PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN DAN GAYA KOGNITIF TERHADAP HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS SISWA SMP NEGERI 4 BAHOROK LANGKAT.

KATA PENGANTAR

Puji syukur senatiasa penulis sampaikan kehadirat Allah SWT yang selalu
memberikan taufik, rahmat, dan hidayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
tesis ini dengan judul "PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN DAN GAY A
KOGNITIF TERHADAP HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS SISWA SMP
NEGERI 4 BAHOROK LANOKA T". Tesis ini merupakan sebahagian dari
pemenuhan persyaratan dalam meraih gelar Magister Pendidikan pada Program
Pascasarjana Universitas Negeri Medan.
Tesis ini dapat terselesaikan atas bantuan dan dorongan dari berbagai pihak,
baik bantuan moril maupun materil, untuk semua itu penulis tidak dapat membalasnya,
semoga menjadi suatu amal ibadah ikhlas dan kiranya semoga mendapat balasan dari
Allah SWT. Amin ya robbal alamin.
Ucapan terima kasib dan penghargaan yang tulus dan ikhlas penulis sampaikan
kepada Bapak Dr. Ibrahim Gultom, M.Pd selaku pembimbing I dan Bapak Dr. Julaga
Situmorang, M.Pd selaku pembimbing II yang telah mengorbankan waktu, tenaga, dan
pikiran dalam memberikan bimbingan dan araban kepada penulis guna menyelesaikan
tesis ini, ucapan yang sama juga penulis sampaikan kepada Bapak Prof. Dr.
Muhammad Badiran M.Pd, Bapak Prof Dr Abdul Hamid K, M.Pd, dan Bapak Dr.
Busmin Gurning, M.Pd sebagai penguji yang telah dengan sabar dan sangat teliti
memberikan masukan, araban, motivasi dan juga dorongan pada penulis dalam tahapan

penyelesaian penulisan tesis ini. Juga tak lupa rasa terima kasih penulis sampaikan
kepada;
I. Bapak Prof. Drs. Syawal Gultom, M.Pd, selaku Rektor Universitas Negeri Medan
dan Bapak Prof. Dr. Belferik Manullang selaku Direktur Program Pascasarjana,
serta semua staff yang telah memfasilitasi selama berlangsungnya perkuliahan di
program pascasarjana Universitas Negeri Medan.
2. Bapak Prof. Dr. Muhammad Badiran, M.Pd selaku ketua program studi dan Bapak
Dr.Sahat Siagiaan M.Pd sebagai sekretaris, juga kak Noni di sekertaiat Program
Studi Teknologi Pendidikan Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

iii

3. Bapak dan lbu Dosen di Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan yang
telah membekali penulis dengan ilmu, pengalaman, dan kematangan serta
pemahaman baik dalam berfikir maupun bertindak.
4. Bapak Kepala dan seluruh guru-guru SMP Negeri 4 Bahorok yang telah banyak
membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian ini.
5.

Termulia ayahanda Warno dan ibunda Mariani. Atas segala do'a yang tulus dan

ikhlas yang telah dimohonkan demi kesuksesan periulis.

6. Rekan dan rekanita, Laila, Nita, Linda, Yuni, dan juga yang lainnya Sofyan,

Julkifli.S, Andi, Budi, Tobing, Misnan, Boiman, dan terkhusus buat Robi Rezki
M.Pd yang telah begitu banyak memberikan berbagai bantuan kepada penulis,
semoga Allah SWT melindungi dan memelihara persaudaraan kita semua.
Kepada semua pihak yang telah turut membantu penulisan tesis ini baik yang
namanya tertulis maupun yang tidak tertulis, penulis ucapkan terima kasih semoga
segala kebaikan bapak, ibu, saudara dan saudari sekalian menjadi catatan amal bagi
tiap pribadi dan mendapatkan balasan yang setimpal dari Allah SWT.
Dengan segala kerendahan hati penulis mengakui bahwa tesis ini masih perlu
perbaikan dalam rangka penyempumaan, oleh karenanya kritik, saran yang sifatnya
membangun sungguh sangat diperlukan.
Akhimya penulis berharap semoga tesis ini bermanfaat bukan hanya kepada
penulis tetapi juga kepada pembaca yang membutuhkannya, Amin.

Medan, 16 Februari 2009
Penulis


BAMBANG AGUST ANTO
NIM 061188230026.

iv

ABSTRACf

BAMBANG AGUSTANTO. NIM. 061188230026. The effect of Problem Solving
Learning Strategy and Cognitive Style on English Learning Achievement for Students of
SMP Negeri 4 Bahorok .. Thesis. Education Technology, Post Graduate of Medan State
University (UNIMED), September 2008.
This study is aimed at : (1) finding the difference of the students' learning result
taught by problem solving learning strategy and expository learning strategy, (2) finding
the difference of the students learning result having cognitive style field independent (FI)
and cognitive style field dependent (FD}, (3) and the interaction between learning
strategy and cognitive style in effecting the students' English learning result.
This is a quasy experiment study. The population for this study were 200 persons
from 4 classes VIII of SMP Negeri 4 Bahorok, and 80 students from 2 classes were taken
as sample using cluster random sampling. Before doing the action, the sample was given
an cognitive style test to differentiate the kind of the students' cognitive style. The

learning result test used in examining the experiment hypothesis was tested to measure
the validity and reliabilitY test. Having beert tested, 37 from 45 questions were applicable.
The descriptive statistics. was used for the data and inferential statistics was used to
measure the hypothesis. The hypothesis were tested by using two-ways Anova, while
normality test using Liliefors test and homogeneity test variants using Barlet test and
Fisher test.
The hypothesis test result showed that: (1) the students' achievement on English
learning taught by problem solving learning strategy is higher than the one with
expository learning strategy. It is shown by Fratio = 46.40 > Flabet = 3.12 on a= 0.05, (2)
the students having hig}J ~bHity
t11a11 t.lle one haviJ1g low ability. It is shoWJ1 by fratio =
19.29 > F!abet= 3.12 on a= 0.05 withdk (1.76).
This research shown that to improve result English learning, In the reality
problem solving learning strategy is one of correct learning strategy used for student with
cognitive style independent field. While, the student having cognitive style dependent
field More effective with expository learning strategy.

ABSTRAK

BAMBANG AGUSTANTO. NIM. 061188230026. Pengaruh Strategi Pembelajaran

Berbasis Masalah dan Gaya Kognitif Terhadap Hasil Belajar Bahasa Inggris Siswa
SMP Negeri 4 Bahorok. Tesis. Program Pascasarjana, Universitas Negeri Medan,
September 2009.
Penelitian ini bertujuan untuk: (I) mengetahui perbedaan hasil belajar siswa yang
diajar dengan strategi pembelajaran berbasis masalah dan strategi pembelajaran
ekspositori, (2) mengetahui perbedaan basil beltYar bahasa lnggris antara siswa yang
rnemiliki gaya kognitif Fl dan gaya kognitif FD, (3) mengetahui interaksi antara
strategi pembelajaran dan gaya kognitif dalam mempengaruhi hasil belajar bahasa
Inggris siswa.
Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen. Populasi dalam penelitian
ini betjumlah 200 orang yang berasal dari 4 kelas VIII (delapan) SMP Negeri 4
Bahorok. Sedangkan sampel betjumlah 80 orang yang diambil dari 2 kelas dengan
menggunakan cluster random sampling. Sebelum perlakuan diberikan, terlebih dahulu
sampel penelitian diberikan tes gaya kognitif untuk membedakan jenis gaya kognitif
yang dimiliki oleh siswa. Tes basil belajar yang digunakan untuk menguji hipotesis
penelitian terlebih dahulu diujicobakan untuk mengetahui tingkat validitas dan
reliabilitas tes. Hasil yang diperoleh dari 45 soal yang diujikan sebanyak 37 soal saja
yang memenuhi persyaratan. Statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah
statistik deskriptif untuk menyajikan data dan statistik inferensial untuk menguji
hipotesis penelitian. Hipotesis penelitian diuji · dengan menggunakan Anava 2 jalur

yang sebelumnya, terJebih dahuJu dilakukan uji persyaratan analisis data yaitu uji
normalitas dengan uji LiJiiefors dan uji homogenitas varians dengan uji Bartlett dan
Uji Fisher.
Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa : (I) hasil belajar Bahasa lnggris
siswa yang dibelajark.an dengan strategi pembelajaran berbasis rnasalah lebih tinggi
dari pada siswa yang dibelajarkan dengan strategi pembelajaran ekspositori. Hal ini
ditunjukkan oleh Fhitung = 46.40 > Flabct = 3.12 pada taraf signifikan a= 0.05, (2) siswa
yang memiliki kemarnpuan awal tinggi mernperoleh basil belajar bahasa lnggris yang
lebih tinggi daripada siswa yang memiliki kemampuan awal rendah. Hal ini
ditunjukkan oleh Fbitung = 49.39 > Ftabel = 3.12 pada taraf signifikan a = 0.05, dan (3)
terdapat interaksi antara strategi pembelajaran dan kernarnpuan awal dalam
mempengaruhi basil belajar Bahasa Inggris siswa. Hal ini ditunjukkan oleh FhiiWig =
19.29 > Fmbet = 3.12 pada tarafsignifikan a= 0.05 dengan dk = ( 1.76).
HasH penelitian ini menunjukkan bahwa untuk meningkatkan basil belajar bahasa
Inggris, temyata strategi pernbelajaran berbasis masalah merupakan salah satu strategi
pembelajaran yang tepat digunakan bagi siswa dengan gaya kognitif Fl. Sedangkan
siswa yang memiliki gaya kognitif FD lebih efektif dibelajarkan dengan strategi
pernbelajaran ekspositori.

jj


DAB I

PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang Masalab
Salah satu tujuan penyelenggaraan proses belajar adalah untuk mencapai tujuan

pembelajaran, baik dalam mata pelajaran secalfl khusus, maupun pendidikan secara
umum. Tujuan yang terpenting dari pendidikan adalah mengembangkan mental yang
memungkinkan seseorang dapat belajar. Untuk mewujudkan fungsi pendidikan sebagai
wahana sumber daya manusia, maka perlu dikembangkan iklim belajar mengajar yang
konstruktif bagi berkembangnya suasana, kebiasaan, dan strategi belajar mengajar juga
dilandasi dengan pemahaman tentang ilmu pengetahuan dan teknologi serta
implikasinya dalam kegiatan belajar mengajar bagi para guru di sekolah.
Berdasarkan Kurikulum 2004 (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 2004)
peningkatan mutu pendidikan barus dilakukan secara menyeluruh yang mencakup
pengembangan dimensi manusia Indonesia seutuhnya, yakni aspek-aspek moral,
akhlak, budi pekerti, perilaku, pengetahuan, kesehatan, keterampilan dan seni.

Pengembangan aspek-aspek tersebut bermuara pada peningkatan dan pengembangan
kecakapan hidup yang diwujudkan melalui pencapaian kompetensi peserta didik untuk
bertahan hidup, menyesuaikan diri dan berhasil di masa datang. Dengan demikian,
peserta didik memiliki ketangguhan, kemandirian dan jati diri yang dikembangkan
melalui

pembelajaran

dan

pelatihan

yang

dilakukan

secara

bertahap


dan

berkesinambungan.
Pendidikan Indonesia dapat dilakukan melalui dua aspek kegiatan, yakni kegiatan
pembudayaan dan kegiatan pengajaran. Kegiatan pembudayaan adalah upaya
mentransformasi nilai-nilai moral dan pembentukan kepribadian dengan berbagai
aspek mental, spiritual dan psikologis. Kegiatan pengajaran bertalian dengan upaya

1

mentransfonnasi dan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, sikap dan
keterampilan serta penerapannya (Suparman, 1997). Sekolah menjadi salah satu sarana
untuk mensosialisasikan nilai-nilai kemampuan, sikap dan keterampilan yang
diperlukan untuk hidup di masyarakat. Guru di sekolah berperan sebagai fasilitator
dalam pembelajaran agar peserta didik dapat mentransformasikan ilmu pengetahuan
dan teknologi serta nilai-nilai dan keterampilan melalui kegiatan pembelajaran.
Datam penyusunan Kurikulum 2004, semua materi difonnulasikan sedemikian
rupa dengan lebih menekankan pada penguasaan materi dan didukung oleh strategi
atau strategi pembelajaran yang sesuai dan sarana pendukung kegiatan pendidikan
lainnya. Salah satu materi pelajaran pokok dalam kurikulum 2004 yang berbasis

kompetensi adalah

ma~

pelajaran bahasa lnggris, dan standar kompetensi yang

diharapkan dimiliki oleh siswa lulusan Sekolah Menengah Pertama (SMP) dalam
~

mempelajari bahasa lnggris adalah: (I) mampu mendengarkan dan memahami

beragam wacana lisan bahasa lnggris, (2) mampu mengungkapkan pikiran, pendapat
gagasan, dan perasaan dalam berbagai bentuk wacana lisan bahasa lnggris, (3) mampu
membaca dan memahami beragam teks dengan berbagai cara membaca tulisan bahasa
lnggris, dan (4) mampu mengekspresikan berbagai pikiran, gagasan, pendapat dan
perasaan dalam berbaga ragam tulisan bahasa lnggris (Departemen Pendidikan
Nasional, 2004).
Dengan adanya upaya peningkatan mutu pembelajaran tersebut secara langsung
memberi kontribusi pada peningkatan mutu pendidikan. Reigeluth (1983) mengatakan


bahwa peningkatan mutu pendidikan tidak dapat teljadi sebelum peningkatan mutu
pelajaran tersebut dahulu. Untuk itu harus ditingkatkan pengetahuan tentang cara
merancang metode atau strategi pembelajaran agar pembelajaran menjadi lebih efektif,
efisien dan memiliki daya tarik. Selain itu, Davies (1994) mengatakan bahwa untuk

2

meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah diperlukan ilmu merancang yaitu
seperangkat tindakan dengan tujuan mengubah situasi pembelajaran yang ada ke
situasi yang diinginkan.
Meskipun telah banyak upaya yang dilakukan oleh pemerintah, namun dalam
kenyataannya mutu pendidikan masih tetap rendah. Rendahnya mutu pendidikan ini
tercermin pada keterampilan berkomunukasi siswa yang salah satu tolak ukurnya
adalah basil belajar mata pelajaran bahasa lnggris, baik yang diujikan secara nasional

(UAN), maupun secara ujian praktek. Data yang diperoleh dari kantor Tata Usaha
SMP Negeri 4 Bahorok, dapat dilihat bahwa nilai rata-rata UAN siswa untuk mata
pelajaran bahasa Inggris relatif masih rendah dibandingkan dengan mata pelajaran
lainnya, seperti terlihat pada Tabel 1 berikut.

Tabell. Basil UAN Mata Pelajaran Bahasa In~ris

SMP Negeri 4 Bahorok

Nilai Terendab

Nilai Tertinggi

200412005

6.21 .

6.08

8.08

2005/2006

6.39

6.11

7.86

2006/2007

6.26

6.17

7.96

Taboo Pelajaran

Nilai Rata-rata

Sumber Data: Kantor Tata Usaha SMP Negeri 4 Bahorok

Dari Tabel 1 di atas dapat diperhatikan bahwa perolehan basil belajar Bahasa
lnggris masih cenderung kurang memuaskan. Hal ini menyebabkan berbagai kalangan
merasa kecewa dan kurang puas dengan mutu pendidikan tersebut. Ketidakpuasan ini
disebabkan masih adanya basil peserta didik pada pelajaran tertentu. yang nilainya
masih jauh dari yang diharapkan terutama pada pelajaran bahasa lnggris. Sukmadinata
(1992) mengatakan, yang paling mendapat sorotan masyarakat tentang peketjaan guru
adalah mutu pendidikan, lebih khusus adalah mutu lulusannya. Selanjutnya, Dahar
(1986) juga mengemukakan. sebab-sebab lulusan kurang bermutu atau belum
memenuhi harapan adalah : (1) input yang kurang baik kualitasnya, (2) guru dan

3

personal yang kurang tepat, (3) materi yang tidak atau kurang cocok, (4) metode
mengajar dan sistem evaluasi yang kurang memadai, (5) kurangnya sarana penunjang,

dan (6) sistem administrasi yang kurang tepat.
Dalam rangka mengatasi persoalan peroleban basil balajar bahasa lnggris SMP
Negeri 4 Bahorok yang masih relatif rendah, berbagai upaya telah dilakukan untuk
meningkatkan kemampuan dan pemabaman siswa. Upaya-upaya ini dilakukan oleh
berbagai pihak, baik guru pengajar, maupun pihak sekolah. Sebagai contoh, pihak
sekolah dalam hal ini pimpinan SMP Negeri 4 Bahorok telah melakukan berbagai
upaya antara lain melaksanakan seminar-seminar yang berkenaan dengan peningkatan
kualitas pembelajaran bahasa lnggris, baik yang dilaksanakan di lingkungan atau dl
luar sekolah SMP Negeri 4 Bahorok. Selain itu, pihak sekolah juga berupaya untuk
membekali guru-guru pengajar dengan berbagai bentuk pendidikan dan pelatiban yang
relevan, dengan barapan agar siswa dan tenaga pendidik memiliki pemahaman dan
wawasan yang memadai tentang bahasa lnggris. Meskipun berbagai upaya telah
dilakukan untuk meningkatan basil belajar, namun sejauh ini basil belajar bahasa
lnggris tersebut masih tetap rendah dan tidak menunjukkan adanya peningkatan yang
cukup berarti (signifikan).
Dengan melihat fenomena di atas, dibutuhkan peran aktif dan perhatian yang
lebih serius oleh berbagai pibak terkait untuk dapat meningkatkan basil belajar bahasa
lnggris seperti yang diharapkan. Dalam hal ini, guru mempunyai tugas yang sangat
berat guna mengatasi persoalan dimaksud, karena guru memiliki peran ·strategis dalam
kegiatan proses belajar mengajar. Peran strategis ini adalah mentransformasikan
pengetahuan, keterampilan dan oilai-nihli kepada peserta didik. Banyak faktor yang
diduga menyebabkan. rendahnya kualitas pendidikan kita, khususnya basil belajar
bahasa Inggris yang relatif masih rendah. Satu di ·antaranya adalah rendahnya kualitas

4

pembelajaran. Bila pembelajaran itu dilihat sebagai suatu sistem, maka faktor yang
turut mempengaruhi kualitas pembelajaran tersebut harus dipenuhi. Faktor-faktor
tersebut antara lain sebagaimana dikemukakan Hamalik (1999), yakni mencakup : (I)
input mentah atau siswa, (2) lingkungan instruksional, (3) proses pembelajaran, dan (4)
keluaran pembelajaran. Hamalik memandang pembelajaran sebagai suatu sistem,
sedangkan Reigeluth (1983) melihatnya dari sisi variabel pembelajaran yang satu Sarna

lain sating berpengaruh.
Menurut pengamatan penulis di lapangan bahwa proses pembelajaran yang
dilakukan oleh guru di sekolah menggunakan satu strategi pembelajaran saja. Guru
mendominasi proses belajar mengajar, dan kurang memvariasikan strategi atau strategi
pembelajaran dalam kegiatan pembelajaran. Selain itu, siswa kurang diberdayakan
dalam menemukan dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan belajar siswa. Pembelajaran

seperti ini akan memberikan perolehan basil belajar yang kurang maksimal, sebab
siswa tidak menemukan langsung informasi dan ilmu pengetahuan yang dibutuhankan
untuk menghadapi persoalan-persoalan belajarnya.
Dari uraian di atas, dapat dipahami bahwa untuk meningkatkan basil belajar
bahasa lnggris siswa, dibutuhkan suatu model atau strategi pembelajaran yang mampu
untuk lebih memberdayakan siswa dalam suatu proses pembelajaran. Strategi
pembelajaran berbasis masalah, adalah salah satu bentuk strategi pembelajaran yang
berorientasi kepada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan
diciptakan sedemikian rupa agar terasa lebih alamiah, di mana siswa dapat sating
bekerja sama, bertukar ilmu pengetahuan (sharing Jcnowledge}, sating bertukar
informasi, sehingga masing-masing siswa mampu menjawab persoalan-persoalan
belajar bahasa lnggris yang dihadapi.

s

Kenyataanya dalam praktik pembelajaran bahasa lnggris yang telah dilaksanakan
selama ini, guru beranggapan bahwa proses dan isi mata pelajaran tidak begitu penting.
Dalam mengajar guru memiliki

otria~>

tunggal, dan yang paling mencolok adalah

minimnya aktivitas yang mendorong siswa untuk berefleksi dan berafeksi, untuk
mengembangkan pemikiran kritis (critical thinking),

pemikiran yang reflektif

(reflective thinking), daya afektif, dan daya kreatif yang menjadi motor penggerak
aktivitas hidup yang positif, produktif, dan konstruktif (Ahmadi dkk, 2000). Akibatnya
mata pelajaran bahasa Inggris dianggap membosankan karena sebahagian besar siswa
harus niengahafal, tanpil ada masalah yang dihadapi (Somantri, 200 l ).
Oleh karena itu, perlu diadakan pengkajian dan pembaharuan (inovasi) daJam
strategi pembelajaran, diantaranya adalah strategi pembelajaran berbasis masalah yaitu
strategi pembelajaran yang memberikan kebebasan kepada siswa dalam belajar,
mereka didorong belajar secara mandiri dalam mengolah informasi. Dengan demikian,
mereka sebagai makhluk yang unik, daJam arti memiliki perbedaan satu sama lain
diakui sepenuhnya. Pengakuan demikian membangkitkan kegairahan siswa dalam
belajar, karena mereka merasa dihargai, dipercaya. dan diberi kesempatan untuk
menunjukkan kemampuan (Dahar, 1991 ). Dari pendapat diatas dapat dijelaskan bahwa,
apabila anak didik dilibatkan dalam proses belajar mengajar maka sikap apatis,
menolak, dan tingkah laku yang menyimpang akan berkurang, sebaliknya akan
menimbulkan kegairahan belajar dan membuat anak didik berpikir secara lebih kritis.
Situasi seperti ini diduga akan merangsang siswa untuk mengeluarkan seluruh potensi
yang ada pada dirinya lebih baik.
Pembelajaran berbasis masalah merupakan konsep belajar yang membantu guru

untuk mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi nyata siswa. Konsep
belajar ini juga akan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang

6

dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-bari sebagai
anggota keluarga dan masyarakat. Konsep belajar ini berpandangan babwa belajar akan
lebih bermakna jika anak "menemukan sendiri" masalah apa yang sedang
dipelajarinya, bukan "mengetahuinya" dari orang lain. Dengan demikian. basil
pembelajaran diharapkan lebih bennakna bagi siswa, karena proses pembelajaran
berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa adalab bekerja dan mengalami,

bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Dalam pembehyaran berbasis masalah,
siswa diharapkan dapat mengalami dan memahami sendiri apa makna belajar, apa

manfaatnya, dan bagaimana mencapainya, sehingga siswa dapat menyadari bahwa
tersebut berguna bagi bidupnya nanti.
pel~arn

Bertolak dari asumsi bahwa untuk memperoleh ihnu maka seorang yang belajar
barus melakukan kegiatan berpik.ir. Semakin besar kegiatan berpikir tersebut semakin
efektif peng,Yaran mencapai tujuan. Pada strategi berbasis masalah, pembelajaran
betul-betul menjadi student centered. Dalam upaya inilah siswa memerlukan guru
sebagai pengarah dan pembimbing. Guru bertugas untuk membantu siswa untuk
mencapai tujuannya, artinya, guru lebih banyak "berurusan dengan strategi" daripada
"memberi infonnasi". Selain itu, guru bertugas untuk mengelola kelas sebagai sebuah
. tim yang bekerja sama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas atau
siswa

Selain pemilihan strategi pembelajaran yang tepat, perolehan basil belajar suatu
kegiatan pembelajaran yang dipengaruhi oleb kemampuan guru dalam mengenal dan
memahami karakteristik siswa. Seorang guru mampu mengenali karakteristik. siswa akan
dapat membantu terselenggaranya proses

peningkamn basil bel~ar

pemb~

secam efektif yang memungkinkan

siswa. Menurut Dick and Carey (2006), seorang guru hendaknya

mampu untuk mengenal dan mengetahui karakteristik siswa akan sangat berpengaruh

7

terhadap keberhasilan proses bel.Yar siswa. Apabila seorang guru telah mengetahui
karakteristik siswanya, maka selanjutnya guru dapat menyesuaikan dengan melode
pembelajamn yang akan digunakan.
Proses pembelajaran dikatakan efektif apabila tetjadi transfer belajar, yaitu materi
pelajaran yang disajikan oleh guru dapat diserap oleh struktur kognitif siswa. Siswa
dapat menguasai materi tersebut tidak hanya terbatas pada tahap ingatan tanpa
pengertian (rote learning), tetapi diserap secara bermakna (meaningful/earning). Agar
teljadi transfer belajar yang efektif , maka guru harus memperhatikan karakteristik
setiap siswa untuk dapat disesuaikan dengan materi yang dipelajarinya. ·karakteristik
adalah aspek-aspek yang ada dalam diri siswa yang dapat mempengaruhi perilakunya.
Rogers ( 1982) mengatakan bahwa pembelajaran akan semakin efektif atau semakin
berkualitas hila proses belajar mengajar dilakukan sesuai dengan karakteristik siswa
yang diajar.
Salah satu karakteristik siswa adalah gaya kognitif siswa. Gaya kognitif adalah
suatu cara yang konsisten yang dilakukan oleh siswa dalam menangkap stimulus atau

infonnasi, cara mengingat, berpikir dan memec8hkan permasalahan. Dengan kata lain,

setiap siswa memiliki cara yang relatif tetap atau konsisten dalam mengolah informasi,
berpikir dan mengingat. Pemyataan yang senadajuga disampaikan oleh Keefe (1987)
bahwa gaya kognitif menggambarkan kebiasaan berprilaku yang relatif tetap dalam diri
seseorang dalam menerima, memikirkan memecahkan masalah, maupun dalam
menyimpan informasi.
Menurut Messick (1976) gaya kognitif terdiri dari dua jenis, yaitu gaya dalam
menerima informasi (reception style) dan gaya dalam pembentukan konsep dan
mengingat (concept information and retention style). Salah satu tipe gaya kognitifjenis
gaya menerima infonnasi adalah field dependent {FD) dan field independent (FI).

8

Witkin (1971) telah mengembangkan suatu instrumen berupa gambar sederhana dalam
suatu pola yang kompleks. lnstrumen dimaksud disebut dengan istilah Group

Embedded Figures Test (GEFT). Dengan instrumen ini dapat diketahui jenis gaya
kognitif siswa apakah gaya FD atau Fl.
Berdasarkan fenomena di atas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian
tentang pengaruh strategi pembelajaran berbasis masalab dan gaya kognitif siswa yang
diperkirakan dapat meningkatkan basil belajar siswa dalam mata pelajaran bahasa
lnggris, yang akan dilakukan pada siswa kelas Vlll (delapan) SMP Negeri 4 Bahorok
pada Semester II Tahun Pelajaran 2007/2008.

B.

ldentifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah, dapat diidentifilqlsikan masalah

sebagai berikut : Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi basil belajar Bahasa
lnggris di SMP Negeri 4 Bahorok? Apakah guru telah merencanakan pembelajaran
dengan baik dengan cara memilih strategi pembelajaran Bahasa Inggris yang sesuai?
Apakah guru telah menerapkan berbagai strategi pembelajaran bahasa Inggris yang
sesuai dengan gaya belajar yang dimiliki siswa? Apakah guru mempertimbangkan
gaya belajar dan bakikat mata pelajaran Bahasa Inggris dalam melaksanakan kegiatan
pembelajaran

kepada

siswa?

Apakah

guru

menggunakan

berbagai

strategi

pembelajaran Bahasa lnggris sesuai dengan tujuan dan bahan ajar yang disampaikan?
Apakah bahan ajar penu!Uang yang dimiliki guru telah sesuai untuk membantu siswa
dalam memperoleb basil belajar bahasa inggris yang lebih baik? Apakah guru telah
menggunakan strategi pembelajaran yang sesuai dengan gaya kognitif siswa untuk
meningkatkan basil belajar bahasa Inggris siswa? Apakah gaya kognitif siswa turut
mempengaruhi basil belajar bahasa lnggris? Apabila guru menggunakan strategi
pembelajaran yang berbeda. apakah basil belajar Bahasa Inggrls yang diperoleh siswa

9

juga berbeda? Dengan gaya kognitif siswa dalam kelompok. belajar yang berbeda, dan
diajar dengan strategi pembelajaran yang berbeda, apakah basil belajar bahasa
lnggrisnya juga ak.an berbeda? Adakah interaksi antara strategi pembell\iaran dengan
gaya kognitifterhadap basil belajar bahasa lnggris siswa?

C.

Pembatasan Masalah
Hasil belajar siswa dipengaruhi banyak faktor, baik faktor internal maupun faktor

ekstemal. Penelitian yang mencak.up keseluruhan faktor tersebut merupakan pekeJjaan
yang rumit, menuntut keahlian, waktu dan dana. Mengingat luasnya masalah yang
menjadi penyebab terhadap basil belajar siswa, penelitian ini dibatasi pada ruang
lingkup lokasi penelitian, subjek penelitian, waktu penelitian, dan varabel penelitian.
Berkaitan dengan lokasi penelitian, penelitian ini terbatas pada SMP Negeri 4
Bahorok. Penelitian ini melibatkan siswa kelas VIII (delapan) semester II tahun
pelajaran 2007/2008. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan September sampai
Oktober 2008 dengan melibatkan satu variabel bebas, satu variabel moderator, dan satu
variabel terikat. Variabet bebas aktifnya adalah strategi pembelajaran yang dalam hal
ini adalah strategi pembell\iaran berbasis masalah dan strategi pembelajaran
ekspositori. Variabel bebas sekunder (moderator) adalah gaya kognitifyang terdiri dari
gaya kognitif field dependent (FD) dan independent (FI).
Gaya kognitif adalah suatu cara yang konsisten yang dilakukan oleh siswa dalam
menangkap stimulus atau

infoas~

cara mengingat, berpikir dan memecahkan

permasalahan. Gayi.kognitif menggambarkan kebiasaan berprilaku yang relatif tetap
dalam diri seseorang dalam menerima, memikirkan memecahkan masalah maupun
dalam menyimpan infonnasi. Oleh karena itu dapat dikatak.an bahwa setiap siswa
memiliki cara yang relatif tetap dalam mengamati, mengorganisasi dan mengingat
infonnasi.

10

Sedangkan variabel terikatnya adalah basil belajar siswa pada mata pelajaran
bahasa Inggris. Dalam penelitian ini basil belajar bahasa Inggris dibatasi pada ranah
kognitifmenurut taksonomi Bloom yakni: aspek pengetahuan (C 1}, aspek pemahaman
(C2), aspek penerapan (C3), aspek aplikasi, yang meliputi sub pokok bahasan; (a)
Greeting, (b) Introducing, (c) Personal Identity, (d) Asking for request, (e) like and
prefer, (f) Daily Activity, (g) commanding, dan (h) Prohibition, berdasarkan kurikulum
2004 pada siswa semester II (dua) tahun pelajaran 2007/2008.

D.

Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian Jatar belakang, identiftkasi masalah, dan pembatasan

masalah, maka perumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut:
I.

A~ah

basil belajar bahasa Inggris siswa yang dibelajarkan dengan strategi
pembelajaran berbasis masalah lebib tinggi dari pada yang dibelajarkan dengan
strategi pembelajaran ekspositori?

2.

Apakah siswa yang memiliki gaya kognitifFI memperoleh hasil belajar bahasa
lnggris yang lebih tinggi dari pada yang memiliki gaya kognitif FD?

3.

Apakah terdapat interaksi antara strategi pembelajaran dan gaya belajar dalam
mempengaruhi basil belajar l>ahasa lnggris siswa?

E.

Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk :

1.

Mengetahui apakah basil belajar bahasa ·Inggris siswa yang dibelajarkan dengan
strategi pembelajaran berbasis masalah lebih tinggi dari pada yang dibelajarkan

dengan strategi pembelajaran ekspositori.

11

2.

Mengetahui apakah siswa yang memiliki gaya kognitif FI memperoleh basil
belajar bahasa Inggris yang lebih tinggi dari pada yang memiliki gaya kognitif

FD.
3.

Mengetahui apakah terdapat interaksi antara strategi pembelajaran dan gaya
kognitif dalam mempengaruhi basil belajar bahasa lnggris siswa.

F.

Manfaat Penelitian
Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini diharapkan dapat bennanfaat secara

teoretis dan praktis. Manfaat teoretis penelitian ini antara lain adalah : ( 1) untuk
memperkaya dan menambah khasanah ilmu pengetahuan guna meningkatkan
penguasaan keterampilan siswa dalam berkomunikasi khususnya yang berkaitan
dengan strategi pembelajaran dan gaya belajar siswa, (2) sumbangan pemikiran dan
bahan acuan bagi seluruh komponen bangsa,. baik guru, pengelola, pengembang,
lembaga pendidikan maupun peneliti selanjutnya yang ingin mengkaji secara lebih
mendalam tentang interaksi antara strategi pembelajaran dan gaya belajar dalam
mempengaruhi basil belajar bahasa Inggris siswa di sekolah.
Manfaat pralr:tisnya adalah basil penelitian ini akan memperluas wawasan bagi
pengambil kebijakan yang terlibat langsung dengan basil pendidikan terhadap
menyusun strategi pembelajaran, khususnya pengajaran bahasa · lnggris yang
diperuntukkan sebagai pengajaran basil belajar di manapun dan dapat dijadikan
sebagai bahan informasi bagi guru bahasa Inggris dalam meningkatkan kualitas
pembelajaran dan sebagai sumbangan bagi guru dalam mendisain pembelajaran untuk
lebih memahami hubungan gaya belajar dan penguasaan kosakata dengan basil belajar
pada pembelajaran bahasa lnggris.

Pada akhirnya, basil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan
dalam

peningkatan basil belajar bahasa Inggris siswa. Selain ·itu, penelitian ini

12

diharapkan dapat memberikan gambaran bagi pemerintah, orang tua, dan guru tentang
efektivitas dan efesiensi strategi pembelajaran dan gaya belajar serta interaksinya
dalam mempengaruhi dan meningkatkan perolehan basil belajar bahasa Inggris lebih
maksimal.

13

BABV
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A.

Simpulan

1.

Hasil belajar Bahasa lnggris siswa SMP Negeri 4 Bahorok yang diajar dengan
strategi pembelajaran berbasis masalah lebih tinggi dibandingkan dengan jika
diajar dengan menggunakan strategi pembelajaran ekpositori.

2.

Siswa yang memiliki gaya kognitif FI memperoleh basil belajar Bahasa Inggris
yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang memiliki gaya kognitifFD.

3.

Terdapat interaksi antara strategi pembelajaran dan gaya kognitif dalam
mempengaruhi basil belajar Bahasa Inggris siswa SMP Negeri Negeri 4 Bahorok.
Untuk siswa yang memiliki gaya kognitif FI lebih efektif dalam meningkatkan
basil belajar Bahasa lnggris siswa menggunakan strategi pembelajaran berbasis
masalah dari pada menggunakan strategi pembelajaran ekspositori. Sedangkan
untuk siswa yang memiliki gaya kognitif FD, temyata strategi pembelajaran
ekspositori lebih efektif dalam meningkatkan basil belajar bahasa lnggris siswa,
dari padajika menggunakan strategi pembelajaran berbasis masalah.

B.

lmplikasi
Berdasarkan simpulan pertama dari basil penelitian ini yang menyatakan bahwa

siswa yang diajar dengan strategi pembelajaran Berbasis masalah, memiliki hasil
belajar yang lebih tinggi dibandingkan dengan j ika diajar dengan strategi pembelajaran
Ekpositori, Dengan demikian, diharapkan agar para guru di SMP Negeri 4 Bahorok
mempunyai pengetahuan, pemahaman dan wawasan yang luas dalam memilih dan
menyusun strategi pembelajaran khususnya strategi pembelajaran bahasa lnggris.
Dengan penguasaan pengetahuan, pemahaman, dan wawasan tersebut, seorang guru

105

diharapkan mampu merancang suatu disain pembelajaran bahasa lnggris dengan
menggunakan strategi pembelajaran yang efektif.
Pembelajaran bahasa Inggris akan memberikan perolehan basil belajar yang lebih
baik melalui belajar bermakna, yakni pembelajaran yang mengaitkan antara kesiapan
struktur kognitif atau pengalaman belajar dengan pengetahuan baru yang akan diterima
siswa dengan cara menciptakan lingkungan belajar yang merangsang untuk
pembelajaran kreatif.
Dengan melihat luasnya cakupan dan objek pelajaran bahasa Inggris, maka
dibutuhkan siswa yang mampu untuk membangun atau mengkonstruk sendiri
pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk memecahkan masalah-masalah
belajarnya. Di samping itu, siswa harus menemukan sendiri pengetahuan dan
keterampilan tersebut, dan bukan karena diberitahukan oleh gurunya. Siswa mampu
belajar secara aktif dan mandiri dengan mengembangkan atau menggunakan gagasangagasan dalam menyelesaikan masalah pembelajaran. Dengan demikian, pengetahuan
dan keterampilan akan dapat diingat dan dipahami dalam memory jangka panjang, dan
sewaktu-waktu dapat digunakan sesuai dengan kebutuhan belajar siswa.
Strategi pembelajaran berbasis masalah merupakan strategi pembelajaran yang
mengarahkan dan menuntun siswa menjadi lebih aktif dan kreatif. Proses pembelajaran
diarahkan agar siswa mampu menyelesaikan masalah secara sistematis dan logis.
Dalam strategi pembelajaran ini siswa akan menemukan sendiri permasalahan dan
mencari sendiri solusi atas permasalahan yang mereka munculkan tersebut, sehingga
siswa memperoleh pengalaman tersendiri dalam rangka memecahkan sebuah masalah.
Pembelajaran ini berorientasi bahwa untuk memperoleh ilmu maka seseorang yang
belajar harus melakukan kegiatan berpik.ir, dan terlibat secara langsung dalam kegiatan

106

pembelajaran tersebut. Semakin besar kegiatan berpikir tersebut, semakin efektif
pengajaran mencapai tujuan.
Implikasinya dalam memilih strategi pembelajaran bahwa salah satu faktor yang
harus dipertimbangkan dalam merancang pelajaran bahasa Inggris adalah gaya kognitif
siswa. Gaya kognitif adalah suatu cara yang konsisten yang dilakukan oleh siswa
dalam menangkap stimulus atau infonnasi, cara mengingat, berpikir dan memecahkan
pennasalahan. Dengan kata lain bahwa setiap siswa memiliki cara yang relatif tetap
atau konsisten dalam mengolah informasi, berpikir dan mengingat. Gaya kognitif
menggambarkan kebiasaan berprilaku yang relatif tetap dalam diri seseorang dalam
menerima, memikirkan memecahkan masalah maupun dalam menyimpan informasi.
Siswa dengan FD akan memperoleh basil belajar bahasa lnggris yang lebih tiggi

jika diajarkan dengan strategi pembelajaran berbasis masalah dibandingkan dengan
jika diajarkan dengan strategi pembelajaran ekpositori. Siswa dengan FI dapat
berkembang dengan baik, sebab dengan FI ini siswa akan : (a) menghadapkan siswa
kepada situasi yang mengandung "berbasis masalah" yang sedapat mungkin mirip
dengan yang dihadapi dalam kehidupan, (b) menyuruh siswa menganalisis situasi itu,
dengan melihat bukan hanya apa yang nyata melainkan juga yang tersirat di dalamnya,
untuk menemukan isyarat-isyarat halus yang tersembunyi tentang perasaan, kebutuhan
dan kepentingan orang lain, (c) mengusahakan agar setiap siswa menulis responsnya
tentang situasi itu sebelum diskusi dimulai, sehingga setiap siswa dilibatkan untuk
menelaah perasaannya sendiri sebelum ia mendengan respons orang lain untuk
dibandingkan, (d) mengajak siswa menganalisis respons siswa lainnya dan
mengkategorikannya, (e) mendorong siswa menjajaki konsekuensi tiap tindakan, dan
(g) mengulangi, artinya bahwa hila nilai itu telah menjadi bagian dari kepribadian kita,

107

maka kita harus mewujudkan nilai itu secara konsisten dalam kelakuan kita sesuai
dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya.
Sedangkan untuk siswa dengan gaya kognitif FI akan memperoleh basil belajar
Bahasa Inggris yang lebih baik jika diajarkan dengan strategi pembelajaran ekpositori.
Siswa dengan gaya kognitif FI tidak terlalu bergantung kepada pengaruh sekitamya.
Mereka tidak akan mengalami kesulitan dalam menerima dan mengolah keterampilan
serta informasi yang diterima sekalipun tidak ada petunjuk atau bantuan dan luar
dirinya. Strategi pembelajaran ekpositori lebih mementingkan proses bagaimana
seseorang memperoleh gambaran yang jelas tentang nilai-nilainya dalam usaha untuk
mengembangkan seperangkat nilai-nilai tertentu. Proses memperoleh kejelasan tentang
nilai-nilai akan membantu siswa memberikan sistem nilai-nilainya sendiri.
Penerapan strategi pembelajaran ekpositori ini membutuhkan konsistensi sikap
seseorang dalam menentukan suatu keputusan, sebab jika tidak memiliki sikap yang
konsisten dalam mengambil suatu keputusan, maka akan berpotensi untuk memberikan
hasil yang tidak maksimal. Untuk membentuk seorang siswa yang memiliki sikap yang
konsisten dalam mengambil suatu keputusan atau menentukan solusi permasalahan
belajamya. tentunya siswa tersebut haras memiliki niali-nilai yang jelas dan sistematis
sebagai dasar keputusan. Dalam rangka mewujudkan siswa yang memiliki nilai-nilai
yang jelas dan sistematis sebagai dasar keputusan inilah dibutuhkan siswa yang
memiliki gaya kognitif Fl, sebab siswa dengan gaya kognitif FI memiliki kemampuan
untuk menerima dan sekaligus mengolah informasi dan keterampilan yang
dibutuhkannya untuk membangun seperangkat nilai-nilai yang bermanfaat sebagai
sarana untuk mengambil keputusan atau solusi permasalahan belajar secara baik dan
tepat. Dengan kata lain, siswa dengan gaya kognitif FI telah dibekali kemampuan
untuk tidak terlalu tergantung kepada lingkungan luar, tidak terlalu tergantung kepada

108

orang lain atau guru, dalam menerima

dan mengolah informasi yang dibutuhkannya

untuk dikonstruk menjadi nilai-nilai yang jelas dan sistematis bagi keperluan
pengambilan keputusan dan kebutuhan belajamya.

C.

Saran
Mengupayakan mutu pendidikan di SMP Negeri 4 Bahorok, dapat dikembangkan

melalui proses pembelajaran yang bervariasi. Salah satu altematif pengembangannya
adalah

melalui

pemilihan

strategi

pembelajaran

yang

tepat

dengan

tujuan

pembelajaran, materi pembelajaran, kemampuan, kondisi dan karakteristik siswa.
Strategi yang dapat dipilih antara lain adalah strategi pembelajaran berbasis masalah
dan ekpositori. Untuk siswa yang memiliki FD penggunaan strategi pembelajaran
berbasis masalah sangat efektif dalam memberikan basil belajar yang diharapkan,
tetapi untuk siswa yang memiliki FI penggunaan strategi pembelajaran ekpositori akan
lebih efektif dalam memberikan basil belajar Bahasa Inggris.
Diharapkan kepada para guru Bahasa Inggris atau tenaga pengajar umumnya agar
senantiasa memperhatikan dan mempertimbangkan faktor gaya kognitif siswa sebagai
pijakan dalam merancang pembelajaran. Selain itu, guru perlu melakukan pengkajian
yang mendalam tentang karakteristik siswa untuk dijadikan sebagai pijakan atau acuan
untuk mengoptimalkan penerapan strategi pembelajaran Berbasis masalah dalam
pelajaran Bahasa Inggris secara efektif dan efisien.
Kepada Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP) sebagai pihak yang
memiliki andil untuk menjamin meningkatkan mutu pendidikan agar lebih
sering memanggil guru-guru Bahasa Inggris untuk dididik, dilatih dan dibekali
dengan pengetahuan yang relevan dengan bidang keahliannya dalam hal ini
bagaimana cara membuat scenario pembelajaran dengan menngunakan metode

109

pembelajaran realistik. Dengan diklat diharapkan guru memperbaiki cara
mengajar yang sudah tidak sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman.
Kepada LPTK, harus mengenalkan kepada eaton guru bagaimana cara
usaha untuk meningkatkan keefektifan pembelajaran dengan memberikan
pengalaman-pengalaman belajar kepada siswa. Dengan demikian, caJon guru
akan terangsang untuk mencari inovasi-inovasi strategi pembelajaran, dan
dapat memilih strategi pembelajaran yang tepat sesuai dengan karakteristik
siswa dan materi pelajaran yang hendak diajarkannya kelak jika sudah menjadi
guru yang sebenarnya.
Penelitian ini perlu ditindaklanjuti untuk setiap jenjang pendidikan dan pada
sampel yang

lebih luas serta variabel penelitian berbeda lainnya. dengan

mempertimbangkan keterbatasan-keterbatasan dalam penelitian ini.

110

DAFfAR PUSTAKA
Ahmadi, A.H. (2000). Psilcologi Cara Umum, Jakarta, Rineka Cipta.
Albrecht, (2003), Brain Power, Learn to Improve Your Thinking Skills : Daya
Pikir, Metode Peningkatan Potensi Berpikir. Semarang : Dahara Prize.
Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka
Cipta.
Ary, D. Jacobs, and L.C. Razavieh A. (1992). Pengantar Penelitian Dalam Pendidikan
(Penerjemah: Furchan, A). Surabaya Nasional.
Atmadi, A. dkk. (2000). Transformasi Pendidikan Memasuki Millenium Ketiga.
Yogyakarta : Kanisius.
Ausubel, D.P, (1983), The Psilcologi of Meaningful Verbal Learning, New York :
Grune & Staton
Balitbang, Depdiknas. (2002). Kurilculum Berbasis Kompetensi. Jakarta
Kurikulum Balitbang Depdiknas.

Pusat

Bloom, B.S. et all (1982)., Taxonomy of Education Objectives:

The
Classification of Educational Goals. Handbook I : Cognitive Domain.

New York: Logman Inc.
Dahar, R.W., (1989)., Teori-Teori Be/ajar. Jakarta: Erlangga.
Djahiri,A.Kosasih (1980). Teknik Klarifikasi Nilai. Jakarta : P3G
Davies, I.K. (1994). Pengolahan Be/ajar. Alih Bahasa Sudarsono Sudirdjo, dkk.
Jakarta: CV. Rajawali.
Departemen Pendidikan Nasional.(2004)., Kuriku/um Berbasis Kompetensi
Mata Pelajaran Bahasa Inggris., Jakarta : Balitbang
DePorter, B. dan Hernacki, (1992)., Quantum Learning (Penerjemah: Alwiyah
Abdurrahman ), Bandung : Kaifa.
Dick, W., and Carey, L., (2006)., The Systematic Design of Instruction.
London: Scott, Foresman and Company.
Dimyati dan Mudjiono, (1999)., Be/ajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka
Cipta.
Ferguson, G.A, (1988). Statistical Analysis In Psychology and Education ,
Singapura : Me- Graw Hill International Book Company
Gagne, R.M. (1977). The Condition of Learning 3'd edition, New York : Holt
Rinehart and Winston Inc

111

Gagne, R.M., and Briggs L.J. (1974). Principles of InstructionL Design. New
York: Holt Renehart and Winston Inc ..
Gerlach, Vernon. S. Ely, Donald. P. (1980). Teaching And Media.A Systematic
Approuch. New Jersey : Prentice Hall Inc.
Givon, T. 1995. Functionalism
Publishing.

and

Grammar.

Philadelpia:

John Benjamins

Gregore, A. (1982). An Adult's to Style, Gabriel System, Maynard
Gunawan, (2004), Born to be a Genius. Jakarta: Gramedia.
Hamalik, 0 (1993). Mengajar Azas, Metode dan Telcnik. Bandung : Pustaka Mariana.
Hoyle, Eric. 1980. The Role ofThe Teachers. London: Lowe and Brydone.
Huddlestone, Rodney. 1984./ntroduction to the Grammar of English. Great Britain :
Cambridge University Press.
Irianto, Jusuf. (2000). Model Sosial Inquiry Dalam Interaksi Be/ajar Mengajar
Sejarah. Madani. Vol2 No.2, hal. 16-20
Joyce, Bruce dan Weil, Marsha, ( 1986)., Models of Teaching. New Jersey:
Prentice Hall Inc.
Keefe, ( 1987). Learning Styles: Theory and Practice. Reston, Virginia : National
Associaton of Secondary School Principles (NASSP).

Lubis, Syahron, 2002. Sistem Pengembangan Kosakata bahasa Inggr{s.
Medan : FKIP UMSU.
Merrill, MD. (1991 ). "A Lesson Based on The Component Display Theory" Instruction
Theories in Action. Reigeluth (ed). New Jersey: Lawrence Erlbaum Ass.
Messick, S. (1976). Individuality in Learning. San Fransisco : Freeman.
Nasution, S. (2000). Berbagai Pendelratan Dalam Proses Be/ajar Mengajar., Jakarta :
Bumi Aksara.
Nikelas, Syahwin. 1988. Pengantar Linguistilc Untulc Guru Bahasa Inggris. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Nurhadi. 1995. Tata Bahasa Pendidilran. Semarang: lKIP Semarang Press.

Ram, Mornnan. 1981. Developing Reading Skills. Cambridge: Cambridge University
Press.
Rogers, C ( 1982). Freedom To Learn for the 80's. Colombus : Charles E. Merrill
Romizowski, A.J. (1981). Design Instructional System, London: Kogan Page
Ltd.

112

Reigeluth, C. M. (1983)., Intructional Desaign Teories and Models : An
Overviews of Their Current Status. London : Lownrence Rrl baum
Associates.
Sanjaya, Wina (2001). Strategi Pembe/ajaran, Jakarta : Prenada Media Group.
Semiawan, Conny R (2002). Be/ajar dan Pembe/ajaran Dalam Tarof Usia Dini.
Jakarta : CV. Prehallindo.Sudjana, (1992)., Metoda Statistika. Bandung:
Tars ito.
Sinaga, Albert. (2007). Pengaruh Strategi Pembelajaran dan Gaya Kognitif Terhadap
Hasil Belajar PPKn SMPN 2 Purba. Tesis. Program Pascasrujana Unimed
Medan.
Somantri, N.M. (2001}, Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Bandung: Remaja
Rosdakarya
Sudjana, N. ( 1989)., Cara Be/ajar Siswa Aktif. Bandung: Sinar Baru.
Suhardjono. (1990). Pengaruh Gaya Kognitif dan Perancangan Pengajaran
Berdasarkan Component Display Theory Terhadap Perolehan Belajar Retensi
Dan Sikap. Desertasi. Malang : PPs IKIP Malang.
Sukmadinata. (1992). Teori Be/ajar Untuk Pembelajaran Matematika. Jakarta : P3G
Depdikbud.
Suparman, Atwi. (1997)., Desain Instruksional. Jakarta: PAU- PPAI- UT.
Suriasumantri, Jujun S. (1984). Filsafat Ilmu, Jakarta: Sinar Harapan.
Surakhmad, Winarno. (1980). Metode Pengajaran Nasional. Bandung : Penerbit
Jemmars.
Sutrisno. (2006). Pengaruh Model Pembelajaran Latihan Inkuiri dan Gaya
Berpikir Terhadap H,asil Belajar Kimia Siswa Madrasah AJiyah. Tesis.
Pascasarjana Universitas Negeri Medan.
Syah, Muhibbin. (1996). Psikologi Pendidikan (Suatu Pendekatan Baru). Bandung:
Remaja Rosdakarya
Winkel, W.S., (1991)., Psikologi Pengajaran., Jakarta: Gramedia Widiasarana
Indonesia.
Witkin, H., et al. (1977). The Brain and Psychologist. New York : Rinehart and
Winston.
Witkin, H., et all. (1977). Field Independent and Field Dependent Cognitive Style and
Their educational Implication. Review of Educational Research.

113