Analisis Peranan Koperasi Simpan Pinjam Terhadap Pengembangan usaha Mikro dan Kecil di Kota Padangsidimpuan.

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

ANALISIS PERANAN KOPERASI SIMPAN PINJAM TERHADAP

PENGEMBANGAN USAHA MIKRO DAN KECIL DI KOTA PADANGSIDIMPUAN (Studi Kasus : Koperasi Bersatu Kota Padangsidimpuan)

SKRIPSI Diajukan Oleh :

LIA SARI HARAHAP 040501056

EKONOMI PEMBANGUNAN

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Medan 2008


(2)

ABSTRACT

The destination of this research is to analysis the cooperation role in creasing life of micro and small enterpreneur in Padangsidimpuan city.The Method used is descriptive and deductive method with used primer and secondary data.The way of getting data used is observation, interview, qusioner.

Based on the result of research indicate that cooperation toward positive to UMK, like this referto some indicator’s increase production of turnover UMK is 88% an increase micro and small enterpreneur’s household income is 80%.


(3)

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis peranan koperasi dalam meningkatkan kehidupan para pengusaha mikro dan kecil di Kota Padangsidimpuan. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dan deduktif dengan menggunakan data primer dan skunder. Cara pengumpulan data dengan menggunakan observasi, wawancara, kusioner.

Berdasarkan dari hasil penelitian menunjukkan bahwa koperasi berpengaruh positif terhadap UMK, ini terlihat dari beberapa indicator seperti peningkatan omset produksi UMK sebesar 88% dan peningkatan pendapatan rumah tangga pengusaha mikro dan kecil sebesar 80%.


(4)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat_nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Analisis Peranan Koperasi Simpan Pinjam Terhadap Pengembangan usaha Mikro dan Kecil di Kota Padangsidimpuan”, guna memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan Program Strata (S-1) pada fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna sehingga penulis dengan senag hati menerima segala kritikan dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak menerima bantuan bimbingan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung, maka pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang tidak terhingga kepada:

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, MEc selaku Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Paidi Hidayat, SE, MSi selaku Dosen Pembimbing penulis yang telah menyediakan waktu dan tenaga untuk membimbing penulis dalam menyusun dan menyelesaikan skripsi ini.

3. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, MEc selaku Ketua Departemen Ekonomi Pembangunan Fakulatas Ekonomi Sumatera Utara dan selaku dosen penguji penulis.


(5)

4. Bapak Dr. Irsyad Lubis, M. Soc. Sc, Phd selaku sekretasi jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. 5. Ibu Dra.Raina Linda Sari, MSi selaku dosen penguji penulis.

6. Bapak Kasyful Mahalli, SE, MSi selaku dosen wali penulis selama ini. 7. Bapak / Ibu Dosen Fakultas Ekonomi Unversitas Sumatera Utara yang

telah banyak membantu penulis dalam masa perkuliahan.

8. Seluruh staf pegawai Tata Usaha Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

9. Bapak Fahdriansyah Siregar selaku ketua dalam koperasi yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian, Ibu Diana Manajer di Kantor Koperasi Bersatu yang telah memberikan sumber data bagi penulis.

10.Khususnya Ayahanda penulis H. Mara Gunung Harahap, SE dan Ibunda Hj. Mas Bulan, SH yang tercinta yang penuh dengan kasih sayang membesarkan penulis serta memberikan doa, dorongan, dukungan materi maupun moril kepada penulis sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik.

11.Adek dan Abang penulis Ryan, Haris dan Adi yang telah memberi dukungan kepada penulis.

12.Teman-teman yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini yaitu: Roles, Emi, Ika, Ziah, Yeni, Sri, Mitha, Fachri, Bimbim, Mona,


(6)

Sahmi, terima kasih atas perhatian seta dorongan selama ini sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

13.Seluruh teman-teman Stambuk 2004 Ekonomi Pembangunan yang selama ini telah membantu penulis.

Akhir kata kiranya skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca semuanya dan semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas budi baik dan dukungan yang telah diberi kepada penulis.

Medan, Maret 2008

Penulis


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRACT ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Konsep Koperasi ... 7

2.1.1 Pengertian Koperasi ... 7

2.1.2 Fungsi Koperasi ... 8

2.2 Peranan Koperasi ... 9

2.2.1 Peranan Ekonomi ... 9


(8)

2.3 Arti dan Partisipasi Anggota Bagi Koperasi ... 11

2.3.1 Arti Anggota Bagi Koperasi ... 11

2.3.2 Partisipasi Anggota Bagi Koperasi ... 12

2.4 Sumber Modal Koperasi ... 17

2.5 Pinjaman atau kredit ... 23

2.6 Pengertian dan Ciri-Ciri UMK ... 24

2.6.1 Usaha Mikro ... 24

2.6.2 Usaha Kecil ... 26

2.7 Sumber Pembiayaan UMK ... 29

2.8 Kendala UMK ... 30

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Ruang Lingkup Penelitian . ... 34

3.2. Jenis Dan Sumber Data ... 34

3.3. Teknik Pengumpulan Data ... 35

3.4. Metode Analisis ... 36

BAB IV DESKRIPSI PENELITIAN 4.1. Deskripsi Penelitian ... 37

4.1.1. Sejarah Koperasi Bersatu ... 37

4.1.2. Tujuan Koperasi ... 38

4.1.3. Struktur Koperasi ... 38

4.1.4. Modal Koperasi ... 41


(9)

4.2. Pembahasan ... 44

4.2.1. Kondisi Usaha Anggota Koperasi ... 44

4.2.2. Perkembangan Koperasi Bersatu ... 48

4.2.3. Alasan Anggota Meminjam di Koperasi Bersatu ... 51

4.2.4. Pearanan Koperasi Bagi Usaha Anggota ... 53

4.2.5. Perananan Koperasi Bagi Rumah Tangga Anggota ... 56

4.2.6. Peningkatan Omset Setelah Meminjam ... 58

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 61

5.2 Saran ... 62

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

SURAT RISET


(10)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

2.1. Kinerja Permodalan Koperasi Indonesia 21

2.2. Kriteria Usaha Berdasarkan Jumlah Tenaga Kerja 28

4.1. Penggolongan Pinjaman 43

4.2. Jenis Pembukuan Anggota Koperasi 48

4.3. Jumlah Anggota Koperasi 49

4.4. Alasan Anggota Lebih Memilih Koperasi Dibanding Perbankan

52

4.5. Perkembangan Usaha Anggota Koperasi Setelah Mendapatkan Pinjaman dari Koperasi Bersatu

55

4.6. Perkembangan Rumah Tangga Anggota Koperasi Setelah Mendapatkan Pinjaman dari Koperasi Bersatu

57


(11)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

2.2 Arti Partisipasi 14

2.3 Nilai Manfaat dan Partisipasi 16

4.1 Struktur Organisasi Koperasi Bersatu 40

4.2 Skala Perusahaan BerdasarkanTenaga Kerja 45 4.3 Bentuk Badan Hukum Anggota Koperasi 46 4.4

4.5

Lembaga yang Berperan dalam Pengembangan UMK

Uji t-statistik terhadap pendapatan anggota

54


(12)

ABSTRACT

The destination of this research is to analysis the cooperation role in creasing life of micro and small enterpreneur in Padangsidimpuan city.The Method used is descriptive and deductive method with used primer and secondary data.The way of getting data used is observation, interview, qusioner.

Based on the result of research indicate that cooperation toward positive to UMK, like this referto some indicator’s increase production of turnover UMK is 88% an increase micro and small enterpreneur’s household income is 80%.


(13)

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis peranan koperasi dalam meningkatkan kehidupan para pengusaha mikro dan kecil di Kota Padangsidimpuan. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dan deduktif dengan menggunakan data primer dan skunder. Cara pengumpulan data dengan menggunakan observasi, wawancara, kusioner.

Berdasarkan dari hasil penelitian menunjukkan bahwa koperasi berpengaruh positif terhadap UMK, ini terlihat dari beberapa indicator seperti peningkatan omset produksi UMK sebesar 88% dan peningkatan pendapatan rumah tangga pengusaha mikro dan kecil sebesar 80%.


(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sesuai dengan tujuan dan ketentuan – ketentuan adanya suatu negara, maka perhatian pemerintah terhadap kehidupan rakyatnya sangat diperlukan, karena rakyat juga merupakan salah satu komponen berdirinya suatu negara. Di Indonesia rakyat merupakan penegak kedaulatan yang menduduki tempat paling tinggi dalam konstitusi. Keinginan untuk mensejahterakan rakyat juga merupakan amanat konstitusi. Kesejahteraan dapat diwujudkan dengan lebih memfokuskan terhadap keberadaan perekonomian rakyat.

Di Indonesia sebagian besar (87,4 %) penduduk Indonesia bergerak dalam usaha mikro dan kecil dan menengah (UMKM), maka pemberdayaan ekonomi rakyat dapat diidentikkan dengan pemberdayaan UMKM. UMKM dianggap masyarakat sebagai alat untuk mencapai kesejahteraan ekonominya sedangkan bagi pemerintah sendiri UMKM merupakan alat untuk membangun kesejahteraan semua rakyat.

(Subandi, 2007).

Di Indonesia penduduk yang bergerak pada sektor usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) umumnya merupakan penduduk miskin. Jumlah UMKM sebanyak 48,9 juta dari 99,9 % total unit usaha. ( BPKP, 2007 ). Oleh karena itu pengembangan UMKM dalam dimensi pembangunan nasional yang berlandaskan


(15)

sistem ekonomi kerakyatan, hendaknya ditujukan untuk mengurangi masalah kesenjangan antar golongan pendapatan dan antar pelaku, ataupun penyerapan tenaga kerja. Pengembangan UMKM juga diharapkan mampu memperluas basis ekonomi dan dapat memberikan konstribusi yang signifikan dalam mempercepat perubahan struktural, yaitu meningkatnya perekonomian daerah dan ketahanan ekonomi daerah.

Pada tahun 1997 Indonesia mengalami krisis ekonomi sehingga pertumbuhan ekonomi Indonesia terhenti, bahkan taraf hidup rakyat Indonesia merosot tajam. Krisis ekonomi tahun 1997 ini telah memberi banyak perubahan terhadap perekonomian di Indonesia. Dimana ketahanan perekonomian para pengusaha jauh melemah dibanding sebelum krisis. Banyak usaha – usaha yang dimiliki masyarakat mengalami penurunan bahkan terpaksa gulung tikar dikarenakan terbentur modal.

UMKM merupakan posisi yang strategis untuk mempercepat perubahan struktural dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat. Sebagai wadah kegiatan usaha bersama bagi produsen maupun konsumen yang berperan dalam memperluas penyediaan lapangan kerja, memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi dan memeratakan peningkatan pendapatan (Subandi, 2007).

UMKM kembali mulai mengalami perbaikan pada tahun 2000 – an yaitu seiring juga dengan mulai sedikit membaiknya perekonomian Indonesia. Perkembangan ini mulai terasa pada tahun 2004, dimana sumbangan Usaha Mikro Kecil Menengah semakin jelas pangsanya terhadap penciptaan nilai tambah nasional, karena lebih dari separuhnya diciptakan oleh UMKM (55,88 persen) sekaligus mampu menyerap tenaga kerja yang cukup besar sehingga dapat menekan tingkat


(16)

pengangguran. Tetapi kendala kembali terjadi dimana kenaikan BBM pada 1 Oktober 2005 berdampak terhadap peningkatan biaya produksi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) sebesar 28,1 persen sehingga memangkas keuntungan sebesar 18,4 persen (BPS, 2005). Keadaan tersebut tidak terlalu lama berlarut karena

pada tahun 2006 UMKM kembali bangkit dengan menyumbang sebesar Rp1.778,7 triliun dari total Produk Domestik Bruto (PDB) tahun 2006 yang mencapai Rp3.338,2 triliun. (Suryadharma , 2007)

Sehubung dengan peningkatan pendapatan dan perbaikan modal setelah pasca krisis dalam peningkatan UMKM ini diperlukan suatu Badan Usaha seperti Koperasi yang dapat membantu masyarakat dalam menghadapi kesulitan usahanya. Koperasi merupakan perkumpulan kepentingan ekonomi yang diawasi secara demokratis. Pemerintah Republik Indonesia telah menggariskan dengan tegas bahwa dalam rangka pembangunan nasional, koperasi harus menjadi sokoguru dan wadah utama bagi perekonomian rakyat. Kebijakan tersebut benar – benar sesuai dengan isi dan jiwa UUD 1945 Pasal 33 ayat 1, yang menyatakan bahwa perekonomian Indonesia disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan.

Tahun 2007 perkembangan UMKM dan Koperasi tetap menjadi perhatian dan sorotan dalam meningkatkan perekonomian negara. Secara umum UMKM masih menghadapi rendahnya kualitas sumberdaya manusia seperti kurang terampilnya SDM dan kurangnya jiwa kewirausahaan, rendahnya penguasaan teknologi serta manajemen dan informasi pasar. Namun meski demikian UMKM dan koperasi


(17)

perkembangannya tetap relatif baik dimana UMKM masih mampu bertahan dan memberi kontribusi terhadap pendapatan nasional.

Di Kota Padangsidimpuan keberadaan koperasi sebagai suatu badan usaha sangat membantu terhadap peningkatan pendapatan dan pengembangan potensi suatu usaha khususnya terhadap usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Dari beberapa pengelompokan jenis – jenis koperasi, salah satu Koperasi yang sangat memberi peranan penting terhadap pengembangan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) adalah Koperasi Simpan Pinjam. Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1995 pasal 1, bahwa Koperasi Simpan Pinjam merupakan Koperasi yang kegiatannya hanya usaha simpan pinjam. Keanggotaan Koperasi Simpan Pinjam padanya prinsipnya bebas bagi semua orang yang memenuhi untuk menjadi anggota koperasi dan orang – orang tersebut mempunyai kegiatan usaha atau mempunyai kepentingan ekonomi yang sama.

Koperasi Simpan Pinjam di Padangsidimpuan kebanyakan berupa koperasi simpan pinjam yang memberi bantuan terhadap UMKM yang ada di daerah pasar dan masyarakat yang dibantu oleh koperasi juga umumnya merupakan pedagang yang ada di daerah pasar tersebut. Salah satu dari koperasi yang berbentuk demikian adalah “Koperasi Bersatu yang ada di Pasar Raya Kodok“. Keberadaan koperasi simpan pinjam ini sangat jauh memberi bantuan pada pengusaha – pengusaha kecil dan menengah dalam meningkatkan usahanya dan meningkatkan taraf hidupnya. Bantuan yang diberikan oleh Koperasi tersebut pada pengusaha adalah dengan melalui pinjaman modal untuk usaha atau pinjaman untuk pengembangan usaha.


(18)

Pada Koperasi ini peminjaman tersebut tidak di bungakan karena pada koperasi ini tidak bertujuan untuk mencari laba yang sebesar – besarnya tetapi koperasi ini lebih mengutamakan terhadap maksimalisasi pelayanan (Hendar Kusnadi, 2005: 115).

Dalam Koperasi Simpan Pinjam ini juga diadakan pemberian bimbingan dan pelatihan terhadap anggota koperasi agar dapat memberdayakan usahanya dengan sebaik mungkin sehingga usahanya tersebut mengalami peningkatan dan berjalan dengan lancar. Jika terjadi peningkatan usaha dan taraf hidup dari pengusaha tersebut maka ini juga memberi peluang terhadap penciptaan lapangan kerja.

Berdasarkan latar belakang diatas penulis melakukan penelitian yang diberi judul

“ Analisis Peranan Koperasi Simpan Pinjam terhadap pengembangan usaha mikro dan kecil di Kota Padangsidimpuan”

1.2. Perumusan Masalah

Dari Latar Belakang yang diuraikan di atas, maka perlu dibuat rumusan masalah agar pelaksanaan penelitian dapat terlaksana secara terarah.

Adapun masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini, yaitu:

1) Bagaimana perkembangan Koperasi Simpan Pinjam Bersatu di Kota Padangsidimpuan ?

2) Apa yang melatarbelakangi anggota / nasabah meminjam di Koperasi Simpan Pinjam Bersatu?


(19)

3) Bagaimana peranan pinjaman yang disalurkan Koperasi Simpan Pinjam Besatu terhadap pendapatan anggota / nasabah ?

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1) Untuk mengetahui bagaimana perkembangan Koperasi Simpan Pinjam Bersatu di Kota Padangsidimpuan

2) Untuk mengetahui apa yang melatarbelakangi anggota / nasabah meminjam di Koperasi Simpan Pinjam Bersatu.

3) Untuk mengetahui bagaimana pengaruh pinjaman yang disalurkan Koperasi Simpan Pinjam Bersatu terhadap pendapatan anggota / nasabah.

Sedangkan manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1) Menambah, melengkapi sekaligus sebagai pembanding hasil –hasil penelitian yang sudah ada yang menyangkut topik yang sama.

2) Sebagai Referensi dan informasi bagi peneliti – penelitian selanjutnya dengan topik yang sama.

3) Hasil pemikiran ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi mahasisiwa Ekonomi, khususnya mahasiswa Ekonomi Pembangunan.

4) Bagi Koperasi Simpan Pinjam penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan yang bermanfaat untuk mendukung kemajuan dan kelancaran kegiatan usaha Koperasi Simpan Pinjam.


(20)

BAB II

URAIAN TEORITIS

2.1. Konsep Koperasi 2.1.1. Pengertian Koperasi

Koperasi adalah singkatan dari kata co dan operation yang mempunyai arti suatu kumpulan orang–orang untuk bekerja sama demi kesejahteraan bersama. Organisasi koperasi terdapat hampir di semua negara industri dan negara berkembang karena koperasi berbeda dengan lembaga lain dimana koperasi merupakan salah satu badan usaha yang tidak mencari keuntungan semata namun lebih memperhatikan kesejahteraan anggotanya..

Pada Undang – Undang No.25 tahun 1992, koperasi didefenisikan sebagai “badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip–prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan”. Pengertian ini disusun tidak hanya berdasar pada konsep koperasi sebagai organisasi ekonomi dan sosial tetapi secara lengkap telah mencerminkan norma-norma atau kaidah-kaidah yang berlaku bagi bangsa Indonesia.


(21)

Selain dari defenisi diatas ada juga dari beberapa pakar yang memberikan pengertian tentang koperasi seperti:

a) Menurut Hendrojogi (1997), Koperasi adalah perkumpulan otonom dari orang-orang yang bergabung secara sukarela untuk memenuhi kebutuhan dan aspirasi ekonomi, sosial dan budaya mereka yang sama melalui pemisahan yang dimiliki dan diawasi secara demokratis.

b) Menurut Calver, Koperasi adalah organisasi orang-orang yang hasratnya dilakukan secara sukarela sebagai manusia atas dasar kemampuan untuk mencapai tujuan ekonomi masing-masing.

c) Menurut Moh. Hatta, Koperasi adalah usaha bersama untuk memperbaiki nasib penghidupan ekonomi berdasarkan tolong-menolong.

Namun berdasar semua defenisi koperasi diatas dapat disimpulkan bahwa koperasi merupakan organisasi yang keanggotaannya bersifat sukarela yang mengarah untuk memajukan kesejahteraan bersama dengan dicerminkan berdasarkan asas kekeluargaan dan jiwa kegotong-royongan.

2.1.2 Fungsi Koperasi

Menurut Undang-Undang (UU) no.25 tahun 1992, pasal 4, koperasi Indonesia memiliki fungsi sebagai :

a) Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi nasional dan sosialnya.


(22)

b) Berperan serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan manusia dan masyarakat.

c) Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan perekonomian nasional dengan koperasi sebagai sokogurunya.

d) Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional yang merupakan usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi.

Selain itu hendaknya koperasi Indonesia wajib memiliki dan berlandaskan diri sendiri, bertanggung jawab kepada diri sendiri, demokrasi, persamaan, keadilan, dan solidaritas (Hendrojogi, 1997).

2.2.Peranan Koperasi

Koperasi mempunyai peranan menyejahterakan dan mempertinggi kualitas kehidupan manusia dan masyarakat. Peran Koperasi dapat ditinjau dari:

2.2.1. Peranan Ekonomi

Peranan ekonomi dari koperasi adalah:

a) Membantu para anggotanya untuk meningkatkan penghasilan sehingga kemakmuranpun meningkat.

b) Menciptakan lapangan kerja

c) Mempersatukan dan mengembangkan daya usaha dari orang-orang, baik perorangan maupun masyarakat.


(23)

e) Menyelenggarakan kehidupan ekonomi secara demokratis.

f) Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk menyejahterakan kehidupan ekonomi dan sosialnya.

g) Memperkukuh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan perekonomian nasional dengan koperai sebagai sokogurunya.

2.2.2. Peranan Sosial

Watak sosial koperasi memberikan arti yang penting bagi usaha untuk mengembangkan kegiatan koperasi dengan membuka seluas-luasnya bagi warga masyarakat yang belum menjadi anggota untuk ikut berpartisipasi. Watak social koperasi seperti itu menciptakan suatu kesempatan bagi koperasi untuk menampilkan peranan sosialnya dalam masyarakat sebagai berikut:

a) Mendidik para anggotanya untuk secara bersama-sama menyelesaikan masalahnya sendiri serta membuka kesempatan secara bersama untuk membangun kehidupan ekonominya masing-masing.

b) Menumbuhkan semangat kerja sama serta cinta terhadap sesama umat manusia yang bersumber pada kewajiban partisipasi dari para anggota sesuai dengan kemampuan masing-masing.

c) Menanamkan penggunaan ukuran berdasarkan nilai-nilai kemanusiaan dan pendekatan secara manusiawi dan bukan nilai uang atau kebendaan.


(24)

d) Memungkinkan terlaksananya usaha pembentukan warga negara yang baik dan bertanggung jawab atas kesejahteraan masyarakat.

2.3. Arti dan Partisipasi Anggota Bagi Koperasi 2.3.1. Arti Anggota Bagi Koperasi

Keberadaan anggota ditengah-tengah koperasi merupakan jadi titik tolak untuk kemajuan koperasi dan merupakan inti dalam pendirian koperasi. Semakin banyak jumlah anggota maka semakin kokoh kedudukan koperasi sebagai suatu badan usaha, baik ditinjau dari segi organisasi maupun dari segi ekonomis. Sebab badan usaha koperasi dikelola dan dibiayai oleh para anggota.

Sesuai pasal 17 ayat 1 UURI No.25/1992 dinyatakan bahwa anggota koperasi adalah pemilik dan sekaligus pengguna jasa koperasi. Keanggotaan koperasi didasarkan pada kesamaan kepentingan ekonomi dalam lingkup usaha koperasi. Ketentuan yang terdapat pada pasal 19 ayat 1 menunjukkan bahwa faktor kesamaan kepentingan dalam usaha koperasi merupakan tolak ukur untuk menentukan diterima atau tidaknya seseorang atau badan hukum koperasi menjadi anggota koperasi.

Keanggotaan koperasi pada dasarnya tidak dapat dipindahtangankan karena persyaratan untuk menjadi anggota koperasi adalah kepentingan ekonomi yang melekat pada anggota yang bersangkutan. Dalam hal anggota meninggal dunia, keanggotaannya dapat diteruskan oleh ahli waris yang memenuhi kepentingan ahli waris dan mempermudah proses mereka untuk menjadi anggota.


(25)

Setiap anggota mempunyai kewajiban dan hak setiap anggota jika menurut pasal 20 UURI No.25 tahun 1992 adalah:

Setiap anggota mempunyai kewajiban sebagai berikut:

a) Mematuhi AD (Anggaran Dasar) dan ART (Anggaran Rumah Tangga) serta keputusan yang telah disepakati dalam rapat anggota.

b) Berpartisipasi dalam kegiatan usaha yang telah diselenggarakan oleh koperasi. c) Mengembangkan dan memelihara kebersamaan berdasarkan atas asas

kekeluargaan.

Sedangkan hak anggota adalah:

a) Menghadirkan, menyatakan pendapat dan memberikan suara dalam rapat anggota .

b) Memilih dan / atau dipilih menjadi anggota pengurus dan pengawas. c) Meminta diadakan rapat anggota menurut ketentuan dalam AD.

d) Mengemukakan pendapat atau saran kepada pengurus di luar rapat anggota baik diminta maupun tidak diminta.

e) Memanfaatkan koperasi dan mendapatkan pelayanan yang sama antara sesama anggota.

2.3.2. Partisipasi Anggota pada Koperasi

Koperasi merupakan alat yang digunakan oleh para anggota untuk melaksanakan fungsi-fungsi tertentu yang telah disepakati bersama. Di sini dapat dikatakan bahwa sukses tidaknya, berkembang tidaknya, bermanfaat tidaknya, dan


(26)

maju mundurnya suatu koperasi akan sangat tergantung sekali pada peran partisipasi aktif dari para anggotanya. Sesuai seperti yang dikatakan diatas pada pasal 17 ayat 1 bahwa anggota koperasi adalah pemilik sekaligus pengguna jasa koperasi. Sebagai pemilik dan pengguna jasa koperasi anggota berpartisipasi aktif dalam kegiatan koperasi.

Partisipasi memang memegang peranan yang penting dalam perkembangan koperasi. Tanpa partisipasi anggota, koperasi tidak akan dapat bekerja secara efisien dan efektif dan tidak akan dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan pada koperasi. Dilain hal koperasi juga harus mengikuti tes komparatif agar pihak manajemen koperasi tahu apa yang menjadi kepentingan anggotanya dan untuk mengetahui pelayanan yang bagaimana yang diinginkan anggota. Manajemen membutuhkan informasi yang cukup banyak untuk pengambilan keputusan, dan penentuan kebijaksanaan koperasi. Kendatipun informasi dari luar organisasi juga penting untuk pengambilan keputusan, tetapi informasi yang relevan sebagian besar berasal dari anggota koperasi itu sendiri (Kusnadi, 1999)

Dalam hal ini manajemen koperasi mempunyai keterbatasan kemampuan dalam mengumpulkan informasi. Setiap manajemen koperasi tidak mungkin mengetahui informasi yang diperlukan setiap waktu.


(27)

Informasi itu harus ditemukan dan mekanisme untuk menemukan informasi baru bersesuaian dengan pelayanan yang diiberikan oleh perusahaan koperasi dalam hal kepentingan anggota melalui partisipasi.

Pada gambar ada dua faktor utama yang mengharuskan koperasi meningkatkan pelayanan kepada anggotanya. Pertama adalah adanya tekanan persaingan dari organisasi lain terutama organisasi non koperasi, dan kedua adalah perubahan kebutuhan manusia sebagai akibat perubahan waktu dan peradaban. Perubahan ini akan menentukan pola kebutuhan anggota dalam mengonsumsi

PELAYANAN

PARTISIPASI DALAM PELAYANAN KEBUTUHAN

KEBUTUHAN YANG BERUBAH

KEKUATAN BERSAING

PEMILIK = PEMAKAI

Gambar 2.1 ARTI PARTISIPASI


(28)

produk-produk yang ditawarkan oleh koperasi. Bila koperasi mampu memberikan pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan anggota yang lebih besar daripada pesaingnya, maka tingkat partisipasi anggota terhadap koperasinya akan meningkat. Untuk meningkatkan pelayan maka koperasi harus tetap mancari informasi yang datangnya dari anggota koperasi.

Namun keperluan seseorang menjadi anggota juga perlu diketahui karena hubungan antara manfaat dengan pengorbanan bisa berbeda persentasenya. Khususnya pada Koperasi Simpan Pinjam hal ini dapat terlihat nyata. Pada koperasi Simpan Pinjam dimana salah satu yang dikhawatirkan oleh koperasi tersebut dimana pengusaha hanya memanfaatkan keadaan koperasi tersebut sebagai tempat melakukan pinjaman saja tanpa mau cenderung untuk masuk ke dalam aktivitas yang ada pada koperasi dan jika hal ini terjadi maka tujuan utama dari koperasi tidak akan terealisir atau terjalankan. Maka yang terjadi akan menyebabkan koperasi tersebut vakum dikarenakan anggotanya tidak mau berpartisipasi aktif dalam pengolahan koperasi.


(29)

Pada Kurva “Nilai Manfaat dan Partisipasi” menjelaskan bahwa sepanjang nilai manfaat masih lebih besar dari pada nilai pengorbanan, maka anggota maupun non anggota akan tetap berpartisipasi dalam koperasi. Nilai Manfaat dapat diukur dari berbagai variabel seperti berupa SHU yang dibagi, bunga simpanan yang lebih tinggi, pelayanan yang lebih cepat, jaminan simpanan yang pasti dan hak-hak lain.

Seperti dikatakan diatas bahwa partisipasi berupa pelayanan yang baik, yang diberi oleh koperasi merupakan alat untuk memuaskan kebutuhan para stakeholders (anggota,non anggota, dan pemerintah), maka dengan kata lain hubungan antara partisipasi dengan nilai manfaat dapat berjalan positif jika anggota baik sebagai sipemilik maupun sebagai pengguna merasa terpuaskan oleh pelayanan

Nilai Manfaat

Tingkat Partisipasi

Biaya pengorbanan Biaya

Manfaat & Pengorba nan

Gambar 2.2


(30)

koperasi, berupa nilai manfaat yang diberikan. Jika anggota merasa terpuaskan maka anggota akan terus memberikan partisipasinya berupa modal maupun non modal. Seiring dengan hal itu maka pemerintah maupun non anggota juga akan ikut berperan serta dalam peningkatan modal koperasi selama koperasi mampu memobilisasi ekonomi rakyat menuju kesejahteraan (Tamba, 2002)

2.4. Sumber Modal Koperasi

Meskipun koperasi Indonesia bukan merupakan bentuk kumpulan modal, namun sebagai suatu badan usaha maka di dalam menjalankan usahanya koperasi memerlukan modal. Tetapi, pengaruh modal dan penggunaaanya dalam koperasi tidak boleh mengaburkan dan mengurangi makna koperasi, yang lebih menekankan kepentingan kemanusian dibanding kebendaan.

Jumlah modal yang diperlukan oleh suatu koperasi harus ditentukan dalam proses pengorganisasian atau pada waktu pendiriannya dengan rincian berapa modal tetap dan berapa modal kerja yang diperlukan. Modal tetap disebut juga modal jangka panjang yang diperlukan untuk menyediakan fasilitas fisik koperasi, seperti untuk pembelian tanah, gedung, mesin dan kenderaan.. Sedangkan Modal Kerja yang disebut juga modal jangka pendek diperlukan untuk membiayai kegiatan operasional koperasi seperti gaji, pembelian bahan baku, pembayaran pajak, dan sebagainya. Khusus pada Koperasi Simpan Pinjam maka modal diperlukan untuk pemberian pinjaman kepada para anggota.


(31)

Menurut Undang-Undang No.25 Tahun 1992, pasal 41 dinyatakan bahwa modal koperasi terdiri dari modal sendiri dan modal pinjaman.

1. Modal Sendiri

Modal sendiri adalah modal yang menanggung resiko atau disebut modal ekuiti. Modal sendiri berasal dari:

a) Simpanan Pokok

Simpanan Pokok adalah sejumlah uang yang sama banyaknya yang wajib dibayarkan oleh anggota kepada koperasi pada saat masuk menjadi anggota. Simpanan pokok tidak dapat diambil kembali selama yang bersangkutan masih menjadi anggota.

b) Simpanan Wajib

Simpanan wajib adalah sejumlah simpanan tertentu yang tidak harus harus sama yang wajib dibayar oleh anggota kepada koperasi dalam waktu dan kesempatan tertentu. Simpanan wajib tidak dapat diambil kembali selama yang bersangkutan masih menjadi anggota.

c) Dana Cadangan

Dana Cadangan adalah sejumlah uang yang diperoleh dari penyisihan sisa hasil usaha, yang dimaksudkan untuk memupuk modal sendiri dan untuk menutup kerugian koperasi bila diperlukan. Dana cadangan koperasi tidak boleh dibagikan kepada anggota, meskipun terjadi pembubaran koperasi. Dana ini pada masa pembubaran oleh penyelesai pembubaran dipakai untuk menyelesaikan


(32)

hutang-hutang koperasi, kerugian-kerugian koperasi, biaya-biaya penyelesainnya, dan sebagainya.

d) Hibah

Hibah adalah suiatu pemberian atau hadiah dari seseorang semasa hidupnya. Hibah ini dapat berbentuk wasiat, jika pemberian tersebut diucapkan/ditulis oleh seseorang sebagai wasiat atau pesan atau kehendak terakhir sebelum meninggal dunia dan baru berlaku setelah dia meninggal dunia.

Modal koperasi yang merupakan pemberian (hibah) ini adalah pemberian harta kekayaan dari seseorang yang berupa kebendaan, baik benda bergerak ataupun benda tetap. Pemindahan kekayaan berupa benda bergerak dapat dilakukan dengan seketika karena dapat dilakukan dengan langsung dari tangan ke tangan. Sedangkan untuk benda tetap dapat dilakukan melalui penyerahan yuridis yaitu dengan syarat-syarat hukum tertentu untuk syahnya suatu pemindahan hak milik atas benda tetap.

2. Modal Pinjaman

Untuk pengembangan usahanya koperasi dapat juga menggunakan modal pinjaman dengan memperhatikan kelayakan dan kelangsungan usahanya. Modal pinjaman dapat berasal dari :

a) Anggota

Pinjaman yang berasal dari anggota yaitu suatu pinjaman yang diperoleh dari anggota termasuk calon anggota yang memenuhi syarat.


(33)

b) Koperasi lain

Pinjaman yang berasal dari koperasi lain harus didasari dengan perjanjian kerjasama antar koperasi.

c) Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya

Pinjaman dari bank dan lembaga keuangan lainnya dilakukan berdasarkan ketentuan peraturan perundangan-undangan yang berlaku. Jika tidak terdapat ketentuan khusus, koperasi sebagai debitur dari bank atau lembaga keuangan lainnya diperlakukan sama dengan debitur lain, baik mengenai persyaratan pemberian dan pengembalian kredit maupun prosedur kredit.

d) Penerbitan Obligasi dan Surat Hutang Lainnya

Dalam rangka mencari tambahan modal, koperasi dapat mengeluarkan obligasi (surat pernyataan hutang) yang dapat dijual ke masyarakat. Sebagai konsekuensinya, maka koperasi diharuskan membayar bunga atas pinjaman yang diterima (nilai dari obligasi yang dijual) secara tetap, baik besar maupun waktunya. Penerbitan obligasi dan surat hutang lainnya dilakukan berdasarkan ketentuan-ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

e) Sumber lain yang sah

Sumber lain yang sah adalah pinjaman dari bukan anggota yang dilakukan tidak melalui penawaran secara hukum. Contoh: pemberian saham kepada koperasi oleh perusahaan berbadan hukum PT.


(34)

Sumber permodalan dari anggota tampaknya sulit diharapkan oleh koperasi – koperasi primer karena keterbatasan kemampuan para anggotanya. Demikian juga halnya dengan sumber permodalan dari koperasi lain, tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa koperasi skunder dari jenis koperasi yang bersangkutan bisa menjadi sumber permodalan bagi koperasi primer, meskipun dalam jumlah yang terbatas sebagaimana dalam kenyataan kehidupan koperasi dewasa ini.

Jika kita menyinggung permodalan maka hal ini juga berkaitan dengan perkembangan permodalan koperasi di Indonesia pada tahun 1997, karena pada tahun 1997 merupakan masa dimana Indonesia mengalami krisis dan yang perlu jadi perhatian juga yaitu mengenai perkembangan koperasi setelah pasca krisis atau beberapa tahun berikutnya. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.1

KINERJA PERMODALAN KOPERASI INDONESIA

NO INDIKATOR 1997 1998 1999 2000 2001

1 Jumlah Koperasi

52.456 59.441 89.939 103.077 109.632

2 Anggota 19.286.992 20.128.283 22.529.199 27.295.893 27.660.905 3 Modal Sendiri 4.644.526 5.121.962 5.270.475 6.816.950 7.161.921 4 Modal Luar 4.610.046 4.330.986 12.466.651 12.473.404 12.739.847

5 E Per Kop 88,54 86,17 58,60 66,13 65,33


(35)

Secara absolut, jumlah lembaga koperasi, anggota modal sendiri dan modal luar setelah terjadinya krisis ekonomi yang melanda Indonesia tetap mengalami pertumbuhan setiap tahunnya dengan signifikan yaitu dengan jumlah koperasi, anggota, pertumbuhan modal sendiri, dan modal luar yang terus meningkat. Berdasar data pada table diatas mengindikasikan bahwa keinginan masyarakat untuk berkoperasi masih tergolong cukup baik. Namun jika dilihat dari kinerja permodalan koperasi menunjukkan penurunan yang kurang menyenangkan karena pertumbuhan rata-rata Equity per koperasi per tahun sebesar cenderung menurun setiap tahunnya. Hal ini mengidinkasikan bahwa koperasi kurang mampu menggali modal dari anggota koperasi sendiri atau bisa juga animo masyarakat untuk menyimpan dikoperasi menurun. Kalaupun data menunjukkan ada peningkatan anggota koperasi setiap tahunnya, hal ini diduga dapat terjadi karena ada niat tersembunyi dari anggota untuk mendapatkan fasilitas atau bantuan yang lebih besar dari koperasinya.

Pertumbuhan struktur permodalan koperasi pertahunnya juga cukup memprihatinkan, ini dapat dilihat rasio perbedaan antara modal sendiri dengan modal luar. Data Sturuktur permodalan ini sedikit banyaknya menggambarkan tingkat ketergantungan koperasi terhadap eksternal. Jika semakin kecil rasio modal sendiri dibanding modal luar maka inilah yang dapat menjauhkan hubungan antara pengelola koperasi dengan para anggota, karena dapat saja pengelola koperasi lebih mengutamakan kepentingan non anggota ketimbang kepentingan anggota.


(36)

2.5. Pinjaman atau Kredit

Pinjaman atau Kredit Berasal dari bahasa latin yaitu ”Credere” yang berarti “percaya” karena itu dasar pemberian kredit kepada orang atau badan usaha adalah kepercayaan. Bila arti kredit dikaitkan dengan bidang usaha, maka pengertian kredit adalah: memberikan nilai ekonomi kepada seseorang (badan usaha) atas dasar kepercayaan pada saat itu, bahwa nilai ekonomi yang sama akan dikembalikan kepada pemberi kredit setelah jangka waktu tertentu sesuai dengan kesepakatan yang telah ditetapkan.

Pengertian Pinjaman atau kredit di atas mengandung unsur-unsur sebagai berikut:

a. Unsur waktu, yaitu ada petunjuk jarak saat pemberian dan pelunasan kredit. b. Unsur resiko, yaitu akibat yang mungkin timbul karena adanya jarak waktu

pemberian dan pelunasan.

c. Unsur penyerahan, yaitu menyerahkan nilai ekonomi kepada pihak lain.

d. Unsur kepercayaan, yaitu menyerahkan kepada pihak lain untuk mengelola uang. e. Unsur persetujuan, yaitu ada kesepakatan antara pihak pemberi dan penerima kredit, misalnya dari kelompok kepada anggota.

.

Dari berbagai kegiatan ekonomi dan berdasarkan berbagai aspek, maka timbul bermacam-macam jenis pinjaman atau kredit, antara lain:

a. Secara umum kredit dibedakan menjadi kredit komersial dan kredit konsumsi. b. Menurut tujuan penggunaannya dikenal kredit modal kerja dan kredit investasi.


(37)

c. Dilihat dari jangka waktu pengembaliannya: jangka pendek (kurang dari 1 tahun), jangka menengah ( 1 tahun) dan jangka panjang (lebih dari 1 tahun).

d. Dilihat dari jenis pembiayaan: perdagangan, industri, pertanian, jasa, dll. e. Dari segi jaminan: kredit dengan jaminan dan tanpa jaminan.

f. Dilihat dari segi pemakaiannya ada kredit perorangan, badan usaha, koperasi, dan kredit yayasan.

g. Dilihat dari segi profesi: ada kredit dokter, notaris, guru, dll. Ciri- Ciri pinjaman atau kredit yang baik adalah: a) Angsuran pinjaman/kredit lebih kecil dari keuntungan usaha. b) Tingkat suku bunga yang serendah-rendahnya.

c) Periode pembayaran sependek-pendeknya, sesuai dengan perputaran produksi usahanya dan peraturan pihak pemberi pinjaman/kredit.

d) Jangka waktu pinjaman selama-lamanya sesuai dengan peraturan yang ada. e) Pinjaman digunakan sesuai dengan tujuan yang disepakat atau dengan kata lain

tidak disalah gunakan).

f) Jumlah pinjaman sesuai dengan kebutuhan usaha.

2.6. Pengertian dan Ciri-ciri Usaha Mikro dan Kecil 2.6.1 Usaha Mikro

Usaha Mikro sebagaimana berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan No\40/ KMK.06/2003 yaitu usaha produktif milik keluarga atau perorangan Warga


(38)

Negara Indonesia dan memiliki hasil penjualan paling banyak Rp.100.000.000,00 (seratus juta rupiah) per tahun.

Ciri-ciri Usaha Mikro adalah:

a) Jenis barang/komoditi yang usahanya tidak selalu tetap, sewaktu-waktu dapat berganti.

b) Tempat usahanya tidak selalu menetap, sewaktu-waktu dapat pindah tempat. c) Belum melakukan administrasi keuangan yang sederhana sekalipun, dan tidak

memisahkan keuangan keluarga dengan keuangan usaha.

d) Sumber daya manusianya belum memiliki jiwa wirausaha yang memadai. e) Tingkat pendidikan rata-rata relatif sangat rendah.

f) Umumnya belum akses kepada perbankan, namun sebagian dari mereka sudah akses ke lembaga keuangan non bank.

g) Umumnya tidak memiliki izin usaha atau persyaratan legalitas lainnya termasuk NPWP.

Contoh Usaha Mikro:

a) Usaha tani pemilik penggarap perorangan, peternak, nelayan dan pembudidaya; b) Industri Makanan dan Minuman, industri meubelair pengolahan kayu dan rotan,

industri pandai besi pembuat alat-alat;

c) Usaha perdagangan seperti kaki lima serta pedagang di pasar dll; d) Peternak ayam, itik dan perikanan;

e) Usaha jasa-jasa seperti perbengkelan, salon kecantikan, ojek dan penjahit (konveksi).


(39)

Dilihat dari kepentingan perbankan usaha mikro merupakan suatu segmen pasar yang cukup potensial untuk dilayani dalam upaya meningkatkan fungsi intermediasinya karena usaha mikro mempunyai karakteristik positif dan unik yang tidak selalu dimiliki oleh usaha non mikro, antara lain:

a) Perputaran usaha cukup tinggi, kemampuannya menyerap dana yang mahal dan dalam situasi krisis ekonomi kegiatan usaha masih tetap berjalan dan terus berkembang.

b) Dapat tetap berkembang walau dalam situasi krisis ekonomi dan moneter.

c) Pada umumnya dapat menerima bimbingan asal dilakukan dangan pendekatan yang tepat.

2.6.2. Usaha Kecil

Berdasarkan Undang-Undang No.9 Tahun 1995, usaha kecil didefenisikan sebagai kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dan memenuhi kriteria –kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan serta kepemilikan sebagai berikut: a) Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 200.000.000 (dua ratus juta rupiah),

tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.

b) Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak 1.000.000.000 (satu miliar rupiah).


(40)

d) Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki dan dikuasai baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha menengah ataupun usaha besar.

e) Berbentuk usaha perseorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum atau badan usaha yang berbadan hukum, termasuk koperasi.

Ciri-ciri Usaha kecil adalah:

a) Jenis barang/komiditi yang diusahakan umumnya sudah tetap tidak gampang berubah.

b) Lokasi/tempat usaha umumnya sudah menetap tidak berpindah-pindah.

c) Pada umumnya sudah melakukan administrasi keuangan walau masih sederhana, keuangan perusahaan sudah mulai dipisahkan dengan keuangan keluarga, sudah membuat neraca usaha.

d) Sudah memiliki izin usaha dan persyaratan legalitas lainnya termasuk NPWP. e) Sumber daya manusia memiliki pengalaman dalam berwira usaha.

f) Sebagian sudah akses ke perbankan dalam hal keperluan modal. g) Sebagian besar belum dapat membuat manajemen usaha dengan baik.

Contoh usaha kecil:

a) Usaha tani sebagai pemilik tanah perorangan yang memiliki tenaga kerja; b) Pedagang dipasar grosir (agen) dan pedagang pengumpul lainnya;

c) Pengrajin industri makanan dan minuman, industri meubelair, kayu dan rotan, industri alat-alat rumah tangga, industri pakaian jadi dan industri kerajinan tangan;


(41)

d) Peternakan ayam, itik dan perikanan; e) Koperasi berskala kecil.

Selain itu kriteria jumlah karyawan berdasarkan tenaga kerja atau jumlah karyawan juga merupakan tolak ukur dalam menilai usaha itu termasuk usaha mikro, kecil, usaha menengah. Adapun kriteria itu sebagai berikut:

Tabel 2.2

Kriteria Usaha Berdasarkan Jumlah Tenaga Kerja

Pada jumlah tenaga kerja sebanyak 1-2 orang ini adalah termasuk golongan usahanya masih sederhana sekali. Pada jumlah tenaga kerja mencapai 4 sampai dengan 19 orang merupakan golongan usaha kecil dimana usaha ini pemilik atau pekerja yang bergerak dalam wirausaha tersebut sudah lebih mengerti kepentingan dalam berdagang, sedangkan pada jumlah tenaga kerja 20 sampai 45 orang merupakan usaha menengah yang telah termasuk usaha yang yang bergerak lebih maju dibanding usaha kecil dan mengarah pada usaha besar.

Usaha Mikro Usaha Kecil Usaha Menengah


(42)

2.7. Sumber Pembiyaan Usaha Mikro dan Kecil

Usaha Mikro di Indonesia memiliki potensi yang besar dalam meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Hal ini ditunjukkan oleh keberadaan usaha mikro dan kecil yang mencerminkan wujud nyata kehidupan sosial dan ekonomi bagian terbesar dari rakyat Indonesia. Peran usaha mikro dan kecil ini ditunjukkan oleh kontribusinya pada produksi nasional, jumlah unit usaha dan pengusaha serta penyerapan tenga kerja. Kontribusi usaha mikro dan kecil ini pada tahun 2003 sebesar 41,1% serta sebanyak 70,3 juta tenaga kerja, ini berarti usaha mikro dan kecil sangat berperan serta dalam penyediaan lapangan kerja

Namun demikian Usaha Mikro dan kecil mempunyai tantangan dalam pengembangan usahanya khususnya pada modal awal dan akses ke modal kerja serta financial jangka panjang untuk investasi yang sangat diperlukan demi pertumbuhan output jangka panjang. Walaupun pada umumnya modal awal bersumber dari modal (tabungan sendiri) atau sumber-sumber informal, namun sumber-sumber ini sering tidak cukup untuk kegiatan produksi.

Walaupun pada saat ini banyak kredit-kredit dari perbankan dan BUMN, sumber-sumber informal tetap menjadi hal yang dominaan bagi pembiayaan kegiaatan usaha mikro dan kecil. Hal ini disebabkan lokasi bank yang terlalu jauh bagi pengusaha yang tinggal di daerah terpencil, persyaratan yang terlalu berat, urusan administrasi yang susah, dan kurangnya informasi mengenai kredit-kredit dengan prosedur yang mudah dan cepat.


(43)

Karena kerap sulitnya untuk akses permodalan ini maka dengan tidak punya pilihan lain akhirnya pengusaha meminjam dari rentenir dengan bunga yang mencekik leher bisa mencapai 15-20% per bulan. Alternatif ini juga terpaksa dipakai karena meminjam dari rentenir atau tengkulak relatif tanpa prosedur dan pencairannya mudah dan sangat cepat. Hampir 80% usaha mikro dan kecil sumber pembiayaannya masih dari modal sendiri dan rentenir atau tengkulak yang membebankan bunga yang cukup tinggi, jauh diatas suku bunga perbankan maupun non lembaga perbankan.

Untuk mengatasi masalah finansial maka diperlukan sebuah lembaga keuangan yang khusus melayani pengusaha skala mikro dan kecil, dengan sistem administrasi lebih sederhana daripada perbankan. Lembaga-lembaga keuangan yang membantu pembiayaan mikro dan kecil dapat berbentuk lembaga swadaya masyarakat, koperasi simpan pinjam, bank umum (unit), bank perkreditan rakyat (BPR), pegadaian, dan sebagainya.

2.8. Kendala Usaha Mikro dan Kecil

Usaha Mikro dan Kecil sampai ini masih menghadapi kendala, secara umum dan eksternal, masalah yang dihadapi usaha mikro dan kecil yaitu:

1. Secara Umum


(44)

a) Rendahnya kualitas SDM

Rendahnya SDM dari Usaha Mikro dan Kecil ini dapat terlihat dimana masih lemahnya penguasaan pemilik usaha mikro dan kecil terhadap pengelolaan manajemen usahanya dikarenakan rendahnya pengalaman manajerial dalam menghadapi tantangan yang datang pada usahanya. Di lain hal pengelolaan manajemen yang rendah dapat juga terlihat pada pengelolaan administrasi keuangan yang masih sederhana yaitu masih banyaknya pengusaha mikro dan kecil yang belum membuat pembukuan mengenai baik itu jumlah barang yang masuk dan keluar, jumlah pendapatan dan pengeluaran yang ada terjadi pada usahanya. Rendahnya penguasaaan manajemen dapat juga menyebabkan rendahnya tingkat produktivitas sehingga perkembangan usahanya juga berjalan lambat.

b) Lemahnya rata-rata kompetensi jiwa kewirausahaan.

Jiwa Kewirausahaan pada usaha mikro dan kecil masih rendah hal ini terlihat pada saat para pengusaha mikro dan kecil usahanya mengalami sedikit kemajuan akan menggunakan hasil yang didapatnya tersebut diutamakan pada peningkatan pada kehidupan sehari-hari sehingga untuk peningkatan usaha diabaikan. Hal ini menyebabkan usahanya tidak mengalami perkembangan.

c) Keterbatasan Sumber Dana

Dana merupakan hal yang penting bagi usaha mikro dan kecil, bukan saja hanya untuk aktivitasnya tetapi juga menjadi komoditas utama sebagai lembaga pembiayaannya. Lemahnya sistem pembiyaan dikarenakan kurangya komitmen pemerintah bersama lembaga legislatif terhadap dukungan permodalan usaha mikro


(45)

dan kecil sehingga keberpihakan lembaga-lembaga keuangan dan perbankan masih belum seperti yang diharapkan.

d) Rendahnya penguasaan tekhnologi

Masih rendahnya minat pengusaha mikro dan kecil untuk memasuki dunia tekhnologi yang berkembang sekarang karena kurangnya pemahaman dan pengetahuan para pengusaha tentang penggunaaan tekhnologi, padahal jika pengusaha mikro dan kecil mau mendalami penguasaan tekhnologi, maka usaha mereka juga dapat berkembang seperti peningkatan penguasaan tekhnologi dalam rangka pengembangan mutu desain produk dan proses mengelolah produk-produk yang cepat sehingga produk yang ditawarkan dapat menjangkau semua golongan masyarakat.

e) Lemahnya Penguasaan Informasi pasar

Kurangnya kemampuan usaha mikro dan kecil untuk meningkatkan akses pasar, ini karena rendahnya informasi yang diketahui para pengusaha seperti informasi sumber bahan baku dan informasi pendistribusian hasil-hasil produk.

2. Secara Eksternal

Masalah Usaha Mikro dan Kecil yang masih akan dihadapi adalah seperti: a) Kelancaran prosedur perizinan, persaingan usaha yang sehat, penataan lokasi

usaha dan kelancaran arus barang.


(46)

c) Terbatasnya ketersediaan dan kualitas jasa pengembangan usaha bagi usaha mikro dan kecil.


(47)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini mengkaji peranan Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Bersatu terhadap pengembangan UMK di pasar dengan responden yang dipilih adalah para pedagang yang ikut dalam pelayanan Koperasi Simpan Pinjam Bersatu yang berada di Pasar Raya Kodok, dimana kriteria dalam pengambilan sampel dilakukan dengan random.

3.2. Jenis Dan Sumber Data

a) Data Primer adalah penulisan skripsi ini adalah data – data yang diperoleh langsung dari Koperasi Simpan Pinjam Bersatu Padangsidimpuan dan juga diperoleh dari responden melalui wawancara langsung dengan menggunakan pertanyaan.

b) Data Sekunder

Data Sekunder diperoleh dari studi kepustakaan, buku literatur, internet, serta bacaan lainnya yang berhubungan dengan penelitian.


(48)

3.3. Teknik Pengumpulan Data a) Observasi

Observasi yaitu dengan melakukan pengamatan langsung terhadap obyek yang akan diteliti, dalam hal ini anggota / nasabah.

b) Wawancara

Wawancara adalah salah satu teknik pengumpulan data dan informasi dengan mewawancarai pimpinan atau pejabat – pejabat yang berwenang di Koperasi Simpan Pinjam Bersatu Padangsidimpuan dan anggotanya / nasabahnya.

c) Kuesioner (Daftar pertanyaan)

Kuesioner adalah salah satu teknik pengumpulan data dan informasi dengan cara menyebarkan angket (daftar pertanyaan) kepada responden yang dijadikan sampel penelitian. Dalam hal ini responden ditentukan secara acak.

d) Studi Kepustakaan

Teknik studi kepustakaan ini adalah mengumpulkan data dan informasi melalui telahaan berbagai literatur yang relevan atau berhubungan dengan permasalahan yang ada di dalam penulisan skripsi ini, dapat diperoleh dari buku – buku, majalah, koran, brosur, internet dan lain –lain.


(49)

3.4. Metode Analisis 1) Metode Deskriptif

Metode analisis dengan mengumpulkan data secara sistematis, menganalisis, serta menginterprestasikan data dengan melalui gambaran – gambaran sehingga mendapatkan kesimpulan.

2) Metode Induktif

Metode analisis untuk melihat pengaruh sebelum dan sesudah melakukan penelitian. Metode yang digunakan untuk melihat ada tidaknya pengaruh sebelum dan sesudah meminjam di Koperasi Simpan Pinjam Bersatu terhadap pendapatan anggota Koperasi Simpan Pinjam Bersatu.

3) Metode Deduktif

Proses penarikan kesimpulan yang logis berdasrkan teori –teori yang telah diterima sebagai suatu kebenaran secara umum. Berdasarkan kesimpulan yang kemudian akan dirimuskan saran – saran kepada pimpinan perusahaan guna membantu pelaksanaan tugas – tugasnya demi terciptanya tujuan perusahaan yang telah ditetapkan.


(50)

BAB IV

DESKRIPSI PENELITIAN

4.1.1. Deskripsi Penelitian

4.1.1. Sejarah Koperasi

Berawal dari Peraturan Daerah (Perda) kota Padangsidimpuan mengenai tidak dibenarkannya bagi pedagang kaki lima untuk berjualan di bahu jalan atau trotoar pertokoan, sejalan dengan hal tersebut maka dibuat suatu rencana untuk mendirikan pasar swasta tepatnya pada tanggal 10 Agustus 2004. Dengan rencana tersebut akhirnya pada tanggal 20 Agustus 2004 pasar tersebut pun berdiri. Pasar ini resmi terbentuk menjadi suatu pasar yang bernama Pasar Raya Kodok dengan status kepemilikan individu. Pasar ini terletak di Jl. Raya Kodok Kel. Wek IV. Pasar ini terletak didaerah yang strategis yaitu tepatnya ditengah kota. Pada Pasar tersebut ditampung pedagang sebanyak kurang lebih 800 usaha kecil.

Keberadaan pasar tersebut sangat memberi keuntungan bagi para pedagang di karenakan adanya penyedian tempat bagi mereka untuk melakukan aktivitas usaha mereka. Dilain hal selain membantu dalam keberadaan tempat pada waktu itu para pedagang di pasar tersebut juga sangat berharap terhadap adanya suatu badan usaha yang mendukung kemajuan aktivitas mereka, maka beberapa waktu kemudian didirikanlah suatu badan usaha yaitu berupa koperasi. Koperasi ini didirikan oleh Fahdriansyah Siregar yang selaku ketua dari koperasi tersebut. Koperasi ini dinamakan Koperasi Bersatu disyahkan oleh pemerintah daerah pada


(51)

tanggal 10 September 2004 dengan nomor badan hukum : 5 / BH / Nakerkop / IX / 2004. Keanggotaan dari koperasi ini yaitu pedagang yang berusaha atau berkedudukan di Pasar Raya Kodok.

Untuk memajukan keberadaan koperasi tersebut maka melalui pertemuan-pertemuan yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah kota Padangsidimpuan, koperasi bersatu ini mengikuti pelatihan-pelatihan yang dilaksanakan baik dari kantor Tenaga Kerja, Koperasi dan UKM daerah kota Padangsidimpuan maupun Dinas Koperasi dan UKM Propinsi Sumatera Utara. Berdasarkan hasil perkembangan dari pelatihan-pelatihan tersebut dimana koperasi ini dinilai sebagai koperasi yang cukup sehat untuk terus dikembangkan.

4.1.2. Tujuan Koperasi

Setiap berdirinya suatu organisasi pasti memiliki tujuan tertentu, begitu juga dengan Koperasi Bersatu. Tujuan dari didirikannya koperasi Bersatu ini adalah untuk mempersatukan dan memupuk rasa kebersamaan seluruh pedagang Pasar Raya Kodok agar usaha masing-masing anggota dapat berkembang baik. Berkembang baik disini maksudnya adalah meningkatnya usaha para pedagang dan membaiknya modal para pedagang.

4.1.3. Struktur Organisasi

Organisasi timbul atas kenyataan bahwa manusia secara individu tidak akan dapat memenuhi kebutuhan dan harapannya seorang diri. Manusia sadar bahwa


(52)

melalui kerjasama atau koordinasi dengan yang lain, mereka akan lebih berhasil mencapai tujuan daripada mereka melakukannya sendiri-sendiri.

Jadi organisasi adalah suatu wadah atau badan dimana terdapat kegiatan sekelompok orang yang bekerja sama dalam usaha mencapai suatu tujuan. Setiap organisasi harus memiliki struktur, karena struktur organisasi merupakan gambaran dari susunan fungsi-fungsi yang ada dalam organisasi dan yang menunjukkan formasi jabatan/orang yang menjalankan roda organisasi. Selain itu dengan ada stuktur organisasi ini kerja sama yang baik dapat tercipta sehingga organisasi tersebut dapat mewujudkan tujuan yang hendak dicapainya.

Secara umum pengertian struktur organisasi adalah merupakan suatu susunan pekerjaan dari masing-masing pekerjaan yang terdapat dalam suatu perusahaan, mulai dari tingkat yang paling atas hingga paling bawah, yang tersusun sedemikian rupa dalam suatu perusahaan.

Menurut Pardede (1992), struktur organisasi adalah yang menggambarkan pembagian kerja, hubungan wewenang antara orang-orang atau bagian-bagian organisasi.

Struktur organisasi dibentuk untuk menciptakan efisiensi kerja dan dengan adanya struktur organisasi maka seorang karyawan tersebut mengetahui posisinya dalam perusahaan tersebut. Demikian juga dengan Koperasi Bersatu mempunyai struktur organisasi yang dapat dilihat pada bagan dibawah:


(53)

Gambar 4.1

Struktur Organisasi Koperasi Bersatu

RAPAT ANGGOTA

PENGURUS

PENGAWAS

MANAJER

KASIR/ADM.

KEUANGAN

RAPAT ANGGOTA

PENGURUS

PENGAWAS

MANAJER

KASIR/ADM.

KEUANGAN


(54)

4.1.4. Modal Koperasi

Dalam memutar roda kegiatan di organisasi koperasi diperlukan juga adanya modal. Pada Koperasi Bersatu modal yang didapat yaitu dari:

a) Simpanan Pokok

Simpanan Pokok pada Koperasi Bersatu merupakan sejumlah uang yang wajib dibayar anggota kepada koperasi pada saat masuk menjadi anggota dan besarnya sama untuk semua anggota serta tidak dapat diambil selama masih jadi anggota. Besarnya Simpanan Pokok di Koperasi Bersatu yaitu: Rp 50.000,00. b) Simpanan Wajib

Simpanan Wajib juga merupakan salah satu permodalan bagi Koperasi Bersatu, dimana pada Simpanan Wajib disini merupakan simpanan tertentu yang harus dibayarkan oleh anggota kepada koperasi dalam waktu dan kesempatan tertentu. Besarnya Simpanan Wajib tersebut adalah Rp.10.000,00. Dilain hal Koperasi ini juga memungut Simpanan Wajib Usaha yang tergantung pada besarnya jumlah pendapatan anggota yang juga merupakan pedagang pasar koperasi tersebut. Jika anggota koperasi tersebut menerima pendapatan sebesar Rp.5.000.000,00 maka pendapatannya dikenakan bunga sebesar 1% sehingga Simpanan Wajibnya sebesar :

Rp5.000.000,00 X 1% = Rp 50.000,00 . Maka dengan demikian Simpanan Wajib Usaha anggota sebesar 50.000,00.


(55)

c) Dana Cadangan

Dana cadangan pada Koperasi Bersatu merupakan sejumlah uang yang diperoleh dari penyisihan sisa hasil usaha, pada tahun 2006 sisa hasil usaha dari koperasi ini sebesar Rp 20.677.640. Sisa hasil usaha ini digunakan untuk memupuk modal sendiri dan menutup kerugian koperasi bila diperlukan.

d) Hibah

Hibah disini bagi Koperasi Bersatu adalah pemberian yang mengikat berupa uang atas barang untuk memperlancar jalannya usaha. Pada tahun 2006 Koperasi Bersatu mendapat hibah dari pemerintah daerah Kota Padangsidimpuan berupa dana kompensasi BBM atau yang disebut juga dana bergulir. Dana ini bertujuan untuk membantu para pengusaha mikro,kecil dan menengah untuk memperlancar usahanya. Dana disalurkan memalui koperasi-koperasi yang ada di daerah kota Padangsidimpuan. Pada Koperasi Bersatu dana yang didapatkan sebesar Rp.100.000.000,00 dengan jangka waktu pelunasan selama 10 tahun.

Dari semua modal yang didapat oleh koperasi bersatu, para perangkat dari koperasi berusaha untuk menggunakan modal dengan tepat dan seefisien mungkin karena umumnya para anggota tidak banyak yang mau ikut melakukan simpanan secara sukarela di koperasi karena umumnya anggota merasa lebih menguntungkan dan lebih aman menyimpan uangnya pada lembaga keuangan seperti bank. Sehingga disini para perangkat koperasi harus lebih pandai menggunakan modal yang ada. Di lain hal ini juga disebabkan karena umumnya


(56)

para anggota bergerak di usaha mikro dan kecil sehingga pemahamannya tentang koperasi tersebut masih rendah.

Adapun penggolongan pinjaman di Koperasi Bersatu dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.1

Penggolongan Pinjaman

JUMLAH PINJAMAN JANGKA WAKTU

Rp 500.000 s/d Rp 1.000.000 30 hari

Rp 1.500.000 s/d 2.000.000 60 hari

diatas 2.000.000 90 hari

Dengan jumlah pinjaman Rp 500.000 s/d Rp1.000.000 anggota dapat melunasi pinjaman tersebut paling lama selama jangka waktu 30 hari. Pada saat jumlah pinjaman Rp 1.500.000 s/d Rp. 2.000.000 koperasi bersatu memberikan jangka waktu pelunasan selama 60 hari dan pada saat jumlah pinjaman lebih atau diatas Rp 2.000.000 maka pelunasan pinjaman tersebut diberi waktu lebih lama yaitu selama 90 hari.

4.1.5. Syarat – Syarat untuk menjadi Anggota Koperasi

Untuk menjadi anggota dalam Koperasi Bersatu ada beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh calon anggota, antaranya:


(57)

a) Merupakan Warga Negara Indonesia, dan berdomisili di Kota Padangsidimpuan b) Fotocopy KTP

c) Fotocopy Kartu Keluarga

d) Tidak sedang menunggak pinjaman yang besar di tempat lain

e) Bila telah diterima jadi anggota dan melakukan pinjaman pada koperasi dengan jumlah besar, maka anggota harus mempunyai jaminan baik itu jaminan harta yang bergerak maupun harta dalam bentuk tetap.

4.2. Pembahasan

4.2.1. Kondisi Usaha Anggota Koperasi

Jika ditinjau kepada keadaan anggota Koperasi Bersatu maka dengan kata lain ini berhubungan dengan kondisi usaha anggota koperasi tersebut, karena semua anggotanya memang bergerak di bidang usaha dagang. Terdapat beberapa aspek mengenai gambaran kondisi usaha anggota koperasi:

a) Dilihat pada skala usaha anggota

Dari 25 anggota koperasi yang diteliti, para anggota tersebut lebih banyak bergerak pada jenis usaha mikro dan kecil, karena salah satu tujuan utama berdirinya koperasi ini untuk membantu para pedagang yang sulit mencari tempat untuk berdagang dan sulit untuk mendapatkan pinjaman, namun hal ini tidak menutupi agar pengusaha menengah dan besar untuk masuk pada koperasi tersebut.


(58)

Berdasarkan 25 sampel tersebut maka dapat dilihat pada gambar dibawah ini terlihat persentase besarnya pengusaha mikro dan kecil pada koperasi tersebut:

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60%

mikro kecil

skala pe rusahaan berdasarkan tenaga ke rja

jenis usaha

Pada gambar diatas ini menjelaskan bahwa dari 25 sampel yang diperoleh datanya terdapat sebanyak 56 % atau sebanyak 14 anggota koperasi berada di skala usaha mikro dan pengusaha yang berada di skala kecil sebesar 44% atau 11 anggota. Tingkat skala usaha ini diukur dari banyaknya jumlah tenaga kerja yang ada pada setiap usaha dari pedagang tersebut baik dari jumlah tenaga kerja tetap maupun tenaga kerja lepas atau harian serta dengan berbagai jenis produk yang dijualkan oleh pedagang pada konsumen, misalnya jenis produk usaha tersebut seperti sepatu, pakaian, ikan, sayur-sayuran,dan lain-lain. Ukuran untuk jumlah tenga kerja dimana jika tenaga kerjanya terdiri dari 1 sampai dengan 4 orang maka


(59)

usaha tenaga kerja tersebut mikro dan untuk ukuran tenaga kerja 4 sampai 19 orang adalah termasuk skala usaha kecil.

b) Badan Hukum

Keberadaan badan hukum tersebut juga perlu dimiliki oleh setiap anggota koperasi agar usaha yang dijalankan oleh anggota tersebut dapat dikelola secara teratur dan tujuannya dapat tercapai. Namun tidak semua anggota koperasi yang memiliki badan hukum tersebut, karena dari 25 sampel tersebut masih ada juga pengusaha tersebut yang belum memiliki badan hukum, seperti terlihat pada gambar dibawah.

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%

Perorangan Tidak ada badan hukum

BENTUK BADAN HUKUM ANGGOTA KOPERASI

badan hukum

Berdasarkan gambar di atas tersebut dari 25 sampel yang mewakili dari beberapa anggota lainnya bahwa masih ada sebanyak 8 % anggota yang tidak memiliki badan hukum untuk usahanya dan ada sebanyak 92% anggota koperasi yang


(60)

telah memiliki badan hukum. Meskipun badan hukum anggota tersebut hanya sebatas badan hukum perorangan dan belum pada badan hukum seperti firma, yayasan, perseroan terbatas dan lain sebagainya ini dikarenakan anggota tersebut masih dalam bentuk usaha mikro dan kecil yang dimana kegiatan usahanya masih memiliki modal dan manajemen yang ditangani satu orang yang bertindak secara menyeluruh. Menyeluruh artinya disini orang tersebut bergerak sebagai manajer, administrator, dan supervisor, sedangkan yang lain hanya bertindak sebagai karyawan.

c) Sistem Pembukuan

Sistem pembukuan pada anggota koperasi masih sederhana, dimana anggota belum begitu memahami benar bagaimana cara mengelolah pembukuan yang baik bagi usaha mereka agar usaha yang mereka jalani tersebut dapat terlihat perkembangan kemajuannya dan dapat melakukan perencanaan yang baik untuk kemajuan usahanya kedepan.

Seperti halnya pada aspek diatas, pada aspek berikut ini juga menggunakan 25 sampel anggota koperasi. Adapun jenis pembukuan yang umumnya dilakukan oleh para pengusaha ada pada tebel berikut:


(61)

Tabel 4.2

Jenis Pembukuan Anggota Koperasi

NO Jenis Pembukuan Jumlah Anggota Persentase

1 Catatan Penerimaan dan Pengeluaran Harian 25 100%

2 Catatan Persediaan Barang 15 60%

3 Laba Rugi 3 12%

Jika dilihat dari hasil kusioner tersebut menunjukkan para anggota memang keseluruhan mempunyai pembukuan tetapi masih mempunyai pembukuan yang sederhana dan pembukuan tersebut belum mencapai seperti jenis pembukuan neraca, arus kas dan sebagainya. Salah satu faktornya ini karena anggota masih mempunyai pengetahuan yang rendah tentang pengolahan pembukuan keuangan usaha yang baik dan terencana, di sini jugalah hendaknya perlu penyuluhan-penyuluhan baik dari koperasi maupun pemerintah daerah setempat untuk memberitahukan pada para pengusaha cara pengolahan pembukuan keuangan yang baik.

4.2.2. Perkembangan Koperasi Bersatu

Berdasarkan data yang diperoleh dari anggota koperasi dan manajer koperasi bersatu yang berada di Jln. Raya Kodok Kel.Wek IV, tentang ”Peranan Koperasi Simpan Pinjam Terhadap Pengembangan Usaha Mikro dan Kecil di Kota Padangsidimpuan”, maka dapat disimpulkan koperasi ini merupakan koperasi yang masih sederhana jika dibanding dengan koperasi yang telah berkembang disekitar


(62)

kota Padangsidimpuan. Seperti halnya suatu badan usaha lain pasti pernah mengalami penurunan, dimana Koperasi Bersatu ini juga mengalami hal yang demikian. Koperasi pernah mengalami masalah dalam pengelolaaan modal, karena pada waktu itu anggotanya masih berjumlah sedikit dan modal awal yang dimiliki pun masih berjumlah sedikit. Namun mesti demikian koperasi ini tidak tinggal diam dengan berusaha melalui permohonan bantuan dana dari pemerintahan daerah dan akhirnya di kabulkan yaitu beruapa dana bergulir yang berasl dari kompensasi BBM, maka koperasi tersebut pun kembali bergerak. Walau Koperasi ini pernah menagalami hambatan jika dinilai pada koperasi yang ada disekitar Kota Padangsidimpuan, dimana koperasi ini merupakan koperasi yang pergerakannya bagus apalagi jika dilihat dari lama berdirinya koperasi yang masih berjalan kurang lebih 3 tahun. Kemajuan koperasi ini dapat dilihat pada anggota koperasi yang terus mulai meningkat:

Tabel 4.3

JUMLAH ANGGOTA KOPERASI

TAHUN JUMLAH ANGGOTA

2004 s/d 2005 55 Anggota

2005 s/d 2006 166 Anggota


(63)

Keseluruhan jumlah anggota koperasi pada tabel diatas juga merupakan peminjam pada koperasi Bersatu. Dengan kata lain keseluruhan anggota koperasi sama dengan keseluruhan pengusaha yang telah terdaftar sebagai anggota koperasi dan melakukan pinjaman untuk pengembangan usaha anggota tersebut.

Selain itu dari 25 anggota koperasi yang ditanya pada dasarnya 98% anggota mengatakan sekarang lebih memilih melakukan pinjaman pada koperasi dibanding kepada rentenir dan perbankan karena pinjaman dari koperasi urusannya tidak berbelit-belit dan tidak dengan administrasi yang susah.

Namun yang menjadi masalah bagi koperasi tetap ada, salah satunya dalam peningkatan SDM para pengusaha mikro dan kecil, karena masih banyak pengusaha mikro dan kecil yang menggunakan pembukuan sehingga keuntungan pertahunnya tidak dapat dikalkulasikan dengan angka, jadi peningkatan kehidupan hanya dengan bentuk pertambahan benda. Selain itu Koperasi juga mengalami hambatan yaitu untuk mengajak para anggota untuk menyimpan lebih aktif di koperasi. Adapun penyebab anggota kurang berminat untuk menabung salah satunya karena adanya prasangka yang kurang baik dari masyarakat untuk menabung di koperasi atau dengan kata lain uang takut tidak dapat ditarik kembali.

Untuk mengembangkan Koperasi Bersatu menjadi koperasi yang lebih baik, maka koperasi mempunyai beberapa langkah untuk memajukan koperasinya: a) Meningkatkan SDM para anggota koperasi yang juga bergerak dalam usaha


(64)

pelatihan – pelatihan yang diberikan kepada anggota untuk meningkatkan usahanya sehingga anggota yang bergerak dalam usaha mikro dan kecil ini dapat menguasai pasar dan peningkatan penguasaan tekhnologi.

b) Memberikan pemahaman kepada anggota tentang koperasi agar partisipasi para anggota dalam kegiatan koperasi dapat meningkat.

c) Mengikuti program pemberdayaan peningkatan permodalan melalui penyaluran-penyaluran dana yang dilakukan pemerintahan daerah, ini bertujuan agar modal dalam koperasi dapat meningkat dan permodalannnya dapat terus berjalan menjadi lebih baik.

4.2.3. Alasan Anggota Meminjam di Kperasi Bersatu

Yang menjadi dasar anggota melakukan peminjaman di Koperasi Bersatu dibanding pada lembaga lain dikarenakan terdiri dari berbagai dorongan. Banyak hal yang dapat menjadi titik ukur mengapa anggota lebih memilih Koperasi Bersatu sebagai tempat melakukan pinjaman. Salah satunya dikarenakan koperasi ini memang memihak pada pengusaha yang memiliki dana terbatas. Selain itu pada koperasi ini persyaratan untuk mengajukan peminjaman tidak berbelit-belit dan dimana sistem kekeluargaannya sangat besar sehingga anggota merasa lebih nyaman dalam melakukan pinjaman tersebut.

Menurut 25 anggota tersebut dibanding dengan pengajuan kredit pada perbankan maka prosedur untuk melakukan peminjaman di Koperasi Bersatu jauh lebih mudah. Ada beberapa alasan mengapa anggota tidak memilih perbankan sebagai pembiayaan yang utama bagi usahanya:


(65)

Tabel 4.4

Alasan Anggota Lebih Memilih Koperasi Dibanding Perbankan

NO ALASAN JLH ANGGOTA PERSENTASE

1 Urusan kredit perbankan lebih sulit 15 Orang 60%

2 Bunga kredit perbankan lebih besar 20 Orang 80%

3 Tidak mempunyai agunan yang memadai 5 Orang 20%

4 Tersedianya dana yang lebih murah 8 Orang 32%

5 Persyaratan perbankan terlalu berat 4 Orang 16%

Dari hasil kusioner tersebut, masalah bunga dan urusan perbankan yang terlalu sulit, yang menjadikan para pengusaha mikro dan kecil tidak melakukan pinjaman pada perbankan. Maka untuk mengatasi kendala dari para UMK tersebut maka pihak koperasi menawarkan kepada para pengusaha untuk melakukan peminjaman untuk pengembangan usaha anggota tersebut dan dari hasil wawancara kepada 25 anggota yang telah melakukan pinjaman pada koperasi tersebut menyatakan bahwa pada koperasi tersebut berbeda dengan lembaga lain, dimana perbedaannya:

a) Bunganya rendah, karena koperasi lebih mementing kesejahteraan anggotanya daripada untuk mencari keuntungan semata.

b) Mudah dalam prosedur pengurusan mendapatkan pinjaman jika dibanding dengan urusan pinjaman pada perbankan yang lebih sulit dengan persyaratan administrasi yang terlalu bertele-tele.


(66)

c) Adanya jangka waktu yang panjang untuk membayar pinjaman. d) Pelayanan yang memuaskan.

e) Adanya penyuluhan-penyuluhan langsung yang diberi koperasi kepada anggota untuk meningkatkan usahanya agar berkembang menjadi lebih baik.

f) Pelayanan yang lebih memuaskan. g) Kerahasian terjamin.

4.2.4. Peranan Koperasi Bagi Usaha Anggota

Pada umumnya yang menjadi salah satu kendala bagi pengusaha mikro dan kecil adalah mengenai sumber pembiayaan. Sumber pembiayaan biasanya sangat erat hubungannya dengan peningkatan pendapatan atau disebut juga peningkatan omset. Setiap orang maupun anggota kelompok yang bergerak dalam bidang usaha ekonomi khususnya dagang, selalu berusaha untuk mencari pendapatan semaksimal mungkin. Dalam dunia dagang dimana untuk mendapat pendapatan yang maksimal maka perlu biaya atau modal yang memadai juga. Namun bagi pengusaha mikro dan kecil untuk mendapatkan sumber pembiayaan yang mudah dan dengan bunga rendah sangat susah. Sehingga umumnya pengusaha mikro dan kecil ini lebih percaya dengan modal atau sumber pembiayaan sendiri dibanding modal yang didapat dari luar, namun jika sumber pembiayaannya mengalami kekurangan maka pemilik usaha mikro dan kecil akan melakukan dan mempertimbangkan untuk melakukan pinjaman pada pihak luar, seperti pada Koperasi.


(67)

Maka disinilah kehadiran dan peranan koperasi memberi manfaat yang sangat besar untuk membantu para pengusaha mikro dan kecil tersebut. Hal ini juga lah yang dirasakan oleh pedagang-pedagang mikro dan kecil yang juga anggota pada Koperasi Bersatu. Para anggota mengakui bahwa keberadaan koperasi sangat membantu untuk mendukung kemajuan usaha pengusaha. Dengan keberadaan koperasi pengusaha dapat melakukan pinjaman dengan cara yang mudah dan anggota juga menyatakan bahwa koperasi berbeda peranannya dengan lembaga lain karena seperti berbagai alasan anggota diatas lembaga koperasi lebih berpihak pada pengusaha-pengusaha yang memiliki modal terbatas. Pernyataan yang menyatakan bahwa memang koperasi lah yang lebih dominan sebagai tempat lembaga untuk melakukan pinjaman bagi pengusaha mikro dan kecil ini dapat dilihat pada gambar di bawah:

LEMBAGA YANG BERPERAN DALAM PENGEMBANGAN UMK

0% 20% 40% 60% 80% 100% 120%

Koperas i Sim pan Pinjam

bank pegadaian

JENIS LEMBAGA

Dari pertanyaan yang diajukan kepada 25 anggota, diperoleh hasil dimana keselurahan anggota mengatakkan memang koperasi lah yang sangat berperan


(68)

dalam pengembangan usaha UMK, sedangkan lembaga lain masih kurang memberi peranan yang aktif terhadap kemajuan para pengusaha mikro dan kecil.

Peranan Koperasi dalam pemberdayaan UMK juga dapat dilihat dari kehidupan usaha setelah mendapatkan pinjaman dan hal ini dapat dilihat dari penelitan terhadap anggota Koperasi yang menyatakan bahwa:

Tabel 4.5

Perkembangan UsahaAnggota Koperasi Setelah Mendapatkan Pinjaman dari Koperasi Bersatu

No Pertanyaan Tetap Meningkat Sangat Meningkat

Jlh Org % Jlh Org % Jlh Org %

1. Aset Perusahaan

23 92% 2 8%

2. Nilai Penjualan

22 88% 3 12%

3. Omset Produksi

- - 22 88% 3 12%

4. Jumlah Karyawan

17 68% 8 32%

5. Wilayah Penjualan

12 48% 10 40% 3 12%


(69)

Dari hasil penelitian ke-25 sampel diatas dapat di jelaskan bahwa perkembangan kehidupan para anggota koperasi yang juga bergerak di bidang usaha mikro dan kecil yaitu pada omset produksi, nilai penjualan, wilayah penjualan, total laba, jumlah karyawan dan asset perusahaan dimana semuanya mengalami peningkatan. Ini berarti peranan koperasi berupa adanya penyuluhan-penyuluhan yang diberi kepada usaha mikro dan kecil telah berjalan baik.

Dari pertanyaan yang ada pada tabel dimana omset produksi dari pengusaha mikro dan kecil atau anggota merupakan hal yang paling penting untuk menilai koperasi tersebut mengalami peningkatan atau kemunduran, karena omset produksi merupakan yang jadi titik tolak untuk melihat peningkatan pada saha anggota.

Dari tabel diatas dapat dilihat secara terperinci dengan sebanyak 88% omset produksi yang meningkat dan 12% omset produksi sangat meningkat ini menandakan adanya perbedaaan yang membawa ke arah positif mengenai perkembangan usaha antara sebelum melakukan pinjaman dan sesudah melakukan pinjaman dan hal ini juga mengartikan bahwa keberadaan koperasi Bersatu sangat mendukung dalam usaha mikro dan kecil di daerah sekitarnya.

4.2.5. Peranan Koperasi Bagi Rumah Tangga Anggota

Selain melihat perkembangan rumah tangga anggota, dimana di satu sisi kita tidak bisa hanya menilai perkembangan kemajuan pengusaha mikro dan kecil tersebut hanya melalui perkembangan usahanya saja tapi untuk perkembangan


(70)

rumah tangganya juga perlu di tinjau. Untuk mengetahui perkembangan rumah tangganya maka ada pada tabel dibawah:

Tabel 4.6

Perkembangan Kehidupan Rumah Tangga Anggota Koperasi Setelah Melakukan Pinjaman dari Koperasi Bersatu

No Pertanyaan Tetap Membaik Sangat membaik

Jlh Org % Jlh Org % Jlh Org %

1. Rumah 8 32% 15 60% 2 8%

2. Kenderaan Bermotor

5 20% 17 68% 3 12%

3. Televisi 6 24% 19 76%

4. Radio/Tape 8 32% 17 68%

5. Perabot RT 23 92% 2 8%

6. Pendapatan RT 20 80% 5 20%

7. Tabungan RT 13 52% 6 24%

Pada Tabel diatas menunjukkan bahwa tidak jauh berbeda dengan perkembangan usahanya, karena perkembangan rumah tangga pengusaha mikro dan kecil yang menjadi anggota koperasi bersatu juga mengalami peningkatan. Mulai dari rumah sampai pada tabungan rumah tangga mengalami peningkatan yang membaik, dimana dulu anggota belum mempunyai rumah atau masih menyewa


(71)

sekarang anggota umumnya sudah memiliki rumah sendiri, begitu juga dengan yang lain.

Seperti halnya pada perkembangan usaha dimana yang menjadi tolak ukur kemajuannya adalah omset produksi, maka pada perkembangan rumah tangga yang menjadi tolak ukur kemajuannya dapat dilihat dari segi pendapatan rumah tangganya.

Dari tabel diatas secara terperinci dapat dilihat bahwa pendapatan rumah tangga angggota koperasi mengalami peningkatan dan persentase ini tidak jauh dengan peningkatan omset produksinya. Jika kemajuan ini terus terjadi maka tidak menutup kemungkinan, jika usaha mikro dan kecil yang ada sekarang dapat berkembang menjadi usaha besar.

4.2.6. Peningkatan Omset Anggota Setelah Meminjam

Seperti yang tertera diatas dimana peningkatan usaha anggota sangat dipengaruhi oleh omset atau pendapatan anggota karena dengan melihat pendapatan akan dapat dinilai benar tidaknya koperasi tersebut besar manfaatnya bagi pengusaha mikro dan keci. Pada tabel dibawah ini dapat dinilai mengenai peningkatan pengusaha mikro dan kecil setelah melakukan pinjaman di koperasi Bersatu:


(72)

Tabel 4.7

Peningkatan Omset Anggota Setelah Melakukan Pinjaman Jumlah Pinjaman Omset 6 Bulan Omset 1 Tahun

1.500.000 1.500.000 3.000.000

1.500.000 5.000.000 7.500.000

1.500.000 7.500.000 9.000.000

1.500.000 10.000.000 15.000.000 2.000.000 2.000.000 3.500.000 2.000.000 2.000.000 3.500.000 2.000.000 5.000.000 7.500.000 2.000.000 5.000.000 9.000.000 2.000.000 7.000.000 9.000.000 2.000.000 7.000.000 10.000.000 2.000.000 7.200.000 9.000.000 2.000.000 8.000.000 15.000.000 2.000.000 10.000.000 17.000.000 3.000.000 5.000.000 7.000.000 3.000.000 5.500.000 7.000.000 3.000.000 5.500.000 7.000.000 3.000.000 7.000.000 10.000.000 3.000.000 8.000.000 10.000.000 3.000.000 8.000.000 10.000.000

4.000.000 4.000.000 7.000.000

4.000.000 5.500.000 8.000.000

5.000.000 7.000.000 10.000.000

6.000.000 20.000.000 35.000.000 8.000.000 10.000.000 20.000.000 10.000.000 20.000.000 35.000.000

Pada Tabel diatas dapat membuktikan ternyata peranan koperasi Bersatu keberadaannya sangat memberikan manfaat bagi para pengusaha mikro dan kecil karena dengan jumlah pinjaman yang diberikan kepada pengusaha tersebut, pengusaha tersebut berusaha memanfaat pinjaman yang diberikan oleh koperasi.

Untuk mengetahui apakah pinjaman mempengaruhi terhadap pendapatan anggota, maka dapat diketahui dengan Uji t-statistik sebagai berikut :


(73)

Hipotesa :

H0 : β1 = 0

Ha : β2≠ 0

Kriteria :

H0 diterima, jika t-hitung < t-tabel. Ha diterima, jika t-hitung > t-tabel. α = 1%

½ α = 0,005 t0,005 ; 23= 2,807

t-hitung = 5,266

Berdasarkan data dapat diketahui bahwa t-hitung > t tabel (α) dimana nilainya 5,266 dengan demikian Hipotesa alternatif( Ha ) diterima. Artinya, pinjaman (X1)

berpengaruh nyata terhadap pendapatan anggota (Y) pada tingkat kepercayaan 99% ( α = 1% ).

Ha diterima Ha diterima

H0 diterima

-2,807 0 2,807 5,266 Gambar 4.5 Uji t-statistik Terhadap pendapatan anggota


(74)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari penelitian yang telah dilakukan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Perkembangan Koperasi Bersatu meskipun pernah mengalami kendala, namun koperasi ini tidak hanya tinggal diam dimana koperasi ini tetap berusaha memperbaiki kondisi koperasi tersebut. Selain itu perkembangan Koperasi dapat dilihat dari realisasi kredit yang diberikan kepada anggota dan peningkatan pendapat yang dialami oleh anggota.

2. Koperasi memberikan bantuan non financial yaitu berupa pembinaan kewirausahaan, manajemen keuangan, manajemen produksi dan manajemen pemasaran yang sangat bermanfaat bagi pengembangan usaha anggota.

3. Latar belakang anggota melakukan pinjaman pada koperasi dikarenakan bunga yang rendah, mudah dalam prosedur peminjaman, pelayananan yang memuaskan, adanya kemudahan fasilitas apabila menunggak, adanya penyuluhan-penyuluhan berupa pemberian motivasi untuk peningkatan UMK, dan lain sebagainya.

4. Dari hasil penelitian ke 25 sampel / anggota koperasi, mereka mengatakan bahwa mereka merasakan peningkatan taraf hidup mereka mulai dari adanya


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari penelitian yang telah dilakukan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Perkembangan Koperasi Bersatu meskipun pernah mengalami kendala, namun koperasi ini tidak hanya tinggal diam dimana koperasi ini tetap berusaha memperbaiki kondisi koperasi tersebut. Selain itu perkembangan Koperasi dapat dilihat dari realisasi kredit yang diberikan kepada anggota dan peningkatan pendapat yang dialami oleh anggota.

2. Koperasi memberikan bantuan non financial yaitu berupa pembinaan

kewirausahaan, manajemen keuangan, manajemen produksi dan manajemen pemasaran yang sangat bermanfaat bagi pengembangan usaha anggota.

3. Latar belakang anggota melakukan pinjaman pada koperasi dikarenakan

bunga yang rendah, mudah dalam prosedur peminjaman, pelayananan yang memuaskan, adanya kemudahan fasilitas apabila menunggak, adanya penyuluhan-penyuluhan berupa pemberian motivasi untuk peningkatan UMK, dan lain sebagainya.

4. Dari hasil penelitian ke 25 sampel / anggota koperasi, mereka mengatakan bahwa mereka merasakan peningkatan taraf hidup mereka mulai dari adanya


(2)

peningkatan omset produksi, nilai penjualan, total laba,jumlah karyawan, dan asset usaha setelah peminjaman dari Koperasi Bersatu tersebut.

5. Kondisi lain yang mengalami peningkatan adalah kehidupan rumah tangga mereka yang semakin membaik setelah melakukan peminjaman di Koperasi Bersatu, ini terbukti banyaknya pengusaha yang merasakan mengalami peningkatan untuk keadaan tempat tinggal dan bisa membeli barang-barang kebutuhan seperti sepeda motor, televisi, radio, perabot rumah tangga, serta pendapatan dan tabunga rumah tangga yang meningkat.

5.2. Saran

1. Melalui Koperasi, Pemerintah hendaknya membantu usaha mikro dan kecil dalam usaha peningkatan mutu SDM, berupa pemberian pelatihan-pelatihan dan penyuluhan-penyuluhan unutk peningkatan usaha dagang yang baik. 2. Pemerintah diharapkan lebih memperkenalkan koperasi bagi pengusaha

mikro dan kecil yang berada di daerah terpencil, sehingga pengusaha tersebut tidak bingung untuk mencari pinjaman untuk peningakatan usahanya maupun untuk modal awal. Selain itu untuk menghindari pengusaha mikro dan kecil tersebut melakukan pinjaman pada rentenir yang mematok bunga yang cukup tinggi.


(3)

4. Diharapkan pemerintah untuk lebih intensif melakukan upaya-upaya guna meningkatkan akses usaha mikro dan kecil pada lembaga jasa baik perbankan maupun non perbankan, seperti pegadaian, koperasi, dan lembaga keuangan mikro lainnya.

5. Diharapkan bagi para pihak perbankan lebih berperan untuk membantu pembiayaan para pengusaha mikro dan kecil dan dengan cara tidak memberi prosedur yang sulit serta dengan bunga yang terjangkau oleh pengusaha mikro dan kecil

6. Koperasi Bersatu hendaknya tetap terus memberi pelayanan yang memuaskan bagi para anggota, sehingga anggota koperasi terus mengalami peningkatan serta hendaknya tetap koperasi melakukan pemberian bunga yang rendah yang lebih memihak pada pengusaha yang memiliki modal terbatas.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Hendrojogi, Drs, 1997, Koperasi, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta

Irmayanto, Juli, dkk, 2004, Bank dan Lembaga Keuangan, Lembaga Penerbit Universitas Trisakti, Jakarta.

Jochen, Ropke, 2000, Ekonomi Koperasi Teori dan Manajemen, Salemba Empat, Jakarta.

Kasmir, 1998, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Kusnadi, Hendar, 1999, Ekonomi Koperasi Untuk Perguruan Tinggi, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi.Universitas Indonesia, Jakarta.

Kusnadi, Hendar, 2005, Ekonomi Koperasi, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.

Mutis, Thoby, 1992, Pengembangan Koperasi, PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta.

Muhammad, Agus, 2002, Perkoperasian Sejarah, Teori dan Praktek, 2002, Ghalia Indonesia, Jakarta.

Ritonga, dkk, 2003, Ekonomi, Erlangga, Jakarta.

Susilo, Sri Y, 2000, Bank dan Lembaga Keuangan Lain, Salemba Empat, Jakarta. www.bappenas.go.id, Pemberdayaan Koperasi Dan Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah.

www.google.com, Kedudukan dan Kiprah Koperasi Dalam Mendukung Pemberdayaan UMKM.

www.google.com, Kebijakan Percepatan Pengembangan Sektor Rill dan Pemberdayaan Usaha Kecil dan Mikro (UKM).

www.google.com, Revitalisasi Koperasi Simpan Pinjam.


(5)

Lampiran

Jumlah Pinjaman (X)

Omset 1 Tahun (Y) 1.500.000 3.000.000 1.500.000 7.500.000 1.500.000 9.000.000 1.500.000 15.000.000

2.000.000 3.500.000 2.000.000 3.500.000 2.000.000 7.500.000 2.000.000 9.000.000 2.000.000 9.000.000 2.000.000 10.000.000 2.000.000 9.000.000 2.000.000 15.000.000 2.000.000 17.000.000

3.000.000 7.000.000 3.000.000 7.000.000 3.000.000 7.000.000 3.000.000 10.000.000 3.000.000 10.000.000 3.000.000 10.000.000 4.000.000 7.000.000

4.000.000 8.000.000 5.000.000 10.000.000 6.000.000 35.000.000 8.000.000 20.000.000 10.000.000 35.000.000


(6)

Lampiran

T-Test

Paired Samples Statistics

3160000 25 2105152.409 421030.5

1E+007 25 8146471.629 1629294

Y X1 Pair 1

Mean N Std. Deviation

Std. Error Mean

Paired Samples Correlations

25 .739 .000

Y & X1 Pair 1

N Correlation Sig.

Paired Samples Test

-8200000 6740734.381 1348147 -1E+007 -5417562 -6.082 24 .000

Y - X1 Pair 1

Mean Std. Deviation

Std. Error

Mean Lower Upper

95% Confidence Interval of the

Difference Paired Differences

t df Sig. (2-tailed)

Coefficientsa

89577.8 03707.8 1.965 .062 52421.204 31576.883

.191 .036 .739 5.266 .000 .116 .266 .739 .739 .739 1.000 1.000

(Constan X1 Mode 1

B Std. Error Unstandardized

Coefficients

Beta Standardized

Coefficients

t Sig. Lower BoundUpper Bound % Confidence Interval fo

Zero-order Partial Part Correlations

Tolerance VIF Collinearity Statistics

Dependent Variable: Y a.