ANALISIS BEBERAPA FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENERIMAAN PAJAK DI KABUPATEN SIDOARJO.

(1)

SKRIPSI

Diajukan Oleh :

KURNIA EKA WATIE

0611010031/FE/IE

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR


(2)

Dengan mengucapkan syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmad dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

yang berjudul “ANALISIS BEBERAPA FAKTOR – FAKTOR YANG

MEMPENGARUHI PENERIMAAN PAJAK DI KABUPATEN SIDOARJO”

sebagai salah satu syarat dalam memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Jurusan Ilmu Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran“ Jawa Timur.

Dengan segala keterbatasan,peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu segala masukan dan saran yang bersifat menyempurnakan bagi skripsi ini, peneliti akan menerima dengan baik.

Dari awal penyusunan hingga terselesainya skripsi ini peneliti menerima banyak bantuan dari berbagai pihak , baik dari instansi maupun perorangan. Oleh karena itu peneliti mengucapkan terimakasih yang sebesar – besarnya kepada :

1. Bapak Prof.Dr.Ir.Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur, yang telah memberikan banyak bantuan berupa fasilitas perijinan guna pelaksanaan skripsi ini.

2. Bapak Dr.Dhani Ichsanuddin Nur,MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur.


(3)

membantu dan meluangkan waktunya, dalam memberikan bimbingan, pengarahkan, memotivasi dan saran yang tidak bosan- bosannya membimbing peneliti dalam menyeleseikan skripsi.

5. Bapak Drs.Ec. Marseto,Msi, selaku Dosen Wali yang telah meluangkan waktu dalam membimbing dan mendampingi peneliti selama menempuh pendidikkan di dalam perkuliahan.

6. Orang tuaku tercinta, Ayahnda (Almarhum), Ibunda terimakasih untuk semua yang telah kalian berikan untuk ku, kesabaran dan keikhlas membesarkan,mendidikku hingga peneliti seperti sekarang ini, kakak ku dan adikku dan seluruh keluarga besarkku yang telah memberikan do’a, dan bantuan materil, semangat, motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dan studi ini dengan baik.

7. Bapak – bapak dan ibu – ibu dosen serta staf karyawan khususnya Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur, yang telah dengan ikhlas memberikan banyak Ilmu Pengetahuan selama masa perkuliahan dan pelayanan akademik bagi peneliti.

8. Bapak – bapak dan ibu – ibu staf ,Dinas Pendapatan Propinsi Jawa Timur ,Unit Pelaksanaan Teknis Dinas Kabupaten Sidoarjo dan Biro Pusat Statistik Jawa Timur.

ii 


(4)

iii 

 

memotivasi,membantu,hingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini.

Semoga Allah SWT berkenan dan memberikan balasan,limpahan rahmat serta karunia-Nya, atas segala kebaikan serta bantuan yang telah di berikan.

Akhir kata,besar harapan saya, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca , baik sebagai bahan kajian maupun sebagai salah satu sumber informasi, dan bagi pihak – pihak lain yang membutuhkan.

Wasalamu’alaikum Wr .WB.

Surabaya, Februari 2010


(5)

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

ABSTRAKSI ... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 5

1.3. Tujuan Penelitian ... 6

1.4. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hasil Penelitian Terdahulu ... 8

2.2 Landasan Teori ... 14

2.2.1 Pengertian Pajak ... 14

2.2.2 Jenis – Jenis Pajak... ... 15

2.2.3 Fungsi Pajak ... 18

2.2.4 Prinsip Pajak ... 18

2.2.5 Tarif Pajak ... 19


(6)

2.3.2 Pengertian Pajak Daerah... 25

2.3.3 Dasar Hukum Pemungutan Pajak Daerah... 27

2.3.4 Ruang Lingkup Pajak Daerah ... 28

2.3.5 Macam – Macam Pajak Daerah ... 28

2.3.6 Pajak Kendaraan Bermotor... 29

2.4 Jumlah Kendaraan Bermotor... 34

2.5 Kurs Rp Terhadap US $ ... 36

2.6 Jumlah Wajib Pajak .Kendaraan Bermotor... 39

2.7 Jumlah Penduduk Sidoarjo ... 42

2.8 Kerangka Pikir ... 45

2.9 Hipotesis ... 48

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ………….. 50

3.2 Teknik Penentuan Sampel ...…………. 51

3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 52

3.3.1 Jenis Data ...………... 52

3.3.2 Sumber Data ...………... 52

3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ... 53

3.4.1 Teknik Analisis ... 53


(7)

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1. Diskripsi Obyek Penelitian ... 63

4.1.1 Gambaran Umum Kabupeten Sidoarjo... 63

4.1.2 Letak Geografis... 63

4.1.3 Sistem Pemerintahan ... 64

4.1.4 Keadaan Penduduk ... 65

4.1.5 Sumber Daya Alam ... 66

4.2 Diskripsi Data Penelitian ... 66

4.2.1 Sumber Penerimaan Pajak di Kabupaten Sidoarjo... 66

4.2.2 Klasifikasi Pajak Daerah... 67

4.2.3 Perkembangan Jumlah Kendaraan Bermotor... 68

4.2.4 Perkembangan Kurs Rp Terhadap US $... 69

4.2.5 Perkembangan Jumlah Wajib Pajak Kendaraan Bermotor 70

4.2.6 Perkembangan Jumlah Penduduk Sidoarjo... 71

4.2.7 Perkembangan Penerimaan Pajak di Kabupaten Sidoarjo 72

4.3. Analisis Regresi ... 73

4.3.1 Pengujian Adanya Pelanggaran Asumsi –Asumsi Klasik ... 73

4.4. Hasil Penghitungan Regresi Berganda ... 75


(8)

vii

4.5. Pengujian Hipotesis ... 78

4.5.1 Uji Hipotesis Secara Simultan ... 78 4.5.2 Uji Hipotesisi Secara Parsial ... 80 4.6. Pembahasan ... 86

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan ... 89 5.2. Saran ... 90

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(9)

Lampiran 2. Data Input SPSS.

Lampiran 3. Analisis Regresi Linier Berganda dengan Program SPSS. Lampiran 4. Anova dan Coeffcients.

Lampiran 5. Non Paramectric Correlations ( Uji Heteroskedastisitas). Lampiran 6. Tabel Distribusi Uji t.

Lampiran 7. Tabel Distribusi F pada uji 0,05 Lampiran 8. Tabel Durbin -Watson.


(10)

xi 

 

Kurnia Eka Watie ABSTRAKSI

Pembiayaan pemerintah daerah dalam melaksanakan tugas pemerintah dan pembangunan senantiasa melakukan sumber penerimaan yang dapat diandalkan.Perwujudan otonomi daerah dalam rangka pembangunan daerah dalam wadah Negara kesatuan republik Indonesia, dikembangkan secara luas nyata dan bertanggung jawab dalam pemberdayaan masyarakat.Salah satu Aspek penting dalam hal keuangan, baik dari sisi pengeluaran dan penerimaan daerah.Hal ini karena kemampuan daerah untuk menghimpun pendapatan daerahnya sangat bervariasi,tergantung pada kondisi masing – masing daerah yang memiliki kekayaan sumber daya alam atau tidak, ataupun daerah dengan itensitas kegiatan ekonomi yang tinggi atau rendah.Ini semua berdampak pada besar tidaknya basis pajak di daerah yang bersangkutan .Bagi Pemerintah pada umumnya pajak daerah merupakan sumber utama asli pendapatan daerah.

Penelitian ini menggunakan data berkala (time series) yang di peroleh dari Dinas Pendapatan Propinsi Jawa Timur,Unit Pelaksanaan Teknis Dinas Kabupaten Sidoarjo dan Badan Pusat Statistik Propinsi Jawa Timur.yang diambil dari tahun 1994 -2008, sedangkan teknik analisis dalam penelitian ini menggunakan regresi linier berganda.

Berdasarkan hasil analisis dan pengujian secara simultan (Uji F) F hitung =140,338    ttabel 3,478. berati secara simultan Jumlah Kendaraan Bermotor (X1), Kurs Rp Terhadap US $

(X2), Jumlah Wajib Pajak Kendaraan Bermotor (X3),Jumlah Penduduk (X4), Berpegaruh

Signifikan Terhadap Penerimaan Pajak (Y). Sedangkan Secara parsial Jumlah Kendaraan Bermotor (X1), berpengaruh signifikan sebesar 0,05,dan berhubungan fositif terhadap Varibel

Terikat.dimana thitung 7,391 > ttabel 2,228.Variabel Kurs Rp Terhadap US $ (X2), tidak

berpengaruh signifikan sebesar 0,05 dan berhubungan fositif terhadap Variabel terikat (Y), dimana thitung 1,498 < ttabel 2,228.Variabel Jumlah Wajib Pajak Kendaraan Bermotor (X3),

berpengaruh signifikan sebesar 0,05 dan berhubungan positif tehadap variabel terikat (Y), dimana t hitung 2,369 > ttabel 2,228.Variabel Jumlah Penduduk sidoaarjo (X4), berpengaruh

signifikan sebesar 0,05 dan berhubungan positif terhadap variabel terikat (Y), dimana t hitung

2,922 > ttabel 2,228.

Kata Kunci :Jumlah Kendaraan Bermotor, Kurs Rp Terhadap US $, Jumlah Wajib Pajak,Kendaraan Bermotor, Jumlah Penduduk Sidoarjo dan Penerimaan pajak di Kabupaten Sidoarjo.


(11)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Peraturan perundang – undangan perpajakan terus di sempurnakan seiring dengan perkembangan ekonomi, teknologi informasi, sosial,dan politik dengan perkembangan ekonomi maupun sosial.Perubahan perundang – undangan perpajakan khususnya undang – undang tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan dimaksud untuk lebih memberikan keadilan , meningkatkan pelayanan kepada wajib pajak,Meningkatkan kepastian dan penegakan hukum,serta mengantisipasi kemajuan di bidang teknologi informasi dan perubahan ketentuan material di bidang perpajakan.Perubahan tersebut juga di maksudkan untuk meningkatkan keterbukaan administrasi perpajakan ,dan meningkatkan kepatuhan sukarela wajib pajak.Sistem mekanisme dan tata cara pelaksanaan hak dan kewajiban perpajakan yang sederhana menjadi ciri dan corak dalam perubahan undang – undang.Perubahan tersebut khususnya berkaitan dengan peningkatan keseimbangan hak dan kewajiban bagi masyarakat wajib pajak.sehingga masyarakat wajib pajak dapat melaksanakan hak dan kewajiban perpajakan dengan lebih baik.(Resmi,2008:19).

Pembiayaan Pemerintah daerah dalam melaksanakan tugas pemerintah dan pembangunan senantiasa melakukan sumber penerimaan yang dapat di andalkan. Kebutuhan ini semakin dirasakan oleh daerah terutama sejak diberlakukannya otonomi daerah di Indonesia sejak 1 januari 2001. Dengan adanya otonomi


(12)

daerah di Indonesia ,dipicu untuk dapat berkreasi mencari sumber penerimaan daerah yang mendukung pembiayaan pengeluaran daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan.Dari berbagai alternative sumber penerimaan yang mungkin di pungut oleh daerah yaitu, undang – undang tentang pemerintah daerah pajak dan retribusi daerah menjadi salah satu sumber penerimaan yang berasal dari dalam daerah dan dapat di kembangkan sesuai dengan kondisi masing – masing daerah (Siahaan, 2005:1).

Wajib pajak memahami dengan jelas ketentuan peraturan perundang – undangan perpajakan di satu pihak dan lain pihak.Usaha administrasi pajak yang memungkinkan para wajib pajak mematuhi pemenuhan kewajiban perpajakan.Hal ini berati bahwa ketentuan peraturan perundang – undangan perpajakan harus tertulis dengan jelas dan adanya juga sistem komunikasi yang memungkinkan setiap wajib pajak mendapatkan informasi yang cukup,terutama dalam era sering berubah – ubah ketentuan peraturan perundang – undangan perpajakan atau sering di keluarkanya surat edaran yang bersifat interpretasi ketentuan peraturan perundang – undangan perpajakan.Wajib pajak hendaknya ikut dilibatkan dalam proses pengembangan dan perubahan dan ketentuan peraturan perundang – undangan perpajakan.Dalam hal ini, bagaimanapun juga berbagai ketentuan peraturan perundang – undangan perpajakan tersebut mempunyai kaitan satu sama lain dan bahkan sering kali ketentuan peraturan perundang – undangan dekat sekali hubungan permasalahnya,Sehingga terjadi tumpang tindih satu dengan yang lainya,yang dapat mengakibatkan baik wajib pajak kehilangan pegangannya


(13)

dan apa yang menjadi hak dan kewajiaban serta tanggung jawab masing – masing.(Zain ,2005 : 3-5).

Perwujudan otonomi daerah dalam rangka pembangunan daerah dan pemerataan pertumbuhan dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia dikembangkan secara luas,Nyata dan bertanggung jawab dalam pemberdayaan masyarakat.Salah satu aspek penting dalam hal keuangan,baik dari sisi pengeluaran dan penerimaan daerah, karena kemampuan daerah untuk menghimpun pendapatan sangat bervariasi, tergantung pada kondisi masing – masing daerah yang memiliki kekayaan sumber daya alam atau tidak, ataupun daerah dengan intensitas kegiatan ekonomi yang tinggi atau rendah.ini semua berdampak pada besar tidaknya basis pajak di daerah yang bersangkutan.Bagi pemerintah pada umumnya pajak daerah merupakan sumber utama Pendapatan Asli Daerah (PAD).Berdasarkan undang – undang Tahun 2000 Pajak daerah di bagi menjadi dua yaitu Pajak Propinsi dan Pajak Kabupaten atau Kota.Pembagian ini di berlakukan sesuai dengan kewewenangan pengenaan dan pemungutan masing – masing jenis pajak daerah pada wilayah administrasi propinsi atau kabupaten /kota.

Pemungutan pajak sebagai salah satu pajak daerah yang merupakan pajak yang sangat menguntungakan bagi negara, sebab pemasukan sangat besar.Peningkatan penerimaan pajak daerah dari tahun ke tahun di upayakan untuk dapat meningkat terus.hal tersebut dilakukan oleh aparat kantor pelayanan pajak.Menurut Undang – Undang Dasar 1945 pasal 23 Ayat 2 bahwa pemungutan pajak dilakukan terhadap semua warga Negara tanpa terkecuali.Pelaksanaan


(14)

pemungutan pajak yang baik di perlukan adanya partisipasi aktif dari segala pihak baik aparat pemungutan maupun aparat lainya. Pendapatan Asli Daerah dapat dianggap sumber penerimaan daerah yang paling tepat dari semua sumber penerimaan daerah.Dalam pelaksanaannya bagian terbesar dari penerimaan pajak berasal dari banyaknya jumlah wajib pajak yang pembayar pajak yang dipungut oleh pemerintah.Hal ini dapat dilihat dari hasil penerimaan pajak di Kabupaten Sidoarjo dari tahun 1994 – 2008 yang semakin meningkat dari tahun ketahun.Berdasarkan data dari penerimaan pajak daerah Kabupaten Sidoarjo, Pada tahun 2005 sebesar Rp.68.108.10 kemudian pada tahun 2006 meningkat yaitu sebesar Rp.86.314.30, pada tahun 2007 meningkat yaitu sebesar Rp.93.294,30, dan pada tahun 2008 peningkatan penerimaan pajak kendaraan bermotor sebesar Rp.99,852,20.Diharapkan Pada Tahun 2009 penerimaan pajak kendaran bermotor semakin meningkat lagi.( Anonim,2008: 36).

Keberhasilan suatu pembangunan daerah merupakan tolak ukur dari keberhasilan Pembangunan Nasional.Salah satu dimensi pembangunan daerah dan arah yang dituju adalah terwujudnya status ekonomi daerah yang di namis, nyata bertanggung jawab sedangkan status tersebut diantaranya bisa dilihat dari kemampuan daerah menyediakan dana pembangunan yang berasal dari Pendapatan Asli Daerah (PAD).Seiring dengan pertumbuhan ekonomi,berbagai sumber penerimaan pajak di Indonesia masih bisa digali dan perlu di intensifkan. Hal ini disebabkan, karena dengan berkembangnya pajak itu sendiri, masih ada kelemahan – kelemahan yang berupa kesenjangan yang sering terjadi dimana target dan terealisasi ataupun rencana dan hasil dari penerimaan pajak sering tidak


(15)

sesuai.ketidak sesuaian antara target dan realisasi atau rencana dan hasil tersebut di sebabkan karena masih banyak orang atau badan yang belum membayar pajak, atau orang dan ada yang sudah membayar pajak tetapi belum sesuai dengan keadaan sebenarnya, karena adanya kecurangan – kecurangan dalam memasukan atau menuliskan data yang sebenarnya pada lembar pembayaran pajak. Pelaksanaan pemugutan pajak daerah ,yang baik di perlukan adanya partisipasi aktif dari segala pihak, baik aparat pemungutan maupun aparat lainnya.

Berdasarkan kenyataan tersebut maka, untuk lebih mengintensifikasi penerimaan pajak di Kabupaten Sidoarjo, sebagai penerimaan pajak daerah maka,penulis tertarik untuk meneliti dan menulis tentang “Analisis Beberapa Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Pajak Di Kabupaten Sidoarjo”.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalah yang di bahas dalam penulisan ini adalah :

1. Apakah Jumlah Kendaraan Bermotor, Kurs Rp Terhadap US $, Jumlah Wajib Pajak Kendaraan Bermotor,Jumlah Penduduk Sidoarjo,berpengaruh terhadap Penerimaan Pajak di Kabupaten Sidoarjo?

2. Diantara empat variabel tersebut, variabel manakah yang paling dominan berpengaruh terhadap Penerimaan Pajak di Kabupaten Sidoarjo?


(16)

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian adalah :

1. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh, Jumlah Kendaran Bermotor, Kurs Rp Terhadap US $, Jumlah Wajib Kendaraan Bermotor ,Jumlah Penduduk Sidoarjo, terhadap Penerimaan Pajak di Kabupaten Sidoarjo. 2. Untuk mengetahui variabel manakah yang berpengaruh paling dominan

terhadap Penerimaan Pajak di Kabupaten Sidoarjo.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat yang bisa di ambil dari penelitian ini adalah :

1. Untuk memperoleh suatu gambaran,masukan dan penjelasan tentang kondisi perekonomian Kabupaten Sidoarjo selama ini, khusnya upaya yang dilakukan pemerintah dalam meningkatan penerimaan pajak di Kabupaten Sidoarjo.

2. Penelitian ini di harapkan dapat di gunakan sebagai bahan informasi bagi penelitian – penelitain selanjutnya dan dapat bermanfaat bagi mahasiswa yang melakukan penelitian, khususnya bagi Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur dan sekaligus untuk melengkapi perbendaharaan perpustakaan.

3. Sebagai alat untuk mengetahui seberapa jauh perkembangan serta peningkatan penerimaan pajak di Kabupaten Sidoarjo.

4. Sebagai bahan pertimbangan atau dapat memberikan masukan saran bagi pemerintah daerah dalam menentukan kebijakan perekonomian Indonesia.


(17)

5. Sebagai bahan perbandingan yang di harapkan dapat memberikan gambaran bagi peneliti pada topik yang sama dan kemungkinan dapat di kembangkan dengan variabel lain mengenai Penerimaan Pajak di Kabupaten Sidoarjo.


(18)

2.1. Hasil Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh pihak lain yang dapat dipakai sebagai bahan masukan serta bahan pengkajian yang berkaitan dengan analisis beberapa faktor yang mempengaruhi penerimaan pajak kendaraan bermotor di Kabupaten Sidoarjo, antara lain :

1. Agusta, (2001), dalam penelitian yang berjudul “Beberapa Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Pajak Daerah Pemerintah

Kota Surabaya” dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa dengan

pengujian secara simultan (X1), (X2 ), (X3) sebagai variabel bebas.Secara keseluruhan berpengaruh terhadap peneriman pajak daerah Pemerintah Kota Surabaya dengan nilai Fhitung 396,571 > F tabel 4,76.Sedangkan Uji Parsial dengan Uji t menunjukan bahwa variabel tingkat inflasi (X1), sebesar 2,447, Jumlah Wajib Pajak (X2), sebesar 5,737, dan jumlah tenaga pemungutan (X3), sebesar 3,468 dengan ttabel sebesar 2,447 berpengaruh secara nyata terhadap penerimaan pajak daerah .Dari ketiga variable bebas tersebut yang paling dominan mempengaruhi variabel terikat adalah jumlah wajib pajak sebesar 5,737.

2. Wijaya, (2001), dalam penelitian yang berjudul “ Beberapa Fakor Yang

Mempengaruhi Pendapatan Pajak Daerah Kabupaten Pasuruan“.Dari

hasil analisis dapat di simpulkan sebagai berikut : dari penelitian ini adalah


(19)

1), (X2), (X3).Dapat di lihat dari nilai Fhitung sebesar 105,385 > Ftabel sebasar 5,41 sedangakn Uji parsial Dengan Uji t menujukkan bahwa pendapatan Perkapita (X1) sebesar 9,105,Kredit (X2), sebesar 11,568, Jumlah Tenaga Kerja (X3) sebesar 2,972 berpengaruh secara nyata terhadap pendapatan Pajak Daerah.Dari ketiga variabel bebas tersebut variabel yang paling dominan mempengaruhi variabel terikat adalah variabel Kredit (X2) Yaitu Sebesar 11,568.

3. Yulianto, (2006), dalam penelitiannya yang berjudul”Analisis Pengaruh Investasi , Tingkat Inflasi ,PDRB , Dan Jumlah Wajib Pajak Terhadap

Penerimaan Pajak Daerah Di Kota Surabaya” kesimpulan dari

penelitian ini adalah hasil pengujian secara simultan dengan Uji F menunjukan adanya secara serempak antara variabel bebas Investasi (X1), Inflasi (X2), PDRB (X3), Dan Jumlah Wajib Pajak (X4) Terhadap Penerimaan Pajak Daerah, Dapat dilihat dari nilai Fhitung sebesar 303,806 > Ftabel sebesar 3,48 sedangkan Uji parsial dengan Uji t menunjukan bahwa variabel investasi (X1) sebesar 2,333, Tingkat Inflasi (X2 ) sebesar -1,102, PDRB (X3) sebesar 4,025, dan Jumlah Wajib Pajak (X4) sebesar 2,228 dengan t tabel sebesar 3,254 berpengaruh secara nyata terhadap Penerimaan Pajak Daerah.Dari keempat variabel bebas tersebut yang paling dominan mempengaruhi variabel terikat adalah variabel PDRB (X3 ) yaitu sebesar 4,025.


(20)

4. Nahiyah, (2003), dalam penelitian yang berjudul “Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Pajak Pariwisata Di Kabupaten Fak -fak”

Kesimpulan dari penelitian ini adalah hasil pengujian secar simultan dengan Uji F menunjukan adanya pengaruh secara serempak antara (X1), (X2 ), (X3), (X4 ).Dapat dilihat dari nilai F hitung sebesar 117,383 > F tabel sebesar 3,217.Sedangakan Uji parsial dengan Uji t menunjukan bahwa variabel Tingka Hunian Kamar (X1) sebesar 2,900, Banyaknya Rumah Makan (X2 ) sebesar 2,773, Wisatawan Nusantara (X3) sebesar 9,281, dan Wisatawan Manca Negara (X4 ) sebesar 14,408. Dari keempat variabel tersebut yang paling dominan mempengaruhi variabel terikat adalah variabel Wisatawan Manca Negara yaitu dengan nilai t tabel 2,228 > t hitung 14,408.

5. Notokismono, (2003), dalam penelitan yang berjudul “ Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor di Kotamadya Malang “Dari hasil analisis dapat di simpulkan bahwa variabel penelitian ini terdiri dari satu variabel tidak bebas (Y) yaitu penerimaan pajak kendaraan bermotor di kotamadya Malang, variabel bebas (X1) yaitu jumlah kendaraan bermotor.(X2) yaitu pendapatan perkapita. (X3) Yaitu tingkat suku bunga kredit. dan (X4) yaitu inflasi.Hasil pengujian ini menunjukan bahwa secara simultan uji F di peroleh f hitung = 462,519 > ftabel = 5,19 dengan kata lain variabel bebas berpengaruh secara nyata terhadap penerimaan pajak kendaraan bermotor di kotamadya Malang( Y).Sedangkan secar parsial uji t diperoleh t tabel = 2,571 artinya jumlah kendaraan bermotor (X1) thitung masing – masing = 5,216, pendapatan


(21)

perkapita (X2) t hitung = 3,594 dan tingkat suku bunga kredit (X3) t hitung = - 4,593 masing – masing berpengaruh secara nyata terhadap penerimaan pajak kendaraan bermotor di kotamadya Malang (Y),sedangkan inflasi (X3) t hitung = 0,945 tidak berpengaruh secara nyata terhadap penerimaan pajak kendaraan bermotor di kotamadya Malang .

t tabel = 2,447.

6. Dwi, (2007), dalam penelitiannya yang berjudul “Beberapa Faktor Yang Memepengaruhi Penerimaan Pajak Daerah Pemerintah Kota Surabaya”, Dari Hasil analisis dapat di simpulkan sebagai berikut :bahwa variabel peneliian terdiri dari Penerimaan Pajak Daerah (Y),variabel bebas Iflasi (X1), Jumlah wajib Pajak (X2), Jumlah Tenaga Pelaksanaan Pemungutan (X3), di peroleh Fhitung 36,12 > = F table 4,76, Sedangkan secara varsial menunjukan (X1) tidak berpengaruh terhadap (Y) dengan di peroleh t hitung = 0,56 > = t tabel 2,447, Jumlah wajib Pajak (X2), berpengaruh terhadap (Y) diperoleh t hitung = 1,795 > t tabel = 2,447, dan Jumlah Tenaga Pelaksanaan Pemungutan (X3), berpengeruh secara nyata terhadap (Y), dengan diperoleh t hitung = 8,828 >

7. Winter , (2005), dalam penelitian yang berjudul ”, Analisis Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Pajak Kendaraan Bermotor

Dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor di Kabupaten Sidoarjo”.

Dari hasil Analisis dapat di simpulkan Sebagai berikut : Bahwa variabel penelitian terdiri dari total pendapatan dan bea balik nama pajak kendaraan bermotor (Y), Pertumbuhan ekonomi (X1), jumlah kendaraan bermotor (X2), suku bunga (X3), Perkapita (X4).Hasil pengujian menunjukan bahwa


(22)

secara simultan variabel pertumbuhan ekonomi, jumlah kendaraan bermotor, tingkat suku bunga dan pendapatan pajak kendaraan bermotor dan bea balik nama kendaraan bermotor di sidoarjo.Secara parsial hanya variabel tingkat suku bunga yang tidak berpengaruh terhadap pendapatan pajak kendaraan bermotor dan bea balik nama kendaraan bermotor di Sidoarjo,di karenakan tingkat suku bunga kredit mengalami fluktuasi pada setiap tahunnya yang mengakibatkan ketidakstabilan.jadi tanpa tingkat suku bunga , pendapatan pajak kendaraan bermotor dan bea balik nama kendaraan bermotor dapat terjadi karena pengaruh variabel pertumbuhan ekonomi, jumlah kendaraan bermotor, dan pendapatan perkapita.

Dalam penelitian ini juga menggunakan literatur – literatur seperti : jurnal penelitian yang berisi tentang fakta yang berkaitan dengan penelitian , sebagai berikut :

8. Anonim, (2003), Dalam jurnal litbang Jawa Timur, yang berjudul “PelayananPKBdan BBNKBPada Kantor BersamaSamsatdi JawaTimur Dalam Rangka Peningkatan PAD”.Dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui usaha – usaha yang dilakukan oleh Dispenda Propinsi Jawa Timur dalam menyelenggarakan pelayanan publik berkaitan dengan pembayaran PKB dan BBNKB kepada wajib pajak dan sejauh mana kualitas pelayanan publik yang di berikan dalam memenuhi harapan para wajib pajak PKB dan BBKNB.Penerimaan pajak sektor PKB dan BBNKB relative tinggi dimana sektor ini menduduki peringkat tertinggi dalam penerimaan PAD di Jawa Timur.Pelayanan merupakan proses pemenuhan kebutuhan


(23)

melalui aktivitas orang lain secara langsung. Pelayanan publik dapat diartikan sebagai pemberian pelayanan (melayani) keperluan orang atau masyarakat yang mempunyai kepentingan pada organisasi sesuai dengan aturan pokok dan tata cara yang telah di tetapkan.Pelayanan publik yang di berikan dalam memenuhi harapan para wajib pajak PKB dan BBNKB.Oleh karena itu Dispenda melalui kantor Samsat mengutamakan pengoptimalan baik dari sisi layanan atau berbagai upaya maupun meningkatkan jumlah pendapatan dari sektor ini,juga fasilitas pendukung yang di sediakan berkenan dengan pengurusan PKB dan BBNKB.Dukungan yang dimaksud adalah kemampuan para pegawai (Samsat),yang mampu mengoptimalkan secara maksimal dalam pengurusan dokumen PKB dan BBNKB dalam arti kemampuan mereka untuk menyelesaikan dukumen PKB dan BBNKB sesuai dengan waktu yang di tetapkan. Selain itu dengan terjalinya koordinasi Samsat dengan instansi lain seperti Jasa Raharja dan Dispenda diharapkan dalam pelayanan para wajib pajak dapat berkerja dengan optimal karena berdampak pada pemerintah daerah.

Penelitian yang dilakukan oleh peneliti pada kesempatan kali ini berbeda dengan penelitian–penelitian sebelumnya. Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu dengan penelitian yang dilakukan sekarang terletak pada kurun waktu, tempat penelitian dan variabel yang digunakan untuk penelitian. Berdasarakan penelitian terdahulu seperti yang telah disebutkan diatas,yang juga merupakan dasar acuan untuk penelitian kali ini dengan judul“, Analisis Beberapa Faktor- Faktor Yang


(24)

Mempengaruhi Penerimaan Pajak Di Kabupaten Sidoarjo” dengan variabel terikat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penerimaan Pajak (Y) ,sedangkan variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Jumlah Kendaraan Bermotor (X1),Kurs Rp Terhadap US $ (X2), Jumlah Wajib Pajak Kendaraan Bermotor (X3), dan Jumlah Penduduk Sidoarjo (X4).

2.2.1. Pen

jak yang di kemu

gsung dapat di tunjukan dan di gunakan untuk

atau alat untuk mengatur kehidupan ekonomi masyarakat.( Markus,2005 : 1).

2.2. Landasan Teori gertian Pajak

Ada bermacam macam – macam atau definisi tentang pa kan oleh beberapa ahli,dalam bidang perpajakan antara lain:

Menurut soemitro dalam Zain (2005: 11) dalam bukunya Manajemen perpajakan mengatakan pajak ialah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang – undang (yang dapat di paksakkan) dengan tidak mendapatkan jasa timbal balik, dan lan

pembayar pengeluaran umum.

Pajak adalah sebagian harta kekayaan rakyat (swasta) yang berdasarkan undang – undang ,wajib diberikan oleh rakyat kepada Negara tanpa mendapat kontra prestasi secara individual dan langsung dari Negara,serta bukan merupakan penalti , yang berfungsi sebagai dana untuk penyelenggara negara, dan membangun serta sebagai instumen


(25)

Menurut Suparmoko ( 2000 : 94), Pajak adalah pembayaran iuran oleh rakyat kepada pemerintah yang dapat di paksakan dengan tanpa balas jasa

n lain sebagainya.

ya dapat dipaksakan.

leh pemerintah.

eluaran – pengeluaran pemerintah , yang

5. Pajak dapat pula mempunyai tujuan selain budgeter, yaitu yo dan wirawan, 2002 :14)

2.2.2.

asar an atas sifat – sifat tertentu yang terdapat

da pajak.

a. Menu

1.

yang secara langsung dapat di tunjuk, misalnya : Pajak kendaraan bermotor , Pajak penjualan,da

Dari definisi tersebut dapat di tarik kesimpulan tentang ciri-ciri pajak sebagai berikut :

1. Pajak di pungut berdasarkan Undang – Undang serta aturan pelaksanaanya yang bersifatn

2. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditujukkan adanya kontraprestasi individual o

3. Pajak di pungut oleh Negara baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.

4. Pajak di peruntukan bagi peng

bila dari pemasukannya masih terdapat surplus ,di pergunakan untuk membiayai public investment.

mengatur.(Walu

Jenis Jenis Pajak

Pengelompokan pajak di d k lam masing – masing

rut Golongannya : Pajak langsung


(26)

Yaitu pajak yang harus dipikul atau ditanggung sendiri oleh wajib pajak dan tidak dapat dilimpakahkan atau di dibebankan kepada orang di beban pajak yang bersangkutan.Contoh : Paj

2.

ahan nilai terhadap barang atau jasa.Penanggung jawa

ka ketiga unsur tersebut rdapat pada lebih dari satu orang maka pajaknya di

smi,2008:7-8). b. Menurut

1.

rhatikan keadaan pribadi an pajak yang memperhatikan keadaan suby

2.

lain. Pajak harus menja ak Penghasilan. Pajak Tidak Langsung

Yaitu pajak yang pada akhirnya dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain.Pajak tidak langsung terjadi jika terdapat suatu kegiatan ,peristiwa, atau perbuatan yang menyebabkan terutangnya pajak.Contoh : Pajak pertambahan nilai (PPN).PPN terjadi karena terdapat pertamb

bnya adalah orang yang dalam faktanya memikul terlebih dahulu beban pajaknya.

Jika ketiga unsur tersebut ditemukan pada seseorang maka pajaknya disebut pajak langsung, sedangkan ji

terpisah atau te

sebut pajak tidak langsung.(Re Sifatnya :

Pajak subyektif (Perorangan )

Yaitu pajak yang pengenaannya mempe wajib pajak atau pengena

eknya.Contoh :Pajak penghasilan (PPh). Pajak obyektif (kebendaan)


(27)

Yaitu pajak yang pengenaannya memperhatikan objeknya baik berupa benda , keadaan, perbuatan atau peristiwa yang mengakibatkan timbulnya kewajiban membayar pajak,tanpa memperhatikan keadaan pribadi subjek pajak (wajib pajak) maupun tempat tinggal. Contoh : an Pajak Penjualan atas Barang umi dan bangunan (PBB). (Resmi,2008 :8).

c. M 1. P

ah tangga Negara pada umumnya.Contoh :Pajak jak pertambahan nilai,pajak penjualan atas barang mewa

2. P

t oleh pemerintah daerah baik daerah

wilayahnya. Pajak pertambahan nilai (PPN) d Mewah (PPnBM), serta pajak b

enurut Lembaga Pemungutannya : ajak Negara atau Pajak Pusat

Yaitu pajak di pungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rum

penghasilan,Pa

h,pajak bumi dan bangunan dan bea perolehan Hak atas Tanah dan bangunan.

ajak Daerah

Yaitu pajak yang di pungu

tingkat I (Pajak Propinsi) maupun daerah tingkat II (pajak kabupaten atau kota) dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah. Pajak Kabupaten kota meliputi :

a. Pajak daerah Tingkat I (Propinsi).Contoh : Pajak kendaraan bermotor dan bea balik nama kendaraan bermotor,Bea balik nama tanah,Pajak Izin Penangkapan Ikan di


(28)

b. Pajak daerah tingkat II (Kabupaten).Contoh : Pajak hotel, dan pajak pajak reklame dan pajak penerangan

2.2.3. Fun

Ada

b.

untuk mengurangi onsumsi minuman keras, pajak yang tinggi di kenakan terhadap

arang mewah untuk mengurangi gaya hidup konsumtif,

terkenal adalah yang di kemukakan oleh Adam Smith, yang biasa di sebut dengan “Smith’s Cannons”, Yaitu :

restoran,pajak hiburan, jalan.(Resmi,2008:8 - 9).

gsi Pajak

dua fungsi pajak yaitu : a. Fungsi penerimaan (budgeter)

Pajak berfungsi sebagai sumber dana yang diperuntungkan bagi pembiayaan pengeluaran – pengeluaran pemerintah. Contoh : di masukanya pajak dalam APBN sebagai penerimaan dalam negeri. Fungsi Pengaturan (Reguler)

Pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi.Contoh : Pajak yang tinggi di kenakan terhadap minuman keras

k

barang – b

tarif pajak untuk ekspor sebesar 0% untuk mendorong ekspor produk Indonesia di pasar dunia. (Mardiasmo, 2000:2).

2.2.4. Prinsip Pajak


(29)

a. Prinsip kesamaan atau keadilan ( equity)

akan (convenience)

dari pada jumlah enerimaan pajaknya.

patan ( Adequate) Pa

Artinya bahwa beban pajak harus sesuai dengan kemampuan relative dari setiap wajib pajak.

b. Prinsip Kepastian ( certainty)

Pajak hendak tegas, jelas dan pasti bagi setiap pajak sehingga mudah di mengerti oleh mereka dan juga akan memudahkan administrasi pemerintah sendiri.

c. Prinsip kecocokan atau kelay

Pajak jangan sampai terlalu menekan seseorang wajib pajak, sehingga wajib pajak dengan suka dan senang hati melakukan pembayaran pajak kepada pemerintah.

d. Prinsip Ekonomi (economy)

Pajak hendaknya menimbulkan kerugian yang minimal dalam arti jangan sampai biaya pemungutan lebih besar

p

e.Prinsif Kete

jak hendaknya di pungut tepat waktunya dan jangan sampai memepersulit posisi anggaran belanja pemerintah.


(30)

Tarif pajak merupakan salah satu alat untuk mencapai suatu kondisi ke

dib a.

engenaan pajak. )

n pajak maka semakin besar dengan kenaikan secara proporsional ata

c. Ta

Tarif Progresif adalah tarif berupa persentase tertentu yang semakin gkatnya dasar pengenaan pajak.Tarif

1

akin meningkat dengan genaan pajak, dan kenaikan persentase

2.

adilan atau tekanan yang sama bagi para wajib pajak. Jenis – jenis pajak edakan menjadi,antar lain :

Tarif Tetap

Tarif tetap adalah tarif berupa jumlah atau angka yang tetap , berapapun besarnya dasar p

b. Tarif Proporsional (sebanding

Tarif Proposional adalah tarif berupa persentase tertentu yang semakin meningkat dengan semakin meningkatnya dasar pengenaan pajaknya.semakin besar dasar pengenaa

pula jumlah pajak yang terutang u sebanding.

rif Progresif (Meningkat)

meningkat dengan menin

Progresif dibedakan menjadi tiga yaitu: . Tarif Progresif – Proporsional

Tarif berupa persentase tertentu yang sem meningkatnya dasar pen

tersebut.


(31)

Tarif berupa berupa persentase tertentu yang semakin meningkat

3. Tarif Progresif – Degresif

rtentu yang semakin meningkat dengan

entase tertentu yang semakin menurun dengan

2.2.6. Tata

paj 1. S

P u :

dengan meningkatnya dasar pengenaan pajak, dan kenaikan persentase tersebut juga semakin meningkat.

Tarif berupa persentase te

meningkatnya dasar pengenaan pajak, tetapi kenaikan persentase tersebut semakin menurun.

4. Tarif Degsdresif (menurun) Tarif berupa pers

semakin meningkatnya dasar pengenaan pajak.(Resmi,2008:14-17).

Cara Pemungutan Pajak

Tata cara pemungutan pajak terdiri dari Stesel pajak, asas pemungutan ak dan sistem pemungutan pajak.

telsel Pajak

emungutan pajak dapat dilakukan tiga stelsel, yait a. Stelsel nyata (Riil)

Pengenaan pajak didasarkan pada obyek penghasilan yang nyata sehingga pemungutannya baru dapat di lakukan pada akhir tahun pajak yakni setelah pajak sesungguhnya di ketahui.Stesel nyata mempunyai kelebihan dan kekurangan. Kebaikan stesel ini adalah penghitungan pajak didasarkan penghasilan yang sesungguhnya sehingga lebih akurat


(32)

dan ealistis. Kelemahannya adalah pajak baru dapat di kenakan pada akhir periode setelah penghasilan riil di ketahui.

b. Stesel Anggapan ( Fictivestelsel)

i dasarkan pada suatu anggapan yang di atur oleh

inasi antara stesel nyata dan rnya pajak di hitung berdasarkan

ak menurut anggapan, maka wajib enambah.sebaliknya jika lebih kecil kelebihanya dapat

2. Asa

ungutan pajak yaitu : a.

Pengenaan pajak d

Undang – Undang. Misalnya, penghasilan suatu tahun di anggap sama dengan tahun sebelumnya, sehingga pada awal tahun pajak sudah dapat di tetapkan besarnya pajak yang terutang untuk tahun pajak berjalan. Kebaikan stesel ini adalah pajak dapat dibayar selama tahun berjalan, tanpa harus menunggu pada akhir tahun sedangkan kelemahanya adalah pajak yang tidak di bayar tidak berdasarkan pada keadaan yang sesungguhnya.

c. Stesel Campuran

Pengenaan pajak didasarkan pada komb stesel anggapan.Pada awal tahun, besa

suatu anggapan, kemudian pada akhir tahun besarnya pajak di sesuaikan dengan keadaan yang sebenarnya.Bila besarnya pajak menurut kenyataan lebih besar dari pada paj

pajak harus m

diminta kembali.(Mardiasmo,1996:7 -8). s Pemungutan Pajak

Terdapat tiga asas pem


(33)

Negara berhak mengenakan pajak atas seluruh penghasilan wajib pajak yang bertempat tinggal di wilayahnya, baik penghasilan yang berasal dari dalam maupun dari luar negeri.

b. Asas sumber

Negara berhak mengenakan pajak pengahasilan yang bersumber rhatikan tempat tinggal wajib pajak.

c.

nesia dikenakan pada setiap orang yang bukan yang bertempat tinggal di Indonesia.Asas ini

3. Sistem

:

m

Y a s

yang berlaku.

tem:

 Utang pajak timbul setelah di keluarkan serta ketetapan pajak. diwilayahnya tanpa mempe

Asas Kebangsaan

Pengenaan pemungutan pajak dihubungkan dengan kebangsaan suatu Negara.Misalnya pajak bangsa asing di Indonesia yang bertempat tinggal diIndo

berkebangsaan Indonesia

berlaku untuk wajib pajak luar negeri.(Mardiasmo,1996:8). Pemungutan Pajak

Dalam Pemungutan Pajak di kenakan beberapa sistem pemungutan yaitu

a. Offcial Assesment Syste

aitu suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada paratur perpajakan untuk menentukan besarnya pajak yang terutang etiap tahunnya sesuai dengan ketentuan undang – undang perpajakan

Ciri – ciri OficialSys

 Wewenang – untuk menentukan besarnya terutang.


(34)

b. S

k yang memberi wewenang, wajib ajak untuk menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang setiap

esuai dengan ketentuan undang – undang perpajakan yang

c. Withho

2.3. P 2.3.1 P

g

kepentingan masyarakat setempat menurut prakar

elf Assesment System

Yaitu suatu sistem pemungutan paja p

tahunnya s berlaku.

lding System

Yaitu suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak sesuai dengan ketentuan undang – undang perpajakan yang berlaku.(Resmi,2008:10-11).

ajak Daerah engertian Daerah

Pemungutan pajak daerah yang saat ini didasarkan pada Undang – Undang Nomor 34 Tahun 2000 sebagai perubahan Undang – Undan Nomor 18 tahun 1997 mengatur beberapa istilah umum yang di gunakan seperti daerah otonomi,selanjutnya disebut daerah adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas daerah tertentu berwewenang mengatur dan mengurus

sa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia, dimana daerah terbagi tatas pemerintah daerah, yang di maksud daerah otonomi selanjutnya disebut daerah ialah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas daerah terbagi atas:


(35)

a. Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia di bagi dalam daerah Propinsi, Daerah Kabupaten dan Daerah Kota yang bersifat Otonomi. b. Daerah Propinsi berkedudukan juga sebagai wilayah Administrasi.

(Siahaan,2005: 42-43).

Secara umum pajak adalah pungutan dari masyarakat oleh negara (Pemerintah) berdasarkan undang – undang yang bersifat dapat di paksakan dan terutang oleh wajib pajak membayarnya dengan tidak mendapat prestasi kembali (kontra prestasi atau balas jasa) secara langsung yang hasilnya digunakan untuk membiayai pengeluaran Negara dan penyelenggaraan negara dan pembangunan.Hal ini, bahwa pajak adalah

kenakan berdasarkan undang – undang yang tidak dapat

2.3.2

badan tanpa imbalan langsung

digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pembayaran wajib yang di

dihindari bagi yang berkewajiban dan bagi mereka yang tidak mau membayar pajak dapat dilakukan paksa.Dengan demikian akan terjamin bahwa kas negara selalu berisi uang pajak ,selain itu , pengenaan pajak berdasarkan undang – undang akan menjamin adanya keadilan dan kepastian hukum pembayaran pajak sehingga pemerintah tidak dapat sewenang – wenang menetapkan besarnya pajak. (Siahaan,2005:7).

Pengertian Pajak Daerah

Pajak daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh pemerintah daerah kepada orang pribadi atau

yang seimbang, yang dapat di paksakan berdasarkan peraturan perundang – undangan yang berlaku, yang


(36)

pemerintah daerah dan pembangunan daerah.Dengan demikian,pajak ntah daerah dengan

ksanakan penyelenggaraan pemerintah dan

tarik kesimpulan bahwa pengertian

usat maupun

kas negara yaitu kas

3 aran pajak tidak dapat di tunjukan adanya kontra

atan yang an.

5. Pajak dapat di paksakan, artinya wajib pajak yang tidak memenuhi

ke (Siahaan,2005:8).

Sesuai golongkan

a. Pajak

b. Pajak Kabupaten / Kota.

daerah merupakan pajak yang di tetapkan oleh pemeri

peraturan (perda) yang wewenang pemungutannya dilaksanakan oleh pemerintah daerah dan hasilnya di gunakan untuk membiayai pengeluaran pemerintah daerah dalam mela

pembangunan didaerah.(Siahaan, 2005:10). Dari pengertian tersebut dapat di tentang pajak daerah ialah :

1. Suatu pemungutan oleh negara, baik oleh pemerintah p Pemerintah daerah, berdasarkan undang- undang. 2. Pembayaran pajak harus masuk kepada

pemerintah pusat atau kas daerah, guna untuk membiayai pengeluaran umum pemerintah daerah.

. Dalam Pembay prestasi pemerintah.

4. Pajak dipungut karena suatu keadaan, kejadian dan perbu menurut peraturan perundang –undangan perpajak

wajiban membayar pajak.

dengan pembagian administrasif daerah.maka pajak daerah dapat di menjadi 2 (dua) macam :


(37)

Sumb

a. Pendapatan asli daerah sendiri, yang terdiri dari :

ng di pisahkan antara lain bagian laba ,dividen,dan

b.

daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.

yang mengakibatkan daerah

2.3.3.

er– Sumber pendapatan daerah di bagi menjadi 2 (dua) :

1. Hasil pajak daerah 2. Hasil retribusi daerah

3. Hasil perusahaan daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah lainnya,ya

penjualan saham milik daerah.

4. Pendapatan asli daerah yang sah, antara lain penjualan asset tetap daerah dan jasa giro.

Pendapatan yang berasal dari dana perimbangan yaitu dana yang bersumber dari penerimaan APBN yang di alokasikan kepada daerah untuk membiayai kebutuhan

c. Pinjaman daerah, yaitu semua transaksi

menerima sejumlah uang dari pihak lain, sehingga daerah tersebut di bebani kewajiban untuk membayar kembali.Penerimaan yang sah antara lain hibah atau penerimaan dari daerah propinsi atau daerah kabupaten atau kota lainya, dana darurat, dan penerimaan lainya.(Siahaan, 2005:12 -14).

Dasar Hukum Pemungutan Pajak Daerah

Setiap jenis pajak dan retribusi daerah yang di berlakukan di Indonesia harus berdasarkan dasar hukum yang kuat untuk menjamin kelancaran


(38)

pengenaan dan pemungutannya.Pemerintah daerah tidak secara langsung memberikan balas jasa kepada wewenang daerah untuk pemungutan, hal di muat dalam Undang – Undang Nomor 22 Tahun 1999 tetang pemerintah aerah yang merupakan Undang – Undang pemerintah daerah yang paling ndang – Undang tentang hal yang sama sebelum

2.3.4.

a yang di tetapkan.Lapangan pajak daerah hanya terbatas, pangan pajak yang belum di gunakan oleh Negara (pusat).Misalnya, di pungut oleh daerah karena sudah di pungu

lebih rendah tingkatnya, tidak boleh memasuki

l lebih rendah tingkatnya.(Siahaan,

2005 d

akhir menggantikan beberapa U

nya yang kini di cabut.Sedangkan keuntungan pokok tentang pajak dan retribusi daerah ditetapkan dengan Undang – Undang yang kini berlaku dan menjadi dasar hukum pemungutan pajak daerah adalah Undang – Undang republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2000 tentang pajak daerah dan retribusi daerah.(Siahaan, 2005:41 -43).

Ruang lingkup Pajak Daerah

Berdasarkan Undang – undang Nomor 34 tahun 2000 memberikan peluang kepada daerah kabupaten atau kota, untuk memungut jenis pajak daerah lain yang di pandang memenuhi syarat, selain ketujuh jenis pajak kabupaten kot

la

pajak atas pendapatan tidak boleh

t oleh Negara.Sebaliknya Negara juga tidak boleh memungut pajak yang telah di pungut oleh daerah.Selain itu, terdapat ketentuan bahwa pajak dari daerah yang

apangan pajak dari daerah yang :43-45).


(39)

2.3.5.Mac

sebelas jenis pajak daerah,yaitu empat jenis pajak propinsi dan tujuh jenis p

a. M s Pajak Propinsi :

n bermotor dan kendaraan di atas air.

kendaran bermotor dan kendaraan diatas air . kar kendaraan bermotor.

n pemanfaatan air bawah tanah dan air

b. M

1. Pajak hotel

3

2.3

kepemilikan dan atau penguasaan kendaraan bermotor. Dimanan pajak

am – macam Pajak Daerah

Berdasarkan Undang – Undang Nomor 34 Tahun 2000,di tetapakan

ajak kabupaten / kota. acam atau Jeni 1. Pajak kendaraa 2. Bea balik nama 3. Pajak Bahan ba

4. Pajak pengambilan da permukaan.

acam atau Jenis pajak kabupaten/ kota :

2. Pajak restoran . Pajak hiburan 4. Pajak reklame

5. Pajak penerangan jalan

6. Pajak pengambilan bahan galian golongan C 7. Pajak parkir (Siahaan:2005:43 – 44).

.6. Pajak Kendaraan Bermotor


(40)

kendaraan bermotor adalah semua kendaraan beroda dua berserta gandengannya yang di gunakan di semua jenis jalan darat dan di gerakan oleh peralat

emerintah Nomor 65 Tahun 2001 tentang pajak daerah, Selain itu penerap

u badan yang m

dan atau penguasaan kendaraan an teknik berupa motor atau peralatan lainnya yang berfungsi untuk mengubah suatu sumber daya energi tertentu menjadi tenaga gerak. kendaraan bermotor yang bersangkutan, termasuk alat–alat besar yang bergerak, pengertian alat – alat berat dan alat –alat besar yang bergerak adalah alat yang dapat bergerak atau berpindah tempat dan tidak melekat secara permanen.( Siahaan,2005:137).

Pemungutan pajak kendaraan bermotor di dasarkan pada undang – undang Nomor 18 Tahun 1997 pajak daerah dan retribusi daerah sebagai mana telah diubah dengan Undang - Undang Nomor 34 Tahun 2000 dan peraturan p

an pajak kendaraan bermotor pada suatu daerah propinsi didasarkan pada peraturan daerah propinsi yang bersangkutan, yang merupakan landasan hukum operasional dalam teknis pelaksanaan pengenaan dan pemungutan pajak kendaraan bermotor di daerah propinsi yang bersangkutan serta keputusan gubernur yang mengatur tentang pajak daerah dan pajak kendaraan bermotor.

Subyek pajak kendaraan bermotor adalah orang pribadi ata

emilki dan atau yang menguasai kendaraan bermotor. Sedangkan obyek pajak adalah kepemilikan

bermotor.pengertian kepemilikan dan atau pengusaan kendaraan bermotor meliputi kepemilikan dan atau pengusaan kendaraan bermotor yang terdaftar


(41)

didaerah propinsi yang bersangkutan, kepemilikan dan atau pengusaan kendaraan bermotor di daerah propinsi selama jangka waktu tertentu

pemerintah

ebagai objek

dan perwakilan lembaga – lembaga

rmotor oleh subjek pajak

r yang di gunakan untuk keperluan pengolahan lahan pertanian

g memiliki atau yang menguasi kendaraan bermotor yang atan.

tuk di jual, dan tidak di pergunakan dalam lalu lintas beb

untuk jangka waktu dalam enam puluh hari.

Di kecualikan pada pajak kendaraan bermotor yaitu pajak kendaraan – kendaraan bermotor yang merupakan :

a. Kepemilikan atau penguasaan kendaraan bermotor oleh

pusat dan pemerintah daerah. Kepemilikan dan penguasaan kendaraan bermotor milik BUMN dan BUMD tidak di kecualikan s

pajak.

b. Kepemilikan atau penguasaan kendaraan bermotor oleh kedutaan, konsultan, perwakilan Negara asing,

internasional berpedoman pada keputusan menteri keuangan. c. Kepemilikan atau pengusaan kendaraaan be

lainnya yang di atur dengan peraturan daerah.Antara lain :

1. Orang pribadi atau yang meliki atau yang menguasai kendaraan bermoto

rakyat. 2. BUMN yan

di gunakan untuk keperluan keselam

3. Pabrik atau milik importir yang semata – mata di gunakan untuk pemeran, un

as.


(42)

5. Kendaraan pemadaman kebakaran.

6. Kendaraan bermotor yang di segel atau di sita oleh Negara.(Siahaan,

a. Nilai

b

i sumber data, antara lain agen tunggal pemegang merek

harga pasaran umum atas suatu kendaraan tentukan berdasarkan faktor – faktor

gan yang berbentuk bulat pada mesin kan besarnya kekuatan mesin

ndaran bermotor c. Jenis kendaraan bermotor

2005:141).

Dasar pengenaan pajak pajak kendaraan bermotor sebagian perkalian dari dua unsur pokok yaitu:

jual kendaraan bermotor (NJKB) yang di peroleh berdasarkan harga pasaran umum atas suatu kendaraan bermotor.

. Bobot yang mencerminkan secara relative kadar kerusakan jalan dan pencemaran lingkungan akibat penggunaan kendaraan bermotor. (Siahaan, 2005:142 -143).

NJKB di peroleh berdasarkan harga pasaran umum atas suatu kendaraan bermotor. Harga pasar umum adalah harga rata - rata yang di peroleh dar

(ATPM) dan asosiasi penjualan kendaraan bermotor. NJKB di tetapakan berdasarkan harga pasaran umum minggu pertama bulan desember tahun pajak sebelumnya. Jika

bermotor belum di ketahui, NJKB di berikut ini:

a. Isi silinder yaitu isi ruan

kendaraan bermotor yang ikut menentu dan atau satuan daya.


(43)

d. Merek kendaraan bermotor

e. Tahun pembuatan kendaraan bermotor f.

tor tertentu.( Siahaan,

r di atas di sesuaikan dengan

secara relative kadar kerusakan jalan dan

as

jenis penguasaan kendaraan bermotor yaitu, sebesar 1,5% Untuk kendaraan Berat total kendaraan bermotor dan banyak penumpang yang di izinkan, serta

g. Dokumen impor untuk jenis kendaraan bermo 2005 :143)

Walapun demikian faktor – faktor di atas tidak harus semuanya di gunakan dalam menghitung NJKB. fakto

kondisi daerah yang memberlakukan PKB tersebut. Bobot yang mencerminkan

pencemaran lingkungan akibat penggunaan kendaraan bermotor, di hitung berdasarkan faktor – faktor di bawah ini :

a. Tekanan garder, yang di bedakan atas jumlah sumbu atau as,roda dan berat kendaran bermotor.

b. Jenis bahan bakar kendaraan bermotor yang di bedakan antara lain at solar, bensin, gas, listrik atau tenaga surya.

c. Jenis penggunaan, tahun pembuatan dan ciri – ciri mesin dari kendaraan bermotor yang di bedakan antara lain atas jenis mesin yang dua tak, atau 4 tak, dan ciri – ciri mesin yang 1000 cc atau 2000 cc. Tarif pajak kendaraan bermotor di tetapakan dengan Peraturan daerah, propinsi, sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 pasal 5 tarif pajak kendaraan bermotor di bagi menjadi tiga kelompok sesuai dengan


(44)

bukan umum, 1% untuk kendaraan bermotor umum yaitu kendaraan yang di sediakan untuk di pergunakan oleh umum dengan di pungut pembayaran dan, 0,5% untuk kendaraan bermotor di hitung dengan mengalikan tarif n dasar pengenaan pajaknya. (Siahaan, 2005 : 143

-2.4. J

k pajak kendaraan bermoto

pajak kendaraan bermotor denga 145).

umlah Kendaraan Bermotor

Jumlah Kendaraan bermotor adalah semua kendaraan yang beroda dua atau lebih, beserta gandenganya yang di gunakan di semua jenis jalan darat dan di gerakan oleh peralatan teknik berupa motor atau peralatan lainnya, yang berfungsi untuk mengubah suatu sumber daya energi tertentu menjadi tenaga gerak kendaraan bermotor yang bersangkutan, termasuk alat – alat yang besar yang bergerak. Pengertian alat – alat berat dan alat – alat besar yang bergerak adalah alat yang dapat bergerak atau berpindah tempat dan tidak melekat hanya permanen. Dimana subye

r adalah orang pribadi atau badan yang memiliki dan atau yang menguasai kendaraan bermotor. Obyek pajak kendaraan bermotor adalah kepemilikan atau yang menguasai kendaraan bermotor.

Penggenaan pajak kendaaraan bermotor tidak mutlak pada seluruh daerah propinsi Indonesia. Hal ini di berikan dengan kewewenangan yang di berikan kepada pemerintah propinsi untuk mengenakan atau tidak mengenakan suatu jenis pajak propinsi.Untuk dapat dipungut pada suatu daerah propinsi pemerintah daerah harus terlebih dahulu menerbitkan


(45)

peraturan daerah tentang pajak kendaraan bermotor yang akan menjadi landasan hukum operasional dan teknis pelaksanaan pengenaan dan pemungutan pajak kendaraan bermotor di daerah propinsi yang bersangkutan. Dimana subyek pajak kendaraan bermotor adalah orang

di pungut berdasarkan hukum yang jelas

atas

daerah propinsi yang mengatur tentang pajak kendaraan

ya pada poin 3 pribadi atau badan yang memiliki dan atau menguasi kendaraan bermotor. Obyek pajak kendaraan bermotor adalah kepemilikan dan atau penguasaan kendaraan bermotor.

Dasar Hukum Pemungutan Pajak kendaraan Bermotor : Pemungutan pajak kendaraan bermotor di Indonesia

dan kuat sehingga harus dipatuhi oleh masyarakat dan pihak yang terkait. Dasar hukum pajak suatu pemungutan pajak kendaraan bermotor suatu propinsi adalah sebagai berikut :

1. Undang – undang 34 tahun 2000 yang merupakan perubahan undang – undang nomor 18 tahun 1997 tentang pajak daerah dan retribusi daerah.

2. Peraturan pemerintah nomor 65 tahun 2001 tentang pajak daerah . 3. Peraturan

bermotor. Peraturan daerah ini dapat menyatu, Yaitu satu peraturan untuk pajak kendaraan bermotor, tetapi dapat juga di buat secara terpisah.

4. Keputusan gubernur yang mengatur tentang pajak kendaraan bermotor sebagai aturan pelaksananaan peraturan daerah tantang pajak kendaraan bermotor pada propinsi. Sebagai mana hakn


(46)

di atas, keputusan gubernur yang mengatur tentang pajak kendaraan b

2.5. K

luar neg

gai mata uang asing dan alat pembayaran lainnya yang di

ari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kurs adalah pertukar

n g di perlukan untuk ermotor dapat di buat menyatu, yaitu : satu keputusan gubernur untuk pajak kendaraan bermotor. (Siahaan,2005: 137 -142 ).

urs

Kurs adalah jumlah atau harga mata uang domestik dari mata uang eri (asing). Kurs tukar ini dipertahankan sama di semua pasar melalui arbitase.Arbitase valuta asing adalah pembelian mata uang asing bila harga rendah dan menjual bila mana harga tinggi.(Salvatore,1994:140).

Kurs adalah seba

gunakan untuk melakukan atau membiayai transaksi ekonomi keuangan internasional dan yang mempunyai catatan kurs resmi pada bank sentral.(Hady:2001:15).

D

an dua mata uang yang berbeda yang mempunyai ratio atau perbandingan nilai harga antara kedua mata uang tersebut pada waktu tertentu.

Kurs valuta asing adalah salah satu alat pengukur lain yang di gunakan untuk menilai keteguhan suatu ekonomi. Kurs ini aka menunjukan banyaknnya uang dalam negeri yan

membeli satu unit valuta asing tertentu dan kurs valuta asing, dapat di pandang sebagai harga dari sutu mata uang asing.(Sukirno,1995.22 -23). Perbedaan tingkat kurs timbul karena beberapa hal :


(47)

1. Perbedaan antara kurs beli dan jual oleh para pedagang valuta asing atau bank. Selisih kurs tersebut merupakan keuntungan bagi para

.sering terjadi bahwa penerimaan Harga mata hak

ata uang negara, dalam neraca pembayaran.Dengan demikian kita dapat mengetahui neraca pembayaran sebagai suatu perincian faktor –

pedagang valas.

2. Perbedaan kurs yang di akibatkan oleh perdagangan dalam waktu pembayarannya.

3. Perbedaan dalam tingkat keamanan dalam penerimaan hak pembayaran

pembayaran yang berasal dari bank asing yang sudah terkenal, kursnya lebih tinggi dari pada yang belum terkenal.(Nopirin, 1999:138).

Harga mata uang suatu Negara tergantung pada permintaan dan penawaran mata uang tersebut, setidaknya kurs valuta asing ditentukan dalam pasar bebas atau pasar yang tidak punya peraturan. hal ini berati bahwa, jika mengetahui faktor dalam permintaan dan penawaran mata uang, kita juga akan mengetahui faktor apa yang mempengaruhi kurs valuta asing. Faktor yang meningkat permintaan terhadap mata uang, cateris paribus, akan meningkatkan nilai kurs mata uang itu, sehingga menyebabkan mata uang berapresiasi.Begitu pula faktor yang meningkatkan penawaran mata uang, cateri paribus akan mengurangi nilai mata uang domestik terhadap mata uang asing, sehingga mata uang domestik akan terdepresiasi. Karena dijelaskan diperlukan perhatian dalam penawaran m


(48)

faktor yang mempengaruhi permintaan dan penawaran mata uang. (levi, 1997:105).

Macam – macam kebijakasanaan kurs yang terkait dengan sistem kurs valuta a

a.

awaran valuta asing berasal dari eksportir dan aksi kredit neraca pembayaran internasional. (Nop

b

kan spekulasi yang tak menentu didalam perekonomian. Oleh egara yang menjalankan suatu kebijaksanaan, sehingga dia

1.

valuta asing di pasar meningkat. Dengan bertambahnya permintaan dari sing, antara lain :

Sistem Kurs Berubah – Ubah

Dalam pasar bebas perubahan kurs tergantung pada beberapa faktor yang mempengaruhi permintaan dan penawaran valuta asing. Seperti yang sudah di jelaskan bahwa permintaan valuta asing di perlukan guna melakukan transaksi pembayaran keluar negeri (impor). Permintaan valuta asing ini diturunkan dari trasaksi debit dalam neraca pembayaran internasional. Sedangkan pen

berasal dari trans irin.1999 : 147- 148). . Sistem Kurs Stabil

Pada dasarnya kurs stabil berasal dari kebijakan pemerintah yang berusaha menstabilkan kurs karena kurs bebas, dapat menimbulkan berbagai tinda

karena itu banyak n ntaranya : Stabilitas Kurs

Kegiatan stabilitas kurs dapat dijalankan dengan cara sebagai berikut : Apabila tendensi kurs valuta asing akan turun maka permintaan membeli


(49)

pemerintah maka terdensi kurs naik, maka pemerintah akan menjual valuta asing di pasar, sehingga penawaran valuta asing bertambah dan

apat di cegah. 2.

mas tertentu.

g suatu kan dengan dasar emas.

3.

aluta asing dibanding dengan permintaanya. (Nopirin ,1999:150 -154).

2.6. Jumla

kenaikan kurs d Standar Emas

Suatu Negara dikatakan memakai standar emas apabila : (a) Nilai mata uangnya dijamin dengan nilai seberat e (b) Setiap orang boleh membuat serta melebur emas.

(c) Pemerintah sanggup membeli atau menjual emas dalam jumlah yang tidak terbatas pada harga tertentu (yang sudah di tetapkan pemerintah).Dalam sisten kurs standar emas, kurs mata uan

negara terhadap negara lain di tentu Pengawan Devisa (Exchange Control)

Dalam sistem ini pemerintah memonopoli seluruh transaksi valuta asing. Tujuannya adalah untuk mencegah adanya aliran modal keluar dan melindungi pengaruh depresi dari Negara lain, terutama dalam hal Negara tersebut menghadapi keterbatasan cadangan v

h Wajib Pajak

Wajib pajak adalah orang pribadi atau badan yang menurut peraturan perundang – undangan perpajakan daerah diwajibkan untuk melakukan pembayaran pajak terutang , termasuk pemungutan atau pemotongan pajak tertentu.Oleh sebab itu, seseorang atau suatu badan menjadi wajib pajak ,


(50)

serta orang atau badan yang di berikan kewewenang untuk memungut pajak dari subyek pajak. Hal ini menunjukan bahwa wajib pajak dapat merupakan subjek pajak, yang berwewenang untuk memungut pajak dan subjek pajak. (Siahaa

perti yang di tetapkan dalam peraturan : 16).

Hak dan Kewajiban Pajak

mor pokok Wajib

ya di tempat – tempat yang di tentukan oleh Di Rektur Jendral

itu kepada kantor inspeksi

ndiri jumlah pajak yang terutang.

empunyai hak untuk menerima tanda bukti syarat n, 2005:56 - 57).

Menurut Dr. Gunadi, Wajib pajak adalah seseorang yang telah memenuhi kriteria perpajakan se

perpajakan.( Gunadi, 2001

Kewajiban Wajib Pajak :

1. Melaksanakan pendafataran diri untuk mengetahui No Pajak (NPWP) sebagai tanda identitas diri Wajib Pajak.

2. Mengambil sendiri blangko surat pemberitahuan dan blangko perpajakan dan lain

Pajak.

3. Wajib Pajak wajib untuk mengisi dengan lengkap, jelas dan benar dan menandatangani sendiri surat pemberitahuan

pajak di lengkapi dengan lampiran - lampiran. 4. Melakukan pelunasan dan pembayaran pajak. 5. Menetapakan se

Hak Wajib Pajak : 1. Wajib Pajak m


(51)

2. Wajib pajak mempunyai hak mengajukan permohonan dan penundaan penyampaian surat pemberitahuan.

3. Wajib pajak mempunyai hak melakukan pembetulan sendiri

pemberitahuan yang telah dimasukan.

4. Wajib pajak mempunyai hak untuk mengajukan permohonan penundaan dan pengangsuran pembayaran pajak sesuai dengan kemampuan.

5. Wajib Pajak berhak mengajukan permohonan perhitungan kelebihan batas ketetapan pajak yang

jiban pajak daerah, seseorang

ang belum terbagi oleh salah satu seorang ahli pembayaran, berhak mendapatkan kepastian

terutang.(Soemitro,1992:91 -94).

Wakil Wajib Pajak dan Kuasa Wajib Pajak : Dalam mejalankan hak dan memenuhi kewa

wajib pajak dapat diwakili pihak tertentu, yaitu dalam hal – hal : a. Badan oleh pengurus atau kuasanya.

b. Badan dalam pembubaran atau pailit oleh orang atau badan yang di bebani untuk melakukan pemberesan.

c. Suatu warisan y

warisnya, pelaksanaan wasiatnya, atau yang mengurus harta peninggalanya.

d. Anak yang belum dewasa atau orang yang belum berada pengampuan oleh wali atau pengampuannya.

Ketentuan ini diatur untuk menentukan siapa yang menjadi wakil untuk melaksanakan hak dan kewajiban perpajakan wajib pajak terhadap badan, badan dalam pembubaran, warisan yang belum di bagi, dan anak yang


(52)

belum dewasa atau orang yang berada dalam pengampuan.Bagi wajib pajak tersebut perlu di tentukan siapa yang menjadi wakil atau kuasanya karena me

ikan dan meyakinkan kepala dae

an pelaksanaan penagihan pajak tidak hanya dilakukan terhadap wajib pajak, tetapi juga terhadap penanggung

5 :57- 59)

2.7. J

ian, sebab yang paling utama mengapa reka tidak dapat atau tidak mungkin melakukan sendiri tindakan hukum tersebut.

Wakil wajib pajak bertanggung jawab secara pribadi atas pembayaran pajak yang terhutang, kecuali dapat membukt

rah bahwa mereka dalam kedudukan benar –benar tidak mungkin untuk di bebani tanggung jawab atas pajak terutang.

Wakil wajib pajak bertanggung jawab atas pembayaran pajak daerah yang terutang sehingga wakil wajib pajak disebut sebagai penangung pajak. Pemungutan pajak sampai deng

pajak.(Siahaan, 200

umlah Penduduk

Diluar ilmu ekonomi , maka cabang ilmu pengetahuan yang paling banyak menarik perhatian ahli ekonomi adalah ilmu tentang kependudukan. Ketertarikan para ahli ilmu ekonomi terhadap masalah kependudukan karena penduduk itulah yang melakukan produksi maupun konsumsi. Penduduk itulah subyek ekonomi, jumlah serta mutu (kuantitas serta kualitas) penduduk suatu negeri merupakan unsure penentu yang paling penting bagi kemampuan memproduksi serta standar hidup (living standart) suatu Negara.Namun demik


(53)

pendudu

merupakan unsur penentu

pada batasnya, dan tidak kurang,

k ini merupakan sumber tenaga kerja, human resources, disamping itu jugafactor produksi skill.

Hal ini juga dikarenakan penduduk itulah yang menjadi subjek ekonomi, maka penduduklah yang akan dapat menentukan perkembangan perekonomian suatu negara atau daerah menjadi lebih baik atau menjadi lebih buruk,serta mutu penduduk suatu negara atau

, yang paling penting bagi kemampuan memproduksi serta standar hidup suatu negara atau daerah. (Rosyidi,2004:87 - 88)

Teori Penduduk Menurut Malthus dan Teori Upah : Apabila para

pekerja menerima upah yang baik,sehingga mereka merasa bahwa upah mereka lebih dari sekedar cukup untuk hidup, maka mereka tidak akan ragu untuk menambah jumlah anak – anak mereka. Jumlah ini, secara keseluruhan akan meningkat terus sehingga akhirnya kemampuan untuk memberi kecukupan kepada anak –anak sampai ke

yang tidak sampai lagi mencukupi nafkah keluargannya sekalipun untuk kebutuhan minimal saja.(Rosyidi,2004:88).

Pertumbuhan penduduk adalah merupakan ke seimbangan yang di namis antara kekuatan yang menambah dan kekutan yang mengurangi jumlah penduduk, pertumbuhan penduduk di akibatkan oleh empat komponen yaitu : kelahiran, kematian, migrasi masuk dan migrasi keluar. Apabila suatu daerah di huni oleh sejumlah penduduk maka segera timbulah masalah – masalah kependudukan di dalamnya. Sebab karena penduduk ingin mengambil makanan dari daerah yang ditepatinya,


(54)

sedangkan daerah itu tergantung pada sumber–sumber yang dikandungnnya dan harus memenuhi kebutuhan pendududuknya. Dan sebaliknya, apabila suatu daerah menderita over population, maka penduduk dapat memanfaatkan tanah ataupun modalnya seefisien mungkin, namun dengan demikian karena penduduk terlalu banyak maka hasil yang diterima setiap orang pun akan menjadi sangat kecil. Yang dimaksud dengan maximum

population adalah jumlah penduduk maksimum yang dapat di hidupi oleh

suatu daerah tertentu, menurut tingkat hidup yang berlaku di daerah tersebut serta kebutuhan akan barang – barang primer secara minimal.Keadaan optimum population adalah batas antara overpopulation: jumlah penduduk yang kurang dari optimum adalah under population, sedangkan jumlah penduduk yang melebihinya adalah over population. Dari pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa apabila jumlah penduduk bertambah hingga melewati atau melebihi kapasitas penduduk, maka itu berati tingkat maxsimum sudah terlewati, dan daerah itu tidah dapat lagi menjamin atau mencukupi kebutuhan pendudunya sekalipun hanya kebutuhan minimalnya. (2004: 87-91).

Penduduk merupakan unsur penting dalam kegiatan ekonomi dan usaha untuk membangun suatu perekonomian, dalam usaha untuk meningkatkan produksi dan mengembangkan kegiatan ekonomi, penduduk memegang peranan yang penting karena penduduk merupakan tenaga kerja, tenaga ahli, pimpinan perusahaan dan tenaga usahawan yang diperlukan untuk menciptakan kegiatan ekonomi. Penduduk yang bertambah dari


(55)

waktu ke waktu akan memperbesar jumlah tenaga kerja dan pertambahan tersebut kemungkinan untuk menambah produksi. Di samping itu sebagai akibat pendidikan, latihan dan pengalaman kerja yang menyebabkan kemahiran penduduk akan bertambah lagi, maka produktifitas akan bertambah ini selanjutnya menimbulkan pertambahan produksi yang lebih cepat dari pada pertambahan tenaga kerja, apabila penduduk bertambah dengan sendirinya luas pasar akan bertambah pula,karena peranannya ini muka perkembangan penduduk akan menimbulkan dorongan kepada

bahan produksi dan tingkat kegiatan ekonomi. (Rosyidi, 1994 :85-

2.8.

an asli daerah, maka perlu diketahui faktor – faktor yang di kabupaten sidoarjo, diantarannya a

1. pertam 90).

Kerangka pikir

Penerimaan pajak di Kabupaten Sidoarjo dapat di artikan sebagai pemasukan keuangan dari wajib pajak kepada pemerintah daerah sidoarjo karena wajib pajak telah memberikan sumbangan besar bagi peneriman pendapat

mempenguruhi penerimaan pajak dalah :

Jumlah Kendaraan Bermotor (X1 )

Dalam pemungutan pajak kendaraan bermotor, jumlah kendaraan bermotor yang menjadi obyek pajak atau jumlah kendaraan bermotor yang dikenakan pajak, maka di harapkan potensi pemungutan terhadap pajak akan semakin besar pula.Jumlah kendaraan bermotor meningkat,


(56)

sebagai dampak dari permintaan kendaraan bermotor oleh masyarakat. Sehingga dapat mempengaruhi masyarakat untuk membeli kendaraan bermotor. Dan daya beli masyarakat meningkat terhadap kendaraan terhadap penerimaan pajak di kabupaten

2.

ak langsung maka akan daya beli masyarakat

3.

embayaran pajak kendaraan bermotor, aka penerimaan pajak kendaraan bermotor akan mengalami eningkatan. (Siahaan, 2005: 52).

bermotor, maka berpotensi sidoarjo.(Siahaan, 2005 : 138). Kurs Rp Terhadap US $ (X2)

Kurs adalah pertukaran dua mata uang yang berbeda yang mempunyai perbandingan nilai harga antara kedua mata uang tersebut pada waktu tertentu, apabila nilai rupiah terhadap dollar Amerika menurun dan nilai rupiah menguat, maka akan terjadi depresiasi sehingga terjadi peningkatan stabilitas ekonomi, secara tid

berpengaruh terhadap permintaan barang dan terhadap kendaraan bermotor.(levi,2001:105). Jumlah Wajib Pajak Kendaraan Bermotor (X3)

Wajib pajak kendaraan bermotor adalah orang pribadi atau yang menurut peraturan perundang –undangan perpajakan daerah di wajibkan untuk melakukan pembayaran pajak terutang, termasuk pemungutan atau pemotongan pajak tertentu.Masyarakat, diberi kewajiban untuk membayar pajak kendaraan bermotor atas kepemilikan kendaraan bermotor. Dengan meningkatkan p

m p


(57)

Jumlah Penduduk Sidoarjo (X 4.

ngkat, maka yang wajib membayar pajak akan meningkat, dan akan erdampak pada penerimaan pajak dikabupaten sidoarjo.(Rosyidi,1994:84-5).

4)

Penduduk adalah manusia yang memegang peranan penting dalam kegiatan ekonomi. Karena jumlah penduduk yang terlalu banyak dan perkembangan penduduk yang pesat (tingkat pertambahan penduduk relatif laju). Jumlah penduduk merupakan faktor yang penting sebagai wajib pajak. Penduduk sebagai sumber daya manusia yang sebagai subyek dan obyek dari pada pembangunan daerah. Apabila jumlah penduduk meni

b 8


(58)

Gambar 1:

Kerangka Pikir Analisis Beberapa Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi n Sidoarjo.

iti

2.9.

Penerimaan Pajak Kabupate

`

Sumber :

Sumber : Penel

Hipotesis

Hipotesis merupakan dugaan sementara yang masih belum teruji kebenarannya dan masih harus dibuktikan secara empiris berdasarkan

fakta-Kurs Rp Terhadap US $

(X2)

Jumlah Kendaraan

Bermotor (X1)

Jumlah Wajib

Bermotor Pajak Kendaraan

(X3)

Penerimaan Pajak di Kabupaten Sidoarjo Orang Yang Membayar Pajak Daya Beli Masyarakat Jumlah Penduduk

(X4)

Sidoarjo Obyek Pajak Orang Yang Membayar Pajak


(59)

fakta yang ada. Hipotesis akan ditolak jika memang salah atau diterima jika fakta-fakta membenarkan. Berdasarkan pokok-pokok permasalahan yang telah dikemukakan diatas maka dapat dirumuskan hipotesis yang merupakan k

berik

1. Jumlah

rjo.

. Diduga Jumlah Kendaraan Bermotor Mempunyai Pengaruhi dominan terhadap variabel Penerimaan Pajak di Kabupaten Sidoarjo.

esimpulan sementara terhadap permasalahan dalam penelitian ini sebagai ut:

Diduga jumlah Kendaraan Bermotor, Kurs Rp Terhadap US $,

Wajib Pajak Kendaraan Bermotor, Jumlah Penduduk Sidoarjo ,berpengaruh terhadap Penerimaan Pajak di Kabupaten Sidoa


(60)

50 BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Definisi Operasioanal dan Pengukuran Variabel

Definisi operasional dan pengukuran variabel berisi peryataan tentang arti dan maksud variabel – variabel penelitian, di maksudkan agar tidak terjadi salah pengertian terhadap variabel yang di bahas serta memudahkan dalam penerapan data yang di gunakan, variabel- variabel yang digunakan dalam penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut :

a. Variabel terikat (Dependent Variable) (Y)

Adalah variabel yang di pengaruhi atau tidak dapat berdiri sendiri, yaitu Penerimaan Pajak Di Kabupeten Sidoarjo (Y) Adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah kabuapten Sidoarjo Berdasarkan Undang – Undang dan peraturan tentamng perpajakan yang di tetapkan,untuk keperluan pembiayaan rumah tangga pemerintah.

Besarnya Penerimaan Pajak Di Kabupaten Sidoarajo di nyatakan dalam jutaan rupiah (Rp).

b. Variabel bebas (Independent variable) (X)

Yaitu variabel yang dapat mempengaruhi variabel terikat atau variabel yang berdiri sendiri, meliputi :


(61)

1. Jumlah Kendaraan Bermotor (X1)

Adalah banyaknya kendaraan bermotor yang di kenakan pajak, baik yang berada maupun terdaftar di daerah tertentu.Variabel ini dinyatakan dalam satuan unit.

2. Kurs Rp Terhadap US $ (X2)

Adalah nilai tukar mata uang negara tertentu yang pengukurannya membandingakan nilai (harga) antara mata uang Indonesia terhadap dollar Amerika Serikat. yang di ukur dalam bentuk rupiah (Rp).

3. Jumlah Wajib Pajak Kendaraan Bermotor ( X3 )

Adalah orang pribadi atau badan yang di wajibkan melakukan pembayaran pajak terutang. Variabel dinyatakan dalam satuan jiwa.

4. Jumlah Penduduk Sidoarjo (X4)

Adalah jumlah manusia yang melakukan produksi atau konsumsi yang ada di Kabupaten Sidoarjo.Variabel ini di nyatakan dalam satuan jiwa.

3.2. Teknik Penentuan Sampel

Penentuan Sampel digunakan dalam penelitian ini adalah data berkala (Time Series Data) yaitu data yang di urutkan berdasarkan urutan waktu ,dari tahun ke tahun selama 15 tahun sejak tahun 1994 -2008.


(62)

3.3. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan cara sebagai berikut :

1. Studi Kepustakaan

Yaitu data yang di peroleh dari berbagai buku – buku atau literatur – literatur di sesuaikan dengan penulisan skrpsi.

2. Studi Lapangan

Yaitu memperoleh data dan melakukan penelitian di lapangan untuk mendapatkan data yang di peroleh dalam penulisan skripsi ini, dilakukan dengan cara mengambil data statistik dari laporan – laporan dari dengan laporan – laporan dari instansi atau lembaga yang terkait dengan permasalahan yang diteliti.

3.3.1. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder Yaitu yang biasa di kumpulkan atau di peroleh dari instansi yang terkait yang ada hubunganya dengan penelitian ini, atau data yang sudah terlampir dan bisa di ambil dari instansi yang bersangkutan.

3.3.2. Sumber Data

Sumber data yang dipergunakan dalam penelitian ini berasal dari : a. Dinas Pendaptan Propinsi Jawa Timur.

b. Unit Pelaksanaan teknis Dinas Kabupaten Sidoarjo.


(63)

. 3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis

3.4.1. Teknik Analisis

Untuk menganalisis pengaruh yang disebutkan dalam hipotesis diatas maka analisa data ini dilakukan dengan menggunakan model regresi linier

berganda dengan asumsi BLUE (Best Linier Unbiased Estimate) untuk

mengetahui koefisiensi pada persamaan tersebut betul-betul linier (tidak bias). Model ini menunujukkan hubungan spesifik antara variabel-variabel bebas dan terikat.

Bentuk perumusannya sebagai berikut :

Y = o + 1X1 + 2X2 + X3 + X4+ u...(Sulaiman, 2004 : 80)

Dimana :

Y = Penerimaan Pajak di Kabupaten Sidoarjo

X1 = Jumlah Kendaraan Bermotor

X2 = Kurs Rp Terhadap US $

X3 = Jumlah Wajib Pajak Kendaraan Bermotor

X4 = Jumlah Penduduk Sidoarjo

 = Konstanta

1, ,  = Koefisien Regresi

u = Variabel Pengganggu (residual).

Untuk lebih mengetahui apakah suatu model tersebut cukup layak digunakan kedalam pembuktian selanjutnya dan untuk mengetahui sejauh mana variabel bebas dapat mempengaruhi variabel terikat, maka untuk itu perlu diketahui koefisien determinasinya atau R2 dengan menggunakan rumus :


(64)

R2 = KT Regresi ...(Soelistyo, 2001 : 325). KT Galat

Keterangan :

R2 = Koefisien Determinasi.

JK = Jumlah Kuadrat

Dimana :

JK Regresi = b1∑YiX1 + b2∑YiX2 +………. +bn∑YiXn

JK Total = ∑Yi atau ∑Yi

-2     n Y

Jadi R2 = R2 = 2

4 4 3 3 2 2 1 1 Yi YiX b YiX b YiX b YiX b        

Karakteristik utama dari R2 adalah :

1. Nilai R2 non negatif, merupakan rasio dari jumlah kuadrat. 2. Batas nilai R2 adalah 0 < R2 > 1

a. Batas nilai R2 sama atau mendekati 0, maka tidak ada hubungan antara variabel X dengan variabel Y.

b. Apabila R2 sama atau mendekati 1, maka terjadi kecocokan sempurna antara garis regresi dengan kelompok data hasil dari observasi.

3.4.2. Uji Hipotesis

Untuk menguji pengaruh variabel bebas (X1, X2, X3, X4) terhadap variabel


(65)

a. Uji F

Uji F dipergunakan untuk menguji pengaruh variabel bebas secara simultan terhadap variabel terikat dengan menggunakan rumus :

F hitung = KT Regresi ...(Soelistyo, 2001 : 325). KT Galat

Keterangan :

KT = Kuadrat Tengah Galat = Error = Residual

Dengan derajat kebebasan sebesar ( k, n – k – 1 ) Keterangan :

n = Jumlah Sampel

k = Jumlah Parameter Regresi Dengan ketentuan :

Ho : 1 =3 4  0 (Tidak ada pengaruh)

Hi : 1 0 (Ada pengaruh)

Kaidah pengujiannya :

1. Apabila F hitung ≤ F tabel, maka Ho diterima dan Hi ditolak,

artinya variabel bebas tidak mempengaruhi terhadap variabel terikat. secara simultan.

2. Apabila Fhitung > Ftabel maka Ho ditolak dan Hi diterima,

artinya variabel bebas berpengaruh terhadap variabel terikat secara simultan.


(1)

Dari pengujian hipotesis secara parsial dinyatakan bahwa jumlah kendaraan bermotor berpengaruh signifikan terhadap Penerimaan Pajak di Kabupaten Sidoarjo (Y), karena semakin banyak jumlah kendaraan bermotor di Kabupaten Sidoarjo (X1), maka semakin banyak Penerimaan Pajak (Y) dan biaya-biaya lain seperti biaya pembelian formulir, biaya balik nama.

Dari pengujian hipotesis secara parsial dinyatakan bahwa Kurs Rp Terhadap US $ (X2), tidak berpengaruh signifikan terhadap Penerimaan Pajak di Kabupaten Sidoarjo (Y), karena biaya pajak yang dibayarkan oleh wajib kendaraan bermotor (X3) ,pada umumnya dinyatakan dalam besaran rupiah dan kendaraan yang terkenaan pajak pada umumnya berada di dalam negeri atau berada di Kabupaten Sidoarjo.

Dari pengujian hipotesis secara parsial dinyatakan bahwa jumlah wajib pajak kendaraan bermotor (X3), berpengaruh signifikan terhadap Penerimaan Pajak di Kabupaten Sidoarjo (Y), karena semakin banyak jumlah wajib pajak kendaraan bermotor (X3), berarti semakin banyak pula jumlah kendaraan bermotor (X1), yang dimiliki oleh wajib pajak kendaraan bermotor (X1) , dan pada umumnya 1 orang wajib kendaraan bermotor memiliki lebih dari satu kendaraan bermotor, sehingga jumlah pajak yang dibayarkan oleh wajib pajak tersebut semakin besar.

Dari pengujian hipotesis secara parsial dinyatakan bahwa Jumlah penduduk Sidoarjo (X4), berpengaruh signifikan terhadap Penerimaan Pajak di Kabupaten Sidoarjo (Y), karena semakin banyak jumlah penduduk Sidoarjo (X4), berarti semakin banyak pula jumlah penduduk sidoarjo (X4)


(2)

88

yang akan menjadi wajib pajak kendaraan bermotor (X3), sehingga penerimaan pajak di kabupaten sidoarjo (Y) akan meningkat.


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil analisis dan pembahasan pada bab IV sebelumnya, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :

a. Secara simultan bahwa Jumlah kendaraan bermotor (X1),Kurs Rp Terhadap US $ (X2) , Jumlah wajib pajak kendaraan bermotor (X3), dan jumlah penduduk(X4), berpengaruh signifikan terhadap Penerimaan Pajak sebagai variabel terikat,dengan hasil analisis fhitung =140,338 lebih besar dari t table = 3,478. Ini berarti Hipotesis yang diajukan oleh penulis telah terbukti kebenarannya.

b. Secara parsial Jumlah kendaraan bermotor (X1) berpengaruh signifikan dan berhubungan positif terhadap Penerimaan Pajak (Y), berpengaruh signifikan sebesar 0,05 dengan t hitung =7,391 > ttabel = 2,228. Ini berarti Hipotesis yang diajukan oleh penulis terbukti kebenarannya.

c. Secara parsial Kurs (X2) tidak berpengaruh signifikan sebesar 0,05 dan berhubungan fositif terhadap Penerimaan Pajak (Y). dimana t hitung = 1,498 < = 2,228.Ini berarti Hipotesis yang diajukan oleh penulis tidak terbukti kebenarannya.

d. Secara parsial Jumlah wajib pajak kendaraan bermotor (X3) berpengaruh signifikan sebesar 0,05 dan berhubungan positif terhadap Penerimaan Pajak (Y). dimana t hitung = 2,369 > t tabel =2,228. Ini berarti Hipotesis yang diajukan oleh penulis terbukti kebenarannya.


(4)

90

e. Secara parsial Jumlah penduduk (X4) berpengaruh signifikan sebesar 0,05 dan berhubungan positif terhadap Penerimaan Pajak (Y). dimana t hitung = 2,992 > ttabel = 2,228. Ini berarti Hipotesis yang diajukan oleh penulis terbukti kebenarannya.

e. Variabel bebas yang dominan mempengaruhi variabel Penerimaan Pajak adalah variabel Jumlah kendaraan bermotor (X1), karena variabel ini memiliki koefisien regresi yang distandarkan (standardized coeficients) sebesar 0,821

5.2. Saran

Dari kesimpulan diatas, beberapa saran yang dapat disampaikan oleh penulis :

1. Pemerintah kabupaten Sidoarjo, hendaknya meningkatkan Penerimaan Pajak dari sektor lain, seperti dari sektor Pajak, Pariwisata, dan lain. Dan Pemerintah Kabupaten Sidoarjo hendaknya meningkatkan tingkat pendapatan perkapita penduduk serta menekan laju Jumlah wajib pajak. 2. Pemerintah hendaknya memperhatikan kebijakan moneter agar tingkat

inflasi stabil maka daya beli masyarakat akan meningkat.

3. Untuk penelitian selanjutkanya tentang masalah Penerimaan Pajak hendaknya menambahkan faktor lain dan menambah rentang waktu penelitian.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim,2008, ”Sidoarjo Dalam Angka” Penerbit Biro Pusat Statistik Jawa Timur.

Agusta,2001 “Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Pajak

Daerah Pemerintah Kota Surabaya” Fakultas Ekonomi Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Dwi,Lesmana Saputra, 2007,“Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi

Penerimaan Pajak Daerah Pemerintah Kota Surabaya” Fakultas

Ekonomi, Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur Gujarati, Damodar,1999, Ekonometrika Dasar, Cetakan Kempat, Penerbit

Erlangga, Jakarata .

Hady, Hamdy,2001,Valas Untuk Manajer, Cetakan Keempat,Ghalia Indonesia. Mardiasmo, 2000, Perpajakan, Edisi kedelapan, Cetakan Pertama, Penerbit Andi,

Yogyakarta.

Markus, Muda, 2005, Perpajakan, Edisi Pertama,Penerbit PT.Gramedia Pusat, Jakarta.

Maurice d.Levi, Keuangan Internasional, Buku 2, Penerbit Andi,Yogyakarta. Nopirin,1999,Ekonomi Internasional, Edisi Ketiga,Penerbit BPFEN Universitas

Gajah Mada , Yogyakarta.

Notokismono,Gunawan, 2003, ”Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi

Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor Di Kotamadya Malang”,

Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional”Veteran” Jawa Timur.

Naiyah, Siti,2003, ”Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Pajak

Pariwisata di Kabupaten Sidoarjo” Fakultas Ekonomi, Universitas

Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur.

Rosyidi, Suherman, 2004, Pengantar Teori Ekonomi, Jakarta.PT Raja Grafindo Persada.

Resmi, Siti, 2008, Perpajakan Teori Dan Kasus, Edisi Keempat, Penerbit Salemba Empat ,Jakarta.

Rochmat,Soemitro,1992, Asas Dan Dasar Perpajakan, Edisi Revisi, Penerbit PT ERESCO, anggota IKAPI, Bandung.

Siahaan, Marihot, 2005, Perpajakan Daerah Dan Retribusi Daerah, Jakarta:PT Raja Grafindo Persada.


(6)

 

Salvatore, Dominick, 1994, Ekonomi Internasional, Edisi Ketiga, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Suparmoko,2000, Keuangan Negara Dalam Teori dan Praktek,Edisi Keempat, Penerbit BPFE,Yogyakarta.

Sukirno, Sadono, 2002, Pengantar Ekonomi Makro Ekonomi, Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada.

Sulaiman, Wahid, 2004, Analisis Regresi Menggunakan SPSS, Edisi Revisi, Penerbit Andi, Yogyakarta.

Soelistyo, 2001. Dasar - Dasar Ekonometrika, Penerbit : BPFE UGM, Yogyakarta.

Widarjono,Agus, 2005, Ekonometrika Teori dan Aplikasi, Edisi Pertama,Yogyakarta.

Waluyo, dkk, 2002, Perpajakan Indonesia, Edisi Kesatu, Penerbit Salemba Empat,Jakarta.

Wahyu, Setyo, 2000, ”Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Pajak

Kendaraan Bermotor Di Kabupaten Bojonegoo”, Fakultas Ekonomi,

Universitas Pembangun Nasional.”Veteran ” Jawa Timur..

Winter, Alan, 2005, ”Analisis Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi

Pendapatan Pajak Kendaraan Bermotor Dan Bea Balik Nama

Kendaraan Di Sidoarjo”, Fakultas Ekonomi, Universitas Pembangunan

Nasional ”Veteran” Jawa Timur.

Wijaya, 2001, ”Beberapa Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan

Pajak Pendapatan Daerah Kabupaten Pasuruan” Fakultas Ekonomi,

Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur.

Yulianto, 2006,Analisis Pengaruh Investasi Tingkat PDRB, Dan Jumlah Wajib Pajak Terhadap Penerimaan Pajak Daerah Di Kota Surabaya. Fakultas Ekonomi, Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur.

Zain, Mohammad, 2005, Manajeman Perpajakan, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.