PENGARUH PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERN

PENGARUH PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE
TERHADAP MANAJEMEN LABA DENGAN PROFITABILITAS
SEBAGAI VARIABEL MODERASI

ARTIKEL ILMIAH

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Penyelesaian
Program Pendidikan Strata Satu
Jurusan Akuntansi

Oleh :
PRETTY ELISA RAHMAH
NIM : 2010310608

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI PERBANAS
SURABAYA
2014

PENGARUH PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE
TERHADAP MANAJEMEN LABA DENGAN PROFITABILITAS
SEBAGAI VARIABEL MODERASI


Pretty Elisa Rahmah
STIE Perbanas Surabaya
E-mail: 2010310608@students.perbanas.ac.id
Supriyati
STIE Perbanas Surabaya
E-mail: supriyati@perbanas.ac.id
Erida Herliana
STIE Perbanas Surabaya
E-mail: erida@perbanas.ac.id
Jl. Nginden Semolo 34-36 Surabaya
ABSTRACT
This research aims to examine the impact of good corporate governance implementation and
profitability towards earnings management practice of banking industry listed in Indonesian
Capital Stock Exchange from 2008 up to 2011. The sampling method in this research is
purposive sampling. This research consists 13 companies from banking industry in the
Indonesian Stock Exchange. The analysis technique is conducted by simple linear regression
and moderated regression analysis. The implementation of good corporate governance is
measured by composit score towards earnings management which is measured by
discretionary accrual from Beaver and Engel approach, and the return on assets is used as a

proxy of the profitability. The results of this research shows that good corporate governance
doesn’t have a significant influence to the earnings management, and profitability can’t
moderate the relation of good corporate governance towards earnings management.
Keywords: earnings management, good corporate governance, composit score, return on
assets.
insentif untuk melakukan manajemen laba
supaya
perusahaan
mereka
dapat
memenuhi kriteria yang disyaratkan oleh
Bank Indonesia. Scott (2006) menyatakan
bahwa pilihan kebijakan akuntansi yang
dilakukan manajer untuk tujuan spesifik
disebut
dengan
manajemen
laba.
Sedangkan menurut Belkaoui (2004),
manajemen laba yaitu suatu kemampuan

untuk memanipulasi pilihan-pilihan yang
tersedia dan mengambil alih pilihan yang
tepat untuk dapat mencapai tingkat laba
yang diinginkan. Perekayasaan menaikkan
atau menurunkan angka akrual antara lain

PENDAHULUAN
Tuntutan Bank Indonesia untuk
meningkatkan
transparansi
kondisi
keuangan dan kinerja bank kepada publik
sejalan dengan semakin berkembangnya
produk dan aktivitas perbankan nasional.
Aspek tersebut dinilai melalui pencapaian
good corporate governance bank dengan
mengungkapkan
informasi
secara
kuantitatif dan kualitatif. Bank Indonesia

menggunakan laporan keuangan sebagai
dasar dalam penentuan status suatu bank.
Oleh karena itu, manajer mempunyai

1

dapat dilakukan dengan cara mempercepat
pengakuan biaya atau menunda pengakuan
pendapatan. Manajemen laba yang
dilakukan manajer datang karena adanya
motivasi ekstrinsik yang diantaranya,
motivasi bonus, motivasi utang, motivasi
pajak, motivasi penjualan saham, motivasi
pergantian direksi, dan motivasi politis
(Dedhy, Yeni dan Liza, 2011).
Ciri
utama
dari
lemahnya
corporate governance adalah adanya

tindakan mementingkan diri sendiri di
pihak para manajer perusahaan salah
satunya dengan melakukan tindakan
manajemen laba. Konsep corporate
governance
adalah
tercapainya
pengelolaan perusahaan yang lebih
transaparan bagi semua pengguna laporan
keuangan sehingga dengan penerapan
good corporate governance diharapkan
dapat mengurangi manajemen laba yang
dilakukan oleh manajer. Parkinson (1994)
menyatakan bahwa corporate governance
adalah proses supervisi dan pengendalian
yang dimaksudkan untuk meyakinkan
bahwa manajemen perusahaan bertindak
sejalan
dengan
kepentingan

para
pemegang
saham
(shareholders).
Profitabiltas erat hubungannya dengan
manajemen laba, apabila profitabilitas
perusahaan
semakin
besar
maka
kemungkinan terjadinya manajemen laba
yang besar pula, sehingga profitabilitas
dan manajemen laba memiliki hubungan
searah. Hubungan profitabiltas terhadap
manajemen laba tersebut membuat
profitabilitas dapat memoderasi dengan
melemahkan hubungan antara good
corporate
governance
dalam

mempengaruhi manajemen laba. Dari latar
belakang permasalahan yang ada, maka
penelitian ini diberi judul “Pengaruh
Penerapan Good Corporate Governance
terhadap Manajemen Laba dengan
Profitabilitas
sebagai
Variabel
Moderasi”

mekanisme good corporate governance
terhadap manajemen laba?” dan “Apakah
profitabilitas
memoderasi
pengaruh
hubungan good corporate governance
terhadap manajemen laba?”. Tujuan
penelitian ini adalah untuk menguji
pengaruh
antara

mekanisme
good
corporate
governance
terhadap
manajemen laba dan menguji apakah
profitabilitas dapat memoderasi hubungan
antara good corporate governance
terhadap manajemen laba. Hasil penelitian
ini
diharapkan
dapat
memberikan
sumbangan pemikiran tentang pentingnya
penerapan good corporate governance dan
memberikan
pengetahuan
dalam
mempertimbangkan aspek-aspek dalam
investasi yang tidak terpaku pada ukuranukuran moneter saja serta penelitian ini

diharapkan mampu mengembangkan ilmu
pengetahuan dan tambahan literatur
mengenai pengaruh mekanisme corporate
governance terhadap manajemen laba.
LANDASAN
TEORITIS
DAN
PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Teori Keagenan (Agency Theory)
Hubungan
keagenan
merupakan dasar yang digunakan untuk
memahami hubungan antara manajer dan
pemegang saham. Jensen dan Meckling
(1976) memandang bahwa manajemen
perusahaan sebagai agents bagi para
pemegang saham (principal), akan
bertindak dengan penuh kesadaran bagi
kepentingannya sendiri, bukan sebagai
pihak yang arif dan bijaksana serta adil

terhadap pemegang saham. Pemegang
saham
menilai
kinerja
manajer
berdasarkan
kemampuannya
dalam
menghasilkan laba perusahaan karena
pemegang
saham
menginginkan
pengembalian yang lebih besar atas
intevstasi yang mereka tanam. Sedangkan
manajer menginginkan kepentingannya
diakomodasi
dengan
pemberian
kompensasi atau insentif yang sebesarbesarnya atas kinerja dalam menjalankan
perusahaan sehingga manajer seringkali


Rumusan masalah yang akan
dibahas dalam penelitian ini adalah
"Apakah terdapat pengaruh antara

2

melakukan manipulasi saat melaporkan
kondisi perusahaan kepada pemegang
saham. Perbedaan informasi yang dimiliki
antara manajer dengan pemegang saham
tersebut menyebabkan kondisi perusahaan
yang dilaporkan oleh tidak mencerminkan
keadaan perusahaan yang sesungguhnya.
Keadaan tersebut dikenal sebagai asimetri
informasi. Asimetri informasi antara
manajemen (agent) dengan pemilik
(principal) dapat memberikan kesempatan
kepada
manajer
untuk
melakukan
manajemen laba (earnings management)
(Richardson, 1998). Terdapat cara-cara
langsung yang dapat dilakukan oleh
pemegang saham untuk memantau
manajemen perusahaan dalam membantu
memecahkan konflik keagenan tersebut.
Pertama, dengan mempengaruhi cara
bagaimana perusahaan dijalankan melalui
voting dalam Rapat Umum Pemegang
Saham (RUPS), hak voting pemegang
saham merupakan bagian penting dari
asset keuangan mereka. Kedua, melakukan
resolusi di mana suatu kelompok
pemegang
saham
secara
kolektif
melakukan lobby terhadap manajer
berkenaan dengan isu-isu yang tidak
memuaskan mereka. Pemegang saham
juga mempunyai opsi divestasi atau
menjual
saham
mereka,
divestasi
mereprestasikan suatu kegagalan dari
perusahaan
untuk
mempertahankan
investor, dimana divestasi diakibatkan oleh
ketidakpuasan pemegang saham atas
aktivitas manajer (Warsono, 2009).

mendefiniskan manajemen laba sebagai
pilihan
kebijakan
akuntansi
yang
dilakukan manajer untuk tujuan spesifik.
Sugiri dalam Agnes (2001) membagi
definisi earning management menjadi dua,
yaitu: 1) Definisi sempit, earning
management dalam artian sempit ini
didefinisikan sebagai perilaku manajer
untuk “bermain” dengan komponen
discretionary accruals dalam menentukan
besarnya earning. 2) Definisi Luas,
Earning management merupakan tindakan
manajer
untuk
meningkatkan
(mengurangi) laba yang dilaporkan saat ini
atas suatu unit dimana manajer
bertanggungjawab, tanpa mengakibatkan
peningkatan (penurunan) profitabilitas
ekonomi jangka panjang unit tersebut.
Dari definisi-definisi tersebut dapat
disimpulkan bahwa manajer dalam
mengelola
perusahaan
mempunyai
kebebasan
untuk
memilih
dan
menggunakan pilihan-pilihan yang tersedia
sehingga termotivasi untuk memanipulasi
pilihan tersebut dalam mencapai tingkat
laba tertentu sesuai tujuan spesifik manajer
walaupun laba yang dihasilkan tersebut
tidak mencerminkan keadaan perusahaan
yang
sebenarnya.
Motivasi
yang
melatarbelakangi
terjadinya
praktik
manajemen laba yang dilakukan oleh
manajer menurut Scott dalam Wedari
(2004), antara lain bonus purposes,
political motivations, taxation motivations,
pergantian CEO, Initial Public Offering
(IPO), dan pentingnya memberi informasi
kepada investor. Sulistyanto (2008: 211)
menyebutkan beberapa model dalam
mendeteksi manajemen laba yang di
antaranya adalah The Healy Model, The
De Angelo Model, The Modified Jones
Model, Industry Adjusted Model, Beaver
and Engel, dan The Cross-Sectional
Models. Model yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Beaver and Engel.

Manajemen Laba
Manajemen laba adalah suatu
kemampuan untuk memanipulasi pilihanpilihan yang tersedia dan mengambil
pilihan yang tepat untuk dapat mencapai
tingkat laba yang diinginkan (Belkaoui,
2004). Definisi manajemen laba juga
dikemukakan oleh Schipper dalam
Belkaoui (2004) yang melihat manajemen
laba sebagai suatu intervensi yang
disengaja pada proses pelaporan eksternal
dengan maksud untuk mendapatkan
beberapa keuntungan pribadi. Scott (2006)

Good Corporate Governance
Brigham dan Erhardt (2005)
menyatakan bahwa tata kelola perusahaan
didefinisikan sebagai seperangkat aturan

3

dan prosedur yang menjamin manajer
untuk
menerapkan
prinsip-prinsip
manajemen berbasis nilai. Prinsip-prinsip
tersebut dalam penerapannya dikenal
dengan dengan istilah TARIF yaitu
Transparency,
Accountability,
Responsibility,
Independency
dan
Fairness. Menurut The World Bank dalam
Siti (2004), corporate governance adalah
standar aturan dan standar organisasi di
bidang ekonomi yang mengatur perilaku
pemilik perusahaan, direktur dan manajer
serta pertanggungjawabannya terhadap
investor (pemegang saham dan kreditur).
Penerapan GCG perbankan ditandai
dengan diterbitkannya Peraturan Bank
Indonesia (PBI) No. 8/4/PBI/2006 tentang
Pelaksanaan good corporate covernance
bagi Bank Umum dan PBI No.
8/14/PBI/2006 tentang Perubahan atas
Peraturan
Bank
Indonesia
No.
8/4/PBI/2006.
Peraturan
tersebut
mengharuskan bank umum nasional
menerapkan tata kelola dengan prinsipprinsip
keterbukaan
(transparency),
akuntabilitas
(accountability),
pertanggungjawaban
(responsibility),
independensi
(independency),
dan
kewajaran (fairness). Peraturan tersebut
juga menekankan pentingnya peran dewan
komisaris dan direksi dalam menciptakan
good
corporate
covernanceserta
pentingnyakegiatan check and balance
dari pihak-pihak independen dengan pihak
yang terkait dengan pemegang saham
pengendali
untuk
meningkatkan
pelaksanaan good corporate governance.
Penerapan good corporate governance
perbankan diproksikan oleh sebelas aspek
yang terdiri dari: 1) tugas dan tanggung
jawab komisaris 2) tugas dan tanggung
jawab direksi 3) kelengkapan dan tugas
komite
4)
penanganan
benturan
kepentingan 5) fungsi kepatuhan 6) fungsi
audit intern 7) fungsi audit ekstern 8)
fungsi manajemen risiko dan pengendalian
internal 9) penyediaan dana pihak terkait
dan debitur besar 10) transparansi 11)
rencana strategik.

Profitabilitas
Laba merupakan indikator
kinerja yang dilakukan oleh manajemen
dalam mengelola perusahaan dan juga
berfungsi untuk mengukur efektivitas dari
sebuah proses bisnis. Profitabilitas adalah
kemampuan perusahaan memperoleh laba
dalam hubungannya dengan penjualan,
total aktiva maupun modal sendiri
(Sartono dalam Herni dan Yulius Kurnia
Susanto, 2008). Tingkat profitabilitas yang
tinggi mencerminkan kinerja perusahaan
dan pengawasan berjalan dengan baik,
sama halnya dengan tingkat profitabilitas
yang rendah menunjukkan bahwa kinerja
perusahaan kurang baik, dan kinerja
manajemen tampak buruk di mata
principal. Profitabilitas juga sangat
penting dalam usaha mempertahankan
kelangsungan hidup perusahaan dalam
jangka panjang, karena profitabilitas
menunjukkan apakah badan usaha tersebut
mempunyai prospek yang baik di masa
yang akan datang. Dengan demikian setiap
badan usaha akan selalu berusaha
meningkatkan profitabilitasnya. Rasio
profitabilitas dapat ditunjukkan dengan
beberapa model yaitu operating income to
net income before taxes, earning before
taxes to sales, gross profit to sales,
operating income to sales,net income to
sales.
Hubungan Good Corporate Governance
dan Manajemen Laba
Informasi laba sangat penting bagi
stakeholder sebagai dasar pengambilan
keputusan karena memiliki nilai prediktif.
Hal tersebut membuat pihak manajemen
berusaha untuk melakukan manajemen
laba agar kinerja perusahaan tampak baik
oleh
pihak
eksternal
khususnya
shareholder. Good corporate governance
merupakan
mekanisme
yang
dikembangkan
dalam
rangka
meningkatkan kinerja perusahaan dan
perilaku pihak manajemen yang menjamin
bahwa manajemen bertindak yang terbaik
bagi kepentingan stakeholder. Corporate
governance mengatur pola hubungan

4

antara komisaris, direksi dan manajemen
agar terjadi chek and balances dalam
pengelolaan organisasi. Dengan adanya
mekanisme
good
corporate
governance maka dapat mengurangi
tindakan opportunis manajer dalam
melakukan manajemen laba, karena
adanya pengawasan dan pengendalian
yang menjadi esensi utama dari
mekanisme good corporate governance.
Menurut hasil penelitian Tangjitprom
(2013) menunjukkan bahwa tata kelola
perusahaan yang baik berpengaruh negatif
terhadap manajemen laba. Hal tersebut
diperkuat oleh hasil penelitian Werner
(2010) yang menyatakan bahwa praktik
good corporate governance berpengaruh
signifikan terhadap praktik earnings
management
yang
dilakukan
oleh
perusahaan.

manajemen laba tersebut membuat
profitabilitas dapat memoderasi dengan
melemahkan hubungan antara good
corporate
governance
dalam
mempengaruhi manajemen laba.
Kerangka pemikiran yang mendasari
penelitian ini dapat digambarkan sebagai
berikut:

Good Corporate
hhG
Governance

Manajemen
Laba

Profitabilitas

Hubungan Good Corporate Governance,
Profitabilitas, dan Manajemen Laba
Profitabilitas merupakan salah satu
indikator penting yang dapat digunakan
untuk menilai kekayaan perusahaan. Laba
yang dihasilkan perusahaan selama tahun
berjalan dapat menjadi indikator terjadinya
praktik manajemen laba dalam suatu
perusahaan (Welvin dan Arleen, 2010).
Manajer sering kali memanipulasi
komponen laba rugi perusahaan dalam
melakukan manajemen laba. Hasil
penelitian
Welvin
dan
Arleen
menunjukkan
profitabilitas
memiliki
pengaruh terhadap manajemen laba,
sedangkan hasil penelitian Rita (2011)
menunjukkan adanya pengaruh positif
antara profitabilitas dengan manajemen
laba. Profitabilitas sebagai variabel
moderasi diharapkan dapat memoderasi
hubungan
antara
good
corporate
governance terhadap manajemen laba.
Profitabiltas erat hubungannya dengan
manajemen laba, apabila profitabilitas
perusahaan
semakin
besar
maka
kemungkinan terjadinya manajemen laba
yang besar pula, sehingga profitabilitas
dan manajemen laba memiliki hubungan
searah. Hubungan profitabiltas terhadap

Gambar 1
Kerangka Pemikiran

Berdasarkan pembahasan dari
landasan teori yang ada maka dalam
penelitian ini dapat dirumuskan hipotesis
sebagai berikut:
H1:
H2:

5

Penerapan
good
corporate
governance berpengaruh pada
manajemen laba.
Profitabilitas dapat memoderasi
hubungan antara good corporate
governance dengan manajemen
laba.

dan variabel moderasi. Variabel terikat
adalah variabel yang menjadi perhatian
utama peneliti. Variabel terikat dalam
penelitian ini adalah manajemen laba
dengan proksi discretionary accrual.
Variabel bebas adalah variabel yang
mempengaruhi variabel terikat entah
secara positif atau negatif. Variabel bebas
dalam penelitian ini adalah good corporate
governance dengan proksi tugas dan
tanggung jawab komisaris, tugas dan
tanggung jawab direksi, kelengkapan dan
tugas komite, penanganan benturan
kepentingan, fungsi kepatuhan, fungsi
audit intern, fungsi audit ekstern, fungsi
manajemen risiko dan pengendalian
internal, penyediaan dana pihak terkait dan
debitur besar, transparansi, dan rencana
strategik. Variabel moderasi adalah
variabel yang dapat memperkuat atau
memperlemah hubungan antara variabel
bebas dengan variabel terikat. Variabel
moderasi dalam penelitian ini adalah
profitabilitas.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian
kuantitatif dengan menggunakan data
sekunder yang diperoleh dari sumber yang
telah
ada.
Data
sekunder
yang
dipergunakan adalah laporan keuangan,
annual report, laporan good corporate
governance industri perbankan tahun
2008-2012. Penelitian ini dilakukan atas
tujuan
riset
dasar
yangmerupakan
penelitian yang meliputi pengembangan
ilmu pengetahuan (Mudrajad, 2009:6).
Ditinjau berdasarkan hubungan antar
variabel maka penelitian ini tergolong
dalam karakteristik masalah kausal
komparatif di mana penelitian ini
dilaksanakan untuk menguji adanya
pengaruh antar variabel.Studi kausalitas
selain mengukur kekuatan hubungan
antara dua variabel atau lebih, juga
menunjukkan arah hubungan antara
variabel bebas dengan variabel terikat
(Mudrajad, 2009:15).
Ruang lingkup dalam penelitian ini
adalah menguji ulang pengaruh good
corporate governance yang diproksikan
oleh tugas dan tanggung jawab komisaris,
tugas dan tanggung jawab direksi,
kelengkapan
dan
tugas
komite,
penanganan benturan kepentingan, fungsi
kepatuhan, fungsi audit intern, fungsi audit
ekstern, fungsi manajemen risiko dan
pengendalian internal, penyediaan dana
pihak terkait dan debitur besar,
transparansi, dan rencana strategik
terhadap manajemen laba. Selain itu dalam
penelitian ini juga membahas faktor yang
diharapkan dapat menurunkan manajemen
laba yaitu profitabilitas perusahaan.
Penelitian ini membatasi data yang
digunakan yaitu data pada tahun 2008
hingga 2012 serta jenis perusahaan yang
diteliti yaitu pada sektor perbankan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Definisi Operasional dan Pengukuran
Variabel
1. Manajemen Laba
Manajemen laba adalah tindakan
manajer untuk meningkatkan atau
mengurangi laba yang dilaporkan.
Pendeteksian manajemen laba dalam
penelitian ini menggunakan model model
akrual Beaver and Engel (1996) dengan
alasan model empiris ini sejalan dengan
akuntansi berbasis akrual yang digunakan
oleh industri perbankan. Model ini
menggunakan
komponen
penyisihan
kerugian pinjaman (allowances for loan
losses) dan provisi keuangan pinjaman
sebagai komponen pembentuk total akrual
dalam industri perbankan. Model Beaver
and Engel (1996) dapat dirumuskan
sebagai berikut :
Persamaan I
TAit = α0 + α1 COit + α2LOANit +
α3NPAit + α4 ∆NPAit+1 + eit

Variabel Penelitian
Pada penelitian ini terdapat tiga
jenis variabel, yaitu variabel terikat
(dependen), variabel bebas (independen),

6

Langkah pertama yang dilakukan
adalah menentukan variabel-variabel TAit ,
Coit, LOANit, NPAit, dan ∆NPAit,
Cadangan Kerugian Piutang (CKP), dan
Total Ekuitas (TE). Setelah menentukan
pembagian variabel, maka untuk mencari
koefisien alpha masing-masing industri
tiap tahun, dibutuhkan data minimal enam
(6) tahun sebelum tahun t (misalnya t =
2011, maka data yang dibutuhkan adalah
tahun 2005-2011).

governance terdiri dari sebelas aspek yaitu
1) tugas dan tanggung jawab komisaris 2)
tugas dan tanggung jawab direksi 3)
kelengkapan dan tugas komite 4)
penanganan benturan kepentingan 5)
fungsi kepatuhan 6) fungsi audit intern 7)
fungsi audit ekstern 8) fungsi manajemen
risiko dan pengendalian internal 9)
penyediaan dana pihak terkait dan debitur
besar 10) transparansi 11) rencana
strategik. Pada penelitian ini, penilaian
good corporate governance dicerminkan
oleh nilai komposit yang merupakan nilai
kesimpulan atas self assessment yang juga
dapat menunjukkan seberapa baik suatu
bank menjalankan tata kelola perusahaan
atau corporate governance.

Persamaan II
NDAit = TAit - [α0 + α1 COit +
α2LOANit + α3NPAit + α4
∆NPAit+1]
Persamaan III
DAit = TAit - NDAit
Keterangan:
Coit
: Loan charge offs (pinjaman
yang dihapus bukukan)
LOANit
: Loans outstanding
(pinjaman yang beredar)
NPAit
: Non performing assets
(aktiva produktif yang
bermasalah)
ΔNPAit+1 : Selisih non performing
assets t+1 dengan non
performing assets t
NDAit
: Akrual non kelolaan
TAit
: Total akrual (saldo PPAP)
bank i pada tahun t
NDAit
: Akrual kelolaan bank i
pada tahun t
DAit
: Akrual kelolaan bank i
pada tahun t

3. Profitabilitas
Profitabilitas adalah tingkat kemampuan
perusahaan
dalam
menghasilkan
keuntungan.
Dalam
penelitian
ini
pengukuran profitabilitas menggunakan
Return on Assets
(ROA).
ROA
merefleksikan seberapa banyak perusahaan
telah memperoleh hasil atas sumber daya
keuangan
yang
ditanamkan
pada
perusahaan yang dapat dituliskan dengan
rumus:
��� =

���� ������ℎ �����
 × 100%
����� ����

Populasi, Sampel, dan Teknik
Pengambilan Sampel
Populasi dari penelitian ini adalah
perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) dan sampel yang dipilih
dalam penelitian ini adalah perusahaan
yang bergerak pada sektor perbankan pada
tahun 2008-2012. Teknik pengambilan
sampel dilakukan secara purposive
sampling dengan kriteria sampel sebagai
berikut :

2. Good Corporate Governance
Good corporate governance adalah
tata kelola perusahaan yang diterapkan
untuk mengurangi kesenjangan dari
berbagai pihak yang berkepentingan yaitu
pemegang saham, pengelola perusahaan,
pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta
para pemegang kepentingan intern dan
ekstern lainnya. Proksi yang digunakan
untuk
mengukur
good
corporate

1. Seluruh industri perbankan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI) selama periode 2008-2011.

7

2. Perusahaan tidak mengumumkan
atau mengeluarkan kebijakan lain
seperti share split, share deviden,
right issue atau pengumuman
perusahaan yang lain (corporate
action).
3. Memiliki ketersediaan data yang
lengkap, baik data mengenai laporan
keuangan, annual report dan laporan
good
corporate
governance
perusahaan maupun data yang
diperlukan
untuk
mendeteksi
manajemen laba.

Berdasarkan kriteria sampel yang
telah ditentukan di atas, maka data sampel
yang digunakan dalam penelitian ini
sebanyak 51 data dengan jumlah
perusahaan sampel penelitian pada tahun
2008 adalah 13 perusahaan, tahun 2009
adalah 13 perusahaan, tahun 2010
sebanyak 13 perusahaan dan data tahun
2011 adalah 12 perusahaan.

Tabel 1
PEMILIHAN SAMPEL PENELITIAN
NO

HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini antara lain analisis statistik
deskriptif variabel penelitian, uji asumsi
klasik dan analisis regresi yang diolah
menggunakan software SPSS 21.0 for
Mac.
Penelitian ini menggunakan dua
model perumusan hipotesis, dimana model
tersebut terdapat satu variabel independen
dan satu variabel dependen, serta satu
variabel moderasi. Variabel independen
dalam penelitian ini adalah good corporate
governance, variabel dependen penelitian
ini adalah manajemen laba dengan
menggunakan pendekatan Beaver and
Engel, sedangkan variabel moderasi dalam
penelitian ini adalah profitabilitas yang
diukur menggunakan ROA. Model
pertama digunakan untuk menguji
pengaruh good corporate governance
terhadap manajemen laba. Sedangkan
model kedua digunakan untuk mengetahui
apakah profitabilitas dapat memoderasi
interaksi
antara
good
corporate
governance terhadap manajemen laba.
Model tersebut dapat ditulis dalam
persamaan sebagai berikut:

1

2

KETERANGAN

JUMLAH

AKUMULASI

Perusahaan perbankan yang
terdaftar di Bursa Efek
Indonesia pada 4 tahun periode
penelitian (2008–2011).

36 bank x 4
tahun

144

Data yang di eliminasi :
1. Perusahaan perbankan tidak
mempublikasikan
atau
menyampaikan laporan Good
Corporate
Governance
(GCG) secara lengkap atau
tidak
menyertakan
nilai
komposit. (21 bank x 4
tahun)
2. Perusahaan tidak memiliki
ketersediaan
data
yang
lengkap untuk mendeteksi
manajemen laba. (2 bank x 4
tahun)

(84)

3. Data outlier
Total data 4 tahun periode penelitian

(8)
(1)
51 Data / 13
perusahaan
perbankan

Sumber: idx.co.id, data sekunder diolah

Pada tabel 4.1 terlihat bahwa
selama periode penelitian yaitu tahun 2008
hingga tahun 2011 terdapat 36 bank yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia
sehingga data awal berjumlah
144.
Beberapa sampel harus dieliminasi
dikarenakan terdapat 21 bank yang tidak
mempublikasikan laporan good corporate
governance secara lengkap sesuai dengan
kriteria yang telah ditentukan. Bank-bank
tersebut antara lain Bank Rakyat Indonesia
Agro Niaga Tbk, Bank ICB Bumi Putera
Tbk, Bank Capital Indonesia Tbk, Bank
Ekonomi Rakyat Tbk, Bank Mestika
Dharma
Tbk,
Bank
Nusantara
Parahyangan Tbk, Bank Mutiara Tbk,
Bank Pundi Indonesia Tbk, Bank Jabar
Banten Tbk, Bank Pembangunan Daerah

Model 1
EM = α + β1GCG + ε1
Model 2
EM = α+β1GCG+β2Prof+β3GCG*Prof+ε1

8

Jawa Timur Tbk, Bank Maspion Indonesia
Tbk, Bank Mandiri Tbk, Bank Bumi Arta
Tbk, Bank Sinar Mas Tbk, Bank Tabungan
Pensiunan Nasional Tbk, Bank Victoria
International Tbk, Bank Mayapada
International Tbk, Bank Windu Kenjana
International Tbk, Bank Mitraniaga Tbk,
Bank Nationalnobu Tbk, dan Bank
Himpunan Saudara 1906 Tbk. Bank
Bukopin Tbk dan Bank Rakyat Indonesia
(Persero) Tbk juga harus dieleminiasi dari
sampel penelitian karena tidak memiliki
ketersediaan data yang cukup untuk
mendeteksi manajemen laba, sehingga
sampel penelitian hanya mencakup 13
perusahaan perbankan yaitu Bank Central
Asia Tbk, Bank Negara Indonesia
(Persero) Tbk, Bank Tabungan Negara
(Persero) Tbk, Bank Danamon Indonesia
Tbk, Bank QNB Kesawan Tbk, Bank
Cimb Niaga Tbk, Bank Internasional
Indonesia Tbk, Bank Permata Tbk, Bank
Swadesi Tbk, Bank Artha Graha
International Tbk, Bank Mega Tbk, Bank
NISP OCBC Tbk, dan Bank Pan Indonesia
Tbk. Setelah proses eliminasi tersebut
maka didapat 42 data yang digunakan
untuk menguji model penelitian. Data
outlier digunakan untuk mengeliminasi
data manajemen laba yang tidak normal.
Data
yang
digunakan
dalam
penelitian ini didapat dari idx.co.od dan
website masing-masing bank. Periode
penelitian ini adalah 4 tahun yaitu mulai
tahun 2008 hingga tahun 2011. Namun
selama periode pengamatan, peneliti
membutuhkan data lima tahun ke belakang
dan satu tahun ke depan untuk
mendapatkan koefisien regresi manajemen

laba dengan pendekatan Beaver and Engel
sehingga data yang digunakan dalam
penelitian dimulai dari tahun 2003 hingga
tahun 2012. Teknik analisis data yang akan
dilakukan dalam menganalisis data yang
telah diperoleh dalam penelitian ini
menggunakan analisis statistik deskriptif,
uji asumsi klasik, dan regresi sederhana.
Sebelum melakukan pengolahan data
dengan SPSS, peneliti terlebih dahulu
melakukan tabulasi data yang diperlukan
dalam penelitian ini hingga kemudian data
tersebut siap diolah dengan menggunakan
program SPSS.
Uji Hipotesis
Hasil dari pengujian model 1 yaitu
pengujian pengaruh good corporate
governance terhadap manajemen laba
menunjukkan penerapan good corporate
covernance yang diwakilkan oleh nilai
komposit
tidak
berpengaruh
pada
manajemen laba yang diukur dengan
discretionary accrual melalui pendekatan
Beaver and Engel. Sedangkan pada
pengujian model 2 yaitu pengujian
pengaruh good corporate governance
terhadap
manajemen
laba
dengan
profitabilitas sebagai variabel moderasi
dapat diketahui secara simultan dan parsial
bahwa
variabel
good
corporate
governance, profitabilitas, dan perkalian
antara good corporate governance dengan
profitabilitas (moderasi) tidak berpengaruh
terhadap manajemen laba, dan juga dapat
diketahui bahwa profitabilitas tidak dapat
memoderasi pengaruh good corporate
governance terhadap manajemen laba.

9

Tabel 1
RANGKUMAN HASIL PENGUJIAN HIPOTESIS
Hipotesis
H1

H2

Keterangan Hipotesis
Signifikansi
Penerapan
good
corporate
0,570
governance berpengaruh pada
manajemen laba
Profitabilitas dapat memoderasi
0,921
pengaruh antara good corporate
governance terhadap manajemen
laba.

Hasil Pengujian
H0 diterima

H0 diterima

Sumber: hasil olah data SPSS masing-masing hipotesis, signifikansi α = 0,05.

dengan penelitian Tangjitprom (2013) dan
Werner (2010) di mana beberapa
mekanisme
dari
good
corporate
governance pada penelitian mereka
berpengaruh terhadap manajemen laba.
Penelitian Marihot dan Doddy (2007) juga
menunjukkan beberapa mekanisme good
corporate governance dalam penelitian
berpengaruh terhadap manajemen laba.
Tidak berpengaruhnya good corporate
governance terhadap manajemen laba pada
penelitian ini disebabkan karena nilai
komposit yang mencerminkan penerapan
good corporate governance secara
keseluruhan atau komprehensif yang tidak
berfokus dalam hal pengawasan dan
pengendalian yang dilakukan pihak
principal kepada manajer (agent) sehingga
manajemen laba tidak dapat tercermin
hanya dari nilai komposit.

Pengaruh Good Corporate Governance
terhadap Manajemen Laba
Informasi laba sangat penting bagi
stakeholder sebagai dasar pengambilan
keputusan karena memiliki nilai prediktif.
Hal tersebut membuat pihak manajemen
berusaha untuk melakukan manajemen
laba agar kinerja perusahaan tampak baik
oleh
pihak
eksternal
khususnya
shareholder. Good corporate governance
merupakan
mekanisme
yang
dikembangkan
dalam
rangka
meningkatkan kinerja perusahaan dan
perilaku pihak manajemen yang menjamin
bahwa manajemen bertindak yang terbaik
bagi kepentingan stakeholder. Corporate
governance juga mengatur pola hubungan
antara komisaris, dirksi dan manajemen
agar terjadi check and balances dalam
pengelolaan organisasi. Dengan adanya
mekanisme good corporate governance
maka
dapat
mengurangi
tindakan
oportunis manajer dalam melakukan
manajemen
laba,
karena
adanya
pengawasan dan pengendalian yang
menjadi esensi utama dari mekanisme
good corporate governance. Namun hasil
dari penelitian menunjukkan bahwa
penerapan good corporate governance
yang diproksikan oleh nilai komposit tidak
berpengaruh terhadap manajemen laba.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa
perusahaan dengan angka manajemen laba
(DAit)
yang
kecil
tidak
selalu
mencerminkan penerapan good corporate
governance dengan nilai komposit yang
baik. Hasil tersebut bertolak belakang

Pengaruh Good Corporate Governance
dan Profitabilitas terhadap Manajemen
Laba
Laba merupakan indikator penting yang
dapat digunakan untuk menilai kekayaan
perusahaan.
Laba
yang
dihasilkan
perusahaan selama tahun berjalan dapat
menjadi indikator terjadinya praktik
manajemen laba dalam suatu perusahaan
(Welvin dan Arleen, 2010). Manajer sering
kali memanipulasi komponen laba rugi
perusahaan dalam melakukan manajemen
laba. Penelitian yang dilakukan peneliti
sebelumnya yaitu Welvin dan Arleen
(2010) menunjukkan adanya pengaruh
profitabilitas
terhadap

10

manajemen laba, hasil tersebut berbeda
dengan hasil penelitian
yang sedang
dijalankan.
Penelitian
lain
yang
menyatakan adanya pengaruh profitabilitas
terhadap manajemen laba adalah hasil
penelitian Rita (2010).
Profitabilitas dalam penelitian ini tidak
berpengaruh pada manajemen laba dan
juga tidak dapat memoderasi hubungan
antara good corporate governance
terhadap manajemen laba. Hal tersebut
dikarenakan ROA yang digunakan untuk

mengukur profitabilitas perusahaan, yang
mana dihitung dengan membandingkan
laba bersih dengan total aset perusahaan,
bukan merupakan satu-satunya indikator
yang mempengaruhi manajer dalam
pengambilan keputusan manajemen laba.
Manajer mungkin lebih termotivasi
melakukan manajemen laba dengan
dipengaruhi oleh bonus purposes di mana
komponennya lebih mengarah pada
perhitungan laba per lembar saham atau
profit margin atau motivasi lainnya.

Tabel 2
RANGKUMAN HASIL ANALISIS REGRESI
Hipotesis

Keterangan Hipotesis

Adjusted R Square

Nilai t

Signifikansi

H1

Penerapan good corporate
governance berpengaruh pada
manajemen laba
Profitabilitas
dapat
memoderasi pengaruh antara
good corporate governance
terhadap manajemen laba.

-0,014

-0,571

0,570

0,011

-0,100

0,921

H2

Sumber: hasil olah data SPSS masing-masing hipotesis, signifikansi α = 0,05.

Dari tabel 2 terlihat bahwa nilai
Adjusted R Square untuk pengujian H1
adalah sebesar -0,014 yang berarti
manajemen laba perusahaan yang diukur
dengan discretionary accrual (DA)
dijelaskan oleh variabel independen yaitu
good corporate governance dengan sangat
terbatas (negatif). Sedangkan Adjusted R
Square untuk pengujian H2 adalah sebesar
0.011 yang berarti manajemen laba
perusahaan
yang
diukur
dengan
discretionary
accrual
(DA)
dapat
dijelaskan oleh variabel independen yaitu
good corporate governance dan variabel
moderasi yaitu profitabilitas hanya sebesar
1,1%. Sedangkan sisanya sebesar 98,9%
dijelaskan oleh variabel lain di luar
variabel good corporate governance dan
profitabilitas. Dapat diketahui t hitung
untuk good corporate governance pada
pengujian H1 adalah -0,571 dengan tingkat
signifikan 0,570 (≥0,05), sehingga dapat

disimpulkan bahwa koefisien regresi good
corporate
governance
tidak
mempengaruhi
manajemen
laba.
Sedangkan t hitung untuk pengujian H2
adalah sebesar -0,100 dengan signifikansi
sebesar 0,921 (≥0,05) yang juga berarti
tidak mempengaruhi manajemen laba dan
juga
dapat
disimpulkan
bahwa
profitabilitas tidak dapat memoderasi
pengaruh good corporate governance
terhadap manajemen laba.
Penyebab Ketidakmampuan dalam
Membuktikan Teori
Kedua model dalam penelitian ini
terbukti tidak dapat membuktikan teori.
Hal tersebut kemungkinan dikarenakan
jumlah sampel yang kecil sehingga data
yang tidak terlalu mencerminkan kondisi
keseluruhan perusahaan perbankan. Selain
itu, jumlah Adjusted R Square variabel
good
corporate
governance
pada

11

pengujian pengaruh good corporate
governance terhadap manajemen laba
yang hanya sebesar -0,014 atau -1,4%
yang berarti bahwa good corporate
governance yang diukur dengan nilai
komposit dapat menjelaskan manajemen
laba dengan sangat terbatas. Hasil tersebut
konsisten dengan penelitian Welvin dan
Arleen (2010), di mana faktor-faktor yang
mempengaruhi
manajemen
laba
menunjukkan Adjusted R Square sebesar
0,08 atau dengan kata lain variabel
independen yang terdiri dari Kepemilikian
Institutsional, Kepemilikan Manajerial,
Komite Audit, Komisaris Independen,
Independensi Auditor, Leverage, Kualitas
Audit,
Profitabiltas,
dan
Ukuran
Perusahaan hanya menjelaskan manajemen
laba sebesar 8% saja dan 92% lainnya
dapat dijelakan oleh variabel lain. Dengan
nilai Adjusted R Square yang juga
terbilang kecil tersebut, mekanisme good
corporate governance yang terdiri dari
Kepemilikian Institutsional, Kepemilikan
Manajerial, Komite Audit, Komisaris
Independen pada penelitian Welvin dan
Arlen (2010) juga tidak menunjukkan
pengaruh yang signifikan secara parsial
terhadap manajemen laba. Pengujian
model 2 juga tidak dapat membuktikan
teori, hal tersebut justru berbeda dengan
penelitian Welvin dan Arleen di mana
ROA juga merupakan salah satu variabel
independen yang secara signifikan dapat
mempengaruhi manajemen laba. Dalam
penelitian yang sedang dijalankan, ROA
sebagai proksi profitabilitas tampaknya
bukan
merupakan
indikator
yang
mempengaruhi pengambilan keputusan
manajer untuk melakukan manajemen
laba, manajer mungkin lebih tertarik
memanipulasi laba atas dasar laba atau
komponen yang terdapat pada indikator
profitabilitas lainnya misalnya profit
margin atau laba per lembar saham. Selain
itu model sederhana yaitu pengujian
pengaruh good corporate governance
terhadap manajemen laba juga tidak
signifikan sehingga secara pengaruh
profitabilitas
dalam
melemahkan

hubungan
antara
good
corporate
governance dan manajemen laba juga
tidak dapat dibuktikan.
KESIMPULAN,
KETERBATASAN
DAN SARAN
Penelitian ini bertujuan untuk menguji
pengaruh penerapan good corporate
governance terhadap manajemen laba
dengan profitabilitas sebagai variabel
moderasi di industri perbankan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Periode pengamatan dalam penelitian ini
adalah selama empat tahun yaitu tahun
2008 hingga 2011. Data dalam penelitian
menggunakan data sekunder yang
diperoleh dari website BEI dan website
masing-masing bank. Sampel dalam
penelitian ini adalah perusahaan perbankan
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
yang
dipilih
menggunakan
teknik
purposive sampling. Uji normalitas data
terlebih
dahulu
dilakukan
dengan
menggunakan one sample KolmogorovSmirnov sehingga menghasilkan data yang
terdistribusi normal sebanyak 51 data.
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini
dilakukan menggunakan regresi linear
sederhana dan moderated regression
analysis, koefisien determinasi (R2), uji F,
dan uji t. Koefisien determinasi pada
pengujian pengaruh good corporate
governance terhadap manajemen laba
(model 1) menginterpretasikan bahwa
variabel independen yaitu good corporate
governance mampu menjelaskan variabel
terikatnya yaitu manajemen laba sebesar
0,7%. Sedangkan pada pengujian model 2
yaitu pengujian pengaruh good corporate
governance terhadap manajemen laba
dengan profitabilitas sebagai variabel
moderasi
menunjukkan
koefisien
determinasi sebesar 0,059 atau 5,9%
variabel independen dalam model tersebut
dapat menjelaskan manajemen laba. Hasil
uji F dilakukan dengan tujuan untuk
mengetahui baik atau tidaknya model
penelitian. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa kedua model penelitian tidak fit
atau dengan kata lain tidak dapat

12

digunakan untuk menguji pengaruh antar
variabel dengan signifikansi dari kedua
model ≥0,05 di mana dapat disimpulkan
bahwa good corporate governance dan
profitabilitas tidak berpengaruh terhadap
manajemen laba. Uji t juga dilakukan
dalam penelitian ini yang bertujuan untuk
mengetahui apakah variabel bebas secara
parsial dimasukkan ke dalam model akan
mempunyai pengaruh signifikan terhadap
variabel dependennya. Hasil uji t pada
model 1 menunjukkan t hitung untuk good
corporate governance adalah -0,571
dengan tingkat signifikansi 0,570 (≥0,05),
sehingga dapat disimpulkan bahwa
koefisien
regresi
good
corporate
governance
tidak
mempengaruhi
manajemen laba. Sedangkan uji anova t
test pada model 2 diketahui t hitung GCG
dan Prof adalah -1.137 dan -0,736 dengan
tingkat signifikan 0,261 dan 0,466 (≥0,05),
sehingga dapat disimpulkan bahwa
koefisien
regresi
good
corporate
governance dan profitabilitas tidak
mempengaruhi
manajemen
laba.
Signifikansi dari variabel GCG*Prof
(moderasi) tidak signifikan yaitu sebesar
0,334 (≥0,05) yang juga berarti tidak
mempengaruhi manajemen laba dan juga
dapat disimpulkan bahwa profitabilitas
tidak dapat memoderasi pengaruh good
corporate
governance
terhadap
manajemen laba.
Berdasarkan hasil pengujian di atas,
maka dapat disimpulkan bahwa :
a. Good corporate governance yang
diukur dengan nilai komposit tidak
berpengaruh pada manajemen laba. Hal
ini berarti semakin tinggi maupun
rendah nilai komposit, maka tidak akan
mempengaruhi
nilai
discretionary
accrual atau manajemen laba.
b. Profitabilitas yang diukur dengan
menggunakan ROA tidak dapat
memoderasi interaksi antara good
corporate
governance
terhadap
manajemen laba. Hal ini berarti
profitabilitas tidak memperkuat maupun
memperlemah
hubungan
good

corporate
governance
manajemen laba.

terhadap

Keterbatasan pada penelitian ini
diantaranya adalah :
1. Lebih dari setengah keseluruhan sampel
tidak menyampaikan laporan good
corporate governance lengkap dengan
nilai kompositnya sehingga sampel
penelitian hanya mencakup 13 bank.
2. Data yang digunakan dalam penelitian
merupakan data sekunder di mana
diperoleh dari sumber yang ada dari
idx.co.id dan website masing-masing
bank.
3. Indikator good corporate governance
hanya diukur dengan nilai komposit
dari masing-masing bank.
Saran
yang
dapat
diberikan
sehubungan
dengan
keterbatasan
penelitian yang telah dilakukan adalah:
1. Peneliti selanjutnya dapat menambah
sampel dari industri perbankan syariah.
2. Peneliti selanjutnya dapat menambah
indikator pengukuran good corporate
governance selain nilai komposit.
Misalnya pengukuran mekanisme good
corporate governance dengan variabel
komposisi dewan komsaris, ukuran
dewan komisaris, keberadaan komite
audit, dan lain lain.

DAFTAR RUJUKAN
Atarwaman, R. J. (2011). Analisis
Pengaruh Ukuran Perusahaan,
Profitabilitas, dan Kepemilikan
Manajerial
terhadap
Praktik
Perataan Laba yang Dilakukan oleh
Perusahaan Manufaktur pada Bursa
Efek Indonesia (BEI). Jurnal Ilmu
Ekonomi Advantage; Vol. 2, No. 2 ,
67-79.
Belkaoui, A. R. (2004). Accounting
Theory. Edisi Kelima. Jakarta:
Salemba Empat.

13

Brigham, E. F., & Ehrhardt, M. C.
(2005). Financial Management:
Theory and Practice, 11th
Edition.
South-Western
College.
Chariri, A., & Ghozali, I. (2007). Teori
Akuntansi.
Edisi
Ketiga.
Semarang: Badan Penerbit
Universitas Diponegoro.
Dewayanto, T. (2010). Pengaruh
Mekanisme Good Corporate
Governance Terhadap Kinerja
Perbankan Nasional. Fokus
Ekonomi; Vol. 5 No. 2, 104123.
Farida, Y. N., Prasetyo, Y., &
Herwiyanti,
E.
(2010).
Pengaruh Penerapan Corporate
Governance
Terhadap
Timbulnya
Earnings
Management dalam Menilai
Kinerja
Keuangan
pada
Perusahaan
Perbankan
di
Indonesia . Jurnal Bisnis dan
Akuntansi; Vol. 12, No 2, 6980.
Ghozali, I. (2011). Aplikasi Analisis
Multivariate Dengan Program
SPSS.
Semarang:
Badan
Penerbit
Universitas
Diponegoro.
Guna, W. I., & Herawaty, A. (2010).
Pengaruh Mekanisme Good
Corporate
Governance,
Independensi Auditor, Kualitas
Audit, dan Faktor Lainnya
terhadap Manajemen Laba.
Jurnal Bisnis dan Akuntansi;
Vol. 12, No. 1, 53-68.
Herni, & Susanto, Y. K. (2008).
Pengaruh Struktur Kepemilikan
Publik, Praktik Pengelolaan
Perusahaan, Jenis Industri,
Ukuran
Perusahaan,
Profitabilitas
dan
Risiko
Keuangan terhadap Tindakan
Perataan Laba . Jurnal Ekonomi
dan Bisnis Indonesia; Vol. 23,
No. 3, 302-314.

Husnan, S. (2001). Dasar-dasar Teori
Portofolio
dan
Analisis
Sekuritas.
Edisi
Ketiga.
Yogyakarta: UPP AMP YKPN.
Jensen, M. C., & Meckling, W. H.
(1976). Theory of The Firm:
Managerial Behavior, Agency
Cost and Ownership Structure.
Khomsiyah.
(2003).
Hubungan
Corporate Governance dan
Pengungkapan
Informasi:
Pengujian Secara Simultan.
Simposium Nasional Akuntansi
VI , 200-219.
Maksum, A. (2005). Tinjauan atas
Good Corporate Governance di
Indonesia.
Universitas
Sumatera Utara e-Respository.
Mudrajad, K. (2009). Metode Riset
untuk Bisnis dan Ekonomi:
Bagaimana
Meneliti
dan
Menulis
Tesis.
Jakara:
Erlangga.
Murhadi, W. R. (2009). Studi
Pengaruh Good Corporate
Governance terhadap Praktik
Earnings Management pada
Perusahaan Terdaftar di PT
Bursa Efek Indonesia. Jurnal
Manajemen
dan
Kewirausahaan; Vol. 11, No. 1,
1-10.
Nasution, M., & Setiawan, D. (2007).
Pengaruh
Corporate
Governance
Terhadap
Manajemen Laba di Industri
Perbankan
Indonesia.
Simposioum
Nasional
Akuntansi X, 1-26.
Nuryanah, S. (2004). Analisis Ketaatan
Emiten terhadap Aturan Board
Governance:
Studi
Kasus
Tahun
2002.
Simposium
Nasional Akuntansi VII, 246255.
Peraturan Bank Indonesia. 2006.
Perubahan atas Peraturan
Bank
Indonesia
Nomor
8/4/PBI/2006
Tentang
Pelaksanaan Good Corporate

14

Governance bagi Bank Umum.
Bank Indonesia.
Rahmawati,
Suparno,
Y.,
&
Qomariyah,
N.
(2007).
Pengaruh Asimetri Informasi
terhadap Praktik Manajemen
Laba
pada
Perusahaan
Perbankan
Publik
yang
Terdaftar di Bursa Efek Jakarta.
The Indonesian Journal of
Accounting Research; Vol. 10
No. 1 , 68-69.
Richardson, V. J. (1998). Information
Asymetry
and
Earnings
Management: Some Evidence.
Social
Science
Research
Network.
Scott, W. R. (2006). Financial
Accounting Theory. Toronto:
Pearson Prentice Hall.
Sulistiawan, D., Januarsi, Y., & Alvia,
L. (2011). Creative Accounting:
Mengungkap Manajemen Laba

dan Skandal Akuntansi. Jakarta:
Salemba Empat.
Tangjitprom, N. (2013). The Role of
Corporate
Governance
in
Reducing the Negative Effet of
Earnings
Management.
International
Journal
of
Economics and Finance; Vol.
5, No. 3 , 213-220.
Wedari, L. K. (2004). Analisis
Pengaruh Proporsi dengan
Komisaris dan Keberadaan
Komite
Audit
Terhadap
Aktivitas Manajemen Laba.
Simposium Nasional Akuntansi
, 963-974.
Widyaningdyah, A. U. (2001). Analisis
Faktor-faktor
yang
Berpengaruh terhadap Earning
Management pada Perusahaan
Go Public di Indonesia. Jurnal
Akuntansi dan Keuangan; Vol.
3 No.2 , 89-101.

15