteknologi Bermuatan Nilai Sains Untuk

Meningkatkan Penguasaan Konsep, Berpikir Kritis, dan Sikap Ilmiah Siswa SMP. Tesis. UPI. Tidak diterbitkan.

Allo, E.L. (2005). Pembelajaran Zat Radioaktif Berbasis Komputer dalam Upaya Meningkatkan Pemahaman Konsep, Keterampilan Berpikir Kritis, dan Sikap Positif Siswa. Tesis Magister PPS UPI. Bandung: Tidak diterbitkan. Badan Standar Nasional Pendidikan (2005). Standar Kompetensi dan Kompetensi

Dasar IPA. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Campbell, A.N., Reece, B.J., & Mitchell, G.L. (2002). Biologi, Terjemahan. Jakarta: Erlangga.

Dahar, R. (1996). Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Dayakisni, T & Hudaniyah. (2006). Psikologi Sosial. Malang: UM Press.

Departemen Pendidikan Nasional (2002). Pelatihan Terintegrasi Berbasis Kompetensi Guru Mata Pelajaran Biologi. Jakarta: Departemen pendidikan Nasional.

Departemen Pendidikan Nasional (BSNP). Kurikulum KTSP 2006 SMA Pedoman Khusus Pengembangan Silabus dan penilaian Mata Pelajaran Biologi. Jakarta: Departemen pendidikan Nasional.

Ennis, R.H. (1985). “Goals for a Critical Thinking Curriculum”. In Costa, A.L (ed). Developing Mind: A Resource Book for Teaching Thingking. Virginia: ASDC Alexandria.

Guntur, M. (2004) Efektivitas Model Pembelajaran Latihan Inquiri Dalam Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Pada Konsep Ekologi Siswa Kelas I SMU. Tesis S2 UPI. Bandung: Tidak diterbitkan.

Gasong, D. (2006). Model Pembelajaran Konstruktivistik Sebagai Alternatif Mengatasi Masalah Pembelajaran. http://puslit.petra.ac.id/journals/interior/.


(3)

Halimatul, Supriyanti. (2006). Penerapan Model Hipotesis Deduktif pada Praktikum Kinetika Enzim untuk Mengembangkan Keterampilan Berpikir Kritis Mahasiswa. Prosiding dalam seminar nasional Pendidikan IPA di UPI.

Inch, E.S., Warnick, B., & Endres, D. (2006). Critical Thinking and Communication: The use of reason in argument. 5th Ed. Boston: Pearson Education, Inc.

Insan. 2008. Pembelajaran Berbasis Laboratorium untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Sikap Ilmiah Siswa tentang Sistem Pencernaan Makanan. Tesis. UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Jamaluddin. (1997). Pembelajaran Konsep Keanekaragaman Hayati dengan Pendekatan Klasifikasi Di Sekolah Umum. Tesis Magister PPS IKIP, IKIP Bandung: Tidak diterbitkan.

Joyce, B., Weil, M., & Calhoun, E. (2000). Models of Teaching, New York: John Willey and Son.

Karlina, I. (2009). Pembelajaran Kooperatif (Cooperative learning) sebagai Salah Satu Strategi Membangun Siswa. Online (PDF). 7 April 2009.

Krech. D., Crutchiefld., R.S., & Ballachey, E. (1962). Individual in Society. A Textbook of Social Psychology. San Fransisco: Mc-Graw-Hill Book Company, Inc.

Kurniati, T. (2001). Pembelajaran Pendekatan Keterampilan Proses Sains Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa. Tesis S2 UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Kobierska, H., Fiertak, M.T., & Grodzinska, M.J. (2007). “Attitude to Environmental Education in Poland”. Journal of Biology Education. 42(1), 12-18.

Mueller, D.J. (1990). Mengukur sikap sosial. Bandung: Fisip Universitas Pasundan Press.

Liliasari. (2000). Pengembangan Model Pembelajaran Berdasarkan Konstruktivisme untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi. Makalah: Pusat Studi Komputer Sains IKIP Bandung: Tidak diterbitkan. Linda, F. (2009). Penggunaan Praktikum Konfrontatif untuk Memfasilitasi


(4)

Pokok bahasan Keragaman Pada Sistem Organisasi Kehidupan. Tesis. UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Metltzer, D. (2002). “The Relationship Between Mathematics Preparation and Conceptual Learning Gains In Physics” American Journal of Physics, 70, 1259-1268.

Mulyana, E.H. (2005). Asesmen Dalam Pembelajaran Sains SD. www.goecities.com/ parthens/ 8658.

Natawidjaja, R. (1986). Penyusunan Instrumen Penelitian. Bandung: IKIP Bandung Press.

Presseisen, B.Z. (1985). “Thinking Skills: Meanings, Models” In Costa A.L. (ed). Developing Mind: A Resource Book For Teaching Thinking. Virginia: ASDC Alexandria.

Poedjiadi, A, (2005b). Pendidikan Sains dan Pembangunan Moral Bangsa. Bandung : Yayasan Cendrawasih.

Prokop, P., Tuncer, G., & Chuda, J. (2007). “Slovakian Student Attitude toward Biology”. Eurasia Journal of Mathematic Science & Technology Education, 3(4), 287-295.

Prokop, P., Prokop, M., & Tunnicliffe, S.D. (2007). “Is Biology Boring? Student Attitudes Toward Biology”. Educational Research, 42(1), 36-39.

Pujianto, S. (2008). Pembelajaran Biologi Kelas X, Platinum, Pustaka Mandiri Solo : PT Tiga Serangkai.

Russefendi, E.T. (1998). Statistika Dasar untuk Penelitian Pendidikan. Bandung: IKIP Bandung Press.

Riduwan, (2002). Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Rustaman, N., Dirjosoemarto, S., Ahmad, Y., Yudianto, S.A., Rochintaniawati, D., Nuryani, K.M., Dan Subekti, R. (2005). Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang: UM Press.

Rustaman, N. (2005). Peranan Praktikum dalam Pembelajaran Biologi. Makalah Pelatihan Teknisi dan Laboran FPMIPA IKIP Bandung.

Puspita, G.N. (2008). Pembelajaran Multimedia Interaktif pada pembelajaran Konsep Reproduksi Hewan Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep,


(5)

Keterampilan Generik dan Berpikir Kritis Siswa Kelas IX. Tesis Magister pada SPS UPI. Bandung: Tidak diterbitkan.

Sumarno, U. (1988). “Menyusun dan Menganalisis Skala Sikap”. Makalah Seminar. Jurusan Penddidikan Matematika. FPMIPA-IKIP. Bandung. Schafersman, S.D. (1991). An Introduction To Critical Thinking. Tersedia (On

line) di http : www.freeinquiry.com/critical-thingking.html.

Stiggins, R.J. (1994). Student Centered Classroom Assessment. New Yor: Macmillan College Publishing Company.

Suparno, P. (1997). Filsafat konstruktivisme Dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius.

Surtiana, (2002). Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Konsep Rangkaian Listrik Arus Searah Melalui Kegiatan Laboratorium. Tesis SPS UPI. Bandung: Tidak diterbitkan.

Syah, M. (2003). Psikologi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Sukmadinata, N.S. (2005). Metode penelitian pendidikan. Bandung: Kerjasama Pasca sarjana UPI dengan Rosdakarya.

Sanjaya, W. (2008). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Prenada Media.

Wiersma, W. (1994). Research Methods In Education. Massachusetts: A Simon and Schuster Company.

Yudianto, S.A. (2004). Manajemen Alam Sumber Pendidikan Nilai. Bandung: SPS UPI.

Yusa. (2004). Sains Biologi untuk SMP Kelas I Semester 1. Bandung: Grafindo. Zainul, A. (2001). Alternatif Asesmen. Jakarta: Dirjen DIKTI, Depdiknas.


(6)

Dokumen yang terkait

PENGARUH PENGGUNAAN PRAKTIKUM VIRTUAL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN SIKAP ILMIAH SISWA SMA PADA KONSEP TUMBUHAN LUMUT DAN PAKU.

1 9 45

PEMBELAJARAN BERBASIS PRAKTIKUM VIRTUAL UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS DAN SIKAP ILMIAH SISWA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI MANUSIA.

1 3 46

PEMBELAJARAN BERBASIS PRAKTIKUM VIRTUAL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN SIKAP ILMIAH SISWA KELAS XI PADA MATERI PENGARUH HORMON TERHADAP METABOLISME.

0 0 37

PEMBELAJARAN BERBASIS PRAKTIKUM VIRTUAL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN SIKAP ILMIAH SISWA KELAS X PADA MATERI INVERTEBRATA.

1 2 44

PENERAPAN PEMBELAJARAN SISTEM SIRKULASI BERBASIS PRAKTIKUM VIRTUAL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN SIKAP ILMIAH SISWA SMP.

0 3 33

PEMBELAJARAN BERBASIS PRAKTIKUM DAN ASESMENNYA PADA KONSEP SISTEM PEREDARAN DARAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN SIKAP ILMIAH SISWA SMA.

1 1 57

PEMBELAJARAN BERBASIS PRAKTIKUM PADA KONSEP INVERTEBRATA UNTUK MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN SIKAP ILMIAH SISWA.

2 9 39

PEMBELAJARAN BERBASIS PRAKTIKUM DENGAN MENERAPKAN PEER ASSESSMENT PADA KONSEP HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN SIKAP ILMIAH SISWA SMP.

0 0 49

PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN SIKAP ILMIAH SISWA SMA.

0 0 16

Pengembangan modul pembelajaran fisika berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan sikap ilmiah siswa sma JURNAL MEGA

1 5 11