PERBEDAAN PERMAINAN ORIGAMI DAN MEWARNAI TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK PEREMPUAN PRASEKOLAH DI TK GRAND BALI BEACH SANUR.

(1)

i

SKRIPSI

PERBEDAAN PERMAINAN

ORIGAMI

DAN MEWARNAI

TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS

ANAK PEREMPUAN PRASEKOLAH DI TK GRAND

BALI BEACH SANUR

011

Oleh :

Ni Made Ameondari

NIM. 1202305012

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

PROGRAM STUDI FISIOTERAPI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS UDAYANA


(2)

(3)

(4)

(5)

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi tepat waktu yang berjudul “Perbedaan Permainan Origami dan Mewarnai Terhadap Perkembangan Motorik Halus Anak Perempuan Prasekolah di TK Grand Bali Beach Sanur”.

Skripsi ini merupakan salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana Fisioterapi. Penulis menyadari bahwa keberhasilan dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang terkait dalam penulisan skripsi ini, yaitu kepada:

1. Prof. Dr. dr. Putu Astawa, Sp.OT (K), M.Kes selaku dekan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.

2. Prof. Dr. dr. I Nyoman Adiputra, MOH, PFK selaku ketua Program Studi Fisioterapi Universitas Udayana.

3. I Made Niko Winaya, SSt.FT, M.Fis selaku pembimbing sekaligus pengajar yang telah banyak memberikan petunjuk dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.

4. Dr. Luh Made Indah Sri Handari Adiputra, S.Psi, M.Erg selaku pembimbing sekaligus pengajar yang telah banyak memberikan petunjuk dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.


(6)

vi

5. dr. I Wayan Gede Sutadarma, M.Gizi, SpGK selaku penguji sekaligus pengajar yang telah banyak memberikan petunjuk dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.

6. Dosen-dosen pengajar dan staf Program Studi Fisioterapi yang telah banyak membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

7. Keluarga dan sahabat yang selalu mendoakan dan memberikan dukungan sampai terselesaikannya skripsi ini.

8. Seluruh teman-teman Axoplasmic yang selalu membantu dan memberikan semangat.

9. Seluruh kerabat dan sejawat yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang konstruktif dari semua pihak penulis sangat harapkan.

Denpasar, Juni 2016


(7)

vii

PERBEDAAN PERMAINAN ORIGAMI DAN MEWARNAI

TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK PEREMPUAN PRASEKOLAH DI TK GRAND BALI BEACH SANUR

ABSTRAK

Perkembangan motorik halus adalah kemampuan untuk menggerakan otot-otot yang melibatkan jari-jari tangan dan pergelangan tangan. Meningkatkan perkembangan motorik dapat dilakukan dengan memberikan stimulus. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan permainan origami dan mewarnai dalam meningkatkan perkembangan motorik halus anak.

Penelitian ini merupakan penelitian quasy eksperimen dengan menggunakan rancangan pre-test and post-test two group design. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah sampel acak sederhana. Sampel penelitian berjumlah 32 orang yang dibagi menjadi 2 kelompok, kelompok 1 (origami) 16 orang dan kelompok 2 (mewarnai) 16 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan mengukur kemampuan motorik halus menggunakan tes kemampuan motorik halus sebelum dan sesudah pada setiap kelompok. Uji normalitas dan homogenitas data diuji menggunakan shapiro-wilk test dan levene’s test. Hipotesis diuji dengan paired sample t-test. Rerata selisih sesudah dan sebelum peningkatan perkembangan motorik halus pada kelompok 1 dan kelompok 2 diuji dengan independent sample t-test.

Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan perkembangan motorik halus pada kelompok 1 rerata 70,31±3,754 dan kelompok 2 rerata 71,44±5,046 . Hasil uji paired sample t-test didapatkan perbedaan yang signifikan dengan nilai p=0,000 (p<0,05) pada kelompok 1 dan nilai p=0,000 (p<0,05) pada kelompok 2. Uji beda selisih sesudah dan sebelum dengan independent sample t-test menunjukkan tidak ada perbedaan yang bermakna antara kelompok 1 dan kelompok 2 dimana p=0,894 (p>0,05). Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa permainan origami dan mewarnai sama-sama efektif dalam meningkatkan perkembangan motorik halus anak.


(8)

viii

DIFFERENCES BETWEEN ORIGAMI AND COLORING DEVELOPMENT OF FINE MOTOR IN CHILDREN (FEMALE) IN

PRESCHOOL TK GRAND BALI BEACH SANUR ABSTRACT

Fine motor development is the ability to move a muscle involving the fingers and wrist. Increase motor development can be done by providing a stimulus. The purpose of this study was to determine differences in origami and coloring in improving fine motor development of children.

This research is Quasy experiment by using device pre-test and post-test two group design. The sampling technique in this study is a simple random sample. These samples included 32 people who were divided into two groups, group 1 (origami) 16 participant and group 2 (coloring) 16 participant. The data collection was done by measuring fine motor skills using fine motor skills tests before and after measurements in each group. Normality and homogeneity test data is tested using the Shapiro-Wilk test and Levene's test. The hypothesis was tested by Paired Sample T-test. The mean difference between before and after the increase in the development of fine motor skills in group 1 and group 2 were tested with Independent Sample T-test.

Results from the study showed an increased fine motor development in group 1 with a mean of 70.31 ± 3.754 and in group 2 with 71.44 ± 5.046. Results of paired samples t-test found a significant difference with p = 0.000 (p <0.05) in group 1 and group 2. Differential test the difference before and after the independent sample t-test showed no significant difference between groups 1 and group 2 where p = 0.894 (p> 0.05). Based on the results of the study concluded that origami and coloring were equally effective in improving fine motor development of children.


(9)

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERNYATAAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR SINGKATAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN. ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.3.1 Tujuan Umum ... 6

1.3.2 Tujuan Khusus ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

1.4.1 Manfaat Teoritis ... 7

1.4.2 Manfaat Praktis ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 8

2.1 Anatomi ... 8

2.1.1 Sistem Pengatur Gerak ... 8

2.1.2 Sistem Efektor Tangan ... 13

2.1.3 Mekanisme Neurofisiologi Motorik ... 13

2.2 Perkembangan Motorik ... 15

2.2.1 Perkembangan Motorik Halus ... 15

2.2.2 Prinsip Perkembangan ... 16


(10)

x

2.2.4 Faktor yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang Anak ... 18

2.2.5 Gangguan Perkembangan ... 22

2.3 Konsep Bermain ... 23

2.3.1 Pengertian Bermain ... 23

2.3.2 Fungsi Bermain ... 23

2.3.3 Faktor yang Mempengaruhi Pola Bermain Anak ... 28

2.4 Bermain Origami ... 29

2.4.1 Pengertian ... 29

2.4.2 Jenis Origami ... 30

2.4.3 Manfaat ... 32

2.4.4 Mekanisme Permainan Origami Terhadap Perkembangan Motorik Halus Anak ... 32

2.5 Mewarnai ... 33

2.5.1 Pengertian ... 33

2.5.2 Media yang digunakan... 33

2.5.3 Manfaat ... 34

2.5.4 Mekanisme Mewarnai Terhadap Perkembangan Motorik Halus Anak ... 35

2.6 Pemeriksaan Motorik Halus ... 35

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, HIPOTESIS ... 38

3.1 Kerangka Berpikir ... 38

3.2 Konsep Penelitian ... 39

3.3 Hipotesis ... 40

BAB IV METODE PENELITIAN ... 41

4.1 Rancangan Penelitian... 41

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 42

4.3 Populasi dan Sampel ... 42

4.3.1 Populasi Penelitian ... 42

4.3.1 Populasi Target ... 42

4.3.1 Populasi Terjangkau ... 42


(11)

xi

4.3.3 Besaran Sampel ... 44

4.3.4 Teknik Pengambilan Sampel ... 45

4.4 Variabel Penelitian... 46

4.5 Definisi Operasional Variabel ... 46

4.6 Instrumen Penelitian ... 48

4.7 Prosedur Penelitian ... 49

4.8 Alur Penelitian ... 51

4.9 Teknik Analisis Data ... 52

BAB V HASIL PENELITIAN ... 53

5.1 Data Karakteristik Sampel ... 53

5.2 Uji Normalitas dan Homogenitas ... 54

5.3 Pengujian Hipotesis ... 56

5.3.1 Peningkatan Perkembangan Motorik Halus Anak Prasekolah Usia 4-5 tahun pada Kelompok I dan Kelompok II ... 56

5.3.2 Uji Beda Hasil Selisih Peningkatan Perkembangan Motorik Halus Anak Sebelum dan Sesudah Intervensi pada Kelompok I (Permainan Origami) dan Kelompok II ( Mewarnai) ... 57

BAB VI PEMBAHASAN ... 59

6.1 Karakteristik Sampel ... 59

6.2 Peningkatan Perkembangan Motorik Halus pada Kelompok I ( Permainan Origami) ... 60

6.3 Peningkatan Perkembangan Motorik Halus pada Kelompok II ( Mewarnai) ... 63

6.4 Perbedaan Permainan Origami dan Mewarnai Terhadap Perkembangan Motorik Halus Anak Prasekolah ... 65

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ... 70

7.1 Simpulan ... 70

7.2 Saran ... 70

DAFTAR PUSTAKA ... 72


(12)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Hemisfer Serebral ... 8

Gambar 2.2 Bagian-bagian Otak Manusia ... 12

Gambar 2.3 Kertas Origami ... 30

Gambar 2.4 Contoh Origami ... 31

Gambar 2.5 Contoh Pola Gambar Mewarnai ... 34

Gambar 3.1 Kerangka Konsep ... 39

Gambar 4.1 Rancangan penelitian ... 41


(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.6 Lembar Penilaian Tes Kemampuan Motorik Halus ... 36 Tabel 5.1 Deskripsi Karakteristik Sampel Kelompok I dan Kelompok II ... 54 Tabel 5.2 Sebaran Normalitas dan Homogenitas Perkembangan Motorik Halus

Anak Perempuan Prasekolah Usia 4-5 tahun Sebelum dan Sesudah

Latihan ... 55 Tabel 5.3 Sebaran Rerata Peningkatan Perkembangan Motorik Halus Anak

Prasekolah Sebelum dan Sesudah Intervensi pada Kelompok I dan

Kelompok II ... 56 Tabel 5.4 Perbandingan Peningkatan Perkembangan Motorik Halus Anak pada

Kelompok I dan Kelompok II ... 57 Tabel 5.5 Persentase Hasil Peningkatan Perkembangan Motorik Halus Anak ... 58


(14)

xiv

DAFTAR SINGKATAN

TK : Taman Kanak-kanak

BSID : Bayley Scales of Infant Development

BOTMP : Bruiniks-Oseretsky Test of Motor Proficieny BMATR : Basic Motor Ability Test-Resived

DDST II : Denver Development Screening Test II SOP : Standar Operasional Prosedur


(15)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan anak usia dini (early childhood education) merupakan suatu disiplin ilmu pendidikan yang secara khusus memperhatikan, menelaah, dan mengembangkan berbagai interaksi edukatif antara anak usia dini dengan pendidik untuk mencapai pertumbuhan dan perkembangan potensi anak secara optimal (Wiyani dan Banawi, 2012). Taman Kanak-kanak (TK) dan Raudhatul Atfhal (RA) adalah salah satu pendidikan bagi anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang menyelenggarakan program pendidikan bagi anak usia empat tahun sampai enam tahun. Pendidikan TK dibagi menjadi dua kelompok yaitu usia 5-6 di kelompok B sedangkan usia 4-5 tahun di kelompok A (Sujiono, 2009). Usia prasekolah dianggap sebagai usia keemasan anak (the golden age ) karena pada usia tersebut anak sedang mengalami perkembangan yang sangat baik secara fisik maupun psikis (Depdiknas, 2007).

Usia 4-6 tahun merupakan periode sensitif atau masa peka dalam perkembangan aspek berpikir logis anak yaitu suatu periode dimana suatu fungsi tertentu perlu distimulus, diarahkan sehingga tidak menghambat perkembangannya. Anak dengan stimulus yang baik dan sempurna tidak hanya ada satu perkembangan saja yang akan berkembang namun bermacam-macam aspek perkembangan yang berkembang dengan baik. Pada masa ini dilakukan


(16)

2

dasar pertama dalam mengembangkan kemampuan fisik – motorik, kognitif, bahasa, sosial, emosional, konsep diri, disiplin, kemandirian dan lain – lain (Putri, 2014).

Perkembangan motorik salah satu faktor yang sangat penting dalam perkembangan anak secara keseluruhan. Motorik merupakan perkembangan pengendalian gerakan tubuh melalui kegiatan yang terkoordinasi antara saraf, otot, otak dan spinal cord (Endah, 2008). Perkembangan motorik dibutuhkan anak dalam periode tumbuh kembang untuk mendukung perkembangan di tahap selanjutnya yaitu pada tahap usia sekolah. Perkembangan motorik yang terjadi meliputi motorik kasar dan halus. Motorik kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri seperti kemampuan fisik anak, postur (posisi tubuh), keseimbangan dan juga memerlukan tenaga yang lebih banyak (Putri, 2014). Motorik halus melibatkan otot-otot kecil dengan menekankan pada kemampuan memindahkan benda dari tangan yang berkoordinasi dengan otak dalam melakukan suatu kegiatan seperti mencorat-coret, menggoyangkan ibu jari, memilih garis yang lebih panjang , mencontohkan bentuk dan menyusun menara kubus dengan tujuan meningkatkan perkembangan motorik halus (Fadhilah, 2014).

Berdasarkan hasil survey WHO (World Health Organization) disebutkan bahwa 5-25 % dari anak-anak usia prasekolah menderita disfungsi otak minor, termasuk gangguan perkembangan motorik halus (Sidiarto, 2007). Pada tahun 2006 menurut Depkes RI bahwa 0,4 juta (16%) balita Indonesia mengalami


(17)

3

gangguan perkembangan, baik motorik halus dan kasar, gangguan pendengaran , kecerdasan kurang dan keterlambatan berbicara. Penelitian yang dilakukan di Ekuador tahun 2003-2004, mencatat 28,1% anak mengalami keterlambatan motorik halus pada usia anak 48-61 bulan (Handal, 2007 ). Menurut Andriany (2006) , setiap dua hari 1.000 bayi mengalami gangguan perkembangan motorik, karenanya perlu kecepatan menegakkan diagnosis dan melakukan terapi untuk proses penyembuhannya. Hasil penelitian Ariyana (2008) mengenai perkembangan motorik halus anak usia 4-5 tahun didapatkan perkembangan motorik halus anak normal 75,4% dan motorik halus anak yang abnormal 24,6 %. Perkembangan anak yang abnormal disebabkan oleh faktor lingkungan anak, status gizi, kesehatan, stimulasi dan budaya (Hidayat, 2008).

Dunia anak adalah dunia bermain. Melalui kegiatan bermain , semua aspek perkembangan anak ditumbuhkan. Menurut Gordon dan Browne (1996) disebutkan bahwa melalui bermain, anak akan belajar mengendalikan diri sendiri, memahami kehidupan, memahami dunianya (Mulyani, 2006). Bermain merupakan cerminan kemampuan fisik, intelektual, emosional, dan sosial (Soetjiningsih, 2013). Permainan dapat mengasah ketrampilan dan kreativitas anak sehingga perkembangan anak dapat ditumbuhkan secara optimal dan maksimal. Banyak macam permainan yang dapat mengembangkan kemampuan anak seperti origami, puzzle, meronce, mewarnai dan lain-lain. Origami digunakan untuk melatih motorik halus anak karena kegiatan dalam origmi melibatkan gerakan otot-otot jari, kecepatan, ketepatan telapak dan jari serta membantu koordinasi mata dan tangan (Mulyani dan Gracinia, 2007). Hal ini


(18)

4

didukung penelitian yang dilakukan oleh Rahmani (2014) yang menyimpulkan bahwa permainan origami berpengaruh terhadap perkembangan fisik motorik halus anak.

Melipat kertas memiliki kelebihan terutama dalam melatih motorik halus anak diantaranya untuk kehidupan sehari-hari seperti kemampuan menggenggam, memegang,meremas, dan untuk mengikuti pelajaran akademik (Rahmani, 2013). Menurut Hirai (2010), bermain origami dapat meningkatkan otak bagian depan seperti halnya merajut dan bermain alat musik, bermain origami adalah suatu kegiatan yang menggerakkan tangan sambil berpikir untuk menciptakan sesuatu dengan menggunakan kertas sebagai media. Origami mempunyai banyak manfaat diantaranya dapat meningkatkan kreativitas, ketrampilan dan motorik halus anak. Dalam membuat origami diperlukan ketelitian dan imajinasi sehingga saraf-saraf otak akan bekerja dengan baik sehingga akan berdampak positif bagi perkembangan otak anak (Kobayashi, 2008).

Kegiatan kreatif lain yang dapat dilakukan untuk meningkatkan perkembangan motorik halus anak adalah dengan cara mewarnai gambar. Kegiatan ini memberikan kebebasan pada anak untuk memilih dan memadukan warna. Mewarnai dapat dijadikan media bagi anak untuk menuangkan segala imajinasi dan inspirasi tentang segala hal yang pernah mereka alami atau mereka lihat. Pemberian tugas mewarnai gambar berguna bagi peningkatan kemampuan fisik motorik halus anak. Melalui kegiatan mewarnai gambar anak akan melatih otot-otot jemari dan meningkatkan konsentrasi anak terhadap suatu objek yang sedang diperhatikan oleh anak (Murdiani, 2014). Menurut Moeslichaten (2004)


(19)

5

disebutkan bahwa pemberian tugas mewarnai merupakan salah satu cara pemberian belajar yang baik dalam mengembangkan ketrampilan motorik anak. Hal ini didukung dari penelitian sebelumnya oleh Murdiani (2014) bahwa motorik halus anak meningkat melalui kegiatan mewarnai gambar sebagai kegiatan pembelajaran dengan cara memberikan gambar dan menugaskan anak untuk mewarnai gambar.

Penelitian yang membandingkan kedua metode ini belum pernah dilakukan sehingga berdasarkan latar belakang di atas, maka dilakukan penelitian yang lebih dalam dengan mengambil judul “Perbedaan Permainan Origami dan Mewarnai Terhadap Perkembangan Motorik Halus Anak Perempuan Prasekolah di TK Grand Bali Beach Sanur”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang diteliti adalah :

1) Apakah permainan origami dapat meningkatkan perkembangan motorik halus anak perempuan prasekolah di TK Grand Bali Beach Sanur ?

2) Apakah mewarnai dapat meningkatkan perkembangan motorik halus anak perempuan prasekolah di TK Grand Bali Beach Sanur?

3) Apakah ada perbedaan permainan origami dan mewarnai terhadap perkembangan motorik halus anak perempuan prasekolah di TK Grand Bali Beach Sanur?


(20)

6

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran umum tentang perbedaan permainan origami, mewarnai dan perkembangan motorik halus anak perempuan prasekolah di TK Grand Bali Beach Sanur.

1.3.2 Tujuan Khusus

Sesuai dengan permasalahan yang dikemukakan di atas, maka tujuan khusus dari penelitian ini adalah :

1) Untuk membuktikan bahwa permainan origami dapat meningkatkan perkembangan motorik halus anak perempuan prasekolah di TK Grand Bali Beach Sanur.

2) Untuk membuktikan bahwa mewarnai dapat meningkatkan perkembangan motorik halus anak perempuan prasekolah di TK Grand Bali Beach Sanur.

3) Untuk membuktikan efektivitas antara permainan origami dengan mewarnai terhadap perkembangan motorik halus anak perempuan prasekolah di TK Grand Bali Beach Sanur.


(21)

7

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

1) Mengetahui dan memahami tentang proses perkembangan motorik halus anak.

2) Membuktikan bagaimana perbedaan efektifitas permainan origami dengan mewarnai terhadap perkembangan motorik halus anak perempuan prasekolah di TK Grand Bali Beach Sanur.

1.4.2 Manfaat Praktis 1) Bagi Guru

Dapat digunakan sebagai upaya peningkatan dan memilih media yang digunakan untuk membantu anak dalam pengembangan kreativitas dan meningkatkan perkembangan motorik halus.

2) Bagi Orangtua

Sebagai bahan masukan untuk meningkatkan perannya dalam memberikan dan menyediakan media agar kreativitas dan motorik halus anak berkembang secara optimal.

3) Bagi Sekolah

Dapat digunakan sebagai bahan alternatif pembelajaran yang dapat digunakan sekolah untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak.

4) Bagi siswa

Dapat meningkatkan motorik halus anak dan meningkatkan minat belajar anak.


(22)

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi

2.1.1 Sistem Pengatur Gerak

Organ yang berperan dalam sistem pengaturan proses kordinasi pada gerak adalah otak. Didalam serebrum (otak) terbagi menjadi dua bagian yaitu Hemisfer Serebral (cerebral hemisphere). Secara umum hemisfer kanan mengontrol sisi kiri tubuh dan hemisfer kiri mengatur sisi kanan tubuh (Carole dan Tavris, 2007).

Gambar 2.1 Hemisfer Serebral

Sumber: Biology Concepts and Connection, 2006

Belahan otak kiri berkenaan dengan kemampuan berfikir ilmiah, kritis, logis dan linear, sedangkan belahan otak kanan berkenaan dengan fungsi-fungsi yang non linear, non verbal, holistik, humanistik, dan bahkan mistik. Lahirnya kreativitas dalam bentuk gagasan maupun karya nyata merupakan perpaduan antara kedua belahan otak tersebut (Sherwood, 2012).

Serebelum berfungsi untuk mengawali dan mengatur gerakan, khususnya gerakan yang terampil. Serebelum berfungsi sebagai pembanding antara perencanaan motorik dan hasil dari motorik. Serebelum mengirim sinyal untuk


(23)

9

koreksi ke brain steam dan kortek motorik. Serebelum terdapat tiga divisi fungsional yakni, vestiboserebelum, spinoserebelum, dan serebroserebelum.

Vestiboserebelum berfungsi untuk mengontrol dan mengkoordinasi otot-otot aksial dan gerakan kepala dan mata, spinoserebulum berfungsi untuk memberikan informasi motorik dan eksabilitas motor neuron, serebrosebelum berfungsi untuk mengawali gerakan dan koordinasi otot (Lahunta dan Glass, 2009).

Sistem limbik berfungsi sebagai pusat pengatur adaptasi. Sistem limbik meliputi thalamus, bagian yang terdapat diotak depan. Di bagian ini terjadi persimpangan saraf-saraf sensorik yang masuk ke otak. Hipotalamus memiliki efek yang sangat kuat pada hampir seluruh sistem visceral tubuh karena hampir semua bagian dari otak berhubungan dengan hipothalamus, karena hubungan tersebut maka hipothalamus dapat merespon rangsang psikologis dan emosional. Hipothalamus merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem limfatik, dan merupakan konektor sinyal dari berbagai bagian otak menuju ke korteks otak besar. Akson dari berbagai sistem indera berakhir pada hipothalamus (kecuali sistem olfaction) sebelum informasi tersebut diteruskan ke korteks otak besar (Handelman, 2006).

Hipothalamus berfungsi sebagai monitoring dan mengontrol berbagai aktivitas dari tubuh yang sangat banyak amygdale, hippocampus, neurontransmitter yakni zat kimia didalam otak yang berfungsi membawa pesan antar sel saraf. Zat kimia ini diproduksi dalam sel-sel saraf yang ada diotak, ketika pesan dari otak harus ditransmisikan ke bagian-bagian lain. Hampir seluruh


(24)

10

kegiatan otak memanfaatkan neurotransmitter untuk menyampaikan pesan (Handelman, 2006).

Basal ganglia menghasilkan gerakan yang terampil dan terkoordinasi dihasilkan dari kerja korteks motorik. Sebuah perencanaan motorik dibuat oleh area promoter yang nantinya akan dieksekusi oleh area motorik primer. Gerakan yang dihasilkan oleh motorik primer masih kasar, sehingga perlu dikontrol oleh area promoter yang berhubungan dengan basal ganglia. Dengan peran dari basal ganglia maka gerakan yang dihasilkan akan lebih terkontrol (Steiner dan Tseng, 2010).

Basal ganglia merupakan istilah yang digunakan untuk menyebut beberapa area disubcortical gray matter yang meliputi nukleus kaudatus, putamen, glubus , tallidus, nucleus subtalamikus, substansia nigra. Nukleus kaudatus dan putamen menyusun striatum. Striatum merupakan reseptor utama basal ganglia yang menerima input dari korteks serebri, sistem limbik, thalamus dan substansia nigra. Input yang berasal dari korteks serebri merupakan eksitasi dan merupakan proyeksi dari sensorik dan korteks motorik menuju ke putamen, dari prefrontal korteks menuju ke nucleus kaudatus dan dari korteks limbic, amygdale menuju ke ventral striatum. Basal ganglia memiliki sejumlah lintasan yakni: (1) dari striatum ke glubus pallidus ke thalamus ke korteks dan ke striatum, (2) dari striatum ke substansia nigra dan ke striatum, (3) dari glubus pallidus ke subthalamus dan berakhir ke glubus pallidus (Groenewegen et al., 2009).

Input kortikal dari basal ganglia kebanyakan menggunakan neurotransmitter glutamate. Striatum merupakan area diotak yang paling kaya


(25)

11

mengandung dua neurotransmitter yang penting dalam sistem saraf pusat yakni: achetylcholine dan dopamine. Asetilkolin merupakan neurotansmiter pada synaps dikebanyakan saraf sedangkan dopamine diproduksi di substansia nigra yang disalurkan ke striatum melalui akson nigrostriatal, untuk bekerja pada striatum. Apabila terjadi kerusakan pada susbtansia nigra, maka akan menyebabkan penurunan level dopamine pada striatum. Aktivitas basal ganglia dimodulasi oleh neuron dopamin di substansia nigra. Dopamin memiliki efek eksitasi pada neuron striatal pada jalur langsung dan efek inhibisi pada jalur tidak langsung. Jalur langsung terdiri dari putamen nucleus kaudatus dan striatum menghasilkan inhibisi pada lobus pallidus dan sebagai konsekuensinya diinhibisi dari thalamus, superor culikulus dan target lainnya.Jalur tidak langsung yang terdiri dari nukleus subthalamik menghasilkan eksitasi dari output saraf dari lobus pallidus yang akan meningkatkan inhibisi pada organ target (Bollam et al., 2005).

Basal ganglia berperan dalam motor kontrol dan tindakan otomatis dari ketrampilan motorik yang bertindak dengan memfasilitasi penggunaan perencanaan motorik. Basal ganglia tidak berfungsi untuk memulai gerakan, namun berfungsi memodulasi pola gerakan yang telah dimulai pada level kortikal (Groenewegen et al., 2009).

Kapsula interna adalah bagian otak yang terletak di antara nucleus lentikularis dan nucleus kaudatus. Struktur ini adalah sekelompok saluran serat termyelinasi, termasuk akson dari jaras piramidalis (pyramidal neuron) dan jaras motorik ekstrapiramidalis atas (extrapyramidal upper motor neuron) yang menghubungkan korteks ke badan sel dari jaras motorik yang lebih rendah.


(26)

12

Banyaknya akson yang berkumpul dalam kapsula interna, bagian ini disebut sebagai leher botol serat (bottleneck of fibers). Ujung kapsula interna berakhir dalam otak, tepat di atas otak tengah, namun akson-akson yang melewatinya terus ke bawah melalui batang otak dan sumsum tulang belakang. Mereka turun melalui batang otak dalam dua bundel besar yang disebut pedunkulus serebri atau krus serebri (Wibowo, 2005).

Medula Oblongata adalah bagian dari otak belakang yang merupakan jalur yang dilewati saat motorik dan sensorik neuron dari otak tengah dan otak depan melakukan perjalanan melalui medula. Medula oblongata membantu dalam mentransfer pesan antara berbagai bagian dari otak dan sumsum tulang belakang. Medula oblongata terlibat dalam berbagai fungsi tubuh diantaranya koordinasi gerakan tubuh. Pada medula spinalis terdapat substansia grisea berisi badan sel saraf, yang merupakan sel saraf motorik dan serabut saraf sensoris (Wibowo, 2005).

Gambar 2.2 Bagian-bagian Otak Manusia Sumber : Biology Concepts and Connections, 2006


(27)

13

2.1.2 Sistem Efektor Tangan

Efektor adalah bagian tubuh yang menanggapi rangsangan, yaitu otot dan kelenjar, baik kelenjar endokrin dan kelenjar eksokrin terutama dalam pembahasan disini yang dimaksud adalah reaksi dari efektor tangan (Noback et al., 2005).

Kerja otot dapat bergerak karena dipengaruhi oleh otot sadar berupa tendon otot. Tendon otot merupakan jaringan ikat yang menghubungkan otot ke tulang. Otot menggerakan tubuh dengan kontraksi terhadap kerangka. Ketika otot mengkerut mereka bisa lebih pendek, dengan kontraksi otot menarik pada tulang dan memungkinkan tubuh untuk bergerak. Otot hanya bisa berkontraksi tidak bisa secara aktif memperpanjang, meskipun dapat bergerak kembali ke posisi netral non-kontraksi. Untuk bergerak pasangan otot harus bekerja dalam arah berlawanan. Setiap otot yang berpasangan bekerja terhadap yang lain untuk memindahkan tulang pada sendi tubuh. Otot yang mengkerut menyebabkan sendi menekuk disebut dengan fleksor. Otot yang berkontraksi yang menyebabkan sendi untuk meluruskan disebut dengan ekstensor. Ketika salah satu otot berkontraksi atau disebut juga agonis, otot lain dari pasangan ini selalu memanjang atau disebut juga antagonis (Fitria, 2014).

2.1.3 Mekanisme Neurofisiologi Motorik

Perkembangan motorik sejajar dengan perkembangan sistem saraf dan otot, sehingga kemampuan motorik sangat ditentukan oleh kematangan dalam mengintegrasikan fungsi sistem tubuh terutama sistem saraf dan sistem pengatur gerak (Yudanto, 2015). Gerakan tubuh yang terkoordinasi diatur oleh rangsangan


(28)

14

yang diterima dari reseptor (indera) kemudian rangsangan diterima oleh neuron sensoris melalui sistem ekstrapiramidal yang menuju nukleus vestibularis yang ada di batang otak atau medula oblongata kemudian menuju area serebelum berfungsi mengawali dan mengatur gerakan khususnya gerakan yang terampil. Gerakan yang terampil dan terkoordinasi dihasilkan oleh korteks motorik setelah dari area serebelum, neuron sensoris sebelum ke korteks motorik menuju ke area perencanaan motorik yaitu basal ganglia (Clikenan dan Ellison, 2009).

Basal ganglia berperan menghasilkan gerakan yang lebih terkontrol setelah diproses akan kembali lagi menuju medulla oblongata yang menghasilkan neuron motorik melalui sistem piramidal diawali pada korteks motorik, impuls gerakan yang diinginkan diteruskan menuju bagian posterior kapsula interna. Kapsula interna meneruskan impuls kepada medula oblongata, impuls dari medulla oblongata diteruskan menuju medulla spinalis substansi grisea bagian integral dari neuron motorik, respon kembali diteruskan menuju ujung-ujung akson yaitu efektor yang akhirnya menjadi satu gerakan yang diinginkan (Sherwood, 2012).

2.2 Perkembangan Motorik

Perkembangan motorik merupakan mielinisasi pada traktus kortikospinalis, traktus pyramidal dan traktus kortikobulbar. Traktus pyramidal berawal dari kortek motorik dan premotorik selanjutnya terhubung ke basal ganglia, melewati medula oblongata, dan turun ke bagian lateral medula spinalis. Myelin sangat penting untuk kecepatan hantaran rangsangan melalui sel saraf( Soetjinininsih dkk, 2013).


(29)

15

Perkembangan motorik berasal dari unsur kematangan dan pengendalian gerakan tubuh yang berkaitan dengan perkembangan pusat motorik di otak. Menurut Hurlock (2005) mengatakan bahwa perkembangan motorik adalah melalui kegiatan pusat saraf, urat saraf dan otot yang berkoordinasi. Perkembangan motorik dapat diartikan sebagai kegiatan terkoordinir antara susunan saraf, otot, otak, dan spinal cord. Proses perkembangan sejalan dengan bertambahnya usia secara bertahap dan berkesinambungan, dimana gerakan inidvidu meningkat dari gerakan yang sederhana, tidak terorganisir, dan tidak terampil kearah penguasaan ketrampilan motorik yang kompleks (Wijil Yuningtias, 2012).

Perkembangan motorik dibagi menjadi dua yaitu perkembangan motorik kasar dan perkembangan motorik halus. Perkembangan motorik kasar melibatkan otot-otot besar, meliputi perkembangan gerakan kepala, badan , anggota badan, keseimbangan dan pergerakan. Perkembangan motorik halus adalah koordinasi halus yang melibatkan otot-otot kecil yang dipengaruhi oleh matangnya fungsi motorik, fungsi visual yang baik, dan kemampuan intelek nonverbal( Soetjiningsih dkk, 2013).

2.2.1 Perkembangan Motorik Halus

Perkembangan pada anak adalah bertambahnya kemampuan (skill) anak dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur sebagai hasil dari proses pematangan (Soetjiningsih, 2013). Menurut Whalley & Wong (2000) perkembangan pada anak merupakan bertambah sempurnanya


(30)

16

fungsi alat tubuh anak yang dapat dicapai melalui proses kematangan pertumbuhan dan proses belajar anak.

Nursalam dkk (2005) mengatakan bahwa perkembangan motorik halus adalah kemampuan untuk mengamati bagian tubuh tertentu dan otot-otot kecil yang memerlukan koordinasi antara jari-jari , tangan, dan mata secara cermat serta tidak memerlukan banyak tenaga. Motorik merupakan perkembangan pengendalian gerakan tubuh melalui kegiatan yang terkoordinasi antara saraf, otot, otak dan spinal cord (Endah, 2008).

2.2.2 Prinsip Perkembangan

Beberapa penelitian dilakukan pada sekelompok bayi dan anak-anak diteliti dalam peroide tertentu untuk melihat kapan tepatnya tingkah laku motorik muncul dan menghilang dan apakah tingkah laku tersebut sama untuk anak lain yang umurnya sama. Dari penelitian tersebut didapatkan lima prinsip penting perkembangan motorik antara lain (Soetjiningsih, 2013):

1) Perkembangan motorik tergantung pada maturasi saraf dan otot.

Perkembangan aktivitas motorik yang berbeda, sejalan dengan perkembangan area sistem saraf yang berbeda. Hal ini dikarenakan pusat saraf perifer yang terletak di medula spinalis lebih dulu berkembang pada saat lahir dibandingkan saraf pusat yang ada diotak. pada saat lahir, refleks lebih dulu muncul daripada gerakan volunteer. Refleks berguna untuk mempertahankan hidup seperti refleks mengisap, menelan, berkedip, refleks tendon patella, dan knee jerk. Serebelum berfungsi mengontrol keseimbangan, berkembang cepat


(31)

17

pada satu tahun pertama. Serebri khusunya pada lobus frontal berfungsi mengontol gerakan ketrampilan.

2) Belajar ketrampilan motorik tidak bisa terjadi sampai anak siap secara matang. Tidak ada gunanya mengajarkan gerakan ketrampilan anak sebelum sistem saraf dan otot berkembang dengan baik tidak untuk anak.

3) Perkembangan motorik mengikuti pola yang dapat diprediksi. Perkembangan motorik mengikuti arah hukum perkembangan. Arah perkembangan anak berlangsung secara sefalokaudal dan proksimaldistal, perubahan dari gerakan menyeluruh menuju ke aktivitas yang spesifik.

4) Pola perkembangan motorik dapat ditentukan.

Anak akan belajar duduk sebelum berjalan dan tidak mungkin arahnya dibalik.

5) Kecepatan perkembangan motorik berbeda pada setiap individu.

Perkembangan motorik mengikuti suatu pola yang sama tetapi umur untuk mencapai tahap-tahap perkembangan tersebut berbeda untuk setiap individu. Misalnya, umur pencapaian anak untuk bisa duduk sendiri, berbeda-beda pada setiap anak.

2.2.3 Kemampuan Motorik Halus Anak

Menurut Adriana (2011) mengatakan karakteristik ketrampilan motorik halus anak dapat dijelaskan sebagai berikut:


(32)

18

a. Usia 4 tahun

Kemampuan anak pada usia empat tahun koordinasi motorik halus anak secara substansial sudah mengalami peningkatan dan geraknya sudah mulai lebih cepat bahkan cenderung ingin sempurna. Ditandai dengan menggunakan gunting dengan baik untuk memotong gambar mengikuti garis, dapat memasang sepatu tetapi belum mampu mengikat tali sepatu, dapat menggambar dan menyalin bentuk kotak, garis silang, atau segitiga.

b. Usia 5 tahun

Kemampuan anak pada usia lima tahun koordinasi motorik halus anak sudah lebih sempurna. Ditandai dengan mengikat tali sepatu, menggunakan gunting dan pensil dengan baik, menggambar meniru gambar permata dan segitiga, menambahkan 7-9 bagian dari gambar garis, mencetak beberapa huruf, angkat atau kata, seperti nama panggilan.

2.2.4 Faktor yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang Anak

Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak (Adriana, 2011) sebagai berikut:

1. Faktor Internal

Faktor internal yang berpengaruh pada tumbuh kembang anak sebagai berikut:


(33)

19

1) Jenis kelamin

Fungsi reproduksi anak perempuan akan berkembang lebih cepat dibandingkan dengan anak laki-laki. Akan tetapi setelah melewati masa pubertas, pertumbuhan anak laki-laki lebih cepat daripada anak perempuan.

2) Genetik

Faktor genetik adalah bawaan anak yang diwariskan dari orang tuanya yaitu potensi anak yang akan menjadi ciri khasnya. Adanya beberapa kelainan genetik dapat mempengaruhi tumbuh kembang anak. Contohnya seperti kerdil.

3) Kelainan Kromosom

Kelainan kromosm umumnya disertai dengan kegagalan pertumbuhan seperti pada sindrom Down’s dan sindrom Tunner’s. 2. Faktor Eksternal

Faktor Eksternal yang mempengaruhi perkembangan anak dikelompokkan menjadi tiga yaitu faktor prenatal, persalinan dan pascapersalinan.

1) Faktor prenatal a. Zat Kimia/Toksin

Beberapa obat seperti Aminopterin atau Thalidomid dapat menyebabkan kelainan congenital seperti palatoskisis.


(34)

20

b. Radiasi

Paparan radiasi dan sinar rontgen dapat menyebabkan kelainan pada janin seperti mikrosefali, spina bifida, retardasi mental dan deformitas anggota gerak, kelainan kongenintal mata, serta kelainan jantung.

c. Infeksi

Infeksi pada kehamilan trimester I dan II karena TORCH (Toksoplasma, Rubella, Citomegalo virus, Herpes Simpleks) menyebabkan kelainan pada janin seperti buta , katarak , bisu tuli, mikrosefali, retardasi mental dan kelainan jantung congenital. d. Kelainan Imunologi

Eritroblastosis fetalis timbul karena perbedaan golongan darah antara janin dan ibu sehingga ibu membentuk antibodi terhadap sel darah merah janin, kemudian melalui plasenta masuk ke dalam peredaran darah janin yang akan menyebabkan hemolisis yang selanjutnya mengakibatkan hiperbilirubin dan kernikterus yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan otak.

e. Anoksia embrio

Anoksia embrio yang disebabkan oleh gangguan fungsi plasenta menyebabkan pertumbuhan terganggu.

2) Faktor persalinan

Komplikasi persalinan yang terjadi pada bayi seperti trauma kepala dan asfiksia yang menyebabkan kerusakan otak.


(35)

21

3) Faktor pascapersalinan a. Nutrisi

Nutrisi adalah komponen penting dalam proses tumbuh kembang, masa ini anak sangat membutuhkan zat dalam makanan yang baik agar prose tumbuh kembang tidak terhambat.

b. Penyakit kronis atau kelainan kongenital

Tuberculosis, anemia dan kelainan jantung bawaan dapat mengakibatkan retardasi pertumbuhan jasmani.

c. Lingkungan fisik dan kimia

Lingkungan merupakan tempat anak untuk hidup dan melangsungkan proses tumbuh kembang yang berfungsi sebagai penyedia kebutuhan dasar anak. sanitasi lingkungan yang kurang baik, kurangnya sinar matahari, paparan sinar radioaktif dan zat kimia lainnya yang berdampak negative terhadap proses tumbuh kembang anak.

d. Psikologis

Hubungan anak dengan orang sekitarnya. Seorang anak yang tidak dikehendaki oleh orang tuanya atau anak yang merasa selalu ditekan atau tertekan akan mengalami hambatan dalam proses tunbuh kembang anak.

e. Status sosial dan ekonomi

Status sosial ekonomi berpengaruh berkaitan dengan kesenjangan ekonomi yang berdampak pada pemenuhan gizi yang


(36)

22

kurang, kesehatan lingkungan yang buruk, serta pendidikan yang rendah dapat menyebabkan ketidaktahuan mengenai pentingnya kesehatan atau pemenuhan gizi yang dapat menghambat proses tumbuh kembang anak.

f. Stimulasi

Proses tumbuh kembang yang terjadi memerlukan stimulasi atau rangsangan, yang khususnya dilakukan dalam keluarga, seperti penyedian mainan yang mendukung perkembangan anak, sosialiasi anak serta keterlibatan ibu beserta anggota keluarga terhadap kegiatan anak.

2.2.5 Gangguan Perkembangan

Perkembangan motorik yang lambat dapat disebabkan oleh beberapa hal. Salah satu penyebabnya kelainan tonus otot atau penyakit neuromuskuler. Anak yang mengalami serebral palsi dapat mengalami keterbatasan perkembangan motorik sebagai akibat spastisitas, athetosis, ataksia, atau hipotonia. Kelainan sumsum tulang belakang seperti spina bifida juga dapat menyebabkan keterbatasan dan keterlambatan perkembangan motorik sebagai akibat spastisitas, athetosis, ataksia, atau hipotonia. Penyakit neuromuskuler seperti muskuler distrofi merupakan gangguan perkembangan motorik yang selalu didasari adanya penyakit tersebut. Faktor lingkungan juga dapat mempengaruhi keterlambatan, anak yang tidak mempunyai kesempatan belajar seperti sering digendong dapat mengalami keterlambatan dalam mencapai kemampuan motorik (Adriana, 2011).


(37)

23

2.3 Konsep Bermain

2.3.1 Pengertian Bermain

Bermain merupakan aktivitas yang menyenangkan bagi anak-anak. Bermain tidak hanya sekadar mengisi waktu tetapi juga merupakan kebutuhan anak seperti halnya makanan, perawatan, perhatian, kasih sayang dan sebagainya. Kemampuan intelektual (daya pikir) anak dikembangkan melalui kegiatan bermain. Menurut tokoh-tokoh pendidikan anak-anak, seperti : Plato, Aristoteles, Frobel, Hurlock dan Spencer (Putri, 2014) bermain adalah suatu upaya anak untuk mencari kepuasan, mencari kesenangan dengan melepaskan segala keinginannya yang tidak dapat tersalurkan, seperti keinginan untuk menjadi presiden, raja,permaisuri dan lain-lain. Bermain sebagai kegiatan mempunyai nilai praktis. Artinya bermain digunakan sebagai media untuk meningkatkan ketersmpilan dan kemampuan tertentu pada anak.

Permainan adalah stimulasi yang baik bagi anak. Memberikan variasi permainan dan akan sangat baik jika orang tua ikut terlibat dalam permainan, yaitu melalui kegiatan bermain, sehingga daya pikir anak terangsang untuk mendaya gunakan aspek emosional, sosial, serta fisiknya. Bermain juga dapat meningkatkan kemampuan fisik, pengalaman dan pengetahuannya, serta berkembang keseimbangan mental anak.

2.3.2 Fungsi Bermain

Fungsi utama bermain yaitu merangsang perkembangan senosrik-motorik anak, perkembangan dalam sosialisasi, perkembangan kreativitas, perkembangan


(38)

24

moral, perkembangan kesadaran diri, dan bermain digunakan sebagai terapi (Soetjiningsih, 1998).

Menurut Eliasa (2008) fungsi bermain diantaranya sebagai berikut: 1. Bermain dan kemampuan intelektual

a. Merangsang perkembangan kognitif

Dengan permainan sensorimotor, anak akan mengenal permukaan lembut,kasar, halus, atau kaku, sehingga meningkatkan kemampuan abstrak (imajinasi, fantasi) dan mengenal konstruksi, besar-kecil, atas-bawah, penuh-kosong. Melalui permainan dapat menghargai aturan, keteraturan dan logika.

b. Membangun struktur kognitif

Melalui permainan, anak akan memperoleh informasi lebih banyak sehingga pengetahuan dan pemahamannya lebih kaya dan lebih dalam. Bila informasi baru ini ternyata beda dengan yang selama ini diketahuinya, anak mendapat pengetahuan yang baru. Dengan permainan striktur kognitif anak lebih dalam, lebih kaya dan lebih sempurna.

c. Membangun kemampuan kognitif

Kemampuan kognitif mencakup kemampuan mengidentifikasi, mengelompokan, mengurutkan, mengamati, menentukan hubungan sebab akibat, menarik kesimpulan. Permainan akan mengasah kepekaan anak akan keteraturan, urutan dan waktu juga meningkatkan kemampuan logika


(39)

25

d. Belajar memecahkan masalah

Permainan memungkinkan anak berthan lama menghadapi kesulitan sebelum persoalan yang ia hadapi dipecahkan. Proses pemecahan masalah ini mencakup imajinasi aktif anak-anak yang akan mencegah kebosanan (merupakan pencetus kerewelan pada anak ). e. Mengembangkan rentang konsentrasi

Apabila tidak ada konnsentrasi atau rentang perhatian yang lama, seorang anak tidak mungkin dapat bertahan lama bermain. Ada yang dekat antara imajinasi dan kemampuan konsentrasi. Imajinasi membantu meningkatkan konsentrasi. Anak tidak imajinatif memiliki rentang perhatian atau konsentrasi yang pendek dan memiliki kemungkinan besar untuk berprilaku lain dan mengacau.

2. Bermain dan perkembangan bahasa

Bermain merupakan laboraturium bahasa untuk anak. Didalam bermain, anak-anak bercakap-cakap dengan teman yang lain, berargumentasi, menjelaskan dan meyakinkan kosa kata yang dikuasai anak-anak dapat meningkat karena mereka menemukan kata-kata baru. 3. Bermain dan perkembangan sosial

a. Meningkatkan sikap sosial

Ketika bermai, anak-anak harus memperhatikan cara pandang lawan bermainnya, dengan demikian akan mengurangi egosentrisnya. Dalam permainan anak-anak dapat mengetahui bagaimana bersaing dengan jujur, sportif, tahu akan hak dan peduli


(40)

26

akan hak orang lain. Anak juga dapat belajar bagaimana sebuah tim dan semangat tim.

b. Belajar berkomunikasi

Agar dapat melakukan permainan, seorang anak harus mengerti dan dimengerti oleh teman-temannya. Melalui permainan anak-anak dapat belajar bagaimana mengungkapkan pendapatnya juga mendengarkan pendapat orang lain.

c. Belajar berorganisai

Permainan seringkali menghendaki adanya peran yang berbeda, oleh karena itu dalam permainan anak-anak dapat belajar berorganisasi sehubungan dengan penentuan “siapa” yang akan menjadi “apa”. Dengan permainan anak-anak dapat belajar bagaimana membuat peran yang harmonis dan melakukan kompromi.

4. Bermain dan perkembangan emosi

Bermain merupakan pelampian emosi dan juga relaksasi.fungsi bermain untuk perkembangan emosi:

a. Kestabilan emosi

Ada tawa, senyum, dan ekspresi kegembiraan lain dalam bermain. Kegembiraan yang dirasakan bersama mengarah pada kestabilan emosi anak.


(41)

27

b. Rasa kompetensi dan percaya diri

Bermain menyediakan kesempatan pada anak-anak mengatasi situasi. Kemampuan ini akan membentuk rasa kompeten dan berhasil. Perasaan mampu ini pula dapat mengembangkan percaya diri anak-anak. Selain itu anak- anak dapat membandingkan kemampuan pribadinya dengan temannya sehingga dia dapat memandang dirinya lebih wajar (mengembang konsep diri yang realistis).

d. Menyalurkan keinginan

Didalam bermain anak-anak dapt menentukan pilihan ingin menjadi apa dia. Bisa saja ia ingin menjadi ikan, bisa menjadi komandan.

5. Bermain dan perkembangan fisik

a. Mengembangkan kepekaan penginderaan

Dengan bermain, anak-anak dapat mengenal berbagai tekstur: Halus, kasar, lembut, mengenal bau, mengenal rasa dan mengenal warna.

b. Mengembangkan keterampilan motorik

Dengan bermain seorang anak dapat mengembangkan kemampuan motorik seperti berjalan, berlari, melompat, bergoyang, mengangkat, menjinjing, melempar, menangkap, memanjat, berayun dan menyeimbangkan diri. Selain itu, anak dapat belajar merangkai, menyusun, menumpuk, mewarnai dan menggambar.


(42)

28

6. Bermain dan kreatifitas

Dalam bermain anak-anak dapat berimajinasi sehingga dapat meningkatkan daya kreatifitas anak-anak. Adanya kesempatan untuk berfikir antara batas-batas dunia nyata menjadikan anak-anak dapat mengenal proses berfikir yang lebih kreatif yang akan sangat berguna dalam kehidupan sehari-hari.

2.3.3 Faktor yang Mempengaruhi Pola Bermain Anak

Menurut Supartini (2004) ada beberapa faktor yang mempengaruhi anak dalam bermain yaitu:

1. Tahap perkembangan anak. Aktivitas bermain yang baik dilakukan anak yaitu harus sesuai dengan tahap pertumbuhan dan perkembangan anak, karena permainan merupakan salah satu alat stimulasi untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan anak.

2. Status kesehatan anak. Untuk dapat melakukan suatu permainan diperlukan energi, namun bukan berarti anak tidak perlu bermain pada saat anak sedang sakit.

3. Jenis Kelamin anak. Semua jenis alat permainan dapat digunakan oleh anak laki-laki maupun anak perempuan untuk mengambangkan daya pikir, imajinasi, kreativitas dan kemampuan sosial anak. Permainan dapat dijadikan salah satu alat untuk membantu anak mengenal identitas diri (laki-laki atau perempuan).


(43)

29

4. Lingkungan yang mendukung. Berperan dalam pola bermain anak dapat menstimulasi imajinasi anak dan kreativitas anak dalam bermain. 5. Alat dan jenis permainan harus sesuai dengan tahap tumbuh kembang

anak agar apa yang didapat anak dari kegiatan bermain tersebut dapat diaplikasikan ke dalam dirinya.

2.4 Bermain Origami

2.4.1 Pengertian

Origami adalah teknik dalam berkarya seni atau kerajinan tangan yang pada umumnya dibuat dari kertas yang menghasilkan aneka bentuk mainan, hiasan, benda fungsional, alat peraga, dan kreasi lainnya (Sumanto, 2006). Kata origami berasal dari bahasa Jepang, dari kata oru yang berarti melipat dan kami yang berarti kertas. Kedua kata tersebut digabungkan menjadi origami yang berarti melipat kertas.

Bahan yang digunakan dalam origami adalah kertas. Kertas yang digunakan untuk origami antara lain tipis, kuat, tidak mudah robek, dan tidak sulit dilipat. Origami terdiri dari atas dua jenis model yaitu model tradisional dan model orisinal. Model tradisional adalah model yang popular atau umum dan biasanya tidak dikenal siapa yang mendesain pertama kali serta jumlahnya sangat banyak. Untuk model orisinal merupakan karya-karya kontemporer buatan para pelipat kertas dan dicantumkan nama pembuatnya sebagai hak cipta (Putri, 2014).

Adapun tujuan dari kegiatan melipat kertas (origami) yang dikemukakan oleh Sri Setiani (2007) adalah sebagai berikut: a) Melatih konsentrasi dan ingatan


(44)

30

anak ; b) Melatih pengamatan; c) Mengembangkan ekspresi melalui media lukis; d) Mengembangkan fantasi, imajinasi, dan kreasi; e) Melatih otot-otot tangan/jari, koordinasi otot, mata, dan keterampilan tangan; f) Memupuk perasaan estetika; g) Memupuk ketelitian, kesabaran, dan kerapian.

Gambar 2.3 Kertas Origami Sumber : Mulyati, 2014

2.4.2 Jenis Origami

Origami mempunyai tiga tingkatan dilihat dari bentuk lipatannya, yaitu dimulai dari tingkatan dasar, menengah, dan lanjutan (Putri, 2014).

1. Tingkatan Dasar (Basic)

Tingkatan dasar ditujukan untuk para pemula. Tingkatan dasar, bentuk lipatan masih sangat sederhana dan bentuk-bentuk origami hany sebatas bentuk awal untuk membentuk sesuatu. Ada beberapa contoh lipatan dasar, yaitu: lipatan dasar bentuk burung, lipatan dasar bentuk kodok, lipatan dasar bentuk ikan.

2. Tingkatan menengah (intermediate)

Tingkat menengah anak-anak akan dilatih tentang keutamaan dalam melipat. Dimana pada tingkat menengah ketelitian sudah mulai untuk dipergunakan karena bentuk lipatan yang sederhana namun mulai lebih


(45)

31

komplek dan lebih mendetail. Bentuk kupu-kupu merupakan bentuk yang sangat sering dibuat dalam tingkat menengah ini.

3. Tingkat Lanjutan (advanced)

Pada tingkat lanjutan, jenis lipatan menjadi sangat sulit karena bentuk-bentuk yang dibuat tidak lagi mengacu pada bentuk-bentuk-bentuk-bentuk yang biasa seperti kupu-kupu yang berada pada tingkat menengah, akan tetapi dalam bentuk robot, naga ataupun bentuk yang lain sangat beragam dan mempunyai tingkat kesulitan yang sangat tinggi.

Gambar 2.4 Contoh Origami Sumber : Mulyani, 2014

Berdasarkan pembelajaran bagi anak usia dini tingkat kesulitan melipat dikelompokkan berdasarkan usia. Untuk usia 2-3 tahun anak diharapkan dapat melipat kertas sembarangan. Usia 3-4 tahun anak diharapkan dapat melipat kertas dengan berbagai bentuk atau tidak beraturan. Pada tahap ini anak diberi kebebasan untuk melipat dengan sesuka hati mereka. Usia 4-5 tahun anak diharapkan dapat melipat kertas lebih dari satu lipatan. Pada usia ini anak sudah mampu mengikuti petunjuk sederhana. Untuk usia 5-6 tahun anak diharapkan dapat melipat kertas sampai menjadi suatu bentuk (Origami). Penilaian untuk anak usia dini


(46)

32

menekankan pada proses daripada hasil. Hasil evaluasi yang diberikan oleh pendidik anak usia dini seabaiknya tidak hanya dinilai dari karya anak namun lebih kepada bagaimana anak tersebut berusaha untuk menghasilkan karya.

2.4.3 Manfaat

Manfaat origami untuk motorik halus adalah dapat mengasah kemampuan motorik halus melalui keterampilan jari-jemari anak saat melipat kertas ketika kedua tangan bergerak, gerakan jari-jari otot tangan mengirimkan sinyal ke sistem saraf pusat memicu neuron melalui tangan (implus motorik halus) mengaktifkan bagian otak (Shalev, 2005).

Menurut Hirai (2001) bermain origami dapat mengaktifkan otak depan, dimana bermain origami adalah sebuah kegiatan yang menggerakan tangan sambil berfikir untuk menghasilkan sesuatu. Selain menyenangkan, origami memiliki banyak manfaat lain, diantaranya dapat meningkatkan kreativitas dan motorik halus anak. Membuat origami membutuhkan ketelitian dan imajinasi sehingga saraf otak akan bekerja dengan baik yang akan berdampak positif bagi perkembangan otak anak usia prasekolah (Kobayashi, 2008). Menurut Rahmawati (2012) bermain origami dengan waktu terapi 4 kali pertemuan selama 30 menit menggunakan 6 macam bentuk origami mengaktifkan otak kanan dan otak kiri anak.

2.4.4 Mekanisme Permainan Origami Terhadap Perkembangan Motorik

Halus

Gerakan jari-jari otot tangan dan pergelangan tangan yang dilakukan pada saat melipat akan mengaktifkan sel-sel dalam otak. Ketika kedua tangan bergerak,


(47)

33

gerakan pada otot tangan akan mengirimkan sinyal ke sistem saraf pusat yang memicu neuron melalui tangan mengaktifkan bagian otak (Kobayashi,2008). Gerakan tubuh yang terkoordinasi diatur oleh rangsangan yang diterima dari reseptor (indera) kemudian rangsangan diterima oleh neuron sensoris melalui sistem ekstrapiramidal yang menuju nukleus vestibularis yang ada di batang otak atau medula oblongata kemudian menuju area serebelum berfungsi mengawali dan mengatur gerakan khususnya gerakan yang terampil. Gerakan yang terampil dan terkoordinasi dihasilkan oleh korteks motorik setelah dari area serebelum, neuron sensoris sebelum ke korteks motorik menuju ke area perencanaan motorik yaitu basal ganglia (Clikenan dan Ellison, 2009).

2.5 Mewarnai

2.5.1 Pengertian

Pengertian mewarnai secara umum adalah membubuhkan warna atau cat pada suatu gambar. Mewarnai gambar adalah kegiatan yang menyenangkan serta mudah dilakukan. Mewarnai memiliki banyak manfaat selain melatih kelenturan motorik halus juga mengembangkan daya imajinasi anak.

2.5.2 Media yang digunakan

Anak prasekolah senang berpartisipasi dalam aktivitas gerak ringan seperti menggambar, mewarnai, melukis, memotong, dan menempel (Morrison, 2012). Anak prasekolah termasuk anak dengan kelompok yaitu usia 4-6 tahun yang menyukai kegiatan mewarnai menggunakan bahan yang beraneka ragam. Kegiatan mewarnai gambar merupakan kegiatan mewarnai yang dilakukan


(48)

34

menggunakan berbagai macam media seperti krayon, spidol, pensil warna dan pewarna makanan. Tujuan pemberian berbagai macam media yang digunakan dalam mewarnai adalah mengenalkan macam alat yang dapat digunakan untuk mewarnai serta mengenalkan berbagai macam warna.

Gambar 2.5 Contoh Pola Gambar Mewarnai Sumber : Musta’in, 2014

2.5.3 Manfaat

Manfaat kegiatan mewarnai adalah dapat melatih motorik halus pada anak yang melibatkan otot-otot kecil dan kematangan saraf, memberikan sensasi pada jari sehingga dapat merasakan kontrol gerakan jari dan membentuk konsep gerakan membuat huruf.

Dibutuhkan kekuatan dari jari-jari tangan ketika anak melakukan kegiatan mewarnai. Tanpa adanya penekanan maka garis-garis tangan tak akan terbentuk. Secara tak langsung hal ini akan membuat otot-otot jari dan tangan anak anak semakin kuat. Pada saat melakukan kegiatan mewarnai sangat diperlukan konsentasi dan ketelatenan, maka koordinasi antara tangan dan mata sangat dibutuhkan agar mendapatkan hasil yang baik.


(49)

35

2.5.4 Mekanisme Mewarnai Terhadap Perkembangan Motorik Halus

Pemberian stimulus berupa mewarnai akan masuk melalui penginderaan tangan dan mata untuk membedakan warna, diteruskan oleh serabut saraf sensoris menuju saraf pusat yaitu medulla spinalis dan otak, kemudian terjadi persepsi dan diteruskan melalui efektor ke arah saraf somatic menuju korteks cerebri yang mengendalikan kegiatan motorik (Khasanah, 2015). Gerakan pada mewarnai melibatkan otot yakni m.fleksor digitorum profundus, m. fleksor superficial, m, fleksor pollicis longus, m. fleksor pollicis brevis, m. opponens pollicis dan abduksi pollicis brevis pada ibu jari (Fitri,2011).

2.6 Pemeriksaan Motorik Halus

Pemeriksaan Motorik Halus dilakukan untuk mengukur kemampuan motorik halus. Tes yang dapat digunakan untuk mengukur perkembangan motorik halus anak banyak berbagai jenis contohnya menggunakan Bayley Scales of Infant Development (BSID), Bruiniks-Oseretsky Test of Motor Proficiency (BOTMP), Basic Motor Ability Test-Resived (BMAT-R), Denver Development Screening

Test (DDST II). Pemeriksaan motorik halus yang digunakan yaitu Tes

Kemampuan Motorik Halus yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan motorik halus sebelum dan sesudah diberikan intervensi (Depdiknas, 2004).


(50)

36

Tabel 2.6 Lembar Penilaian Tes Kemampuan Motorik Halus Nama :

Umur :

No Kemampuan

Motorik Halus Indikator

Keterangan Sebelum Sesudah 1 Melipat a. Siswa dapat melipat jari tangan satu

persatu

b. Siswa dapat menyentuh ujung ibu jari ke

ujung telunjuk

c. Siswa dapat menyentuh ujung ibu jari ke

ujung jari tengah

d.Siswa dapat menyentuh ujung ibu jari ke

ujung jari manis

e.Siswa dapat menyentuh ujung ibu jari ke

ujung kelingking

f. Siswa dapat menekuk 3 ruas jari tangan

hingga ujungnya menyentuh pangkal jari 2 Menggenggam a. Siswa dapat menggenggamkan jari-jari

tangan

b. Siswa dapat membuka satu persatu jari

tangan yang sedang menggenggam 3 Mengurus diri a. Siswa dapat melakukan aktivitas makan

b. Siswa dapat melakukan aktivitas

memasang kancing baju

c. Siswa dapat melakukan aktivitas mencuci

dan melap tangan

d.Siswa dapat mengikat tali sepatu 4 Kelincahan a. Siswa dapat membuat berbagai bentuk

dengan menggunakan plastisin

b. Siswa dapat meniru membuat garis tegak c. Siswa dapat meniru membuat garis datar d. Siswa dapat meniru membuat garis

miring

e. Siswa dapat membuat garis lengkung f. Siswa dapat meniru membuat lingkaran


(51)

37

g. Siswa dapat meniru melipat kertas

sederhana 7 lipatan

h. Siswa dapat menyusun menara kubus

minimal 12 kubus

Pelaksanaan penelitian menggunakan skala nilai dengan kriteria sebagai berikut ( Samosir, 2015) :

a). Sangat Baik : skor 85-100 b). Baik : skor 70- 84 c). Sedang : skor 55- 69 d). Kurang : skor 30- 54 e). Sangat Kurang : skor < 30

Tiap item soal memiliki nilai 1 sampai dengan 5, adapun penjelasannya sebagai berikut ( Samosir, 2015) :

a) Nilai 1 : Belum dapat melakukan dan hasil tidak sesuai kriteria b) Nilai 2 : Belum dapat melakukan walaupun sudah dibantu c) Nilai 3 : Dapat melakukan tetapi hasil tidak sesuai kriteria d) Nilai 4 : Dapat melakukan tetapi hasilnya kurang sesuai kriteria e) Nilai 5 : Hasil sesuai kriteria


(1)

menekankan pada proses daripada hasil. Hasil evaluasi yang diberikan oleh pendidik anak usia dini seabaiknya tidak hanya dinilai dari karya anak namun lebih kepada bagaimana anak tersebut berusaha untuk menghasilkan karya.

2.4.3 Manfaat

Manfaat origami untuk motorik halus adalah dapat mengasah kemampuan motorik halus melalui keterampilan jari-jemari anak saat melipat kertas ketika kedua tangan bergerak, gerakan jari-jari otot tangan mengirimkan sinyal ke sistem saraf pusat memicu neuron melalui tangan (implus motorik halus) mengaktifkan bagian otak (Shalev, 2005).

Menurut Hirai (2001) bermain origami dapat mengaktifkan otak depan, dimana bermain origami adalah sebuah kegiatan yang menggerakan tangan sambil berfikir untuk menghasilkan sesuatu. Selain menyenangkan, origami memiliki banyak manfaat lain, diantaranya dapat meningkatkan kreativitas dan motorik halus anak. Membuat origami membutuhkan ketelitian dan imajinasi sehingga saraf otak akan bekerja dengan baik yang akan berdampak positif bagi perkembangan otak anak usia prasekolah (Kobayashi, 2008). Menurut Rahmawati (2012) bermain origami dengan waktu terapi 4 kali pertemuan selama 30 menit menggunakan 6 macam bentuk origami mengaktifkan otak kanan dan otak kiri anak.

2.4.4 Mekanisme Permainan Origami Terhadap Perkembangan Motorik Halus

Gerakan jari-jari otot tangan dan pergelangan tangan yang dilakukan pada saat melipat akan mengaktifkan sel-sel dalam otak. Ketika kedua tangan bergerak,


(2)

gerakan pada otot tangan akan mengirimkan sinyal ke sistem saraf pusat yang memicu neuron melalui tangan mengaktifkan bagian otak (Kobayashi,2008). Gerakan tubuh yang terkoordinasi diatur oleh rangsangan yang diterima dari reseptor (indera) kemudian rangsangan diterima oleh neuron sensoris melalui sistem ekstrapiramidal yang menuju nukleus vestibularis yang ada di batang otak atau medula oblongata kemudian menuju area serebelum berfungsi mengawali dan mengatur gerakan khususnya gerakan yang terampil. Gerakan yang terampil dan terkoordinasi dihasilkan oleh korteks motorik setelah dari area serebelum, neuron sensoris sebelum ke korteks motorik menuju ke area perencanaan motorik yaitu basal ganglia (Clikenan dan Ellison, 2009).

2.5 Mewarnai 2.5.1 Pengertian

Pengertian mewarnai secara umum adalah membubuhkan warna atau cat pada suatu gambar. Mewarnai gambar adalah kegiatan yang menyenangkan serta mudah dilakukan. Mewarnai memiliki banyak manfaat selain melatih kelenturan motorik halus juga mengembangkan daya imajinasi anak.

2.5.2 Media yang digunakan

Anak prasekolah senang berpartisipasi dalam aktivitas gerak ringan seperti menggambar, mewarnai, melukis, memotong, dan menempel (Morrison, 2012). Anak prasekolah termasuk anak dengan kelompok yaitu usia 4-6 tahun yang menyukai kegiatan mewarnai menggunakan bahan yang beraneka ragam. Kegiatan mewarnai gambar merupakan kegiatan mewarnai yang dilakukan


(3)

menggunakan berbagai macam media seperti krayon, spidol, pensil warna dan pewarna makanan. Tujuan pemberian berbagai macam media yang digunakan dalam mewarnai adalah mengenalkan macam alat yang dapat digunakan untuk mewarnai serta mengenalkan berbagai macam warna.

Gambar 2.5 Contoh Pola Gambar Mewarnai Sumber : Musta’in, 2014

2.5.3 Manfaat

Manfaat kegiatan mewarnai adalah dapat melatih motorik halus pada anak yang melibatkan otot-otot kecil dan kematangan saraf, memberikan sensasi pada jari sehingga dapat merasakan kontrol gerakan jari dan membentuk konsep gerakan membuat huruf.

Dibutuhkan kekuatan dari jari-jari tangan ketika anak melakukan kegiatan mewarnai. Tanpa adanya penekanan maka garis-garis tangan tak akan terbentuk. Secara tak langsung hal ini akan membuat otot-otot jari dan tangan anak anak semakin kuat. Pada saat melakukan kegiatan mewarnai sangat diperlukan konsentasi dan ketelatenan, maka koordinasi antara tangan dan mata sangat dibutuhkan agar mendapatkan hasil yang baik.


(4)

2.5.4 Mekanisme Mewarnai Terhadap Perkembangan Motorik Halus Pemberian stimulus berupa mewarnai akan masuk melalui penginderaan tangan dan mata untuk membedakan warna, diteruskan oleh serabut saraf sensoris menuju saraf pusat yaitu medulla spinalis dan otak, kemudian terjadi persepsi dan diteruskan melalui efektor ke arah saraf somatic menuju korteks cerebri yang mengendalikan kegiatan motorik (Khasanah, 2015). Gerakan pada mewarnai melibatkan otot yakni m.fleksor digitorum profundus, m. fleksor superficial, m, fleksor pollicis longus, m. fleksor pollicis brevis, m. opponens pollicis dan abduksi pollicis brevis pada ibu jari (Fitri,2011).

2.6 Pemeriksaan Motorik Halus

Pemeriksaan Motorik Halus dilakukan untuk mengukur kemampuan motorik halus. Tes yang dapat digunakan untuk mengukur perkembangan motorik halus anak banyak berbagai jenis contohnya menggunakan Bayley Scales of Infant Development (BSID), Bruiniks-Oseretsky Test of Motor Proficiency (BOTMP), Basic Motor Ability Test-Resived (BMAT-R), Denver Development Screening Test (DDST II). Pemeriksaan motorik halus yang digunakan yaitu Tes Kemampuan Motorik Halus yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan motorik halus sebelum dan sesudah diberikan intervensi (Depdiknas, 2004).


(5)

Tabel 2.6 Lembar Penilaian Tes Kemampuan Motorik Halus Nama :

Umur :

No Kemampuan

Motorik Halus Indikator

Keterangan Sebelum Sesudah 1 Melipat a. Siswa dapat melipat jari tangan satu

persatu

b. Siswa dapat menyentuh ujung ibu jari ke

ujung telunjuk

c. Siswa dapat menyentuh ujung ibu jari ke

ujung jari tengah

d.Siswa dapat menyentuh ujung ibu jari ke

ujung jari manis

e.Siswa dapat menyentuh ujung ibu jari ke

ujung kelingking

f. Siswa dapat menekuk 3 ruas jari tangan

hingga ujungnya menyentuh pangkal jari 2 Menggenggam a. Siswa dapat menggenggamkan jari-jari

tangan

b. Siswa dapat membuka satu persatu jari

tangan yang sedang menggenggam 3 Mengurus diri a. Siswa dapat melakukan aktivitas makan

b. Siswa dapat melakukan aktivitas

memasang kancing baju

c. Siswa dapat melakukan aktivitas mencuci

dan melap tangan

d.Siswa dapat mengikat tali sepatu 4 Kelincahan a. Siswa dapat membuat berbagai bentuk

dengan menggunakan plastisin

b. Siswa dapat meniru membuat garis tegak c. Siswa dapat meniru membuat garis datar d. Siswa dapat meniru membuat garis

miring

e. Siswa dapat membuat garis lengkung f. Siswa dapat meniru membuat lingkaran


(6)

g. Siswa dapat meniru melipat kertas

sederhana 7 lipatan

h. Siswa dapat menyusun menara kubus

minimal 12 kubus

Pelaksanaan penelitian menggunakan skala nilai dengan kriteria sebagai berikut ( Samosir, 2015) :

a). Sangat Baik : skor 85-100 b). Baik : skor 70- 84 c). Sedang : skor 55- 69 d). Kurang : skor 30- 54 e). Sangat Kurang : skor < 30

Tiap item soal memiliki nilai 1 sampai dengan 5, adapun penjelasannya sebagai berikut ( Samosir, 2015) :

a) Nilai 1 : Belum dapat melakukan dan hasil tidak sesuai kriteria b) Nilai 2 : Belum dapat melakukan walaupun sudah dibantu c) Nilai 3 : Dapat melakukan tetapi hasil tidak sesuai kriteria d) Nilai 4 : Dapat melakukan tetapi hasilnya kurang sesuai kriteria e) Nilai 5 : Hasil sesuai kriteria


Dokumen yang terkait

PERBEDAAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK PRASEKOLAH ANTARA YANG MENGIKUTI PAUD DAN Perbedaan Perkembangan Motorik Halus Anak Prasekolah Antara Yang Mengikuti Paud Dan Tidak Mengikuti Paud Di Desa Kalikotes Kecamatan Kalikotes Klaten.

0 6 19

PERBEDAAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK PRASEKOLAH ANTARA YANG MENGIKUTI PAUD DAN Perbedaan Perkembangan Motorik Halus Anak Prasekolah Antara Yang Mengikuti Paud Dan Tidak Mengikuti Paud Di Desa Kalikotes Kecamatan Kalikotes Klaten.

0 2 15

PENGARUH PERMAINAN ORIGAMI TERHADAP PERKEMBANGAN FISIK MOTORIK ANAK USIA DINI PADA KELOMPOK A DI TK PERTIWI BOWAN Pengaruh Permainan Origami Terhadap Perkembangan Fisik Motorik Anak Usia Dini Pada Kelompok A Di Tk Pertiwi Bowan Delanggu Klaten Tahun Pela

0 1 10

PERBEDAAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANTARA ANAK YANG SEKOLAH DI TK FULL DAY DAN TK REGULER DI Perbedaan Perkembangan Motorik Halus Antara Anak Yang Sekolah Di TK Full Day Dan TK Reguler Di Surakarta.

0 2 14

PERBEDAAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANTARA ANAK YANG SEKOLAH DI TK FULL DAY DAN TK REGULER DI Perbedaan Perkembangan Motorik Halus Antara Anak Yang Sekolah Di TK Full Day Dan TK Reguler Di Surakarta.

0 2 13

PENGARUH PERMAINAN ORIGAMI TERHADAP MOTORIK HALUS ANAK USIA DINI DI TK A PERTIWI DHARMARINI SARADAN Pengaruh Permainan Origami Terhadap Motorik Halus Anak Usia Dini Di TK A Pertiwi Dharmarini Saradan Pemalang Tahun Pelajaran 2012/2013.

0 1 14

Pengaruh Motivasi dan Komunikasi Terhadap Kinerja Karyawan Housekeeping di Inna Grand Bali Beach, Sanur.

7 14 56

Mengenal Perkembangan Motorik Anak Usia Dini

0 1 1

i PENGARUH PERMAINAN CERITA BERGAMBAR TERHADAP PERKEMBANGAN BAHASA DAN MOTORIK HALUS ANAK PRASEKOLAH DI TK PERTIWI 55 KASIHAN BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI - Pengaruh Permainan Cerita Bergambar terhadap Perkembangan Bahasa dan Motorik Halus Anak Pras

0 0 17

PERBEDAAN BERMAIN PLASTISIN DAN FINGER PAINTING TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK PRASEKOLAH DI TK ABA TRINI TRIHANGGO GAMPING SLEMAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI - Perbedaan Bermain Plastisin dan Finger Painting terhadap Perkembangan Motorik Halus

0 0 18