TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG ANTIBIOTIK PADA PENGUNJUNG APOTEK DI KECAMATAN JEBRES Tingkat Pengetahuan Tentang Antibiotik pada Pengunjung Apotek di Kecamatan Jebres Kota Surakarta.

(1)

TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG ANTIBIOTIK PADA

PENGUNJUNG APOTEK DI KECAMATAN JEBRES

KOTA SURAKARTA

NASKAH PUBLIKASI

Oleh:

YUSUF SHOLIHAN

K100110133

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

SURAKARTA


(2)

(3)

1 TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG ANTIBIOTIK PADA PENGUNJUNG

APOTEK DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA

PHARMACY VISITORS LEVEL OF KNOWLEDGE ON ANTIBIOTIC IN DISTRICT OF JEBRES SURAKARTA

Yusuf Sholihan* dan Zakky Cholisoh*#

*Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Jl. A Yani Tromol Pos I, Pabelan Kartasura Surakarta 57102

#E-mail: yusufsholihan@gmail.com ABSTRAK

Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang penggunaan antibiotik yang benar serta pengetahuan tentang antibiotik yang tidak tepat menjadi faktor yang dapat memicu resistensi bakteri terhadap antibiotik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan pengunjung apotek di Kecamatan Jebres Kota Surakarta. Penelitian ini tergolong pada jenis penelitian observasional. Data penelitian diperoleh dari kuesioner yang diisi oleh pengunjung apotek di Kecamatan Jebres Kota Surakarta. Data pribadi dan pengetahuan pengunjung dianalisis secara deskriptif kemudian disajikan dalam bentuk tabel berisi jumlah dan persentase. Hasil penelitian menunjukkan dari sebanyak 276 responden didapatkan hasil bahwa asal informasi terbanyak yang didapatkan pasien yaitu melalui konsultasi dengan dokter sebanyak 175 orang (63,41%), dari konsultasi apoteker sebanyak 57 orang (20,65%). Pengunjung yang pernah membeli antibiotik tanpa resep dokter sebanyak 179 orang (64,86%), dan yang tidak pernah membeli antibiotik tanpa resep dokter sebanyak 97 orang (35,14%). Pengunjung apotek di Kecamatan Jebres Kota Surakarta yang memiliki tingkat pengetahuan tentang antibiotik rendah, yaitu 102 orang (36,96%), sedang sebanyak 120 orang (43,48%), dan tinggi sebanyak 54 orang (19,57%). Rata-rata pengunjung memiliki tingkat pengetahuan rendah tentang penggunaan antibiotik (49,44%), tingkat pengetahuan sedang tentang pengetahuan umum antibiotik (60,51%), dan tingkat pengetahuan sedang tentang pengelolaan obat antibiotik (60,14%). Pengunjung berpengetahuan tinggi yang berpendidikan perguruan tinggi sebanyak 32 orang (11,59%), SMA sebanyak 19 orang (6,88%), SMP sebanyak 2 orang (0,72%), SD 1 orang (0,72%). Semakin tinggi jenjang pendidikan seseorang, pengetahuannya tentang antibiotik semakin tinggi, ditunjukkan dengan uji Chi Square mendapatkan nilai Pearson = 0,00 (Pearson < 0,05).

Kata kunci: Antibiotik, Tingkat Pengetahuan, Kecamatan Jebres Kota Surakarta. ABSTRACT

The lack of public knowledge about the correct and incorrect use of antibiotics become factors that can trigger bacterial resistance to antibiotics. This research aims to determine the level of knowledge toward the pharmacies’s visitors of Jebres district of Surakarta. This is an observational study. Data were obtained from questionnaires filled out by pharmacy’s visitors. Personal data and visitors’s knowledge were analyzed descriptively then presented in tables that contains number and percentage. The results showed of 276 respondents showed the number of patients who received information through consultation with the doctor is 175 patients (63.41%), consultation from pharmacists is 57 patients (20.65%). The number of visitors who have bought antibiotics without prescription is 179 patients (64.86%) and who have not is 97 patients (3.14%).There are three categories of visitor’s knowledge. The number of pharmacy’s visitors who have low level of knowledge about antibiotic is 102 patients (36.96%), the moderate level of knowledge is 120 patients (43.48%), and the high level of knowledge is 54 patients (19.57%). The average visitor to have a low level of knowledge about the use of antibiotics (49.44%), moderate level of knowledge about the general knowledge of antibiotics (60.51%), and a moderate level of knowledge about the management of antibiotics (60.14%). The visitors who have a high level of knowledge are 32 patient (11.59%) from college, 19 people (6.88%) from Senior High School, 2 patients (0.72%) from Junior High School, and SD 1 patients (0.72%) from Elementary School. The higher level of education, the better person’s knowledge about antibiotics. This shown by the score Pearson=0.00 (Pearson<0.05) on Chi Square test.


(4)

2 PENDAHULUAN

Antibiotik adalah zat-zat kimia yang dihasilkan oleh fungi dan bakteri, yang mempunyai efek mematikan atau menghambat pertumbuhan kuman, sedangkan toksisitasnya pada manusia relatif kecil (Tjay dan Raharja, 2002). Suatu konsekuensi yang tidak dapat dihindari dari penggunaan antibiotik adalah timbulnya mikroorganisme yang resisten. Penggunaan antibiotik yang berlebihan dan tidak tepat dapat menyebabkan peningkatan munculnya bakteri patogen yang resisten terhadap berbagai obat antibiotik (Katzung, 2004).

Kemunculan resistensi antibiotik menjadi masalah global kesehatan masyarakat dalam beberapa dekade terakhir. Studi di Eropa menunjukkan bahwa resistensi terhadap antibiotik meningkat karena peningkatan konsumsinya, yang didorong oleh pendidikan tentang antibiotik yang tidak memadai sertapenggunaan antibiotik yang tidak rasional (Lim dan Teh, 2012).

Data mengenai rasionalitas penggunaan obat di Indonesia masih terbatas. Penelitian tim AMRIN (Antimicrobial Resistance in Indonesia Prevalence and Prevention) di dua rumah sakit pendidikan di Indonesia mendapatkan hanya 21% peresepan antibiotika yang tergolong rasional (Duerink, et al., 2008). Pemerintah Indonesia telah melakukan berbagai pencegahan terhadap resistensi, tetapi sering kali terjadi kecerobohan para dokter maupun petugas kesehatan lain dalam memberikan antibiotik kepada pasien. Mereka memberikan antibotik berdasarkan pengalaman sebelumnya, yang terkadang tidak cocok dengan jenis bakterinya, sehingga menyebabkan munculnya resistensi terhadap antibiotik pada pasien (Kementrian Kesehatan RI, 2011).

Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang penggunaan antibiotik yang benar serta pengetahuan tentang antibiotik yang tidak tepat menjadi faktor yang dapat memicu resistensi bakteri terhadap antibiotik. Resistensi terhadap antibiotik merupakan masalah kesehatan global yang menjadi perhatian saat ini (Kementrian Kesehatan RI, 2011).

Kurangnya pemahaman masyarakat terhadap penggunaan antibiotik secara rasional dapat memperburuk kejadian resistensi bakteri terhadap antibiotik. Mereka seringkali tidak menghabiskan obat dengan waktu yang telah ditentukan oleh dokter dengan alasan sudah sembuh (Candra,2011).

Hasil survey kesehatan masyarakat menunjukkan bahwa 27,8% rumah tangga menyimpan antibiotik. Penjualan antibiotik di Apotik sebagian diperjual belikan tanpa resep dokter. Masyarakat sering membeli sendiri antibiotik tanpa anjuran dari dokter dan


(5)

3 apotik meluluskan permintaan pembeli tanpa resep dokter (Kementrian Kesehatan RI, 2013).

Penelitian di Yogyakarta menunjukkan pembelian antibiotik tanpa resep dokter adalah (7%). Amoksisilin merupakan antibiotik paling banyak dibeli secara swamedikasi atau sebesar (77%) selain ampisilin, tetrasiklin, fradiomisin-gramisidin, dan ciprofloksasin. Antibiotika tersebut rata-rata dibeli untuk mengobati gejala flu, demam, batuk, sakit tenggorokan, sakit kepala, dan gejala sakit ringan lainnya dengan lama penggunaan sebagian besar kurang dari lima hari (Widayati et al, 2011).

Penelitian oleh Mananpada tahun 2012 tentang tingkat pengetahuan penggunaan antibiotik dan resistensi antibiotik yang dilakukan di Desa Daenaa Kecamatan Limboto Barat, diperoleh datadari 78 orang responden bahwa, 31 orang (39,75 %) memiliki pengetahuan baik, 35 orang (44,87%) memiliki pengetahuan cukup, dan 12 orang (15,38%) memiliki pengetahuan kurang, dan sebanyak 52 orang (66,67%) tidak memperoleh informasi tentang penggunaan antibiotik (Manan, 2012).

Kecamatan Jebres merupakan salah satu Kecamatan di Kota Surakarta yang mempunyai tingkat kepadatan penduduk tertinggi setelah Kecamatan Banjarsari, yaitu berjumlah sekitar 145.703 jiwa pada tahun 2011 dengan 24 apotek. Tingkat pendidikan penduduk Kota Surakarta terbanyak adalah SMA, SMP, SD (Badan Pusat Statistik Surakarta, 2011).

METODE PENELITIAN A.Kategori Penelitian

Penelitian ini tergolong pada jenis penelitian non eksperimental (observasional), dengan rancangan penelitian metode survei menggunakan kuesioner untuk mengetahui tingkat pengetahuan pengunjung apotek tentang penggunaan antibiotik di Kecamatan Jebres Kota Surakarta.

B.Variabel

Jenis variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengetahuan pengunjung apotek tentang penggunaan antibiotik dan tingkat pendidikan masyarakat.

C.Definisi Operasional

1. Tingkat Pengetahuan Pengunjung Apotek

Tingkat pengetahuan pengunjung apotek adalah kemampuan pengunjung apotek dalam menjawab pertanyaan dalam kuesioner tentang pengertian antibiotik, pengertian


(6)

4 resistensi, cara pemakaian antibiotik, menyebutkan contoh antibiotik, pembuangan obat kadaluarsa, interaksi obat antibiotik.

2. Tingkat Pendidikan Masyarakat

Menurut Notoatmodjo (2003) tingkat pendidikan dapat dibedakan berdasarkan tingkatan-tingkatan tertentu seperti:

a. Pendidikan dasar awal selama 9 tahun meliputi SD/sederajat, SLTP/sederajat. b. Pendidikan menengah minimal 3 tahun meliputi SMA atau sederajat

c. Pendidikan tinggi meliputi diploma, sarjana, magister, doktor dan sepesialis yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi.

D. Alat Penelitian 1. Kuesioner

Kuesioner diartikan sebagai daftar pertanyaan yang sudah tersusun baik, sudah matang, responden dan interviewer tinggal memberikan jawaban atau dengan memberikan tanda-tanda tertentu (Notoatmodjo, 2005).

a. Struktur kuesioner

1) Pertanyaan yang tidak dinilai ( jumlah pertanyaan total = 7 )

Bagian Pertanyaan Nomor

pertanyaan

Jumlah pertanyaan Bagian I Identitas responden

a. Umur b. Jenis kelamin c. Pendidikan terakhir d. Pekerjaan

e. Alamat

A 1, A 2, A 3, A 4, A 5

5

Bagian II Asal informasi tentang antibiotik A 6 1

Bagian III Pernah atau tidak pernah membeli antibiotik tanpa resep dokter

A 7 1

2) Pertanyaan yang dinilai ( jumlah pertanyaan total = 16 )

Bagian Pertanyaan Nomor

pertanyaan

Jumlah pertanyaan Bagian I Pengetahuan umum tentang antibiotik

a. Definisi

b. Contoh obat antibiotik

c. Sumber informasi tentang antibiotik d. Pembelian antibiotik tanpa resep dokter e. Tempat pembelian antibiotik

B 1, B 5, B 6, B 11, B 12

5

Bagian II Penggunaan antibiotik

a. Aturan pemakaian antibiotik

b. Contoh antibiotik yang bisa diminum bersama susu c. Tindakan jika terjadi efek samping antibiotik d. Tindakan jika lupa meminum antibiotik

B 2, B 3, B 4, B 7, B 8, B 13, B 14abc

9

Bagian III Pengelolaan obat antibiotik

a. Tindakan jika masih ada obat yang tersisa b. Pembuangan antibiotik kadaluarsa


(7)

5 b. Ujivaliditas (kesahihan)

Uji validitas merupakan suatu uji yang menunjukkan bahwa alat ukur yang digunakan benar-benar valid. Untuk menguji validitas kuesioner, digunakan rumus “product moment”:

R =

Keterangan:

R = koefisienproduct moment

N = jumlahsampel

X = skortiapbutirpertanyaan

Y = skor total tiappertanyaan (Notoatmodjo 2005)

Sebelum kuesioner diedarkan kepada responden, peneliti menguji validitas pertanyaan di kuesioner kepada responden yang merupakan bagian dari populasi yang mempunyai karakteristik yang sama dengan responden yang diteliti. Dari uji validitas pertama beberapa pertanyaan tidak valid karena nilai R kurang dari 0,352, lalu pertanyaan tersebut diubah susunan kata-katanya, pertanyaan tersebut adalah:

a. Apakah semua penyakit membutuhkan antibiotik? (R=0,263)

b. Jika anda mendapatkan resep dari dokter, kemudian saudara anda menderita penyakit yang sama, apakah boleh saudara anda meminta obat anda dengan takaran yang sama? (R=0,310)

c. Apakah menurut anda, membeli obat antibiotik tanpa resep dokter itu diperbolehkan? (R=0,107)

d. Menurut anda, bolehkan tetrasiklin digunakan ibu hamil? (R=0,285)

e. Jika anda mendapatkan resep antibiotik ciprofloksasin 2 x sehari, lalu anda lupa meminum obat diwaktu yang ditentukan, apakah yang anda lakukan? (R=0,279)

f. Apakah yang anda lakukan jika sudah merasa sehat sebelum antibiotik yang diresepkan habis? (R=0,097)

g. Menurut anda pembuangan obat yang telah kadaluarsa yang benar adalah? (R=0,311) Pertanyaan tersebut diubah susunan kata-katanya dan diuji validitas yang kedua menjadi:

a. Apakah semua penyakit harus diobati dengan antibiotik? (R=0,549)

b. Jika anda mendapatkan resep dari dokter, kemudian saudara anda menderita penyakit yang sama dengan anda, apakah boleh saudara anda meminta obat antibiotik anda? (R=0,204)


(8)

6 c. Menurut anda, apakah membeli obat antibiotik tanpa resep dokter itu diperbolehkan?

(R=0,436)

d. Menurut anda, bolehkah antibiotik tetrasiklin diminum oleh ibu hamil? (R=0,725) e. Jika anda mendapatkan resep antibiotik kloramfenikol 3 x sehari 1 tablet, namun

waktunya hampir habis dari yang ditentukan, apakah yang anda lakukan ketika mengingatnya? (R=0,143)

f. Apakah yang anda lakukan jika anda sudah merasa sehat sebelum antibiotik yang diresepkan habis? (R=0,014)

g. Menurut anda pembuangan obat antibiotik yang telah kadaluarsa yang benar adalah? (R=0,549)

Pertanyaan yang tidak valid kemudian diubah susunan kata-katanya dan diuji lagi validitas yang ketiga menjadi:

a. Apakah antibiotik yang diresepkan oleh dokter untuk anda boleh anda berikan untuk orang lain? (R=0,014)

b. Jika anda lupa meminum obat, namun waktunya hampir habis, apakah yang anda lakukan ketika mengingatnya? (R=0,216)

c. Apa yang anda lakukan jika obat antibiotik yang diresepkan untuk anda tidak habis digunakan? (R=0,127)

Setelah uji validitas yang ketiga, pertanyaan tersebut tetap tidak valid. Akhirnya peneliti memutuskan untuk menghilangkan pertanyaan yang tidak valid tersebut.

c. Uji Reliabilitas (Keterandalan)

Uji reliabilitas merupakan suatu uji untuk menunjukkan alat ukur tersebut dapat dipercaya. Rumus untuk menguji reliabilitas menggunakan Cronbach’s alpha, yaitu : rii = [ ][1-

] Keterangan:

rii = Reliabilitasinstrumen

K = Banyakbutir

= Jumlah varian butir

= Varian total (Arikunto 2006)

Uji reliabilitas yang dilakukan sebelum kuesioner diedarkan kepada respoden didapatkan hasil Cronbach’s alpha lebih besar dari 0,6 yaitu sebesar 0,636, yang artinya pertanyaan dalam kuesioner semuanya reliabel.


(9)

7 E.Jalannya Penelitian

1. Populasi dan Sampel

a. Populasi dalam penelitian ini adalah pengunjung apotek di wilayah Kecamatan Jebres Kota Surakarta. Pemilihan pengunjung apotek sebagai responden karena pengunjung apotek akan membeli obat atau alat kesehatan yang ada kemungkinan untuk membeli obat antibiotik. Responden yang dipilih adalah pengunjung apotek yang memenuhi kriteria inklusi sebagai berikut:

1) Dewasa. (17-65 tahun) 2) Bisamembacadanmenulis. 3) Bersediamenjadiresponden.

Sedengkan kriteria ekslusi adalah sebagai berikut : 1) Mempunyai gangguan kejiwaan (gila)

b. Rumus besar sampel yang digunakan:

Jumlah sampel yang diambil dihitung berdasarkan rumus Notoatmodjo (2005) yaitu: n =

Keterangan :

N = Banyaknya Populasi n = Banyaknya Sampel

d = Tingkat Kepercayaan/ Ketepatan yang diinginkan

Perhitungan: n =

, n =

, n = 23 sampel

Peneliti memilih 23 pengunjung di setiap apotek. Jadi total pengunjung apotek yang diteliti adalah 12 x 23 = 276 sampel pengunjung apotek

2. Teknik Sampling

Dalam penelitian ini teknik pengambilan sampel dilakukan dengan metode cluster sampling yaitu teknik penetapan sampel dengan cara tidak mendaftar semua anggota yang ada di dalam populasi tetapi mendaftar banyaknya kelompok atau gugus yang ada di dalam populasi itu. (Notoadmodjo, 2010).

3. Tempat Penelitian

Tempat penelitian dilakukan di Kecamatan Jebres Kota Surakarta. Penelitian dibagi menjadi 4 wilayahdaerah di Kecamatan Jebres Kota Surakarta, yaituwilayah Utara 3


(10)

8 apotek, wilayah Selatan 3 apotek, wilayah Barat 3 apotek dan wilayah Timur 3 apotek dengan jumlah apotek yang diteliti adalah 12 apotek dari 24 apotek yang ada di Kecamatan Jebres Kota Surakarta.

4. Analisis Data

Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner, dengan penilaian/skoring sebagai berikut:

a. Pertanyaan pilihan ganda (Pertanyaan nomor B 1-13) 1) Jawaban benar diberi skor nilai 1

2) Jawaban salah, tidak tahu, atau kosong diberi skor nilai 0

b. Pertanyaan dengan pilihan jawaban benar lebih dari 1 (Pertanyaan nomor B 14) 1) Nilai 1 untuk setiap jawaban yang benar

Jika semua item pertanyaan dijawab dengan benar, maka nilai total dalam kuesioner adalah 16

% pertanyaan dijawab benar = x 100%

Data dikumpulkan dan dianalisa secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk tabel dan grafik. Kategori pengetahuan terdiri dari :

a. Pengetahuan dikatakan baik jika responden memperoleh skor nilai >75%(skor 12-16) b. Pengetahuan dikatakan sedang jika responden memperoleh skor nilai 50-75%(skor

8-12)

c. Pengetahuan dikatakan kurang jika responden memperoleh skor <50% skor (0-8) (Notoadmojo, 2010). HASIL DAN PEMBAHASAN

Kecamatan Jebres mempunyai jumlah penduduk terbanyak kedua setelah Kecamatan Banjarsari di Kota Surakarta. Jumlah penduduk pada tahun 2011 adalah 145.703 jiwa. Tingkat pendidikan di Kota Surakarta pada tahun 2012 terbanyak adalah SMA diikuti SMP dan SD.

Penelitian ini dilakukan dengan penyebaran kuesioner di 12 Apotek di Kecamatan Jebres Kota Surakarta selama kurang lebih 12 hari. Penyebaran kuesioner dilakukan dengan mendatangi setiap pengunjung apotek yang datang, kemudian meminta izin kepada pengunjung apotek untuk bersedia mengisi kuesioner. Setelah kuesioner diisi, data diolah menggunakan program MS Excel.


(11)

9 A.Demografi Pengunjung Apotek

Sebanyak 276 kuesioner disebarkan di 12 apotek dan ditujukan kepada pengunjung apotek. Kuesioner yang harus diisi tersebut terdiri dari data diri, asal informasi antibiotik, pengetahuan tentang antibiotik. Data yang diambil dari pengunjung apotek di Kecamatan Jebres Kota Surakarta meliputi jenis kelamin, umur, pekerjaan, pendidikan, dan tingkat pengetahuan tentang antibiotik.

Tabel 1. Demografi Pengunjung Apotek di Kecamatan Jebres Kota Surakarta Karakteristik responden Jumlah responden Persentase % (N=276) Jenis kelamin a. Laki-laki

b. Perempuan 118 158 42,75% 57,25% Tingkat Pendidikan Terakhir a. SD b. SMP c. SMA d. PT 14 41 100 121 5,07% 14,86% 36,23% 43,84%

Pekerjaan a. Pelajar b. Mahasiswa c. Swasta

d. Ibu rumah tangga e. PNS 16 62 123 42 33 5,80% 22,46% 44,57% 15,22% 11,96%

Umur a. Remajaakhir17-25 tahun b. Dewasaawal26-35 tahun c. Dewasa akhir 36-45 tahun d. Lansia awal 46-55 tahun e. Lansia akhir 55-65 tahun

102 75 44 34 21 36,96% 27,17% 15,94% 12,32% 7,61%

Berdasarkan tabel 1, dari jumlah sampel sebanyak 276 responden, responden perempuan (57,25%) lebih banyak daripada responden laki-laki (42,75%). Responden yang berpendidikan terakhir perguruan tinggi adalah responden terbanyak, dan responden berpendidikan terakhir SD adalah responden yang paling sedikit. Responden berpendidikan perguruan tinggi sebanyak 121 orang (43,84%), dan SD berjumlah 14 orang (5,07%).

Kebanyakan responden bekerja di sektor swasta, lalu mahasiswa, ibu rumah tangga, PNS dan terakhir adalah pelajar. Pengunjung yang bekerja swasta berjumlah 123 orang, dan pelajar berjumlah 16 orang (5,80%).

Responden yang bekerja di sektor swasta adalah responden terbanyak karena meliputi banyak kategori seperti karyawan, buruh pabrik, pedagang, pembantu rumah tangga, tukang parkir, pengamen, dan lain-lain. Responden mahasiswa adalah responden kedua terbanyak, hal ini dikarenakan lokasi apotek yang berdekatan dengan Universitas, sehingga banyak pengunjung dari kalangan mahasiswa. Responden pelajar adalah responden yang paling sedikit, hal ini dikarenakan pelajar belum banyak yang tahu tentang obat.


(12)

10 Responden terbanyak adalah remaja akhir 17-25 tahun yaitu berjumlah 102 orang atau 36,96%, 26-35 tahun berjumlah 75 orang (27,17%), 36-45 tahun berjumlah 44 orang (15,94%), 46-55 tahun berjumlah 34 orang (12,32%), 55-65 tahun berjumlah 21 orang (7,61%).

B.Karakteristik Lain

Tabel 2.Distribusi Responden Berdasar Asal Informasi tentang Antibiotik Asal informasi tentang antibiotik Jumlah

responden

Persentase % (N=276)

a. Dokter

b. Buku, majalah, koran, TV c. Keluarga, teman

d. Apoteker e. Internet

f. Lainnya (pelajaran, perawat, pekerjaan)

175 72 64 57 49 18 63,41% 26,09% 23,19% 20,65% 17,75% 6,52%

Berdasarkan tabel 2, dari jumlah sampel sebanyak 276 responden, responden yang mendapat informasi dari dokter berjumlah 175 orang (63,41%), dan dari selain pilihan kuesioner yaitu berjumlah 18 orang (6,52%). Informasi yang didapat pengunjung terbanyak berasal dari dokter, hal ini dikarenakan setiap pasien yang memeriksakan kesehatan ke dokter dan mendapat resep antibiotik akan mendapatkan informasi tentang cara penggunaan antibiotik dari dokter. Asal informasi yang paling sedikit adalah selain dari pilihan pada kuesioner, seperti dari pelajaran, perawat, materi kuliah, pekerjaan. C.Tingkat Pengetahuan Responden Tentang Antibiotik

Tabel 3.Tingkat pengetahuan tentang Antibiotik secara umum

Kategori Jumlah

responden

Persentase % (N=276) Pembelian antibiotik tanpa

resep dokter

a. Pernah b. Tidak pernah

179 97

64,86% 35,14%

Tingkat pengetahuan a. Pengetahuan rendah b. Pengetahuan sedang c. Pengetahuan tinggi

102 120 54 36,96% 43,48% 19,57%

Berdasarkan tabel 3, dari jumlah sampel sebanyak 276 responden, pengunjung yang pernah membeli antibiotik tanpa resep dokter berjumlah 179 orang (64,86%), pengunjung yang tidak pernah membeli antibiotik tanpa resep dokter berjumlah 97 orang (35,14%). Hal ini mencerminkan masih banyaknya masyarakat yang membeli antibiotik tanpa resep dokter. Ketidakpatuhan ini bisa dikarenakan dari beberapa apotek yang menjual dengan bebas obat antibiotik tanpa resep dokter (Sulistiyani, 2013).

Berdasarkan tabel 3, juga didapatkan hasil dari jumlah sampel sebanyak 276 responden, responden yang berpengetahuan rendah berjumlah 102 orang (36,96%), berpengetahuan sedang berjumlah 120 orang (43,48%), berpengetahuan tinggi berjumlah 54 orang (19,57%). Sebagian besar pengunjung apotek di Kecamatan Jebres Kota


(13)

11 Surakarta masih memiliki pengetahuan yang sedang terhadap antibiotik, kurangnya informasi dan sedikitnya penyuluhan tentang antibiotik kepada masyarakat menyebabkan kurangnya pengetahuan masyarakat tentang antibiotik (Candra, 2011).

Tabel 4.Tingkat pengetahuan tentang Antibiotik

Bagian Pertanyaan Jumlah

pertanyaan

Persentase rata-rata nilai benar pada seluruh responden %

(N=16)

Kategori penilaian

Bagian I

Pengetahuan umum tentang antibiotik a. Definisi

b. Contoh obat antibiotik

c. Sumber informasi tentang antibiotik d. Pembelian antibiotik tanpa resep dokter e. Tempat pembelian antibiotik

5 60,51% Sedang

Bagian II

Penggunaan antibiotik

a. Aturan pemakaian antibiotik

b. Contoh antibiotik yang bisa diminum bersama susu

c. Tindakan jika terjadi efek samping antibiotik

d. Tindakan jika lupa meminum antibiotik

9 49,44% Kurang

Bagian III

Pengelolaan obat antibiotik

a. Tindakan jika masih ada obat yang tersisa

b. Pembuangan antibiotik kadaluarsa

2 60,14% Sedang

Antibiotik merupakan zat-zat kimia yang diproduksi oleh fungi dan bakteri, yang berkhasiat untuk menghambat atau membunuh kuman dengan toksisitas yang relatif kecil. Antibiotik harus digunakan sesuai dengan jenis dan dosisnya untuk menentukan aktivitasnya sebagai bakterisid atau bakteriostatik didalam tubuh (Depkes, 2011). Berdasarkan tabel 4 tingkat pengetahuan responden tentang pengetahuan umum antibiotik didapatkan persentase rata-rata jawaban yang benar sebesar 60,51%. Sehingga dapat disimpulkan pengetahuan pengunjung apotek di Kecamatan Jebres Kota Surakarta dikategorikan cukup.

Diperlukan edukasi untuk meminimalisir penggunaan antibiotik, seperti masyarakat diberikan pengetahuan tentang penggunaan antibiotik yang sesuai sehingga duharapkan dapat mengurangi penggunaan antibiotik pada penyakit yang disebabkan oleh virus (Baltazar, 2009). Tingkat pengetahuan responden tentang penggunaan antibiotik didapatkan persentase rata-rata jawaban yang benar sebesar 49,44%. Sehingga dapat disimpulkan pengetahuan pengunjung apotek di Kecamatan Jebres Kota Surakarta dikategorikan rendah.

Tingkat pengetahuan responden tentang pengelolaan obat antibiotik didapatkan persentase rata-rata jawaban yang benar sebesar 60,14%. Sehingga dapat disimpulkan pengetahuan pengunjung apotek di Kecamatan Jebres Kota Surakarta dikategorikan cukup.


(14)

12 Pertanyaan yang dijawab dengan benar oleh responden terbanyak adalah pertanyaan nomor 1, yaitu pengertian dari antibiotik. Sedangkan pertanyaan yang dijawab salah oleh responden terbanyak adalah pertanyaan nomor 3, yaitu cara meminum antibiotik dengan aturan pakai 3 x sehari 1 tablet. Kebanyakan responden menjawab meminum antibiotik setelah sarapan pagi, makan siang, makan malam.

Profil tingkat pengetahuan tentang antibiotik berdasar pendidikan terakhir ditunjukkan pada tabel 5.

Tabel 5.Tingkat Pengetahuan tentang Antibiotik pada Pengunjung Apotek di Kecamatan Jebres Kota Surakarta Berdasar Pendidikan Terakhir

Kategori Persentase responden dengan tingkat

pengetahuan % (N=276)

tinggi sedang rendah

Pendidikan terakhir

a. Perguruan tinggi b. SMA

c. SMP d. SD

11,59% 6,88% 0,72% 0,36%

18,48% 15,22% 6,88% 2,90%

13,77% 14,13% 7,25% 1,81%

Secara umum semakin tinggi jenjang pendidikan yang diperoleh seseorang, maka akan semakin banyak informasi dan wawasan yang akan didapatkan, namun tidak hanya faktor pendidikan yang berpengaruh pada pengetahuan seseorang. Selain pendidikan hal yang mempengaruhi pengetahuan adalah pengalaman hidup, informasi dari keluarga atau teman, membaca artikel, majalah, atau koran.

Seseorang yang pendidikan terakhirnya S1 ataupun DIII idealnya mempunyai pengetahuan yang lebih baik dibandingkan dengan orang yang pendidikan terakhirnya SD, SMP, ataupun SMA karena pendidikan formal juga mempengaruhi pengetahuan yang dimiliki seseorang. Pendidikan merupakan bimbingan yang diberikan terhadap sesuatu hal agar seseorang dapat memahami (Mubarak, 2007).

Dalam penelitian ini, ada hubungan yang signifikan antara pendidikan terakhir dengan tingkat pengetahuan tentang antibiotik. Hal ini dibuktikan dengan uji chi square menggunakan program SPSS menunjukkan nilai Asymp sig (2-sided) 0,00 (P<0,05).

Penelitian Manan tahun 2012 menunjukkan bahwa sebagian besar responden (N=30 orang) penduduk Desa Daenaa Kecamatan Limboto Barat memiliki tingkat pengetahuan tentang antibiotik tinggi. Hal ini berbeda dengan profil tingkat pengetahuan tentang antibiotik pada pengunjung apotek di Kecamatan Jebres. Perbedaan ini bisa dikarenakan jumlah responden, jumlah pertanyaan, isi pertanyaan, tingkat pendidikan terakhir.


(15)

13 KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Berdasarkan penelitian dari hasil analisis data, maka dapat disimpulkan:

1. Masih banyak pengunjung apotek di Kecamatan Jebres Kota Surakarta yang memiliki tingkat pengetahuan tentang antibiotik rendah, yaitu 102 orang (36,96%), tingkat pengetahuan sedang sebanyak 120 orang (43,48%), dan tingkat pengetahuan tinggi sebanyak 54 orang (19,57%).

2. Rata-rata pengunjung memiliki tingkat pengetahuan rendah tentang penggunaan antibiotik (49,44%), tingkat pengetahuan sedang tentang pengetahuan umum antibiotik (60,51%), dan tingkat pengetahuan sedang tentang pengelolaan obat antibiotik (60,14%).

3. Semakin tingggi jenjang pendidikan seseorang, semakin banyak yang mempunyai tingkat pengetahuan tinggi. Pengunjung berpendidikan perguruan tinggi (11,59%), SMA (6,88%), SMP (0,72%), dan SD (0,72%).

B. Saran

Berdasarkan pelaksanaan dan hasil penelitian, saran yang perlu disampaikan yaitu: 1. Pemerintah hendaknya memberikan sosialisasi tentang antibiotik kepada masyarakat,

agar pengetahuan masyarakat tentang penggunaan antibiotik yang benar meningkat, sehingga dapat mencegah naiknya angka resistensi antibiotik.

2. Sebagian besar masyarakat pernah membeli antibiotik tanpa resep dokter. Oleh sebab itu pihak apotek hendaknya tidak menjual obat antibiotik secara bebas untuk mencegah penyalahgunaan antibiotik untuk mencegah naiknya angka resistensi antibiotik.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S., 2006.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Ed Revisi VI, Penerbit PT Rineka Cipta, Jakarta.

Baltazar, F., Azevedo, M.M., Pinheiro, C., Yaphe, J., 2009, Portuguese students' knowledge of antibiotics: a cross-sectional study of secondary school and university students in Braga, 1-6 , BMC Public Health, Portugal.

Badan Pusat Statistik Surakarta., 2011, Surakarta Dalam Angka 2011, Surakarta, Badan Pusat Statistik Kota Surakarta dan BAPPEDA Kota Surakarta.

Candra, A., 2011, Batasi Penggunaan Antibiotik,http://health.kompas.com/read/ 2011/11/14/05535872/Batasi.Penggunaan.Antibiotik (diakses pada 15 Desember 2014)


(16)

14 Candra, A., 2011, Pengaturan Antibiotik Pemerintah Latah,http://health.kompas.com/read/ 2011/04/07/13492620/pengaturan.antibiotik.pemerintah.latah (diakses pada 12 Oktober 2015)

Duerink, D.O. et al., 2007. Determinants of carriage of resistant Escherichia coli in the Indonesian population inside and outside hospitals.The Journal of antimicrobial chemotherapy, 60(2), pp.377–84.

Katzung, B.G., 2004,Farmakologi Dasar dan Klinik Buku 3 Edisi 8,Penerjemah dan editor: Bagian Farmakologi FK UNAIR. Penerbit Salemba Medika, Surabaya.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia., 2011, Pedoman Umum Penggunaan Antibiotik, Direktorat Jendral Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Jakarta. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia., 2013, Riset Kesehatan Dasar, Badan

Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Jakarta

Lim, K. K., Teh, C. C., 2012,A Cross Sectional Study of Public Knowledge and Attitude towards Antibiotics in Putrajaya, Malaysia, Southern Med ,mkReview.

Manan, S., 2012, Tingkat Pengetahuan Masyarakat tentang Penggunaan Antibiotik di Desa Daenaa Kecamatan Limboto Barat Tahun 2012, Karya Ilmiah, Universitas Negeri Gorontalo.

Mubarak, I., 2007, Promosi Kesehatan: Sebuah Pengantar Proses mengajar dalam Pendidikan, Graha ilmu,Yogyakarta.

Sulistiyani, T., 2013, Terlalu Banyak Antibiotik Bikin Bakteri Kebal, http://joglosemar.co/ 2013/04/terlalu-banyak-antibiotik-bikin-bakteri-kebal.html (diakses pada17 Desember 2014).

Widayati, A., Suryawati, S., Crespigny, C., Hiller, J., E., 2012, Knowledge and beliefs about antibiotics among people in Yogyakarta City Indonesia: a cross sectional population-based survey, Antimicrob Resist Infect Control 1 (1): 38, BMC.


(1)

9 A.Demografi Pengunjung Apotek

Sebanyak 276 kuesioner disebarkan di 12 apotek dan ditujukan kepada pengunjung apotek. Kuesioner yang harus diisi tersebut terdiri dari data diri, asal informasi antibiotik, pengetahuan tentang antibiotik. Data yang diambil dari pengunjung apotek di Kecamatan Jebres Kota Surakarta meliputi jenis kelamin, umur, pekerjaan, pendidikan, dan tingkat pengetahuan tentang antibiotik.

Tabel 1. Demografi Pengunjung Apotek di Kecamatan Jebres Kota Surakarta Karakteristik responden Jumlah responden Persentase % (N=276) Jenis kelamin a. Laki-laki

b. Perempuan 118 158 42,75% 57,25% Tingkat Pendidikan Terakhir a. SD b. SMP c. SMA d. PT 14 41 100 121 5,07% 14,86% 36,23% 43,84% Pekerjaan a. Pelajar

b. Mahasiswa c. Swasta

d. Ibu rumah tangga e. PNS 16 62 123 42 33 5,80% 22,46% 44,57% 15,22% 11,96% Umur a. Remajaakhir17-25 tahun

b. Dewasaawal26-35 tahun c. Dewasa akhir 36-45 tahun d. Lansia awal 46-55 tahun e. Lansia akhir 55-65 tahun

102 75 44 34 21 36,96% 27,17% 15,94% 12,32% 7,61%

Berdasarkan tabel 1, dari jumlah sampel sebanyak 276 responden, responden perempuan (57,25%) lebih banyak daripada responden laki-laki (42,75%). Responden yang berpendidikan terakhir perguruan tinggi adalah responden terbanyak, dan responden berpendidikan terakhir SD adalah responden yang paling sedikit. Responden berpendidikan perguruan tinggi sebanyak 121 orang (43,84%), dan SD berjumlah 14 orang (5,07%).

Kebanyakan responden bekerja di sektor swasta, lalu mahasiswa, ibu rumah tangga, PNS dan terakhir adalah pelajar. Pengunjung yang bekerja swasta berjumlah 123 orang, dan pelajar berjumlah 16 orang (5,80%).

Responden yang bekerja di sektor swasta adalah responden terbanyak karena meliputi banyak kategori seperti karyawan, buruh pabrik, pedagang, pembantu rumah tangga, tukang parkir, pengamen, dan lain-lain. Responden mahasiswa adalah responden kedua terbanyak, hal ini dikarenakan lokasi apotek yang berdekatan dengan Universitas, sehingga banyak pengunjung dari kalangan mahasiswa. Responden pelajar adalah responden yang paling sedikit, hal ini dikarenakan pelajar belum banyak yang tahu tentang obat.


(2)

10 Responden terbanyak adalah remaja akhir 17-25 tahun yaitu berjumlah 102 orang atau 36,96%, 26-35 tahun berjumlah 75 orang (27,17%), 36-45 tahun berjumlah 44 orang (15,94%), 46-55 tahun berjumlah 34 orang (12,32%), 55-65 tahun berjumlah 21 orang (7,61%).

B.Karakteristik Lain

Tabel 2.Distribusi Responden Berdasar Asal Informasi tentang Antibiotik Asal informasi tentang antibiotik Jumlah

responden

Persentase % (N=276) a. Dokter

b. Buku, majalah, koran, TV c. Keluarga, teman

d. Apoteker e. Internet

f. Lainnya (pelajaran, perawat, pekerjaan)

175 72 64 57 49 18

63,41% 26,09% 23,19% 20,65% 17,75% 6,52%

Berdasarkan tabel 2, dari jumlah sampel sebanyak 276 responden, responden yang mendapat informasi dari dokter berjumlah 175 orang (63,41%), dan dari selain pilihan kuesioner yaitu berjumlah 18 orang (6,52%). Informasi yang didapat pengunjung terbanyak berasal dari dokter, hal ini dikarenakan setiap pasien yang memeriksakan kesehatan ke dokter dan mendapat resep antibiotik akan mendapatkan informasi tentang cara penggunaan antibiotik dari dokter. Asal informasi yang paling sedikit adalah selain dari pilihan pada kuesioner, seperti dari pelajaran, perawat, materi kuliah, pekerjaan. C.Tingkat Pengetahuan Responden Tentang Antibiotik

Tabel 3.Tingkat pengetahuan tentang Antibiotik secara umum

Kategori Jumlah

responden

Persentase % (N=276) Pembelian antibiotik tanpa

resep dokter

a. Pernah b. Tidak pernah

179 97

64,86% 35,14% Tingkat pengetahuan a. Pengetahuan rendah

b. Pengetahuan sedang c. Pengetahuan tinggi

102 120 54

36,96% 43,48% 19,57%

Berdasarkan tabel 3, dari jumlah sampel sebanyak 276 responden, pengunjung yang pernah membeli antibiotik tanpa resep dokter berjumlah 179 orang (64,86%), pengunjung yang tidak pernah membeli antibiotik tanpa resep dokter berjumlah 97 orang (35,14%). Hal ini mencerminkan masih banyaknya masyarakat yang membeli antibiotik tanpa resep dokter. Ketidakpatuhan ini bisa dikarenakan dari beberapa apotek yang menjual dengan bebas obat antibiotik tanpa resep dokter (Sulistiyani, 2013).

Berdasarkan tabel 3, juga didapatkan hasil dari jumlah sampel sebanyak 276 responden, responden yang berpengetahuan rendah berjumlah 102 orang (36,96%), berpengetahuan sedang berjumlah 120 orang (43,48%), berpengetahuan tinggi berjumlah 54 orang (19,57%). Sebagian besar pengunjung apotek di Kecamatan Jebres Kota


(3)

11 Surakarta masih memiliki pengetahuan yang sedang terhadap antibiotik, kurangnya informasi dan sedikitnya penyuluhan tentang antibiotik kepada masyarakat menyebabkan kurangnya pengetahuan masyarakat tentang antibiotik (Candra, 2011).

Tabel 4.Tingkat pengetahuan tentang Antibiotik

Bagian Pertanyaan Jumlah

pertanyaan

Persentase rata-rata nilai benar pada seluruh responden %

(N=16)

Kategori penilaian

Bagian I

Pengetahuan umum tentang antibiotik a. Definisi

b. Contoh obat antibiotik

c. Sumber informasi tentang antibiotik d. Pembelian antibiotik tanpa resep dokter e. Tempat pembelian antibiotik

5 60,51% Sedang

Bagian II

Penggunaan antibiotik

a. Aturan pemakaian antibiotik

b. Contoh antibiotik yang bisa diminum bersama susu

c. Tindakan jika terjadi efek samping antibiotik

d. Tindakan jika lupa meminum antibiotik

9 49,44% Kurang

Bagian III

Pengelolaan obat antibiotik

a. Tindakan jika masih ada obat yang tersisa

b. Pembuangan antibiotik kadaluarsa

2 60,14% Sedang

Antibiotik merupakan zat-zat kimia yang diproduksi oleh fungi dan bakteri, yang berkhasiat untuk menghambat atau membunuh kuman dengan toksisitas yang relatif kecil. Antibiotik harus digunakan sesuai dengan jenis dan dosisnya untuk menentukan aktivitasnya sebagai bakterisid atau bakteriostatik didalam tubuh (Depkes, 2011). Berdasarkan tabel 4 tingkat pengetahuan responden tentang pengetahuan umum antibiotik didapatkan persentase rata-rata jawaban yang benar sebesar 60,51%. Sehingga dapat disimpulkan pengetahuan pengunjung apotek di Kecamatan Jebres Kota Surakarta dikategorikan cukup.

Diperlukan edukasi untuk meminimalisir penggunaan antibiotik, seperti masyarakat diberikan pengetahuan tentang penggunaan antibiotik yang sesuai sehingga duharapkan dapat mengurangi penggunaan antibiotik pada penyakit yang disebabkan oleh virus (Baltazar, 2009). Tingkat pengetahuan responden tentang penggunaan antibiotik didapatkan persentase rata-rata jawaban yang benar sebesar 49,44%. Sehingga dapat disimpulkan pengetahuan pengunjung apotek di Kecamatan Jebres Kota Surakarta dikategorikan rendah.

Tingkat pengetahuan responden tentang pengelolaan obat antibiotik didapatkan persentase rata-rata jawaban yang benar sebesar 60,14%. Sehingga dapat disimpulkan pengetahuan pengunjung apotek di Kecamatan Jebres Kota Surakarta dikategorikan cukup.


(4)

12 Pertanyaan yang dijawab dengan benar oleh responden terbanyak adalah pertanyaan nomor 1, yaitu pengertian dari antibiotik. Sedangkan pertanyaan yang dijawab salah oleh responden terbanyak adalah pertanyaan nomor 3, yaitu cara meminum antibiotik dengan aturan pakai 3 x sehari 1 tablet. Kebanyakan responden menjawab meminum antibiotik setelah sarapan pagi, makan siang, makan malam.

Profil tingkat pengetahuan tentang antibiotik berdasar pendidikan terakhir ditunjukkan pada tabel 5.

Tabel 5.Tingkat Pengetahuan tentang Antibiotik pada Pengunjung Apotek di Kecamatan Jebres Kota Surakarta Berdasar Pendidikan Terakhir

Kategori Persentase responden dengan tingkat

pengetahuan % (N=276)

tinggi sedang rendah

Pendidikan terakhir a. Perguruan tinggi b. SMA

c. SMP d. SD

11,59% 6,88% 0,72% 0,36%

18,48% 15,22% 6,88% 2,90%

13,77% 14,13% 7,25% 1,81%

Secara umum semakin tinggi jenjang pendidikan yang diperoleh seseorang, maka akan semakin banyak informasi dan wawasan yang akan didapatkan, namun tidak hanya faktor pendidikan yang berpengaruh pada pengetahuan seseorang. Selain pendidikan hal yang mempengaruhi pengetahuan adalah pengalaman hidup, informasi dari keluarga atau teman, membaca artikel, majalah, atau koran.

Seseorang yang pendidikan terakhirnya S1 ataupun DIII idealnya mempunyai pengetahuan yang lebih baik dibandingkan dengan orang yang pendidikan terakhirnya SD, SMP, ataupun SMA karena pendidikan formal juga mempengaruhi pengetahuan yang dimiliki seseorang. Pendidikan merupakan bimbingan yang diberikan terhadap sesuatu hal agar seseorang dapat memahami (Mubarak, 2007).

Dalam penelitian ini, ada hubungan yang signifikan antara pendidikan terakhir dengan tingkat pengetahuan tentang antibiotik. Hal ini dibuktikan dengan uji chi square menggunakan program SPSS menunjukkan nilai Asymp sig (2-sided) 0,00 (P<0,05).

Penelitian Manan tahun 2012 menunjukkan bahwa sebagian besar responden (N=30 orang) penduduk Desa Daenaa Kecamatan Limboto Barat memiliki tingkat pengetahuan tentang antibiotik tinggi. Hal ini berbeda dengan profil tingkat pengetahuan tentang antibiotik pada pengunjung apotek di Kecamatan Jebres. Perbedaan ini bisa dikarenakan jumlah responden, jumlah pertanyaan, isi pertanyaan, tingkat pendidikan terakhir.


(5)

13 KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Berdasarkan penelitian dari hasil analisis data, maka dapat disimpulkan:

1. Masih banyak pengunjung apotek di Kecamatan Jebres Kota Surakarta yang memiliki tingkat pengetahuan tentang antibiotik rendah, yaitu 102 orang (36,96%), tingkat pengetahuan sedang sebanyak 120 orang (43,48%), dan tingkat pengetahuan tinggi sebanyak 54 orang (19,57%).

2. Rata-rata pengunjung memiliki tingkat pengetahuan rendah tentang penggunaan antibiotik (49,44%), tingkat pengetahuan sedang tentang pengetahuan umum antibiotik (60,51%), dan tingkat pengetahuan sedang tentang pengelolaan obat antibiotik (60,14%).

3. Semakin tingggi jenjang pendidikan seseorang, semakin banyak yang mempunyai tingkat pengetahuan tinggi. Pengunjung berpendidikan perguruan tinggi (11,59%), SMA (6,88%), SMP (0,72%), dan SD (0,72%).

B. Saran

Berdasarkan pelaksanaan dan hasil penelitian, saran yang perlu disampaikan yaitu: 1. Pemerintah hendaknya memberikan sosialisasi tentang antibiotik kepada masyarakat,

agar pengetahuan masyarakat tentang penggunaan antibiotik yang benar meningkat, sehingga dapat mencegah naiknya angka resistensi antibiotik.

2. Sebagian besar masyarakat pernah membeli antibiotik tanpa resep dokter. Oleh sebab itu pihak apotek hendaknya tidak menjual obat antibiotik secara bebas untuk mencegah penyalahgunaan antibiotik untuk mencegah naiknya angka resistensi antibiotik.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S., 2006.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Ed Revisi VI, Penerbit PT Rineka Cipta, Jakarta.

Baltazar, F., Azevedo, M.M., Pinheiro, C., Yaphe, J., 2009, Portuguese students' knowledge of antibiotics: a cross-sectional study of secondary school and university students in Braga, 1-6 , BMC Public Health, Portugal.

Badan Pusat Statistik Surakarta., 2011, Surakarta Dalam Angka 2011, Surakarta, Badan Pusat Statistik Kota Surakarta dan BAPPEDA Kota Surakarta.

Candra, A., 2011, Batasi Penggunaan Antibiotik,http://health.kompas.com/read/ 2011/11/14/05535872/Batasi.Penggunaan.Antibiotik (diakses pada 15 Desember 2014)


(6)

14 Candra, A., 2011, Pengaturan Antibiotik Pemerintah Latah,http://health.kompas.com/read/ 2011/04/07/13492620/pengaturan.antibiotik.pemerintah.latah (diakses pada 12 Oktober 2015)

Duerink, D.O. et al., 2007. Determinants of carriage of resistant Escherichia coli in the Indonesian population inside and outside hospitals.The Journal of antimicrobial chemotherapy, 60(2), pp.377–84.

Katzung, B.G., 2004,Farmakologi Dasar dan Klinik Buku 3 Edisi 8,Penerjemah dan editor: Bagian Farmakologi FK UNAIR. Penerbit Salemba Medika, Surabaya.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia., 2011, Pedoman Umum Penggunaan Antibiotik, Direktorat Jendral Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Jakarta. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia., 2013, Riset Kesehatan Dasar, Badan

Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Jakarta

Lim, K. K., Teh, C. C., 2012,A Cross Sectional Study of Public Knowledge and Attitude towards Antibiotics in Putrajaya, Malaysia, Southern Med ,mkReview.

Manan, S., 2012, Tingkat Pengetahuan Masyarakat tentang Penggunaan Antibiotik di Desa Daenaa Kecamatan Limboto Barat Tahun 2012, Karya Ilmiah, Universitas Negeri Gorontalo.

Mubarak, I., 2007, Promosi Kesehatan: Sebuah Pengantar Proses mengajar dalam Pendidikan, Graha ilmu,Yogyakarta.

Sulistiyani, T., 2013, Terlalu Banyak Antibiotik Bikin Bakteri Kebal, http://joglosemar.co/ 2013/04/terlalu-banyak-antibiotik-bikin-bakteri-kebal.html (diakses pada17 Desember 2014).

Widayati, A., Suryawati, S., Crespigny, C., Hiller, J., E., 2012, Knowledge and beliefs about antibiotics among people in Yogyakarta City Indonesia: a cross sectional population-based survey, Antimicrob Resist Infect Control 1 (1): 38, BMC.


Dokumen yang terkait

TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG ANTIBIOTIK PADA PENGUNJUNG APOTEK DI KECAMATAN JEBRES Tingkat Pengetahuan Tentang Antibiotik pada Pengunjung Apotek di Kecamatan Jebres Kota Surakarta.

0 3 11

PENDAHULUAN Tingkat Pengetahuan Tentang Antibiotik pada Pengunjung Apotek di Kecamatan Jebres Kota Surakarta.

0 3 10

KESIAPSIAGAAN DAN TINGKAT PENDIDIKAN BENCANA BANJIR DI KELURAHAN JEBRES KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA Kesiapsiagaan Dan Tingkat Pendidikan Bencana Banjir Di Kelurahan Jebres Kecamatan Jebres Kota Surakarta.

0 2 17

KESIAPSIAGAAN DAN TINGKAT PENDIDIKAN BENCANA BANJIR DI KELURAHAN JEBRES KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA Kesiapsiagaan Dan Tingkat Pendidikan Bencana Banjir Di Kelurahan Jebres Kecamatan Jebres Kota Surakarta.

0 2 10

TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG ANTIBIOTIK PADA MASYARAKAT KECAMATAN PRINGKUKU KABUPATEN Tingkat Pengetahuan Tentang Antibiotik Pada Masyarakat Kecamatan Pringkuku Kabupaten Pacitan.

0 2 11

PENDAHULUAN Tingkat Pengetahuan Tentang Antibiotik Pada Masyarakat Kecamatan Pringkuku Kabupaten Pacitan.

0 4 9

TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG ANTIBIOTIK PADA MASYARAKAT KECAMATAN X KABUPATEN X Tingkat Pengetahuan Tentang Antibiotik Pada Masyarakat Kecamatan Pringkuku Kabupaten Pacitan.

1 6 18

Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Status Ekonomi terhadap Rasionalitas Penggunaan Obat Swamedikasi pada Pengunjung di Apotek "X" Kota Pangkalpinang.

1 12 23

PENGGUNAAN ANTIBIOTIK YANG IRASIONAL PADA RESEP DOKTER DARI APOTEK-APOTEK DI KOTA SURAKARTA.

0 5 25

Satiti Setiyo Siwi

0 1 59