Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perancangan Function Generator dengan Frekuensi 0,1 HZ- 2MHZ T1 612009001 BAB IV
37
BAB IV
PENGUJIAN DAN ANALISIS
Pada bab ini akan dibahas mengenai pengujian dan analisis dari setiap spesifikasi sistem secara keseluruhan yang dibandingkan dengan function generator GFG-813. Tujuan dari pengujian ini adalah untuk mengetahui apakah sistem yang dirancang dapat memberikan hasil sesuai dengan harapan dalam hal ini sesuai dengan spesifikasi yang telah ditulis, sedangkan analisis digunakan untuk membandingkan hasil perancangan dengan hasil pengujian.
4.1. Pengujian Modul Pembangkit Gelombang dan Amplitudo
Pengujian dilakukan dengan membandingkan keluaran dari function generator yang dibuat dengan function generator pada Lab yaitu GFG-813. Pengujian yang dimulai dari frekuensi 0,1Hz, 1Hz, 10Hz, 100Hz, 1kHz, 10kHz, 100kHz, 1MHz, dan 2MHz pada gelombang segitiga, kotak, dan sinus. Selain itu, dilakukan juga pengujian dengan jangkauan frekuensi diatas dengan amplitudo 2Vpp, 10Vpp, dan 20Vpp.
Pengujian dilakukan dengan menggunakan sebuah osiloskop digital GDS-1062A dengan menggunakan kedua channel pada osiloskop untuk membandingkan function generator di Lab dengan function generator yang dibuat. Dimana channel pertama (kuning) merupakan hasil pengujian function generator Lab dan channel kedua (biru) adalah hasil pengujian function generator yang dibuat.
4.1.1 Gelombang Tegangan Segitiga
Gelombang tegangan segitiga merupakan dasar dari setiap gelombang yang terbentuk dari proses osilasi MAX038. Gelombang segitiga terjadi karena proses pengisian dan pengosongan kapasitor pada MAX038.
Untuk membuktikan bahwa gelombang segitiga tersebut ideal atau tidak, maka diperlukan perhitungan gradien dari gelombang tersebut. Persamaan gradien yang digunakan adalah:
= 2− 1
(2)
38 dengan:
m1 = gradien garis menanjak.
m2 = gradien garis menurun.
(x1,y1) = koordinat titik awal A (s , V).
(x2,y2) = koordinat titik akhir B (s , V).
Pada Gambar 4.1 dapat dilihat bahwa gelombang tegangan segitiga yang dihasilkan function generator lab dan function generator yang dibuat memiliki kesamaan bentuk dan tidak tampak ada gangguan pada gelombangnya. Untuk menghitung kemiringan dan kesimetrisan gelombang maka dapat menggunakan Persamaan 4.1.
Untuk amplitudo 2Vpp, koordinat garis menanjak titik A (- 5 , -1,155), titik B
(0, 1,155). Sedangkan koordinat garis menurun titik A (0 , 1,155), titik B (5 , -1,155). Berikut perhitungan gradien garis menanjak pada amplitudo 2Vpp:
1 =
1,155 + 1,155
0 + 5 = 0,462
(a)Amplitudo 2Vpp (b) Amplitudo 10Vpp (c) Amplitudo 20Vpp
(3)
39 Sedangkan untuk garis menurun:
2 =
−1,155−1,155
5 = −0,462
Tabel 4.1. Tabel Amplitudo Terhadap Gradien pada Frekuensi 0,1Hz. Amplitudo
(Vpp)
Gradien Garis Menanjak Magnitude Gradien Menurun Selisih(%)
2 0,462 0,462 0
10 2,02 2,02 0
20 3,52 3,52 0
Dengan:
Titik A Garis menanjak pada amplitudo 2Vpp = (-5 , -1,155)
Titik B Garis menanjak pada amplitudo 2Vpp = (0 , 1,155)
Titik A Garis menurun pada amplitudo 2Vpp = (0 , 1,155)
Titik B Garis menurun pada amplitudo 2Vpp = (5 , -1,155)
Titik A Garis menanjak pada amplitudo 10Vpp = (-5 , -5,05)
Titik B Garis menanjak pada amplitudo 10Vpp = (0 , 5,05)
Titik A Garis menurun pada amplitudo 10Vpp = (0 , 5,05)
Titik B Garis menurun pada amplitudo 10Vpp = (5 , -5,05)
Titik A Garis menurun pada amplitudo 20Vpp = (-5 , -8,8)
Titik B Garis menurun pada amplitudo 20Vpp = (0 , 8,8)
Titik A Garis menurun pada amplitudo 20Vpp = (0 , 8,8)
Titik B Garis menurun pada amplitudo 20Vpp = (5 , -8,8)
Dari Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa bentuk gelombang tersebut simetris karena memiliki nilai gradien yang sama.
(4)
40
Pada Gambar 4.2 dapat dilihat bahwa gelombang tegangan segitiga yang dihasilkan function generator Lab dan function generator yang dibuat memiliki kesamaan bentuk dan tidak tampak ada gangguan pada gelombangnya. Untuk menghitung kemiringan dan kesimetrisan gelombang maka dapat menggunakan Persamaan 4.1.
Tabel 4.2. Tabel Amplitudo Terhadap Gradien pada Frekuensi 1Hz. Amplitudo
(Vpp)
Gradien Garis Menanjak
Magnitude Gradien Menurun
Selisih(%)
2 3,82 3,82 0
10 20 20 0
20 36,6 36,6 0
Dari Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa bentuk gelombang tersebut simetris karena memiliki nilai gradien yang sama.
(a)Amplitudo 2Vpp (b) Amplitudo 10Vpp (c) Amplitudo 20Vpp
(5)
41
Pada Gambar 4.3 dapat dilihat bahwa gelombang tegangan segitiga yang dihasilkan function generator Lab dan function generator yang dibuat memiliki kesamaan bentuk dan tidak tampak ada gangguan pada gelombangnya. Untuk menghitung kemiringan dan kesimetrisan gelombang maka dapat menggunakan Persamaan 4.1.
. Tabel 4.3. Tabel Amplitudo Terhadap Gradien pada Frekuensi 10Hz. Amplitudo
(Vpp)
Gradien Garis Menanjak
Magnitude Gradien Menurun
Selisih(%)
2 40 40 0
10 200 200 0
18 360 360 0
Dari Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa bentuk gelombang tersebut simetris karena memiliki nilai gradien yang sama.
(a)Amplitudo 2Vpp (b) Amplitudo 10Vpp (c) Amplitudo 18Vpp
(6)
42
Pada Gambar 4.4 dapat dilihat bahwa gelombang tegangan segitiga yang dihasilkan function generator Lab dan function generator yang dibuat memiliki kesamaan bentuk dan tidak tampak ada gangguan pada gelombangnya. Untuk menghitung kemiringan dan kesimetrisan gelombang maka dapat menggunakan Persamaan 4.1.
Tabel 4.4. Tabel Amplitudo Terhadap Gradien pada Frekuensi 100Hz. Amplitudo
(Vpp)
Gradien Garis Menanjak
Magnitude Gradien Menurun
Selisih(%)
2 400,14 400,14 0
10 2x103 2x103 0
20 4060 4060 0
Dari Tabel 4.4 dapat dilihat bahwa bentuk gelombang tersebut simetris karena memiliki nilai gradien yang sama.
(a) Amplitudo 2Vpp (b) Amplitudo 10Vpp (c) Amplitudo 20Vpp
(7)
43
Pada frekuensi 1kHz gelombang tegangan segitiga yang dihasilkan function generator Lab dan function generator yang dibuat memiliki kesamaan bentuk dan tidak tampak ada gangguan pada gelombangnya.
Untuk mengetahui kemiringan dan kesimetrisan gelombang maka dilakukan perhitungan menggunakan Persamaan 4.1.
Tabel 4.5. Tabel Amplitudo Terhadap Gradien pada Frekuensi 1kHz. Amplitudo
(Vpp)
Gradien Garis Menanjak
Magnitude Gradien Menurun
Selisih(%)
2 4000,6 4000,6 0
10 2x104 2x104 0
20 4x104 4x104 0
Dari Tabel 4.5 dapat dilihat bahwa bentuk gelombang tersebut simetris karena memiliki nilai gradien yang sama.
(a) Amplitudo 2Vpp (b) Amplitudo 10Vpp (c) Amplitudo 20Vpp
(8)
44
Pada frekuensi 10kHz gelombang tegangan segitiga yang dihasilkan function generator Lab dan function generator yang dibuat memiliki kesamaan bentuk dan tidak tampak ada gangguan pada gelombangnya.
Untuk mengetahui kemiringan dan kesimetrisan gelombang maka dilakukan perhitungan menggunakan Persamaan 4.1.
Tabel 4.6. Tabel Amplitudo Terhadap Gradien pada Frekuensi 10kHz. Amplitudo
(Vpp)
Gradien Garis Menanjak
Magnitude Gradien Menurun
Selisih(%)
2 4x104 4x104 0
10 2x105 2x105 0
20 4,06x105 4,06x105 0
Dari Tabel 4.6 dapat dilihat bahwa bentuk gelombang tersebut simetris karena memiliki nilai gradien yang sama.
(a) Amplitudo 2Vpp (b) Amplitudo 10Vpp (c) Amplitudo 20Vpp
(9)
45
Pada frekuensi 100kHz gelombang tegangan segitiga yang dihasilkan function generator Lab dan function generator yang dibuat memiliki kesamaan bentuk dan tidak tampak ada gangguan pada gelombangnya.
Untuk mengetahui kemiringan dan kesimetrisan gelombang maka dilakukan perhitungan menggunakan Persamaan 4.1.
Tabel 4.7. Tabel Amplitudo Terhadap Gradien pada Frekuensi 100kHz. Amplitudo
(Vpp)
Gradien Garis Menanjak
Magnitude Gradien Menurun
Selisih(%)
2 3,92x105 3,92x105 0
10 2x106 2x106 0
20 4x106 4x106 0
Dari Tabel 4.7 dapat dilihat bahwa bentuk gelombang tersebut simetris karena memiliki nilai gradien yang sama.
(a) Amplitudo 2Vpp (b) Amplitudo 10Vpp (c) Amplitudo 20Vpp
(10)
46
Pada frekuensi 1 MHz gelombang tegangan segitiga pada amplitudo 2Vpp dan
10Vpp yang dihasilkan function generator Lab dan function generator yang dibuat
memiliki kesamaan bentuk dan tidak tampak ada gangguan pada gelombangnya. Namun untuk amplitudo 20Vpp dapat dilihat bahwa bentuk gelombang mulai berubah tidak lagi
segitiga.
Untuk mengetahui kemiringan dan kesimetrisan gelombang maka dilakukan perhitungan menggunakan Persamaan 4.1.
Tabel 4.8. Tabel Amplitudo Terhadap Gradien pada Frekuensi 1MHz. Amplitudo
(Vpp)
Gradien Garis Menanjak
Magnitude Gradien Menurun
Selisih(%)
2 4x105 -4x105 0
10 1,96x107 -1,96x107 0
Dari Tabel 4.8 dapat dilihat bahwa bentuk gelombang tersebut simetris karena memiliki nilai gradien yang sama.
(a) Amplitudo 2Vpp (b) Amplitudo 10Vpp (c) Amplitudo 20Vpp
(11)
47
Pada frekuensi 2MHz dengan amplitudo 2Vpp, gelombang tegangan segitiga
yang dihasilkan function generator Lab dan function generator yang dibuat memiliki kesamaan bentuk dan tidak tampak ada gangguan pada gelombangnya.
Untuk mengetahui kemiringan dan kesimetrisan gelombang maka dilakukan perhitungan menggunakan Persamaan 4.1.
Tabel 4.9. Tabel Amplitudo Terhadap Gradien pada Frekuensi 2MHz. Amplitudo
(Vpp)
Gradien Garis Menanjak
Magnitude Gradien Menurun
Selisih(%)
2 8000440 8000440 0
Dari Tabel 4.9 dapat dilihat bahwa bentuk gelombang tersebut simetris karena memiliki nilai gradien yang sama. Sedangkan untuk frekuensi 2MHz dengan amplitudo 12Vpp dapat dilihat bentuk gelombang sudah berubah dan tidak sama seperti dengan
keluaran GFG-813.
(a) Amplitudo 2 Vpp (b) Amplitudo 12 Vpp
(12)
48 4.1.2 Gelombang Tegangan Sinus
Untuk mengubah gelombang segitiga menjadi gelombang sinus, pada MAX038 terjadi proses sinus wave shaping. Untuk menguji apakah gelombang tegangan sinus yang dihasilkan ideal atau tidak maka dilakukan pengukuran Total Harmonic Distortion dengan menggunakan THD Meter. Pada spesifikasi diharapkan function generator yang dibuat menghasilkan THD 5%.
THD Meter yang tersedia hanya dapat mengukur THD pada range 100Hz, 1kHz, dan 10kHz. Oleh karena itu pada pengujian ini hanya dapat mengukur THD pada range tersebut diatas.
Pada Gambar 4.10 menunjukkan perbandingan gelombang tegangan sinus antara GFG-813 dengan function generator yang dibuat pada frekuensi 0,1Hz. Tampak pada osiloskop bahwa kedua gelombang tersebut memiliki bentuk yang relatif sama untuk semua amplitudo.
(a) Amplitudo 2Vpp (b) Amplitudo 10Vpp (c) Amplitudo 20Vpp
(13)
49
Pada Gambar 4.11 menunjukkan perbandingan gelombang tegangan sinus antara GFG-813 dengan function generator yang dibuat pada frekuensi 1Hz. Tampak pada osiloskop bahwa kedua gelombang tersebut memiliki bentuk yang relatif sama untuk semua amplitudo.
Pada Gambar 4.12 menunjukkan perbandingan gelombang tegangan sinus antara GFG-813 dengan function generator yang dibuat pada frekuensi 10Hz. Tampak pada osiloskop bahwa kedua gelombang tersebut memiliki bentuk yang relatif sama untuk semua amplitudo.
(a) Amplitudo 2Vpp (b) Amplitudo 10Vpp (c) Amplitudo 20Vpp
Gambar 4.12. Gambar Gelombang Tegangan Sinus 10Hz. (a) Amplitudo 2 Vpp (b) Amplitudo 10 Vpp (c) Amplitudo 20 Vpp
(14)
50
Pada Gambar 4.13 menunjukkan perbandingan gelombang tegangan sinus antara GFG-813 dengan function generator yang dibuat pada frekuensi 100 Hz. Tampak pada osiloskop bahwa kedua gelombang tersebut memiliki bentuk yang relatif sama untuk semua amplitudo.
Pada frekuensi ini, THD Meter dapat mengukur besarnya distorsi yang dihasilkan. Hasil pengukuran THD meter pada frekuensi 100Hz dapat dilihat pada Gambar 4.14. Pada Gambar 4.14 tersebut THD yang terbaca adalah 5%.
Sedangkan pada GFG-813, THD yang terukur dengan THD Meter pada frekuensi 100Hz dapat dilihat pada Gambar 4.15. Pada Gambar 4.15 THD yang terbaca sebesar 0,24%.
Gambar 4.14. Hasil Pengukuran THD dengan THD Meter Untuk Frekuensi 100Hz.
(a) Amplitudo 2Vpp (b) Amplitudo 10Vpp (c) Amplitudo 20Vpp
(15)
51
Pada Gambar 4.16 menunjukkan perbandingan gelombang tegangan sinus antara GFG-813 dengan function generator yang dibuat pada frekuensi 1kHz. Tampak pada osiloskop bahwa kedua gelombang tersebut memiliki bentuk yang relatif sama untuk semua amplitudo.
Pada frekuensi ini, THD Meter dapat mengukur besarnya distorsi yang dihasilkan. Hasil pengukuran THD meter pada frekuensi 1kHz dapat dilihat pada Gambar 4.17. Pada Gambar 4.17 tersebut THD yang terbaca sebesar 3,6%.
(a) Amplitudo 2Vpp (b) Amplitudo 10Vpp (c) Amplitudo 20Vpp
Gambar 4.16. Gambar Gelombang Tegangan Sinus 1kHz. Gambar 4.15. Hasil Pengukuran THD dengan THD Meter Untuk
(16)
52
Sedangkan pada GFG-813, THD yang terukur dengan THD Meter pada frekuensi 1kHz dapat dilihat pada Gambar 4.18. Pada Gambar 4.18 THD yang terbaca sebesar 0,234%.
Gambar 4.18. Hasil Pengukuran THD dengan THD Meter Untuk Frekuensi 1kHz.
Gambar 4.17. Hasil Pengukuran THD dengan THD Meter Untuk Frekuensi 1kHz.
(17)
53
Pada Gambar 4.19 menunjukkan perbandingan gelombang tegangan sinus antara GFG-813 dengan function generator yang dibuat pada frekuensi 10kHz. Tampak pada osiloskop bahwa kedua gelombang tersebut memiliki bentuk yang relatif sama untuk semua amplitudo.
Pada frekuensi ini, THD Meter dapat mengukur besarnya distorsi yang dihasilkan. Hasil pengukuran THD meter pada frekuensi 10kHz dapat dilihat pada Gambar 4.20. Pada Gambar 4.20 tersebut THD yang terbaca adalah 1,92%.
Sedangkan pada GFG-813, THD yang terukur dengan THD Meter pada frekuensi 10kHz dapat dilihat pada Gambar 4.21. Pada Gambar 4.21 THD yang terbaca sebesar 0,24%.
Gambar 4.20. Hasil Pengukuran THD dengan THD Meter Untuk Frekuensi 10kHz.
(a) Amplitudo 2Vpp (b) Amplitudo 10Vpp (c) Amplitudo 20Vpp
(18)
54
Pada Gambar 4.22 menunjukkan perbandingan gelombang tegangan sinus antara GFG-813 dengan function generator yang dibuat pada frekuensi 100kHz. Tampak pada osiloskop bahwa kedua gelombang tersebut memiliki bentuk yang relatif sama untuk semua amplitudo.
(a) Amplitudo 2Vpp (b) Amplitudo 10Vpp (c) Amplitudo 20Vpp
Gambar 4.22. Gambar Gelombang Tegangan Sinus 100kHz. Gambar 4.21. Hasil Pengukuran THD Dengan THD Meter Untuk
(19)
55
Pada Gambar 4.23 menunjukkan perbandingan gelombang tegangan sinus antara GFG-813 dengan function generator yang dibuat pada frekuensi 1MHz. Tampak pada osiloskop bahwa kedua gelombang tersebut memiliki bentuk yang relatif sama untuk semua amplitudo.
Pada Gambar 4.24 menunjukkan perbandingan gelombang tegangan sinus antara GFG-813 dengan function generator yang dibuat pada frekuensi 2MHz. Tampak pada osiloskop bahwa kedua gelombang tersebut memiliki bentuk yang relatif sama untuk semua amplitudo.
(a) Amplitudo 2Vpp (b) Amplitudo 10Vpp (c) Amplitudo 20Vpp
Gambar 4.24. Gambar Gelombang Tegangan Sinus 2MHz. (a) Amplitudo 2Vpp (b) Amplitudo 10Vpp (c) Amplitudo 20Vpp
(20)
56
Untuk mengukur THD function generator yang dibuat secara umum maka dilakukan sampling data THD terhadap frekuensi dari range 100Hz sampai dengan 20kHz. Sampling hanya dapat dilakukan pada jangkauan tersebut karena keterbatasan THD Meter yang hanya dapat menguji gelombang audio pada range tersebut.
Tabel 4.10. THDFunction Generator Yang Dibuat Terhadap Frekuensi. Frekuensi
(Hz)
THD (%)
100 5
250 8,8 500 3,8
750 3
1 k 3,6 2,5 k 4
5 k 3,8 7,5 k 3,6 10 k 1,92 12,5 k 2,52 15 k 2,40 17,5 k 2,28 20 k 2,34
Dari Tabel 4.10 dibuat sebuah grafik THD function generator terhadap frekuensi dari range 100Hz sampai dengan 20kHz.
(21)
57
Pada grafik di Gambar 4.25 terlihat bahwa pada frekuensi rendah dibawah 500Hz, gelombang sinus yang dihasilkan memiliki distorsi yang lebih besar dibandingkan pada frekuensi diatas 500Hz. Namun nilai THD tersebut tidak mempengaruhi bentuk gelombang secara signifikan karena apabila diamati bentuk gelombang tidak tampak berbeda.
4.1.3 Gelombang Tegangan Kotak
Untuk mendapatkan gelombang tegangan kotak maka gelombang tegangan segitiga dikonversi menggunakan komparator yang sudah ada dalam MAX038 dengan membandingkan nilai high dan low.
Untuk memeriksa apakah gelombang tegangan yang dihasilkan baik atau tidak, maka dilakukan perhitungan untuk memeriksa rise time dari gelombang tegangan kotak
Gambar 4.25. Grafik THD Terhadap Frekuensi pada Function Generator Yang Dibuat. 100, 5.00 250, 8.80 500, 3.80 750, 3.00 1000, 3.60 2500, 4.00 5000, 3.80 7500, 3.60 10000, 1.92
12500, 2.5215000, 2.40
17500, 2.2820000, 2.34
0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00 9.00 10.00
0 5000 10000 15000 20000 25000
Frekuensi (Hz) T H D (% )
(22)
58
yang dihasilkan. Rise time adalah waktu yang diperlukan sebuah sinyal untuk berubah dari kondisi low ke kondisi high.
Gelombang kotak frekuensi 0,1Hz yang dihasilkan menurut hasil pengujian pada Gambar 4.26 terlihat baik. Rise time frekuensi 0,1Hz pada GFG-813 dan function generator tidak jauh berbeda.
Tabel 4.11. Perbandingan Rise Time dan OverShoot pada GFG-813 dan Function Generator Yang Dibuat pada Frekuensi 0,1Hz.
Amplitudo (Vpp)
Rise Time (s) OverShoot (%)
GFG-813
FG Yang Dibuat
GFG-813
FG Yang Dibuat 2 14,79 m 16,72 m 6,12 0 10 14,79 m 16,72 m 6,12 0 20 16,33 m 16 m 2,04 2,08
(a) Amplitudo 2Vpp (b) Amplitudo 10Vpp (c) Amplitudo 20Vpp
(23)
59
Gelombang kotak frekuensi 1Hz yang dihasilkan menurut hasil pengujian pada Gambar 4.27 terlihat baik. Rise time frekuensi 1Hz pada GFG-813 dan function generator tidak jauh berbeda.
Tabel 4.12. Perbandingan Rise Time dan OverShoot pada GFG-813 dan Function Generator Yang Dibuat pada Frekuensi 1Hz.
Amplitudo (Vpp)
Rise Time (s) OverShoot (%)
GFG-813
FG Yang Dibuat
GFG-813
FG Yang Dibuat
2 815,6µ 817,0µ 0 0
10 799,9µ 783,3µ 0 0
20 816,6µ 800µ 0 0
(a) Amplitudo 2Vpp (b) Amplitudo 10Vpp (c) Amplitudo 20Vpp
(24)
60
Gelombang kotak frekuensi 10Hz yang dihasilkan menurut hasil pengujian pada Gambar 4.28 terlihat baik. Rise time frekuensi 10Hz pada GFG-813 dan function generator tidak jauh berbeda.
Tabel 4.13. Perbandingan Rise Time dan OverShoot pada GFG-813 dan Function Generator Yang Dibuat pada Frekuensi 10Hz.
Amplitudo (Vpp)
Rise Time (s) OverShoot (%)
GFG-813
FG Yang Dibuat
GFG-813
FG Yang Dibuat
2 8,163µ 8µ 0 0
10 163,4µ 163,4µ 0 0
20 159,9µ 159,9µ 0 0
(a) Amplitudo 2Vpp (b) Amplitudo 10Vpp (c) Amplitudo 20Vpp
(25)
61
Gelombang kotak frekuensi 100Hz yang dihasilkan menurut hasil pengujian pada Gambar 4.29 terlihat baik. Rise time frekuensi 100Hz pada GFG-813 dan function generator tidak jauh berbeda.
Tabel 4.14. Perbandingan Rise Time dan OverShoot pada GFG-813 dan Function Generator Yang Dibuat pada Frekuensi 100Hz.
Amplitudo (Vpp)
Rise Time (s) OverShoot (%)
GFG-813
FG Yang Dibuat
GFG-813
FG Yang Dibuat
2 8,163µ 8µ 0 0
10 8,166µ 8µ 0 0
20 7,999µ 8,166µ 0 0
(a) Amplitudo 2Vpp (b) Amplitudo 10Vpp (c) Amplitudo 20Vpp
(26)
62
Gelombang kotak frekuensi 1kHz yang dihasilkan menurut hasil pengujian pada Gambar 4.30 terlihat baik. Rise time frekuensi 1kHz pada GFG-813 dan function generator tidak jauh berbeda.
Tabel 4.15. Perbandingan Rise Time dan OverShoot pada GFG-813 dan Function Generator Yang Dibuat pada Frekuensi 1kHz.
Amplitudo (Vpp)
Rise Time (s) OverShoot (%)
GFG-813
FG Yang Dibuat
GFG-813
FG Yang Dibuat
2 799,9n 817,3n 0 0
10 834,7n 835,6n 0 0
20 1,09µ 782,2n 0 0
(a) Amplitudo 2Vpp (b) Amplitudo 10Vpp (c) Amplitudo 20Vpp
(27)
63
Gelombang kotak frekuensi 10kHz yang dihasilkan menurut hasil pengujian pada Gambar 4.31 terlihat baik. Rise time frekuensi 10kHz pada GFG-813 dan function generator tidak jauh berbeda.
Tabel 4.16. Perbandingan Rise Time dan OverShoot pada GFG-813 dan Function Generator Yang Dibuat pada Frekuensi 10kHz.
Amplitudo (Vpp)
Rise Time (s) OverShoot (%)
GFG-813
FG Yang Dibuat
GFG-813
FG Yang Dibuat
2 148,5n 255,8n 0 0
10 161,2n 246,4n 0 0
20 169,0n 333,3n 0 0
(a) Amplitudo 2Vpp (b) Amplitudo 10Vpp (c) Amplitudo 20Vpp
(28)
64
Gelombang kotak frekuensi 100kHz yang dihasilkan menurut hasil pengujian pada Gambar 4.32 terlihat baik. Rise time frekuensi 100kHz pada GFG-813 dan function generator mulai terjadi perbedaan. Rise time pada function generator yang dibuat lebih besar beberapa ratus nano second dibandingkan dengan GFG-813.
Tabel 4.17. Perbandingan Rise Time dan OverShoot pada GFG-813 dan Function Generator Yang Dibuat pada Frekuensi 100kHz.
Amplitudo (Vpp)
Rise Time (s) OverShoot (%)
GFG-813
FG Yang Dibuat
GFG-813
FG Yang Dibuat
2 50,59n 141,9n 0 0
10 51,49n 179,4n 0 0
20 68,12n 260,5n 0 0
(a) Amplitudo 2Vpp (b) Amplitudo 10Vpp (c) Amplitudo 20Vpp
(29)
65
Gelombang kotak frekuensi 500kHz yang dihasilkan menurut hasil pengujian pada Gambar 4.33 terlihat mulai berubah bentuk. Rise time frekuensi 500kHz pada GFG-813 dan function generator mulai terjadi perbedaan. Rise time pada function generator yang dibuat lebih besar beberapa ratus nano second dibandingkan dengan GFG-813. Pada function generator yang dibuat, amplitudo yang besar menyebabkan rise time semakin besar.
Tabel 4.18. Perbandingan Rise Time dan OverShoot pada GFG-813 dan Function Generator Yang Dibuat pada Frekuensi 500kHz.
Amplitudo (Vpp)
Rise Time (s) OverShoot (%)
GFG-813
FG Yang Dibuat
GFG-813
FG Yang Dibuat
2 49,59n 137,7n 0 0
10 60,60n 190,7n 0 0
18 53,75n 231,6n 0 0
(a) Amplitudo 2Vpp (b) Amplitudo 10Vpp (c) Amplitudo 18Vpp
(30)
66
Gelombang kotak frekuensi 1MHz yang dihasilkan menurut hasil pengujian pada Gambar 4.34 terlihat mulai berubah bentuk. Rise time frekuensi 1MHz pada GFG-813 dan function generator mulai terjadi perbedaan. Rise time pada function generator yang dibuat lebih besar beberapa ratus nano second dibandingkan dengan GFG-813. Pada function generator yang dibuat, amplitudo yang besar menyebabkan rise time semakin besar.
Tabel 4.19. Perbandingan Rise Time dan OverShoot pada GFG-813 dan Function Generator Yang Dibuat pada Frekuensi 1MHz
Amplitudo (Vpp)
Rise Time (s) OverShoot (%)
GFG-813
FG Yang Dibuat
GFG-813
FG Yang Dibuat
2 47,19n 135,2n 0 0
10 61,50n 179,1n 0 0
20 68,12n 260,5n 0 0
(a) Amplitudo 2Vpp (b) Amplitudo 10Vpp (c) Amplitudo 20Vpp
(31)
67
Gelombang kotak frekuensi 2MHz yang dihasilkan menurut hasil pengujian pada Gambar 4.35 terlihat mulai berubah bentuk. Rise time frekuensi 2MHz pada GFG-813 dan function generator mulai terjadi perbedaan. Rise time pada function generator yang dibuat lebih besar beberapa ratus nano second dibandingkan dengan GFG-813. Pada function generator yang dibuat, amplitudo yang besar menyebabkan rise time semakin besar.
Tabel 4.20 Perbandingan Rise Time dan OverShoot pada GFG-813 dan Function Generator Yang Dibuat pada Frekuensi 2MHz.
Amplitudo (Vpp)
Rise Time (s) OverShoot (%)
GFG-813
FG Yang Dibuat
GFG-813
FG Yang Dibuat
2 44,40n 109,7n 0 0
10 51,83n 138,8n 0 0
4.2. Pengujian Duty Cycle
Duty cycle merupakan salah satu spesifikasi pada function generator ini dimana duty cycle dapat diatur dari 15% sampai dengan 85%. Pada pengujian dilakukan pembandingan duty cycle antara function generator GFG-813 dengan function generator
(a) Amplitudo 2Vpp (b) Amplitudo 10Vpp
(32)
68
yang dibuat. Pada pengujian, gelombang kuning merupakan gelombang dari function generator GFG-818, sedangkan gelombang biru merupakan gelombang dari function generator yang dibuat. Berikut adalah hasil pengujian duty cycle untuk gelombang tegangan kotak sebesar 15%, 40%, 65% dan 85%.
Pada Gambar 4.36 dapat dilihat bahwa duty cycle sebesar 15% antara GFG-813 dan function generator yang dibuat tidak ada perbedaan.
Gambar 4.37. Gelombang Tegangan Kotak dengan Duty Cycle 40% pada Frekuensi 1kHz.
Gambar 4.36. Gelombang Tegangan Kotak dengan Duty Cycle 15% pada Frekuensi 1kHz.
(33)
69
Pada Gambar 4.37 dapat dilihat bahwa duty cycle sebesar 40% antara GFG-813 dan function generator yang dibuat tidak ada perbedaan.
Pada Gambar 4.38 dapat dilihat bahwa duty cycle sebesar 65% antara GFG-813 dan function generator yang dibuat tidak ada perbedaan.
Pada Gambar 4.39 dapat dilihat bahwa duty cycle sebesar 85% antara GFG-813 dan function generator yang dibuat tidak ada perbedaan.
Gambar 4.39. Gelombang Tegangan Kotak dengan Duty Cycle 85% pada Frekuensi 1kHz.
Gambar 4.38. Gelombang Tegangan Kotak dengan Duty Cycle 65% pada Frekuensi 1kHz.
(34)
70
Tegangan yang mengatur pin DADJ pada MAX038 adalah ±2,3V. Sehingga minimum dan maksimum duty cycle yang dapat dicapai dapat dihitung menggunakan Persamaan 2.7.
� = 50%− 2,381 × 17,4 = 8,57% � = 50%− −2,383 × 17,4 = 91,46%
Gambar 4.40. Tegangan pada PinDADJ Apabila Potensio Diputar Minimal dan Maksimal.
(35)
71
Gambar 4.41 menunjukkan duty cycle minimum dan maksimum yang dapat diatur pada function generator yang dirancang. Sedangkan pada GFG-813 duty cycle minimum dan maksimum yang dapat diatur hanya dari 15% sampai dengan 85%.
4.3. Pengujian Pengaturan Tegangan Offset
Modul pengaturan tegangan offset berfungsi untuk mengatur tegangan DC yang ditambahkan pada gelombang tegangan AC pada function generator. Pengaturan tegangan offset ini dapat mengatur tegangan positif maupun tegangan negatif. Pengaturan tegangan offset aktif apabila toggle pada modul diaktifkan.
Berikut adalah hasil pengujian dari pengaturan tegangan offset pada frekuensi 1kHz dengan membandingkannya dengan GFG-813. Terdapat dua buah gelombang pada osiloskop dimana gelombang kuning adalah keluaran dari GFG-813 dan gelombang biru adalah keluaran dari function generator yang dibuat.
(a) Duty Cycle 10,36% (b) Duty Cycle 89,94%
(36)
72
Dapat terlihat pada Gambar 4.42.b bahwa gelombang tegangan kotak posisinya turun sebesar 2V kebawah sehingga menyebabkan Vlow menjadi semakin negatif.
Sedangkan pada Gambar 4.42.c posisi gelombang tegangan kotak tersebut naik sebesar 2V sehingga menyebabkan Vhigh menjadi semakin positif.
Dapat terlihat pada Gambar 4.43.b gelombang tegangan sinus posisinya turun sebesar 2V kebawah sehingga menyebabkan Vlow menjadi semakin negatif. Sedangkan
pada Gambar 4.43.c posisi gelombang tegangan sinus tersebut naik sebesar 2V sehingga menyebabkan Vhigh menjadi semakin positif.
(a) Tanpa Offset (b) Offset -2V (c) Offset +2V Gambar 4.43. Gelombang Tegangan Sinus 1kHz.
(a) Tanpa Offset (b) Offset -2V (c) Offset +2V Gambar 4.42. Gelombang Tegangan Kotak 1kHz.
(37)
73
Dapat terlihat pada Gambar 4.37.b gelombang tegangan segitiga posisinya turun sebesar 2V kebawah sehingga menyebabkan Vlow menjadi semakin negatif. Sedangkan
pada Gambar 4.37.c posisi gelombang tegangan segitiga tersebut naik sebesar 2V sehingga menyebabkan Vhigh menjadi semakin positif.
Tabel 4.21 Nilai Tegangan High dan Low pada Offset -2V dan +2V pada Frekuensi 1kHz.
Jenis Gelombang
Offset -2V Offset +2V
VHi (V) VLo (V) VHi (V) VLo (V)
Kotak 6,8 -12,3 12,8 -6,8
Sinus 6,8 -11,6 11,6 -6,4
Segitiga 5,19 -10,8 11,6 -6
4.4. Pengujian Pengaturan Atenuasi
Pada pengujian atenuasi terdapat pengujian sebanyak enam kali dengan performa atenuasi -50dB sampai dengan 0dB. Atenuasi menggunakan prinsip pembagi tegangan dengan media resistor.
(a) Tanpa Offset (b) Offset -2V (c) Offset +2V Gambar 4.44. Gelombang Tegangan Segitiga 1kHz.
(38)
74
Output dari modul pengaturan amplitudo maksimum pada frekuensi 1kHz adalah 19,20Vpp. Untuk menghitung ketepatan atenuasi maka dapat menggunakan Persamaan 3.2.
Tabel 4.22. Output dari Setiap Performa Atenuasi Atenuasi (dB) Output (Vpp)
-50 120 m
-40 152 m
-30 472 m
-20 1,72
-10 4,63
0 19,20
Atenuasi 0dB :
0 = 20 �10� 19,2 � = 1 × 19,2 = 19,2�
(39)
75 Atenuasi -10dB :
−10 = 20 �10 � 19,2 � = 0,315 × 19,2 = 6,048�
Atenuasi -20dB :
−20 = 20 �10 � 19,2 � = 0,1 × 19,2 = 1,92�
Gambar 4.47. Atenuasi - 20dB pada Gelombang Tegangan Sinus 1kHz.
(40)
76 Atenuasi -30dB :
−30 = 20 �10 � 19,6
� = 0,0316 × 19,6 = 619,36 �
Atenuasi -40dB :
−40 = 20 �10 � 19,6 � = 0,01 × 19,6 = 190,6 �
Gambar 4.49. Atenuasi -40dB pada Gelombang Tegangan Sinus 1kHz. Gambar 4.48. Atenuasi -30dB pada Gelombang Tegangan Sinus 1kHz.
(41)
77 Atenuasi -50dB :
−50 = 20 �10 � 19,2
� = 3,16 × 10−3× 19,2 = 60,67 � 4.5. Pengujian dengan Impedansi Keluaran 50 Ω
Pada outputfunction generator yang dibuat ini diberi pengaman dengan memasang
resistor 50 Ω. Pengaman ini mencegah terjadinya tegangan feedback yang nantinya akan
merusak modul apabila pada saat praktikum terjadi masalah. Namun dengan memasang sebuah resistor pada output diharapkan tidak mengubah atau menurunkan tegangan yang dihasilkan. Berikut adalah hasil pengujian dimana pada channel 1 (kuning) adalah output
sebelum diberi 50 Ω dan channel 2 (biru) adalah output setelah diberi resistor 50 Ω.
Gambar 4.50. Atenuasi -50dB pada Gelombang Tegangan Sinus 1kHz.
(42)
78
Pada Gambar 4.51 dan Gambar 4.52 dapat dilihat bahwa amplitudo pada keduanya tidak mengalami penurunan karena adanya resistor 50 Ω.
4.6. Pengujian Keluaran 5Vpp (Sync Output)
Sync output merupakan keluaran dari function generator yang memiliki amplitudo tetap 5Vpp dan tidak bisa diubah. Gelombang tegangan yang dihasilkan dari sync output
adalah gelombang kotak dengan frekuensi yang sama dengan main output. Output dari sync ini yang digunakan untuk mengukur frekuensi pada Arduino karena sync output dirancang untuk digunakan pada IC TTL dan mikrokontroler.
Pada pengujian, channel 1 (kuning) merupakan gelombang keluaran dari main output dan channel 2 (biru) merupakan gelombang keluaran dari sync output.
Gambar 4.52. Gelombang Tegangan Sinus 1kHz dengan Amplitudo 4Vpp.
(43)
79
Dapat dilihat dari Gambar 4.46 dan Gambar 4.47 memiliki frekuensi yang sama antara sync output dan main output walaupun memiliki bentuk gelombang yang berbeda. 4.7. Pengujian Penampil Frekuensi
Frekuensi yang diatur oleh user ditampilkan pada modul 7-segmen untuk mempermudah dalam pengaturan frekuensi. Pada modul penampil ini menggunakan 8 buah 7-segmen. Dimana pada 7-segmen ini akan tertampil pula koma dan angka di belakang koma. Modul penampil ini dapat menampilkan besar frekuensi untuk semua bentuk gelombang. Berikut hasil pengujian untuk beberapa range frekuensi.
Gambar 4.54. Perbandingan Main Output dan Sync Output pada Frekuensi 10kHz.
Gambar 4.53. Perbandingan Main Output dan Sync Output pada Frekuensi 1kHz.
(44)
80
Pada Gambar 4.55 penampil frekuensi menampilkan frekuensi sebesar 1,045 kHz.
Pada Gambar 4.56 penampil frekuensi menampilkan frekuensi sebesar 10,27 kHz.
Pada Gambar 4.57 penampil frekuensi menampilkan frekuensi sebesar 101,569 kHz.
Gambar 4.57. Penampil Frekuensi 101,569kHz. Gambar 4.56. Penampil Frekuensi 10,27kHz. Gambar 4.55. Penampil Frekuensi 1,045kHz.
(45)
81
Pada Gambar 4.58 penampil frekuensi menampilkan frekuensi sebesar 1,045197 MHz.
(1)
76 Atenuasi -30dB :
−30 = 20 �10 � 19,6
� = 0,0316 × 19,6 = 619,36 �
Atenuasi -40dB :
−40 = 20 �10 � 19,6 � = 0,01 × 19,6 = 190,6 �
Gambar 4.49. Atenuasi -40dB pada Gelombang Tegangan Sinus 1kHz. Gambar 4.48. Atenuasi -30dB pada Gelombang Tegangan Sinus 1kHz.
(2)
77 Atenuasi -50dB :
−50 = 20 �10 � 19,2
� = 3,16 × 10−3× 19,2 = 60,67 � 4.5. Pengujian dengan Impedansi Keluaran 50 Ω
Pada outputfunction generator yang dibuat ini diberi pengaman dengan memasang
resistor 50 Ω. Pengaman ini mencegah terjadinya tegangan feedback yang nantinya akan merusak modul apabila pada saat praktikum terjadi masalah. Namun dengan memasang sebuah resistor pada output diharapkan tidak mengubah atau menurunkan tegangan yang dihasilkan. Berikut adalah hasil pengujian dimana pada channel 1 (kuning) adalah output
sebelum diberi 50 Ω dan channel 2 (biru) adalah output setelah diberi resistor 50 Ω. Gambar 4.50. Atenuasi -50dB pada Gelombang Tegangan Sinus
(3)
78
Pada Gambar 4.51 dan Gambar 4.52 dapat dilihat bahwa amplitudo pada keduanya
tidak mengalami penurunan karena adanya resistor 50 Ω.
4.6. Pengujian Keluaran 5Vpp (Sync Output)
Sync output merupakan keluaran dari function generator yang memiliki amplitudo tetap 5Vpp dan tidak bisa diubah. Gelombang tegangan yang dihasilkan dari sync output
adalah gelombang kotak dengan frekuensi yang sama dengan main output. Output dari sync ini yang digunakan untuk mengukur frekuensi pada Arduino karena sync output dirancang untuk digunakan pada IC TTL dan mikrokontroler.
Pada pengujian, channel 1 (kuning) merupakan gelombang keluaran dari main output dan channel 2 (biru) merupakan gelombang keluaran dari sync output.
Gambar 4.52. Gelombang Tegangan Sinus 1kHz dengan Amplitudo 4Vpp.
(4)
79
Dapat dilihat dari Gambar 4.46 dan Gambar 4.47 memiliki frekuensi yang sama antara sync output dan main output walaupun memiliki bentuk gelombang yang berbeda.
4.7. Pengujian Penampil Frekuensi
Frekuensi yang diatur oleh user ditampilkan pada modul 7-segmen untuk mempermudah dalam pengaturan frekuensi. Pada modul penampil ini menggunakan 8 buah 7-segmen. Dimana pada 7-segmen ini akan tertampil pula koma dan angka di belakang koma. Modul penampil ini dapat menampilkan besar frekuensi untuk semua bentuk gelombang. Berikut hasil pengujian untuk beberapa range frekuensi.
Gambar 4.54. Perbandingan Main Output dan Sync Output pada Frekuensi 10kHz.
Gambar 4.53. Perbandingan Main Output dan Sync Output pada Frekuensi 1kHz.
(5)
80
Pada Gambar 4.55 penampil frekuensi menampilkan frekuensi sebesar 1,045 kHz.
Pada Gambar 4.56 penampil frekuensi menampilkan frekuensi sebesar 10,27 kHz.
Pada Gambar 4.57 penampil frekuensi menampilkan frekuensi sebesar 101,569 kHz.
Gambar 4.57. Penampil Frekuensi 101,569kHz. Gambar 4.56. Penampil Frekuensi 10,27kHz. Gambar 4.55. Penampil Frekuensi 1,045kHz.
(6)
81
Pada Gambar 4.58 penampil frekuensi menampilkan frekuensi sebesar 1,045197 MHz.