PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN DAN GAYA BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS DI SMA NEGERI 4 BANDA ACEH.
KATAPENGANTAR
Alharndulillah segala puji bagi Allah SWT penulis panjatkan
karena atas
rahrnat
karunia dan kasih
sayang-Nya
menyelesaikan tesis ini. Seiring dengan itu
penulis dapat
tidak lupa shalawat
berangkaikan salam ke haribaan junjungan manusia tauladan Nabi Besar
Muhammad SAW.
Tesis yang berjudul "Pengaruh Strategi Pembelajaran dan Gaya
Belajar Terhadap Hasil Belajar bahasa lnggris di SMA Negeri 4 Banda
Aceh" ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu persyaratan
menyelesaikan studi pada Program Pascasarjana di Universitas Negeri
Medan.
Da\am proses penu\isan tesis ini, penu\is dengan
keterbatasannya telah
segala
banyak mendapat sumbangan pemikiran dan
bimbingan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu maka pada kesempatan ini
penulis ingin menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Harun Sitompu\, M.Pd , selaku pemb1mbing I dan
Bapak. Prof. Dr. Muhammad Badiran, M.Pd, selaku pembimbing II yang
telah banyak meluangkan waktu dalam mengarahkan, rnembimbing
terutama motivasi secara terns menerus kepada penulis agar dapat segera
menyelesaikan tesis ini.
2. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid K., M.Pd., Bapak Dr. Berlin Sibarani,
M.Pd., dan Bapak Dr. Busmin Guming, M.Pd, setaku·nara sumber dan
penguji yang telah banyak memberikan masukan dan araban dalam
penyelesaian dan penyempumaan tesis ini.
3. Kedua orang tua, H.Hasan Adams dan Hj. Marli Anita serta kedua adik
Boby Sandy dan Boby Sandry yang selalu mencurahkan dukungan
berupa do' a yang tidak putus-putusnya, dukungan materi dan moril serta
araban yang selalu menyertai tonggak kehidupan penting perjalanan
hidup penulis.
IV
4. Seluruh Bapakllbu dosen yang telah memberikan bimbingan dan ilmu
pengetahuan serta kesempatan dan fasilitas belajar selama mengikuti
perkuliahan.
5. Bapak Kepala Sekolah SMA Negeri 4 Banda Aceh, yang telah
memberikan ijin meneliti di sekolah yang beliau pimpin. Guru-Guru
Bahasa Inggris SMA Negeri 4 khususnya lbu Kiki, lbu Wina dan lbu
Hayria atas kesabaran dan waktunya berdiskusi pada saat penulis
mendesain dan melaksanakan penelitian di kelas yang mereka bimbing.
6. Seluruh rekan mahasiswa khususnya Program Studi Teknologi
Pendidikan angkatan VIII kelas regular yang tidak henti-hentinya
memberi semangat, sating berbagi suka dan duka serta tetap setia
memberi dukungan dan keljasamanya. Dan tak terlupa Bapak Prof. Dr.
Bahrein. T. S dan lbu Rosnani Sahardin (Dosen FKIP bahasa Inggris
UNSYlAH) yang telah banyak memberikan dukungan baik semangat
maupun buku-buku sumber yang dibutuhkan serta waktu yang
disediakan untuk berdiskusi.
7. Ayah dari ketiga amanah Allah yang telah menumbuhkan gagasan dan
memberi peluang melanjutkan studi kejenjang pasca sarajana, dan putra
yang penuh pengertian Haekal Muhammad, dua putri kecil yang selalu
sabar tercuri waktunya Hilali Nabila dan Halida Najla yang selalu
menjadi motivator utama sehingga penulis dapat mengikuti dan
menyelesaikan studi.
8. Seluruh keluarga terutama mama kecil, Hj. Susilawati,SH, M.Hum, yang
senantiasa memberikan dukungan moral, materi dan doa restu kepada
penulis untuk menyelesaikan tesis ini.
Akhimya penulis berharap kiranya seluruh perhatian, kebaikan
dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis menjadi amal
keb~ian
dan mendapat rahmat barakah dari Allah Yang Rahman dan Rahim.
v
Semoga tesis ini dapat bennanfaat dan mdapat menambah khasanah berpikir
untuk bermusahabah diri bagi yang membacanya, dan secara khusus bagi
dunia pendidikan yang lebih baik nantinya.
Medan,
Februari 2009
Penulis,
Santi Melvita
NIM. 055020330
VI
ABSTRACT
Melvita, Santi : The Effect of Learning Strategy and Learning Style on the
English Senior Students'Achievement in Banda Aceh City.
A Thesis, Medan, Post Graduate Program of the State University of Medan ,
2009.
The objectives of this study are to investigate whether the
students'achievement of English taught by using Directed Reading Thinking
Activity is higher than those students which are taught by using Known-Want to
Know-Learned strategy. This study is also to investigate whether the result of
English Learning of the students with the auditory learning style is higher than
those students with visual learning style and the kinestetic learning style. Finally
this study want to find out whether there is significant interaction between
learning strategy and learning style toward the students'achievement.
The population in this study is the students of senior High School in
Banda Aceh in the XII semester, while the sample of this study was four classes
of the XII semester which were taken by cluster random sampling. The method
of this research was quasy -experiment with 2 x 3 factorial design; the data were
analysed by means of statistical analysis by applying 2 x 3 ANOVA. The
students'learning style was measured by a test that is made and adapted from
"Fire-Up Learning: An Accelerated Learning Action Guide", a book wrote by
Madden, T. L, "Quantum Teaching : Quantum Learning Practice in the
Classroom", wrote by De Porter, B, "Quantum Teaching. Mempraktekkan
Quantum Learning di Ruang-Ruang Kelas", wrote by De Porter, "Born to be a
Genius", by Gunawan, and also Interactive CD"Learning How to Learn".
The achievement of the student in learning English was measured by using a 40
multiple choice item with 5 options, with the realibity 0.899 based on Spearman
Brown formula
The result indicated that the students who were taught with the Directed
Reading Thinking strategy was higher than students who were taught with the
Known-Want to Know-Learned strategy. This can be shown by the F observed =
9.90 > F table= 3.92 (o. = 0.05). The students' achievement in English with the
auditory learning style were higher than students' achievement with the visual
and kinestetic style, it could be seen furthermore by F observed= 7.82 > F table=
3.92 (a= 0.05). Scheffee test was used to see the comparison amongst the cells.
The test showed students which were taught by Directed Reading Thinking
Activity strategy got higher learning result than the students' which were
taught by Known-Want to know-Learned strategy. Furthermore students with
their auditory learning style got a higher achievement if they were taught by
Directed Reading Thinking Activity strategy than taught by Known-Want to
know-Learned strategy.
1
ABSTRAK
Melvita, Santi : Pengaruh Strategi Pembelajaran dan Gaya Belajar
Terbadap Hasil Belajar Bahasa Inggris Siswa SMA di Kota Banda Aceb.
Tesis. Medan: Program Pasca Satjana Universitas Negeri Medan, 2009.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah hasH belajar bahasa
lnggris siswa yang diajar dengan strategi Directed Reading Strategy Thinking
Activity lebih tinggi dari hasil belajar bahasa lnggris siswa yang diajar dengan
strategi Known-Want to know-Learned, dan mengetahui apakah hasil belajar
bahasa lnggris siswa dengan kecenderungan gaya belajar visual lebih tinggi dari
hasil belajar gaya belajar siswa dengan kecenderungan gaya belajar auditori dan
hasil belajar siswa dengan kecenderungan gaya belajar kinestetik, serta
mengetahui apakah terdapat interaksi antara strategi pembelajaran dengan gaya
belajar dalam mempengaruhi hasil belajar bahasa Inggris.
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XII SMA Negeri 4 di
Kota Banda Aceh, sedangkan sampel diambil sebanyak empat (kelas) secara
cluster random sampling. Penelitian ini dilakukan pada semester V Tahun
Ajaran 2007/2008. Metode penelitian yang digunakan adalah quasi eksperimen
dengan rancangan faktorial 2 x 3, teknik analisis data menggunakan ANAVA
2x3. Gaya belajar siswa diukur dengan menggunakan tes gaya belajar dengan
berpedoman kepada buku "Fire-Up Learning: An Accelerated Learning Action
Guide", karangan Madden, T. L, buku "Quantum Teaching: Mempraktekkan
Quantum Learning di Ruang-Ruang Kelas", karangan De Porter, B, buku
"Quantum Teaching. Mempraktekkan Quantum Learning di Ruang-Ruang
Kelas", karangan De Porter, B dan buku "Born to be a Genius", karangan
Gunawan, A.S serta kaset CD Interaktif "Learning How to Learn". Tes hasil
belajar bahasa lnggris menggunakan tes, berbentuk pilihan ganda dengan 5
option sebanyak 40 butir dan memiliki reliabilitas 0,899 dengan menggunakan
rumus Spearman Brown.
Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa siswa yang diajar
dengan menggunakan strategi Directed Reading Thinking Activity memiliki hasil
belajar bahasa lnggris yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang diajar
dengan menggunakan strategi Known-Want to know-Learned. Hal ini
ditunjukkan oleh F hitung = 9,90 > Ftabet = 3,92 pada taraf signifikansi a =0,05.
Siswa dengan kecenderungan gaya belajar auditori memiliki hasH belajar bahasa
Inggris yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa dengan kecenderungan
gaya belajar visual dan siswa dengan kecenderungan gaya belajar kinestetik.
Hal ini ditunjukkan oleh F bituog = 7,82 > F tabct = 3,92 pada taraf signifikansi a =
0,05. Dan dengan dk (2) terdapat interaksi antara strategi pembelajaran dan gaya
belajar terhadap hasil belajar bahasa Inggris siswa. Hal ini ditunjukkan oleh F
hitung = 7,12 > Ftabel = 3,92 pada taraf signifikansi a=0,05. Uji perbandingan
ganda dilakukan untuk membandingkan antar sel. Uji lanjut menggunakan Uji
Scheffe membuktikan bahwa siswa yang menggunakan strategi pembelajaran
Directed Reading Thinking Activity memperoleh hasil belajar yang lebih tinggi
dibandingkan dengan siswa yang diajar dengan strategi pembelajaran Known-
ii
Want to know-Learned. Sedangkan siswa yang memiliki kecenderungan gaya
belajar auditori memperoleh hasil belajar bahasa Inggris yang lebih tinggi jika
diajar dengan strategi pembeJajaran Directed Reading Thinking Activity
dibandingkan dengan siswa yang diajar dengan strategi pembelajaran KnownWant to know-Learned.
111
BABI
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan nasional
saat ini cenderung menganut paradigma
dominasi, yang berpusat pada guru yang mendominasi, buku paket dan baju
seragam, standardisasi, serta tempat belajar sebatas kelas. Sedangkan dunia
sekarang sedang berubah menuju orientasi pada murid, murid bebas memilih
sesuai minat, dan sumber ilmu adalah perpustakaan, lokasi belajar adalah jagat
raya serta individual. Sekolah bukanlah tempat yang menyeramkan, dan guru
lebih berfungsi sebagai fasilitator di kelas (Dana..Yaya, 2006:14).
Tidak mengherankan jika pendidikan nasional dinilai banyak
kalangan bukan hanya tidak berhasil meningkatkan kecerdasan dan
keterampitan anak didik, tetapi juga gagal dalam membentuk karakter dan
kepribadian. Messwati (2006: 18) mengindikasikan penyebab rendahnya motu
pendidikan kita adalah kesenjangan antara wacana dan praksis pendidikan.
Institusi pendidikan mestinya menjadi ruang bagi para calon agen perubahan
untuk menumbuhkan karakter, tanggung jawab, kemandirian berpikir dan
bersikap, inovasi dan kreatifitas. Situasi ini tidak akan pernah tercapai selama
pendidikan masih jadi alat kekuasaan negara. Siswa diajar untuk patuh dan
berpikir tungga.J.
Lebih jauh Messwati berpendapat, sekolah dan para pendidik makin
dikebiri dan merasa tidak cukup berdaya untuk menciptakan suasana belajar
yang memungkinkan siswa untuk berpikir kritis, kreatif dan bertanggung
jawab. Para guru merasa terbelenggu dalam berbagai keterbatasan sistem
pendidikan karena besamya kekuasaan negara. Alasan-alasan klise, seperti
beban kurikulum yang terlalu padat, target kelulusan ujian, dan kesejahteraan
guru yang masih memprihatinkan, masih menjadi penghambat terciptanya
suasana belajar yang memerdekakan anak untuk mengembangkan potensi
dirinya.
Silberman (2000:xi) mengemukakan pendapat yang hampir
sen~
bahwa pembelajaran saat ini disadari benar oleh para praktisi pendidikan
khususnya para guru yang mengajar siswa di kelas menengab merasakan
kekecewaan yang amat sangat atas basil belajar yang dicapai siswa. Materi
yang diajarkan tidak dapat terserap sebanyak yang diharapkan oleb para guru,
materi tersebut tidak banyak. dapat menetap dalam alam pikiran mereka.
Materi yang berupa infonnasi yang sesungguhnya bisa dipraktekkan, sangat
sedikit yang dapat mereka aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Menurutnya hal ini terjadi karena kurangnya kesadaran guru ak.an pentingnya
pembelajaran aktif yang melibatkan siswa dengan teknik-teknik tertentu, di
antaranya dengan membentuk semangat saling bekerja sama antara siswa, dan
penelusuran sikap, pengetahuan dan pengalaman belajar siswa. Siswa dengan
beragam Jatar beJak.ang, bukan hanya dari jenis kelamin atau suku, tetapi juga
dari cara belajar yang menjadi kesukaan mereka (gaya belajar) haruslah
menjadi prioritas perhatian para guru dalam proses pembelajaran. ·
Dalam pandangan Susilo seperti yang dipaparkannya dalam rubrik
Humaniora Didaktika Kompas 4 September 2006, permasalahan utama
pendidikan di Indonesia sesungguhnya terletak pada agen perubahan utatna
proses pendidikan, yaitu guru. Guru adalah sosok yang paling bertanggung
jawab daJam proses pembelajaran di kelas dan proses pentransferan ilmu
kepada siswanya. Mantan menteri pendidikan dan "ebudayaan Fuad Hasan
berpendapat sen~
menurutnya sebaik apapun kurikulum jika tidak didukung
guru yang berkualitas maka semua akan sia-sia. Sebaliknya jika kurikulum
yang kurang baik tetapi didukung guru yang berkualitas maka kekurangan
tersebut dapat ditopang oleh si guru.
Menurut Undang-Undang RI No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen, Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,
2
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi
peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan fonnal,
pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Slamet (2006:5) menetjemahkan
tuntutan dari undang-undang ini lebih sebagai faktor pendorong bagi guru
agar memiliki keingin tabuan, keterbukaan pada kemungkinan-kemungkinan
barn, dan prioritas pada fasilitasi kemerdekaan dan kreativitas dalam mencari
jawaban atau pengetahuan baru terlepas dari jawaban tersebut benar atau
salah atau pengetahuan baru yang dimaksud belum dapat digunakan, serta
pendekatan
yang
diwarnai
oleh
eksperimentasi
untuk
menemukan
kemungkinan-kemungkinan baru. Lebih lanjut Slamet menuturkan salah satu
sub kompetensi dari Kompetensi Pedagogik yang harus dimiliki oleh guru
sebagai pendidik dan agen pembelajaran adalah merencanakan Rencana
Pelaksanaan
Pembelajaran
berdasarkan
(RPP)
silabus
yang
telab
dikembangkan, merancang manajemen pembelajaran dan manajemen kelas,
dan melaksanakan pembelajaran yang aktif, kreatU: inovatit: efektif dan
menyenangkan.
Hernowo (2006:85) menyimpulkan kompetensi atau perilaku guru
yang harus dimiliki oleh seorang guru apapun bidang ilmu yang diajarkannya,
dalam upayanya dapat mencapai tujuan yang diharapkan, haruslah kreatif.
Guru diibaratkan seorang dirigen dalam sebuah orkestra yang megah, dan
untuk itu salah satu syaratnya adalah menata pentas atau kelasnya menjadi
komunitas belajar yang 5angat aktif dan bersemangat untuk belajar serta
membangun landasan yang kukuh dengan memfokuskan pada tujuan atau
yang diistilahkannya dengan Apa Manfaatnya Bagiku (AMBAK).
Tujuan pengajaran bahasa asing pada umumnya membuat peserta
didik memiliki kemampuan berkomunikasi dengan penutur asli dan bahasa
target atau setidaknya dapat berkomunikasi secara lisan dengan sesama
peserta. Tetapi tujuan ini dapat disesuaikan dengan kebutuhan institusi
penyelenggara pendidikan (Depdiknas, 1994:2). Pengajaran bahasa lnggris di
3
tingkat SMA berlandaskan pada empat komponen, yaitu reading, speaking,
livtening, writing (Anonimous, 1994:2). Diantara komponen ini reading
(membaca) memiliki implikasi yang paling kompeten dalam membentuk
peserta didik menjadi manusia yang berilmu pengetahuan dan menguasai
teknologi. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di sisi lain
juga menuntut masyarakat yang gemar membaca Proses belajar yang efektif
antara lain juga dilakukan melalui membaca. Dengan membaca, terutama
buku yang memitiki arti yang penting bagi seora.ng individu, seseorang dapat
memperoleh informasi dan pengetahuan sekaligus dapat mengembangkan
daya imajinasi dan daya pikir dari informasi yang diperolehnya. Cristopher
Morley seorang penulis dari Amerika seperti yang dipaparkan Kompas dalam
rubrik Ragam (2006:46) melukiskan hal ini dengan illustrasi peristiwa ketika
seseorang menjual sebuah buku kepada orang lain, orang tersebut tidak hanya
menjual sebuah benda seberat 12 ons yang terdiri atas kertas, tinta, dan lem,
tetapi berarti ia juga telah menjual sebuah hidup barn untuk si pembeli.
Nunan (1991:82) bahkan berpendapat "and it is clear that in a lesson
which is ostensibly labelled 'reading', opportunities exist for learners to
develop their other language skills as well". Dengan kegiatan belajar yang
disebut belajar membaca, siswa memiliki kesempatan mengembangkan
keterampilan yang lain. Bahkan Hernowo (2005:40) berpendapat bahwa lewat
kegiatan membaca buku, seseorang akan dapat 'mengolahragakan' otaknya.
Disamping otak akan sehat, lewat kegiatan membaca seseorang dapat pula
meniperkaya dirinya dengan berbagai macam ragam kata.
Membaca pada hakikatnya melibatkan tiga komponen dasar dari
proses membaca, yaitu recording, decoding, dan meaning. Recording merujuk
pada kata-kata dan kalimat, kemudian mengasosiasikannya dengan bunyibunyinya sesuai dengan sistem tulisan yang digunakan, sedangkan proses
decoding (penyandian) merujuk pada proses penerjemahan rangkaian gratis ke
dalam kata-kata. Sementara proses meaning (memahami makna) berlangsung
4
melalui dua proses yaitu gabungan proses perseptual dan kognitif (Rahim.
2005:3).
Bahasa lnggris sebagai bahasa intemasional digunakan sebagai alat
komunikasi secara intemasional, segala kegiatan yang bersifat intemasional
seperti
seminar, kongres. konferensi,
dan
perdagangan
dunia.
llmu
pengetahuan dan teknologi yang berasal dari Barat juga disampaikan dengan
Bahasa Inggris. Dengan kata lain bahasa Inggris berfungsi sebagai sarana
untuk menyerap, memahami, dan mengembangkan ilmu pengetahuan.
Bahasa Inggris merupakan babasa asing yang mendunia dan tetap
akan diperlakukan baik untuk bisa membaca teks berbahasa Inggris di
Perguruan
Tinggi
ditambah
lagi untuk mencari
kerja
Berdasarkan
pengamatan British Institute seperti yang dikemukakan di liputan khusus
Kompas 29 Agustus 2006, lulusan SMA di Indonesia saat ini tidak mampu
lagi berkomunikasi dalam bahasa Inggris disebabkan pe~arn
Bahasa lnggris
di sekolah lebih ditekankan pada pengetahuan tentang bahasa Inggris, bukan
pada keterampilan bahasa Inggris. Mariam Kartikatresni, Business Manager
The British Institute, selanjutnya berpendapat untuk menjadi abli dalam
menggunakan bahasa, terutama belajar menggunakan
bahasa Inggris
dibutuhkan keterampilan praktis (keterampilan berbahasa) yaitu mampu
betbicara, dan mengungkapkan pendapat dan pikirannya Seseorang dapat
dinyatakan terampil berbahasa jika ia terampil dalam empat bidang. yaitu
bemicara, mendengarkan, membaca dan menulis.
Sehubungan dengan peranan bahasa lnggris dalam penguasaan ilmu
pengetahuan,
penyelenggaraan
pengajaran
bahasa
Inggris,
khususnya
komponen membaca di tingkat SMAIMA. memiliki tujuan untuk membentuk
siswa yang memiliki kemampuan memahami te.ks tulis berupa te.ks fungsional
pendek (pengumuman, label, dan lain-lain), yang ditemukan dalam berbagi
konteks situasi dan berbagai jenis teks (naratU: deskriptif: dan lain-lain), yang
menggunakan ragam bahasa tulis (Diknas, 2005:2). Untuk mencapai tujuan
5
tersebut guru-guru bahasa lnggris SMAIMA di kota Banda Aceh masih
menggunakan strategi pembelajaran membaca yang relatif seragam. Hal ini
dapat tergambar dari hasil wawancara yang dilakukan ke para peserta didik
dan beberapa guru yang menggunakan strategi pembelajaran yang dimulai
dengan siswa membaca tanpa tahu mengapa ia hams memahami teks tersebut
dan mengapa informasi yang terdapat dalam
satu teks penting untuk
diketahui. Dengan kata lain siswa tidak menyadari manfaat yang diperolehnya
dari wacana yang dibacanya. Minat dan semangat siswa untuk aktif menggali
informasi yang terdapat dalam teks berfokus bukan pada tujuan tetapi kegiatan
membaca yang dilakukan siswa praktis hanya disebabkan oleh instruksi guru
yang meminta siswanya membaca dan kemudian menggali informasi
(memahami) teks tersebut.
Siswa mencoba menjawab pertanyaan berdasarkan teks yang
diberikan. Jika terdapat gambar atau beberapa kata kunci, guru lebih
cenderung mengabaikannya atau meminta siswa secara sambil
lalu
memperbatikan gambar yang ada atau mengartikan kata-kata kunci dengan
mencarinya di kamus. Interaksi siswa sebagai pembaca dengan penulis teks
berbahasa lnggris dengan beragam jenisnya praktis hanya sebatas kelas,
meskipun pada Kurikulwn Berbasis Kompetensi pemusatan pengajaran
pemahaman bacaan
berkonsentrasi pada pembiasaan betbagai jenis
tekslbacaan sesuai dengan kultur penutur aslinya dengan cara memahami dan
merespon makna teks fungsional pendek dalam konteks kehidupan sehari-hari,
· serta mengakses ilmu pengetahuan seyogyanya dilakukan pula di luar kelas.
Pada kenyataannnya berdasarkan basil observasi dan wawancara eli
lapangan, langkah-langkah guru dalam menyajikan materi tetap sama.
Langkah-langkah guru yang diupayakannya agar siswa mampu mencapai
tujuan membaca teks, memahami informasi atau pesan teks relatif sama
dengan upaya dan kiat yang telah dilaksanakan sebelum tujuan pembelajaran
memahami teks berbahasa Inggris berfokus pada pemahaman teks dengan
6
berbagai jenis/struktur teks. Proses pemahaman bacaan berlangsung monoton
dengan kegiatan meneneljemahkan kata-kata sulit berdasarkan kamus atau
infonnasi guru dan menjawab pertanyaan teks . Yang membedakannya hanya
pada kegiatan tambahan yang mengharuskan siswa mengindentifikasi jenis
teks berdasarkan generic structure (struktur teks) masing-masing teks.
Tak
heran jika mereka nanti melanjutkan pendidikan di bangku kuliah mereka tak
mampu memenuhi tuntutan pembelajaran mata kuliah Bahasa lnggris yang
menuntut mereka telah siap dengan keterampilan membaca dan memahaml
buku-buku teks berbahasa lnggris yang berkaitan dengan bidang ilmu yang
digelutinya.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Wiratno (2003:4)
menyimpulkan basil yang hampir sama.
Urutan kegiatan sebagaimana fenomena seperti yang dipaparkan di
atas menggambadcan ketidaksesuaian tuntutan pembelajaran yang dapat
memenuhi
paradigma
pendidikan
berorientasi
siswa
yang
memberi
kesempatan pada siswa untuk bebas memilih sesuai minatnya. Keharusan
memahami teks yang terdapat di dalam buku teks membuat siswa kurang
benninat dan tidak merasa perlu memperdalam kiatnya dalam memahami teks
berbahasa Inggris. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata Bahasa lnggris
siswa SMAN 4 Kelas Xll Tahun Ajaran 2007/2008 pada Tabell berikut ini.
No.
Tabell. Nilai Rata-Rata Mata Pelajaran Bahasa Inggris
Kelas Xll SMAN 4 Banda Aceb
Kelas
Nilai Rata-Rata Reading
Nilai Rata-Rata
Comprehension
Babasalnggris
1.
XI I-lA 1
75
80
2.
XII-IA2
70
75
3.
XI I-IA3
70
70
4.
XII-lA 4
70
70
5.
XI 1-IA 5
65
70
6.
XII-IA6
65
65
7
7.
XI I -IA7
60
60
8.
XI l-IAS
60
65
9.
XI I-IA9
65
65
Untuk meningkatkan minat siswa, Nunan (1991:167) berpendapat
bahwa daJam pengajaran
bah~
dianjurkan untuk mengakomodir gaya beJajar
dan strategi pilihan dalam kelas agar dapat meningkatkan kepuasan dan hasil
yang dicapai siswa. Hal ini juga didukung oleh Mariam Kartikatresni,
Business Manager The British Institute, dalam rubrik Liputan Khusus Kompas
dengan judul "The British Institute dan Pelajaran Bahasa lnggris", seyogyanya
guru menyadari bahwa kemampuan dan cara anak menyerap ilmu tidaklah
sama, ada yang
harus sambil mendengarkan musik, dengan melihat, meraba
atau mengucapkan. Pendapat ini senada dengan yang dipaparkan Rahim
(2005:6) guru yang mengajarkan untuk berbagai tujuan, menggunakan metode
yang berbeda-beda, bahan pelajaran dan pengelompokan pola-pola untuk
memfokuskan pada kebutuhan individu, minat, dan gaya belajar.
Metodo\ogi o\eh Nunan (1991:2) didefenisikan sebagai pemilihan dan
pentahapan tugas belajar dan kegiatan belajar. Metodologi berkaitan dengan
menjawab pertanyaan bagaimana. Aspek penting dari metodologi adalah
pengembangan rutinitas pengajaran, materi dan tugas-tugas yang digunakan di
dalam kelas. Sementara strategi adalah proses mental yang digunakan oleh si
belajar untuk melakukan proses belajar dan menggunakannya untuk
menguasai bahasa target. Lebih lanjut ditegaskan lagi perlunya strategi dalam
upaya lebih memahami dengan jelas si pembaca dan hakikat kegiatan
membaca, dan reaksi sehubungan dengan tugas membaca, serta untuk melihat
bagaimana si pembaca mengatasi tugas membaca serta memecahkan
permasalahannya
Strategi
dalam pandangan Rahim (2005:36) adalah ilmu dan kiat
didalam memanfaatkan segala sumber yang dimiliki danlatau yang dapat
8
dikerahkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam usaha
memperoleh pemahaman terhadap teks, pembaca menggunakan strategi
tertentu. Pemilihan strategi berkaitan erat dengan faktor-faktor yang terlibat
dalam pemahaman, yaitu pembaca teks dan konteks.
Di dalam teori membaca dikenal beberapa strategi membaca. Pada
dasarnya, strategi membaca menggambarkan tiga model utama strategi
membaca, strategi bottom-up (bawa-atas), top-down (atas-bawah), electic
(campuran), ataupun interaktif . Strategi Pembelajaran yang berorientasi
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang selama ini digunakan oleh guru-
guru bahasa lnggris di kota Banda Aceh adalah salah satu dari strategi yang
ada. Strategi Known-Want to know-Learned (KWL) memberikan peran aktif
siswa sebelum, saat dan sesudah membaca (Sumarni, 2006:55). Strategi
pembelajaran pemahaman bacaan KWL yang selama ini digunakan oleh guru-
guru bahasa lnggris di kota Banda Aceh diduga masih belum efek:tif karena
para guru masih belum memahami pentingnya memaparkan tujuan membaca
teks atau materi untuk menggugah perhatian dan minat siswa serta melibatkan
siswa dalam memahami bacaan dengan kegiatan menerjemahkan kata atau
ka.limat. Guru terfokus pada pembiasaan dengan berbagai macam genre Genis)
teks dan kurang memberikan kesempatan pada siswa suatu peran aktif yang
seyogyanya dapat digugah dengan mengaktifkan minat dan perhatian siswa
terlebih dahulu pada kegiatan sebelum membaca. Strategi KWL pada dasarnya
melibatkan tiga langkah utama yang memberi jalan tentang apa yang telah
mereka ketahui, menentukan apa yang ingin mereka ketahui, dan mengingat
kembali apa yang mereka pelajari dari membaca.
Pada kenyataannya yang terjadi di lapangan selama ini berdasarkan
basil observasi, para guru mengabaikan arti penting salah satu Iangkah penting
dalam pengajaran bahasa yaitu menarik perhatian siswa dengan cara
memaparkan manfaa.t informasi yang terdapat di dalam materi teks yang
dibacanya sehingga informasi tersebut dapat lebih bermanfaat dalam
9
kehidupan sehari-hari. Siswa menjadi pasif dan tidak memiliki rasa percaya
diri dalam mengemukakan pendapatnya mengenai apa yang mereka ketahui.
Strategi KWL terlampau banyak melibatkan araban guru dalam memahami
bacaan. Padahal disisi lain, lulusan SMA seyogyanya diharapkan dapat
menguasai tingkat literasi informational sehubungan dengan tingkat standar
kompetensi yang harus dimiliki. Pada tingkat informational siswa diharapkan
dapat mengakses pengetahuan dengan bahasanya. Standar Kompetensi
khususnya aspek Membaca siswa kelas XII Semester I adalah memahami
makna teks fungsional pendek dan esei sederhana berbentuk narrrative,
explanation, dan discussion dalam konteks kehidupan sehari-hari dan
kompetensi untuk mengakses ilmu pengetahuan. Standar Kompetensi Dasar
Membaca diharapkan dapat membantu siswa kelas XII
tingkat SMA
mengakses ilmu pengetahuan dan nantinya dapat pula membantu siswa jika
telah lulus SMA untuk melanjutkan ke perguruan tinggi dalam merespon
makna teks fungsional pendek seperti banner (spanduk:), poster, atau
pamphlet, baik resmi maupun tak resmi yang menggunakan ragam bahasa
tulis secara akurat, \ancar dan berterima dalam kontek.s kehidupan sebari-hari
serta dapat pula mengakses ilmu pengetahuan.
Salah satu strategi membaca yang diduga dapat
memaksimalkan
belajar siswa dan berorientasi pada siswa adalah st:rategi Directed Reading
Thinking Activity (DRTA). Strategi DRTA memberikan kebebasan dan suatu
peran aktif pada siswa dengan cara menarik minat dan perhatian mereka
dengan memaparkan kepada siswa tujuan membaca sebelum
kegiatan
membaca dimulai. Menurut Stauffer (1980) sebagaimana yang disitasi Rahim
(2005:47) strategi DRTA memfokuskan keterlibatan siswa dalam berpikir
tentang bacaan dan keterlibatan siswa dengan teks dengan cara memprediksi
dan membuk:tikannya ketika mereka membaca. Peran guru pada strategi ini
hanya sebagai fasilitator. Landasan filosofis strategi ini adalah untuk:
memotivasi, menarik perhatian siswa dan membuat siswa berkonsentrasi dapat
10
dengan cara melibatkan mereka secara intelektual dengan mengajak siswa
berpikir, serta mendorong mereka merumuskan pertanyaan dan hipotesis,
memproses informasi, dan mengevaluasi solusi sementara dengan cara
melibatkan siswa dengan teks melalui prediksi atau pemikiran siswa dan
membuktikannya ketika siswa membaca. Strategi DRTA yang akan
dikembangkan dalam penelitian ini diduga dapat lebih mengoptimalkan
kemampuan siswa dalam memahami materi bacaan dan dapat pula menarik
minat dan perhatian siswa melalui peranan guru sebagai motivator yang
kreatif dalam upayanya meningkatkan motivasi siswa. Salah satu caranya
dengan mempetjelas tujuan yang ingin dicapai. dengan semakin jelas tujuan
pembelajaran dan pentingnya informasi dari materi bacaan, maka motivasi dan
minat siswa akan semakin kuat. Membangkitkan minat siswa akan dapat
ditumbuhkan jika ia dapat menangkap bahwa materi pelajaran itu berguna
untuk kehidupannya.
Prinsip penting yang tidak boleh terabaikan adalah saat guru
menjalankan salah satu peranannya, yaitu sebagai pembimbing, guru, dituntut
menyadari bahwa siswa adalab individu yang unik, siswa dengan keunikannya
sebagai individu yang sedang berkembang memiliki perbedaan. misalnya gaya
dan kebiasaan belajar siswa. Setiap individu adalah unik dengan gaya belajar
yang berbeda satu sama lain. Semiawan (2002:46) berpendapat keunggulan
potensial yang muncul berdasarkan keunikan dan keragaman individu akan
memperoleh peluang lebih luas untuk terwujud karena adanya kecocokan
pengalaman belajar dan bakat, dan hal ini akan mengantarkan tercapainya
kemampuan intelektual yang secara substansial lebih tinggi, bahkan mencapai
keunggulan.
Selama ini guru hanya menggunakan sa.tu cara saja dalam mengajar,
yaitu gaya visual. Guru mengajar. dengan menggunakan media papan tulis
(visual)
dan
mengajar dengan
menggunakan
buku (visual).
Murid
menggunakan buku (visual), mencatat (visual), mengetjakan tugas secara
II
tertulis (visual), dan mengerjakan tes juga secara tertulis (visual). Karena
haoya meogguoakao satu gaya belajar saja, akibatoya timbul ma..alah.
Madden (2000: 129) mengemukakan babwa salah satu cara agar seseorang
membuka potensi otak untuk memasukkan informasi kedalam otak adalah
deogan memasukkan informasi melalui gaya belajarnya sendiri.
Konsep pentingnya guru melakukan proses pembelajaran dengan
berbasiskan otak merupakan asumsi dasar pengembangan proses pembelajaran
yang memperhatikan keunikan tiap individu. Seperti yang dipaparkan oleh
Gunawan (2004:6) apabila setiap anak didik dapat dimotivasi dengan tepat
dan diajar dengan cara yang benar, cara yang menghargai keunikan mereka.
maka mereka semua dapat mencapai suatu basil pembelajaran yang maksimal.
Dasar metode ini lahir dari upaya peningkatan basil proses pembelajaran
dengan rangkaian pendekatan praktis yang menggunakan pengetahuan yang
berasal dari berbagai disiplin ilmu seperti pengetahuan tentang cara kerja otak,
cara kerja memori, neuro-linguistic programming, motivasi, konsep diri,
kepribadian, emosi, perasaan. pikiran, metakognisi, gaya belajar, multiple
intelligence, teknik memori, teknik membaca, teknik mencatat, dan teknik
belajar lainnya.
Berdasarkan uraian di atas, untuk meningkatkan mutu pembelajaran
membaca pemahaman maka perlu dilakukan suatu penelitian penggunaan
strategi pembelajaran DRTA yang mengikut-sertakan siswa dengan cara
memprediksi dan membuktikan prediksinya ketika mereka membaca. Pada
saat memprediksi siswa didorong untuk betpikir tentang pesan teks, saat
melakukan prediksi siswa memanfaatkan latar belakang pengetahuan tentang
topik dan pengetahuan mereka sesuai dengan jalan pikiran mereka sendiri dan
yang sesuai dengan gaya belajar siswa dalam pembelajaran bahasa Inggris,
khususnya memahami .bacaan. Dengan kegiatan memprediksi, siswa lebih
tennotivasi dan memaknai tujuan dan meningkatkan kinerja membaca siswa.
12
B. ldentifikasi Masalah
Berdasarkan uraian yang dipaparkan pada latar belakang di atas, dapat
diidentifikasi beberapa masalah yang berkaitan dengan rendahnya basil belajar
siswa pada mata pelajaran bahasa Inggris, antara lain : apakah proses
pembelajaran Bahasa Inggris di SMA sudah sesuai dengan hakekat mata
pelajaran Bahasa Inggris khususnya komponen pembelajaran ketrampilan
membaca pemahaman ? Strategi pembelajaran yang bagaimanakah yang
sering digunakan pada mata pelajaran Bahasa Inggris ? Apakah komponen
lain dalam strategi pembelajaran seperti kegiatan pembelajaran, penyajian
informasi, peran serta siswa, pengetesan dan kegiatan tindak lanjut
mempengaruhi basil belajar bahasa lnggris ? Apakah strategi pembelajaran
· pemahaman
bacaan
Known-Wont to know-Learned
(KWL)
dapat
meningkatkan basil belajar siswa? Apakah ada perbedaan basil belajar dengan
strategi pembelajaran KWL dan strategi pembelajaran DRTA ? Apakah ada
pengaruh pada prestasi belajar siswa dengan mengetahui gaya belajarnya ?
Apakah dengan gaya belajar berbeda dan strategi pembelajaran berbeda akan
dapat menghasilkan prestasi belajar yang berbeda ? Apakah dengan
mengetahui dan memodiftkasi gaya bel~ar
yang ada guru dapat meningkatkan
prestasi belajar siswa ? Apakah dengan mengetahui gaya belajarnya siswa
dapat meningkatkan prestasi belajar siswa ? Apakah Jatar belakang
pengetahuan siswa memiliki pengaruh pada gaya belajar dan prestasi belajar
siswa ? Apakah karakteristik siswa yang merupakan salah satu variabel dari
kondisi pembelajaran amat berpengaruh pada prestasi belajar siswa ? Apakah
aspek Jain selain gaya belajar yang merupakan karakteristik siswa atau
·kualitas perseorangan seperti minat berpengaruh terhadap prestasi belajar
siswa? Apakah kepercayaan diri siswa berpengaruh terhadap prestasi belajar ?
Apakah gaya berpikir berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa ?
13
C. Pembatasan Masalah
Identifikasi masalah diatas menunjukkan banyaknya pertanyaan yang
perlu dijawab sehubungan dengan strategi pembelajaran Bahasa Inggris.
Keterbatasan ruang lingkup lokasi, subjek penelitian, waktu penelitian dan
variabel penelitian menyebabkan penelitian ini dibatasai pada ruang lingkup :
1. Hasil Belajar pemahaman bacaan berbahasa Inggris dalam ranah
kognitif dengan materi pelajaran Bahasa Inggris pada kelas 12
Tahun Ajaran 2007/2008 di SMAN 4 Banda Aceh
2. Strategi Pembelajaran dalam penelitian ini hanya menggunakan
strategi pembelajaran DRTA dan strategi pembelajaran KWL
dalam pembelajaran Bahasa Inggris.
3. Gaya
Bel~ar
dikategorikan atas kategori visual, auditori, dan
kinestetik.
4. Materi pelajaran Bahasa Inggris didasarkan pada Kurikulum
2004, untuk mata pelajaran Bahasa lnggris di kelas 12 semester
ganjil, dengan ruang lingkup pokok bahasan Keterampilan
Membaca.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah yang telah
dikemukakan, maka masalah-masalah pokok dalam penelitian ini dirumuskan
sebagai berikut :
1. Apakah basil belajar bahasa lnggris dalam pembelajaran
pemahaman bacaan antara siswa yang diajar dengan strategi
pembelajaran pemahaman bacaan Directed Reading Thinking
Activity (DRTA) lebih tinggi dati siswa yang diajar dengan
strategi pembelajaran Known-Want to blow- Learned ( KWL } ?
2. Apakah terdapat perbedaan basil belajar bahasa Inggris siswa
yang gaya belajarnya visual, auditori dan kinestetik ?
14
3. Apakah ada interaksi antara strategi pembelajaran dan gaya
belajar terhadap ha')il belajar
bah~
Tnggris siswa SMA Negeri 4
BandaAceh?
E. Tujuao Penelitiao
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk memperoleh gambaran
pengaruh aplikasi strategi pembelajaran pemahaman dan gaya belajar terbadap
basil belajar pemahaman bacaan berbahasa Inggris siswa Secara khusus
penelitian ini bertujuan untuk mengetabui :
1. Hasil belajar Bahasa Inggris siSwa yang melalui proses
pembelajaran pemahaman bacaan dengan strategi pemahaman
bacaan Directed Reading Thinking Activity (DRTA) lebih tinggi
dari basil belajar Bahasa lnggris siswa yang melalui proses
pembelajaran pemahaman bacaan dengan strategi pemahaman
bacaan Known-Want to know-Learned (KWL).
2. Perbedaan hasil belajar bahasa Inggris pada siswa yang memiliki
kecenderungan gaya be\ajar visual, gaya belajar auditori dan gaya
belajar visual
3. Interaksi antara strategi pemahaman bacaan dan kecendrungan
gaya belajar terhadap basil belajar Bahasa lnggris.
F.~nfatPei
Secara teoretis basil penelitian ini diharapkan dapat menjadi
sumbangan pemikiran bagi pengajaran membaca di SMA Negeri 4 Banda
Aceh. Hasil penelitian ini dapat pula menjadi acuan bagi guru, pengelola,
pengembang, lembaga pendidikan dan peneliti selanjutnya yang ingin
mengetahui lebih lanjut tentang basil penerapan strategi pembelajaran dan
gaya belajar serta pengaruhnya terhadap basil belajar Bahasa lnggris.
15
Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi guru
Bahasa Inggris sebagai strategi pembelajaran alternatif dalam menyampaikan
materi pelajaran Bahasa Inggris dan juga memberikan gambaran bagi guru
tentang
efektivitas
aplikasi
strategi
pembelajaran
altematif
dalam
menyampaikan materi pelajaran Bahasa lnggris serta memberikan gambaran
bagi
guru tentang efektivitas aplikasi strategi
pembl~arn
DRTA
berdasarkan karakteristik gaya belajac siswa pada pembelajaran Bahasa
lnggris siswa SMA.
16
BABV
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulao
Berdasarkan analisis data, maka penelitian ini dapat disimpulkan
sebagai berikut:
Pertama, secara keseluruhan basil belajar bahasa Inggris siswa yang
diajar dengan strategi pembelajaran DRTA lebih baik daripada basil belajar
bahasa Inggris siswa yang diajar dengan strategi pembelajaran KWL.
Kedua, terdapat perbedaan basil belajar bahasa lnggris antara siswa
yang memiliki kecenderungan gaya belajar visual, vuditori dan kinestetik.
Pada siswa yang memiliki kecenderungan gaya belajar visual tidak terdapat
petbedaan yang sigoifikan dengan siswa yang memiliki kecendrungan gaya
belajar auditori terhadap basil belajar bahasa lnggrisnya. Kecenderungan gaya
belajar visual dan auditori lebib baik basil belajar bahasa lnggrisnya dari
siswa yang memiliki kecenderungan gaya belajar kinestetik.
Ketiga
teradapat
interaksi
antara
strategi
pembelajaran
kecenderungan gaya belajar terhadap hasi\ be\ajar bahasa Inggris.
dan
Hasil
belajar bahasa lnggris yang paling baik adalah pada siswa yang memiliki
kecenderungan gaya belajar auditori dan diajar dengan strategi pembelajaran
DRTA. Siswa yang memiliki kecenderungan gaya. bela.jar visualmenunjukkan
tidak terdapat perbedaan yang signifikan terhadap basil belajamya jika
diajarkan dengan strategi pembelajaran DRTA maupun KWL.
Hasil belajar
bahasa Inggris dari siswa yang diajar dengan strategi pembelajaran KWL dan
memiliki kecenderungan gaya belajar auditori dan kinestetik dan siswa yang
diajar dengan strategi pembelajaran KWL dan memiliki kecenderungan gaya
belajar kinestetik menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan dari
ketiga
kelompok
tersebut.
Dengan
143
demikian
siswa yang
memiliki
kecenderungan gaya belajar auditori lehih efektif hila diajarkan dengan
strategi pernbelajaran DRTA.
Hasil pengujian statistik memhuktikan ada interaksi antara strategi
pembelajaran dengan kecenderungan gaya belajar. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa hasil belajar
bahasa Inggris dipengaruhi oleb strategi
pemhelajaran dan kecenderungan gaya belajar siswa.
B. Implikasi
Hasil penelitian ini menunjukkan hahwa strategi pembelajaran DRTA
memberikan basil belajar yang lebih tinggi hila dibandingkan dengan strategi
pembelajaran KWL dalam pelajaran bahasa lnggris. Hal ini berarti strategi
pembelajaran DRTA cukup efektif untuk meningkat basil belajar hahasa
Inggris siswa. Hal ini dapat dimengerti karena melalui penerapan strategi
pernbelajaran yang tepatdapat meningkatkan minat, motivasi dan partisipasi
siswa dalam pembelajaran yang berdampak pula pada keberbasilan dan
ketercapaian tujuan dari pembelajaran itu sendiri. Salah satu tujuan utam
pembelajaran bahasa lnggris khususnya keterampilan memahami hacaan teks
bacaan
berbahasa
Inggris
adalah
meningkatnya
keterampilan
siswa
berinteraksi dengan pesan tertulis yang disampaikan oleh si pengarang dalam
berbagai bentuk teks tertulis, baik jenis teks narrative, discussion ataupun
explanation yang dengan sendirinya akan rnenggiring siswa nantinya pada
keterampilan yang dituntut pada saat mereka berada pada jenjang pendidikan
yang lehih tinggi maupun di kehidupannya sehari-sehari.
Peningkatan keterarnpilan memahami bacaan teks herbahasa Inggris
seyogyanya dilakukan dengan penuh kesadatan aka.n manfaat dari ptoses
kegiatan menangkap makana teks, memberikan siswa peluang untuk secara
bebas memprediksi makna kata atau kalimat tertentu yang tedapat dalam teks
atau topik yang akan dibahas berdasarkan petunjuk yang ada akan memhuat
144
siswa merasa lebih
percaya diri
untuk aktif terlibat bukan hanya
menghabiskan waktu untuk mencari kata-kata sulit dalam kamus dan
menjawab pertanyaan bacaan tanpa menyadari tujuan dari topik atau jenis teks
yang telah mereka pelajari dan menjadi sebuah pengetahuan tambahan yang
akan tersimpan bersama dengan pengetahuan sebelumnya.
Mengandalkan guru dan kamus dalam memahami bacaan teks
berbahasa Inggris dengan berbagai jenis teks hanya akan menciptakan suasana
belajar yang tidak menyenangkan bagi siswa. Siswa hanya duduk pasif sibuk
dengan kamus, kurang berk.omunikasi dengan ternan sekelasnya maupun guru.
Guru sebaiknya harus lebih memperhatikan, membimbing, jika siswa masih
terikat dan tidak mersa bebas mengemukakan prediksinya. Dengan demikian
siswa akan merasa lebih memegang peranan dan bebas menentukan basil
pemikirannya sendiri tanpa merasa khawatir melakukan kesalahan.
Guru yang mengajar bahasa Inggris ada baiknya melihat terlebih
dahulu kecenderungan gaya belajar siswa yang berada di kelas yang akan
diajarnya. Setelah guru tersebut mengetahui kecenderungan gaya belajar mana
yang didominasi dari murid kelas tersebut maka dia dapat menentukan strategi
pembelajaran apa yang paling baik dipilih untuk mendapatkan basil belajar
yang paling efektif.Siswa dengan kecenderungan gaya belajar Auditori lebih
suka dan peduli pada apa yang mereka dengar dan lebih memilih
mendengarkan daripada berbicara. Mereka menggunakan variasi warna suara.
Kemampuan mendengarnya luar biasa tanpa kegemaran menyela. Gaya
Belajar Auditori banyak mendengar, berbicara, dan membuat keputusan
berdasarkan analisis teliti. Cara guru untuk berkomunikasi dengan siswa yang
memiliki kecenderungan gaya belajar ini adalah memicu diskusi lebih lanjut
dengan mengajukan pertanyaan. Hal ini perlu diperhat:ikan oleh guru karena
dengan membiarkan mereka sibuk membuka kamus tanpa mencipatakan
145
suasana pembelajaran yang memicu curah pendapat atu diskusi maka akan
sulit bagi mereka untuk mengambil keputusan.
Strategi KWL yang digunakan dalam pembelajaran bahasa Inggris
siswa yang memiliki kecenderungan gaya belajara visual juga menghasilkan
basil belajar yang cukup tinggi. Hal ini berarti bahwa bahwa strategi KWL
adalah cocok dalam pembelajaran bahasa lnggris bagi siswa yang memiliki
kecenderungan gaya belajar visual. Karena memang gaya belajar visual yang
lebih peduli pada apa yang mereka lihat dan penuh energi akan cepat
mengambil keputusan berdasarkan apa yang mereka lihat, karena mereka
bukan tipe yang harus menganalisis secara teliti sebelum mengambil
keputusan , melainkan tipe pengambil keputusan dengan resiko tinggi. Guru
sebaiknya memvisualisasikan keadaan saat menjelaskan agar mereka dapat
melihat apa yang sedang dijelaskan. Guru sebaiknya juga berusaha
menyeimbangkan energi mereka, bukan meminta mereka diam atau
menganggap mereka tidak sopan jika mereka sekali waktu menyela
pembicaraan karena mereka memang suka bergerak cepat dan berbicara dalam
nada tinggi.
Sementara siswa dengan kecenderungan gaya belajar kinestetik yang
lebih peduli pada apa yang mereka rasakan dan lebih cenderung mengambil
keputusan berdasarkan perasaan dan emosi, guru dituntut untuk bisa membuat
mereka meraSakan apa yang dikatakan. Libatkan mereka untuk menggunakan
pengetahuan mereka dengan membiarkan mereka bergerak berjalan-jalan atau
menandai kata atau kalimat yang mereka anggap penting. Hasil belajar siswa
dengan kecenderungan gaya . belajar kinestetik baik yang diajarkan dengan
strategi DRTA maupun KWL sama-sama mengahsilak.an basil belajar yang
baik, berarti bahwa strategi pembelajaran baik DRTA maupun KWL cocok
digunakan dalam pembelajaran bahasa Inggris.
146
Perbedaan gaya belajar siswa menuntut guru untuk mengetahui dan
memahaminya sehingga dapat mendesain strategi pembelajaran yang sesuai
dengan gaya belajar yang dimiliki siswa yang akan diajarnya meskipun sulit
untuk mendesain strategi pembelajaran yang sesuai untuk seluruh gaya
belajar. Jika kecenderungan gaya belajar dari siswa di kelas tersebut tidak ada
yang mendominasi maka dia dapat mengajar dengan menggunakan strategi
pembelajaran secara bergantian.
C. Saran
Berkaitan dengan simpulan dan implikasi diatas, maka diajukan saran sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui kecenderungan gaya belajar siswa dan guru,
disarankan untuk melakukan tes gaya belajar.
2. Bagi guru bahasa lnggris disarankan untuk memperhatikan gaya
belajarnya sendiri untuk dapat menciptakan komunikasi yang baik
antara guru dan siswa yang mungkin memiliki kecenderungan gaya
belajar yang berbeda dan menghindari kecenderungan guru untuk
mengikuti gaya belajarnya terhadap siswa yang memiliki gaya belajar
yang berbeda.
3. Disarankan kepada guru bahasa Inggris agar dapat menerapakan
strategi pembelajaran DRTA dan strategi KWL untuk pembelajaran
bahasa Inggris.
· 4. Bagi guru yang mengetahui kecenderungan gaya belajar siswa,
disarankan untuk menggunakan strategi DRTA kepada siswa yang
khususnya memiliki kecenderungan gaya belajar auditori.
5. Bagi siswa yang memiliki kecenderungan gaya belajar visual
disarankan agar guru dapat menggunakan strategi KWL.
147
6. Penelitian ini hanya melihat hasil belajar bahasa Inggris aspek
kognitif, maka disarankan kepada peneliti lanjutan untuk melihat basil
belajar bahsa Inggris sampai pada aspek psikomotor.
7. Disarankan kepada pemangku kepentingan di Dinas Pendidikan untuk
memberdayakan guru-guru bahasa lnggris yang telah menyelesaikan
program Pasaca Sarjana Teknologi Pendidikan dalam memdesain dan
mmengembangkan kurikulum di daerah.
8. Bagi pengelola lembaga pendidikan seperti kursus-kursus bahasa
Inggris maupun para kepala sekolah untuk melakukan sosialisasi dan
pelatihan tentang gaya belajar dan strategi pembelajaran kepada guru-
guru bahasa inggris agar pembelajaran bahasa Inggris sesuai dengan
tujuan yang diharapakan dan menjadi lebih baik.
148
6. Penelitian ini hanya melihat hasil belajar bahasa Inggris aspek
kognitif, maka disarankan kepada peneliti lanjutan untuk melihat basil
belajar bahsa Inggris sampai pada aspek psikomotor.
7. Disarankan kepada pemangku kepentingan di Dinas Pendidikan untuk
memberdayakan guru-guru bahasa lnggris yang telah menyelesaikan
program Pasaca Sarjana Teknologi Pendidikan dalam memdesain dan
mmengembangkan kurikulum di daerah.
8. Bagi pengelola lembaga pendidikan seperti kursus-kursus bahasa
Inggris maupun para kepala sekolah untuk melakukan sosialisasi dan
pelatihan tentang gaya belajar dan strategi pembelajaran kepada guru-
guru bahasa inggris agar pembelajaran bahasa Inggris sesuai dengan
tujuan yang diharapakan dan menjadi lebih baik.
148
DAFTAR PUSTAKA
Anonimous (2005). Panduan Ma1eri Ujian Sekolah. Tahun Pelajaran
2004/2005.SMAIMA. Kurikulum 1994 Bahasa Inggris. Jakarta:
Depdiknas Balitbang Pusat Penilaian Pendidikan .
Anonimous (2005). Learning How to Learn. Belajar Bagaimana Seharusnya
Be/ajar. CD Interaktif: Seri Manajemen Pembelajaran 1. TRUSCO
A-fultimediu.
Anonimous. (2006). Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Tingkat
SMA, MA., SMA.LB, SMK dan MAK. Jakarta : Eko Jaya.
Arends, R.I. (2004). Learning to Teach. Sixth Edition. New York : Me GrawHill Companies.
Bailey, M.K. dan Allwright, D. (1991). Focus on the Language Classroom.
An Introduction to Classroom Research for Language Teachers. New
York : Cambridge University Press.
Broughton, et.al. (1978). Teaching English as a Second Language. London :
Routledge and Kegan Paul
Brown, H. D. (2001). Teachin* by Principles. An Interactive Approach to
Language Pedagogy. 2° Ed. New Jersey : Prentice Hall.
Buzan, T. (2002). Gunakan Kepala Anda: Teknik Berpikir, Belajar, dan
membangunkan Otak. Alih Bahasa: Toni Rinaldo. Jakarta: Pustaka
Delapratasa.
Cooper,M. (2004). Illustrated Dictionary of Education. New Delhi : Lotus
Press.
Day, R.R dan Park, J. (2005). Developing Reading Comprehension Questions.
http://nflrc.hawai i .edu/rfl
De Porter, B. et al. (2006). Quantum Teaching. Mempraktekkan Quantum
Learning di Ruang-Ruang Kelas. Terjemahan Ary Nilandari.
Bandung : Kaifa.
Dick, W dan Carey, L (1996). The Systematic Design of Instruction. 4th.
Florida: Harper .
149
Djiwandono, M.S. ( 1996). Tes Bahasa dalam Pengajaran. Bandung : ITB
Djuharie, 0. S. (2005). Communicative Interactive English for the Second
Grade of Senior High School 2. Untuk SMA Kelas XI. Semester 1 &
2. Bandung: Yama Widya.
Driscol
Alharndulillah segala puji bagi Allah SWT penulis panjatkan
karena atas
rahrnat
karunia dan kasih
sayang-Nya
menyelesaikan tesis ini. Seiring dengan itu
penulis dapat
tidak lupa shalawat
berangkaikan salam ke haribaan junjungan manusia tauladan Nabi Besar
Muhammad SAW.
Tesis yang berjudul "Pengaruh Strategi Pembelajaran dan Gaya
Belajar Terhadap Hasil Belajar bahasa lnggris di SMA Negeri 4 Banda
Aceh" ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu persyaratan
menyelesaikan studi pada Program Pascasarjana di Universitas Negeri
Medan.
Da\am proses penu\isan tesis ini, penu\is dengan
keterbatasannya telah
segala
banyak mendapat sumbangan pemikiran dan
bimbingan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu maka pada kesempatan ini
penulis ingin menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Harun Sitompu\, M.Pd , selaku pemb1mbing I dan
Bapak. Prof. Dr. Muhammad Badiran, M.Pd, selaku pembimbing II yang
telah banyak meluangkan waktu dalam mengarahkan, rnembimbing
terutama motivasi secara terns menerus kepada penulis agar dapat segera
menyelesaikan tesis ini.
2. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid K., M.Pd., Bapak Dr. Berlin Sibarani,
M.Pd., dan Bapak Dr. Busmin Guming, M.Pd, setaku·nara sumber dan
penguji yang telah banyak memberikan masukan dan araban dalam
penyelesaian dan penyempumaan tesis ini.
3. Kedua orang tua, H.Hasan Adams dan Hj. Marli Anita serta kedua adik
Boby Sandy dan Boby Sandry yang selalu mencurahkan dukungan
berupa do' a yang tidak putus-putusnya, dukungan materi dan moril serta
araban yang selalu menyertai tonggak kehidupan penting perjalanan
hidup penulis.
IV
4. Seluruh Bapakllbu dosen yang telah memberikan bimbingan dan ilmu
pengetahuan serta kesempatan dan fasilitas belajar selama mengikuti
perkuliahan.
5. Bapak Kepala Sekolah SMA Negeri 4 Banda Aceh, yang telah
memberikan ijin meneliti di sekolah yang beliau pimpin. Guru-Guru
Bahasa Inggris SMA Negeri 4 khususnya lbu Kiki, lbu Wina dan lbu
Hayria atas kesabaran dan waktunya berdiskusi pada saat penulis
mendesain dan melaksanakan penelitian di kelas yang mereka bimbing.
6. Seluruh rekan mahasiswa khususnya Program Studi Teknologi
Pendidikan angkatan VIII kelas regular yang tidak henti-hentinya
memberi semangat, sating berbagi suka dan duka serta tetap setia
memberi dukungan dan keljasamanya. Dan tak terlupa Bapak Prof. Dr.
Bahrein. T. S dan lbu Rosnani Sahardin (Dosen FKIP bahasa Inggris
UNSYlAH) yang telah banyak memberikan dukungan baik semangat
maupun buku-buku sumber yang dibutuhkan serta waktu yang
disediakan untuk berdiskusi.
7. Ayah dari ketiga amanah Allah yang telah menumbuhkan gagasan dan
memberi peluang melanjutkan studi kejenjang pasca sarajana, dan putra
yang penuh pengertian Haekal Muhammad, dua putri kecil yang selalu
sabar tercuri waktunya Hilali Nabila dan Halida Najla yang selalu
menjadi motivator utama sehingga penulis dapat mengikuti dan
menyelesaikan studi.
8. Seluruh keluarga terutama mama kecil, Hj. Susilawati,SH, M.Hum, yang
senantiasa memberikan dukungan moral, materi dan doa restu kepada
penulis untuk menyelesaikan tesis ini.
Akhimya penulis berharap kiranya seluruh perhatian, kebaikan
dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis menjadi amal
keb~ian
dan mendapat rahmat barakah dari Allah Yang Rahman dan Rahim.
v
Semoga tesis ini dapat bennanfaat dan mdapat menambah khasanah berpikir
untuk bermusahabah diri bagi yang membacanya, dan secara khusus bagi
dunia pendidikan yang lebih baik nantinya.
Medan,
Februari 2009
Penulis,
Santi Melvita
NIM. 055020330
VI
ABSTRACT
Melvita, Santi : The Effect of Learning Strategy and Learning Style on the
English Senior Students'Achievement in Banda Aceh City.
A Thesis, Medan, Post Graduate Program of the State University of Medan ,
2009.
The objectives of this study are to investigate whether the
students'achievement of English taught by using Directed Reading Thinking
Activity is higher than those students which are taught by using Known-Want to
Know-Learned strategy. This study is also to investigate whether the result of
English Learning of the students with the auditory learning style is higher than
those students with visual learning style and the kinestetic learning style. Finally
this study want to find out whether there is significant interaction between
learning strategy and learning style toward the students'achievement.
The population in this study is the students of senior High School in
Banda Aceh in the XII semester, while the sample of this study was four classes
of the XII semester which were taken by cluster random sampling. The method
of this research was quasy -experiment with 2 x 3 factorial design; the data were
analysed by means of statistical analysis by applying 2 x 3 ANOVA. The
students'learning style was measured by a test that is made and adapted from
"Fire-Up Learning: An Accelerated Learning Action Guide", a book wrote by
Madden, T. L, "Quantum Teaching : Quantum Learning Practice in the
Classroom", wrote by De Porter, B, "Quantum Teaching. Mempraktekkan
Quantum Learning di Ruang-Ruang Kelas", wrote by De Porter, "Born to be a
Genius", by Gunawan, and also Interactive CD"Learning How to Learn".
The achievement of the student in learning English was measured by using a 40
multiple choice item with 5 options, with the realibity 0.899 based on Spearman
Brown formula
The result indicated that the students who were taught with the Directed
Reading Thinking strategy was higher than students who were taught with the
Known-Want to Know-Learned strategy. This can be shown by the F observed =
9.90 > F table= 3.92 (o. = 0.05). The students' achievement in English with the
auditory learning style were higher than students' achievement with the visual
and kinestetic style, it could be seen furthermore by F observed= 7.82 > F table=
3.92 (a= 0.05). Scheffee test was used to see the comparison amongst the cells.
The test showed students which were taught by Directed Reading Thinking
Activity strategy got higher learning result than the students' which were
taught by Known-Want to know-Learned strategy. Furthermore students with
their auditory learning style got a higher achievement if they were taught by
Directed Reading Thinking Activity strategy than taught by Known-Want to
know-Learned strategy.
1
ABSTRAK
Melvita, Santi : Pengaruh Strategi Pembelajaran dan Gaya Belajar
Terbadap Hasil Belajar Bahasa Inggris Siswa SMA di Kota Banda Aceb.
Tesis. Medan: Program Pasca Satjana Universitas Negeri Medan, 2009.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah hasH belajar bahasa
lnggris siswa yang diajar dengan strategi Directed Reading Strategy Thinking
Activity lebih tinggi dari hasil belajar bahasa lnggris siswa yang diajar dengan
strategi Known-Want to know-Learned, dan mengetahui apakah hasil belajar
bahasa lnggris siswa dengan kecenderungan gaya belajar visual lebih tinggi dari
hasil belajar gaya belajar siswa dengan kecenderungan gaya belajar auditori dan
hasil belajar siswa dengan kecenderungan gaya belajar kinestetik, serta
mengetahui apakah terdapat interaksi antara strategi pembelajaran dengan gaya
belajar dalam mempengaruhi hasil belajar bahasa Inggris.
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XII SMA Negeri 4 di
Kota Banda Aceh, sedangkan sampel diambil sebanyak empat (kelas) secara
cluster random sampling. Penelitian ini dilakukan pada semester V Tahun
Ajaran 2007/2008. Metode penelitian yang digunakan adalah quasi eksperimen
dengan rancangan faktorial 2 x 3, teknik analisis data menggunakan ANAVA
2x3. Gaya belajar siswa diukur dengan menggunakan tes gaya belajar dengan
berpedoman kepada buku "Fire-Up Learning: An Accelerated Learning Action
Guide", karangan Madden, T. L, buku "Quantum Teaching: Mempraktekkan
Quantum Learning di Ruang-Ruang Kelas", karangan De Porter, B, buku
"Quantum Teaching. Mempraktekkan Quantum Learning di Ruang-Ruang
Kelas", karangan De Porter, B dan buku "Born to be a Genius", karangan
Gunawan, A.S serta kaset CD Interaktif "Learning How to Learn". Tes hasil
belajar bahasa lnggris menggunakan tes, berbentuk pilihan ganda dengan 5
option sebanyak 40 butir dan memiliki reliabilitas 0,899 dengan menggunakan
rumus Spearman Brown.
Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa siswa yang diajar
dengan menggunakan strategi Directed Reading Thinking Activity memiliki hasil
belajar bahasa lnggris yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang diajar
dengan menggunakan strategi Known-Want to know-Learned. Hal ini
ditunjukkan oleh F hitung = 9,90 > Ftabet = 3,92 pada taraf signifikansi a =0,05.
Siswa dengan kecenderungan gaya belajar auditori memiliki hasH belajar bahasa
Inggris yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa dengan kecenderungan
gaya belajar visual dan siswa dengan kecenderungan gaya belajar kinestetik.
Hal ini ditunjukkan oleh F bituog = 7,82 > F tabct = 3,92 pada taraf signifikansi a =
0,05. Dan dengan dk (2) terdapat interaksi antara strategi pembelajaran dan gaya
belajar terhadap hasil belajar bahasa Inggris siswa. Hal ini ditunjukkan oleh F
hitung = 7,12 > Ftabel = 3,92 pada taraf signifikansi a=0,05. Uji perbandingan
ganda dilakukan untuk membandingkan antar sel. Uji lanjut menggunakan Uji
Scheffe membuktikan bahwa siswa yang menggunakan strategi pembelajaran
Directed Reading Thinking Activity memperoleh hasil belajar yang lebih tinggi
dibandingkan dengan siswa yang diajar dengan strategi pembelajaran Known-
ii
Want to know-Learned. Sedangkan siswa yang memiliki kecenderungan gaya
belajar auditori memperoleh hasil belajar bahasa Inggris yang lebih tinggi jika
diajar dengan strategi pembeJajaran Directed Reading Thinking Activity
dibandingkan dengan siswa yang diajar dengan strategi pembelajaran KnownWant to know-Learned.
111
BABI
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan nasional
saat ini cenderung menganut paradigma
dominasi, yang berpusat pada guru yang mendominasi, buku paket dan baju
seragam, standardisasi, serta tempat belajar sebatas kelas. Sedangkan dunia
sekarang sedang berubah menuju orientasi pada murid, murid bebas memilih
sesuai minat, dan sumber ilmu adalah perpustakaan, lokasi belajar adalah jagat
raya serta individual. Sekolah bukanlah tempat yang menyeramkan, dan guru
lebih berfungsi sebagai fasilitator di kelas (Dana..Yaya, 2006:14).
Tidak mengherankan jika pendidikan nasional dinilai banyak
kalangan bukan hanya tidak berhasil meningkatkan kecerdasan dan
keterampitan anak didik, tetapi juga gagal dalam membentuk karakter dan
kepribadian. Messwati (2006: 18) mengindikasikan penyebab rendahnya motu
pendidikan kita adalah kesenjangan antara wacana dan praksis pendidikan.
Institusi pendidikan mestinya menjadi ruang bagi para calon agen perubahan
untuk menumbuhkan karakter, tanggung jawab, kemandirian berpikir dan
bersikap, inovasi dan kreatifitas. Situasi ini tidak akan pernah tercapai selama
pendidikan masih jadi alat kekuasaan negara. Siswa diajar untuk patuh dan
berpikir tungga.J.
Lebih jauh Messwati berpendapat, sekolah dan para pendidik makin
dikebiri dan merasa tidak cukup berdaya untuk menciptakan suasana belajar
yang memungkinkan siswa untuk berpikir kritis, kreatif dan bertanggung
jawab. Para guru merasa terbelenggu dalam berbagai keterbatasan sistem
pendidikan karena besamya kekuasaan negara. Alasan-alasan klise, seperti
beban kurikulum yang terlalu padat, target kelulusan ujian, dan kesejahteraan
guru yang masih memprihatinkan, masih menjadi penghambat terciptanya
suasana belajar yang memerdekakan anak untuk mengembangkan potensi
dirinya.
Silberman (2000:xi) mengemukakan pendapat yang hampir
sen~
bahwa pembelajaran saat ini disadari benar oleh para praktisi pendidikan
khususnya para guru yang mengajar siswa di kelas menengab merasakan
kekecewaan yang amat sangat atas basil belajar yang dicapai siswa. Materi
yang diajarkan tidak dapat terserap sebanyak yang diharapkan oleb para guru,
materi tersebut tidak banyak. dapat menetap dalam alam pikiran mereka.
Materi yang berupa infonnasi yang sesungguhnya bisa dipraktekkan, sangat
sedikit yang dapat mereka aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Menurutnya hal ini terjadi karena kurangnya kesadaran guru ak.an pentingnya
pembelajaran aktif yang melibatkan siswa dengan teknik-teknik tertentu, di
antaranya dengan membentuk semangat saling bekerja sama antara siswa, dan
penelusuran sikap, pengetahuan dan pengalaman belajar siswa. Siswa dengan
beragam Jatar beJak.ang, bukan hanya dari jenis kelamin atau suku, tetapi juga
dari cara belajar yang menjadi kesukaan mereka (gaya belajar) haruslah
menjadi prioritas perhatian para guru dalam proses pembelajaran. ·
Dalam pandangan Susilo seperti yang dipaparkannya dalam rubrik
Humaniora Didaktika Kompas 4 September 2006, permasalahan utama
pendidikan di Indonesia sesungguhnya terletak pada agen perubahan utatna
proses pendidikan, yaitu guru. Guru adalah sosok yang paling bertanggung
jawab daJam proses pembelajaran di kelas dan proses pentransferan ilmu
kepada siswanya. Mantan menteri pendidikan dan "ebudayaan Fuad Hasan
berpendapat sen~
menurutnya sebaik apapun kurikulum jika tidak didukung
guru yang berkualitas maka semua akan sia-sia. Sebaliknya jika kurikulum
yang kurang baik tetapi didukung guru yang berkualitas maka kekurangan
tersebut dapat ditopang oleh si guru.
Menurut Undang-Undang RI No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen, Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,
2
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi
peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan fonnal,
pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Slamet (2006:5) menetjemahkan
tuntutan dari undang-undang ini lebih sebagai faktor pendorong bagi guru
agar memiliki keingin tabuan, keterbukaan pada kemungkinan-kemungkinan
barn, dan prioritas pada fasilitasi kemerdekaan dan kreativitas dalam mencari
jawaban atau pengetahuan baru terlepas dari jawaban tersebut benar atau
salah atau pengetahuan baru yang dimaksud belum dapat digunakan, serta
pendekatan
yang
diwarnai
oleh
eksperimentasi
untuk
menemukan
kemungkinan-kemungkinan baru. Lebih lanjut Slamet menuturkan salah satu
sub kompetensi dari Kompetensi Pedagogik yang harus dimiliki oleh guru
sebagai pendidik dan agen pembelajaran adalah merencanakan Rencana
Pelaksanaan
Pembelajaran
berdasarkan
(RPP)
silabus
yang
telab
dikembangkan, merancang manajemen pembelajaran dan manajemen kelas,
dan melaksanakan pembelajaran yang aktif, kreatU: inovatit: efektif dan
menyenangkan.
Hernowo (2006:85) menyimpulkan kompetensi atau perilaku guru
yang harus dimiliki oleh seorang guru apapun bidang ilmu yang diajarkannya,
dalam upayanya dapat mencapai tujuan yang diharapkan, haruslah kreatif.
Guru diibaratkan seorang dirigen dalam sebuah orkestra yang megah, dan
untuk itu salah satu syaratnya adalah menata pentas atau kelasnya menjadi
komunitas belajar yang 5angat aktif dan bersemangat untuk belajar serta
membangun landasan yang kukuh dengan memfokuskan pada tujuan atau
yang diistilahkannya dengan Apa Manfaatnya Bagiku (AMBAK).
Tujuan pengajaran bahasa asing pada umumnya membuat peserta
didik memiliki kemampuan berkomunikasi dengan penutur asli dan bahasa
target atau setidaknya dapat berkomunikasi secara lisan dengan sesama
peserta. Tetapi tujuan ini dapat disesuaikan dengan kebutuhan institusi
penyelenggara pendidikan (Depdiknas, 1994:2). Pengajaran bahasa lnggris di
3
tingkat SMA berlandaskan pada empat komponen, yaitu reading, speaking,
livtening, writing (Anonimous, 1994:2). Diantara komponen ini reading
(membaca) memiliki implikasi yang paling kompeten dalam membentuk
peserta didik menjadi manusia yang berilmu pengetahuan dan menguasai
teknologi. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di sisi lain
juga menuntut masyarakat yang gemar membaca Proses belajar yang efektif
antara lain juga dilakukan melalui membaca. Dengan membaca, terutama
buku yang memitiki arti yang penting bagi seora.ng individu, seseorang dapat
memperoleh informasi dan pengetahuan sekaligus dapat mengembangkan
daya imajinasi dan daya pikir dari informasi yang diperolehnya. Cristopher
Morley seorang penulis dari Amerika seperti yang dipaparkan Kompas dalam
rubrik Ragam (2006:46) melukiskan hal ini dengan illustrasi peristiwa ketika
seseorang menjual sebuah buku kepada orang lain, orang tersebut tidak hanya
menjual sebuah benda seberat 12 ons yang terdiri atas kertas, tinta, dan lem,
tetapi berarti ia juga telah menjual sebuah hidup barn untuk si pembeli.
Nunan (1991:82) bahkan berpendapat "and it is clear that in a lesson
which is ostensibly labelled 'reading', opportunities exist for learners to
develop their other language skills as well". Dengan kegiatan belajar yang
disebut belajar membaca, siswa memiliki kesempatan mengembangkan
keterampilan yang lain. Bahkan Hernowo (2005:40) berpendapat bahwa lewat
kegiatan membaca buku, seseorang akan dapat 'mengolahragakan' otaknya.
Disamping otak akan sehat, lewat kegiatan membaca seseorang dapat pula
meniperkaya dirinya dengan berbagai macam ragam kata.
Membaca pada hakikatnya melibatkan tiga komponen dasar dari
proses membaca, yaitu recording, decoding, dan meaning. Recording merujuk
pada kata-kata dan kalimat, kemudian mengasosiasikannya dengan bunyibunyinya sesuai dengan sistem tulisan yang digunakan, sedangkan proses
decoding (penyandian) merujuk pada proses penerjemahan rangkaian gratis ke
dalam kata-kata. Sementara proses meaning (memahami makna) berlangsung
4
melalui dua proses yaitu gabungan proses perseptual dan kognitif (Rahim.
2005:3).
Bahasa lnggris sebagai bahasa intemasional digunakan sebagai alat
komunikasi secara intemasional, segala kegiatan yang bersifat intemasional
seperti
seminar, kongres. konferensi,
dan
perdagangan
dunia.
llmu
pengetahuan dan teknologi yang berasal dari Barat juga disampaikan dengan
Bahasa Inggris. Dengan kata lain bahasa Inggris berfungsi sebagai sarana
untuk menyerap, memahami, dan mengembangkan ilmu pengetahuan.
Bahasa Inggris merupakan babasa asing yang mendunia dan tetap
akan diperlakukan baik untuk bisa membaca teks berbahasa Inggris di
Perguruan
Tinggi
ditambah
lagi untuk mencari
kerja
Berdasarkan
pengamatan British Institute seperti yang dikemukakan di liputan khusus
Kompas 29 Agustus 2006, lulusan SMA di Indonesia saat ini tidak mampu
lagi berkomunikasi dalam bahasa Inggris disebabkan pe~arn
Bahasa lnggris
di sekolah lebih ditekankan pada pengetahuan tentang bahasa Inggris, bukan
pada keterampilan bahasa Inggris. Mariam Kartikatresni, Business Manager
The British Institute, selanjutnya berpendapat untuk menjadi abli dalam
menggunakan bahasa, terutama belajar menggunakan
bahasa Inggris
dibutuhkan keterampilan praktis (keterampilan berbahasa) yaitu mampu
betbicara, dan mengungkapkan pendapat dan pikirannya Seseorang dapat
dinyatakan terampil berbahasa jika ia terampil dalam empat bidang. yaitu
bemicara, mendengarkan, membaca dan menulis.
Sehubungan dengan peranan bahasa lnggris dalam penguasaan ilmu
pengetahuan,
penyelenggaraan
pengajaran
bahasa
Inggris,
khususnya
komponen membaca di tingkat SMAIMA. memiliki tujuan untuk membentuk
siswa yang memiliki kemampuan memahami te.ks tulis berupa te.ks fungsional
pendek (pengumuman, label, dan lain-lain), yang ditemukan dalam berbagi
konteks situasi dan berbagai jenis teks (naratU: deskriptif: dan lain-lain), yang
menggunakan ragam bahasa tulis (Diknas, 2005:2). Untuk mencapai tujuan
5
tersebut guru-guru bahasa lnggris SMAIMA di kota Banda Aceh masih
menggunakan strategi pembelajaran membaca yang relatif seragam. Hal ini
dapat tergambar dari hasil wawancara yang dilakukan ke para peserta didik
dan beberapa guru yang menggunakan strategi pembelajaran yang dimulai
dengan siswa membaca tanpa tahu mengapa ia hams memahami teks tersebut
dan mengapa informasi yang terdapat dalam
satu teks penting untuk
diketahui. Dengan kata lain siswa tidak menyadari manfaat yang diperolehnya
dari wacana yang dibacanya. Minat dan semangat siswa untuk aktif menggali
informasi yang terdapat dalam teks berfokus bukan pada tujuan tetapi kegiatan
membaca yang dilakukan siswa praktis hanya disebabkan oleh instruksi guru
yang meminta siswanya membaca dan kemudian menggali informasi
(memahami) teks tersebut.
Siswa mencoba menjawab pertanyaan berdasarkan teks yang
diberikan. Jika terdapat gambar atau beberapa kata kunci, guru lebih
cenderung mengabaikannya atau meminta siswa secara sambil
lalu
memperbatikan gambar yang ada atau mengartikan kata-kata kunci dengan
mencarinya di kamus. Interaksi siswa sebagai pembaca dengan penulis teks
berbahasa lnggris dengan beragam jenisnya praktis hanya sebatas kelas,
meskipun pada Kurikulwn Berbasis Kompetensi pemusatan pengajaran
pemahaman bacaan
berkonsentrasi pada pembiasaan betbagai jenis
tekslbacaan sesuai dengan kultur penutur aslinya dengan cara memahami dan
merespon makna teks fungsional pendek dalam konteks kehidupan sehari-hari,
· serta mengakses ilmu pengetahuan seyogyanya dilakukan pula di luar kelas.
Pada kenyataannnya berdasarkan basil observasi dan wawancara eli
lapangan, langkah-langkah guru dalam menyajikan materi tetap sama.
Langkah-langkah guru yang diupayakannya agar siswa mampu mencapai
tujuan membaca teks, memahami informasi atau pesan teks relatif sama
dengan upaya dan kiat yang telah dilaksanakan sebelum tujuan pembelajaran
memahami teks berbahasa Inggris berfokus pada pemahaman teks dengan
6
berbagai jenis/struktur teks. Proses pemahaman bacaan berlangsung monoton
dengan kegiatan meneneljemahkan kata-kata sulit berdasarkan kamus atau
infonnasi guru dan menjawab pertanyaan teks . Yang membedakannya hanya
pada kegiatan tambahan yang mengharuskan siswa mengindentifikasi jenis
teks berdasarkan generic structure (struktur teks) masing-masing teks.
Tak
heran jika mereka nanti melanjutkan pendidikan di bangku kuliah mereka tak
mampu memenuhi tuntutan pembelajaran mata kuliah Bahasa lnggris yang
menuntut mereka telah siap dengan keterampilan membaca dan memahaml
buku-buku teks berbahasa lnggris yang berkaitan dengan bidang ilmu yang
digelutinya.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Wiratno (2003:4)
menyimpulkan basil yang hampir sama.
Urutan kegiatan sebagaimana fenomena seperti yang dipaparkan di
atas menggambadcan ketidaksesuaian tuntutan pembelajaran yang dapat
memenuhi
paradigma
pendidikan
berorientasi
siswa
yang
memberi
kesempatan pada siswa untuk bebas memilih sesuai minatnya. Keharusan
memahami teks yang terdapat di dalam buku teks membuat siswa kurang
benninat dan tidak merasa perlu memperdalam kiatnya dalam memahami teks
berbahasa Inggris. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata Bahasa lnggris
siswa SMAN 4 Kelas Xll Tahun Ajaran 2007/2008 pada Tabell berikut ini.
No.
Tabell. Nilai Rata-Rata Mata Pelajaran Bahasa Inggris
Kelas Xll SMAN 4 Banda Aceb
Kelas
Nilai Rata-Rata Reading
Nilai Rata-Rata
Comprehension
Babasalnggris
1.
XI I-lA 1
75
80
2.
XII-IA2
70
75
3.
XI I-IA3
70
70
4.
XII-lA 4
70
70
5.
XI 1-IA 5
65
70
6.
XII-IA6
65
65
7
7.
XI I -IA7
60
60
8.
XI l-IAS
60
65
9.
XI I-IA9
65
65
Untuk meningkatkan minat siswa, Nunan (1991:167) berpendapat
bahwa daJam pengajaran
bah~
dianjurkan untuk mengakomodir gaya beJajar
dan strategi pilihan dalam kelas agar dapat meningkatkan kepuasan dan hasil
yang dicapai siswa. Hal ini juga didukung oleh Mariam Kartikatresni,
Business Manager The British Institute, dalam rubrik Liputan Khusus Kompas
dengan judul "The British Institute dan Pelajaran Bahasa lnggris", seyogyanya
guru menyadari bahwa kemampuan dan cara anak menyerap ilmu tidaklah
sama, ada yang
harus sambil mendengarkan musik, dengan melihat, meraba
atau mengucapkan. Pendapat ini senada dengan yang dipaparkan Rahim
(2005:6) guru yang mengajarkan untuk berbagai tujuan, menggunakan metode
yang berbeda-beda, bahan pelajaran dan pengelompokan pola-pola untuk
memfokuskan pada kebutuhan individu, minat, dan gaya belajar.
Metodo\ogi o\eh Nunan (1991:2) didefenisikan sebagai pemilihan dan
pentahapan tugas belajar dan kegiatan belajar. Metodologi berkaitan dengan
menjawab pertanyaan bagaimana. Aspek penting dari metodologi adalah
pengembangan rutinitas pengajaran, materi dan tugas-tugas yang digunakan di
dalam kelas. Sementara strategi adalah proses mental yang digunakan oleh si
belajar untuk melakukan proses belajar dan menggunakannya untuk
menguasai bahasa target. Lebih lanjut ditegaskan lagi perlunya strategi dalam
upaya lebih memahami dengan jelas si pembaca dan hakikat kegiatan
membaca, dan reaksi sehubungan dengan tugas membaca, serta untuk melihat
bagaimana si pembaca mengatasi tugas membaca serta memecahkan
permasalahannya
Strategi
dalam pandangan Rahim (2005:36) adalah ilmu dan kiat
didalam memanfaatkan segala sumber yang dimiliki danlatau yang dapat
8
dikerahkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam usaha
memperoleh pemahaman terhadap teks, pembaca menggunakan strategi
tertentu. Pemilihan strategi berkaitan erat dengan faktor-faktor yang terlibat
dalam pemahaman, yaitu pembaca teks dan konteks.
Di dalam teori membaca dikenal beberapa strategi membaca. Pada
dasarnya, strategi membaca menggambarkan tiga model utama strategi
membaca, strategi bottom-up (bawa-atas), top-down (atas-bawah), electic
(campuran), ataupun interaktif . Strategi Pembelajaran yang berorientasi
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang selama ini digunakan oleh guru-
guru bahasa lnggris di kota Banda Aceh adalah salah satu dari strategi yang
ada. Strategi Known-Want to know-Learned (KWL) memberikan peran aktif
siswa sebelum, saat dan sesudah membaca (Sumarni, 2006:55). Strategi
pembelajaran pemahaman bacaan KWL yang selama ini digunakan oleh guru-
guru bahasa lnggris di kota Banda Aceh diduga masih belum efek:tif karena
para guru masih belum memahami pentingnya memaparkan tujuan membaca
teks atau materi untuk menggugah perhatian dan minat siswa serta melibatkan
siswa dalam memahami bacaan dengan kegiatan menerjemahkan kata atau
ka.limat. Guru terfokus pada pembiasaan dengan berbagai macam genre Genis)
teks dan kurang memberikan kesempatan pada siswa suatu peran aktif yang
seyogyanya dapat digugah dengan mengaktifkan minat dan perhatian siswa
terlebih dahulu pada kegiatan sebelum membaca. Strategi KWL pada dasarnya
melibatkan tiga langkah utama yang memberi jalan tentang apa yang telah
mereka ketahui, menentukan apa yang ingin mereka ketahui, dan mengingat
kembali apa yang mereka pelajari dari membaca.
Pada kenyataannya yang terjadi di lapangan selama ini berdasarkan
basil observasi, para guru mengabaikan arti penting salah satu Iangkah penting
dalam pengajaran bahasa yaitu menarik perhatian siswa dengan cara
memaparkan manfaa.t informasi yang terdapat di dalam materi teks yang
dibacanya sehingga informasi tersebut dapat lebih bermanfaat dalam
9
kehidupan sehari-hari. Siswa menjadi pasif dan tidak memiliki rasa percaya
diri dalam mengemukakan pendapatnya mengenai apa yang mereka ketahui.
Strategi KWL terlampau banyak melibatkan araban guru dalam memahami
bacaan. Padahal disisi lain, lulusan SMA seyogyanya diharapkan dapat
menguasai tingkat literasi informational sehubungan dengan tingkat standar
kompetensi yang harus dimiliki. Pada tingkat informational siswa diharapkan
dapat mengakses pengetahuan dengan bahasanya. Standar Kompetensi
khususnya aspek Membaca siswa kelas XII Semester I adalah memahami
makna teks fungsional pendek dan esei sederhana berbentuk narrrative,
explanation, dan discussion dalam konteks kehidupan sehari-hari dan
kompetensi untuk mengakses ilmu pengetahuan. Standar Kompetensi Dasar
Membaca diharapkan dapat membantu siswa kelas XII
tingkat SMA
mengakses ilmu pengetahuan dan nantinya dapat pula membantu siswa jika
telah lulus SMA untuk melanjutkan ke perguruan tinggi dalam merespon
makna teks fungsional pendek seperti banner (spanduk:), poster, atau
pamphlet, baik resmi maupun tak resmi yang menggunakan ragam bahasa
tulis secara akurat, \ancar dan berterima dalam kontek.s kehidupan sebari-hari
serta dapat pula mengakses ilmu pengetahuan.
Salah satu strategi membaca yang diduga dapat
memaksimalkan
belajar siswa dan berorientasi pada siswa adalah st:rategi Directed Reading
Thinking Activity (DRTA). Strategi DRTA memberikan kebebasan dan suatu
peran aktif pada siswa dengan cara menarik minat dan perhatian mereka
dengan memaparkan kepada siswa tujuan membaca sebelum
kegiatan
membaca dimulai. Menurut Stauffer (1980) sebagaimana yang disitasi Rahim
(2005:47) strategi DRTA memfokuskan keterlibatan siswa dalam berpikir
tentang bacaan dan keterlibatan siswa dengan teks dengan cara memprediksi
dan membuk:tikannya ketika mereka membaca. Peran guru pada strategi ini
hanya sebagai fasilitator. Landasan filosofis strategi ini adalah untuk:
memotivasi, menarik perhatian siswa dan membuat siswa berkonsentrasi dapat
10
dengan cara melibatkan mereka secara intelektual dengan mengajak siswa
berpikir, serta mendorong mereka merumuskan pertanyaan dan hipotesis,
memproses informasi, dan mengevaluasi solusi sementara dengan cara
melibatkan siswa dengan teks melalui prediksi atau pemikiran siswa dan
membuktikannya ketika siswa membaca. Strategi DRTA yang akan
dikembangkan dalam penelitian ini diduga dapat lebih mengoptimalkan
kemampuan siswa dalam memahami materi bacaan dan dapat pula menarik
minat dan perhatian siswa melalui peranan guru sebagai motivator yang
kreatif dalam upayanya meningkatkan motivasi siswa. Salah satu caranya
dengan mempetjelas tujuan yang ingin dicapai. dengan semakin jelas tujuan
pembelajaran dan pentingnya informasi dari materi bacaan, maka motivasi dan
minat siswa akan semakin kuat. Membangkitkan minat siswa akan dapat
ditumbuhkan jika ia dapat menangkap bahwa materi pelajaran itu berguna
untuk kehidupannya.
Prinsip penting yang tidak boleh terabaikan adalah saat guru
menjalankan salah satu peranannya, yaitu sebagai pembimbing, guru, dituntut
menyadari bahwa siswa adalab individu yang unik, siswa dengan keunikannya
sebagai individu yang sedang berkembang memiliki perbedaan. misalnya gaya
dan kebiasaan belajar siswa. Setiap individu adalah unik dengan gaya belajar
yang berbeda satu sama lain. Semiawan (2002:46) berpendapat keunggulan
potensial yang muncul berdasarkan keunikan dan keragaman individu akan
memperoleh peluang lebih luas untuk terwujud karena adanya kecocokan
pengalaman belajar dan bakat, dan hal ini akan mengantarkan tercapainya
kemampuan intelektual yang secara substansial lebih tinggi, bahkan mencapai
keunggulan.
Selama ini guru hanya menggunakan sa.tu cara saja dalam mengajar,
yaitu gaya visual. Guru mengajar. dengan menggunakan media papan tulis
(visual)
dan
mengajar dengan
menggunakan
buku (visual).
Murid
menggunakan buku (visual), mencatat (visual), mengetjakan tugas secara
II
tertulis (visual), dan mengerjakan tes juga secara tertulis (visual). Karena
haoya meogguoakao satu gaya belajar saja, akibatoya timbul ma..alah.
Madden (2000: 129) mengemukakan babwa salah satu cara agar seseorang
membuka potensi otak untuk memasukkan informasi kedalam otak adalah
deogan memasukkan informasi melalui gaya belajarnya sendiri.
Konsep pentingnya guru melakukan proses pembelajaran dengan
berbasiskan otak merupakan asumsi dasar pengembangan proses pembelajaran
yang memperhatikan keunikan tiap individu. Seperti yang dipaparkan oleh
Gunawan (2004:6) apabila setiap anak didik dapat dimotivasi dengan tepat
dan diajar dengan cara yang benar, cara yang menghargai keunikan mereka.
maka mereka semua dapat mencapai suatu basil pembelajaran yang maksimal.
Dasar metode ini lahir dari upaya peningkatan basil proses pembelajaran
dengan rangkaian pendekatan praktis yang menggunakan pengetahuan yang
berasal dari berbagai disiplin ilmu seperti pengetahuan tentang cara kerja otak,
cara kerja memori, neuro-linguistic programming, motivasi, konsep diri,
kepribadian, emosi, perasaan. pikiran, metakognisi, gaya belajar, multiple
intelligence, teknik memori, teknik membaca, teknik mencatat, dan teknik
belajar lainnya.
Berdasarkan uraian di atas, untuk meningkatkan mutu pembelajaran
membaca pemahaman maka perlu dilakukan suatu penelitian penggunaan
strategi pembelajaran DRTA yang mengikut-sertakan siswa dengan cara
memprediksi dan membuktikan prediksinya ketika mereka membaca. Pada
saat memprediksi siswa didorong untuk betpikir tentang pesan teks, saat
melakukan prediksi siswa memanfaatkan latar belakang pengetahuan tentang
topik dan pengetahuan mereka sesuai dengan jalan pikiran mereka sendiri dan
yang sesuai dengan gaya belajar siswa dalam pembelajaran bahasa Inggris,
khususnya memahami .bacaan. Dengan kegiatan memprediksi, siswa lebih
tennotivasi dan memaknai tujuan dan meningkatkan kinerja membaca siswa.
12
B. ldentifikasi Masalah
Berdasarkan uraian yang dipaparkan pada latar belakang di atas, dapat
diidentifikasi beberapa masalah yang berkaitan dengan rendahnya basil belajar
siswa pada mata pelajaran bahasa Inggris, antara lain : apakah proses
pembelajaran Bahasa Inggris di SMA sudah sesuai dengan hakekat mata
pelajaran Bahasa Inggris khususnya komponen pembelajaran ketrampilan
membaca pemahaman ? Strategi pembelajaran yang bagaimanakah yang
sering digunakan pada mata pelajaran Bahasa Inggris ? Apakah komponen
lain dalam strategi pembelajaran seperti kegiatan pembelajaran, penyajian
informasi, peran serta siswa, pengetesan dan kegiatan tindak lanjut
mempengaruhi basil belajar bahasa lnggris ? Apakah strategi pembelajaran
· pemahaman
bacaan
Known-Wont to know-Learned
(KWL)
dapat
meningkatkan basil belajar siswa? Apakah ada perbedaan basil belajar dengan
strategi pembelajaran KWL dan strategi pembelajaran DRTA ? Apakah ada
pengaruh pada prestasi belajar siswa dengan mengetahui gaya belajarnya ?
Apakah dengan gaya belajar berbeda dan strategi pembelajaran berbeda akan
dapat menghasilkan prestasi belajar yang berbeda ? Apakah dengan
mengetahui dan memodiftkasi gaya bel~ar
yang ada guru dapat meningkatkan
prestasi belajar siswa ? Apakah dengan mengetahui gaya belajarnya siswa
dapat meningkatkan prestasi belajar siswa ? Apakah Jatar belakang
pengetahuan siswa memiliki pengaruh pada gaya belajar dan prestasi belajar
siswa ? Apakah karakteristik siswa yang merupakan salah satu variabel dari
kondisi pembelajaran amat berpengaruh pada prestasi belajar siswa ? Apakah
aspek Jain selain gaya belajar yang merupakan karakteristik siswa atau
·kualitas perseorangan seperti minat berpengaruh terhadap prestasi belajar
siswa? Apakah kepercayaan diri siswa berpengaruh terhadap prestasi belajar ?
Apakah gaya berpikir berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa ?
13
C. Pembatasan Masalah
Identifikasi masalah diatas menunjukkan banyaknya pertanyaan yang
perlu dijawab sehubungan dengan strategi pembelajaran Bahasa Inggris.
Keterbatasan ruang lingkup lokasi, subjek penelitian, waktu penelitian dan
variabel penelitian menyebabkan penelitian ini dibatasai pada ruang lingkup :
1. Hasil Belajar pemahaman bacaan berbahasa Inggris dalam ranah
kognitif dengan materi pelajaran Bahasa Inggris pada kelas 12
Tahun Ajaran 2007/2008 di SMAN 4 Banda Aceh
2. Strategi Pembelajaran dalam penelitian ini hanya menggunakan
strategi pembelajaran DRTA dan strategi pembelajaran KWL
dalam pembelajaran Bahasa Inggris.
3. Gaya
Bel~ar
dikategorikan atas kategori visual, auditori, dan
kinestetik.
4. Materi pelajaran Bahasa Inggris didasarkan pada Kurikulum
2004, untuk mata pelajaran Bahasa lnggris di kelas 12 semester
ganjil, dengan ruang lingkup pokok bahasan Keterampilan
Membaca.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah yang telah
dikemukakan, maka masalah-masalah pokok dalam penelitian ini dirumuskan
sebagai berikut :
1. Apakah basil belajar bahasa lnggris dalam pembelajaran
pemahaman bacaan antara siswa yang diajar dengan strategi
pembelajaran pemahaman bacaan Directed Reading Thinking
Activity (DRTA) lebih tinggi dati siswa yang diajar dengan
strategi pembelajaran Known-Want to blow- Learned ( KWL } ?
2. Apakah terdapat perbedaan basil belajar bahasa Inggris siswa
yang gaya belajarnya visual, auditori dan kinestetik ?
14
3. Apakah ada interaksi antara strategi pembelajaran dan gaya
belajar terhadap ha')il belajar
bah~
Tnggris siswa SMA Negeri 4
BandaAceh?
E. Tujuao Penelitiao
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk memperoleh gambaran
pengaruh aplikasi strategi pembelajaran pemahaman dan gaya belajar terbadap
basil belajar pemahaman bacaan berbahasa Inggris siswa Secara khusus
penelitian ini bertujuan untuk mengetabui :
1. Hasil belajar Bahasa Inggris siSwa yang melalui proses
pembelajaran pemahaman bacaan dengan strategi pemahaman
bacaan Directed Reading Thinking Activity (DRTA) lebih tinggi
dari basil belajar Bahasa lnggris siswa yang melalui proses
pembelajaran pemahaman bacaan dengan strategi pemahaman
bacaan Known-Want to know-Learned (KWL).
2. Perbedaan hasil belajar bahasa Inggris pada siswa yang memiliki
kecenderungan gaya be\ajar visual, gaya belajar auditori dan gaya
belajar visual
3. Interaksi antara strategi pemahaman bacaan dan kecendrungan
gaya belajar terhadap basil belajar Bahasa lnggris.
F.~nfatPei
Secara teoretis basil penelitian ini diharapkan dapat menjadi
sumbangan pemikiran bagi pengajaran membaca di SMA Negeri 4 Banda
Aceh. Hasil penelitian ini dapat pula menjadi acuan bagi guru, pengelola,
pengembang, lembaga pendidikan dan peneliti selanjutnya yang ingin
mengetahui lebih lanjut tentang basil penerapan strategi pembelajaran dan
gaya belajar serta pengaruhnya terhadap basil belajar Bahasa lnggris.
15
Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi guru
Bahasa Inggris sebagai strategi pembelajaran alternatif dalam menyampaikan
materi pelajaran Bahasa Inggris dan juga memberikan gambaran bagi guru
tentang
efektivitas
aplikasi
strategi
pembelajaran
altematif
dalam
menyampaikan materi pelajaran Bahasa lnggris serta memberikan gambaran
bagi
guru tentang efektivitas aplikasi strategi
pembl~arn
DRTA
berdasarkan karakteristik gaya belajac siswa pada pembelajaran Bahasa
lnggris siswa SMA.
16
BABV
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulao
Berdasarkan analisis data, maka penelitian ini dapat disimpulkan
sebagai berikut:
Pertama, secara keseluruhan basil belajar bahasa Inggris siswa yang
diajar dengan strategi pembelajaran DRTA lebih baik daripada basil belajar
bahasa Inggris siswa yang diajar dengan strategi pembelajaran KWL.
Kedua, terdapat perbedaan basil belajar bahasa lnggris antara siswa
yang memiliki kecenderungan gaya belajar visual, vuditori dan kinestetik.
Pada siswa yang memiliki kecenderungan gaya belajar visual tidak terdapat
petbedaan yang sigoifikan dengan siswa yang memiliki kecendrungan gaya
belajar auditori terhadap basil belajar bahasa lnggrisnya. Kecenderungan gaya
belajar visual dan auditori lebib baik basil belajar bahasa lnggrisnya dari
siswa yang memiliki kecenderungan gaya belajar kinestetik.
Ketiga
teradapat
interaksi
antara
strategi
pembelajaran
kecenderungan gaya belajar terhadap hasi\ be\ajar bahasa Inggris.
dan
Hasil
belajar bahasa lnggris yang paling baik adalah pada siswa yang memiliki
kecenderungan gaya belajar auditori dan diajar dengan strategi pembelajaran
DRTA. Siswa yang memiliki kecenderungan gaya. bela.jar visualmenunjukkan
tidak terdapat perbedaan yang signifikan terhadap basil belajamya jika
diajarkan dengan strategi pembelajaran DRTA maupun KWL.
Hasil belajar
bahasa Inggris dari siswa yang diajar dengan strategi pembelajaran KWL dan
memiliki kecenderungan gaya belajar auditori dan kinestetik dan siswa yang
diajar dengan strategi pembelajaran KWL dan memiliki kecenderungan gaya
belajar kinestetik menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan dari
ketiga
kelompok
tersebut.
Dengan
143
demikian
siswa yang
memiliki
kecenderungan gaya belajar auditori lehih efektif hila diajarkan dengan
strategi pernbelajaran DRTA.
Hasil pengujian statistik memhuktikan ada interaksi antara strategi
pembelajaran dengan kecenderungan gaya belajar. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa hasil belajar
bahasa Inggris dipengaruhi oleb strategi
pemhelajaran dan kecenderungan gaya belajar siswa.
B. Implikasi
Hasil penelitian ini menunjukkan hahwa strategi pembelajaran DRTA
memberikan basil belajar yang lebih tinggi hila dibandingkan dengan strategi
pembelajaran KWL dalam pelajaran bahasa lnggris. Hal ini berarti strategi
pembelajaran DRTA cukup efektif untuk meningkat basil belajar hahasa
Inggris siswa. Hal ini dapat dimengerti karena melalui penerapan strategi
pernbelajaran yang tepatdapat meningkatkan minat, motivasi dan partisipasi
siswa dalam pembelajaran yang berdampak pula pada keberbasilan dan
ketercapaian tujuan dari pembelajaran itu sendiri. Salah satu tujuan utam
pembelajaran bahasa lnggris khususnya keterampilan memahami hacaan teks
bacaan
berbahasa
Inggris
adalah
meningkatnya
keterampilan
siswa
berinteraksi dengan pesan tertulis yang disampaikan oleh si pengarang dalam
berbagai bentuk teks tertulis, baik jenis teks narrative, discussion ataupun
explanation yang dengan sendirinya akan rnenggiring siswa nantinya pada
keterampilan yang dituntut pada saat mereka berada pada jenjang pendidikan
yang lehih tinggi maupun di kehidupannya sehari-sehari.
Peningkatan keterarnpilan memahami bacaan teks herbahasa Inggris
seyogyanya dilakukan dengan penuh kesadatan aka.n manfaat dari ptoses
kegiatan menangkap makana teks, memberikan siswa peluang untuk secara
bebas memprediksi makna kata atau kalimat tertentu yang tedapat dalam teks
atau topik yang akan dibahas berdasarkan petunjuk yang ada akan memhuat
144
siswa merasa lebih
percaya diri
untuk aktif terlibat bukan hanya
menghabiskan waktu untuk mencari kata-kata sulit dalam kamus dan
menjawab pertanyaan bacaan tanpa menyadari tujuan dari topik atau jenis teks
yang telah mereka pelajari dan menjadi sebuah pengetahuan tambahan yang
akan tersimpan bersama dengan pengetahuan sebelumnya.
Mengandalkan guru dan kamus dalam memahami bacaan teks
berbahasa Inggris dengan berbagai jenis teks hanya akan menciptakan suasana
belajar yang tidak menyenangkan bagi siswa. Siswa hanya duduk pasif sibuk
dengan kamus, kurang berk.omunikasi dengan ternan sekelasnya maupun guru.
Guru sebaiknya harus lebih memperhatikan, membimbing, jika siswa masih
terikat dan tidak mersa bebas mengemukakan prediksinya. Dengan demikian
siswa akan merasa lebih memegang peranan dan bebas menentukan basil
pemikirannya sendiri tanpa merasa khawatir melakukan kesalahan.
Guru yang mengajar bahasa Inggris ada baiknya melihat terlebih
dahulu kecenderungan gaya belajar siswa yang berada di kelas yang akan
diajarnya. Setelah guru tersebut mengetahui kecenderungan gaya belajar mana
yang didominasi dari murid kelas tersebut maka dia dapat menentukan strategi
pembelajaran apa yang paling baik dipilih untuk mendapatkan basil belajar
yang paling efektif.Siswa dengan kecenderungan gaya belajar Auditori lebih
suka dan peduli pada apa yang mereka dengar dan lebih memilih
mendengarkan daripada berbicara. Mereka menggunakan variasi warna suara.
Kemampuan mendengarnya luar biasa tanpa kegemaran menyela. Gaya
Belajar Auditori banyak mendengar, berbicara, dan membuat keputusan
berdasarkan analisis teliti. Cara guru untuk berkomunikasi dengan siswa yang
memiliki kecenderungan gaya belajar ini adalah memicu diskusi lebih lanjut
dengan mengajukan pertanyaan. Hal ini perlu diperhat:ikan oleh guru karena
dengan membiarkan mereka sibuk membuka kamus tanpa mencipatakan
145
suasana pembelajaran yang memicu curah pendapat atu diskusi maka akan
sulit bagi mereka untuk mengambil keputusan.
Strategi KWL yang digunakan dalam pembelajaran bahasa Inggris
siswa yang memiliki kecenderungan gaya belajara visual juga menghasilkan
basil belajar yang cukup tinggi. Hal ini berarti bahwa bahwa strategi KWL
adalah cocok dalam pembelajaran bahasa lnggris bagi siswa yang memiliki
kecenderungan gaya belajar visual. Karena memang gaya belajar visual yang
lebih peduli pada apa yang mereka lihat dan penuh energi akan cepat
mengambil keputusan berdasarkan apa yang mereka lihat, karena mereka
bukan tipe yang harus menganalisis secara teliti sebelum mengambil
keputusan , melainkan tipe pengambil keputusan dengan resiko tinggi. Guru
sebaiknya memvisualisasikan keadaan saat menjelaskan agar mereka dapat
melihat apa yang sedang dijelaskan. Guru sebaiknya juga berusaha
menyeimbangkan energi mereka, bukan meminta mereka diam atau
menganggap mereka tidak sopan jika mereka sekali waktu menyela
pembicaraan karena mereka memang suka bergerak cepat dan berbicara dalam
nada tinggi.
Sementara siswa dengan kecenderungan gaya belajar kinestetik yang
lebih peduli pada apa yang mereka rasakan dan lebih cenderung mengambil
keputusan berdasarkan perasaan dan emosi, guru dituntut untuk bisa membuat
mereka meraSakan apa yang dikatakan. Libatkan mereka untuk menggunakan
pengetahuan mereka dengan membiarkan mereka bergerak berjalan-jalan atau
menandai kata atau kalimat yang mereka anggap penting. Hasil belajar siswa
dengan kecenderungan gaya . belajar kinestetik baik yang diajarkan dengan
strategi DRTA maupun KWL sama-sama mengahsilak.an basil belajar yang
baik, berarti bahwa strategi pembelajaran baik DRTA maupun KWL cocok
digunakan dalam pembelajaran bahasa Inggris.
146
Perbedaan gaya belajar siswa menuntut guru untuk mengetahui dan
memahaminya sehingga dapat mendesain strategi pembelajaran yang sesuai
dengan gaya belajar yang dimiliki siswa yang akan diajarnya meskipun sulit
untuk mendesain strategi pembelajaran yang sesuai untuk seluruh gaya
belajar. Jika kecenderungan gaya belajar dari siswa di kelas tersebut tidak ada
yang mendominasi maka dia dapat mengajar dengan menggunakan strategi
pembelajaran secara bergantian.
C. Saran
Berkaitan dengan simpulan dan implikasi diatas, maka diajukan saran sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui kecenderungan gaya belajar siswa dan guru,
disarankan untuk melakukan tes gaya belajar.
2. Bagi guru bahasa lnggris disarankan untuk memperhatikan gaya
belajarnya sendiri untuk dapat menciptakan komunikasi yang baik
antara guru dan siswa yang mungkin memiliki kecenderungan gaya
belajar yang berbeda dan menghindari kecenderungan guru untuk
mengikuti gaya belajarnya terhadap siswa yang memiliki gaya belajar
yang berbeda.
3. Disarankan kepada guru bahasa Inggris agar dapat menerapakan
strategi pembelajaran DRTA dan strategi KWL untuk pembelajaran
bahasa Inggris.
· 4. Bagi guru yang mengetahui kecenderungan gaya belajar siswa,
disarankan untuk menggunakan strategi DRTA kepada siswa yang
khususnya memiliki kecenderungan gaya belajar auditori.
5. Bagi siswa yang memiliki kecenderungan gaya belajar visual
disarankan agar guru dapat menggunakan strategi KWL.
147
6. Penelitian ini hanya melihat hasil belajar bahasa Inggris aspek
kognitif, maka disarankan kepada peneliti lanjutan untuk melihat basil
belajar bahsa Inggris sampai pada aspek psikomotor.
7. Disarankan kepada pemangku kepentingan di Dinas Pendidikan untuk
memberdayakan guru-guru bahasa lnggris yang telah menyelesaikan
program Pasaca Sarjana Teknologi Pendidikan dalam memdesain dan
mmengembangkan kurikulum di daerah.
8. Bagi pengelola lembaga pendidikan seperti kursus-kursus bahasa
Inggris maupun para kepala sekolah untuk melakukan sosialisasi dan
pelatihan tentang gaya belajar dan strategi pembelajaran kepada guru-
guru bahasa inggris agar pembelajaran bahasa Inggris sesuai dengan
tujuan yang diharapakan dan menjadi lebih baik.
148
6. Penelitian ini hanya melihat hasil belajar bahasa Inggris aspek
kognitif, maka disarankan kepada peneliti lanjutan untuk melihat basil
belajar bahsa Inggris sampai pada aspek psikomotor.
7. Disarankan kepada pemangku kepentingan di Dinas Pendidikan untuk
memberdayakan guru-guru bahasa lnggris yang telah menyelesaikan
program Pasaca Sarjana Teknologi Pendidikan dalam memdesain dan
mmengembangkan kurikulum di daerah.
8. Bagi pengelola lembaga pendidikan seperti kursus-kursus bahasa
Inggris maupun para kepala sekolah untuk melakukan sosialisasi dan
pelatihan tentang gaya belajar dan strategi pembelajaran kepada guru-
guru bahasa inggris agar pembelajaran bahasa Inggris sesuai dengan
tujuan yang diharapakan dan menjadi lebih baik.
148
DAFTAR PUSTAKA
Anonimous (2005). Panduan Ma1eri Ujian Sekolah. Tahun Pelajaran
2004/2005.SMAIMA. Kurikulum 1994 Bahasa Inggris. Jakarta:
Depdiknas Balitbang Pusat Penilaian Pendidikan .
Anonimous (2005). Learning How to Learn. Belajar Bagaimana Seharusnya
Be/ajar. CD Interaktif: Seri Manajemen Pembelajaran 1. TRUSCO
A-fultimediu.
Anonimous. (2006). Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Tingkat
SMA, MA., SMA.LB, SMK dan MAK. Jakarta : Eko Jaya.
Arends, R.I. (2004). Learning to Teach. Sixth Edition. New York : Me GrawHill Companies.
Bailey, M.K. dan Allwright, D. (1991). Focus on the Language Classroom.
An Introduction to Classroom Research for Language Teachers. New
York : Cambridge University Press.
Broughton, et.al. (1978). Teaching English as a Second Language. London :
Routledge and Kegan Paul
Brown, H. D. (2001). Teachin* by Principles. An Interactive Approach to
Language Pedagogy. 2° Ed. New Jersey : Prentice Hall.
Buzan, T. (2002). Gunakan Kepala Anda: Teknik Berpikir, Belajar, dan
membangunkan Otak. Alih Bahasa: Toni Rinaldo. Jakarta: Pustaka
Delapratasa.
Cooper,M. (2004). Illustrated Dictionary of Education. New Delhi : Lotus
Press.
Day, R.R dan Park, J. (2005). Developing Reading Comprehension Questions.
http://nflrc.hawai i .edu/rfl
De Porter, B. et al. (2006). Quantum Teaching. Mempraktekkan Quantum
Learning di Ruang-Ruang Kelas. Terjemahan Ary Nilandari.
Bandung : Kaifa.
Dick, W dan Carey, L (1996). The Systematic Design of Instruction. 4th.
Florida: Harper .
149
Djiwandono, M.S. ( 1996). Tes Bahasa dalam Pengajaran. Bandung : ITB
Djuharie, 0. S. (2005). Communicative Interactive English for the Second
Grade of Senior High School 2. Untuk SMA Kelas XI. Semester 1 &
2. Bandung: Yama Widya.
Driscol