PENGARUH BUAH MAHKOTA DEWA TERHADAP PENYEMBUHAN KANKER PAYUDARA

  

PENGARUH BUAH MAHKOTA DEWA TERHADAP

PENYEMBUHAN KANKER PAYUDARA

SITI FATIMAH

  11001042 Subject : Kanker, payudara, Buah, mahkotadewa

  

DESCRIPTION

  Kanker payudara (Carcinoma mammae) adalah suatu penyakit neoplasma yang ganas berasal dari parenkim. Penyakit ini oleh Word Health Organization (WHO) dimasukkan ke dalam International Classification of Diseases (ICD). Faktor risiko kanker payudara di antaranya adalah riwayat keluarga dengan penderita kanker payudara, menarche dini, nullipara dan pemakaian pil yang men- gandung estrogen jangka panjang. Selain itu, juga terdapat faktor risiko lain yang diduga berpengaruh terhadap kejadian kanker payudara yaitu menopause terlambat, riwayat pemberian ASI, dan obesitas.

  Penelitian ini merupakan studi kepustakaan yang bersumber dari textbook, journal, artikel ilmiah, dan literature review yang kemudian dikonseptualisasikan dan dianalisa.

  Pengobatan buah mahkota dewa merupakan terapi non farmakologis yang bersumber dari tanaman yang ada disekitar kita yang memiliki banyak manfaat. Pengobatan buah mahkota dewa diberikan dengan cara diminum, biasanya digunakan beberapa irisan buah kering (tanpa biji). Selama beberapa hari baru dosis ditingkatkan sedikit demi sedikit, sampai dirasakan manfaatnya. Untuk penyakit berat seperti kanker dan psoriaris, dosis pemakaian kadang harus lebih besar agar mendapat manfaat perbaikan.

  Tanaman Mahkota Dewa (Phaleria macocarpa) mempunyai banyak manfaat salah satunya adalah sebagai obat anti kanker, yang menghambat pertumbuhan massa tumor payudara. Buah P. macrocarpa banyak mengandung senyawa aktif yaitu alkaloid, saponin, flavonoid dan polifenol. Senyawa alkaloid ekstrak mahkota dewa dan mengetahui efek sitotoksisitas alkaloid terhadap kultur sel kanker payudara (T47D). Senyawa alkaloid adalah suatu molekul nitrogen organik yang ada pada tanaman, bersifat basa, mempunyai kemampuan menghambat perkembangan sel kanker tanpa mengakibatkan kerusakan pada sel normal. Hambatan perkembangan tersebut diakibatkan karena adanya pembentukan kompleks alkaloid-kanker DNA yang membuat replikasi DNA sel kanker tidak terjadi.

  

ABSTRACT

  Breast cancer (mammae carcinoma) is a malignant neoplasm disease that formed by the parenkim. The disease is released the Word Health Organization (WHO) includes in the International Classification with Diseases (ICD). The risk factors of breast cancer are was a family history of patients with breast cancer, early menarche, nullipara and using pills that consists of long-term of estrogen at. In addition, the other risk factors that are assumed to influence the incidence of breast cancer are late menopause, history of breast feeding, and obesity.

  This study is a literature study sourced with textbooks, journals, scientific articles, and literature review that will be conceptualized and analyzed. Mahkota Dewa treatment is non-pharmacological therapies are derived from plants that exist around us that has many benefits. It is given with drinking and usually, it is used with some dried fruit slices (without seeds). In a few days its dosage will be increased little by little, until the perceived benefits. For serious illnesses such as cancer and psoriasis, its dosage should be sometime given more for getting better benefits.

  Phaleria macocarpa has many benefits and one of them is as anti-cancer drugs, which inhibit the growth mass of breast tumor, it contains many active compounds that are alkaloids, saponins, flavonoids and polyphenols. Alkaloid is extracted with phaleria macocarpa and it knows the effect of alkaloid cytotoxicity effects against culture of breast cancer cells (T47D). Alkaloid is an organic nitrogen molecules in plants, is alkaline, has the ability to inhibit the growth of cancer cells without causing damage to normal cells. The development at barriers caused by the formation of a complex alkaloid-cancer DNA that makes cancer cell of DNA replication does not occur.

  Keywords: Cancer, breast, fruit, Phaleria macrocarpa

  Contributor : 1. Tri Peni, SST, M. Kes

  2. M. Nur Firdaus, S. Kep. Ns Date : 28 Mei 2014 Type Material : Laporan Penelitian URL : Right : Open Document Summary :

LATAR BELAKANG

  Setiap tahun terdapat 7 juta penderita kanker payudara dan 5 juta orang meninggal karena kanker payudara. Profil Kesehatan Indonesia 2008 dari Departemen Kesehatan Republik Indonesia menyebutkan bahwa penyakit kanker payudara memiliki urutan pertama dari 10 penyakit kanker pada pasien rawat inap di RS tahun 2004 - 2007. Kanker payudara merupakan salah satu penyakit yang paling mengancam kehidupan kaum perempuan, yang tidak hanya berdampak pada fisik akan tetapi juga psikis, seperti stress (Santrock, 2002). Kehilangan maupun kelainan pada payudara sangat memberikan dampak negatif terhadap psikologi pasien. Penelitian yang dilakukan oleh Hadjam (2000) terhadap pasien kanker menemukan bahwa respon pasien pertama kali mendengar dinyatakan kanker memperlihatkan adanya stres yang ditunjukan dengan perasaan sedih, putus asa, pesimis, merasa diri gagal, tidak puas dalam hidup, merasa lebih buruk dibandingkan dengan orang lain, penilaian rendah terhadap tubuhnya, dan merasa tidak berdaya.

  Survei yang dilakukan WHO dinyatakan 8-9 persen wanita mengalami kanker payudara. Hal itu membuat kanker payudara sebagai jenis kanker yang paling banyak ditemui pada wanita (American Cancer Society, 2008). Berdasarkan Profil Kesehatan Republik Indonesia tahun 2008. Tiga peringkat utama adalah neoplasma ganas payudara disusul neoplasma ganas serviks uterus meningkat selama 4 tahun tersebut dengan kejadian 5.297 kasus di tahun 2004, 7.850 kasus di tahun 2005, 8.328 kasus di tahun 2006, dan 8.277 kasus di tahun 2007. Prevalensi kasus kanker payudara di Provinsi Jawa Tengah mengalami peningkatan dari 0.02% pada tahun 2005 menjadi 0.04% pada tahun 2006 dan pada tahun 2007 tetap sebesar 0.04 %. Kasus penyakit kanker tahun 2007 yang ditemukan di Provinsi Jawa Tengah sebesar 22.167 kasus, terdiri dari kanker servik 7.715 kasus (34,61%), kanker payudara 11.310 kasus (51,04%), kanker hati 2.130 kasus (9,61%), dan kanker paru-paru 1.006 kasus (4,54%) (Anggorowati, 2013).

  Berdasarkan data penelitian Harianto dkk di Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo tahun 2005, faktor risiko kanker payudara di antaranya adalah riwayat keluarga dengan penderita kanker payudara, menarche dini, nullipara dan pemakaian pil yang mengandung estrogen jangka panjang. Selain itu, juga terdapat faktor risiko lain yang diduga berpengaruh terhadap kejadian kanker payudara yaitu menopause terlambat, riwayat pemberian ASI, dan obesitas. Akan tetapi, hormon juga bisa menyebabkan gangguan abnormal pada payudara wanita.

  Salah satu akibat negatif dari hormon estrogen adalah dapat menimbulkan terjadinya fibroadenoma mammae yaitu tumor jinak payudara yang sering ditemukan pada usia reproduksi yang disebabkan oleh beberapa kemungkinan yaitu akibat sensitivitas jaringan setempat yang berlebihan terhadap esterogen sehingga kelainan ini sering digolongkan dalam mammary displasia. Penyakit ini terjadi secara asimptomatik pada wanita dan sering terjadi pada usia awal reproduktif dan puncaknya adalah antara usia 15 sampai 35 tahun (Brave jurnal, 2009). Pernyataan Caleste yang dikutip oleh Harianto (2005), bahwa usia melahirkan anak pertama di atas 30 tahun dilaporkan dapat meningkatkan risiko perkembangan kanker payudara. Hal ini dikarenakan periode diantara usia menarche dan usia kehamilan pertama terjadi ketidakseimbangan hormon dan jaringan payudara sangat peka terhadap hal tersebut, sehingga periode ini merupakan permulaan dari perkembangan kanker payudara (Chlebowski, 2009). Upaya pengobatan yang ada saat ini, seperti pembedahan, kemoterapi, radiasi, hormonal dan terapi imunologik pembedahan, kemoterapi, radiasi, hormonal dan terapi imunologik (Budiman dkk., 2013) selain menghambat perkembangbiakan sel kanker juga memiliki dampak terhadap sel normal penderita dan menimbulkan efek samping yang membuat kondisi pasien menjadi tidak nyaman (Lisdawati, 2009). Selain itu pengobatan dengan menggunakan tanaman obat merupakan langkah efektif tanpa menimbulkan efek samping, tanaman obat (buah mahkota dewa) yang mengandung senyawa flavonoid. Flavonoid memiliki kemampuan dalam menangkap radikal bebas yang dapat menyebabkan kanker (Sundaryono, 2011).

METODOLOGI PENELITIAN

  Metodologi penelitian yang digunakan adalah studi kepustakaan yang berasal dari pengumpulan data seperti konsep kecemasan kanker payudara dan buah mahkota dewa yang bersumber dari textbook, journal, artikel ilmiah, dan literature review. Kemudian dilakukan konseptualisasikan, dianalisis, dan diambil kesimpulan serta saran. Metode studi literatur adalah serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat, serta mengelolah bahan penelitian.

HASIL PENELITIAN

  Kanker payudara adalah kanker yang berasal dari kelenjar, saluran kelenjar dan jaringan penunjang payudara (Luwia, 2005). Kanker payudara merupakan neoplasma spesifik tempat terlazim perempuan yang merupakan penyebab utama kematian perempuan akibat kanker (Sutriston,

  1992 dalam Sodiq, 2011).

  Upaya pengobatan yang ada saat ini, seperti pembedahan, kemoterapi, radiasi, hormonal dan terapi imunologik pembedahan, kemoterapi, radiasi, hormonal dan terapi imunologik (Budiman dkk., 2013) selain menghambat perkembangbiakan sel kanker juga memiliki dampak terhadap sel normal penderita dan menimbulkan efek samping yang membuat kondisi pasien menjadi tidak nyaman (Lisdawati, 2009). Selain itu pengobatan dengan menggunakan tanaman obat merupakan langkah efektif tanpa menimbulkan efek samping, tanaman obat (buah mahkota dewa) yang mengandung senyawa flavonoid.Flavonoid memiliki kemampuan dalam menangkap radikal bebas yang dapat menyebabkan kanker (Sundaryono, 2011).

  Hasil penelitian yang dilakukan oleh Lauretta M, dkk pada tahun 2014 ini menunjukkan bahwa ekstrak buah mahkota dewa memiliki sebagai efek antioksidan. Buah mahkota dewa memiliki antioksi dan alami yang dapat menghambat pembentukan radikal bebas sehingga mencegah kerusakan sel (Sahdiah, 2013). Hal ini sejalan dengan penelitian-penelitian sebelumnya tentang ekstrak buah mahkota dewa. Salah satunya penelitian Yandi Syukri dan Saepudin pada tahun 2008 yaitu penelitian tentang aktivitas anti karsinogenesis ekstrak buah mahkota dewa pada mencit yang diinduksi DMBA

  

(Dimethylbenz[α]anthracene). Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa

  pemberian ekstrak buah mahkota dewa kadar 25 mg dengandosis ekstrak yang setara dengan 200 mg serbuk daging mahkota dewa mampu mencegah pembentukan tumor pada paru mencit yang diinduksi oleh DMBA (Dimethylbenz[α]anthracene).

  Potensi antioksi dan mahkota dewa juga telah dibuktikan dengan uji fitokimia alkaloid, flavonoid, tanin, dan saponin menunjukkan hasil uji positif. Senyawa-senyawa tersebut sangat berperan sebagai zat yang yang mampu menghambat reaksi oksidasi lipid (Salim, 2006). Flavonoid yang berfungsi sebagai antioksi dan dengan cara menghambat terbentuknya radikal bebas,menghambat peroksidasi lipid dan mengubah struktur membran sel (Prasetyo dkk., 2002). Sesuai mekanisme kerjanya antioksi dan memiliki dua fungsi, yaitu sebagai pemberi atom hidrogen dan memperlambat laju autooksidasi yang menghambat terbentuknya radikal lipid. Dengan memberikan atom hidrogen pada radikal lipid maka radikal lipid tersebut akan berubah menjadi bentuk lebih stabil dan tidak mengakibatkan kerusakan yang lebih berat (Winarsi, 2005).

  Hasil penelitian Ermin Katrin dan Hendig Winarno pada tahun 2011 bahwa ekstraksi dengan n-heksan, etil asetat, dan etanol dari 746,20 g simplisia kulit batang mahkota dewa (serbuk kering dengan kadar air 3,5%) masing-masing diperoleh rendemen 1,24%, 2,01%, dan 10,45%. Ekstrak n -heksan berwarna hijau tua dengan kandungan kimia adalah steroid dan terpen, ekstraketil asetat berwarna hijau tua dengan kandungan kimia adalah alkaloid, flavonoid, dan steroid, sedang ekstrak etanol berwarna coklat tua dengan kandungan kimia rajangan simplisia kulit batang mahkota dewa. Komponen kimia dalam kulit batang mahkota dewa ini sama dengan kandungan kimia dalam daging buah mahkota dewa, dan senyawa tersebut diduga berpotensi sebagai antikanker dan antioksidan (Lisdawati, 2002).

  Ekstrak etil asetat (IC50 10,15 g/ml) simplisia serbuk kulit batang mahkota dewa menunjukkan aktivitas sitotoksik tertinggi dibandingkan ekstrak etanol (IC50 12,92 μ g/ml) dan ekstrak n-heksan (IC50 13,35 μ g/ml). Fraksinasi ekstrak etil asetat simplisia serbuk kulit batang mahkota dewa menggunakan silika gel kromatografi kolom diperoleh delapan fraksi yang memiliki aktivitas sitotoksik terhadap sel leukemia tikus L1210 dengan IC50 adalah 15,52 μ g/mμ g/ml berturut- turut untuk fraksi 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, dan 8. Uji sitotoksik fraksi 5 dan 6 terhadap 4 jenis sel kanker manusia menunjukkan bahwa kedua fraksi memiliki aktivitas sitotoksik dengan nilai IC50 antara 4,75 μ g/ml sampai 14,85 μ g/ml, dan perlu diisolasi lanjut untuk mendapatkan isolat aktif.

  Pada penelitian M Shendy (2014), Medical Faculty of Lampung University tersebut, ditemukan bahwa semakin tinggi dosis ekstrak mahkota dewa yang digunakan memberikan efek antikarsinogenesis yang semakin tinggi. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan metode acak terkontrol dengan pola post test-only control group design. Penelitian ini menggunakan 25 ekor tikus putih galur Sprague dawley berumur 5 minggu yang diperoleh dari laboratorium Balai Penelitian Veteriner (BALITVET) Bogor dan dibagi kedalam 5 kelompok.Kelompok I sebagai kontrol normal, hanya yang diberi aquades dan pakan protein 14% untuk riset. Kelompok II sebagai kontrol patologis, diinduksi DMBA dengan dosis 30 mg/kgBB. Kelompok III adalah kelompok yang telah diinduksi DMBA 30 mg/kgBB dan diberikan ekstrak mahkota dewa dosis 24 mg, kelompok IV telah diinduksi dmba 30 mg/kgBB dan diberikan ekstrak mahkota dewa dengan dosis 48 mg, dan kelompok V telah diinduksi DMBA dan diberikan ekstrak mahkota dewa dengan dosis 96 mg. Proses pembuatan ekstrak buah mahkota dewa dalam penelitian ini menggunakan etanol sebagai pelarut, ekstrak etanol 70% mahkota dewa memiliki kandungan flavonoid tertinggi, yaitu sebesar 5,734 μ g/mg. Semakin tinggi kadar flavonoid ekstrak daging buah mahkota dewa, maka aktivitas antioksidannya semakin besar. Pembuatan ekstrak etanol buah mahkota dewa dilakukan sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Sulistianto dkk pada tahun 2004. Kelompok 2 yang diinduksi dengan DMBA tanpa pemberian ekstrak mahkota dewa memiliki jumlah asinus yang lebih banyak di sekitar duktus intra lobular dan bentuk asinus serta lumennya yang tidak beraturan, yang disebut adenosis. Adenosis adalah sebuah perubahan yang ditandai dengan peningkatan jumlah asinus dan pelebaran duktus intra lobular, sehingga meningkatkan diameter keseluruhan unit lobular (Cassaliet al., 2011). Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Chang et al. pada tahun 2013, bentuk lumen asinus yangtidak teratur dapat menunjukkan adanya suatu peningkatan proliferasi ataupun penurunan apoptosis yang mengarah kepada keganasan. Selain bentuk lumen asini, banyaknya jumlah asini yang terdapat dalam satu lobus juga mengindikasikan adanya risiko ke arah keganasan. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Mc Kian et al. pada tahun 2009 yang menyebutkan bahwa wanita dengan kanker payudara memiliki jumlah asini dalam sebuah lobus yang lebih banyak dibandingkan dengan wanita tanpa kanker riwayat kanker payudara dalam keluarganya, dan juga terjadi peningakatan jumlah asini pada jaringan payudara yang mengalami hiperplasia dibandingkan dengan jaringan payudara yang normal.

  Pada penelitian ini, hasil menunjukkan bahwa pada pemberian ekstrak mahkota dewa terjadi beberapa penurunan jumlah asinus pada kelompok tikus yang diberi mahkota dewa pada dosis 24 dan 96 mg, sedangkan pada kelompok dengan pemberian ekstrak mahkota dewa 48 mg penurunan jumlah asinus tidak terjadi secara signifikan dengan jumlah asinus lebih dari kelompok 24 dan 48 mg.

  Cara penggunaan buah mahkota dewa yaitu dengan memotong atau mengiris tipis buah mahkota dewa yang sudah masak, kemudian di keringkan hingga kadar airnya hilang. Mahkota dewa kering ditimbang sebanyak 50 gram kemudian direndam dalam etanol 70% sebanyak 500ml dalam beaker glass 1L selama 5 hari.Disaring dengan kain saring. Penguapan pelarut dengan penguap vakum berputar suhu 60°C.Sampai kurang lebih 10%- nya (uap tidak menetes lagi) Hasil ekstrak ditimbang dan diukur volumenya. Ekstrak dicampur dengan dekstrin (1:2), dan dikeringkan dengan pengering vakum suhu 60°C selama 30 menit. Campuran ekstrak dan dekstrin yang sudah dikeringkan merupakan 30% dari keseluruhan berat sampel, kemudian dicampur dengan bahan pengisi lainnya (gula pasir). Kemudian diayak, dihomogenisasikan dan dikemas dalam bentuk kapsul. Dengan cara ini memudahkan konsumen untuk mengkonsumsinya, selain mudah untuk dikonsumsi juga mudah untuk diminum dan rasanya tidak pahit. Buah mahkota dewa juga mudah untuk didapat dan harganya pun cukup terjangkau daripada pengobatan medis.

  Dosis efektif yang aman dan bermanfaat belum diketahui secara tepat. Untuk obat yang diminum biasanya digunakan beberapa irisan buah kering (tanpa biji). Selama beberapa hari baru dosis ditingkatkan sedikit demi sedikit, sampai dirasakan manfaatnya. Untuk penyakit berat seperti kanker dan psoriaris, dosis pemakaian kadang harus lebih besar agar mendapat manfaat perbaikan. Efek samping yang timbul harus diperhatikan (Dalimartha, 2004).

  Ekstraksi daging buah mahkota dewa sebanyak 20 g dibersihkan, dicuci, dan dipotong-potong bagian daging buahnya, pisahkan dari cangkang dan bijinya, dikeringkan, kemudian diserbuk halus dan dimaserasi dengan 100 ml pelarutetanol 96%. Supernatan didekantasi dan disaring. Serbuk dimaserasi kembali dengan 100 ml etanol, dekantasi diulangi dan maserasi dilanjutkan sampai diperoleh filtrat yang tidak berwarna. Filtrat yang diperoleh dipisahkan dari pelarutnya dengan menggunakan evaporator dilanjutkan dengan penangas air sehingga diperoleh ekstrak kental bahan pembanding (Harahap, 2007).

  Ekstraksi buah mahkota dewa menurut Suparmi, 2011 yaitu 500 gram buah mahkota dewa yang telah dikeringkan ditumbuk halus, kemudian serbuk dimasukkan ke dalam alat ekstrasi yaitu soklet dan dilarutkan secara bertahap, dengan pelarut n. heksana, etil acetat, etanol dan air masing masing selama 3 kali 5 jam. Hasil ekstrak yang dipakai dalam penelitian ini adalah ekstrak etil acetat lalu diuapkan dalam Rotary evaporator vacum dan didapat larutan ekstrak kental lalu ditimbang menghasilkan sebesar 21 g. Hasil ini kemudian dilanjutkan dengan fraksinasi.

  Hasil ekstrak etil acetat di fraksinasi dengan mengunakan kromatografi kolom mengunakan fase diam silica gel 60 dan fase gerak kloroform : metanol Tipis dengancara kromotografi kertas. Masing masing fraksi ditotolkan pada kertas preparatif, dielusi menggunakan cairan pengembang I kloroform : metanol (1:1) dan cairan pengembang IIn.heksan : chloroform (3 : 2). Kemudian diuji secara kwalitatif dengan pereaksi Dragendrorrf LP, jika terjadi endapan coklat maka simplisia mengandung alkaloid dan bila dengan pereaksi Mayer terbentuk endapan mengumpal berwarna putih atau kuning menunjukkan ada alkaloid. Hasil dari 5 fraksi hanya 2 fraksi yang positif.

  SIMPULAN

  Ekstrak buah mahkota dewa mempunyai peranan dalam penyembuh kanker payudara karena mahkota dewa mengandung antihistamin alkaloida, sebab daun maupun buahnya agak pahit, mengandung senyawa triterpen, saponin dan polifenol (lignan). Kulit buahnya juga mengandung alkaloida, triterpen, saponin dan flavonoida. Flavonoid memiliki kemampuan dalam menangkap radikal bebas yang dapat menyebabkan kanker. Senyawa alkaloid adalah suatu molekul nitrogen organik yang ada pada tanaman, bersifat basa, mempunyai kemampuan menghambat perkembangan sel kanker tanpa mengakibatkan kerusakan pada sel normal. Hambatan perkembangan tersebut diakibatkan karena adanya pembentukan kompleks alkaloid-kanker DNA yang membuat replikasi DNA sel kanker tidak terjadi.

  REKOMENDASI

  1. Perlunya segera dilakukan sosialisasi “buah mahkota dewa” di kalangan masyarakat.

  2. Penggalakan penyuluhan pengaruh buah mahkota dewa penyembuh kanker

  payudara sedini mungkin dikalangan masyarakat sehingga peluang terjadinya kanker payudara semakain kecil.

  3. Penelitian lanjutan yang memperhatikan efek kumulatif dari kanker payudara dengan menghitung penderita kanker payudara.

  4. Bagi institusi diharapkan penelitian ini dapat dijadikan bahan rujukan dan pengetahuan bagi peneliti selanjutnya yang berkaitan dengan buah Alamat correspondensi : Alamat : Dsn. Balun RT : 02/RW : 15, Gempol-Pasuruan Email : sitifatimah.d3.kep@gmail.com No.Hp : 082141701041