PENGARUH PENGETAHUAN NASABAH DAN CITRA MEREK TERHADAP KEPUTUSAN MENGGUNAKAN LAYANAN.

(1)

TESIS

diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Magister Manajemen Bisnis Konsentrasi Pemasaran

Oleh:

Intan Permana NIM. 1302709

PROGRAM STUDI

MAGISTER MANAJEMEN BISNIS SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2015


(2)

==================================================================

Pengaruh Pengetahuan Nasabah dan Citra Merek

terhadap Keputusan Menggunakan Layanan

(Survey pada Nasabah Individu Layanan Giro iB Wadiah Bank

Umum Syariah di Kota Bandung)

Oleh Intan Permana

S.Pd UPI Bandung, 2011

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Manajemen (M.M.) pada Program Studi Magister Manajemen Bisnis

© Intan Permana 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,


(3)

(Survey pada Nasabah Individu Layanan Giro iB Wadiah Bank Umum Syariah di Kota Bandung)

Tesis ini telah disetujui dan disahkan oleh Pembimbing:

Prof.Dr.H.Agus Rahayu, M.P NIP. 196206071987031002

Mengetahui,

Ketua Program Studi Magister Manajemen Bisnis

Prof.Dr.H.Eeng Ahman, M.Si NIP. 196110221986031002


(4)

ABSTRAK

Intan Permana, 1302709, Pengaruh Pengetahuan Nasabah dan Citra Merek Terhadap Keputusan Menggunakan Layanan (Survei pada Nasabah Individu Layanan Giro iB Wadiah Bank Umum Syariah di Kota Bandung) di bawah bimbingan Prof.Dr.H.Agus Rahayu, M.P.

Indonesia memiliki potensi pasar yang sangat besar untuk berbagai produk, jasa dan layanan berbasis syariah. Dari sekian banyak produk berbasis syariah yang ditawarkan, pencapaian market share perbankan syariah menduduki posisi paling bawah sebagai sebuah output pemasaran yang dapat dicapai setelah adanya pembelian. Peneliti berasumsi adanya masalah dalam keputusan menggunakan layanan. Beberapa penelitian terdahulu membuktikan bahwa pengetahuan konsumen dan citra merek berpengaruh terhadap keputusan pembelian.

Penelitian ini bertujuan untuk: 1) Mengetahui pengetahuan nasabah, citra merek dan keputusan menggunakan layanan. 2) Menganalisis pengaruh pengetahuan nasabah terhadap keputusan menggunakan layanan. 3) Menganalisis pengaruh pengetahuan nasabah terhadap keputusan menggunakan layanan melalui citra merek, dan 4) Menganalisis pengaruh citra merek terhadap keputusan menggunakan layanan. Kegunaan penelitian secara praktis diharapkan dapat memberikan informasi bagi tenaga pemasar Bank Umum Syariah tentang pengetahuan nasabah dan citra merek sebagai stimulus pemasaran untuk meningkatkan kinerja pemasaran.

Teknik analisis data yang digunakan Partial Least Square dengan jumlah sampel 96 untuk memprediksi koefisien jalur pengaruh langsung maupun tidak langsung. Hasil penelitian membuktikan bahwa: 1) Tingkat pengetahuan nasabah Giro iB wadiah adalah cukup tinggi, citra merek Giro iB wadiah cukup tinggi dan tingkat keputusan menggunakan layanan Giro iB wadiah adalah tinggi. 2) Pengetahuan nasabah berpengaruh positif dan berukuran lemah terhadap keputusan menggunakan layanan secara signifikan. 3) Pengetahuan nasabah berpengaruh positif dan berukuran mediate terhadap citra merek secara signifikan, dan 4) Citra merek berpengaruh positif dan berukuran mediate terhadap keputusan menggunakan layanan secara signifikan.


(5)

ABSTRACT

Intan Permana, 1302709, Customer Knowledge Influence and Brand Image Toward The Decision of Using a Service (A Survey to Individual Costumer of Giro iB Service of General Syariah Bank in Bandung City) supervised by Prof.Dr.H.Agus Rahayu, M.P.

Indonesia has a huge market potential for various product, service and syariah-based service. From many syariah-based products offered, achievement of market share of syariah banking occupy the lowest position as a marketing output that can be achieved after the purchase.Researchers assume there is a problem in the decision to use the service. Several previous studies proved that knowledge of costumer and brand image influence on purchase decisions.

This research aims to: 1) to find out customer knowledge, brand image and the decision of using a service. 2) to analyze costumer knowledge positive effect toward the use of service. 3) to analyze costumer knowledge positive effect toward brand image, and 4) to analyze brand image positive effect toward the use to service. The use of this research practically expected to provide the information for General Syariah Bank marketers about the costumer knowledge and brand image as a stimulus to improve marketing performance.

Data analysis techniques used is Partial Least Square with a sample of 96 to predict the path coefficients influence directly or indirectly. The result of this research shows that: 1) the level of Giro iB wadiah customer knowledge is enough, the Giro iB wadiah brand image is enough and the level of demand from costumers to use the service is high. 2) costumer knowledge positive and weak effect toward the use of service is significantly. 3) costumer knowledge positive and mediate effect toward brand image is insignificantly, and 4) brand image positive and mediate effect toward the use to service is significantly. Keyword : customer knowledge, brand image and decision of using a service


(6)

DAFTAR ISI

Abstrak ... Abstract ... Kata Pengantar ... Daftar Isi ... Daftar Tabel ... ... Daftar Gambar ... Daftar Rumus ... BAB I. Pendahuluan

1.1Latar Belakang Masalah ... 1.2Rumusan Masalah ... 1.3Tujuan Penelitians ... 1.4Kegunaan Penelitian ... BAB II. Kajian Teori, Kerangka Pemikiran dan Hipotesis

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Konsep Pemasaran Jasa

2.1.1.1 Definisi Pemasaran Jasa ... 2.1.1.2 Sifat Khusus Pemasaran Jasa ... 2.1.1.3 Strategi Pemasaran Jasa ... 2.1.1.4 Jasa Perbankan Syariah

2.1.1.4.1 Definisi Perbankan Syariah ... 2.1.1.4.2 Kodifikasi Layanan Giro iB ... 2.1.1.4.3 Strategi Pemasaran Jasa Perbankan

Syariah ... 2.1.2 Konsep Pengetahuan Konsumen

2.1.2.2Definisi Pengetahuan Konsumen ... 2.1.2.2 Jenis Pengetahuan Konsumen ... 2.1.2.3 Cara Konsumen Mendapatkan Pengetahuan... 2.1.2.4 Dimensi Pengetahuan Konsumen ... 2.1.2.5 Pengaruh Pengetahuan Konsumen terhadap

Keputusan Pembelian... 2.1.3 Konsep Merek

2.1.3.1 Definisi Merek ... 2.1.3.2 Interpretasi terhadap Merek ... 2.1.3.3 Elemen Merek ... 2.1.3.4 Manfaat Merek ... 2.1.3.5 Citra Merek

2.1.3.5.1 Definisi Citra Merek ... 2.1.3.5.2 Fungsi Citra Merek ... 2.1.3.5.3 Jenis Citra Merek ... 2.1.3.5.4 Dimensi Citra Merek ... 2.1.3.5.5 Pengaruh Citra Merek terhadap

Keputusan Pembelian... 2.1.4 Kosep Perilaku Konsumen

2.1.4.1 Definisi Perilaku Konsumen ... 2.1.4.2 Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen ..

i ii iii vi viii ix x 1 8 8 8 10 11 11 12 12 14 16 17 18 19 20 22 22 24 25 26 26 28 29 30 32 32


(7)

2.1.4.3 Dimensi Perilaku Konsumen ... 2.1.4.4 Keputusan Pembelian

2.1.4.4.1 Definisi Keputusan Pembelian ... 2.1.4.4.2 Faktor yang Mempengaruhi Keputusan

Pembelian ... 2.1.4.4.3 Proses Keputusan Pembelian ... 2.1.4.4.4 Jenis Keputusan Pembelian ... 2.1.4.4.5 Dimensi Keputusan Pembelian ... 2.1.5 Penelitian Terhadulu ... 2.2 Kerangka Pemikiran ... 2.3 Hipotesis ... BAB III. Metode Penelitian

3.1 Desain Penelitian ... 3.2 Populasi dan Sampel

3.2.1 Populasi ... 3.2.2 Sampel ... 3.3Operasionalisasi Variabel ... 3.4 Instrumen Penelitian

3.4.1 Teknik Pengumpulan Data ... 3.4.2 Skala Pengukuran ... 3.4.3 Hasil Pengujian Validitas Instrumen ... 3.4.4Hasil Pengujian Reliabilitas Instrumen ... 3.5 Teknik Analisis Data

3.5.1Asumsi Partial Least Square – Structural Equation Modeling ... 3.5.2Tahapan Umum Menggunakan SEM ... 3.5.3Evaluasi Model

3.5.3.1Outer Model atau Model Pengukuran

3.5.3.1.1 Uji Validitas ... 3.5.3.1.2 Uji Reliabilitas ... 3.5.3.2Inner Model atau Model Struktural ... 3.5.4 Uji Hipotesis ... BAB IV. TEMUAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Profil Bank Umum Syariah dan Karakteristik Nasabah 4.1.1 Profil Bank Umum Syariah

4.1.1.1 Bank Rakyat Indonesia Syariah ... 4.1.1.2 Bank Syariah Mandiri ... 4.1.1.3 Bank Central Asia Syariah ... 4.1.1.4 Bank Mega Syariah ... 4.1.2 Karakteristik Responden ... 4.2 Gambaran Deskriptif Variabel

4.2.1 Pengetahuan Nasabah

4.2.1.1 Pengetahuan Produk pada Nasabah ... 4.2.1.2 Pengetahuan Pembelian pada Nasabah ... 4.2.1.3 Pengetahuan Pemakaian pada Nasabah ...

33 36 37 38 39 41 43 48 51 52 52 53 54 59 59 60 63 71 72 74 74 75 76 79 80 82 83 85 92 93 94


(8)

4.2.2 Citra Merek

4.2.2.1 Brand Association Giro iB ... 4.2.2.2 Brand Value Giro iB ... 4.2.2.3 Brand Positioning ... 4.2.3 Keputusan Menggunakan Layanan

4.2.3.1 Pemilihan Produk ... 4.2.3.2 Pemilihan Merek ... 4.2.3.3 Pemilihan Kantor Cabang ... 4.2.3.4 Jumlah Pembelian... 4.2.3.5 Waktu Pembelian ... 4.2.3.6 Cara Pembayaran ... 4.3 Hasil Evaluasi Model

4.3.1 Kesesuaian Model Pengukuran (Outer Model)

4.3.1.1 Pengetahuan Nasabah ... 4.3.1.2 Citra Merek ... 4.3.1.3 Keputusan Menggunakan Layanan ... 4.3.2 Kesesuaian Model Struktural (Inner Model) ... 4.4 Hasil Pengujian Hipotesis

4.4.1 Pengaruh Pengetahuan Nasabah terhadap Keputusan Menggunakan Layanan ... 4.4.2 Pengaruh Pengetahuan Nasabah terhadap Citra Merek ... 4.4.3 Pengaruh Citra Merek terhadap Keputusan Menggunakan Layanan ... BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

5.1 Kesimpulan ... 5.2 Implikasi ... 5.3 Rekomendasi ... Daftar Pustaka

Lampiran

98 99 100 104 104 105 106 107 108

109 111 113 116

121 123 125 129 130 131


(9)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Menurut Suryanata dalam (www.forum.kompas.com), pada akhir tahun 2013 Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia yaitu 182.570.000 jiwa. Populasi muslim Indonesia terbesar berada di Jawa Barat yaitu 41.763.592 jiwa dan tersebar diseluruh provinsi mulai dari bagian barat hingga Indonesia bagian timur. Angka tersebut mengindikasikan potensi yang sangat besar untuk mengembangkan berbagai produk maupun jasa yang mengadopsi nilai-nilai Islam. Namun tidak sedikit tantangan yang harus dihadapi dalam memasarkannya.

Konsumen muslim relatif menjanjikan di Indonesia sehingga membuat perusahaan harus tetap fokus membaca peluang dengan memperhatikan gaya hidup dan perilaku yang berkembang. Setiap muslim di berbagai daerah berhak menterjemahkan ritual syariah secara bebas dan kreatif sesuai dengan selera kelas sosial dan ekonomi. Tidak ada lagi keterbatasan dalam berbagai aspek kehidupan yang mengikat. Masyarakat muslim menjadi semakin terbuka dan leluasa menerapkan syariah Islam dengan lebih ekspresif di berbagai aspek kehidupan. Perubahan mendasar pada cara hidup membuat pola pikir masyarakat muslim atas kebutuhan dan keinginan yang berbeda. Sehingga berkembanglah produk dan jasa yang mengadopsi nilai-nilai Islam yang bersifat modern dan universal untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan pasar muslim.

Menurut Dyah Hasto Palupi dalam majalah SWA (18 edisi XXX 28 Agustus-10 September 2014, hlm.26) menyatakan bahwa gaya hidup Islami semakin berkembang pada setiap aspek kehidupan yang meliputi bidang fashion, kosmetik, bank, asuransi, makanan halal, umrah, hotel, pendidikan, reksadana dan salon kecantikan. Produk dan jasa dengan brand Islami selama lima tahun terakhir berkembang pesat dan diterima secara terbuka oleh masyarakat muslim. Potensi pasar inilah yang tidak bisa diabaikan oleh para pemasar industri besar, menengah bahkan kecil.


(10)

Tabel 1.1

Market Share Produk dan Jasa Berbasis Syariah di Indonesia Tahun 2013 (dalam persen)

Peringkat Produk atau Jasa %

1 Makanan halal 22,12

2 Fashion 13,6

3 Umrah 12,8

4 Asuransi 11,7

5 Kosmetik 10,3

6 Reksadana 7,2

7 Hotel 6

8 Salon kecantikan 5,89

9 Pendidikan 5,59

10 Bank 4,8

Sumber: Majalah SWA 18 edisi XXX 28 Agustus- 10 September 2014

Berdasarkan Tabel 1.1 jasa perbankan syariah di Indonesia yang mencapai market share paling rendah sebesar 4,8% dari populasi muslim Indonesia. Idealnya, produk perbankan syariah yang dipasarkan di negara mayoritas penduduk muslim dapat mencapai presentase market share yang lebih tinggi. Hal ini dapat diartikan bahwa produk perbankan syariah belum banyak diminati pasar, sehingga menjadi tantangan besar bagi pemasaran untuk meningkatkan market share.

Tabel 1.2

Pertumbuhan Market Share DPK & Pembiayaan Bank Syariah di Indonesia (dalam persen)

Pertumbuhan Tahun

2009 2010 2011 2012 2013

DPK 0 45,5 51,8 27,8 24,4

Pembiayaan 0 45,4 50,6 43,7 24,8

Sumber : Bank Indonesia (www.bi.go.id), diakses 11 Oktober 2014

Bank Indonesia (BI) dan pelaku industri perbankan yang tergabung pada iB Campaign menyatakan bahwa pertumbuhan market share produk DPK (Dana Pihak Ketiga) dan pembiayaan terus mengalami penurunan. Berdasarkan Tabel 1.2, hingga akhir tahun 2013 market share DPK sebesar 24,4% sedangkan pembiayaan sebesar 24,8%. Perbedaan yang tidak terlalu jauh, namun penurunan market share DPK lebih besar dibandingkan dengan pembiayaan dalam kurun


(11)

waktu dua tahun terakhir. Sesuai dengan Hasil Kajian Model Bisnis Perbankan Syariah tahun 2012 yang dilipubkasikan oleh Bank Indonesia dalam (www.bi.go.id), bahwa pada tahun 2013 pertumbuhan terendah DPK perbankan syariah di Indonesia adalah provinsi Jawa Barat di kota Bandung sebesar 27% atau 7.516 miliar rupiah dengan komposisi paling tinggi nasabah individu sebesar 28,9%.

Tabel 1.3

Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga Bank Syariah di Indonesia (dalam Miliar Rupiah)

No Dana Pihak Ketiga Tahun

2009 2010 2011 2012 2013

1 Giro iB 6.202 9.056 12.006 17.708 16.871

2 Tabungan iB 16.475 22.908 32.062 45.072 50.956 3 Deposito iB 29.595 44.072 70.806 84.732 102.395 Sumber : Bank Indonesia (www.bi.go.id), diakses 11 Oktober 2014

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, DPK adalah dana yang dipercayakan oleh masyarakat kepada bank berdasarkan perjanjian penyimpanan dana dalam bentuk giro, deposito, tabungan dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu. Berdasarkan Tabel 1.3 DPK yang mengalami penurunan pada tahun 2013 adalah layanan Giro iB sebesar 16.871 miliar rupiah. Giro iB memberikan manfaat kepada nasabah untuk memperlancar aktifitas pembayaran dan atau penerimaan dana. Tabungan iB memberikan manfaat kepada nasabah berupa kemudahan dalam pengelolaan likuiditas baik dalam hal penyetoran, penarikan, transfer dan pembayaran transaksi yang fleksibel. Sedangkan deposito iB memberikan manfaat kepada nasabah berupa alternatif investasi yang memberikan keuntungan dalam bentuk bagi hasil.

Bank Indonesia mempublikasikan statistik perbankan syariah tahun 2013 dalam (www.bi.go.id), bahwa penggunaan akad wadiah sebagai fitur Giro iB menjadi pilihan utama bagi Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS). Wadiah adalah transaksi penitipan dana atau barang dari pemilik kepada penyimpan dana atau barang dengan kewajiban bagi pihak yang menyimpan untuk mengembalikan dana atau barang titipan sewaktu-waktu.


(12)

Tabel 1.4

Pertumbuhan Giro iB BUS dan UUS di Indonesia (dalam Triliun Rupiah)

No Kelompok Bank Tahun

2012 2013

1 Bank Umum Syariah 15,4 15,3

2 Unit Usaha Syariah 2,3 3,2

Sumber : Bank Indonesia (www.bi.go.id), diakses 11 Oktober 2014 Berdasarkan Tabel 1.4 kelompok bank yang mengalami penurunan komposisi Giro iB pada tahun 2013 adalah Bank Umum Syariah sebesar 15,3 triliun rupiah. Bank Umum Syariah yang terdaftar pada Otoritas Jasa Keuangan pada tahun 2013 berjumlah sebelas bank yaitu Bank Syariah Mandiri, Bank Muamalat Indonesia, BRI Syariah, Bank Mega Syariah, BNI Syariah, Bank Syariah Bukopin, Bank Panin Syariah, BJB Syariah, BCA Syariah, Bank Victoria Syariah dan MayBank Syariah Indonesia.

Tabel 1.5

Pertumbuhan Market Share Produk Giro iB Bank Umum Syariah di Indonesia (dalam persen)

No Bank Umum Syariah Tahun

2009 2010 2011 2012 2013

1 Bank Syariah Mandiri 22,17 24,99 22,17 13,57 13,33 2 Bank Muamalat Indonesia 19,17 6,54 9,37 12 14,67

3 BRI Syariah 15,36 5,16 5,21 5,51 4,13

4 Bank Mega Syariah 14,78 16 16,21 16,86 13,36

5 BNI Syariah 15,85 10,4 10,53 2,07 8,10

6 Bank Syariah Bukopin 12,68 2,13 1,94 1,85 3,86

7 Bank Panin Syariah 0 15 3,19 7,60 13

8 BJB Syariah 0 8,11 7,92 8,82 3,65

9 BCA Syariah 0 11,67 11,98 8,82 3,16

10 Bank Victoria Syariah 0 0 3,56 3,60 3,64

11 MayBank Syariah Indonesia 0 0 7,92 19,30 19,10 Sumber : Pengolahan Data berdasarkan Annual Report

Berdasarkan Tabel 1.5, enam dari sebelas BUS mengalami penurunan persentase market share nasabah layanan Giro iB pada tahun 2013 yaitu Bank MayBank Syariah Indonesia sebesar 0,20%, Syariah Mandiri sebesar 0,23%, BRI Syariah sebesar 1,38%, Bank Mega Syariah sebesar 3,50%, BJB Syariah sebesar 5,17% dan BCA Syariah sebesar 5,17%. Kegagalan bisnis seringkali diartikan


(13)

sebagai kegagalan pemasaran, demikian juga keberhasilan bisnis seringkali diakui sebagai kehebatan pemasaran.

António Pimenta da Gama (2011: 650), dalam hasil penelitiannya menyebutkan bahwa market performance is marketing assets e.g quality, customer satisfaction, customer loyalty, brand equity, market share. Peneliti menerjemahkan kinerja permasaran merupakan aset pemasaran seperti kualitas, kepuasan pelanggan, loyalitas pelanggan, ekuitas merek dan market share. Sebagai hasil dari kinerja pemasaran, market share dapat diartikan sebagai pasar yang dikuasai oleh suatu perusahaan atau presentasi penjualan suatu perusahaan terhadap total penjualan para pesaing terbesarnya pada waktu dan tempat tertentu. Dalam hal ini, pemasaran merupakan proses bagaimana mengidentifikasi kebutuhan nasabah, menyediakan layanan yang dibutuhkan nasabah dan meyakinkannya bahwa nasabah memerlukan Giro iB sehingga terjadi transaksi antara bank umum syariah dengan nasabah.

Malaysian Islamic Bank Act dalam Muhammad Mohsin Butt and Muhammad Aftab (2013: 6), mendefinisikan bahwa Islamic banking is any business whose objective and operations do not mix elements that are forbidden in Islam. Peneliti menerjemahkan perbankan syariah adalah bisnis yang bertujuan dan beroperasi dengan tidak memasukan elemen yang dilarang dalam Islam. Apabila telah dipahami bahwa hukum bisnis dalam Islam adalah halal, maka hal yang seharusnya dikenali adalah hal-hal yang menjadikan sebuah bisnis haram. Perbankan syariah mengambil alih bisnis layanan Giro untuk berada dalam aturan shariah yaitu terhindar dari riba (bertambah atau berkembang) dan ghahar.

Menurut Veithzal Rivai Zainal dkk (2013: 217), riba adalah penambahan pada harta dalam akad tukar menukar tanpa adanya imbalan atau pengambilan tambahan dari harta pokok atau modal secara batil. Ghahar adalah jual beli yang mengandung unsur penipuan karena tidak adanya kejelasan suatu barang baik dari sisi harga, kualitas, kuantitas maupun keberadaannya. Disamping itu, perbankan syariah yang beroperasi di Indonesia identik dengan menggunakan nama dan mencantumkan label berbahasa Arab yaitu pada produk dan layanan yang sudah ada sebelumnya di bank konvensional sebagai simultan untuk mendorong


(14)

kepercayaan dan keyakinan nasabah. Dalam praktek pemasaran ditujukan untuk menciptakan nilai dan membangun hubungan dengan nasabah.

Nasabah menyadari bahwa Bank Umum Syariah harus menunjukkan relevansi layanan Giro iB yang bebas dari riba dan gharar. Idealisme ini sama dengan pendapat Sulaiman Abdullah Saif Al Nasser and Datin Dr Joriah Muhammed (2013: 80), menyebutkan two basic principles behind Islamic banking are the sharing of profit and loss and, significantly, the prohibition of the collection and payment of interest. Peneliti menerjemahkan bahwa dua prinsip dasar dalam perbankan syariah adalah bagi hasil dan tidak diperbolehkan mengumpulkan pembayaran dari bunga.

Muslim Amin (2013: 142), hasil penelitiannya menunjukan bahwa clients

want to feel that they can trust Islamic banks with their investments, and at the same time, trust that Islamic banks genuinely comply with sharia principles which prohibit riba, speculation, and undue risk among others. Peneliti menerjemahkan bahwa nasabah memberikan kepercayaan kepada perbankan syariah untuk keamanan investasinya dikarenakan sesuai dengan prinsip Islam yaitu tidak ada riba, spekulasi dan resiko lain yang tidak semestinya. Urban dalam Rima M.Bizri (2014: 133), hasil penelitiannya menunjukan bahwa trust was found to be a factor in making the purchasing decision. Peneliti menerjemahkan bahwa kepercayaan dinyatakan sebagai faktor dalam keputusan pembelian. Newell dan Goldsmith dalam Sadia Jahanzeb et.al (2013: 130), menyebutkan bahwa consumer perception of a corporation credibility an important role in influencing attitudes towards its advertisements, products and resulting purchase decisions. Peneliti menerjemahkan bahwa persepsi konsumen tentang kredibilitas perusahaan berperan penting dalam mempengaruhi sikap terhadap iklan, produk dan hasil keputusan pembelian.

Hameedah Sayani dan Hela Miniaoui (2013: 211), dalam hasil penelitiannya menyebutkan bahwa the positive image of Islamic banks is associated with religious factors. Peneliti menerjemahkan bahwa citra yang baik pada perbankan syariah adalah hubungan dengan faktor agama. Erol et.al dalam Muhammad Mohsin Butt and Muhammad Aftab (2013: 10), menyebutkan bahwa


(15)

factors that could possibly contribute towards customer purchasing of Islamic banks, found that relative price, efficient services, convenience, confidentiality, cost or benefit, bank’s reputation and image also contribute towards customer purchasing behaviour. Peneliti menerjemahkan bahwa faktor-faktor yang mungkin berkontribusi mempengaruhi nasabah perbankan syariah adalah harga, pelayanan yang efisien, kenyamanan, biaya atau manfaat, reputasi bank dan citra yang juga mempengaruhi perilaku pembelian pada nasabah.

Umer Shehzad et.al (2014: 72), dalam hasil penelitiannya menunjukan bahwa brand image or brand name has significant positive relationship with consumer buying behavior. Peneliti menerjemahkan bahwa citra merek atau nama merek secara positif dan signifikan berhubungan dengan perilaku pembelian konsumen. Bank Umum Syariah perlu memperkenalkan citra sebagai bank yang kepatuhan pada hukum bisnis Islam yaitu dapat melindungi dan dipercaya memberikan layanan transaksi keuangan bagi.

Bulent Menguc et.al (2012: 1), berdasarkan hasil penelitiannya menunjukan bahwa semakin besar tim pemasaran maka semakin tinggi tingkat pengetahuan konsumen yang berpengaruh terhadap kinerja hubungan pelanggan. Natalia Kolyesnikova (2008: 28), dalam hasil penelitiannya menunjukan bahwa

objective knowledge is positively related to the use of physical purchase venues .

Peneliti menerjemahkan bahwa pengetahuan objektif memiliki hubungan positif dengan penggunaan tempat pembelian fisik. Francisco J. Mesías Díaz (2012: 318), berdasarkan hasil penelitiannya menunjukan bahwa terdapat pengaruh tingkat pengetahuan konsumen terhadap konsumsi dan kesediaan membayar premi produk. Eko Yuliawan (2011: 21), berdasarkan hasil penelitiannya menunjukan bahwa pengetahuan konsumen berpengaruh terhadap keputusan konsumen. Aakriti Chaudhry (2014: 219), dalam hasil penelitiannya menyebutkan bahwa consumer

knowledge may have an impact on people’s behaviour when it comes to purchasing.

Peneliti menerjemahkan bahwa pengetahuan konsumen dapat mempengaruhi perilaku pembelian ketika akan melakukan pembelian.

Berdasarkan pengamatan masalah yang sedang dihadapi Bank Umum Syariah disertai beberapa hasil penelitian terdahulu, peneliti tertarik untuk


(16)

melakukan penelitian tentang pengaruh pengetahuan nasabah dan citra merek terhadap keputusan menggunakan layanan. Survei dalam penelitian ini, akan dilakukan pada nasabah individu yang menggunakan layanan Giro iB wadiah di Kota Bandung.

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan faktor penentu keputusan menggunakan layanan yang ditentukan pada tahap pendahuluan yaitu citra merek dan pengetahuan nasabah, maka peneliti menentukan rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pengetahuan nasabah, citra merek dan keputusan menggunakan layanan Giro iB wadiah Bank Umum Syariah di Kota Bandung?

2. Apakah pengetahuan nasabah berpengaruh terhadap keputusan menggunakan layanan Giro iB wadiah Bank Umum Syariah di Kota Bandung?

3. Apakah pengetahuan nasabah berpengaruh terhadap citra merek Giro iB wadiah Bank Umum Syariah di Kota Bandung?

4. Apakah citra merek berpengaruh terhadap keputusan menggunakan layanan Giro iB wadiah Bank Umum Syariah di Kota Bandung?

1.3Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah ditentukan, peneliti memiliki tujuan peneltian untuk:

1. Mengetahui pengetahuan nasabah, citra merek dan keputusan menggunakan layanan Giro iB wadiah Bank Umum Syariah di Kota Bandung.

2. Menganalisis pengaruh pengetahuan nasabah terhadap keputusan menggunakan layanan Giro iB wadiah Bank Umum Syariah di Kota Bandung. 3. Menganalisis pengaruh pengetahuan nasabah terhadap citra merek Giro iB

wadiah Bank Umum Syariah di Kota Bandung.

4. Menganalisis pengaruh citra merek terhadap keputusan menggunakan layanan Giro iB wadiah Bank Umum Syariah di Kota Bandung.

1.4 Kegunaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah, rumusan masalah dan tujuan penelitian, peneliti berharap penelitian yang dilakukan memberikan kegunaan bagi:


(17)

1. Teoritis

Secara teoritis, hasil penelitian ini berguna untuk pengembangan ilmu pemasaran khususnya teori pengetahuan konsumen, citra merek dan keputusan pembelian.

2. Praktis

Memberikan informasi tentang seberapa besar pengaruh pengetahuan nasabah dan citra merek terhadap keputusan menggunakan layanan Giro iB Wadiah Bank Umum Syariah di Kota Bandung sehingga dapat meningkatkan market share.


(18)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Malhotra dalam Dwi Suhartanto (2014: 69) mendefinisikan desain penelitian dalam konteks pemasaran sebagai kerangka atau cetak biru untuk melakukan sebuah penelitian pemasaran. Lebih jauh, desain penelitian harus menjelaskan prosedur yang dibutuhkan untuk membantu memecahkan masalah pemasaran. Sebab pola pikir objektif yang bersifat rasional dan empiris akan memposisikan masalah pemasaran dan mencari tahu penyebabnya sehingga tidak terjadi pengulangan masalah. Maka, dalam merumuskan desain penelitian perlu menyeimbangkan perspektif dari pembuat keputusan pemasaran maupun target responden.

Desain penelitian yang akan digunakan peneliti ditujukan untuk membantu memecahkan masalah rendahnya market share layanan Giro iB adalah desain kausal. Dwi Suhartanto (2014: 69) mendefinisikan desain kausal sebagai suatu desain untuk mengumpulkan dan membuat struktur data yang memungkinkan peneliti memahami hubungan sebab akibat dari beberapa variabel yang sedang diteliti. Desain penelitian kausal dilakukan karena adanya kesadaran dari pembuat keputusan yang bersifat sebab akibat tanpa didasari dengan studi terlebih dahulu kemungkinan besar akan menghasilkan keputusan yang tidak tepat.

3.2 Populasi dan Sampel 3.2.1 Populasi

Dwi Suhartanto (2010: 231), mendefinisikan populasi sebagai keseluruhan sesuatu (orang, barang maupun organisasi) yang memiliki karakteristik sama. Populasi bukan hanya sejumlah orang tetapi juga objek dan benda alam yang lain. Populasi bukan hanya jumlah yang ada pada objek atau subjek yang dipelajari tetapi meliputi seluruh karakteristik yang dimiliki oleh subjek atau objek tersebut. Berdasarkan laporan Bank Indonesia tentang Statistik Perbankan Syariah Agustus 2013 yang di publikasikan dalam (www.bi.go.id), nasabah Giro iB di Kodya Bandung adalah 2.430.


(19)

3.2.2 Sampel

Dwi Suhartanto (2014: 231), mendefinisikan sampel sebagai bagian dari populasi. Pengambilan sampel dilakukan karena jumlah populasi yang besar sehingga tidak memungkinkan peneliti untuk meneliti seluruh jumlah pupulasi. Hal yang dipelajari dalam sampel dapat diberlakukan untuk populasi. Oleh karena itu sampel yang akan diteliti dari populasi harus representatif (mewakili). Apabila sampel tidak representatif kemungkinan hasil penelitian untuk salah cukup besar. Peneliti berharap mendapatkan sampel yang mempunyai keterwakilan populasi yang tinggi.

Penentuan ukuran sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus 3.1 Issac dan Michael untuk tingkat kesalahan 5%. Rumus ini digunakan ketika karakteristik dari populasi tidak diketahui tetapi besarnya populasi diketahui.

Keterangan:

: Jumlah sampel N : Populasi P = Q : 0,5 d : 0,05

dengan dk=1 pada taraf kesalahan bisa 1%, 5% dan 10% Sumber: Sugiyono (2006: 126)

Maka,

Berdasarkan hasil penghitungan menggunakan rumus yang dikembangkan dari Issac dan Michael, ukuran sampel sebanyak 96 nasabah individu layanan Giro iB wadiah.

Untuk mendapatkan sampel yang mempunyai keterwakilan populasi yang tinggi peneliti harus melakukan sampling dengan benar. Dwi Suhartanto (2014: 231), mendefinisikan sampling sebagai suatu proses pemilihan sejumlah atau sebagian dari populasi yang digunakan untuk membuat kesimpulan tentang


(20)

sesuatu dari populasi. Hal mendasar dari proses penentuan sampling dalam penelitian ini adalah menentukan karakteristik individu atau sesuatu.

Desain sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampling probabilitas. Dwi Suhartanto (2014: 235), menyatakan bahwa dalam sampling probabilitas setiap elemen populasi diketahui kemungkinannya terpilih sebagai sampel. Sampel dipilih sehingga setiap item atau orang yang ada dalam populasi memiliki kemungkinan yang sama untuk dipilih. Sampel ditentukan dengan menggunakan teknik purposive sampling dimana pada teknik ini penentuan sampel diambil dengan pertimbangan tertentu yaitu:

1. Telah menggunakan layanan Giro iB wadiah sekurang-kurangnya sejak tahun 2013.

2. Berdomisili di Kota Bandung.

3. Tercatat sebagai nasabah individu atau perorangan layanan Giro iB wadiah. 4. Tercatat sebagai salah satu nasabah Bank Umum Syariah yang sedang

mengalami penurunan market share Giro iB.

5. Bank Umum Syariah memiliki Kantor Cabang di Kota Bandung, yaitu BSM, BRIS, BMS, BJBS dan BCAS.

3.3 Operasionalisasi Variabel

Kerlinger dalam Sugiyono (2006: 61), mendefinisikan bahwa variabel adalah konstrak (construct) atau sifat yang akan dipelajari. Secara teoritis variabel dapat didefinisikan sebagai atribut seseorang atau objek yang emiliki variasi antara satu orang dengan yang lain atau satu objek dengan objek yang lain. Variabel juga dapat merupakan atribut dari bidang keilmuan atau kegiatan tertentu. Suatu objek dinamakan variabel apabila memiliki variasi, maka penelitian harus didasarkan pada sekelompok sumber atau data objek yang bervariasi. Operasionalisasi variabel berguna untuk memberikan pengertian yang benar tentang variabel yang terdapat dalam penelitian. Untuk menghindari terjadinya kesalahpahaman dalam memberikan dan mengartikan kalimat judul dan variabel-variabel penelitian, maka variabel-variabelnya akan dijabarkan sebagai berikut:


(21)

1. Variabel Independen

Dwi Suhartanto (2014: 56), mendefinisikan variabel independen sebagai variabel yang mempengaruhi variabel dependen baik secara positif maupun negatif. Jika ada variabel independen, maka variabel dependen juga ada karena variance variabel dependen dipengaruhi oleh variabel independen. Sugiyono (2006: 61), menyebutkan bahwa dalam Structural Equation Modeling variabel independen disebut sebagai variabel eksogen. Variabel eksogen dalam penelitian ini adalah pengetahuan nasabah.

2. Variabel Dependen

Dwi Suhartanto (2014: 56), mendefinisikan variabel dependen sebagai pusat perhatian peneliti. Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena adanya variabel independen. Sugiyono (2006: 61), menyebutkan bahwa dalam Structural Equation Modeling variabel independen disebut sebagai variabel endogen. Variabel endogen dalam penelitian ini adalah citra merek dan keputusan menggunakan layanan.


(22)

Tabel 3.1

Operasionalisasi Variabel

Variabel Definisi Dimensi Indikator Ukuran Skala

Pengukuran Pengetahuan

Nasabah (X1)

Menurut Ujang

Suwarman (2011: 147), pengetahuan konsumen adalah semua informasi yang dimiliki konsumen mengenai berbagai macam produk dan jasa, serta pengetahuan lainnya yang terkait dengan produk dan jasa tersebut, dan informasi yang berhubungan dengan fungsinya sebagai konsumen.

Pengetahuan Produk (X1.1)

1. Mengetahui kelas layanan 2. Mengetahui akad layanan 3. Mengetahui fitur layanan 4. Mengetahui merek layanan

1. Tingkat pengetahuan kelas layanan 2. Tingkat pengetahuan akad layanan 3. Tingkat pengetahuan fitur layanan 4. Tingkat pengetahuan merek layanan

Interval

Pengetahuan Pembelian (X1.2)

1. Mengetahui lokasi kantor cabang. 2. Mengetahui penyedia layanan

kliring.

3. Mengetahui waktu penyedia layanan kliring.

4. Mengetahui kelengkapan dokumen pembukaan rekening.

1. Tingkat pengetahuan lokasi kantor cabang.

2. Tingkat pengetahuan penyedia layanan kliring.

3. Tingkat pengetahuan waktu penyedia layanan kliring.

4. Tingkat pengetahuan kelengkapan dokumen pembukaan rekening.

Interval

Pengetahuan Pemakaian (X1.3)

1. Mengetahui manfaat fungsional Giro iB.

2. Mengetahui perceived physical risk Giro iB sebagai konsekuensi yang tidak diinginkan.

3. Mengetahui manfaat psikososial Giro iB.

4. Mengetahui perceived psycological

risk Giro iB sebagai konsekuensi

yang tidak diinginkan.

1. Tingkat pengetahuan manfaat fungsional Giro iB.

2. Tingkat pengetahuan perceived physical

risk Giro iB sebagai konsekuensi yang

tidak diinginkan.

3. Tingkat pengetahuan manfaat psikososial Giro iB.

4. Tingkat pengetahuan perceived

psycological risk Giro iB sebagai

konsekuensi yang tidak diinginkan.


(23)

Citra Merek (X2)

Menurut Aaker dalam Xuemei Bian dan Luiz Moutinho (2011: 193), citra merek adalah bagaimana merek dirasakan oleh konsumen

yang merupakan

ringkasan dari

seperangkan asosiasi merek dalam ingatan konsumen.

Brand Association (X2.1)

1. Merek dapat mengingatkan persepsi konsumen pada atribut abstrak.

2. Merek dapat mengingatkan emosional konsumen pada pengalaman.

1. Tingkat kekuatan merek dalam mengingatkan persepsi konsumen pada atribut abstrak.

2. Tingkat kekuatan merek dalam mengingatkan emosional konsumen pada pengalaman.

Interval

Brand Value (X2.2) 1. Merek Giro iB memenuhi kebutuhan nasabah.

2. Merek Giro iB untuk memenuhi keinginan nasabah.

1. Tingkat kemampuan merek Giro iB dalam memenuhi kebutuhan nasabah. 2. Tingkat kemampuan merek Giro iB

dalam memenuhi keinginan nasabah.

Interval

Brand Positioning (X2.3)

1. Merek memberikan kesadaran pada konsumen atas merek yang tidak otentik.

2. Merek memiliki keunikan sehingga didengar dan diperhatikan konsumen. 3. Merek memiliki kemampuan

untuk menepati janji dan memberikan kepercayaan kepada konsumen untuk memenuhi kebutuhan dan keinginannya.

1. Tingkat kemampuan merek memberikan kesadaran pada konsumen atas merek yang tidak otentik.

2. Tingkat keunikan merek sehingga didengar dan diperhatikan

konsumen.

3. Tingkat kemampuan untuk menepati janji dan memberikan kepercayaan kepada konsumen untuk memenuhi kebutuhan dan keinginannya.


(24)

Keputusan Menggunakan Layanan (Y)

Philip Kotler dan Kevin Lane Keller (2013: 188), keputusan pembelian adalah sikap seseorang untuk membeli atau menggunakan suatu produk baik berupa barang atau jasa yang

diyakini akan

memuaskan dirinya dan kesediaan menanggung resiko yang mungkin ditimbulkannya.

Pemilihan produk (Y1)

1. Kualitas Giro iB.

2. Sesuai manfaat yang diinginkan nasabah.

1. Tingkat pertimbangan kualitas Giro iB. 2. Tingkat kesesuaian manfaat yang

diinginkan nasabah.

Interval

Pemilihan merek (Y2)

1. Popularitas merek Giro iB. 2. Kesesuaian merek Giro iB dengan

persepsi yang diharapkan nasabah.

1. Tingkat popularitas merek Giro iB. 2. Tingkat kesesuaian merek Giro iB

dengan persepsi yang diharapkan nasabah.

Interval

Pemilihan dealer (Y3)

1. Kesesuaian jarak tempuh lokasi kantor cabang Bank Umum Syariah.

2. Keamanan lokasi kantor cabang Bank Umum Syariah.

1. Tingkat kesesuaian jarak tempuh lokasi kantor cabang Bank Umum Syariah. 2. Tingkat keamanan lokasi kantor cabang

Bank Umum Syariah.

Interval

Jumlah pembelian (Y4)

1. Frekuensi transaksi perbankan. 2. Limit nominal dalam setiap

transaksi Giro iB.

1. Tingkat pertimbangan frekuensi transaksi perbankan.

2. Tingkat pertimbangan limit nominal dalam setiap transaksi Giro iB.

Interval

Waktu pembelian (Y5)

1. Waktu yang dihabiskan untuk transaksi Giro iB.

2. Fleksibilitas transaksi Giro iB.

1. Tingkat pertimbangan waktu yang dihabiskan untuk transaksi Giro iB. 2. Tingkat fleksibilitas transaksi Giro iB.

Interval

Cara pembayaran (Y6)

1. Kesesuaian biaya yang harus dikorbankan.

2. Kesesuaian fasilitas tambahan dengan layanan Giro iB yang digunakan.

1. Tingkat kesesuaian biaya yang harus dikorbankan.

2. Tingkat kesesuaian fasilitas tambahan dengan layanan Giro iB yang

digunakan.


(25)

3.4 Instrumen Penelitian

3.4.1 Teknik Pengumpulan Data

Sugiyono (2006: 148), mendefinisikan instrumen penelitian sebagai suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Secara spesifik semua fenomena disebut sebagai variabel penelitian. Pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran terhadap fenomena sosial maupun alam dengan menggunakan alat ukur yang baik. Alat ukur dalam penelitian biasanya dinamakan instrumen penelitian yang perlu diuji reliabilitas dan validitasnya.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah kuesioner. Hair et.al dalam Dwi Suhartanto (2014: 203), kuesioner adalah framework formal yang terdiri atas satu set pertanyaan serta skala yang digunakan untuk mendapatkan data mentah. Oleh sebab itu, kuesioner merupakan instrumen penting karena terkait dengan data mentah yang akan dianalisis.

3.4.2 Skala Pengukuran

Salah satu hal yang penting untuk dipahami dalam mempelajari perilaku konsumen adalah sikap. Skala pengukuran yang akan digunakan untuk mengukur variabel penelitian adalah skala likert. Dwi Suhartanto (2014: 189), menyatakan bahwa skala likert meminta responden untuk merespon sejauh mana mereka setuju atau tidak setuju tentang suatu objek yang mereka persepsikan. Skala likert sangat populer dalam penelitian bidang pemasaran khususnya terkait dengan pengukuran sikap konsumen karena mudah dimodifikasi dan diadaptasi sehingga penggunaannya bervariasi. Peneliti akan memperlakukan skala ini sebagai skala interval.

Dwi Suhartanto (2014: 174), mendefinisikan skala interval sebagai skala yang memungkinkan peneliti untuk melakukan perhitungan aritmatik atas data yang dikumpulkan dari responden. Meskipun skala interval menggunakan nilai nol, nilai tersebut bersifat berubah-rubah (arbitary). Pada skala interval, memungkinkan peneliti menggunakan skala nominal dan ordinal dengan menghitung rata-rata dan standar dari respon variabel yang diukur. Dengan kata


(26)

lain, skala interval tidak hanya mengelompokan dan memberi peringkat suatu individu.

3.4.3 Hasil Pengujian Validitas Instrumen

Riduwan dan Engkos Achmad Kuncoro (2010: 217), menyatakan bahwa uji validitas dilakukan berkenaan dengan ketepatan alat ukur terhadap konsep yang diukur sehingga benar-benar mengukur apa yang seharusnya diukur. Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat keandalan atau kesahihan suatu alat ukur. Instrumen yang dinyatakan valid merupakan syarat mutlak untuk mendapatkan hasil penelitian yang benar. Untuk menghitung validitas alat ukur digunakan rumus 3.2 Pearson Product Moment sebagai berikut:

Keterangan:

: Koefisien korelasi ∑ : Jumlah skor item

∑ : Jumlah skor total (seluruh item) N : Jumlah responden

Selanjutnya dihitung dengan rumus 3.3 Uji-t sebagai berikut:

Keterangan: t : Signifikasi

r : Koefisiensi kolerasi antara variabel n : Banyak subjek (responden)

db : Derajat bebas

Keputusan dari pengujian validitas instrumen penelitian adalah dinyatakan signifikan apabila nilai . Nilai pada

batas kesalahan 5%.

∑ ∑ ∑


(27)

Tabel 3.2

Hasil Uji Validitas Intrumen Penelitian

Item rvalue rtabel tvalue ttabel Keterangan

1 0,557 0,361 3,551 1,701 Valid

2 0,451 0,361 2,675 1,701 Valid

3 0,381 0,361 2,179 1,701 Valid

4 0,495 0,361 3,017 1,701 Valid

5 0,576 0,361 3,731 1,701 Valid

6 0,493 0,361 2,997 1,701 Valid

7 0,503 0,361 3,077 1,701 Valid

8 0,505 0,361 3,099 1,701 Valid

9 0,603 0,361 3,995 1,701 Valid

10 0,565 0,361 3,627 1,701 Valid

11 0,418 0,361 2,435 1,701 Valid

12 0,598 0,361 3,948 1,701 Valid

13 0,441 0,361 2,600 1,701 Valid

14 0,656 0,361 4,598 1,701 Valid

15 0,530 0,361 3,311 1,701 Valid

16 0,398 0,361 2,298 1,701 Valid

17 0,464 0,361 2,770 1,701 Valid

18 0,683 0,361 4,945 1,701 Valid

19 0,467 0,361 2,793 1,701 Valid

20 0,471 0,361 2,826 1,701 Valid

21 0,447 0,361 2,647 1,701 Valid

22 0,415 0,361 2,415 1,701 Valid

23 0,527 0,361 3,285 1,701 Valid

24 0,422 0,361 2,463 1,701 Valid

25 0,449 0,361 2,661 1,701 Valid

26 0,388 0,361 2,230 1,701 Valid

27 0,481 0,361 2,905 1,701 Valid

28 0,429 0,361 2,511 1,701 Valid

29 0,399 0,361 2,304 1,701 Valid

30 0,422 0,361 2,466 1,701 Valid

31 0,419 0,361 2,443 1,701 Valid

Sumber: Pengolahan data primer (2015); n= 30

Berdasarkan Tabel 3.2 hasil uji coba validitas intrumen penelitian terhadap 30 responden, terdapat 31 item pernyataan yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat pengetahuan nasabah, tingkat citra merek dan tingkat pertimbangan keputusan menggunakan layanan. Item pertanyaan seluruhnya dapat mewakili setiap indikator variabel penelitian.


(28)

Pada item yang dinyatakan valid untuk mengukur tingkat pengetahuan nasabah, peneliti mengelompokannya ke dalam ranah pengetahuan intelektual atau domain kognitif sebagai perilaku konsumen. Perubahan perilaku yang telah direncanakan secara sistematis oleh pemasar sebagai akibat pengalaman menggunakan layanan Giro iB dapat diukur melalui proses evaluasi dengan cara item tes benar salah. Sukardi (2008: 123), item tes betul salah lebih tepat untuk mengungkap ingatan. Dalam mengevaluasi item, minimal ada dua aspek yang perlu dipertimbangkan oleh seorang evaluator. Kedua aspek utama tersebut, adalah:

1. Tingkat Kesulitan

Sukardi (2008: 136), tingkat kesulitan item atau disebut juga indeks kesulitan item adalah angka yang menunjukan proporsi responden yang menjawab benar dalam suatu pernyataan yang dilakukan dengan menggunakan tes objekif. Tingkat kesulitan tes item pada umumnya ditujukan dengan persentase responden yang menjawab item pernyataan dengan benar. Semakin tinggi nilai IK berarti semakin mudah item bagi responden yang dievaluasi. Kesulitan item mengikuti rumus 3.4 Tingkat Kesulitan sebagai berikut:

Keterangan:

IK : Indeks kesukaran item

Rupper : Jumlah jawaban yang benar dari nomor yang bersangkutan dari

kelompok atas.

Rlower : Jumlah jawaban yang benar dari nomor yang bersangkutan dari

kelompok bawah.

Nupper : Responden kelompok atas

Nlower : Responden kelompok bawah

2. Nilai Pembeda

Daryanto dan Slameto dalam Sukardi (2008: 138), nilai pembeda atau disebut juga indeks pembeda merupakan kemampuan suatu item dalam membedakan antara responden yang berhasil dengan responden yang kurang berhasil. Indeks


(29)

pembeda suatu tes pada umumnya memiliki angka baku yang besarnya 0,40. Nilai pembeda mengikuti rumus 3.5 Indeks Pembeda sebagai berikut:

Keterangan:

IP : Indeks pembeda item

Rupper : Jumlah siswa yang menjawab benar pada grup atas

Rlower : Jumlah siswa yang menjawab benar pada grup bawah

T : Total responden yang mengikuti tes Tabel 3.3

Hasil Uji Tingkat Kesulitan dan Nilai Pembeda Instrumen Penelitian Untuk Mengukur Pengetahuan Nasabah Tentang Giro iB

Item Tingkat Kesulitan Nilai Pembeda

IK Keterangan IP Keterangan

1 0,35 Sulit 0,70 Cukup baik

2 0,40 Sulit 0,80 Baik

3 0,45 Cukup sulit 0,90 Baik

4 0,35 Sulit 0,70 Cukup baik

5 0,40 Sulit 0,80 Baik

6 0,40 Sulit 0,80 Baik

7 0,45 Cukup sulit 0,90 Baik

8 0,40 Sulit 0,80 Baik

9 0,40 Sulit 0,80 Baik

10 0,40 Sulit 0,80 Baik

11 0,25 Sulit 0,50 Cukup baik

12 0,40 Sulit 0,80 Baik

Sumber: Pengolahan data primer (2015)

Berdasarkan tabel 3.3, item soal untuk mengukur tingkat pengetahuan nasabah tentang Giro iB memiliki tingkat kesulitan cukup sulit dan sulit serta memiliki nilai pembeda cukup baik dan baik.

3.4.4 Hasil Pengujian Reliabilitas Instrumen

Riduwan dan Engkos Achmad Kuncoro (2010: 220), menyatakan bahwa uji reliabilitas dilakukan untuk mendapatkan tingkat ketepatan (keajegan atau keandalan) alat pengumpul data yang digunakan. Instrumen penelitian dinyatakan


(30)

reliabel apabila nilai Menghitung nilai reliabilitas dengan rumus 3.6 Spearman Brown sebagai berikut:

dimana,

maka,

1. Reliabilitas intrumen penelitian variabel pengetahuan nasabah

√[ ] [ ]

2. Reliabilitas intrumen penelitian variabel citra merek

√[ ] [ ]

3. Reliabilitas intrumen penelitian variabel keputusan menggunakan layanan

√[ ] [ ]

(∑ ) (∑ ) (∑ ) √[ ∑ (∑ ) ] [ ∑ (∑ ) ]


(31)

Tabel 3.4

Hasil Uji Reliabilitas Intrumen Penelitian

Variabel rvalue rtabel Keterangan

Pengetahuan nasabah 0,823 0,361 Reliabel

Citra merek 0,854 0,361 Reliabel

Keputusan menggunakan layanan 0,721 0,361 Reliabel Sumber: Pengolahan data primer (2015); n = 30

Berdasarkan Tabel 3.4 diketahui bahwa nilai r11 pengetahuan nasabah

sebesar 0,823 artinya item pernyataan yang akan digunakan untuk mengukur tingkat pengtahuan nasabah memiliki tingkat keajegan sangat tinggi. Nilai r11

citra merek sebesar 0,854 artinya item pernyataan yang akan digunakan untuk mengukur tingkat citra merek memiliki tingkat keajegan sangat tinggi. Nilai r11

pengetahuan nasabah sebesar 0,721 artinya item pernyataan yang akan digunakan untuk mengukur tingkat pertimbangan keputusan menggunakan layanan memiliki tingkat keajegan tinggi. Interpretasi koefisien kolerasi disesuaikan dengan pendapat Riduwan dan Engkos Achmad Kuncoro (2010: 220), interval koefisien 0,6 – 0,799 memiliki tingkat hubungan tinggi dan interval koefisien 0,8 – 1,0 memiliki tingkat hubungan sangat tinggi.


(32)

Tabel 3.5

Kisi-Kisi Instrumen Penelitian

Variabel Dimensi Ukuran Pernyataan Tingkat Nomor Item

Pengetahuan Nasabah (X1)

Pengetahuan Produk (X1.1)

1.1.1Tingkat pengetahuan kelas Giro iB.

1.1.2Tingkat pengetahuan akad Giro iB.

1.1.3Tingkat pengetahuan fitur Giro iB.

1.1.4Tingkat pengetahuan merek Giro iB.

Perbankan menyediakan produk Giro iB yang termasuk dalam kodifikasi pembiayaan.

Jawaban: Salah (Pendanaan)

Salah satu akad yang digunakan dalam produk Giro iB adalah wadiah yad ijarah yang lebih dikenal dengan wadiah.

Jawaban: Salah (wadiah yad dhamanah)

Bank tidak diperkenankan menjanjikan pemberian imbalan atau bonus kepada nasabah adalah fitur Giro iB dengan akad wadiah. Jawaban: Benar

iB memiliki arti islam banking. Jawaban: Salah (islamic banking)

1. Pengetahuan 2. Pemahaman 3. Aplikasi 4. Analisis 5. Sintesis 6. Evaluasi 1 2 3 4 Pengetahuan Pembelian (X1.2)

1.2.1Tingkat pengetahuan lokasi kantor cabang Bank Umum Syariah penyedia Giro iB.

1.2.2Tingkat pengetahuan

penyedia layanan kliring Giro iB.

1.2.3Tingkat pengetahuan waktu penyedia layanan kliring Giro iB.

Giro iB dapat ditemukan pada setiap Unit Usaha Syariah, Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.

Jawaban: Salah (UUS dan BUS)

Kliring dapat dilakukan di Bank Indonesia atau bank lainnya yang ditunjuk oleh Bank Indonesia.

Jawaban: Benar

Waktu layanan kliring bagi nasabah Giro iB dapat dilakukan selama jam operasional.

Jawaban: Salah (Sesi 2 hanya melayani maksimal pukul 14.00 wib).

5

6


(33)

1.2.4Tingkat pengetahuan

kelengkapan dokumen

pembukaan rekening Giro iB.

Persyaratan untuk membuat rekening Giro iB perorangan adalah KTP, NPWP, Akta Pendirian Perusahaan, Surat Referensi dan minimal nominal setoran awal.

Jawaban: Salah (Tidak perlu akta pendirian perusahaan).

8

Pengetahuan Pemakaian (X1.3)

1.1.1Tingkat pengetahuan

manfaat fungsional Giro iB.

1.1.2Tingkat pengetahuan

perceived physical risk Giro

iB sebagai konsekuensi yang tidak diinginkan.

1.1.3Tingkat pengetahuan

manfaat psikososial Giro iB.

1.1.4Tingkat pengetahuan

perceived psycological risk

Giro iB sebagai konsekuensi yang tidak diinginkan

Giro iB dapat memperlancar aktifitas pembayaran dan atau penerimaan dana serta dapat memperoleh bonus atau bagi hasil pada bank dan nasabah.

Jawaban: Salah (tidak memperoleh bonus atau atau bagi hasil, manfaat tersebut berlaku bagi nasabah)

Bilyet giro sebagai salah satu alat pembayaran Giro iB yang tidak bisa menguangkannya di bank.

Jawaban: Benar

Nasabah Giro iB mendapat predikat nasabah khusus.

Jawaban: Benar (karena dapat melakukan transaksi dengan nominal di atas limit layanan pendanaan tabungan tertinggi)

Nasabah Giro iB akan mendapat sanksi dari Bank Indonesia berupa masuk kategori daftar hitam jika mengeluarkan cek atau bilyet giro kosong maksimal 2 kali.

Jawaban: Salah (maksimal 3 kali)

9

10

11


(34)

Citra Merek (X2)

Brand Association

(X2.1)

2.1.1 Tingkat kekuatan merek

Giro iB untuk

mengingatkan persepsi nasabah pada atribut abstrak.

2.1.2 Tingkat kekuatan merek

Giro iB untuk

mengingatkan emosional nasabah pada pengalaman.

Giro iB penuh kebaikan dan terhindar dari praktek riba.

Giro iB mudah digunakan dan memiliki kualitas terbaik.

1. Sangat rendah

2. Rendah

3. Cukup tinggi

4. Tinggi

5. Sangat tinggi

13

14

Brand Value (X2.2) 2.2.1 Tingkat kemampuan merek Giro iB untuk memenuhi kebutuhan nasabah.

2.2.2 Tingkat kemampuan merek Giro iB untuk memenuhi keinginan nasabah.

Giro iB selalu memberi jaminan keamanan transaksi.

Giro iB menjadi rekomendasi terbaik dalam pengelolaan dana.

15

16

Brand Positioning

(X2.3)

2.3.1 Tingkat kemampuan merek Giro iB untuk memberikan kesadaran pada nasabah atas merek yang tidak otentik.

2.3.2 Tingkat keunikan merek Giro iB sehingga didengar dan diperhatikan nasabah. 2.3.3 Tingkat kemampuan merek

Giro iB dalam menepati janji dan memberikan

kepercayaan kepada

nasabah untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan nasabah.

Logo Giro iB menunjukan merek produk dan layanan perbankan syariah.

Merek Giro iB memberikan pandangan yang positif bagi nasabah.

Giro iB menunjukan merek yang mencerminkan gaya hidup Islami terpercaya dalam pengelolaan

dana.

17

18


(35)

Keputusan Menggunakan (Y)

Pemilihan produk (Y1)

1.1 Tingkat pertimbangan

kualitas Giro iB.

1.2 Tingkat pertimbangan

manfaat yang diinginkan nasabah.

Kualitas Giro iB menjadi prioritas nasabah. Transaksi Giro iB dapat dilakukan setiap saat sehingga memberikan kemudahan berbisnis.

1. Sangat rendah 2. Rendah 3. Cukup 4. Tinggi 5. Sangat tinggi

20 21

Pemilihan merek (Y2)

2.1Tingkat pertimbangan

popularitas merek Giro iB.

2.2Tingkat pertimbangan

kesesuaian merek Giro iB

dengan persepsi yang

diharapkan nasabah.

Giro iB pada bank terkenal menjadi priotitas nasabah.

Layanan Giro iB yang digunakan sesuai dengan syariah Islam.

22

23

Pemilihan dealer (Y3)

3.1Tingkat pertimbangan

kesesuaian jarak tempuh lokasi kantor cabang Bank Umum Syariah.

3.2Tingkat pertimbangan

keamanan lokasi kantor cabang Bank Umum Syariah keamanan.

Lokasi bank tidak jauh dari rumah nasabah.

Lokasi bank berada pada kawasan bebas kecelakan dan pencurian.

24

25

Jumlah pembelian (Y4)

4.1Tingkat pertimbangan

frekuensi transaksi

pengelolaan dana.

4.2Tingkat pertimbangan limit nominal dalam setiap transaksi Giro iB.

Nasabah sering melakukan transaksi

pengelolaan dana.

Giro iB memberikan alternatif transaksi nominal diatas limit rekening biasa.

26

27

Waktu pembelian (Y5)

5.1Tingkat pertimbangan waktu

yang dihabiskan untuk

transaksi Giro iB.

5.2Tingkat pertimbangan

fleksibilitas transaksi Giro iB.

Waktu yang dihabiskan untuk transaksi Giro iB.

Masa aktif dan tenggang waktu penawaran cek maupun bilyet giro relatif lama.

28


(36)

Cara pembayaran (Y6)

1.1 Tingkat pertimbangan

kesesuaian biaya yang harus

dikorbankan dalam

menggunakan Giro iB

dengan kemampuan nasabah.

1.2 Kesesuaian fasilitas

tambahan dengan layanan Giro iB yang digunakan.

Biaya administrasi pengelolaan rekening Giro iB masih terjangkau.

Tersedia fasilitas tambahan bagi nasabah Giro iB seperti kartu ATM sekaligus debit, sistem

online real time dan layanan kliring.

30


(37)

3.5 Teknik Analisis Data

Kegiatan yang cukup penting dalam keseluruhan proses penelitian adalah pengolahan data. Dengan pengolahan data dapat diketahui tentang makna dari data yang berhasil dikumpulkan. Dengan demikian hasil penelitian akan segera diketahui. Teknik analisis data dalam penelitian kuantitatif menggunakan statistik. Statistik selalu berhubungan dengan cara-cara pengumpulan fakta, pengolahan, analisis, penarikan kesimpulan serta pembuatan kesimpulan yang cukup beralasan berdasarkan fakta dan analisis yang dilakukan.

Analisis data dalam penelitian ini adalah Structural Equation Modeling berbasis varian. SEM digunakan dalam penelitian ini karena peneliti akan menguji pengaruh variabel eksogen terhadap dua variabel endogen secara satu arah. Disamping itu pengaruh eksogen dan endogen bisa secara langsung maupun tidak langsung dengan menggunakan mediasi. Wright dalam Jogiyanto (2011: 47) menyebutkan bahwa SEM adalah suatu teknik statistika untuk menguji dan mengestimasi hubungan kausal dengan mengintegrasikan analisis faktor dan analisis jalur.

Metode statistika SEM berbasis varian yang digunakan adalah Partial Least Square sebab peneliti memiliki masalah dengan ukuran sampel penelitian < 100. Aplikasi software yang akan digunakan adalah SmartPLS 3.0 yang dibuat oleh Joe F. Hair dari Kennesaw State University, USA.

3.5.1 Asumsi Pasrtial Least Square Structural Equation Modeling

Jonathan Sarwono (2014: 7) menjelaskan beberapa asumsi yang diperlukan dalam PLS-SEM sebagai berikut:

1. Tidak mengharuskan mengikuti semua asumsi normalitas karena tidak memperlakukan data yang berbasis kovarian.

2. Dapat menggunakan ukuran sampel yang kecil berkisar 30 sampai dengan 100.

3. Tidak mengharuskan sampling probabilitas namun boleh menggunakan sampling non probabilitas.

4. Memperbolehkan indikator formatif dalam mengukur variabel laten selain indikator reflektif.


(38)

Inner model

5. Memperbolehkan adanya variabel laten dikotomi.

6. Skala pengukuran yang digunakan boleh selain skala interval.

7. Tepat digunakan sebagai prosedur yang digunakan untuk mengembangkan teori pada tahap awal.

8. Penggunaan pendekatan regresi lebih tepat.

9. Hanya diperbolehkan model recursive (sebab akibat).

10. Memungkinkan model sangat kompleks dengan banyak variabel laten dan manifest.

3.5.2 Tahapan Umum Menggunakan SEM

Jogiyanto (2011: 52) menyatakan bahwa tahapan menggunakan SEM adalah sebagai berikut:

1. Spesifikasi Model

Membangun model yang sesuai dengan tujuan dan masalah penelitian dengan landasan teori yang kuat. Berikut adalah model dalam penelitian yang akan digunakan.

Gambar 3.1 Model PLS – SEM


(39)

2. Estimasi parameter

Komparasi matrik kovarian yang merepresentasi hubungan antar variabel dan mengestimasinya ke dalam model yang paling sesuai (dalam PLS) yaitu weighted least square.

3. Assesment of fit

Ekseskusi estimasi kesesuaian model dengan menggunakan parameter (dalam PLS) yaitu Standardized Root Mean Residual (SRMR).

4. Modifikasi model

Mengembangkan model yang diuji di awal untuk meningkatkan Godness of fit (GOF) model.

5. Interpretasi dan komunikasi

Interpretasi hasil pengujian statistika dan pengakuan bahwa konstruk yang dibangun berdasarkan model yang paling sesuai.

6. Replikasi dan validasi ulang

Kemampuan model yang dimodifikasi untuk dapat direplikasi dan divalidasi ulang sebelum hasil diinterpretasikan dan dikomunikasikan.

3.5.3 Evaluasi Model

3.5.3.1Outer Model atau Model Pengukuran

Hengky dan Ghozali dalam Andriyani Nenobais (2013: 67), evaluasi model pengukuran atau outer model dilakukan untuk menilai validitas dan reliabilitas model. Model pengukuran menghubungkan semua variabel manifest (indikator) dengan variabel latennya (X1, X2 dan Y). Dalam kerangka PLS suatu

variabel manifest hanya dapat dihubungkan dengan satu variabel laten. Semua variabel manifest yang dihubungkan dengan satu variabel laten disebut sebagai suatu blok. Dengan demikian setiap variabel laten mempunyai blok variabel manifest. Satu blok harus berisi setidaknya satu indikator. Cara suatu blok dihubungkan dengan variabel laten dapat reflektif (variabel manifest berperan sebagai indikator yang dipengaruhi oleh konsep yang sama melandasinya) maupun formatif (variabel manifest yang membentuk atau menyebabkan perubahan pada variabel laten).


(40)

3.5.3.1.1 Uji Validitas

Pengujian validitas outer model dalam penelitian dapat menggunakan validitas konvergen maupun validitas diskriminan. Validitas konvergen berhubungan dengan prinsip bahwa pengukur-pengukur dari suatu konstruk seharusnya berkorelasi tinggi. Validitas konvergen terjadi jika skor yang diperoleh dari dua instrumen yang berbeda mengukur konstruk yag sama mempunyai kolerasi tinggi. Semakin tinggi nilai loading factor semakin penting peranan loading dalam menginterpretasikan matrik faktor. Hengky dan Ghozali dalam Andriyani Nenobais (2013: 63), menyebutkan bahwa ukuran reflektif pada tahap awal pengembangan skala pengukuran nilai loading 0,5 dianggap cukup. Namun Jonathan Suwarno (2014: 11) menyatakan bahwa indikator reflektif sebaiknya dihilangkan dari model pengukuran jika mempunyai nilai standardized loadings bagian luar dibawah 0,4.

Validitas diskriminan berhubungan dengan prinsip bahwa pengukur-pengukur konstruk yang berbeda seharusnya tidak berkorelasi dengan tinggi. Validitas diskriminan pada model pengukuran reflektif indikator dinilai berdasarkan cross loadings pengukuran dengan konstruk. Nilai outer loading dengan cross loading pada Run PLSAlgorithm menghasilkan nilai yang sama. Andriyani Nenobais (2013: 67), menyebutkan bahwa discriminant validity yang baik terpenuhi jika nilai akar Average Variance Extracted lebih besar dari pada nilai korelasi antara konstruk dengan konstruk lainnya (√ ).

3.5.3.1.2 Uji Reliabilitas

Pengujian reliabilitas outer model dimaksudkan untuk mengetahui apakah kuesioner dapat memberikan ukuran yang konstan atau tidak. Outer model yang reliabel mampu mengungkapkan data yang dapat dipercaya. Dalam PLS-SEM dengan menggunakan program SmartPLS 3.0 untuk mengukur reliabilitas suatu konstruk dengan indikator refleksif dapat dilakukan dengan Cronbach’s Alpha

dan Composite Reliability yang biasa disebut dengan Dillon Goldstein’s.

Andriyani Nenobais (2013: 64), menyatakan bahwa penggunaan

Cronbach’s Alpha untuk menguji reliabilitas konstruk akan memberikan nilai


(41)

halnya dengan pendapat Salisbury, Chin, Gopal dan Newsted dalam Jogiyanto (2011: 72) bahwa composite reliability dinilai lebih baik dalam mengestimasi konsistensi internal suatu konstruk. Cronbach’s alpha mengukur batas bawah nilai reliabilitas suatu konstruk sedangkan composite reliability mengukur nilai sesungguhnya reliabilitas dalam suatu konstruk. Jonathan Sarwono (2014: 12) menyebutkan bahwa Composite Reliability untuk konsistensi model pengukuran disarankan > 0,6.

3.5.3.2Inner Model atau Model Struktural

Ghozali dalam Andriyani Nenobais (2013: 66), menyatakan bahwa inner model menggambarkan hubungan antara variabel laten (X1, X2 dan Y)

berdasarkan teori substantif. Jogiyanto (2011: 72), menyatakan bahwa inner model atau model struktural dalam PLS dievaluasi dengan menggunakan R2 untuk konstruk dependen, nilai koefisien path atau t-value tiap path untuk uji signifikansi antar konstruk dalam model struktural.

Tabel 3.6

Interpretasi Koefisien R-square Interval Koefisien Variabel Laten Endogenus

>0,19 Lemah

>0,33 Moderate

>0,67 Substansial

>0,7 Kuat

Sumber: Jonathan Sarwono (2014: 13)

Semakin tinggi nilai R2 berarti semakin baik model prediksi dari model penelitian yang diajukan. Nilai R-square atau varian yang dijelaskan pada variabel dependen sebaiknya > 0,10. Nilai ini digunakan untuk menilai pengaruh variabel eksogen terhadap variabel endogen secara substantif. Selain menggunakan R2, model struktural dievaluasi dengan menggunakan:

1. f-square, digunakan untuk menilai besarnya pengaruh variabel eksogen terhadap variabel endogen. Jogiyanto (2011: 129), ukuran efek dapat dihitung dengan rumus 3.7 f:


(42)

Tabel 3.7

Interpretasi Koefisien f-square

Interval Koefisien Ukuran Pengaruh

> 0,02 Lemah

> 0,15 Menengah

> 0,35 Besar

Sumber: Ghozali dalam Andriyani Nenobais (2013: 66)

2. Jika diketahui konsep dasar analisis yang melibatkan variabel mediator, maka perlu dilakukan uji peran mediator yang dapat diketahui dari nilai relative size. Model analisis yang melibatkan variabel mediator adalah:

1) Fully mediation yaitu variabel independen tidak mampu mempengaruhi secara signifikan variabel dependen tanpa melalui variabel mediator jika nilai VAF > 0,8.

2) Partial mediation yaitu variabel independen mampu mempengaruhi secara langsung variabel dependen tanpa melalui atau melibatkan variabel mediator.

Untuk mencari nilai relative size dapat menggunakan rumus 3.8 Variance Account For sebagai berikut:

3. Stoner-Geisser Q-square test, digunakan untuk mengukur relevansi prediksi dapat dimodelkan dengan logika seberapa baik nilai observasi dihasilkan oleh model dan juga estimasi parameternya. R-square variabel endogen dalam model interpretasi Q-square sama dengan koefisien determinasi total pada analisis jalur. Jonathan Sarwono (2014: 13), jika Q-square > 0 maka menunjukkan bukti bahwa nilai-nilai yang diobservasi sudah direkonstruksi dengan baik dan model memiliki relevansi prediktif. Pendekatan ini menggunakan rumus 3.9 Q2 sebagai berikut:

3.5.4 Uji Hipotesis

Hipotesis sebagai jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, harus terlebih dahulu diketahui istilah Hipotesis Nol (H0) dan Hipotesis

( ) ( )


(43)

Penelitian (H1). Koefisien jalur diestimasi dengan menggunakan Ordinary Least

Square menurut model strukturnya. Koefisien jalur dalam SEM-PLS adalah koefisien regresi baku disebut Beta ( ). Hipotesis penelitian yang akan diuji adalah:

Uji Hipotesis 1: Pengetahuan nasabah berpengaruh positif terhadap keputusan menggunakan layanan.

Hipotesis statistik yang diajukan H0 :

H1 :

Hipotesis kalimat yang diajukan

H0 : Pengetahuan nasabah tidak berpengaruh positif terhadap keputusan

menggunakan layanan.

H1 : Pengetahuan nasabah berpengaruh positif terhadap keputusan menggunakan

layanan

Uji Hipotesis 2: Pengetahuan nasabah berpengaruh positif terhadap citra merek.

Hipotesis statistik yang diajukan H0 :

H1 :

Hipotesis kalimat yang diajukan

H0 : Pengetahuan nasabah tidak berpengaruh positif terhadap citra merek.

H1 : Pengetahuan nasabah berpengaruh positif terhadap citra merek

Uji Hipotesis 3: Citra merek berpengaruh positif terhadap keputusan menggunakan layanan.

Hipotesis statistik yang diajukan H0 :

H1 :

Hipotesis kalimat yang diajukan

H0 : Citra merek tidak berpengaruh positif terhadap keputusan menggunakan

layanan.


(44)

Sebagai akhir dari analisis data yaitu penarikan kesimpulan. Penerimaan H1 pada kesalahan 5% dan tingkat kepercayaan 95% dengan SEM-PLS akan

dinilai berdasarkan signifikansi model path antar konstruk dalam inner model berdasarkan thitung > ttabel = 1,678; db = 96 - 2 = 94 dan P-value < 0,05.


(45)

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

5.1Kesimpulan

Rendahnya pencapaian market share perbankan syariah pada layanan Giro iB wadiah menduduki posisi paling bawah sebagai sebuah output pemasaran yang dapat dicapai setelah adanya pembelian. Peneliti berasumsi adanya masalah dalam keputusan menggunakan layanan. Beberapa penelitian terdahulu membuktikan bahwa pengetahuan konsumen dan citra merek berpengaruh terhadap keputusan pembelian.

Pengetahuan nasabah individu layanan Giro iB wadiah Bank Umum Syariah di Kota Bandung pada tingkat cukup tinggi. Sebagian besar nasabah mampu menggambarkan lokasi kantor cabang, penyedia layanan kliring, waktu penyedia layanan kliring dan kelengkapan dokumen pembukaan rekening dengan benar. Sedangkan pengetahuan tentang kelas layanan, akad layanan, fitur layanan dan merek layanan manfaat fungsional, physical perceived risk, manfaat psikososial dan physicological perceived risk belum bisa digambarkan dengan benar oleh sebagian besar nasabah.

Citra merek Giro iB wadiah Bank Umum Syariah di Kota Bandung pada tingkat cukup tinggi. Giro iB sudah mampu memenuhi kebutuhan dan keinginan nasabah atas transaksi pengelolaan dana pada benak nasabah. Namun, merek Giro iB belum bisa mengingatkan persepsi atribut abstrak, menarik emosional, memberikan kesadaran, tidak dipandang unik dan belum bisa menepati janji sebagai layanan transaksi pengelolaan dana pada benak nasabah.

Keputusan menggunakan layanan Giro iB wadiah Bank Umum Syariah di Kota Bandung adalah tinggi. Nasabah individu sudah melakukan pertimbangan frekuensi transaksi perbankan, nominal limit transaksi, lama waktu yang dihabiskan, fleksibilitas transaksi, kesesuaian biaya administrasi dan fasilitas tambahan. Namun sebagian besar nasabah belum melakukan pertimbangan kualitas layanan, manfaat layanan, popularitas merek, kesesuaian merek dengan persepsinya, jarak tempuh dan keamanan lokasi kantor cabang.


(46)

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis penelitian yang telah diajukan menggunakan software SmartPLS 3.0 maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Pengetahuan nasabah berpengaruh positif terhadap keputusan menggunakan

layanan Giro iB wadiah Bank Umum Syariah di Kota Bandung. Semakin tinggi tingkat pengetahuan nasabah maka semakin tinggi pertimbangan keputusan menggunakan layanan. Besar pengaruh pengetahuan nasabah terhadap keputusan menggunakan layanan adalah lemah. Indikator pengetahuan pembelian dalam pengetahuan nasabah memiliki pengaruh yang paling besar terhadap keputusan menggunakan layanan.

2. Pengetahuan nasabah berpengaruh positif terhadap citra merek Giro iB wadiah Bank Umum Syariah di Kota Bandung. Semakin tinggi pengetahuan nasabah maka semakin baik citra merek. Besar pengaruh pengetahuan nasabah terhadap citra merek adalah moderate. Indikator pengetahuan pembelian dalam pengetahuan nasabah memiliki pengaruh yang paling besar terhadap citra merek.

3. Citra merek berpengaruh positif terhadap keputusan menggunakan layanan Giro iB wadiah Bank Umum Syariah di Kota Bandung. Semakin baik citra merek maka akan semakin tinggi keputusan menggunakan layanan. Besar pengaruh citra merek terhadap keputusan menggunakan layanan adalah moderate. Indikator brand association dalam citra merek memiliki pengaruh yang paling besar terhadap keputusan menggunakan layanan.

Besar pengaruh pengetahuan nasabah terhadap keputusan menggunakan layanan Giro iB wadiah Bank Umum Syariah di Kota Bandung lebih kecil dari besar pengaruh citra merek terhadap keputusan menggunakan layanan Giro iB wadiah Bank Umum Syariah di Kota Bandung. Namun, pengaruh pengetahuan nasabah dan citra merek terhadap keputusan menggunakan layanan Giro iB wadiah Bank Umum Syariah di Kota Bandung secara simultan lebih besar dari pengaruh secara parsial.

3.2 Implikasi

Temuan penelitian memberikan informasi tentang seberapa besar pengaruh pengetahuan nasabah terhadap keputusan menggunakan layanan Giro iB Wadiah


(1)

133

pada taraf kesalahan yang lebih kecil yaitu 1%. Dengan pertimbangan sampel dalam penelitian ini berukuran kecil <100.


(2)

DAFTAR PUSTAKA 1. Buku Referensi

Alma, Buchori. (2004). Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa. Bandung: Alfabeta.

Ferrinadewi, Erna. (2008). Merek dan Psikologi Konsumen Implikasi pada

Strategi Pemasaran. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Jogiyanto. (2011). Konsep dan Aplikasi SEM Berbasis Varian dalam

Penelitian Bisnis. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.

Keller, Kevin Lane. (2008). Strategic Brand Management. USA: Pearson Education Limited.

Kotler, Philip and Levin Lane Keller. (2009). Manajemen Pemasaran Edisi 13

Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

______________________________. (2013). Marketing Management 14th

Edition. England: Pearson Education Limited.

Kotler, Philip et.al. (2010). Marketing 3.0. Jakarta: Erlangga.

Kuswana, Wowo Sunaryo. (2011). Taksonomi Berpikir. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

Mowen, John.C and Michael Minor. (2002). Perilaku Konsumen Jilid 1 Edisi

Kelima. Jakarta: Erlangga.

Riduwan dan Engkos Achmad Kuncoro. (2010). Path Analysis (Analisis Jalur). Bandung: Alfabeta.

Shchiffman, Leon G and Leslie Lazar Kanuk. (2010). Consumer Behavior 10th

Edition. New Jersey: Prentice Hills.

Shchiffman, Leon G and Joseph L.Wisenblit. (2015). Consumer Behavior

Global Edition. England: Pearson Education Limited.

Solomon, Michael.R. (2013). Consumer Behavior Buying, Having and Being

10th Editon. UK: Pearson.

Sugiyono. (2006). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suhartanto, Dwi. (2014). Metode Riset Pemasaran. Bandung: Alfabeta.

Sukardi. (2008). Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Operasionalnya. Yogyakarta: Bumi Aksara.

Sunyoto, Danang. (2013). Teori, Kuesioner dan Analisis Data untuk

Pemasaran dan Perilaku Konsumen. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Suwarman, Ujang. (2011). Perilaku Konsumen Teori dan Penerapannya dalam

Pemasaran. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Tjiptono, Fandy. (2011). Manajemen dan Strategi Merek. Yogyakarta: Andi Tjiptono, Fandy dan Gregorius Chandra. (2012). Pemasaran Stratejik Jilid 2.

Yogyakarta: Andi.

Zainal, Veithzal Rivai dkk. (2013). Islamic Business Management: Praktik


(3)

2. Jurnal dan Artikel Ilmiah

Abduh, Muhamad dan Moch Azmi Omar. (2012). Islamic-Bank Selection

Criteria In Malaysia: An AHP Approach. Business Intellegence Journal.

Volume _ (_), hlmn 271-281.

Ahmad, Khaliq et.al. (2011). Brand Preference in Islamic Banking. Journal of Islamic Marketing. Volume 1 (1), hlmn 74-82.

Al Nasser, Sulaiman Abdullah Saif and Datin Dr Joriah Muhammed. (2013).

Introduction to History of Islamic Banking in Malaysia. Humanomics.

Volume 29 (2), hlmn 80-87.

Alamgir, Mohammed et.al. (2010). Influence of Brand Name on Consumer

Decision Making Process-An Empirical Study on Car Buyers. Journal

Economic and Public Administration. Volume 2 (12), hlmn 142-153. Amin, Muslim et.al. (2013). Islamic Banks. International Journal of Bank

Marketing. Volume 31 (2), hlmn 79-97.

Awan, Hayat.M and Khuram Shahzad Bukhari. (2011). Customer’s Criteria

for Selecting an Islamic Bank: Evodence From Pakistan. Journal of

Islamic Marketing. Volume 2 (1), hlmn 14-27.

Amin, Hanudin. (2013). Factors influencing Malaysian Bank Customers to

Choose Islamic Credit Cards. Journal of Islamic Marketing. Volume 4 (3),

hlmn 245-263.

Àstrȯm, Z.Hafsa Orhan. (2013). Survey on Customer Related Studies in Islamic

Banking. Journal of islamic Marketing. Volume 4 (3), hlmn 294-305.

Astuti, Tri dan Indah Mustikawati. (2013). Pengaruh Persepsi Nasabah

Tentang Timgkat Suku Bunga, Promosi dan Kualitas Pelayanan Terhadap Minat Menabung Nasabah. Jurnal Nominal. Volume 1 (2), hlmn 182-198.

Bian, Xuemei and Luiz Moutinho. (2011). The Role of Brand Image, Product

Involvement and Knowledge in Explaining Consumer Purchase Behavior of Counterfeits. European Journal of Marketing. Volume 45 (1), hlmn

191-216.

Bizri, Rima M. (2014). A Study of Islamic Banks in the Non-GCC MENA

Region: Evidence from Lebanon. International Journal of Bank Marketing,

Volume 32 (2), hlmn 130-149.

Butt, Muhammad Mohsin and Muhammad Aftab. (2013). Incorporating

Attitude Towards Halal Banking in an Integrated Service Quality, Satisfaction, Trust and Loyalty Model in Online Islamic Banking Context.

International Journal of Bank Marketing, Volume 31 (1), hlmn 6-23. Chaudhry, Aakriti. (2014). Analysing the Role Online Social Networking Sites

Play in Consumers Decision Making Process. The International Journal Of

Business & Management. Volume 2 (6), hlmn 219-223.

Díaz, Francisco J. Mesías. (2012). Consumer Knowledge, Consumption and

Willingness to Pay for Organic Tomatoes. British Food Journal. Volume

114 (3), hlmn 318 -334.


(4)

Fletcher, Tendai Chikweche Richard. (2014). Rise of the Middle of the Pyramid

in Africa: Theoretical and Practical Realities for Understanding Middle Class Consumer Purchase Decision Making. Journal of Consumer

Marketing. Volume 31 (1), hlmn 27-38.

Haron, Sudin and Wan Nursofiza Wan Azmi. (2005). Marketing Strategy Of Islamic Banks: A Lesson From Malaysia. Working Paper Series 006 (hlm. 1-16). Jakarta: International Seminar on Enhancing Competitive Advantage on Islamic.

Jahanzeb, Sadia et.al. (2013). How Service Quality Influences Brand Equity. International Journal of Bank Marketing. Volume 31 (2), hlmn 126-141. Kolyesnikova, Natalia. (2008). The Influence of Product Knowledge on

Purchase Venue Choice: Does Knowing More Lead from Bricks to Clicks?. Supply Chain Forum An International Journal. Volume 9 (2),

hlmn 28-40.

Lukman, Marco Dirgahadi. (2014). Analisis Pengaruh Ekuitas Merek

Terhadap Keputusan Pembelian dan Kepuasan Konsumen Produk Teh Botol Sosro Kemasan Kotak. Jurnal Administrasi Bisnis. Volume 10 (1),

hlmn 64-81.

Menguc, Bulent et.al. (2012). Customer Knowledge Creation Capability and Performance in sales teams. Original Empirical Ressearch (hlm. 1-21). St.Chatarines: Brock University.

Musay, Francisca Paramitasari. (2013). Pengaruh Brand Image Terhadap Keputusan Pembelian (Survey pada Konsumen KFC Kawi Malang).

Artikel (hlm. 1-7). Malang: Universitas Brawijaya.

Perdani, Aevyn Sekar. (2013). Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Pengambilan Keputusan pembelian pada Konsumen Yamaha Mio di Trenggalek. Artikel. Malang: Universitas Negeri Malang.

Pimenta da Gama, António. (2011). An Expanded Model of Marketing

Performance. Jurnal of Marketing Intelligence and Planning. Volume 29

(7), hlmn 643-661.

Sayani, Hameedah dan Hela Miniaoui. (2013). Determinants of Bank Selection

in the United Arab Emirates. International Journal of Bank Marketing.

Volume 31 (3), hlmn 206-228.

Shahriari, Shahrzad. (2014). Survey on the Service Characteristics to Retain

and Attract Customers. International Journal of Advance Research in

Computer Science and Management Studies Volume 2 (6), hlmn 75-81. Shareef, Mahmud Akhter. (2008). Role of Different Electronic-Commerce (EC)

Quality Factors on Purchase Decision: A Developing Country Perspective. Journal of Electronic Commerce Research. Volume 9 (2),

hlmn 92-113.

Shehzad, Umer et.al. (2014). Influence of Brand Name on Consumer Choice &

Decision. Journal of Business and Management. Volume 16 (6), hlmn


(5)

Siddiq, Akmal. (2014). Pengaruh Pengetahuan Produk dan Citra Merek Terhadap Keputusan Pembelian Laptop Samsung (Survey pada Konsumen ITKLIK Jakarta), Business and Management Review (hlm. 1-16).

Yuliawan, Eko. (2011). Pengaruh Pengetahuan Konsumen Mengenai

Perbankan Syariah Terhadap Keputusan Menjadi Nasabah Bank Pada PT Bank Syariah Cabang Bandung. Jurnal Wira Ekonomi Mikroskil. Volume

1 (1), hlmn 21-30.

3. Publikasi

Bank Indonesia. (1998). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun

1998 tentang Perbankan. Jakarta: BI.

Undang-Undang Nomor 21 (2008). Perbankan Syariah. Jakarta: DPR RI dan Presiden RI.

4. Website

Bank Indonesia. (2012). Kajian Model Bisnis Perbankan Syariah. [Online]. Tersedia: www.bi.go.id. (11/10/2014)

Bank Indonesia. (2013). Statistik Perbankan Syariah Tahun 2013. [Online]. Tersedia: www.bi.go.id. (11/10/2014)

Departemen Perbankan Syariah (2008). Kodifikasi Produk Perbankan Syariah. [Online]. Tersedia: www.bi.go.id. (21/02/2015)

Departemen Perbankan Syariah. (2012). Laporan Perkembangan Perkembangan Perbankan Syariah Tahun

2012. [Online]. Tersedia: www.bi.go.id. (08/02/2015)

Direktorat Perbankan Syariah. (2013). Laporan Perkembangan Perkembangan

Perbankan Syariah Tahun 2013. [Online]. Tersedia: www.bi.go.id.

(08/02/2015)

Direktorat Perbankan Syariah. (2008). Kodifikasi Produk Perbankan Syariah. [Online]. Tersedia: www.bi.go.id. (08/02/2015)

Sarwono, Jonathan. (2014). Mengenal PLS SEM. [Online]. Tersedia: www.jonathansarwono.info/sem/sem.htm. Diakses oleh Intan Permana (05/07/2015).

Suryanata. (2013). Negara Muslim di Dunia. [Online]. Tersedia: www.forum.kompas.com. (3/10/2014)

5. Skripsi, Tesis dan Disertasi

Bastian, Zein. (2013). Pengaruh Kinerja Advertising dan Word of Mouth

Marketing terhadap Keputusan untuk Menjadi Mahasiswa (Survey

terhadap Mahasiswa Akademi Sekretari dan Manajemen Ariyanti Bandung). Tesis. Bandung: MMB SPS UPI.

Nenobais, Andriyani. (2013). Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Kompetensi Aparatur Terhadap Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja. _____.


(6)

6. Majalah

Palupi, Dyah Hasto. (2014). Moslem Market Size/Consumption, Majalah SWA, 28 Agustus, hlm. 31.