PENGUKURAN KINERJA DENGAN BALANCED SCORECARD PADA UNIT SIMPAN PINJAM KOPERASI SERBA USAHA (KSU) MEKAR SURYA KARANGANYAR TAHUN 2010

(1)

commit to user

i

PENGUKURAN KINERJA DENGAN

BALANCED SCORECARDPADA UNIT SIMPAN PINJAM

KOPERASI SERBA USAHA (KSU) MEKAR SURYA KARANGANYAR TAHUN 2010

SKRIPSI

Oleh:

RAMITA KHOLIFATURROHMAH NIM: K 7407029

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2011


(2)

commit to user

ii

PENGUKURAN KINERJA DENGAN

BALANCED SCORECARDPADA UNIT SIMPAN PINJAM

KOPERASI SERBA USAHA (KSU) MEKAR SURYA KARANGANYAR TAHUN 2010

Oleh:

RAMITA KHOLIFATURROHMAH NIM: K 7407029

Skripsi

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan

Gelar Sarjana Pendidikan Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi Program Studi Pendidikan Ekonomi

Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2011


(3)

commit to user


(4)

commit to user


(5)

commit to user


(6)

commit to user

vi ABSTRAK

Ramita Kholifaturrohmah,PENGUKURAN KINERJA DENGANBALANCED

SCORECARDPADA UNIT SIMPAN PINJAM KOPERASI SERBA USAHA (KSU) MEKAR SURYA KARANGANYAR TAHUN 2010. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta, Januari 2011.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kinerja Unit Simpan Pinjam Koperasi Serba Usaha (KSU) Mekar Surya Karanganyar apabila diukur

dengan menggunakan konsep Balanced Scorecard melalui empat perspektif,

yaitu: perspektif keuangan, perspektif pelanggan, perspektif proses bisnis internal serta perspektif pembelajaran dan pertumbuhan.

Sesuai dengan tujuan penelitian ini, maka peneliti menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Strategi penelitian yang digunakan adalah strategi tunggal terpancang, bila ditinjau dari apek yang diteliti, penelitian ini merupakan

studi kasus (case study). Dalam penelitian ini penentuan sampel dilakukan dengan

cara purposive sampling. Sumber data yang digunakan adalah informan, dokumen, dan arsip. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi, dan analisis dokumen. Validitas data dilakukan dengan cara trianggulasi sumber dan review informan. Sedangkan teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis model interaktif.

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa: (1) Hasil pengukuran kinerja Unit Simpan Pinjam Koperasi Serba Usaha (KSU) Mekar Surya Karangnyar dilihat dari perspektif keuangan secara umum dinilai

”cukup”. Hal ini dapat dilihat peningkatan pendapatan yang mengalami penurunan dan dinilai kurang, peningkatan SHU yang mengalami penurunan sehingga dinilai kurang, efisiensi biaya yang mengalami penurunan sehingga

dinilai baik, cash ratio yang mengalami peningkatan sehingga dinilai baik, rasio

modal terhadap total aktiva yang mengalami peningkatan dan penurunan sehingga dinilai cukup, dan rasio rentabilitas modal yang mengalami peningkatan sehingga dinilai baik (2) Hasil pengukuran kinerja dilihat dari perspektif pelanggan secara

umum dinilai ”baik”. Hal ini dapat dilihat akuisisi pelanggan, retensi pelanggan,

dan kepuasan pelanggan yang dinilai ”baik”. (3) Hasil pengukuran kinerja dilihat

dari perspektif proses bisnis intenal secara umum dinilai ”baik”. Hal ini dapat dilihat pada proses inovasi, proses operasi, dan layanan purna jual yang semuanya

dinilai ”baik”. (4) Hasil pengukuran kinerja dilihat dari perspektif pembelajaran

dan pertumbuhan secara umum dinilai ”cukup”. Hal ini terbukti dengan tingkat

retensi karyawan yang dinilai cukup, produktivitas karyawan yang mengalami peningkatan dan dinilai baik, serta kapabilitas karyawan yang mengalami peningkatan yang tidak signifikan dan dinilai cukup. (5) Berdasarkan hasil penilaian kinerja Unit Simpan Pinjam Koperasi Serba Usaha (KSU) Mekar Surya Karangnyar tahun 2010 diperoleh hasil bahwa total skor penilaian kinerja adalah 8, dari total bobot standar 15. Sehingga rata-rata skor adalah 8/15 = 0,53 (terletak antara 0-0,6) yang menunjukkan kinerja Unit Simpan Pinjam Koperasi Serba


(7)

commit to user

vii ABSTRACT

Ramita Kholifaturrohmah. THE PERFORMANCE MEASUREMENT

USING BALANCED SCORECARD IN SAVE-LOAN UNIT OF

KARANGANYAR MEKAR SURYA MISCELLANEOUS BUSINESS COOPERATIVE (KSU) IN 2010. Research, Surakarta: Education and Teacher Faculty, Sebelas Maret University, January 2011.

The objective of research is to find out the performance of Save-Loan Unit of Karanganyar Mekar Surya Miscellaneous Business Cooperative (KSU) measured using the balanced scorecard concept through four perspectives: financial, customer, internal business process, and learning and growth perspectives.

Based on this research, the author used a descriptive qualitative research method. The strategy of research used was a single-embedded strategy; viewed from the aspect studied, this research belongs to a case study. In this research, the sampling technique used was purposive sampling one. The data sources used were informant, document and archive. Techniques of collecting data used were interview, observation, and document analysis. The data validation was done using source triangulation and review informant. Meanwhile the technique of analyzing data used was an interactive model analysis one.

Considering the result of data analysis and discussion, it can be concluded that: (1) the result of performance measurement in the Save-Loan Unit of Karanganyar Mekar Surya Miscellaneous Business Cooperative (KSU) viewed

from the financial perspective generally is categorized as “fair”. It can be seen

from the decrease in the income increase and categorized as poor, the declined SHU increase, so that it is categorized as poor, declined cost efficiency so that it is categorized as good, increased cash ratio that is categorized as good, increased and decreased capital-to-total asset ratio categorized fair, and increased capital rentability ratio so that it is categorized as good. (2) the result of performance

measurement from the customer perspective generally is categorized as “good”. It

can be seen from the customer acquisition, customer retention, and customer

satisfaction categorized as “good”. (3) the result of performance measurement

from the internal business process perspective generally is categorized as “good”.

It can be seen from innovation process, operation process and after-sale service all

of which are categorized as “good”. (4) the result of performance measurement

from the learning and growth perspective generally is categorized as “fair”. It can

be seen from the fair level of employee retention, and increased employee productivity categorized as good, as well as insignificantly increased capability of employees categorized as fair. (5) Based on the result of performance assessment in Save-Loan Unit of Karanganyar Mekar Surya Miscellaneous Business Cooperative (KSU) in 2010, it can be found that the total score of performance assessment is 8, from total standard weight of 15. Thus, the mean score is 8/15 = 0.53 (located between 0 and 0.6) indicating that the performance of Save-Loan Unit of Karanganyar Mekar Surya Miscellaneous Business Cooperative (KSU) is overall considered as good.


(8)

commit to user

viii MOTTO

Success is a journey, not a destination Sukses adalah perjalanan, bukan tujuan akhir.

(Ben Sweetland)

Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman diantara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan.

(QS. Al Mujadalah:11)

Yang membentuk kepribadian kita adalah apa yang kita lakukan berulang kali, karena itu kesempurnaan tidaklah dicapai dengan sebuah tindakan sekali saja,

tetapi oleh serangkaian kebiasaan baik yang kita lakukan berulang kali. (Aristoteles)

Segala keberhasilan dan kekayaan berawal dari sebuah pemikiran. (Napoleon Hill)

Masa depan bukan bukan terletak pada pekerjaan apapun, tetapi pada orang yang mengerjakannya.

(George Crane)

Kesuksesan adalah guru yang buruk. Ia membuat orang-orang cerdas menyangka bahwa mereka tidak bisa gagal.

(Bill Gates)

Fokus pada satu keinginan memungkinkan pencapaian banyak keinginan. (Mario Teguh)

Penting untuk membiasakan keberhasilan. Cara termudah untuk memulainya adalah berhasil dalam suatu hal, sekecil apapun, setiap hari, perlahan namun pasti

perbesar tingkatan ambisi dan keberhasilan Anda. (Michael Korda)

Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan orang-orang tidak menyadari betapa dekatnya mereka dengan keberhasilan saat mereka menyerah.

(Thomas Alva Edison)

Kebanyakan dari kita tidak mensyukuri apa yang sudah kita miliki, tetapi kita selalu menyesali apa yang belum kita capai.


(9)

commit to user

ix

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan untukmu,

Ayah dan Bunda Tercinta

atas curahan dan kasih sayang yang tiada henti

kepada kalianlah tempat semua kebanggaan dan prestasi ini menuju

Kedua adikkuYahya Amri FadlidanAdinda Fatimatuzzahrayang menjadi

inspirasiku untuk segera lulus

R. Suryo Khasabu

yang senantiasa menemaniku, menyemangatiku, serta memberiku senyuman thanks for all the kindness, love, and understanding you have given to me


(10)

commit to user

x

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur alhamdulillah senantiasa kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan baik. Penyusunan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang setulus-tulusnya kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan serta dorongannya. Yang antara lain sebagai berikut :

1. Bapak Prof. Dr. H.M. Furqon Hidayatullah, M.Pd selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Sebelas Maret Surakarta atas diberikannya ijin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian.

2. Bapak Drs. Saiful Bachri, M.Pd selaku ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (P.IPS) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Bapak Drs. Sutaryadi, M.Pd selaku ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (P.IPS) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Bapak Drs. Wahyu Adi, M.Pd selaku Ketua BKK Akuntansi, Jurusan P.IPS Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberikan ijin atas penyusunan skripsi ini. Terimakasih atas segala bentuk dukungan, motivasi dan kepercayaannya selama ini.

5. Ibu Prof. Dr. Siswandari, M.Stats selaku Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, terimakasih atas segala motivasinya yang tiada henti untuk segera menyelesaikan skripsi ini.


(11)

commit to user

xi

6. Ibu Dra. Sri Witurachmi, M.M selaku Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, kesempatan dan kemudahan sehingga membantu kelancaran skripsi ini.

7. Bapak dan Ibu Dosen BKK Akuntansi yang telah memberikan ilmunya. 8. Seluruh keluarga besar KSU Mekar Surya Karanganyar, terimakasih atas

kerjasamanya dalam mendukung kelancaran penelitian ini.

9. Ayahanda dan Ibunda tersayang serta seluruh keluarga besarku, terimakasih atas curahan kasih sayang, doa dan dukungannya selama ini.

10. Marching Band dan Kopma UNS, sumber pengalamanku.

11. Teman mahasiswa A1 dan PAK angkatan 2007, semoga kita semua sukses. 12. Seluruh komunitas serta volunteer Solo Batik Carnival 2 dan 3, untuk segala

persahabatan, persaudaraan yang terjalin serta kerja tim yang solid. 13. Mas alam, terimakasih atas bantuannya.

14. Teman-teman kos Linaya, Pondok Titis dan Rinenggo.

15. Untuk Kota Solo yang selalu mengadakan event budaya, sarana untuk mengembangkan bakat, kreatifitas sekaligus memberikan pengalaman yang berharga.

16. Teman-teman Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi, terimakasih atas

informasi yang selalu diberikan. Semoga kita bisa meraih impian kita.

Akhir kata, penulis ingin menyampaikan bahwa penyusunan skripsi ini masih banyak dijumpai kesalahan-kesalahan. Hal itu dikarenakan keterbatasan kemampuan yang dimiliki oleh penulis. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan berbagai masukan dari semua pihak, baik berupa saran maupun kritik yang sekiranya bisa memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ada dalam penyusunan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Amin.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Surakarta, Januari 2011


(12)

commit to user

xii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGAJUAN... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN... v

HALAMAN ABSTRAK ... vi

HALAMAN MOTTO... viii

HALAMAN PERSEMBAHAN... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN... xvii

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah... 5

C. Tujuan Penelitian... 5

D. Manfaat Penelitian... 5

BAB II LANDASAN TEORI ... 7

A. Tinjauan Pustaka ... 7

1. Pengertian Kinerja ... 7

2. Pengertian Pengukuran Kinerja ... 8

3. Tujuan dan Manfaat Pengukuran Kinerja ... 9

4. Pengertian Visi, Misi dan Strategi... 12

5. PengertianBalanced Scorecard... 14

6. KonsepBalanced Scorecard... 15


(13)

commit to user

xiii

8. KelemahanBalanced Scorecard... 20

9. ManfaatBalanced Scorecard... 21

10. Menterjemahkan Visi dan Strategi ke dalam Empat PerspektifBalanced Scorecard... 21

B. Penelitian Yang Relevan... 31

C. Kerangka Berfikir... 38

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 40

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 40

B. Metode Penelitian... 41

C. Sumber Data... 42

D. Teknik Sampling ... 42

E. Teknik Pengumpulan Data... 43

F. Validitas Data... 46

G. Analisis Data ... 48

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 53

A. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 53

1. Sejarah Singkat Berdirinya KSU Mekar Surya Karanganyar .. 53

2. Stuktur Organisasi KSU Mekar Surya Karanganyar... 54

3. Produk, Jasa dan Pelayanan ... 60

4. Wilayah Pemasaran ... 60

5. Permodalan untuk Pengembangan Usaha Koperasi ... 61

B. Deskripsi Hasil Penelitian... 62

1. Visi, Misi, Slogan, Motto, Kepercayaan dan Budaya KSU Mekar Surya Karanganyar ... 62

2. Program Kerja KSU Mekar Surya Karanganyar Tahun 2010 ... 64

C. Temuan Studi yang Dihubungkan dengan Kajian Teoeri ... 65

1. Menterjemahkan Visi, Misi, dan Strategi ke dalam Balanced Scorecard... 66

2. Kriteria Keseimbangan Balanced Scorecard pada Unit Simpan Pinjam KSU Mekar Surya Karanganyar ... 67


(14)

commit to user

xiv

3. Mengukur Kinerja Unit Simpan Pinjam KSU Mekar Surya

Karanganyar denganBalanced Scorecard... 69

4. Menilai Hasil Pengukuran Kinerja Unit Simpan Pinjam KSU Mekar Surya Karanganyar dengan Balanced Scorecard... 79

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ... 87

A. Simpulan ... 87

B. Implikasi... 88

C. Saran ... 89

DAFTAR PUSTAKA ... 91


(15)

commit to user

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Nomor Halaman

Gambar 1 Model Pengukuran Kinerja ... 9

Gambar 2 Hubungan sebab-akibat antara empat perspektif dalam balanced scorecard... 17

Gambar 3 Keseimbangan sasaran-sasaran strategik yang ditetapkan dalam perencanaan strategik ... 19

Gambar 4 Balanced Scorecard sebagai kerangka kerja untuk menerjemahkan srtategi ke dalam kerangka operasional ... 22

Gambar 5 Perspektif pelanggan-Ukuran utama ... 24

Gambar 6 Proporsi Nilai Pelanggan ... 26

Gambar 7 Perspektif Proses Bisnis Internal... 27

Gambar 8 Kerangka kerja ukuran Pembelajaran dan Pertumbuhan... 28

Gambar 9 Kerangka berfikir pengukuran kinerja dengan metode balanced scorecard... 39

Gambar 10 Struktur Organisasi KSU Mekar Surya Karanganyar... 55

Gambar 11 Hubungan sebab akibat rencana strategis pada Unit Simpan Pinjam KSU Mekar Surya Karanganyar... 66

Gambar 12 Kurva Kinerja Unit Simpan Pinjam KSU Mekar Surya Karanganyar ... 86


(16)

commit to user

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel Nomor Halaman

Tabel 1 Perbedaan Ukuran yang Diteliti ... 34

Tabel 2 Kerangka Kriteria Keseimbangan Unit Simpan Pinjam KSU Mekar Surya Karanganyar ... 49

Tabel 3 Kerangka Ikhtisar Kinerja Unit Simpan Pinjam KSU Mekar Surya Karanganyar ... 51

Tabel 4 Kerangka Kriteria Keseimbangan Unit Simpan Pinjam KSU Mekar Surya Karanganyar ... 68

Tabel 5 Rasio Peningkatan Pendapatan... 70

Tabel 6 Rasio Peningkatan SHU ... 70

Tabel 7 Rasio Perubahan Biaya ... 71

Tabel 8 Cash Ratio... 71

Tabel 9 Rasio Modal Sendiri terhadap Total Aktiva... 72

Tabel 10 Rasio Rentabilitas Modal ... 73

Tabel 11 Data Akuisisi Pelanggan ... 74

Tabel 12 Retensi Karyawan ... 77

Tabel 13 Produktivitas Karyawan ... 78

Tabel 14 Rasio Karyawan yang Dilatih... 79

Tabel 15 Rating Scale... 79

Tabel 16 Ihktisar Hasil Penilaian Kinerja Unit Simpan Pinjam KSU Mekar Surya Karanganyar ... 81


(17)

commit to user

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran no. Halaman

Lampiran 1 Kisi-kisi Penelitian ... 93

Lampiran 2 Pedoman Wawancara... 94

Lampiran 3 Fieldnote ... 95

Lampiran 4 Foto-foto Penelitian ... 106

Lampiran 5 Laporan Neraca Perbandingan Tahun 2009 dan 2008... 112

Lampiran 6 Laporan Neraca Perbandingan Tahun 2010 dan 2009... 113

Lampiran 7 Laporan Perbandingan Hasil Usaha Tahun 2009 dan 2008 ... 114

Lampiran 8 Laporan Perbandingan Hasil Usaha Tahun 2010 dan 2009... 115

Lampiran 9 Program Kerja Tahun 2010... 116

Lampiran 10 Daftar pelatihan dan pembinaan karyawan... 117


(18)

commit to user

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam era globalisasi sekarang ini, perkembangan dunia bisnis yang semakin competitive dan turbulence menyebabkan suatu perusahaan diharuskan melakukan perbaikan di segala bidang agar tetap menjadi pelaku pasar dalam jangka panjang dengan produk yang berdaya saing tinggi. Kondisi ini mengharuskan manajemen agar dapat meningkatkan strategi agar mampu bertahan dan berkembang dalam persaingan.

Peran pelaku ekonomi dalam kegiatan usaha di Indonesia sangat vital bagi roda perekonomian di Indonesia. Para pelaku ekonomi berupaya membangun perekonomian yang pada akhirnya turut serta meningkatkan kesejahteraan rakyat. Tiga pilar ekonomi nasional yaitu Badan Usaha Milik Negara (BUMN), swasta dan koperasi berupaya melakukan usaha seperti di sektor jasa keuangan maupun pembiayaan. Badan-badan usaha tersebut memberikan berbagai jasa keuangan maupun pembiayaan untuk membantu serta memfasilitasi masyarakat dan sektor Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Sesuai UU No.20 Tahun 2008, bahwa sektor UMKM perlu diberdayakan sebagai bagian integral ekonomi rakyat agar mampu tumbuh dan berkembang menjadi usaha yang tangguh dan mandiri. Sehingga masing-masing badan usaha tersebut berkompetisi dalam penyaluran dananya untuk membantu sektor UMKM maupun masyarakat.

Perkembangan badan-badan usaha tersebut masih dihadapkan pada berbagai permasalahan baik yang bersifat internal maupun eksternal yang kurang kondusif. Adapun permasalahan tersebut yaitu: (1) aspek infrastruktur dan kelembagaan; (2) efisiensi operasional; (3) belum optimalnya pemberdayaan usaha; (4) strategi manajemen yang kurang tepat; (5) rendahnya kemampuan SDM; (6) permodalan; serta (7) terbatasnya akses pasar (Wijono dalam Ashari).

Peran strategis yang dimainkan pelaku-pelaku ekonomi baik BUMN,

swasta maupun koperasi menuntut adanya penyusunan kebijakan dan


(19)

commit to user

sehingga lebih optimal dalam pembangunan nasional. Ketiganya dituntut memiliki daya saing secara internal, regional, nasional maupun lokal.

Untuk mengatasi berbagai kendala tersebut, diperlukan adanya evaluasi kinerja melalui pengukuran kinerja yang handal (reliable). Pengukuran kinerja merupakan hal yang esensial bagi perusahaan. Hal ini dikarenakan pengukuran kinerja dapat digunakan untuk menilai keberhasilan suatu perusahaan serta penyusunan strategi bisnis yang tepat. Menurut Ciptani (2000) dijelaskan bahwa pengukuran kinerja pada organisasi digunakan untuk melakukan koordinasi antara para manajer dengan tujuan dari masing-masing bagian nantinya akan memberikan kontribusi terhadap kemajuan dan keberhasilan perusahaan dalam mencapai sasarannya.

Metode pengukuran kinerja yang selama ini banyak digunakan baik pada sektor swasta maupun publik adalah pengukuran tradisional, yang hanya menekankan pada aspek finansial saja. Sedangkan apabila diukur hanya dari aspek finansial saja tidak mampu mencerminkan kinerja organisasi yang sesungguhnya.

Metode pengukuran kinerja yang dianggap tepat mengatasi kendala-kendala secara menyeluruh pada lembaga keuangan mikro saat ini yaitubalanced scorecard. Balanced scorecard merupakan sebuah konsep pengukuran kinerja yang diperkenalkan oleh Robert S. Kaplan dan David P. Norton (2000:22) sebagai metode pengukuran kinerja komprehensif yang tersusun dalam empat perspektif yaitu finansial, pelanggan, proses bisnis internal, serta pembelajaran dan pertumbuhan.Balanced scorecard mampu menerjemahkan visi, misi, dan strategi suatu organisasi ke dalam tujuan operasional dan ukuran kinerja baik kinerja finansial maupun non finansial.

Modell dalam Imelda (2004) menjelaskan bahwa balanced scorecard

dapat membantu organisasi publik dalam mengontrol keuangan dan mengukur kinerja organisasi. Saat ini, metodebalanced scorecardbanyak digunakan sebagai alat pengukuran kinerja pada organisasi bisnis (profit seeking organisation). Masih jarang implementasi balanced scorecard pada organisasi publik (public organisation) bahkan organisasi dengan karakteristik khusus seperti koperasi.


(20)

commit to user

Menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 Tentang Perkoperasian, dijelaskan bahwa koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan.

Pengertian ini selaras dengan definisi yang dikemukakan oleh

International Cooperative Alliance (ICA)bahwa”a cooperative is an autonomous association of persons united voluntarily to meet their common economic, social, and cultural needs and aspirations through a jointly owned and democratically contolled enterprise.”(www.coop.org). Pernyataan ini pun sejalan dengan tujuan koperasi sebagaimana dikemukakan oleh Ikatan Akuntan Indonesia dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.27 tentang Akuntansi Perkoperasian bahwa koperasi adalah suatu badan usaha yang mengorganisir pemanfaatan dan pendayagunaan sumber daya ekonomi para anggotanya atas dasar prinsip-prinsip koperasi dan kaidah usaha ekonomi untuk meningkatkan taraf hidup anggota pada khususnya dan masyarakat daerah kerja pada umumnya, dengan demikian koperasi merupakan gerakan ekonomi rakyat dan soko guru perekonomian nasional.

Karakteristik utama koperasi yang membedakannya dengan badan usaha lain adalah bahwa anggota koperasi memiliki identitas ganda (the dual identity of the member), yaitu anggota sebagai pemilik sekaligus pengguna jasa koperasi (user own oriented firm). Koperasi diharapkan mampu memainkan peranan sentral dalam tata perekonomian di Indonesia. Usaha memajukan koperasi harus ditingkatkan dari waktu ke waktu untuk mewujudkan visi dan misi koperasi sebagai soko guru perekonomian rakyat, gerakan ekonomi rakyat dan wadah demokrasi ekonomi.

Dinamika ekonomi dan persaingan usaha menjadi tantangan besar bagi koperasi dalam menjalankan usahanya. Dalam era globalisasi, koperasi harus bersaing dengan perusahaan-perusahaan global yang memiliki berbagai keunggulan dalam memutarkan roda bisnisnya. Paradigma masyarakat selama ini bahwa swasta dianggap paling efisien, produktif dan manajemen yang baik.


(21)

commit to user

BUMN dianggap perusahaan yang memiliki hak monopoli, birokratis, dan kurang efisien. Sedangkan koperasi dianggap sebagai badan usaha yang dimiliki pribadi, modal dan kapasitas usaha kecil, tidak dikelola dengan baik serta kurang berkembang. Sejauh ini, Koperasi memang belum bisa berkembang pesat dibandingkan dengan pelaku-pelaku ekonomi lain seperti BUMN maupun swasta. Hal ini dikarenakan Koperasi masih dihadapkan pada masalah kinerjanya yang masih belum optimal. Berbagai aspek seperti permodalan yang masih kecil, kurangnya penguasaan teknologi mutakhir, ketrampilan yang masih sederhana, lemahnya kemampuan manajemen, serta kurangnya dukungan pemerintah masih menjadi problematika koperasi.

Untuk dapat bertahan dalam iklim persaingan usaha, koperasi harus terus melakukan konsolidasi intern yaitu mengusahakan kebangkitan koperasi agar dapat menjalankan peranannya dalam kehidupan perekonomian. Kepercayaan harus terus ditingkatkan dengan menumbuhkan koperasi sebagai badan usaha yang sehat, layak dan berorientasi pada kepentingan anggota. Untuk itu koperasi harus mampu meningkatkan daya saingnya seperti meningkatkan kemampuan manajemen, permodalan, penguasaan teknologi mutakhir serta ketrampilan yang tinggi untuk menangani berbagai aktivitas usahanya (dalam Buletin Koperasi Edisi Juli/Agustus/September/1991). Seperti dipaparkan oleh Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) pada acara ”Puncak Peringatan Hari Koperasi ke-63 tanggal 15 Juli 2010”, koperasi diharapkan mampu meningkatkan kinerjanya sehingga menjadi kekuatan ekonomi rakyat yang mandiri, kreatif dan inovatif untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat.

KSU Mekar Surya Karanganyar merupakan salah satu koperasi di wilayah Karanganyar, dimana lingkungan persaingan bisnis sangat kompetitif. Hal ini dikarenakan menjamurnya lembaga-lembaga keuangan baik koperasi maupun lembaga keuangan lainnya di wilayah Karanganyar. KSU Mekar Surya Karanganyar dituntut untuk melakukan upaya agar mampu bertahan dalam iklim persaingan yang semakin kompetitif tersebut. Salah satu upaya KSU Mekar Surya Karanganyar untuk dapat bertahan dan memajukan usahanya adalah dengan


(22)

commit to user

meningkatkan kinerja koperasi. Untuk itu dilakukan evaluasi kinerja melalui pengukuran kinerja. Hal ini dilakukan agar Koperasi dapat mengetahui sejauh mana kondisi usahanya. Dengan mengetahui kondisi usahanya, maka koperasi dapat mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan aktivitas usahanya serta menentukan langkah strategis untuk perencanaan selanjutnya. Pengukuran kinerja dilakukan secara menyeluruh yaitu dari perspektif finansial, pelanggan, proses bisnis internal, serta pembelajaran dan pertumbuhan.

Berdasarkan alasan tersebut penulis tertarik mengambil judul penelitian

“Pengukuran Kinerja denganBalanced Scorecard pada Unit Simpan Pinjam Koperasi Serba Usaha (KSU) Mekar Surya Karanganyar Tahun 2010”.

B. Perumusan Masalah

Permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah bagaimana kinerja Unit Simpan Pinjam Koperasi Serba Usaha (KSU) Mekar Surya Karanganyar apabila diukur dengan menggunakan konsepbalanced scorecard.

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja Unit Simpan Pinjam Koperasi Serba Usaha (KSU) Mekar Surya Karanganyar apabila diukur dengan menggunakan konsep balanced scorecard melalui empat perspektif, yaitu: perspektif keuangan, perspektif pelanggan, perspektif proses bisnis internal dan perspektif pembelajaran dan pertumbuhan, sehingga dapat dijadikan sebagai informasi bagi manajemen dalam menilai kinerja perusahaan.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis

Memberikan sumbangan pemikiran dalam pengembangan ilmu

pengetahuan khususnya di bidang akuntansi manajemen serta bagi kepentingan manajemen suatu badan usaha dalam mengukur kinerja sehingga diharapkan mampu mendorong badan usaha ke arah yang lebih baik.


(23)

commit to user 2. Manfaat Praktis

a. Bagi Koperasi

Sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan Unit Simpan Pinjam Koperasi Serba Usaha (KSU) Mekar Surya Karanganyar, khususnya yang berkaitan dengan pengukuran kinerja dengan menggunakan konsep

balanced scorecard.

b. Bagi Akademik

Memberi gambaran tentang konsep balanced scorecard dan penerapannya pada Unit Simpan Pinjam Koperasi Serba Usaha (KSU) Mekar Surya Karanganyar.

c. Bagi Penulis

Menambah wawasan dan pemahaman tentang pengukuran kinerja pada sebuah badan usaha khususnya koperasi dengan menggunakan konsep balanced scorecard.


(24)

commit to user

7

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Kinerja

Kinerja merupakan gambaran pencapaian pelaksanaan suatu

kegiatan/program/kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi, dan visi organisasi. Kinerja perusahaan hendaknya merupakan hasil yang dapat diukur dan menggambarkan kondisi empirik perusahaan dari berbagai ukuran yang telah disepakati.

Arti istilah kinerja atau dalam bahasa inggris “performance” adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral dan etika (Suyadi Prawirosentono dalam Riah, 2009).

Definisi kinerja dalam Pramudianto (2007): a. Menurut Keban (2000: 28)

Performance adalah tingkat pencapaian hasil atau “the degree of accomplishment” atau dengan kata lain kinerja merupakan tingkat pencapaian tujuan organisasi.

b. Menurut Simamora (1998: 81)

Kinerja adalah kemampuan organisasi atau individu untuk dapat melaksanakan pekerjaan sesuai dengan yang diharapkan.

c. Menurut Legowo (1993: 35)

Kinerja atau yang lebih populer dikenal sebagai prestasi kerja adalah sesuatu hasil yang dicapai oleh seseorang dalam bidang pekerjaan menurut kriteria tertentu dan berlaku dalam periode waktu yang ditetapkan.

Berdasarkan definisi para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah prestasi atau hasil yang telah dicapai menurut kriteria dan periode tertentu dalam upaya mencapai tujuan organisasi.


(25)

commit to user

2. Pengertian Pengukuran Kinerja

Mardiasmo (2002: 121) mengemukakan bahwa sistem pengukuran kinerja sektor publik adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu manajer publik menilai pencapaian suatu strategi melalui alat ukur finansial dan non finansial. Mulyadi dalam Riah (2009) menyatakan bahwa pengukuran kinerja adalah penentuan secara periodik efektivitas operasional organisasi, bagian organisasi dan karyawannya berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya.

Untuk mengetahui kinerja yang telah dicapai oleh suatu perusahaan maka perlu dilakukan pengukuran kinerja. Pengukuran kinerja merupakan faktor yang sangat penting bagi perusahaan. Hal ini dikarenakan pengukuran kinerja dapat digunakan untuk menilai keberhasilan suatu perusahaan. Anderson dan Clancy dalam Sony Yuwono (2002: 23) menyatakan pengukuran kinerja sebagai berikut:

“Feedback from the accountant to management that provides information about how well the actions represent the plans; it also identifies where managers may need to make corrections or adjusments in future planning and controlling activities”.

Pernyataan diatas mengandung makna bahwa pengukuran kinerja mampu memberikan umpan balik yang akan memberi informasi tentang prestasi pelaksanaan sebuah rencana dan titik-titik dimana perusahaan memerlukan penyesuaian atas aktivitas perencanaan dan pengendalian.

Menurut Robert S. Kaplan dan David P. Norton (2000: 128) menyatakan bahwa tujuan dari sistem pengukuran kinerja adalah untuk memotivasi semua manajer dan pekerja agar melaksanakan strategi unit bisnis dengan berhasil. Jadi sistem pengukuran yang diterapkan perusahaan akan sangat mempengaruhi perilaku manajer maupun pekerjanya. Pengukuran kinerja pada organisasi digunakan untuk melakukan koordinasi antara para manajer dengan tujuan dari masing-masing bagian nantinya akan memberikan kontribusi terhadap kemajuan dan keberhasilan perusahaan dalam mencapai sasarannya (Ciptani: 2000). Sehingga dapat meningkatkan pertanggungjawaban dan memperbaiki proses pengambilan keputusan (Imelda: 1998).


(26)

commit to user

Model pengukuran kinerja menurut Husein Umar (2002: 38) yaitu:

B D G I

A gap F

C E H

Gambar 1. Model Pengukuran Kinerja Sumber: Husein Umar (2002 : 38) A = Faktor yang akan diukur

AB = Apa yang diharapkan dari A

BD = Rentetan mengenai harapan-harapan atas A (jika ada) AC = Fakta-fakta mengenai A

CE = Proses analisis data AC sehingga menghasilkan nilai E

DE = Gap, yaitu besar perbedaan antara harapan (D) dan kenyataan (E) F = Tolok ukur untuk menilai gap

G = Hasil pengukuran menggunakan tolok ukur F, bahwa faktor A Bermasalah

H = Hasil pengukuran menggunakan tolok ukur F, bahwa faktor A tidak bermasalah

GI = feedback/ tindak lanjut pengukuran

Berdasarkan definisi-definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa pengukuran kinerja adalah tindakan yang berupa umpan balik yang memberikan informasi tentang prestasi perusahaan yang bertujuan memotivasi semua manajer dan pekerja agar melaksanakan strategi unit bisnis dengan berhasil.

3. Tujuan dan Manfaat Pengukuran Kinerja

Pengukuran kinerja sangat penting untuk menilai akuntabilitas organisasi dan manajer dalam menghasilkan pelayanan publik yang lebih baik. Pengukuran kinerja yang handal (reliable) merupakan salah satu faktor kunci suksesnya organisasi. Hal ini dikarenakan pengukuran kinerja dapat memotivasi manajer dan karyawan untuk mengimplementasikan strategi yang telah ditetapkan.


(27)

commit to user

Menurut Mardiasmo (2002: 122), tujuan sistem pengukuran kinerja adalah:

1. untuk mengkomunikasikan strategi secara lebih baik (top down dan bottom up).

2. untuk mengukur kinerja finansial dan non finansial secara berimbang sehingga dapat ditelusur perkembangan pencapaian strategi.

3. untuk mengakomodasi pemahaman kepentingan manajer level menengah dan bawah serta memotivasi untuk mencapaigoal congruence.

4. sebagai alat untuk mencapai kepuasan berdasarkan pendekatan individual dan kemampuan kolektif yang rasional.

Sedangkan menurut Herawati dalam Primadhani (2008), tujuan manajemen melakukan evaluasi kinerja adalah:

1. memberikan masukan untuk keputusan sumber daya alam seperti promosi, transfer dan pemutusan hubungan kerja.

2. memberikan umpan balik kepada karyawan mengenai bagimana pandangan organisasi akan kinerja mereka.

3. sebagai dasar dalam pemberian kompensasi yang mencakup peningkatan balas jasa, bonus karyawan dan kenaikan lainnya dalam gaji.

Manfaat pengukuran kinerja (Mardiasmo, 2002: 122):

1. memberikan pemahaman mengenai ukuran yang digunakan untuk menilai kinerja manajemen.

2. memberikan arah untuk mencapai target kinerja yang telah ditetapkan.

3. untuk memonitor dan mengevaluasi pencapaian kinerja dan

membandingkannya dengan target kinerja serta melakukan tindakan korektif untuk memperbaiki kinerja.

4. sebagai dasar untuk memberikan penghargaan dan hukuman (reward and punishment) secara obyektif atas pencapaian prestasi yang diukur sesuai dengan sistem pengukuran kinerja yang telah disepakati.

5. sebagai alat komunikasi antara bawahan dan pimpinan dalam rangka memperbaiki kinerja organisasi.


(28)

commit to user

7. membantu memahami proses kegiatan instansi pemerintah.

8. memastikan bahwa pengambilan keputusan dilakukan secara obyektif.

Menurut Mulyadi dalam Riah (2009) pengukuran kinerja dimanfaatkan oleh manajemen untuk :

a. mengelola koperasi organisasi secara efektif dan efisien melalui pemotivasian karyawan secara maksimal.

b. membantu pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan karyawan seperti: promosi, transfer, dan pemberhentian.

c. mengidentifikasi kebutuhan pelatih dan pengembangan karyawan dan untuk menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi program pelatihan karyawan.

d. menyediakan umpan balik bagi karyawan mengenai bagaimana atasan mereka menilai kinerja mereka.

e. menyediakan dasar bagi distribusi penghargaan.

Menurut Indra Bastian dalam Riah (2009) pengukuran kinerja merupakan alat manajemen untuk:

a. memastikan pemahaman para pelaksana dan ukuran yang digunakan untuk pencapaian kinerja.

b. memastikan tercapainya skema kinerja yang disepakati

c. memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan kinerja dan membandingkannya dengan skema kerja serta melakukan tindakan untuk memperbaiki kinerja. d. memberikan penghargaan dan hukuman yang objektif atas kinerja yang

dicapai setelah dibandingkan dengan skema indikator kinerja yang disepakati. e. menjadikan alat komunikasi antara bawahan dan pimpinan dalam upaya

memperbaiki kinerja organisasi.

f. mengidentifikasi apakah kepuasan pelanggan sudah terpenuhi. g. membantu memahami proses kegiatan instansi pemerintah.

h. memastikan bahwa pengambilan keputusan dilakukan secara objektif. i. menunjukkan peningkatan yang perlu dilakukan.


(29)

commit to user

Sedangkan menurut Lynch dan Cross dalam Sony Yuwono (2002: 29), manfaat pengukuran kinerja adalah:

1. menelusuri kinerja terhadap harapan pelanggan sehingga akan membawa perusahaan lebih dekat pada pelanggannya dan membuat seluruh orang dalam organisasi terlibat dalam upaya memberi kepuasan kepada pelanggan.

2. memotivasi pegawai untuk melakukan pelayanan sebagai bagian dari mata rantai pelanggan dan pemasok internal.

3. mengidentifikasi berbagai pemborosan sekaligus mendorong upaya-upaya pengurangan terhadap pemborosan tersebut (reduction of waste).

4. membuat suatu tujuan strategis yang biasanya masih kabur menjadi lebih konkret sehingga mempercepat proses pembelajaran organisasi.

5. membangun konsensus untuk melakukan suatu perubahan dengan memberi “rewards” atas perilaku yang diharapkan tersebut.

4. Pengertian Visi, Misi, dan Strategi a) Visi

Mulyadi (2007: 474) menjelaskan bahwa visi merupakan gambaran kondisi masa depan yang hendak diwujudkan sebagai hasil dari suatu pikiran yang melampaui realita sekarang. Visi yang baik (vision of success) dapat didefinisikan sebagai “deskripsi tentang apa yang ingin dicapai oleh organisasi setelah organisasi tersebut mengimplementasikan strateginya dan mencapai potensi sepenuhnya (Bryson dalam Mudrajad Kuncoro: 2006).

Visi merupakan rangkaian kalimat yang menyatakan cita-cita atau impian sebuah organisasi atau perusahaan yang ingin dicapai di masa depan. Visi adalah pernyataan “want to be” dari organisasi atau perusahaan. Visi mencanangkan masa depan perusahaan untuk 3 sampai 10 tahun ke depan, yang merupakan hal yang sangat krusial bagi perusahaan untuk menjamin kelestarian dan kesuksesan jangka panjang (Dermawan Wibisono, 2006: 43).

Visi berfungsi sebagai pengarah seluruh anggota organisasi dalam perjalanan menuju masa depan.


(30)

commit to user

Sedangkan menurut Mirhani dalam Primadhani (2008), visi perusahaan

adalah kemampuan atau daya organisasi untuk melihat atau

mengimajinasikan dirinya sendiri di masa depan.

Berdasarkan definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa visi adalah suatu pandangan/cita-cita tentang kondisi suatu perusahaan di masa depan.

b) Misi

Menurut Coulter dalam Mudrajad Kuncoro (2006), kendati visi organisasi memberikan gambaran menyeluruh tentang ke mana organisasi akan dibawa di masa depan, misi adalah suatu pernyataan tentang apa yang dilakukan oleh berbagai unit organisasi dan apa yang mereka harapkan untuk mencapai visi organisasi. Misi juga merupakan bagian dari visi yang biasanya mencerminkan norma perilaku yang menjadi pedoman para karyawan.

Menurut Mirhani dalam Primadhani (2008), misi perusahaan adalah tugas khusus yang akan diemban oleh perusahaan dalam mencapai tujuannya sehingga memberikan arah dan fokus bagi manajemen terhadap aktivitas-aktivitasnya.

Misi adalah jalan pilihan (the chosen track) organisasi untuk menuju ke masa depan. Misi merupakan alasan keberadaan (reason for being) suatu organisasi. Fungsi misi adalah sebagai pemfokus kegiatan seluruh anggota organisasi (Mulyadi, 2007: 473).

Berdasarkan definisi-definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa misi adalah jalan atau langkah yang harus dilakukan untuk menuju masa depan atau mencapai visi organisasi yang telah ditetapkan.

c) Strategi

Mulyadi (2007: 409) menyatakan bahwa strategi merupakan pola tindakan utama dalam pengerahan dan pengarahan seluruh sumber daya organisasi untuk mewujudkan visi organisasi melalui misi.

Strategi mampu membentuk pola pengambilan keputusan bagi manajer. Setelah strategi dipilih, strategi tersebut kemudian perlu diterjemahkan ke dalam rencana kegiatan (action plan).


(31)

commit to user

Sedangkan menurut Wilopo (2002), strategi merupakan positioning

organisasi di masa depan dengan memberikan daya ungkit melalui aset-aset yang dimiliki untuk menciptakan aset yang dapat membawa organisasi pada posisi

superiorterhadap pesaing melalui penciptaan nilai.

Strategi adalah pola atau rencana yang mengintegrasikan tujuan utama atau kebijakan perusahaan dengan rangkaian tindakan dalam sebuah pernyataan yang saling mengikat. Strategi biasanya berkaitan dengan prinsip-prinsip secara umum untuk mencapai misi yang dicanangkan perusahaan serta bagaimana perusahaan memilih jalan yang spesifik untuk mencapai misi tersebut (Lynch dalam Wibisono, 2006: 50)

Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa strategi adalah pola tindakan atau rencana yang mengintegrasikan tujuan utama perusahaan dengan tindakan melalui pengerahan sumber daya organisasi agar mencapai posisi superior.

5. PengertianBalanced Scorecard

Mulyadi (2007: 3) menyatakan bahwabalanced scorecard terdiri dari dua kata, yaitu scorecard dan balanced. Scorecard adalah kartu skor yang akan digunakan untuk merencanakan skor yang diwujudkan di masa yang akan datang. Sedangkanbalancedartinya berimbang, untuk mengukur kinerja seseorang diukur secara berimbang dari dua perspektif yaitu keuangan dan non keuangan, jangka pendek dan jangka panjang, serta intern dan ekstern.

Menurut Hansen dan Mowen dalam Imelda (2004: 108), balanced scorecard merupakan sistem manajemen strategis yang menerjemahkan visi dan strategi suatu organisasi ke dalam tujuan dan ukuran operasional.

Anthony dalam Sony Yuwono (2002: 18) menyatakanbalanced scorecard

sebagai berikut:

“Balanced scorecard is a measurement and management system that views a bussines units performances from four perspective, financial, customer, internal bussines process, leraning and growth.”

Maksudnya balanced scorecard merupakan kegiatan manajemen dan organisasi untuk memahami dan mengelola organisasi dari empat faktor utama


(32)

commit to user

yang diantaranya adalah faktor keuangan, pelanggan, proses bisnis internal, serta pertumbuhan dan pembelajaran.

Balanced scorecard merupakan suatu kerangka kerja baru yang mengintegrasikan berbagai ukuran yang diturunkan dari strategi perusahaan. Selain ukuran kinerja finansial masa lalu,Balanced Scorecard

juga memperkenalkan pendorong kinerja finansial masa depan yang meliputi perspektif pelanggan, proses bisnis internal, serta pembelajaran dan pertumbuhan, diturunkan dari proses penerjemahan strategi perusahaan yang dilaksanakan secara eksplisit dan ketat ke dalam berbagai tujuan dan ukuran yang nyata (Kaplan dan Norton, 2000: 16-17).

Sedangkan menurut Isniar (2000), balanced scorecard merupakan

contemporary management tool yang digunakan untuk mendongkrak kemampuan organisasi dalam melipatgandakan kinerja keuangan. Balanced scorecard

melengkapi seperangkat ukuran finansial kinerja masa lalu dengan ukuran pendorong (drivers) kinerja masa depan.

Berdasarkan definisi dan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa

balanced scorecard merupakan suatu sistem manajemen strategik yang mengkomunikasikan strategi ke dalam perspektif keuangan dan non keuangan untuk menyelaraskan aktivitas-aktivitas perusahaan dengan strateginya.

6. KonsepBalanced Scorecard

Konsep balanced scorecard berkembang sejalan dengan perkembangan implementasinya. Pada awalnya, balanced scorecard ditujukan untuk memperbaiki sistem pengukuran eksekutif, yang fokus perhatiannya lebih dicurakan pada kinerja keuangan dan kecenderungan mengabaikan nonkeuangan.

Selanjutnya balanced scorecard mengalami perkembangan dalam

implementasinya, menyeimbangkan usaha dan perhatian eksekutif ke kinerja keuangan dan nonkeuangan, serta kinerja jangka pendek dan kinerja jangka panjang.

Pada awalnya, balanced scorecard hanya digunakan sebagai alat pengukuran kinerja pada organisasi bisnis (profit seeking organisation). Namun dewasa ini balanced scorecard bukan hanya digunakan oleh organisasi bisnis tetapi juga organisasi publik (public organisation).


(33)

commit to user

Konsep balanced scorecard telah lama dikembangkan oleh Robert S. Kaplan dan David P. Norton. Konsep balanced scorecard ini dikembangkan untuk melengkapi pengukuran kinerja finansial/tradisional juga sebagai alat yang cukup penting bagi organisasi perusahaan untuk merefleksikan pemikiran baru dalam era competitiveness dan efektifitas organisasi. Balanced scorecard

digunakan sebagai alat pengendalian, analisa dan merevisi strategi organisasi (Campbell et aldalam Imelda).

Balanced scorecard memiliki tujuan utama sebagai sebuah pendekatan untuk mengorganisasi dan menyajikan informasi pengukuran kinerja yang merupakan kombinasi antara ukuran keuangan yang terbatas dengan ukuran non-keuangan yang telah diseleksi dalam konteks memberikan manajer informasi yang lebih relevan dan lebih efektif (pengukuran yang tidak terlalu banyak namun memiliki informasi yang luas) tentang kinerja organisasi ketimbang para manajer tersebut menerima informasi melalui laporan manajemen yang masih tradisional, terutama berkaitan dengan kunci tujuan strategik (Kaplan & Norton dalam Wilopo).

Balanced scorecard mencakup berbagai aktivitas penciptaan nilai yang dihasilkan oleh para partisipan perusahaan yang memiliki kemampuan dan motivasi tinggi, sementara tetap memperhatikan kinerja jangka pendek yaitu melalui perspektif finansial. Balanced scorecard dengan jelas mengungkapkan berbagai faktor yang menjadi pendorong tercapainya kinerja finansial dan kompetitif jangka panjang yang superior (Isniar: 2000).

Konsep ini memperkenalkan suatu sistem pengukuran kinerja perusahaan dengan menggunakan kriteria-kriteria yang tertuang dalam empat perspektif

balanced scorecard. Keempat perspektif tersebut menjadi satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dan merupakan indikator pengukuran kinerja yang saling melengkapi dan saling memiliki hubungan sebab akibat.


(34)

commit to user Finansial

Pelanggan

Proses Bisnis Internal

Pembelajaran dan Pertumbuhan

Gambar 2. Hubungan Sebab-Akibat antara empat Perspektif dalam

Balanced Scorecard.

Sumber : Kaplan dan Norton (2000: 28)

Menurut Mulyadi dalam Ciptani (2000), konsep balanced scorecard

adalah salah satu konsep pengukuran kinerja yang sebenarnya memberikan rerangka komprehensif untuk menjabarkan visi ke dalam sasaran-sasaran strategik. Sasaran-sasaran strategik yang komprehensif dapat dirumuskan karena

balanced scorecard menggunakan empat perspektif yang satu sama lain saling berhubungan dan tidak dapat dipisahkan. Rencana strategik yang komprehensif dan koheren menyediakan kemudahan dan kejelasan untuk penyusunan program. Dengan rerangka balanced scorecard, perencanaan strategik menghasilkan berbagai strategic initiatives yang jelas menunjukkan sasaran (strategic objectives) yang hendak dituju masa depan, ukuran pencapaian sasaran dan informasi tentang pemacu kinerja (performance driver), target yang harus dicapai dalam kurun waktu tertentu di masa depan.

ROCE

Loyalitas Pelanggan

Keahlian Pekerja Proses

Waktu Siklus

Proses Mutu Penyerahan


(35)

commit to user

7. KeunggulanBalanced Scorecard

Keunggulan pendekatan balanced scorecard dalam sistem perencanaan strategik menurut Mulyadi (2007: 15) adalah mampu menghasilkan rencana strategik yang memiliki karakteristik diantaranya:

a. komprehensif

Balanced scorecard memperluas perspektif dalam perencanaan strategis dari perspektif keuangan meluas ketiga perspektif lain: pelanggan, proses bisnis dan internal, serta pembelajaran dan pertumbuhan. Pengukuran yang lebih luas ini berdampak bagi perusahaan untuk lebih bijak dalam memilih strategi korporat dan perusahaan akan mampu memasuki area bisnis yang kompleks.

b. koheren

Balanced scorecard membangun hubungan sebab akibat (causal relationship) diantara berbagi sasaran strategik yang dihasilkan dalam perencanaan strategik.

c. berimbang

Balanced scorecardmemelihara keseimbangan antara sasaran strategis di empat perspektif sehingga perusahaan dapat memperoleh informasi yang menyeluruh. Keseimbangan sasaran strategik penting untuk menghasilkan kinerja keuangan berkesinambungan. Selain itu keseimbangan sasaran strategik akan menjanjikan shareholder value yang berlipat ganda dan berjangka panjang.

d. terukur

Sistem balanced scorecard hendaknya menghasilkan sasaran-sasaran strategis dengan ukuran tertentu. Keterukuran sasaran strategik yang dihasilkan oleh sistem perencanaan strategik menjanjikan ketercapaian berbagai sasaran strategik yang dihasilkan oleh sistem tersebut.


(36)

commit to user Process-Centric

Perspektif proses Perspektif

bisnis internal keuangan

Internal Eksternal

focus focus

Perspektif Perspektif

pembelajaran dan customer

pertumbuhan People-Centric

Gambar 3. Keseimbangan sasaran-sasaran strategik yang ditetapkan dalam perencanaan strategik.

Sumber : Mulyadi (2001: 22)

Menurut Luis (2007: 48-51), kelebihanbalanced scorecarddiantaranya: a. dapat berfungsi sebagai alat untuk mengkomunikasikan strategi di antara para

stakeholders dari sebuah organisasi yaitu pihak manajemen, karyawan, para pemegang saham, pelanggan serta komunitas lingkungan.

b. memungkinkan organisasi untuk memetakan semua faktor yang ada dalam organisasi tersebut, baik berbentuk benda fisik (tangible asset) maupun non fisik (intangible asset).

c. mengaitkan strategi dengan kinerja organisasi (performance). d. memiliki konsep sebab-akibat.

e. dapat membantu proses penyusunan anggaran.

Sedangkan menurut Singgih et al dalam Primadhani (2008) dijelaskan bahwa kelebihanbalanced scorecarddiantaranya:

Financial returns yang berlipatganda dan berjangka

panjang

Produk dan jasa yang

mampu menghasilkan

valueterbaik bagi customer Proses

produktif dan cost effective

Sumber daya manusia yang produktif dan berkomitmen


(37)

commit to user

a. ada keseimbangan antaralag indicatordanlead indicator.

b. balanced scorecard menggunakan tolak ukur kinerja “masa lalu”, selain itu juga menggunakan kinerja “masa depan”.

Lag indicator yang merupakan ukuran hasil digunakan utnuk mengukur pencapaian tujuan, sedangkanlead indicator yang merupakan ukuran pemicu merupakan ukuran yang menunjukkan penyebab dicapainya ukuran hasil. c. ada keseimbangan antara tujuan jangka panjang dan jangka pendek.

Dalam balanced scorecard ada keseimbangan antara tujuan jangka pendek (financial perspective) dan tujuan jangka panjang (customer perspective, internal business process perspective, and learning and growth perspective). d. ada keseimbangan antarahard objectives measuresdan softer more subjective

measures.

Pengukuran dengan balanced scorecard menunjukkan adanya keseimbangan antara hard objectives measures. Artinya dengan menggunakan ukuran hasil yang objektif (ukuran-ukuran yang mudah didapatkan) yaitu ukuran hasil pada

financial perspectivedengan ukuran hasil yang lebih subjektif (ukuran-ukuran yang sulit didapatkan) yaitu ukuran hasil pada customer, internal business process, and learning and growth.

8. KelemahanBalanced Scorecard

Meskipunbalanced scorecard memiliki banyak keunggulan, tetapi sistem pengukuran kinerja ini juga memiliki keterbatasan-keterbatasan. Menurut Purwanto dalam Primadhani (2008) kelemahanbalanced scorecarddiantaranya: 1. perangkat yang lebih secara efektif mengukur implementasi strategi daripada

penentuan strategi.

2. meski berperan penting dalam memperkuat hubungan antara inisiatif perbaikan pelanggan dan strategi organisasi, namun tidak mengindikasikan bagaimana pelanggan baru dan pasar baru dapat diidentifikasi.

Meskipun demikian, keterbatasan-keterbatasan tersebut tidak mengurangi manfaat yang diperoleh dari penerapan balanced scorecard, melainkan dapat mengoptimalkanbalanced scorecarddengan berbagai keterbatasan tersebut.


(38)

commit to user

9. ManfaatBalanced Scorecard

Kaplan dan Norton (2000: 17) mengemukakan beberapa manfaat dari konsep pengukuran kinerjaBalanced Scorecard, yaitu:

1. mengklarifikasi dan menghasilkan konsensus mengenai strategi. 2. mengkomunikasikan strategi ke seluruh perusahaan.

3. menyelaraskan berbagai tujuan departemen dan pribadi dengan strategi perusahaan.

4. mengkaitkan berbagai tujuan strategis dengan sasaran jangka panjang dan anggaran tahunan.

5. mengidentifikasikan dan menyelaraskan berbagai inisiatif strategis. 6. melaksanakan peninjauan ulang strategis secara periodik dan sistematis. 7. mendapatkan umpan balik yang dibutuhkan untuk mempelajari dan

memperbaiki strategi.

10. Menterjemahkan Visi dan Strategi ke dalam Empat Perspektif Balanced Scorecard

Balanced scorecard memberi para eksekutif kerangka kerja yang komprehensif untuk menerjemahkan visi dan strategi perusahaan ke dalam seperangkat ukuran kinerja yang terpadu yang tersusun dalam empat perspektif kerangka kerja balanced scorecard, yaitu financial, customer, internal business processes, dan learning and growth (Kaplan & Norton, 2000: 8). Balanced scorecardseharusnya menerjemahkan misi dan strategi ke dalam berbagai tujuan dan ukuran. Gambar 4 menggambarkan mengenai balanced scorecard sebagai kerangka kerja untuk menerjemahkan strategi ke dalam kerangka operasional.


(39)

commit to user

Gambar 4.Balanced Scorecardsebagai kerangka kerja untuk Penerjemahan Strategi ke dalam Kerangka Operasional.

Sumber: Kaplan & Norton (2000: 8)

Menurut Kaplan dan Norton (2000: 41), balanced scorecard memiliki empat perspektif yang kesemua ukurannya diarahkan kepada pencapaian strategi yang terpadu. Keempat perspektif tersebut menyajikan keseimbangan diantara beberapa pengukuran kinerja, diantaranya:

1. Perspektif finansial(financial perspective)

Perspektif finansial sangat penting dalam memberikan ringkasan konsekuensi tindakan ekonomis yang telah diambil. Ukuran kinerja finansial

menggambarkan apakah strategi perusahaan, implementasi dan

pelaksanaannya memberikan kontribusi atau tidak terhadap peningkatan laba perusahaan. Tujuan finansial biasanya berhubungan dengan profitabilitas, yang bisa diukur berdasar laba operasi, return on capital employed (ROCE), nilai tambah ekonomis(economic value added).


(40)

commit to user

Ada tiga tahap perkembangan kondisi keuangan pada unit bisnis, yaitu: a. bertumbuh (growth)

Perusahaan berada pada awal siklus hidup perusahaan (growth) pada saat menghasilkan produk dan jasa yang memiliki potensi pertumbuhan. Perusahaan harus mampu mengolah sumber daya yang tersedia untuk meningkatkan produk/jasa, fasilitas produksi, kemampuan operasi, infrastruktur, jaringan distribusi, serta memelihara hubungan erat dengan pelanggan.

Tujuan finansial dalam tahap ini adalah pertumbuhan pendapatan dan penjualan di berbagai segmen pasar.

b. bertahan (sustain)

Sebagian besar perusahaan berada pada tahap bertahan (sustain), kondisi dimana perusahaan akan mempertahankan pangsa pasar yang dimiliki melalui investasi yang cukup. Tujuan finansial dalam tahap ini adalah profitabilitas.

c. menuai (harvest)

Unit bisnis mencapai tahap kedewasaan dalam siklus hidupnya. Pada tahap ini perusahaan sudah tidak lagi membutuhkan investasi yang besar, namun unit bisnis hanya akan menuai (harvest) investasi yang telah ditanamnya. Tujuan finansialnya adalah memaksimumkan arus kas operasi dan penghematan modal kerja.

Kaplan dan Norton (2000: 45) mengungkapkan bahwa ada tiga tema finansial yang dapat mendorong strategi bisnis, yaitu:

bauran dan pertumbuhan pendapatan (revenue mix and growth)

pengurangan biaya atau peningkatan produktivitas

strategi pemanfaatan aktiva/investasi

2. Perspektif pelanggan(customer perspective)

Dalam perspektif pelanggan, organisasi mengidentifikasi pelanggan dan segmen pasar dimana organisasi akan bersaing dan berbagai ukuran kinerja unit bisnis di dalam segmen sasaran. Pengukuran kinerja perspektif


(41)

commit to user

pelanggan terdiri dari dua yaitu kelompok ukuran utama (core measurement group) dan proporsi nilai pelanggan (customer value preposition).

1. Ukuran utama (core measurement group)

Komponen pengukuran diilustrasikan sebagai berikut:

Gambar 5. Perspektif Pelanggan – Ukuran Utama Sumber : Kaplan dan Norton (2000: 28) a. pangsa pasar (market share)

Menggambarkan proporsi bisnis yang dijual unit bisnis dalam segmen pasar tertentu (pelanggan, uang yang dibelanjakan, dan volume penjualan).

b. retensi pelanggan (customer retention)

Menggambarkan kemampuan perusahaan dalam mempertahankan dan meningkatkan loyalitas pelanggan. Pengukuran bisa dilakukan melalui prosentase pertumbuhan bisnis dengan jumlah pelanggan yang dimiliki perusahaan.

c. akuisisi pelanggan (customer acquisition)

Menggambarkan kemampuan perusahaan dalam menarik dan

memenangkan pelanggan atau bisnis baru dalam persaingan segmen pasar. Pengukuran bisa dilakukan melalui prosentase jumlah

Profitabilitas Pelanggan

Kepuasan Pelanggan

Pangsa Pasar

Akuisisi Pelanggan

Retensi Pelanggan


(42)

commit to user

penambahan pelanggan baru dan perbandingan total penjualan dengan pelanggan baru yang ada.

d. kepuasan pelanggan (customer satisfaction)

Menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memberikan

pelayanan kepada pelanggannya, sehingga diharapkan mampu memberikan umpan balik mengenai seberapa baik perusahaan melaksanakan bisnisnya. Untuk mengetahui tingkat kepuasan pelanggan, dapat dilakukan dengan beberapa teknik yaitu: survey melalui pos, interview melalui telepon, ataupersonal interview.

e. profitabilitas pelanggan (customer profitability)

Menggambarkan kemampuan perusahaan dalam meraih keuntungan dari hasil penjualan produknya.

2. Proporsi Nilai Pelanggan (customer value preposition)

Proporsi nilai pelanggan merupakan faktor pendorong pengukuran utama kepuasan, akuisisi, retensi, serta pangsa pasar dan pangsa rekening pelanggan.

Dibagi menjadi 3 kategori yaitu:

a. atribut produk/jasa (product/service attributies)

Atribut produk dan jasa mencakup fungsionalitas produk atau jasa, harga, dan mutu.

b. hubungan pelanggan (customer relationship)

Dimensi waktu penyampaian produk/jasa kepada pelanggan meliputi waktu tanggap dan penyerahan serta tanggapan pelanggan atas barang/jasa yang diterimanya.

c. citra dan reputasi (image and reputation)

Dimensi ini menggambarkan faktor-faktor tak berwujud yang membuat pelanggan tertarik kepada produk/jasa perusahaan.


(43)

commit to user

Hubungan ketiganya dapat digambarkan sebagai berikut:

= + +

Gambar 6. Proporsi Nilai Pelanggan Sumber : Kaplan dan Norton (2000: 65)

3. Perspektif proses bisnis internal(internal business process perspective)

Perspektif proses bisnis internal mengidentifikasi berbagai proses internal penting bagi organisasi untuk melayani pelanggan dan pemilik organisasi. Kaplan dan Norton (2000: 83) menyebutkan komponen utama dalam proses bisnis internal, yaitu:

a. proses inovasi (inovation process)

Diukur dengan banyaknya produk baru yang dihasilkan organisasi, waktu penyerahan produk ke pasar.

b. proses operasi (operation process)

Diukur dengan peningkatan kualitas produk, waktu proses produksi yang lebih pendek. Proses ini menitikberatkan pada efisiensi proses, konsistensi, serta ketepatan waktu barang dan jasa yang diberikan kepada pelanggan. c. proses layanan purna jual (postsale service process)

Yang diukur dengan pelayanan purna jual, waktu yang dibutuhkan untuk memberikan pelayanan kepada pelanggan. Layanan ini mencakup garansi, aktivitas perbaikan, penggantian produk rusak, serta proses pembayaran secara kredit. Pengukuran tahap ini cukup penting karena pelayanan purna jual akan berpengaruh pada tingkat kepuasan pelanggan.

Nilai Atribut produk/jasa Citra Hubungan


(44)

commit to user

Proses Layanan Proses Inovasi Proses Operasi Purna Jual

Gambar 7. Perspektif Proses Bisnis Internal Sumber : Kaplan dan Norton (2000: 84-92)

4. Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan(learning and growth perspective)

Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan mengidentifikasi faktor-faktor yang paling penting untuk mencapai keberhasilan saat ini dan masa depan berupa infrastruktur yang harus dibangun perusahaan dalam menciptakan pertumbuhan dan peningkatan kinerja jangka panjang. Untuk itu diperlukan kontribusi dari seluruh komponen yang ada dalam perusahaan mulai dari tingkat karyawan sampai level top manager sebagai upaya memberikan hal yang terbaik bagi para pelanggannya.

Perspektif ini bertujuan meningkatkan kapabilitas sumber daya manusia dan kapabilitas sistem informasi untuk mencapai keselarasan. Ciptani (2000) menjelaskan perspektif ini dapat mengidentifikasi perusahaan dalam penciptaan value secara terus-menerus, terutama dalam hubungannya dengan kemampuan dan motivasi karyawan.

Dalam perspektif ini, terdapat tiga dimensi penting yang harus diperhatikan untuk melakukan pengukuran yaitu: kemampuan karyawan, kemampuan sistem informasi, adanya motivasi, pemberian wewenang dan pembatasan wewenang kepada karyawan.

1. Kemampuan karyawan (employee capabilities)

Dewasa ini pekerjaan rutin dalam proses produksi sudah digantikan oleh mesin-mesin yang serba otomatis. Dengan demikian tenaga kerja buruh kasar kurang lagi diperlukan, melainkan tenaga kerja spesialis. Semakin sedikitnya tenaga kerja yang dimiliki oleh perusahaan,

Kebutuhan Pelanggan Diidentifikasi Ciptakan Produk/ Jasa Kebutuhan Pelanggan Terpuaskan Kenali Pasar Bangun Produk/ Jasa Luncurkan Produk/ Jasa Layani Pelanggan


(45)

commit to user

menyebabkan perusahaan lebih dapat memberikan akses informasi yang lebih layak kepada pekerjanya untuk lebih meningkatkan efisiensi guna mencapai tujuan perusahaan.

Dalam melakukan pengukuran terhadap kemampuan karyawan, pengukuran dilakukan atas tiga hal pokok (lihat gambar 7) yaitu pengukuran terhadap kepuasan karyawan, pengukuran terhadap perputaran karyawan dalam perusahaan, dan pengukuran terhadap produktivitas karyawan.

Ukuran Inti

Faktor yang mempengaruhi

Gambar 8. Kerangka Kerja Ukuran Pembelajaran dan Pertumbuhan Sumber: Kaplan dan Norton (2000: 112)

a. Mengukur kepuasan karyawan

Perusahaan biasanya mengukur kepuasan karyawan dengan survei tahunan atau survei rutin dimana prosentase tertentu dari para karyawan yang dipilih secara acak di survei setiap bulan. Unsur-unsur dalam suatu survei kepuasan karyawan meliputi (Kaplan: 2000): 1. keterlibatan karyawan dalam pengambilan keputusan

2. penghargaan karena telah melakukan pekerjaan dengan baik

Hasil

Produktivitas Karyawan Retensi

Karyawan

Kepuasan Karyawan

Iklim untuk bertindak Infrastruktur

Teknologi Kompetensi


(46)

commit to user

3. akses yang memadai kepada informasi untuk melaksanakan pekerjaan dengan baik

4. dorongan aktif untuk bekerja kreatif dan menggunakan inisiatif 5. tingkat dukungan dari fungsi staff

6. kepuasan keseluruhan dari perusahaan b. Mengukur retensi karyawan

Kaplan (2000: 113) menjelaskan bahwa tujuan retensi karyawan adalah untuk mempertahankan selama mungkin para karyawan yang diminati perusahaan. Perusahaan membuat investasi jangka panjang dalam diri karyawan sehingga setiap kali ada karyawan berhenti bukan atas keinginan perusahaan merupakan suatu kerugian modal intelektual bagi perusahaan.

c. Mengukur produktivitas karyawan

Produktivitas karyawan adalah suatu ukuran hasil, dampak keseluruhan usaha peningkatan moral dan keahlian karyawan, inovasi, proses internal, dan kepuasan pelanggan. Tujuannya adalah untuk membandingkan keluaran yang dihasilkan oleh para karyawan dengan jumlah karyawan yang dikerahkan untuk menghasilkan keluaran tersebut (Kaplan, 2000: 113).

2. Kemampuan sistem informasi (information system capabilities)

Selain motivasi dan keahlian yang dimiliki, karyawan harus mendapatkan banyak informasi mengenai pelanggan, proses bisnis internal, dan konsekuensi finansial keputusan perusahaan agar karyawan dapat bekerja secara efektif dalam lingkungan kompetitif dunia bisnis. Mirhani dalam Riah (2009) menjelaskan bahwa motivasi dan skills

karyawan sangat diperlukan untuk mencapai sasaran customers satisfaction dan internal-business-proces, disamping itu informasi yang akurat dan tepat waktu mengenai customers, internal processes dan konsekuensi finansial perusahaan mutlak diperlukan.


(47)

commit to user

3. Motivasi, pemberdayaan dan keselarasan (motivation, empowerment and alignment)

Kaplan (2000: 118) menyebutkan bahwa akses informasi yang dibekali kepada karyawan tidaklah cukup memberikan kontribusi bagi keberhasilan perusahaan jika mereka tidak termotivasi bertindak untuk kepentingan terbaik perusahaan atau jika mereka tidak diberikan kebebasan membuat keputusan dan mengambil tindakan.

Untuk dapat menciptakan motivasi karyawan diperlukan iklim organisasi yang mampu menciptakan motivasi itu sendiri dan mendorong inisiatif karyawan. Keberhasilan aspek ini bisa dilihat dari jumlah saran yang diajukan karyawan, jumlah saran yang diimplementasikan dan tingkat kemampuan karyawan untuk mengetahui visi dan misi yang diemban oleh perusahaan.

Menurut Kaplan (2000: 118) diantaranya: a. ukuran saran yang diberikan dan dilaksanakan

Sebuah ukuran yang sederhana dan banyak digunakan adalah banyaknya saran yang diberikan per karyawan dengan harapan dapat mengukur partisipasi karyawan dalam meningkatkan kinerja perusahaan.

b. ukuran Peningkatan

Pengukuran dapat dilakukan dengan mendeteksi seberapa besar biaya yang terbuang akibat terlambatnya penyerahan produk, jumlah barang yang rusak, sisa-sisa produksi danabsenteeism.

c. ukuran keselarasan perorangan dan perusahaan

Menurut Kaplan (2000: 121) faktor pendorong kinerja keselarasan perorangan dan perusahaan berfokus pada apakah setiap departemen dan karyawan perusahaan telah menyelaraskan tujuan mereka dengan tujuan perusahaan yang dinyatakan dalambalanced scorecard. Terdiri dari dua hal yaitu pengukuran terhadap keseluruhan prosedur yang berlaku dalam perusahaan dalam rangka peningkatan kinerja dan pengukuran terhadap kinerja tim.


(48)

commit to user B. Penelitian Yang Relevan

Penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini diantaranya : 1. Penelitian yang dilakukan oleh Riah Yulianti (2009), mahasiswa Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi BKK Akuntansi dengan judul “Pengukuran Kinerja berdasarkan Balanced Scorecard sebagai Informasi bagi Manajemen pada PD. BPR BKD Karanganyar Tahun 2008”.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja perusahaan dengan menggunakan metodebalanced scorecard. Tipe penelitian adalah studi kasus. Hasil analisis menunjukkan bahwa perspektif pelanggan, proses bisnis internal, serta pembelajaran dan pertumbuhan dinilai sudah baik, sedangkan perspektif keuangan masih kurang baik. Peneliti menyarankan agar

perusahaan menggunakan konsep balanced scorecard supaya mampu

mewujudkan visi dan misi perusahaan.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Nurul Umam Nurwafi Chamdan (2010),

mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Program Studi

Pendidikan Ekonomi BKK Akuntansi dengan judul “Penerapan Metode

Balanced Scorecard sebagai Pengukuran Kinerja pada Lembaga Keuangan Syariah (BMT) Bina Insan Mandiri Gondangrejo.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja perusahaan dengan menggunakan metode balanced scorecard. Hasil penilaian kinerja dengan metode balanced scorecard secara keseluruhan adalah baik. Peneliti menyarankan agar perusahaan menggunakan konsep balanced scorecard

supaya mampu mewujudkan visi dan misi perusahaan.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Primadhani Asmoro (2008), mahasiswa Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi dengan judul “Pengukuran Kinerja Organisasi Sektor Publik dengan Balanced Scorecard (Studi Kasus pada PDAM Surakarta).

Penelitian ini berusaha menerapkan balanced scorecard sebagai pengukur kinerja pada perusahaan. Pengukuran yang dilakukan perusahaan selama ini sudah mencakup keuangan dan non keuangan, akan tetapi masih


(49)

commit to user

kurang terpadu karena masih menekankan pada aspek keuangan. Perusahaan

belum memasukkan perspektif pelanggan serta pertumbuhan dan

pembelajaran sehingga perlu dilengkapi dengan balanced scorecard menurut saran peneliti.

4. Penelitian yang dilakukan oleh Pramudianto Mulyo Prabowo (2007), mahasiswa Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi dengan judul “Kemungkinan Penerapan Balanced Scorecard sebagai suatu Alternatif Pengukuran Kinerja pada Samsat Kota Surakarta”.

Tujuan dari penelitian ini adalah mencoba mengetahui kemungkinan penerapan balanced scorecard sebagai alternatif pengukuran kinerja perusahaan. Pengukuran kinerja perusahaan selama ini sudah cukup memadai, karena selain mengukur aspek finansial perusahaan juga menerapkan pengukuran aktivitas organisasi dari segi non finansial. Namun perusahaan masih mengandalkan anggaran tahunan sebagai alat perencanaan masa depannya, sehingga mempersulit dalam mewujudkan tujuan organisasinya. Peneliti menyarankan perusahaan perlu menerapkan balanced scorecard

untuk memperbaiki kinerja finansial serta mempengaruhi perubahan kultur yang ada dalam organisasi.

5. Penelitian yang dilakukan oleh Mian Putri Rubiana Sianipar (2007), mahasiswa Fakultas Ekonomi Program Studi Akuntansi Universitas Indonesia dengan judul “Analisa Penerapan Balanced Scorecard di PT Surveyor Indonesia”.

Tujuan dari penelitian ini adalah mencoba menerapkan balanced scorecard pada salah satu perusahaan jasa BUMN yaitu PT Surveyor Indonesia. Tipe penelitian adalah action research dengan pendekatan deskriptif analitikal. Hasil analisis menunjukkan bahwa penerapan balanced scorecardmasih mendapat banyak hambatan. Identifikasi hambatan dilakukan pada dua bagian yaitu proses pengembangan dan implementasi balanced scorecard dan balanced scorecard PTSI itu sendiri. Peneliti berusaha memberikan saran dalam mengatasi hambatan-hambatan tersebut.


(50)

commit to user

Penelitian diatas memiliki persamaan dalam rumusan masalah yang dibahas yaitu mengenai pengukuran kinerja perusahaan dengan menggunakan konsep balanced scorecard. Sedangkan perbedaan yang sangat mendasar antara penelitian di atas dengan penelitian yang dilakukan peneliti adalah objek penelitian dan ukuran-ukuran yang digunakan dalam penelitian.


(51)

Tabel 1. Perbedaaan ukuran yang diteliti

No. Obyek Penelitian Perspektif Keuangan Perspektif Pelanggan Perspektif Proses Bisnis Internal

Perspektif Pembelajaran dan

Pertumbuhan

1. PD. BPR BKD

Karanganyar

(Riah,FKIP UNS 2009)

 Pertumbuhan pendapatan  Perubahan biaya

 Rasio ROA

 Rasio ROE  Leverage ratio

Customer Acquisition

Customer Retention

Customer Satisfaction

 Pengembangan Produk/

jasa baru  Respond Time

 Retensi karyawan  Produktivitas

karyawan

 Pelatihan karyawan 2. Lembaga Keuangan

Syariah (BMT) Bina Insan Mandiri Gondangrejo

(Nurul Umam,FKIP UNS 2010)

 Pertumbuhan Asset  Peningkatan

(keuntungan) SHU  Optimalisasi asset  Peningkatan

penyaluran pembiayaan

 Retensi pelanggan  Akuisisi Pelanggan  Kepuasan pelanggan  Profitabilitas

pelanggan

 Proses inovasi  Proses operasi  Layanan purna jual

 Retensi karyawan  Absensi karyawan  Produktivitas

karyawan

 Pelatihan karyawan 3. PDAM Surakarta

(Primadhani,FE UNS 2008)

 Efisiensi biaya  Peningkatan pendapatan  Peningkatan kemampuan untuk menghasilkan laba  Peningkatan kemampuan  untuk memenuhi

kewajiban

 Retensi pelanggan  Akuisisi pelanggan  Cakupan pelanggan  Kepuasan pelanggan

 Tingkat kehilangan air  Produktivitas pemanfaatan

instalasi produksi

 Kecepatan penyambungan baru

 Kualitas air distribusi  Kontinuitas air  Penerapan meter air  Kemampuan penanganan

aduan rata-rata

 Pelatihan karyawan  Produktivitas

karyawan

 Retensi karyawan

3


(52)

4. SAMSAT Surakarta (Pramudianto, FE UNS 2007)

 Pertumbuhan pendapatan  Rasio efektivitas  Rasio efisiensi

 Tingkat kebutuhan  Akuisisi Wajib Pajak  Kepuasan Wajib Pajak

 Pendataan objek/subjek pajak yang sistematis  Perbandingan nilai

teknologi yang mutahir dengan teknologi yang lama

 Peningkatan pengawasan

 Pelatihan pegawai  Kepuasan pegawai

5. PT Surveyor Indonesia (Mian Putri Rubiana Sianipar, FE UI 2007)

 ROA

 Pertumbuhan pendapatan  Efisiensi biaya  Arus kas manager

 Akuisisi pelanggan  Image building

 Loyalitas pelanggan

 Business R&D  Penjualan  Delivery

 Manajemen pelanggan

 Pengetahuan bagi organisasi

 Optimalisasi IT dan DSS dalam proses bisnis

 Kompetensi dan fokus pelanggan 6. Unit Simpan Pinjam

Koperasi Serba Usaha Mekar (KSU) Surya Karanganyar

(Ramita, FKIP UNS 2011)

 Peningkatan

pendapatan  Peningkatan SHU  Efisiensi biaya  Cash Ratio

 Rasio modal

terhadap total aktiva  Rasio rentabilitas

modal

 Akuisisi Pelanggan  Retensi pelanggan  Kepuasan pelanggan

 Proses inovasi  Proses operasi  Layanan purna jual

 Retensi karyawan  Produktivitas

karyawan

 Kapabilitas karyawan

3


(53)

commit to user

Selain penelitian terdahulu, peneliti juga menggunakan beberapa jurnal baik nasional maupun internasional yang relevan dengan penelitian ini, diantaranya:

1. Ali Mutasowifin (2002) dengan judul “PenerapanBalanced Scorecardsebagai Tolak Ukur Penilaian pada Badan Usaha berbentuk Koperasi”.

Jurnal ini berisi tentang penerapan Balanced Scorecard pada organisasi dengan karakteristik khusus yaitu koperasi. Menilai kinerja koperasi dengan kesejahteraan anggota sebagai tujuan utamanya. Balanced Scorecard dianggap sebagai penilaian yang komprehensif untuk mendorong dan memberi arahan kepada anggota, pengelola, pengurus, serta pengawas koperasi dalam menjalankan aktivitas agar sesuai dengan batas-batas prinsip-prinsip koperasi. Namun selain ke empat perspektif dalam Balanced Scorecard, koperasi juga harus mempertimbangkan pada satu hal yakni, masalah sosial dan politik yang tidak bisa diabaikan.

2. Monika Kussetya Ciptani (2000) dengan judul “Balanced Scorecard sebagai Pengukuran Kinerja Masa Depan”.

Jurnal ini berisi tentang bagaimana penerapan konsep balanced scorecard pada beberapa perusahaan di Amerika. Berbagai kendala dan permasalahan yang timbul menjadi masukan bagi perusahaan atau organisasi bisnis yang ingin menerapkan konsepbalanced scorecard.

3. Imelda R.H.N (2004) dengan judul Implementasi Balanced Scorecard pada Organisasi Publik.

Jurnal ini menjelaskan bagaimana menentukan tujuan strategis, ukuran yang digunakan, target yang ingin dicapai serta inisiatif, dan mengimplementasikanbalanced scorecardpada organisasi publik.

4. Isniar Budiarti (2000) dengan judul Balanced Scorecard sebagai Alat Ukur Kinerja dan Alat Pengendali Sistem Manajemen Strategis.


(54)

commit to user

Jurnal ini menjelaskan bahwa balanced scorecard merupakan suatu sistem manajemen yang menjabarkan visi dan strategi suatu perusahaan ke dalam tujuan operasional dan tolak ukur. Tujuan dan tolak ukur dikembangkan untuk perspektif keuangan, pelanggan, proses bisnis internal serta pembelajaran dan pertumbuhan.Balanced scorecardselain dapat digunakan sebagai alat pengukur kinerja, juga dapat digunakan sebagai alat untuk menilai apakah strategi yang dilakukan perusahaan sudah tepat dan juga mengawasi apakah strategi perusahaan sudah dijalankan.

5. Eleni D. Karra, University of Macedonia, Thessaloniki Greece dengan judul The Evaluation of an Academic Institution using the Balanced Scorecard (Academic Scorecard): The Case of University of Macedonia Thessaloniki. Jurnal ini berisi tentang penjelasan metode yang digunakan untuk memilih metrik pengukuranbalanced scorecard serta penerapan balanced scorecard pada Universitas Macedonia Thessaloniki, Yunani.

6. Marcela Porporato dengan judul Balanced Scorecard Design Preferences According to Subjects’ Expertise and Purpose of use.

Jurnal ini berisi tentang evaluasi mengenai perbedaan penggunaan masing-masing ukuran dalam perspektif balanced scorecard yang dipengaruhi oleh subyek tentang pengetahuan balanced scorecard secara keseluruhan dalam bidang akuntansi.

7. “Using the Balanced Scorecard to Improve the performance of City and Country Councils”.

Jurnal ini menjelaskan tentang penerapan balanced scorecard pada administrasi publik seperti Dewan Kota di beberapa negara yaitu Amerika Serikat dan Inggris. Tujuan artikel ini adalah menerapkanbalanced scorecard pada administrasi publik.


(1)

d. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan 1) Retensi karyawan

Tingkat retensi karyawan Unit Simpan Pinjam KSU Mekar Surya Karanganyar dinilai ”cukup”. Tingkat retensi karyawan mengalami peningkatan namum tidak signifikan. Hal ini dapat dilihat pada tahun 2008 sebesar 95,8% meningkat menjadi 100% kemudian mengalami penurunan menjadi 96,15% di tahun 2010. Tingkat retensi karyawan selanjutnya dinilai ”cukup” dan diberi skor 0.

2) Produktivitas karyawan

Produktivitas karyawan Unit Simpan Pinjam KSU Mekar Surya Karanganyar dilakukan dengan membandingkan antara pendapatan dengan jumlah karyawan yang ada. Produktivitas karyawan menunjukkan adanya peningkatan pada tahun 2009 sebesar 4,5% menjadi 12,24% pada tahun 2010. Tingkat produktivitas karyawan Unit Simpan Pinjam KSU Mekar Surya Karanganyar dinilai ”baik” dan diberi skor 1.

3) Kapabilitas karyawan

Tingkat kapabilitas atau kemampuan karyawan Unit Simpan Pinjam KSU Mekar Surya Karanganyar dinilai ”cukup”. Hal ini dikarenakan jumlah karyawan yang mengikuti pelatihan dari tahun ke tahun mengalami peningkatan namun tidak signifikan. Pada tahun 2008 adalah 16,67% meningkat menajdi 26,92%, kemudian pada tahun 2010 stagnan yaitu tetap 26,92. Tingkat pelatihan karyawan selanjutnya dinilai ”cukup” dan diberi skor 0.

Hasil penilaian kinerja diatas merupakan hasil analisa dari data-data yang tersaji. Tabel 13 menunjukkan hasil penilaian kinerja yang dilakukan dengan konsep balanced scorecard yang didasarkan pada penilaian skor. Pengukuran kinerja dengan balanced scorecard memiliki total bobot skor 8 dari total bobot standar 15 karena terdiri dari 15 ukuran hasil sehingga rata-rata skor adalah 8/15 = 0,53.


(2)

Langkah selanjutnya adalah membuat skala untuk menilai total skor (Sidik Pramono dalam Riah, 2009) sehingga kinerja perusahaan dapat ditentukan sebagai berikut:

a. Kinerja tertinggi, yaitu kinerja diatas 80% = rata-rata skor 0.06-1.00 yang menunjukkan ”Kinerja Perusahaan Baik”

b. Kinerja rata-rata, yaitu kinerja antara 50%-80% = skor 0-0.06 yang menunjukkan”Kinerja Perusahaan Cukup Baik”

c. Kinerja terendah, yaitu kinerja yang kurang dari 50% = skor -1-0 yang menunjukkan”Kinerja Perusahaan Buruk”

Dengan demikian dapat diartikan bahwa kinerja Unit Simpan Pinjam KSU Mekar Surya Karanganyar apabila diukur dengan metode balanced scorecard terletak di daerah ”cukup” karena nilainya antara 0-0,6 atau diantara 50%-80%. Seperti pada gambar dibawah ini:

Gambar 12

Kurva kinerja Unit Simpan Pinjam KSU Mekar Surya Karanganyar

Berdasarkan gambar di atas, dapat diartikan bahwa kinerja Unit Simpan Pinjam KSU Mekar Surya Karanganyar berada di daerah “cukup” karena skor 0,53 terletak diantara daerah 50%-80% (antara skor 0-0,6).

Kurang Cukup Baik

-1 0 0,6 1


(3)

87 BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan pengukuran kinerja dengan metode Balanced Scorecard pada Unit Simpan Pinjam Koperasi Serba Usaha (KSU) Mekar Surya Karanganyar dapat disimpulkan:

1. Hasil pengukuran kinerja Unit Simpan Pinjam KSU Mekar Surya Karanganyar dilihat dari perspektif keuangan secara umum dinilai cukup. Hal ini dapat dilihat daripeningkatanpendapatan yang mengalami penurunan yaitu pada tahun 2009 sebesar 13,23% dan 12,24% pada tahun 2010 dan dinilai kurang, peningkatan SHU yang mengalami penurunan dari 29,47% menjadi 15,92% dan dinilai kurang, efisiensi biaya mengalami penurunan dari 13,17 menjadi 12,22% dan dinilai baik, cash ratio mengalami peningkatan dari tahun ke tahun yaitu dari 13,76% menjadi 18,13% menjadi 36,37%, rasio modal terhadap total aktiva sempat mengalami kenaikan dari 8,37% menjadi 8,91% namun kemudian turun menjadi 6,85%, rasio rentabilitas modal mengalami peningkatan dari 0,73% menjadi 0,81% menjadi 0,92%.

2. Hasil pengukuran kinerja dilihat dari perspektifcustomersecara umum dinilai baik. Hal ini dapat dilihat dari akuisisi pelanggan yang mengalami peningkatan yang signifikan dari 57,04% pada tahun 2009 menjadi 229,69% pada tahun 2010, retensi pelanggan dan kepuasan pelanggan yang mengalami peningkatan tiap tahunnya.

3. Hasil pengukuran kinerja dilihat dari perspektif proses bisnis internal secara umum dinilai baik. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan proses inovasi, operasi, maupun layanan purna jual yang mengalami peningkatan tiap tahunnya.

4. Hasil pengukuran kinerja dilihat dari perspektif pembelajaran dan pertumbuhan secara umum dinilai cukup. Hal ini dapat dilihat dari rasio retensi karyawan yang mengalami peningkatan namun tidak signifikan yaitu dari 95,8% pada tahun 2008 menjadi 100% pada tahun 2009 dan mengalami


(4)

penurunan pada tahun 2010 sebesar 96,15% dan dinilai cukup, rasio produktivitas karyawan yang mengalami peningkatan dari 4,5% pada tahun 2009 menjadi 12,24% pada tahun 2010 dan dinilai baik, serta rasio kapabilitas karyawan yang mengalami peningkatan namun tidak signifikan yaitu dari 16,67% di tahun 2008 meningkat menjadi 26,92% di tahun 2009 dan tetap 26,92% di tahun 2010 dan dinilai cukup.

5. Pengukuran kinerja dalam penelitian ini menggunakan skor -1 untuk kinerja “kurang”, dan 0 untuk kinerja “cukup” dan 1 untuk kinerja “baik”. Total skor penilaian kinerja terhadap Unit Simpan Pinjam KSU Mekar Surya Karanganyar adalah 8, dari total bobot standar 15. Sehingga rata-rata skor adalah 8/15 = 0,53 (terletak antara 0-0,6).

6. Berdasarkan hasil penilaian kinerja Unit Simpan Pinjam KSU Mekar Surya Karanganyar pada tahun 2010 diperoleh hasil bahwa kinerja Unit Simpan Pinjam KSU Mekar Surya Karanganyar secara keseluruhan dinilai cukup baik.

B. Implikasi

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka dapat dikaji implikasi dari hasil penelitian tersebut. Implikasi hasil penelitian dapat berupa dampak teoritis terhadap usaha pengembangan ilmu pengetahuan atau penelitian dan penerapannya secara praktis dan pemecahan masalah penelitian. Implikasi dari hasil penelitian ini adalah:

1. Implikasi Teoritis

Dari hasil penelitian ini menguatkan teori dalam bidang Akuntansi Manajemen, bahwa metodeBalanced Scorecard dapat diterapkan sebagai sistem pengukuran kinerja perusahaan secara komprehensif atau menyeluruh melalui empat perspektif, yaitu perspektif finansial, perspektif pelanggan, perspektif proses bisnis internal, dan perspektif pembelajaran dan pertumbuhan pada badan usaha berbentuk koperasi.


(5)

2. Implikasi Praktis

Berdasarkan analisis data dan pembahasan, maka Unit Simpan Pinjam KSU Mekar Surya Karanganyar dapat menerapkan metode balanced scorecard sebagai sistem pengukuran kinerja koperasi yang dapat mengukur kinerja koperasi secara komprehensif atau menyeluruh.

C. Saran

Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian dan implikasinya, maka penulis memberikan saran sebagai berikut:

1. Bagi manajemen Unit Simpan Pinjam KSU Mekar Surya Karanganyar

a. Dalam iklim persaingan usaha yang semakin kompetitif, koperasi sebaiknya mulai mencoba menerapkan metode balanced scorecard. Hal ini dilakukan sebagai upaya melakukan perbaikan manajemen sehingga diharapkan mampu meningkatkan kinerja koperasi dalam era globalisasi. Namun perlu disesuaikan dengan kondisi koperasi, mengingat adanya masalah-masalah sosial yang sangat berpengaruh pada koperasi.

b. Dalam penyusunan perencanaan strategis perusahaan perlu melakukan perencanaan jangka panjang secara tertulis dan mendetail sesuai dengan visi dan misi yang ingin diwujudkan perusahaan kelak.

c. Dari keempat perspektif hasil yang masih kurang baik adalah pada perspektif keuangan serta pembelajaran dan pertumbuhan sehingga Koperasi perlu melakukan perbaikan untuk meningkatkan hasil kedua perspektif tersebut. Pada perspektif keuangan indikator yang perlu ditingkatkan adalah pendapatan, SHU, dan modal sedangkan perspektif pembelajaran dan pertumbuhan indikator yang perlu diperbaiki adalah mempertahankan karyawan apabila jumlah karyawan tetap serta meningkatkan jumlah karyawan yang ikut dalam pelatihan.


(6)

2. Bagi peneliti lanjutan

a. Dalam penelitian ini ada keterbatasan penulis diantaranya kemungkinan kurang tepatnya ukuran yang digunakan dalam menentukan tolak ukur dari masing-masing perspektif. Scorecard disusun berdasarkan asumsi pribadi yang didasarkan pada konsep balanced scorecard yang dipandang paling mungkin dan mudah untuk diterapkan di koperasi, karena itu scorecard bukanlah hasil mutlak dari konsep balanced scorecard yang harus diterapkan secara mutlak. Sehingga penulis mengharap kepada peneliti selanjutnya dapat melakukan pengukuran lebih menyeluruh terhadap berbagai aspek. Diantaranya adalah ukuran pangsa pasar, kapabilitas sistem informasi, serta kepuasan karyawan.

b. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan pengukuran kinerja pada Koperasi dengan lingkup yang lebih luas sehingga diharapkan dapat menjadi bahan informasi bagi pengelola Koperasi maupun lembaga keuangan lainnya.


Dokumen yang terkait

Analisis Peranan Koperasi Simpan Pinjam Terhadap Pengembangan usaha Mikro dan Kecil di Kota Padangsidimpuan.

30 148 79

Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam Pada Koperasi Menurut PP No.9 Tahun 1995 (Studi Pada Koperasi Pegawai Negeri Guru SD Kec, Binjai Barat Di Kota Binjai)

0 30 154

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN UNIT SIMPAN PINJAM (USP) KOPERASI SERBA USAHA `BANGUN SEJAHTERA` SEMARANG TAHUN BUKU 2014.

0 3 18

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN UNTUK MENGETAHUI TINGKAT KESEHATAN UNIT SIMPAN PINJAM KOPERASI MEKAR SURYA KARANGANYAR TAHUN 2007 2008

0 3 15

PENGARUH HUMAN CAPITAL TERHADAP KINERJA PADA KARYAWAN UNIT SIMPAN PINJAM KOPERASI SERBA USAHA (KSU) Pengaruh Human Capital Terhadap Kinerja Karyawan Unit Simpan Pinjam Koperasi Serba Usaha (Ksu) Mekar Surya Karanganyar.

0 1 12

PENGARUH HUMAN CAPITAL TERHADAP KINERJA KARYAWAN UNIT SIMPAN PINJAM KOPERASI SERBA USAHA (KSU) MEKAR Pengaruh Human Capital Terhadap Kinerja Karyawan Unit Simpan Pinjam Koperasi Serba Usaha (Ksu) Mekar Surya Karanganyar.

0 1 16

PENDAHULUAN Pengaruh Human Capital Terhadap Kinerja Karyawan Unit Simpan Pinjam Koperasi Serba Usaha (Ksu) Mekar Surya Karanganyar.

0 1 8

PENGUKURAN KINERJA DENGAN MENGGUNAKAN BALANCED SCORECARD PADA KOPERASI SERBA USAHA SINAR MENTARI KARANGANYAR TAHUN 2008.

0 0 10

ANALISIS PENGUKURAN KINERJA DENGAN MENGGUNAKAN BALANCED SCORECARD PADA KOPERASI SUCOFINDO PALEMBANG -

3 10 92

ANALISIS PENERAPAN BALANCED SCORECARD DALAM RANGKA PENGUKURAN KINERJA PADA KOPERASI SIMPAN PINJAM PAMUJI KANTOR CABANG PRAMBANAN - UNWIDHA Repository

0 0 45