EFEKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN SIRSAK TERHADAP DERAJAT PARASITEMIA PLASMODIUM BERGHEI

  

EFEKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN SIRSAK TERHADAP

DERAJAT PARASITEMIA PLASMODIUM BERGHEI

Fransisca P.Hardimarta

  Akademi Analis Kesehatan 17 Agustus 1945 Semarang

  ABSTRAK Malaria merupakan salah satu penyakit infeksi yang disebabkan oleh Plasmodium.

  

P.falciparum merupakan salah satu jenis dari Plasmodium yang dapat menyebabkan

komplikasi malaria berat seperti malaria serebral yang dapat berakhir dengan koma dan

kematian. Mengontrol parasitemia dengan menurunkan derajat parasitemia pada tahap awal

infeksi merupakan langkah penting dalam mencegah terjadinya komplikasi malaria berat.

Ekstrak daun sirsak mengandung acetoginin yang memiliki efek sebagai antiplasmodium

secara in vitro dan flavonoid yang memiliki efek imunomodulator.

  Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratoris dengan sampel 24 ekor

mencit betina strain Swiss yang dibagi menjadi 4 kelompok yaitu mencit sehat, diinokulasi

P. berghei ANKA, P1 dan P2 diberi ekstrak daun sirsak dosis 100 dan 200 mg/kgBB/hari

selama 14 hari dan hari ke 7 diinokulasi P. berghei ANKA. Darah diambil dari ekor

mencit pada hari ke 3 , 5 dan 7 setelah inokulasi P. berghei ANKA untuk menghitung

indeks parasitemia.

  Rerata derajat parasitemia hari ke 3 lebih rendah secara bermakna pada kelompok

P1, pada hari ke 7 rerata indeks parasitemia kelompok P2 lebih rendah secara bermakna

dibanding p1. Secara bermakna, pemberian ekstrak daun sirsak secara bermakna dapat

menurunkan derajat parasitemia.

  

KATA KUNCI : ekstrak ethanol daun sirsak, derajat parasitemia, mencit Swiss,P. berghei

ANKA ABSTRACT

  Malaria is an infectious disease caused by Plasmodium. P. falciparum is one type of

  Plasmodium which can causing severe Controlling parasitemia by lowering parasitemia

  

degrees in early stage of infection is an important step for preventing complications of

severe malaria. .Soursop leaf extract contains acetoginin which is have antiplasmodium

effects in vitro and flavonoid as immunomodulatory effects This is a laboratory experimental study using 24 female Swiss mice were divided into 4

groups: healthy mice, inoculated with P. berghei ANKA, soursop leaf extract in dose of 100

and 200 mg / kg / day for 14 days and inoculated with P. berghei ANKA . Blood was taken

from mice on days 3, 5 and 7 after inoculation P. berghei ANKA to calculate parasitemia

levels

  The mean of parasitaemia levels in day 3 significantly lower in group P1 where as

group p2 significantly lower than group p1 in day 7 Conclusions, soursop leaf extract was

significantly reducing parasitemia levels.

  KEYWORD : soursop leaf extract, degrees of parasitemia, Swiss mice, P. berghei ANKA

  PENDAHULUAN

  Malaria merupakan penyakit yang disebabkan oleh parasit dari genus

  Plasmodium

  dengan perantaraan gigitan nyamuk Anopheles betina. Malaria hingga kini masih merupakan prioritas WHO. WHO melaporkan terdapat 3,3 milyar kasus malaria di dunia dan 660.000 orang meninggal dunia akibat malaria pada tahun 2012. Indonesia bagian timur dan Sumatera merupakan daerah endemis malaria, namun Jawa dan Bali seringkali terjadi letupan kasus malaria yang disebabkan karena mobilisasi penduduk antar provinsi.

  1,2 P.falciparum merupakan salah satu

  jenis dari Plasmodium yang dapat menyebabkan komplikasi malaria berat seperti malaria serebral yang dapat berakhir dengan koma dan kematian. Malaria serebral terjadi karena adanya peranan berlebihan dari mediator respon imun tubuh yang merupakan akibat dari aktivasi reseptor pada sel endotel pembuluh darah kapiler di otak. Hal ini berkontribusi pada adhesi eritrosit yang terinfeksi pada pembuluh darah kapiler di otak sehingga menyebabkan rosetting dan menyebabkan sumbatan pada pembuluh darah di otak.

  3-5

  Respon imun terhadap malaria melibatkan imunitas non spesifik dan spesifik. Imunitas non spesifik memiliki peranan penting dalam menurunkan derajat parasitemia. Eleminasi parasit di dalam darah terjadi di limpa, limpa merupakan organ yang mendukung kontak antara antigen dan efektor sel imun untuk menginisiasi respon imun. Sel dendritik pada limpa merupakan antigen presenting

  cell (APC) yang paling penting dalam

  mengaktivasi sel T untuk menyingkirkan P-RBC.

  3-5

  Sel Th1 dan Th2 memiliki peranan penting dalam mengontrol infeksi malaria, keseimbangan Th1 dan Th2 merupakan hal vital untuk menentukan tingkat parasitemia. Shift Th1 ke Th2 sebaiknya tepat dalam intensitas maupun waktunya. Aktivasi Th2 secara dini dapat menyebabjan kerusakan jaringan host, sedangkan aktivasi Th2 secara lambat dapat menyebabkan produksi sitokin proinflamasi berlebihan saat klirens parasit sehingga menyebabkan terjadinya malaria berat.

  3-5

  Pengobatan malaria saat ini masih belum efektif, salah satu penyebabnya adalah keterbatasan jangkauan pelayanan pengobatan malaria di daerah rsesiko tinggi malaria. Indonesia memiliki beragam tanaman obat yang memiliki efek terapeutik namun belum dimanfaatkan secara maksimal. Annona muricata atau sirsak merupakan tumbuhan yang telah digunakan sebagai pengobatan tradisional. Daun sirsak diketahui memiliki kandungan

  • – masing terdiri dari 6 ekor mencit yang diadaptasikan selama 1 minggu. Kelompok I adalah kelompok base line atau normal, yaitu mencit yang hanya diberi makan dan minum saja. Kelompok II adalah kelompok mencit yang diinokulasi P. berghei ANKA tanpa pemberian terapi apapu. Kelompok III dan IV adalah kelompok mencit yang telah diinokulasi P. berghei ANKA dan diberi ekstrak ethanol daun sirsak dengan variasi dosis 100 mg/kgBB/hari dan 200 mg/kgBB/hari secara single dose. Pada kelompok perlakuan ini terlebih

  Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan rancangan Post Only

  Mencit Swiss sebanyak 24 ekor yang dibagi menjadi 4 kelompok perlakuan , masing

  Perlakuan Hewan Uji

  Penelitian dilakukan di laboratorium parasitologi Fakultas Kedokteran UGM bulan Mei – Juni 2014.

  dengan berat badan 20

  Swiss betina yang berusia 6- 8 minggu

  Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah ekstrak etanol daun sirsak yang diperoleh dari PT. Sido Muncul. Hewan uji yang digunakan adalah mencit

  Randomized Control Group Design .

  6,7 METODE

  terinfeksi P. berghei adalah model malaria serebral pada manusia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ektrak daun sirsak dapat menurunkan indeks parasitemia pada mencit yang telah diinokulasi P.berghei.

  falciparum pada rodent. Mencit yang

  Penelitian ini menggunakan P.berghei yang merupakan analog P.

  9-15

  .falciparum dengan menghambat cyclin dependent protein kinase .

  Sedangkan flavonoid yang telah diuji efek antiplasmodial secara in vitro terhadap

  vitro pada P.falciparum menunjukkan potensi acetoginin sebagai antiplasmodial.

  kimia seperti acetoginin, flavonoid, saponin dan tanin. Penelitian mengenai pemberian ekstrak daun sirsak secara in

  dahulu masing

  • – masing hewan uji diberikan ekstrak etanol daun sirsak selama 7 hari. Pada hari ke 7, semua mencit pada kelompok II, III dan IV diinokulasi P. berghei ANKA. Setelah inokulasi, pada kelompok perlakuan tetap diberikan ekstrak etanol daun sirsak sesuai dosis sebelumnya sampai hari ke 7 pasca inokulasi. Inokulasi P. berghei ANKA menggunakan darah dari mencit donor yang mengandung 107 eritrosit berparasit sebanyak 0,2 ml secara intraperitoneal.
  • – 25 gram yang diperoleh dari Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu (LPPT) Universitas Gajah Mada Yogyakarta.

  Pengukuran Derajat Parasitemia

  Hari ke 3, 5 dan 7 pasca inokulasi, mencit kelompok perlakuan dilakukan pengukuran derajat parasitemia dengan menggunakan darah yang berasal dari ekor mencit dan dibuat apusan darah tepi kemudian diperiksa dengan mikroskop menggunakan pembesaran 1000 kali. Kepadatan parasit dihitung berdasarkan jumlah eritrosit yang terinfeksi dalam 1000 eritrosit. Derajat parasitemia(%) = Eritrosit x 100 % 1000 eritrosit

  HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pengukuran Derajat Parasitemia

  Setelah pengukuran derajat parasitemia didapatkan hasil yang bervariasi pada tiap kelompoknya.

  Tabel 1. Derajat Parasitemia Kelompok Penelitian Pasca Inokulasi P. berghei

  ANKA Tiap Hari Pengamatan

  Kelompok Penelitian Mean ± SD (%) Hari Ke 3 Hari Ke 5 Hari Ke 7

  K (+) 4,62 ± 1,00 23,2 ± 8,44 40,83 ± 10,17 P1 2,22 ± 0,83 19,72 ± 3,85 51 ± 12,86 P2 2,18 ± 1,57 13,2 ± 11,36 17,1 ± 18,99

  Tabel 1 menunjukkan rerata derajat parasitemia meningkat secara mencolok dari hari ke 3 sampai dengan hari ke 7 setelah inokulasi P. berghei ANKA pada kelompok kontrol positif dan kelompok perlakuan 1, sementara pada kelompok perlakuan 2 peningkatan mencolok hanya teramati sampai hari ke 5, kemudian menurun pada hari ke 7 setelah inokulasi P. berghei ANKA.

  Rerata derajat parasitemia pada hari ke 3 setelah inokulasi P. berghei ANKA paling tinggi adalah kelompok kontrol positif sebesar 4,62 %, kemudian kelompok P1 dan terakhir kelompok P2. Pola yang sama juga teramati pada hari ke 5 dimana kelompol kontrol positif memiliki derajat parasitemia paling tinggi sebesar 23, 2% diikuti dengan kelompok P1 dan yang paling rendah kelompok P2. Pola yang berbeda teramati pada hari ke 7 dimana rerata derajat parasitemia yang paling tinggi secara mencolok teramati pada kelompok P1 sebesar 51 % diikuti kelompok kontrol positif (40,83%) dan yang paling rendah adalah kelompok P2 (10,26%).

  Tabel 2. Derajat Parasitemia Berdasarkan Hari Pengamatan Pasca Inokulasi P.

  berghei ANKA Tiap Kelompok Perlakuan Hari Pengamatan

  Mean ± SD (%) K (+) P1 P2 Hari ke 3 4,62 ± 1,00 2,22 ± 0,83 2,18 ± 1,57 Hari ke 5 23,2 ± 8,44 19,72 ± 3,85 13,2 ± 11,36 Hari ke 7 40,83 ± 10,17

  51 ± 12,86 10,26 ± 18,99 Data dari tabel 2 menunjukkan rerata derajat parasitemia pada kelompok kontrol positif paling tinggi adalah pada hari ke 7 setelah inokulasi P. berghei ANKA sebesar 40, 83 % dibanding pada hari ke 3 dan ke 5. Pola yang sama juga teramati pada kelompok P1, yaitu rerata derajat parasitemia yang tinggi secara mencolok teramati pada hari ke 7 setelah inokulasi P.

  berghei ANKA dibanding pada hari ke 3

  P1 0,051 0,149 P2 0,096 0,024*

  Data dari tabel 4 menunjukkan bahwa derajat parasitemia pada kelompok kontrol positif di hari ke 3 lebih rendah dibanding hari ke 5 (p= 0,008) dan hari ke 7 (p= 0,016) pasca inokulasi P.berghei ANKA. Sedangkan derajat parasitemia kelompok P1 pada hari ke 3 lebih rendah secara bermakna dibanding hari ke 5 (p= 0,012) dan ke 7 (p=0,000) pasca inokulasi P.

  Normalitas ANOVA Hari 3 0,212 0,181 Hari 5 0,225 Hari 7 0,096

  Normalitas ANOVA Post Hoc Hari 3 0,616 0,000 0,012* Hari 5 0,198 0,000* Hari 7 0,051 0,000* P 2 Uji

  Mann Whitney Hari 3 0,005 0,005 0,008* Hari 5 0,747 0,016* Hari 7 0,131 0,063 P 1 Uji

  K (+) Uji Normalitas Kruskal Wallis

  4. Analisa Statistik Derajat Parasitemia Berdasarkan Kelompok Perlakuan

  Tabel

  Data dari tabel 3 menunjukkan bahwa derajat parasitemia kelompok P1 lebih rendah secara bermakna dibanding kelompok kontrol positif pada hari ke 3 pasca inokulasi P.berghei ANKA (p= 0,008). Pada hari ke 7 paska inokulasi, derajat parasitemia kelompok P2 lebih rendah secara bermakna dibanding kelompok P1 pada (p=0,024). Namun, pada hari ke 5 pasca inokulasi menunjukkan tidak ada perbedaaan derajat parasitemia pada semua kelompok ( p = 0,207).

  7 Uji Normalitas ANOVA Post Hoc K (+) 0,131 0,024 0,892

  dan 5 yang peningkatannya tidak terlalu mencolok. Pola yang berbeda teramati pada kelompok P2, yairu rerata derajat parasitemia mengalami peningkatan sampai pada hari ke 5 setelah inokulasi P.

  P1 0,198 P2 0,225 Hari Ke

  5 Uji Normalitas ANOVA K (+) 0,747 0,207

  Mann Whitney K(+) 0,005 0,036 0,008 * P1 0,616 0,095 P2 0,212 0,690 Hari Ke

  3 Uji Normalitas Kruskal Wallis

  Hari Ke

  3. Analisa Statistik Derajat Parasitemia berdasarkan Hari Pengamatan

  Tabel

  berghei ANKA sebesar 13,2 % kemudian menurun sebesar 10,26 % pada hari ke 7.

  berghei ANKA, begitu juga indeks

  Penurunan tingkat infeksi yang ditunjukkan dengan penurunan derajat parasitemia juga diharapkan dapat menurunkan terjadinya sekuestrasi di organ lainnya. Pengaruh baik dari ekstrak daun Annona muricata pada malaria sebaiknya disertai dengan pengamatan terjadinya sekuestrasi di organ

  dengan menghambat kompleks I (NADH :

  9-15

  menghambat cyclin dependent protein kinase.

  vitro pada P. falciparum dengan

  mitokondria. Acetoginin juga mampu menghambat enzym plasmodial lainnya yaitu cysteine protease. Senyawa flavonoid yang terkadung dalam ekstrak daun Annona muricata berasal dari golongan flavonol yang merupakan ko pigmen yang tersebar luas di bagian daun. Kandungan flavonoid memiliki aktivitas antiplasmodial yang telah teruji secara in

  adenylate translocase ( Adt) di dalam

  ) pada sistem transport elektron di dalam mitokondria. Akibatnya adalah reduksi respiratori dihambat sehingga sintesis ATP terganggu. P. falciparum diketahui meningkatkan ADP/ATP melalui

  enzyme ubiquinone oxireductase

  vitro . Target aksi dari acetoginin adalah

  parasitemia hari ke 5 lebih rendah secara bermakna dibanding hari ke 7 (p=0,000) pasca inokulasi P. berghei ANKA. Namun, derajat parasitemia kelompok P2 tidak ada perbedaan bermakna indeks parasitemia di semua hari pengamatan pasca inokulasi P. berghei ANKA (p=0,181).

  Ekstrak daun Annona muricata mengandung zat aktif berupa acetoginin dan flavonoid. Kandungan acetoginin ekstrak daun Annona muricata memiliki potensi sebagai antiplasmodial secara in

  pengamatan yang menunjukkan bahwa rerata indeks parasitemia kelompok P2 yang diberi ekstrak daun Annona muricata 200 mg/kgBB/hari lebih rendah secara bermakna dibanding kelompok P1 yang diberi ekstrak daun Annona muricata 100 mg/kgBB/hari.

  muricata. Bukti ke-dua, temuan hari ke 7

  parasitemia. Bukti pertama, rerata indeks parasitemia hari ke 3 lebih rendah secara bermakna pada kelompok P1 yang diberi ekstrak daun Annona muricata 100 mg/kgBB/hari dibanding kontrol positif yang tidak diberi ekstrak daun Annona

  Annona muricata menurunkan indeks

  Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan pengaruh pemberian ekstrak daun Annona muricata terhadap penurunan indeks parasitemia pada mencit Swiss yang diinokulasi P. berghei ANKA. Penelitian ini telah membuktikan bahwa ekstrak daun

  Pembahasan

  • – organ dalam. Pengamatan yang dilakukan dapat meliputi pengamatan yang lebih rinci mengenai mekanisme yang terlibat pada
sekuestrasi PRBC yang disertai dengan 7.

  Nurhayati S. Propagasi Plasmodium konsekuensi yang dapat terjadi seperti berghei Iradiasi Gamma Laju Dosis gangguan fungsi maupun gambaran TInggi Pada Mencit (Mus Musculus). kerusakan jaringan yang terlibat. Seminar Nasional Keselamatan

  Kesehatan dan Lingkungan VII. Jakarta

  KESIMPULAN Pemberian ekstrak etanol daun sirsak ; Juli ; 2011.

  pada mencit yang diinokulasi P. berghei 8.

  Jambou R, El-Assaad F. Combes V, ANKA dapat menurunkan derajat Grau G E. In Vitro Culture of parasitemia dan memiliki potensi dalam Plasmodium berghei ANKA Maintans pengobatan malaria. Infectivity of Mouse Erytrocytes

  Inducing Cerebral Malaria. Malaria Journal; 2011; 346

DAFTAR PUSTAKA 1.

  9. Departemen Kesehatan, Pedoman Mishra S, Ahmad S, Kumar N, Shamar Penatalaksanaan Kasus Malaria di BK. Annona muricata (The Cancer Indonesia. Jakarta ; 2008 ; 17 Killer) : A Review. The Global Journal – 25.

  2. of Pharmaceutical Research Vol 2;

  World Health Organization , World Malaria Report 2012. 2013; 1613 – 18. Switzerland;2012;1-14 10.

  Zelefack F, Guilet D, Valentin A, et 3. al. Antiplasmodial and Cytotoxic Hearn J, Rayment N, et al. Immunopathology of Cerebral Activities of Flavonoids and Malaria : Morphological Evidence of Arylbenzofuran Derivatives From Parasite Sequestration in Murin Brain Morus mesozygia . Greener Journal of Micravasculature. Infection and Biological Sciences. 2012; 20

  • – 24 Immunity. September 2002; 5346 11.
  • – 76.

  Akala Hm, Waters CN, Yenesew A, 4.

  Wanjala C and Akenga TA. In Vitro Mazier D, Nitcheu J, Idrissa M. Cerebral Malaria and Antiplasmodial and Cyclin Dependent Immunogenetics. Parasite Immunology; Protein Kinase ( PfMRK) Inhibitory 2002; 613 Activities of Selected Flavonoids in

  • – 23 5.

  Combination With Chloroquine And Abbas AK, Lichtman AH. Cellular And Molecular Immunology. Elsevier Artemisinin. Academisc Journals.

  Science,USA. 2003. 2010;40

  • – 50 6.

  12. Rodent Malaria Parasites As Models Tchokouaha LR, Boyom FF, et al. For Human Malaria. Available From : Antiplasmodial Activity and Toxicity UR Profile of Acetogenin

  • – Enriched –
Fractions From Annona muricata (Annonaceae) Growing in Cameroon. Dalam : Potent Antiplasmodial Extracts From Cameroonian Annonaceae. The Journal of Ethnopharmacology. 2011; 717 – 24.

13. Wijaya M. Ekstraksi Annonaceous

  acetogenin dari daun sirsak, Annona muricata, Sebagai Senyawa Bioaktif

  Antikanker (Skripsi). Universitas Indonesia. 2012.

  14. Gonzales – Coloma A, Guadano A, et al. Selective Action of Acetogenin Mitochondrial Conplex I Inhibitors. Verlag der Zeitschrift für Naturforschung. 2002; 1028 – 34.

  15. Rakotomanga M, Razakantoanina V, et al. Antiplasmodial Activity of Acetogenins And Inhibitory Effect on

  Plasmodium falciparum Adenylate

  Translocase. Journal of Chemotherapy Volume 16, 2004; 350

  • – 56