GENDER DAN PENDIDIKAN DALAM KACA MATA IS

GENDER DAN PENDIDIKAN DALAM KACA MATA ISLAMIC STUDIES
Ulfah Damayanti
Sekolah Tinggi Agama Islam Jurai Siwo Metro
E-mail : ulfahdamayanti11@gmail.com

Abstrak
Kata gender sudah tidak familiar dari telinga-telinga masyarakat, gender sudah ada pada jama
dulu pada jaman dulu lebih menonjolkan gender dari pada masa kini atau sekarang. Gender diartikan
sebagai sex dan ada juga yang mengartikan sifat laki-laki dan perempuan. Perlakuan gender bisa
kepada siapa saja mulai dari anak-anak sampai dewasa dilingkungan sekolah sampai lingkungan
masyarakat. Terdapat banyak jenis gender yakni gender dan pendidikan, gender dan kesehatan, gender
dan pembangunan, gender dan pendidikan, gender dan perempuan , gender dan islam dan masih
banyak lagi. Dijaman yang modern masyrakat sangat membutuhkan pendidikan. Pendidikan sangat
penting karena dengan pendidikan bisa mencerdaskan masyarakat dan bisa menaikkan derajat
masyarakat, tetapi didalam dunia pendidikan masih banyak yang tidak bisa merasakan dunia
pendidikan dikarenakan berbagai faktor, salah satunya yang menyakini bahwa sanya yang boleh
merasakan pendidikan hanyalah laki-laki saja perempuan tidak boleh untuk merasakan pendidikan
formal. Karena perempuan tidak dituntut untuk mencari nafkah dan sedangkan laki-laki harus karena
laki-laki sebagai tulang punggung keluarga atau mencari nafkah.
Kata kunci : gender dan pendidikan
Abstrak

The word gender is not familiar ears of society, gender already exists in the first jama in earlier times more
weight than at present gender or now. Gender is defined as sex and there is also interpreted the nature of men and
women. Treatment can gender to everyone from children to adults in the environment of the school to the
community. There are many types of gender ie, gender and education, gender and health, gender and
development, gender and education, gender and women's, gender and Islam, and many more. An age of modern
society is in dire need of education. Education is very important because education can educate the public and
could raise the degree of society, but in the world of education there are still many who are not aware of the
world of education due to various factors, one of them believed that the sanya who may feel the education is

1

only men only women are not allowed to feel formal education. Because women are not required to earn a living
and while men must be because men as the backbone of the family or earn a living.
Keywords: gender and education

A. Pendahuluan
Suatu bentuk kesepakataan global tentang menghargai laki-laki dan perempuan dalam bentuk hak
asasi manusia mencakup beragai aspek kahidupan bermasyrakat di Indonesia sendiri. Sekarang ini
gender dianggap sangat penting, dikarenakan banyak munculnya permasalah yang meluap di masyrakat
sekitar. Pendidikan adalah suatu bentuk proses perubahan mendasar yang berlaku penting dalam

gerakan suatu pembangunan, namun apada buktinya, pendidikan di Negara tercinta kita sekarang ini
masih memberikan adar atau derajat yang buruk dan tidak sama atau merata. Pendidikan yang tidak
membeda-bedakan dan tidak memihak antar laki-laki maupun perempuan. Permasalahan gender ini
terdapat di semua daerah desa yang terpencil yang belum tersedia listrik maupun daerah ibu kota
sekalipun yang sudah memiliki fasilitas umum yang baik. Masyrakat beranggapan ger itu sex atau jenis
kelamin. Gender dapat berubah-ubah dengan seiringnya waktu berjalan dan berpengaruh besar dalam
gender itu sendiri.Pendidikan sangat penting untuk masyrakat dengan jaman yang semakin maju ini.
Pendidikan juga sangat penting dalam kehidupan sosila dengan bukti tingkah laku atau etitut, cara
berfikir yang dilakukan masyrakat.

B. Pengertian Gender dan Pendidikan
Gender seringkali diartikan sebagai sex atau jenis kelamin(Daryati, n.d.), masyarakat sering
mengartikan gender itu dengan jenis kelamin karena masyrakat tidak memhami pengertian gender itu
sendiri, tetapi lebih tepatnya gender itu sendiri adalah perihal laki-laki dan perempuan yang
ditunjukkan atau dilakukan oleh manusia. Sebagai suatu proses sosila budaya contohnya, seorang lakilaki, laki-laki itu kuat,bisa melindungi dari hal-hal kejahatan, gagah, berkarisma, mencari nafkah dan
sebagainya. Sedangkan perempuan itu feminim, lembah lembut, sosok keibuan, rajin, rapih dan
sebagainya. Dapat dikatakan kesenjangan gender itu terjadi dikarenakan status kedudukan, baik dalam
seseorang perempuan atau wanita tidak lebih tinggi dari seorang laki-lak. Untuk memahami gender
terdapat kata pembagian, yang dibedakan pada dua sifat yaiu pembagian yang sifatnya kodrati dan
pembagian yang bersifatnya berubah-rubah sehingga dapat dipertukarkan.(Zaduqisti, n.d.).Ada pula

yang mengartikan gender adalah perbedaan peran antar laki-laki dan perempuan yang dibentuk, dibuat
dan dikontruksi oleh masyarakat dan dapat berubah sesuai dengan perkembangan zaman(AMPERA,
2012)

2

Adapun yang mengartikanGender merupakan penyelidikan yang digunakan dalam menempatkan
posisi sama rata antara laki-laki dan perempuan untuk mewujudkan tatanan masyarakat sosial yang
lebih sederajat.eg. Jadi, gender bisa kita kelompokkan sebagai perangkat operasional dalam melakukan
pengukuranterhadap persoalan laki-laki dan perempuan terutama yang terkait dengan pembagian peran
dalam masyarakat yang dikonstruksi oleh masyarakat itu sendiri
Semua ini adalah titik tolak pembahasan analisis gender, sex dan gender, seperti sisi mata uang,
kita berbicara biologis dan secara tidak langsung kita juga berbicara antara fungsi, peran dan tanggung
jawab antara laki-laki dan perempuan(mursidab, n.d.)
Ada pula yang mengartikan gender adalah keadaan dimana individu yang lahir secara biologis
sebagai perempuan dan laki-laki dan memproses pencirian sosial sebagai laki-laki dan perempuan,
apabila gender lebih diartikan secara sosial budaya maka sex lebih diartikan secara biologis semata.
Sex atau jenis kelamin dapat diartikan sebagai kondisi biologis seseorang, apakah dia secara anatomi
perempuan atau laki-laki. Perbedaan jenis kelamin atau sex dan gender yakni sebagai berikut jenis
kelmin dan gender.(Daryati, n.d.) 1. jenis kelamin (sex)sebagai berikut : (a)Perbedaan biologis laki-laki

dan perempuan yakni ciri reproduksi (b)Secara umum perempuan hamil atau mengandung sementara
laki-laki tidak (c) Dari dulu sampai sekarang hanya perempuan saja yang bisa mengalami menstruasi
dan bisa hamil, sedangkan laki-laki tidak bisa. 2. Gender sebagai berikt : (a) Perbedaan sosial budaya
yakni hak, kewajiban, peran kesempatan dalam bersosialisasi atau masyrakat. (b) Gender tidak umum
karena kembali lagi kepada budaya dan perkembangan yang ada di wilayah(local) jadi daerah berbedabeda. (c) Berbanding terbalik dengan sex gender berubah-ubah Setiap pristiwa dapat merubah
hubungan antar laki-laki dan perempuan.
Kata kunci untuk memahami gender ada pada kata pembagian (Zaduqisti, n.d.),untuk
mempermudah mamahami atau mengartikan gender dengan kata pembagian, dari kata pebagian dapat
dibagi mennjadi 2 yaitu: (1) bersifat hukum alam atau kekuasaan allah dan (2) bersifat tidak tepat atau
berubag-ubah sehingga data dipertukarkan.
Pendidikan nasional Indonesia sebagai wahana dan wadah pengembangan kualitas sumber daya
manusia(ISMANTO, n.d.)Maka dari itu masyrakat Indonesia harus berfikir gender itu artinya tidak
diperbolehkan membeda-bedakan jenis kelamin tertentu dari gender, perbuatan atau prilaku yang adil,
memiliki perasaan toleransi dan keseimbangan gender, tiga hal ini harus melekat melekat dalam
masyrakat Indnesia.
Seorang yang melakukan aktivitas dengan orang lain yang berhubungna dengan dunia
pengetahuan, kepercayaan dan bakat masyrakat disebut pendidikan. Adapun Kegiatan yang sudah biasa
3

dilakukan manusia dalam suatu hubungan bermasyrakat dengan mengarahkan untuk dijadikan manusia

disebut pendidikan. Pendidikan formal adalah pendidikan yang dilandasi oleh sebuah aturan yang
disebut kurikulum, mata pelajaran, pendidikan formal mengajarkan cara untuk belajar memberikan
dorongan dan bakatdapat menyesuaikan dengan masyrakat. Pendidikan juga usaha yang dilakukan
dengan sadar yang diterapkan di dalam kehidupan dan masyrakat, bisa dengan orang yang ada disekitar
kita, bisa dengan organisasi atau kelompok-kelompok, lembaga, ada juga acara yang formal dan tidak
formal dengna tujuan untuk mengubah hal-hal yang buruk menajadi hal-hal yang baik memperbaiki
ahlaq kita contohnya, dan dapat menjalani tantang di masa mendatang dalam aspek apa saja contohnya
pengetahuan, kepercayaan, bakat dan lain-lain.
Memberdayakan manusia pengiringan yang sangat penting terutama bagi manusia yang memiliki
batasan-batasan. Kunci agar keadilan gender dapat terwujud adalah pendidikan, karena dalam
pendidikan terdapat aturan-aturan masyrakat, kepandaian dan kekuatan masyrakat dan juga alat untuk
memepelajari dan memberikan rancangan-rancangan dan poin baru. Jadi lembaga pendidikan sebagai
sarana untuk bersosialisai. (MUAFIAH, 2010)
Seorang pendidik kadang mengalami masalah dalam menyampaikan materi dalam proses
pembelajaran, maka sangat dibutuhkan alat atau madia pembelajarannya tepat, baik, efektif dan sesuai
dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi. (Wahyudi, 2014)Pendidikan berbasis gender
jangan diterjemahkan sebagai upaya perempuan melawan laki-laki.Bukan demikian. Namun,
bagaimana perempuan dapat mendapatkan kesetaraan nonkodrati (Zaduqisti, n.d.). Untuk jangka
panjang dapat menaikkan pejagaan, pelayanan dan kemakmuran para perempuan. Dimata hukum
seorang perempuan dan seorang laki-laki mamiliki hak kesemapatan dan kewajiban yang sama untuk

memperoleh pendidikan dari sekolah dasar sampai yang tertinggi Sekalipun. Tidak ada teori yang
menyatakan seorang lelaki memiliki kemampuan yang lebih dari pada perempuan. Tidak ada penemuan
ilmiah yang menyatakan seorang perempuan itu terlahir lebih tidak pintar dari pada seorang lelaki. Jadi
perempuan dan lelaki memiliki kemapuan yang sama yang ditunjukkan dengan tes intelegens,
widarmanto menyatakan : (1)Konsep pendidikan ditanampakan dari awal maksutnya pendidikan yang
berada di rumah, oran tua tidak menyadar bahwa hanya mengajarkan seorang peran hanya melakukan
tugas kerumah tanggan seperti halnya memasak, menyapu, hal yang menyamkut membersihkan rumah
dan sebagainnya. (2) Pada pendidikan formallah terjadinya ketidak adilan gender. Untuk contoh
seorang guru kelas memberikan tanggung jawab dan beran untuk siswa laki-laki lebih besar dari pada
seorang perempuan . (3) Sejarah perempuan indonesia tidak terlalu menonjol untuk dibahas secara
mendalam. Sehingga anak-anak atau masyarakat kurang mengetahui bahwa Negara Aceh memiliki
4

seorang sejarawan wanita atau perempuan yang menjadikan seorang pemimpin sakaligus dalam emepat
kali berturur-turut.
C. Pengertian Pendidikan dalam Islam dan Gender Menurut Pandangan Islam
Dalam Al-qur’an sudah ditegskan bahwa setiap muslim wajib mecari ilmu dari bayi yang bamasih
dalam kandungan sampai liang lahat, dapat dikatakan mencari ilmu adalah hukumnya wajib, dari Anas
bin Malik ia berkata, Rasulullah saw, bersabda: “Mencari ilmu itu wajib bagi setiap muslim,
memberikan ilmu kepada orang yang bukan ahlinya seperti orang yang mengalungi babi dengan

permata, mutiara, atau emas” HR.Ibnu Majah dan Allah berfirman QS. Al-alaq ayat 1-5 Artinya:
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia Telah menciptakan manusia dari
segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan
perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”dengan ayat ini
dijleaskan dengan lewat pendidikan manusia akan ditinggikan oleh Allah SWT dalam kehidupannya.
Ibn Sina membedakan tahap pendidikan: pertama, pendidikan di rumah dan kedua, pendidikan di
sekolah (maktab) di bawah seorang guru (mu’allim) dan keduanya sebetulnya saling melengkapi
(Rohman, 2013). Memperkuat keimana,memberantas buta aksara, mendirikan atau menegakkan
karakter yang baik, dan memebrikan pengajaran kepada cikal-bakal yang baik dan memperdalam ilmu
kerajinan itu semua merupakan tujuan pendidika awal. Saat menyeleksi guru harus secara teliti
dikarenakan akan berdampak pada karakter siswa. Diharuskan seorang guru saleh, tidak kasar,
memiliki wawasan yang luas, dapat mengetahui karakter-karakter siswa, mampu mengetahui bakat
siswa yang dimiliki agar dapat berikan kritik dan saran dan tentu saja bermoral. Dilihat dari konsep
dasar dan operasionalnya serta praktik penyelenggaraannya maka pendidikan Islam pada dasarnya
mengandung tiga pengertian(Rohman, 2013), yang pertama: Pendidikan yang diterapkan atau dipakai
unutuk sehari-hari dan terkandung dalam nilai-nilai dasar al-gur’an dan al-sunnah. Kedua: Pendidikan
islam sebagai pandangan hidup dengan cara mendidik dalam sikap hidup sesorang. Ketiga: Pendidikan
yang berlangsung dan berkembang dalam realitas sejarah umat Islam. Al-qur’an memerintahkan kita
untuk senantiasa menambah ilmu pengetahuan tersebut. Karena, ilmu pengetahuan tak kenal batas dan
maha luas. Allah swt. berfirman, “Katakanlah, ‘Ya Tuhanku, tambahkanlah ilmu pengetahuan

kepadaku.” Allah swt. juga berfirman, “Kami tinggikan derajat orang yang Kami kehendaki. Di atas
tiap-tiap orang yang berpengetahuan itu ada lagi Yang Maha Mengetahui (Mulyono, 2009). Al-qur’an
tidak semata-mata buku ilmu pengetahuan atau baku pradaban, tetapi lebih dari itu al-quran adalah al-

5

kitab yang didalamnya berisi fakta lengkap dan luas. Dan al-quran bersifat umum bisa diperuntukkan
siapa saja dan merupakan aturan yang sudah pasti.
Perempuan dalam al-Quran dan al-Hadits memiliki kesempatan yang sama dalam mencari ilmu
dan berpendidikan. Didalam Al-qur’an dan Al-hadis sendiri sudah menyatakan seperti itu maka kita
harus mewujutkan nilai-nilai kemanusiaan dalam sebuah perbuatan atau pendirian dan dengan adanya
proses memeratakan yang tidak bias gender. Tidak dipungkiri kesempatan perempuan untuk bersekolah
lebih tinggi dari laki-laki, contohnya sudah banayak sekarang seorang suami dan istri, suaminya hanya
bersekolah sampai SMA sederajat sedangkan istriny abersekolah sampai S1 dan seorang suami tamatan
SD dan seorang istri tamatan SMA. Didalam islam tidak ada pesan diskriminasi baik terhadap laki-laki
maupun perempuan yang tertuang dalam surat QS.At-Tawbah/9: 71(Shobahiya, 2009)
Artinya : “dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah)
menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf,
mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan
Rasul-Nya. mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha

Bijaksana.”
Menurut Athiyah Al-Abrasyi bahwa islam memberitaukan adanya kebebasan, persamaan,
kesempatan kepada orang kaya atau orang kurang mampu di dalam permukaan yang rata,
mengharuskan setiap umat islam laki-laki maupun perempuan untuk menuntut ilmu dan mempermudah
jalan untuk belajar. Dalam al-quran menjelaskan Kesetaraan gender diajarkan dalam Islam dalam surat
QS. An-Nisâ’/4: 124(Shobahiya, 2009)(Shobahiya, 2009)
Artinya:“Barangsiapa yang mengerjakan amal-amal saleh, baik laki-laki maupun wanita sedang
ia orang yang beriman, Maka mereka itu masuk ke dalam surga dan mereka tidak dianiaya walau
sedikitpun.”Dan surat Al-Nahl/16: 97(Shobahiya, 2009)
Artinya:“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam
keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan
Sesungguhnya akan kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang
Telah mereka kerjakan”.Ditekankan dalam ayat Ini bahwa laki-laki dan perempuan dalam Islam
mendapat pahala yang sama dan bahwa amal saleh harus disertai iman.
D. Permasalahan Gender
Pada hakikatnya perbedaan gender itu tidak menjadi persoalan ketika memunculkan masalah.
(MARDLIYAH, n.d.). Yang memunculkan masalah adalah perbedaan itu sendiri yaitu ketidak adilan
dalam gender. Ketidak adilan itu muncul karena masalah yang tidak imbang antara laki-laki dan
6


perempuan dan salah satu dari mereka merasa tidak diuntungkan oleh perbedaan yang sedang dialami
mereka.
Dalam deklarasai Hak-hak asasi manusia pasal 26 dinyatakan bahwa :” Setiaporang berhak
mendapatkan pengajaran … pengajaran harus dengan cuma-cuma, setidaknya untuk sekolah rendah
dan tingkat dasar. Pengajaran harus mempertinggi rasa saling mengerti, saling menerima serta rasa
persahabatan antar semua bangsa, golongan-golongan kebangsaan, serta harus memajukkan kegiatan
PBB dalam memelihara perdamaian dunia … “.(Mata & Sosiologi, 1987). Bersangkut pautnya dengan
perihal diatas, sesungguhnya pendidikan adalah faktor pendukung untuk mencerdaskan bangsa, selain
itu pendidikan juga sebagai terbentuknya relasi gender dalam masyrakat.
Dalam perumusan kurikulum terdapat bias gender dan kualitas pendidikan yang rendah.
Pelaksanaan kurikulum pendidikan terdapat pada buku-buku yang dipakai disekolah, realita yang ada
untuk sekolah umum atau agama masih banyak mempergunakan laki-laki dari pada perempuan, lakilaki pada lingkungan yang berbau public sedangkan perempuan pada lingkungan domestic saja.
Dengan kata lain, kurikulum yang saat ini belum bernuansa netral baik dalam lukisan/gambar, cerita,
penjelasan kalimat yang dipakai untuk menjelaskan materi.
Terjadinya ketimpangan menurut gender yang tercermin dalam proporsi jumlah peserta didik yang
tidak seimbang. Menurut jurusan-jurusan dan program-program pembelajaran yang ada pada
pendidikan menengah atau tinggi diakibatkan oleh tidak samanya kecerdasan,kemampuan laki-laki dan
perempuan, yang disebabkan karena peserta didik tersebut kurang informasi untuk bisa memilih
jurusan atau program pembelajaran dan besarnya peran keluarga juga yang ada bias gender. Dalam
memilih jurusan untuk masuk sekolah menengah sudah akan dipikirkan kearah pekerjaan, untuk contoh

sekolah menengah atas mengambil jurusan IPA maka pekerjaannya bisa menjadi dokter. Dalam memlih
pekeraan terdapat juga kesenjangan gender. Untuk siswa perempuan biasanya mengambil jurusan yang
cenderung ke managemend, tari atau seni bisa juga kerjinan gerabah, keguruan, dan sedangkan laki-laki
itu biasanya mengambil militer, teknik dan lain-lain, contoh laki-laki besekolah untuk menjadi tentara
angkatan laut, darat maupun udara, jika teknik mengambil teknik sipil, teknik mesin dan lain-lain.
Terjadinya diskrminisasi gender karena rendahnya kualitas pendidikan itu sendiri. Menurut
Departemen Pendidikan Nasional ada empet aspek permasalahn gender dalam lingkup pendidikanyaitu
askes,partisipasi,proses pembelajara dan penguasaan. Untuk aspek askes disini fasilitas pendidikan
yang sulit dicapai, disetiap daerah memiliki sekolah dasar tetapi tidak memiliki pendidikan kejenjang
selanjutnya seperti SMP dan SMA. Hanya daerah tertentu saja yang meiliki sekolah SMP atau SMA
jika ada harus menempuh perjalan jauh untuk bisa sampai, dikarenakan jauh orang tua tidak
7

mengijinkan dan terpaksa akhirnya tidak bersekolah hanya dirumha membantu pekerjaan rumah. Untuk
aspek partisipasi dalamfaktor bidang studi dan statistik pendidikan masyrakat kita sangat beranggapan
bahwa perempuan hanya perlu melakukan pekerjaan domestis dan tidak mendapat pendidikan formal,
sedangkan laki-laki sangat perlu pendidikan formal

dikarenakan laki-laki akan menjadi kepala

keluarga yang mencari nafkah. Untuk aspek proses pembelajaran sudah dijelaskan sebelumnya untuk
proses pembelajaran terdapat pada buku-buku ajaran sekolah yang lebih menonjolkan laki-laki dari ada
perempuan. Ada pula yang memaknai ketidakadilan gender terjadi pada kaum perempuan di bidang
pendidikan akibat budaya patriarki Bali (Made, Widayani, & Hartati, 2014)
Seorang pengajar mempunyai peran yang sangat kuat dalam fungsi pendidikan dan pengalaman
belajar mempunyai peran yang sangat kuat dalam sosialisasi gender. Buku-buku yang beredar di
sekolah-sekolah masih memperlihatkan adanya bias gender( melebih utamakan laki-laki) dan peran
guru yang menjadi sumber informasi yang bebas dari bias gender. Menurut sntrock sering terjadinya
gender di dalam lingkungan sekolah dan didalam ruangan belajar sebagai berikut: (1) Tidak melanggar
tata tertib sekolah, berpakaian yang rapih lebih sangat di segani dan sangat disenangi. Hal ini sering
kali disosialisasikan oleh perempuan ketimbang laki-laki. (2) Mendominan guru adalah seorang wanita
atau perempuan, dan untuk sekolah SD guru wanita banyak mendominasi dari pada guru laki-laki, hal
ini dapat mensusahkan anak laki-laki untuk mengikuti prilaku guru yang berlawanan jenis dengannya
dan sebaliknya dengan anak perempuan. (3) Staff sekolah sering kali tidak memeperdulikan anak lakilaki yang memiliki masalah terutama masalah bahasa dan masalah belajar anak laki itu sendiri. (4)
Untuk didalam ruangan belajar nak laki-laki sulit untuk diatur, sedangkan anak perempuan tidak kata
lainnya nakal atau bandel.
Sudah dikatakan untuk masalah pendidikan ini terletak pada kurikulum sebagai contohnya
menerapkan eskul Peringatan Hari Besar Islam dalam hal ini guru laki-laki lebih mendominasi dan
guru perempuan tidak mendominasi untuk memberikan mauidah untuk masalah keberhasilan atau
untuk munculnya didepan lebih banyak laki-laki dari pada perempuan. Contoh lainnya suatu sekolah
membuka lowongan pekerjaan untuk seorang guru, sekolah telah menetapkan apa saja syarat untuk bisa
menajadi guru di sekolah ini tetapi yayasan menetukan sendiri jenis kelamin guru yang akan menjadi
anggota baru dan sekolahnya harus berlatar belakang NU dan sebgainya. Gender mainstreaming tidak
menajdikan pertimbangan, dalam sekolah islam terdapat sosok yang disegani dipanuti serta dijadikan
pengambil putusan untuk yayasan yaitu seorang wanita. Seorang wanita itu adalah istri dari pendiri
yayasan tersebut. Jadi kata-kata atau kalimat yang dikeluarkan oleh beliau sangat di segani atau cepet
dilakukan karena sebagai perintah. Bisa tarik kesimpulan bahwa dari hal ini bukan derajat perempuan
8

disini disegani tetapi ingat dia disini disegani dikarenakan oleh “suaminya”, dikareanakn suaminya
pendiri yayasan tersebut.
Dan kurikulum juga berpengaruh dalam peran gender, kurikulum yang belum seimbang dengan
peran gender maka perempuan tidak memiliki keadaan yang jelas. Selain kurikulum ada juga kurikuler,
kulikuler ini memiliki tujuan yaitu siswa bisa menanamkan kedalam dirinya nilai-nilai yang baik.
Kembali lagi terhadap guru, guru harus pintar dalam memilah-milah buku ajaran yang tidak bias
gender agar tidak mempengaruhi siswa-siswinya, setidaknya bisa memberikan nilai positif.
Dalam pemahaman pengertian gender yang salah maka akan memunculkan perlakuan yang salah
juga.Prilaku guru terhadap anak muritnya(Daryati, n.d.), contoh mata pelajaran jasmani siswa laki-laki
berada di luar kelas sedangkan siswa perempuan berada di kelas sedang bersantai-santai saja dan guru
memberikan izin tidak mengikuti pelajaran olahraga dikarena siswa perempuan dalam keadaan tidak
kuat. Dalam kejadiin ini dapat kita lihat bahwa guru olaharag ini tidak memiliki pemahan yang jelas
tentang gender. Ada seorang guru yang memiliki pemahaman yang jelas tentang gender ini sendiri
yakni memerikan suatu pertayaan kpada semua siswa baik laki-laki maupun perempuan. Jika
masyrakat tidak dapat memahami gender ini dengan tepat akan menimbulkan kekacauan pada makna
gender ini sendiri.
Diskriminasi yang terjadi pada masyarakat, terlebih perempuan yang selalu mendapat perlakuan
diskriminatif. Harus dimusnahkan dikarenakan tak sesuai dengang rancangan kesamaan dan keadilan
dan berlawanan pula dengan hak asasi manusia. Pada dasarnya atau awalnya laki-laki dan perempuan
itu seimbang atau derajatnya sama tidak ada bedanya ,tidak ada yang lebih sempurna dimata Tuhan
kecuali ketaatannya.
Ditunjukkanbahwa usia remaja berhubungan dengan sosialisasi gender(Ashuro & Siregar, n.d.).
Umur dan ukuran pendidikan ditemukan juga hubungan timbale balik yang negative terhadap
sosialisasi gender untuk remaja perempuan. Semakin bertambahnya umur dan pendidikan semakin
berkurang pula sosialisasi gender yang tradisional yang dilakukan oleh orang tua. Perihal yang diatas
adanya petunjuk pndahnya pandangan tentang stereotype tentang anak perempuan. Pra ahli menyatkan
terdapat kecondongan untuk budaya agar lebih melindungi anak perempuannya. Anak perempuan
masih terus menurus dibawah pengintayaan masyrakat walau sudah bisa dibilang cukup dewasa. Dapat
dikatakan orang tua mengurangi sifat yang bertradisional ini untuk anak mereka yang mulai beralih dari
masa kanak-kanak. Ada peneliian atau temuan yag menuliskan terdapat hubungan yang bagus yang
diartikan penting waktu sosialisasi gender oleh orang tua dengan tidak maunnya gender pada remaja
laki-laki. Dari temuan diatas menyebutkan bahwa orang tua sangat sering mengutamakan laki-laki
9

berdasarkan pandangan tradisional termasuk juga sosialisasi gender. Anak laki-laki memandang bahwa
lebih cakap untuk menjadi pemimpin dari pada anak perempuan dengan sosialisasi gender dan artinya
muncul penolakan gender yang menyakini perempuan lebih rendah dar laki-laki. Hal ini berhubungan
dengan jenis kelamin pribadidengan anggapan itu, tidak adanya perbedaan pendapat gender antar
remaja laki-laki dari perempuan. Tidak dengan demikian untuk hasil tanggapan ini menyatakan remaja
laki-laki untuk kadar ketidak sukaan gender lebih tinggi dari ramaja perempuan. Dan perempuan untuk
kadar penerimaan lebih tinggi ketimbang laki-laki.
Suatu pekerjaan rumah tangga sesungguhnya untuk laki-laki dan perempuan tetapi keyatannya
dilakukan oleh perempuan saja. Dalam fisik sesorang wanita diperbolehkan meminta uang jika
memberikan anaknya asi, terkecuali hari pertama karena sebuha kewajiban seorang ibu memberikan asi
dan untuk perkembangan anaknya. Didalam islam memang tidak secara langsung member air asi harus
di beru gaji, ini menandakan suatu uasaha ibu agar anaknya bisa hidup jadi harus diberi upah atau gaji.
Gender ini juga berlaku dalam perkerjaan yang lebih tertarik terhadap laki-laki dari pada perempuan
untuk menjadikan karyawan dan kesempatan menjadi seorang pemimpin. Untu menjadi pemimpin lakilaki lebih besar peluangnya contoh menjadi kepala sekolah, kepala cabang kantor, direktur dan lainnya.
Pekerjaan

yang

diperuntukkan

bagi

laki-laki

umumnya

yang

dianggap

sesuai

dengan

kapasitas(Khotimah, 2009). Faktor Penyebab Kesenjanganantara lain yaini :(1) Cara pandang
masyarakat yang menganggap perempuan hanya mengurusi tugas rumah tangga (2) Kesadaran
masyarakat yang kurang akan Pentingnya pendidikan (3)Keselamatan kaum perempuan jika jauh dari
pengawasan orang tua (4)Ekonomi masyarakat yang lemah (5)Kurangnya fasilitas pendidikan yang
memadai di Desa Tugurejo(Incing et al., 2013)
Bentuk-Bentuk Ketidakadilan Akibat Diskriminasi Gender antara lain adalah : (1) Marginalisasi
perempuan

sebagai

salah

satu

bentuk

ketidakadilan

gender.

Proses

marginalisasi

(peminggiran/pemiskinan) yang mengakibatkan kemiskinan.(2) Subordinasi adalah keyakinan bahwa
salah satu jenis kelamin dianggap lebih penting atau lebih utama dibandingkan jenis kelamin yang
lainnya. (3) Pandangan stereotype, stereotype adalah cinta tentang individu atau kelompok yang tidak
sesuai dengan kenyataan empiris yang ada.(4) Kekerasan. Bebagai bentuk tidak kekerasan terhadap
perempuan sebagai akibat perbedaan, muncul dalam berbagai bentuk. (5) Beban ganda, bentuk lain dari
diskriminasi dan ketidakadilan gender adalah beban ganda yang harus dilakukan oleh salah satu jenis
kelamin tertentu secara berlebihan (EFIANINGRUM, 2008)

E. Paradigma Stereotipe Peran Gender
10

Stereotype melekat pada masyarakat peran gender tidak lepas dari berbagai cara berfikir yang
memandang dibeda-bedakan dan dipengaruhi beberapa faktor sebagian memandang biologis, sosial
dan kognitif dapat dibagi menjadi dua teori(Zaquisty, n.d.)
1. Pandangan Biologis
Sepasang suami istri menentukan janin akan menjadi janin perempuan atau janin laki-laki. Ketidak
samaan genetic,anggota tubuh dan jeniskelamin dan bakimia disebutkan oleh Santrock. Para pakar
genderpun menyatakan wanita dan laki-laki memperlukan perbedaan anggota tubuh dan peran saat
proses reproduksi. Yang menjadi masalah disini yakni pengaruh dari faktor biologis dan lingkungan.
Dimisalkan hormon sek yang banyak terdapat didalam diri pria, hormon sek ini sangat berpengaruh
terhadap cara kerja otak yang anak menaikan, bebrapa tingkah laku yang agresi dan ini bersifat
langsung. Hormon sek yang tidak lemah akan menghasilkan otak yang tidak lemah dan menyebabkan
orang tua berharap kepada anaknya untuk menjadi atlet dan anak tersebut mengusai olahraga dan ini
yang tidak bersifat langsung. Biologis dapat memudahkan untuk membedakan laki-laki dan perempuan
secara hukum alam atau ketentuan yang diberikan oleh allah. Fungsi biologis tidak meiliki terlalu besar
untuk menentukan tingkah laku dan kesopanan gender tetapi pengalamn bersosialisasi yang memiliki
banyak penaruhnya.
2. Pandangan Sosial.
Pandangan sosial Ada dua teori dalam pandangan ini, yang pertama adalah teori psikoanalitik
gender dan yang kedua adalah teori kognisi sosial. genderDari pandangan sosial terdapat dua teori
yaitu (1) teori psikoanalitik gender dan, (2) teori kognitif social. (a).Teori psikoanalitik gender,
Sigmund freund menurutnya yang mengalami ketertarikan seksual terhadap ibu atau bapaknya yang
berlawan jenis dengna dia biasanya anak-anak pria pra sekolah. Kemudian untuk umur lima atau enam
tahun mereka mengurang keterkaitan tersebut dikarenakan perasaan gelisa. Selanjutnya anak-anak
tersebut menganalisis dirinya dengan orang tua yang jenis kelaminnya sama, secara tidak langsung
mereka meniru sifat orang tua yang sama jenis kelaminnya dengan mereka. Pada tahapan dewasa para
pakar gender sulit percaya terhadap perkembangan stereoyup peran gender. (b). Teori kognitif sosial.
Terjadinya observasi dan peniruan prilaku gender dan mulai penguatan dan hukum, salah satu terjadi
perkembangan strereotipe. Salah satu cara orang tua untuk membuat atau mengajari anak-anak mereka
agar menjadi feminism dan maskulin dengan cara memberikan barang yang mereka sukai atau
memberikan akibat agar mereka tidak mengulangi orang tua mengajak bermain dengan anaknya lakilaki dan perempuan berbeda juga. Untuk anak perempuan condong untuk menjaga, merawat anak-anak
dari pada laki-laki. Dan orang tua lebih membebaskan anak putra remajanya dari pada anak putrid
11

remajanya. Seorang ayah lebih sering bermain yang menyenangkan atau lebih memiliki tantangan
kepada anak laki-laki dari pada anak perempuan. (c). Pandangan kognitif erdapat dua teori dalam
pandangan kognitif yang melihat bahwa stereotype peran gender lebih menguasai dikarenakan keadaan
yang berkaitan dengan seseorang yang dipandang sebagai susunan dari jaringan sosial yang disusun
dan diakhiri menimbulkan tanggapan yang pada ujungnnya berkesinambungan dan terbentuknya.
Stereotype peran gender terdapat teori perkembangan kognitif dan teori skema gender adalah dua
teorinya.

F. Solusi masalah gender dalam pendidikan
Untuk sebuah masalah pasti meiliki solusi atau pemecah masalahnya, tidak ada masalah yang tidak
bisa terpecahkan, dengan halnya masalah kurikulum yang bias gender. Masalah yang sering muncul
pada gender dan pendidikan terletak pada kurikulum, yang sudah dibahas, agar tidak terjadi masalah
dama urikulum harus aja terobosan-terobosan dalam penyampainnya. Tanpa keterbukaan atau sikap
yang mengakomodasi adanya penafsiran-penafsiran baru yang bersifat sosio historis kritis, niscaya
pendidikan gender juga tidak mungkin terwujud dalam kondisi seperti itu. Agar tidak terjadi bias
gender tidak mengharuskan tersedianya materi, tetapi dalam bias gender bisa kita berfikir kritis yang
bisa membuat keadilan gender itu sendiri karena dengan berfikir krritis kita bisa memilah-milah. Dan
dari teka-teki atau contoh-contoh siswa bisa meresapi konsep gender lewat contoh yang nyata. Dan
dapat meningkatkan pendidik agar bisa memilah bias gender agar tidak terjadi lagi bias gender.
Sosuli untuk masyrakat tradisional menganggap perempuan tidak perlu pendidikan formal adalah
dengan cara kita bersosialisasi dengan masyrakatnya kita turun langsung atau terjun langsung
memberikan penjelasan bahwa wanita berkesempatan untuk bisa menadatkan pendidikan formal,
dikarenakan seorang wanita akan menjadi ibu dari anak-anaknya, ibu harus dituntut pintar karena anakanak akan meniru semua perbuatan ibuanya dan mengikuti ajaran ibunya. Pendidikan peratama adalah
pendidikan dari lingkungan keluarga, jika laki-laki saja yang bisa nendapatkan pendidikan formal,
salah juga perempuan perlu karena perempuan akan menjadi ibu yang mendidik anak-anaknya selagi
ayahnya mencari nafkah. Dan sekaranga banyak sekolah yang tidak memungut biaya terlalu banyak
seperti sekolah negeri bisa dikatakan sekolah dinegeri tidak memperlukan biaya yang banyak.Jika anak
yang pintar bisa mendapatkan beasiswa atau bersekolah gratis tanpa membanyar, pemerintah yang
membanyarkan kebutuhan sekolahnya. Dan pada jama sekarang sudah mudah untuk mendatkan
pendidikan formal tidak sesulit dulu kala.
Tidak hanya dengan sosuli asja bisa dengan sosialisasi juga untuk bias gender. Anda kadang pernah
atau pernah mendengar sosialisasi gender. Apa sih yang dimaksut sosialisasi gender tersebut?
12

Sosialisasi gender adalah suatu proses menuntut ilmu untuk mejadi seorang pribadi yang sesuai dengan
peran dan keinginan masyarakatnya. Skema gender adalah susunan kognitif yang digunakan sebagai
salah satu cara untuk menyatukan atau dikumpulkam informasi berdasarkan katagori gender Ada 3
teori yang menjelaskan tentang sosialisasi gender, (1)social learning theoty. (2) social/cognitive
development theory. (3) gender schema theory (Kemitrasejajaran & Perempuan, 2013). (1) Social
learning theory. Peran lingkungan dalam agambar tingkah laku anak yang didapat dari peninjauan dan
penguatan(penghargaan/penghormatan dan hukum). (2) social/cognitive development theory. peran
seorang yang giat dalam memberikan info-info yang baru dari daerah untuk diberikan dalam dirinya
dengan keadaan gendernya. (3) Gender schema theory. Menggabungkan teori satu Social learning
theory dengan teori dua social/cognitive development theory yang menjelaskan bagaimana seseorang
untuk belajar dan menuju bagian atau peran bagan gender saat membuat informasi baru.
Bagaimana usaha yang akan dilakukan demi terwujudkan keadilan gender? Keadilan dan
kesetaraan gender dapat dipenuhi jika undang-undang dan hukum menjamin. Problem sekarang adalah
tidak adanya jaminan dari negara untuk memperoleh kebebasan setiap insan tumbuh secara maksmal.
Relasi gender tidak semata lahir dari kesadaran individu, tetapi juga bergantung pada faktor ekonomi,
sosial dan lingkungan yang sehat dan dinamis (Mata & Sosiologi, 1987). pada era global sekarang ini
bersangkut paut dengna kesadaran, tanggung jawab laki-laki, pembedayaan perempuan hak reproduksi.
Termasuk. Melakukan aksi nyata pembebasan yang bertanggung jawab akan menghubungkan
semuakonsep gender dengan tujuan kesehatan dan kesejahteraan bersama. Dengan menggunakan akal
alam manusia bisa mendorong laki-laki dan perempuan bisa merubah tradisi pencerahan dengan tujuan
diperolehnya persamaan dan kebebsan dan kemajuan bersama tanpa membeda-bedakan jenis kelamin
atau bias gender. Bisa memulai dari diri sendiri dan rumah tangga untuk menghilangkan bias gender.
Menjauh dari sikap pesimisme, maka dalam bidang pendidikan, hal berikut ini dapat dilakukan : (1)
Meningkatkan Partisipasi Pendidikan, maksutnya mempermudah akses dan daya tamping pendidikan,
menaikkan grafik anak perempuan bersekolah dan mendorong anak-anak untuk melanjutkan lulusan
dengan acara memberikan perhatian khusus kepada anak yang lingkungan sosilanya tidak tinggi dan
anak yang tinggal di daerah tertinggal. (2) Meningkatkan kesadaran umum dan hubungan pendidikan.
Dengan cara memperbaiki ulang kurikulum dan memperbaiki materi yang bias gender, peningkatan
tenaga pengajar agar lebih selektif terhadap bias gender. (3) Mengembangkan manajemen pendidikan
sehingga responsif gender dengan cara mengembangkan sekolah wanita dan penguatan pusat
pembelajarannya, meningkatkan kapasitas lembaga pengelolah pendidikan sehingga mampu

13

merencanakan,menyusun kebijakan, strategi dan program gender bisa lebih efektif dan efisien dan
penetapan kebijakan lewat UU pendidikan yang berwawasan gender.
Tiga hal tersebut dapat dilaksanakan melalui lima strategi utama yaitu: (a). penyediaan akses
pendidikan yang bermutu terutama pendidikan dasar secara merata bagi anak laki-laki dan perempuan
baik melalui pendidikan persekolahan maupun pendidikan luar sekolah (b). penyediaan akses
pendidikan kesetaraan bagi penduduk usia dewasa yang tidak dapat mengikuti pendidikan persekolahan
(c). peningkatan penyediaan pelayanan pendidikan keaksaraan bagi penduduk dewasa terutama
perempuan (d) peningkatan koordinasi, informasi dan edukasi dalam rangka mengurusutamakan
pendidikan berwawasan gender; dan (e). pengembangan kelembagaan institusi pendidikan baik di
tingkat pusat maupun daerah mengenai pendidikan berwawasan gender.(Mata & Sosiologi, 1987).

G. Simpulan
Gender adalah keadaan dimana individu yang lahir secara biologis sebagai perempuan dan lakilaki dan memproses pencirian sosial sebagai laki-laki dan perempuan. Gender dan sex itu berbeda
kalau gender itu Perbedaan sosial budaya yakni hak, kewajiban sedangakan sex itu Perbedaan biologis
laki-laki dan perempuan yakni ciri reproduksi. Ketidakadilan itu muncul karena masalah yang tidak
simbang antara laki-laki dan perempuan dan salah satu dari mereka merasa tidak diuntungkan oleh
perbedaan yang sedang dialami mereka.Seorang yang melakukan aktivitas dengan orang lain yang
berhubungan dengan dunia pengetahuan, kepercayaan dan bakat masyrakat disebut pendidikan.
Pendidikan formal adaah pendidikan yang dilandasi oleh sebuah aturan yang disebut kurikulum, mata
pelajaran.pendidikan juga sebagai wahana dan wadah untuk sumber daya manusia. Diskriminasi yang
terjadi pada masyarakat harus dimusnahkan dikarenakan tak sesuai dengang rancangan kesamaan dan
keadilan dan berlawanan pula dengan hak asasi manusia.Dalam kurikulim pendidikan sekarang untuk
sekolah agama ataupun negeri masih dominan laki-laki sedangkan pada aspek umum perempuan
dalam lingkup tidak umum bisa dikatakan juga laki-laki sebagai peran utama dan perempuan hanya
peran pembantu, Oleh sebab itu banyak anak perempuan yang terpaksa tinggal dirumah,dan
meninggalkan bangku sekolah mereka sejak dini. sosialisasi gender adalah suatu proses menuntut ilmu
untuk mejadi seorang pribadi yang sesuai dengan peran dan keinginan masyarakatnya.Sejalan dengan
bertambahnya usia remaja, remaja yang bertanggapan sosialisasi gender dilaksanakan oleh orang tua
yang kian menjadi tidak tradisional.pendidikan yang adil gender merupakan suatu usaha parubahan
ilmu yang diajarikan di dalam sekolah yang di jelaskan dengan guru-guruyang yang menjelaskan
kesamaan anatr laki-laki dan perempuan dalam lingkup (jalan), kerjasama,peluang menyerahkan
keputusan serta manfaat.Beberapa faktor yang mempengaruhi pelabelan cirri-ciri sifat perempuan dan
14

laki-laki ada (1) pandangna biologis (2) pandangan Sosial (3) dan pandanga Kognitif. . Pendidikan
berbasis gender jangan diterjemahkan sebagai upaya perempuan melawan laki-laki. Bukan demikian.
Namun, bagaimana perempuan dapat mendapatkan kesetaraan nonkodrati. Permendiknas Nomor 20
Tahun 2007 tentang Standar Penilaian Pendidikan menyatakan bahwa salah satu prinsip penilaian
adalah adanya unsur keadilan. Maslah gender dalam dunia pendidikan meliputi banyak hal seperti
kurikulum, untuk kurikulum bisa kita sempurnakan lagi dan memperbaiki materi yang berbias gender,
masyrakat tardisonal kita harus menyakinkan bahwa perempuan sangat butuh untuk mendaptkan
pendidikan formal karena akan menjadi ibu yang mengajari ankanya kelak, segi akses sudah
dipermudah oleh pemerintah sekolah-sekolah sudah ada dimana-mana di daerah tertinggal, segi
pengajar akan lebih selektif menyeleksinya agar bisa terhindar dari bias gender dan bisa menilai positif
terhadap bias gender.{}
REFERENSI
AMPERA, D. (2012). Kajian kesejahteraan gender dalam pendidikan disekolah dasar mitra PPL
PGSD. JURNAL TABULARASA PPS UNIMED, 9(1).
Ashuro, D., & Siregar, I. (n.d.). Sosialisasi Gender oleh Orangtua dan Prasangka Gender pada Remaja.
Psokologi, 3(1), 141–147.
Daryati. (n.d.). intergritas perspekktif adil gender dalam pendidikan disekolah menengah keatas. Jurnal
Sosialitas, : Vol. 2(No. 1).
EFIANINGRUM, A. (2008). Pendidikan dan pemajuan perempuan menuju keadilan gender.
FONDASIA, 1(9).
Incing, V., Hardianto, W. T., Rusmiwari, S., Studi, P., Administrasi, I., & Tunggadewi, U. T. (2013).
KESENJANGAN GENDER ( PEREMPUAN ) DALAM MENDAPATKAN PENDIDIKAN
PADA MASYARAKAT PEDESAAN, 2(1), 38–40.
ISMANTO. (n.d.). Menyoal kesetaraan gender dalam evaluasi pembelajaran. Palastren, 5(2).
Kemitrasejajaran, D. A. N., & Perempuan, L. D. A. N. (2013). Pengarusutaman Gender di Sekolah
Mengah Atas: Kebijakan Sekolah dalam Menumbuhkan Kesadaran Gender dan Kemitrasejajaran
Laki-laki dan Perempuan. Studi Perempuan, 9(1), 65–75.
Khotimah, K. (2009). Diskriminasi Gender terhadap perempuan dalam Sektor Pekerjaan, 4(1).
Made, N., Widayani, D., & Hartati, S. (2014). Kesetaraan Dan Keadilan Gender Dalam Pandangan
Perempuan Bali : Studi Fenomenologis. PSIKOLOGI uNDIP, 13(2), 149–162.
15

MARDLIYAH. (n.d.). Isu gender dalam pendidikan islam. Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial, 25(2).
Mata, T., & Sosiologi, K. (1987). BIAS ” GENDER ” DALAM PENDIDIKAN, 1–19.
MUAFIAH, E. (2010). Pendidikan islam berperspektif gender. TADRIS, 5(2).
Mulyono. (2009). KEDUDUKAN ILMU DAN BELAJAR DALAM ISLAM Mulyono. Tadris, 4(2).
mursidab. (n.d.). Pendidikan berbasis kesataraan dan keadilan gender, 5(2), 167–175.
Rohman, M. (2013). Konsep Pendidikan Islam menurut Ibn Sina: Relevansinya dengan Pendidikan
Modern. Jurnal Episteme, 8(2), 246–266.
Shobahiya, M. (2009). Pembelajaran Berperspektif Gender dalam Islam untuk Abak Usia Dini. Suhuf,
24(1), 39–50.
Wahyudi, D. (2014). PENGEMBANGAN MULTIMEDIA PEMBELAJARAN INTERAKTIF
PENDIDIKAN AKHLAK DENGAN PROGRAM PREZI (Studi di SMP Muhammadiyah 2 Mlati
Sleman Tahun Ajaran 2013-2014), 1–16.
Zaquisty, E. (n.d.). Sereotipe Peran Gender Bgai Pendidikan Anak. Muwazah, 1(1).

16