Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Rekontruksi Identitas Perempuan dalam 1 Korintus 14 : 34 – 40 dari Perspektif Poskolonial Perempuan Kristen Jawa T2 752012003 BAB V

BAB V
PENUTUP DAN KESIMPULAN

Berdasarkan pada hasil pembahasan pada bab-bab sebelumnya, maka berikut ini
penyusun mencoba memaparkan beberapa kesimpulan serta mengusulkan beberapa saran :
5.1.

KESIMPULAN

5.1.1. Terdapat pengaruh budaya Jawa yang kuat dengan sistem patriakalnya. Ternyata
pengaruh budaya Jawa juga masuk dalam hidup bergereja. Budaya Jawa yang
patriarkal nampak juga dalam hidup bergereja di Gereja Kristen Jawa. Masalah
percampuran unsur-unsur budaya sebagai dampak kolonialisme, yang ternyata ”bekas
daerah jajahan” akan banyak mengadopsi unsur budaya bangsa penjajah.1
5.1.2. Teks 1 Korintus 14:34-40 sangat mempengaruhi kehidupan jemaat GKJ khususnya
akan peran perempuan dalam hal kepemimpinan. Walaupun ayat larangan berbicara
tersebut adalah interpolasi atau “Penyisipan” dari golongan kharismatik namun dalam
praktek dianggap sebagai aturan yang dari Tuhan Yesus yang harus ditaati. Sehingga
peran dan identitas perempuan cenderung direduksi pada tubuh dan fungsi reproduksi
masyarakat.2
5.1.3. Dalam kehidupan bergereja di Gereja Kristen Jawa telah terjadi proses poskolonial

atau penjajahan terhadap perempuan Jawa. Budaya Jawa dengan sistem patriakalnya
sangat mengendalikan kaum perempuan di Gereja Kristen Jawa. Proses poskolonial
yang dilegitimasi lewat akta persidangan sejak tahun 1949, seorang perempuan tidak
boleh memangku jabatan gerejawi.

1
2

Martono,Sosiologi Perubahan, 141.
Martono,Sosiologi Perubahan, 151.

109

5.1.4. Maka harus ada perubahan cara pandang dalam membaca teks Alkitab terutama
dalam 1 Korintus 14:33-40. Dikembangkan pemahaman yang baru tentang peran
perempuan dalam hidup bergereja. Sesuai akta persidangan 1964 yang memberikan
peluang kepada perempuan untuk berkiprah dalam kepemimpinan GKJ.
5.1.5. Perempuan Jawa sebenarnya menginginkan adanya sebuah perubahan status dan
sudah berusaha untuk berubah untuk mencapai kesetaraan gender.


5.2.

REFLEKSI TEOLOGIS
Tuhan menciptakan manusia serupa dan segambar denganNya, diciptakannya lakilaki dan perempuan. Allah melihat untuk segala sesuatu yang diciptakan sungguh
amat baik. Sehingga perempuan dan laki-laki harus sederajat, setara dan adil dalam
berbagai keadaan.

5.3.

REKOMENDASI.

5.3.1. Gereja Kristen Jawa hendaknya berkewajiban membuka diri dengan terus-menerus
melakukan penjemaatan pemahaman tentang persamaan gender (sesuai akta sinode
GKJ 1964 yang memberikan kebebasan perempuan untuk menduduki jabatan di
gereja). Sehingga pada saatnya akan muncul Pendeta perempuan secara seimbang
dibandingkan Pendeta laki-laki.
5.3.2. Sinode Gereja Kristen Jawa perlu menekankan dan mendorong sosialisasi atau
penjemaatan tentang persamaan gender sehingga laki-laki dan perempuan menjadi
mitra sejajar dalam pelayanan di lingkup Sinode Gereja Kristen Jawa.
5.3.3. Bagi Program Studi Magister Sosiologi Agama UKSW dan Keterkaitan dengan mata

kuliah agama dan hermeneutik poskolonial agar lebih meningkatkan pengkajianpengkajian Alkitab dari sisi sosial, khususnya peran poskolonial dalam hidup

110

bergereja secara historis dan faktual. Karena materi perkuliahan hermeneutik
poskolonial sangat bermanfaat demi kemajuan hidup bersama.

111