PENGARUH PEMANGKASAN DAUN TANAMAN JAGUNG

PENGARUH PEMANGKASAN DAUN TANAMAN JAGUNG
TERHADAP HASIL KACANG HIJAU PADA POLA
TUMPANGSARI

Diusulkan oleh :
Bagus Arrasyid
Rian Wicaksono
Ririn Ernawati
Dita Jahidah

20120210091
20120210086
20120210122
20120210124

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2015

I.


PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tumpangsari adalah sistem penanaman ganda dengan menanam dua atau
lebih jenis tanaman pada suatu areal yang sama dan dilakukan secara bersamaan
dengan jarak tanam tertentu untuk masing-masing tanaman. Sistem tanam
tumpangsari merupakan model kegiatan bercocoktanam yang umum dilakukan
petani pada lahan tadah hujan di daerah tropik sampai subtropik (Faruque et
al.,2000; Polthanee and Trelo-ges, 2003). Di Indonesia,petani biasanya
memanfaatkan lahan dengan menanam tanaman jagung yang ditumpangsari
dengan kacang-kacangan (Koesmaryono et al., 2005).
Sistem tumpangsari jagung dengan kacang-kacangan memiliki keuntungan
yakni meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumberdaya lahan, meningkatkan
volume dan frekuensi panen dibandingkan dengan sistem monokultur. Dalam
sistem tumpangsari jagung dan kacang hijau akan terjadi simbiosis antara
keduanya yakni terjadinya peningkatan suplai nitrogen dari kacang hijau (legum)
ke jagung (nonlegum). Sebaliknya, tanaman jagung melindungi kacang hijau dari
penyinaran langsung radiasi matahari yang berlebihan(Mpairwe et al., 2002; AduGyamfi et al., 2007; Morgadodan Willey, 2008). Namun menurut Hendroatmodjo
(1995), terjadi penurunan hasil kacang hijau pada sistem tumpangsari dengan

jagung yang mencapai lebih dari 40%. Besarnya penurunan hasil tersebut lebih
disebabkan karena persaingan cahaya. Cahaya matahari merupakan faktor
pembatas produksi dalam sistem tumpangsari (Katayama et al.,1998). Hasil
penelitian Hakim dan Sutjihno (1992) menunjukkan bahwa penurunan hasil
kacang hijau lebih dari 50% dalam sistem tumpangsari mengakibatkan terjadinya
kerugian produksi.
Hasil penelitian dengan menggunakan naungan buatan, menunjukkan
bahwa pengurangan intensitas cahaya 50% dari cahaya normal dapat menurunkan
hasil biji antara 37-74% (Chotechuen, 1996), pengurangan intensitas cahaya
antara 40-50% menurunkan hasil biji kacang hijau sebesar 67% (Lousuwan et al.,
1991). Hasil penelitian Katayama et al. (1998) menunjukkan bahwa perlakuan

intensitas cahaya relatif (ICR) 88.7% dan 24.9% masing-masing menurunkan
hasil bijikacang hijau 5% dan 84% dibandingkan ICR 100%.
Salah satu cara menangani masalah tersebut yaitu dengan melakukan
pemangkasan daun tanaman jagung agar intensitas cahaya yang diterima oleh
tanaman kacang hijau lebih besar. Secara umum pemangkasan adalah
pembuangan bagian tertentu dari tanaman untuk mendapatkan perubahan tertentu
dari tanaman tersebut (Andriance dan Brison dalam Andrius, 1992). Daun
merupakan organ utama untuk menyerap cahaya dan melakukan fotosintesis.

Spesies tanaman budidaya yang efisien cenderung menginvestasikan sebagian
besar awal pertumbuhan dalam bentuk penambahan luas daun, yang berakibat
pemanfaatan radiasi matahari (Gardner, 1991). Kemampuan fotosintesis daun
jagung memperlihatkan bahwa potensial fotosintesis relatif sepertiga daun bagian
atas hampir dua kali lebih besar dari sepertiga daun bagian tengah, dan lima kali
lebih besar daripada sepertiga daun bagian bawah. Adisarwanto (2004),
menyatakan pemangkasan daun tidak mengurangi produksi apabila dilakukan
pemangkasan daun pada umur 50 hari setelah tanam. Sementera Mattobii (2004)
menyebutkan bahwa pemangkasan daun dapat meningkatkan berat pipilan apabila
dikakukan pemangkasan daun pada umur 75 hari setelah tanam.
Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian tentang berbagai pengaruh
persentase pemangkasan daun tanaman jagung terhadap produksi tanaman kacang
hijau pada pola tanam tumpangsari.
B. Perumusan Masalah
1. Berapakan persentase pemangkasan tanaman jagung yang tepat agar
menigkatkan produksi tanaman sela (Kacang Hijau) ?
2. Bagaimanakah pengaruh pemangkasan daun terhadap tanaman jagung.?
C. Tujuan Penelitian
1. Mendapatkan persentase pemangkasan yang tepat agar meningkatkan produksi
tanaman sela (kacang hijau)

2. Mengetahui pengaruh pemangkasan daun terhadap hasil tanaman jagung.

II.

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tanaman Jagung Manis
Tanaman jagung manis merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang
terpenting, selain gandum dan padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di
Amerika Tengah dan Selatan, jagung juga menjadi alternatif sumber pangan di
Amerika Serikat. Penduduk beberapa daerah di Indonesia (misalnya di
Madura dan Nusa Tenggara) juga menggunakan jagung sebagai pangan
pokok. Selain sebagai sumber karbohidrat, jagung juga ditanam sebagai pakan
ternak (hijauan maupun tongkolnya), diambil minyaknya (dari bulir), dibuat
tepung (dari bulir, dikenal dengan istilah tepung jagung atau maizena), dan
bahan baku industri (dari tepung bulir dan tepung tongkolnya). Tongkol
jagung kaya akan pentosa, yang dipakai sebagai bahan baku pembuatan
furfural. Jagung yang telah direkayasa genetika juga sekarang ditanam sebagai
penghasil bahan farmasi. Pada tahun 2009 Indonesia mampu memproduksi
jagung sebesar 17.629.748. Pada tahun 2010 Indonesia mengalami

peningkatan produksi menjadi sebesar 18.327.636. Tahun 2011 mengalami
penurunan menjadi 17.643.250 hingga tahun 2012 mengalami peningkatan
pula hingga mencapai 19.387.022. Namun untuk 2013 Indonesia mengalami
penurunan produksi lagi hingga mencapai angka 18.510.435. Jika dilihat
secara umum produktivitas jagung di Indonesia dari tahun 2009 hingga tahun
2014 terus mengalami fluktuasi di setiap daerah. Fluktuasi ini disebabkan oleh
banyak hal
B. Pola Tanam Tumpangsari
Sistem tanam tumpangsari adalah salah satu usaha sistem tanam
dimana terdapat dua atau lebih jenis tanaman yang berbeda ditanam secara
bersamaan dalam waktu relatif sama atau berbeda dengan penanaman
berselang‐seling dan jarak tanam teratur pada sebidang tanah yang sama
(Warsana, 2009).Gomez dan Gomez (1983), secara tradisonal tumpangsari
digunakan untuk meningkatkan diversitas produk tanaman dan stabilitas hasil

tanaman. Keuntungan yang diperoleh dengan penanaman secara tumpangsari
diantaranya yaitu memudahkan pemeliharaan, memperkecil resiko gagal
panen, hemat dalam pemakaian sarana produksi dan mampu meningkatkan
efisiensi penggunaan lahan Beets (1982).
Pemilihan


tanaman

penyusun

dalam

tumpangsari

senantiasa

mendasarkan pada perbedaan karakter morfologi dan fisiologi antara lain
kedalaman dan distribusi system perkaran, bentuk tajuk, lintasan fotosintesis,
pola serapan unsure hara sehingga diperoleh sauatu karakteristik pertumbuhan,
perkembangan dan hasil tumapngsari yang bersifat sinergis (Gomez dan
Gomez, 1983 dan Palaniappan, 1985). Selain itu, menurut Odum, (1983)
tanaman yang ditumpangsarikan adalah tanaman dari lain famili dan yang
memneuhi syarat-syarat yaitu berbeda dalam kebutuhan zat hara, hama dan
penyakit


kepekaaan

terhadap

toksin

dan

faktor-faktor

lain

yang

mengendalikan yang sama pada waktuyang berbeda. Pertanaman tumpangsari
lebih banyak diketahui mampu memberikan hasil tanaman secara keseluruhan
yang lebih tinggi dibandingkan monokutur, apabila tepat dalam pemilihan
sepesies tanaman yang ditumpangsarikan (Anonim, 1998).
C. Pemangkasan
Secara umum pemangkasan adalah pembuangan bagian tertentu dari

tanaman untuk mendapatkan perubahan tertentu dari tanaman tersebut
(Andriance dan Brison dalam Andrius, 1992). Tujuan dari pemangkasan suatu
tanaman adalah untuk mengendalikan ukuran dan bentuk tanaman,
mempercepat dan memperkuat pertumbuhan dan meningkatkan produksi baik
kualitas maupun kuantitas (Janick, 1972).
Daun merupakan organ utama untuk menyerap cahaya dan melakukan
fotosintesis.

Spesies

menginvestasikan

tanaman

sebagianbesar

budidaya
awal

yang


efisien

pertumbuhan

cenderung

dalam

bentuk

penembahan luas daun, yang berakibat pemanfaatan radiasi matahari
(Gardner, 1991). Kemampuan fotosintesis daun jagung memperlihatkan
bahwa potensial fotosintesis relatif sepertiga daun bagian atas hampir dua ali
lebih besar dari seper tiga daun bagian tengah, dan lima kali lebih besar

daripada sepertiga daun bagian bawah. Adisarwanto (2004), menyatakan
pemangkasan

daun


tidak

mengurangi

produksi

apabila

dilakukan

pemangkasan daun pada umur 50 hari setelah tanam. Sementera Mattobii
(2004), menyebutkan bahwa pemangkasan daun dapat meningkatkan berat
pipilan apabila dikakukan pemangkasan daun pada umur 75 hari setelah
tanam.
D. Tanaman Kacang Hijau
E. Hipotesis

III.


TATA CARA PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat

Penelitian akan dilakukan pada lahan percobaan fakultas pertanian UMY
(Universitas Muhammadiyah Yogyakarta), Ngebel, Tamantirto, Kasihan, Bantul,
Yogyakarta dengan ketinggian tempat 110 m di atas permukaan laut dan jenis tanah
regosol. Penelitian ini akan dimulai pada bulan Mret sampai dengan Juni 2015.
B. Alat dan Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain benih jagung manis varietas ......,
Benih kacang hijau varietas ......., Pupuk Urea, SP-36, KCl dan pestisida.
Alat yang digunakan antara lain cangkul, tugal, meteran, penggaris, timbangan, Leaf Area
Meter (LAM), kertas dan alat tulis.
C. Metode Penelitian
IV.

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen yang disusun dalam Rancangan Acak
Kelompok Lengkap (RAKL) faktor tunggal dengan 5 perlakuan.

V.

Masing-masing perlakuan diulang sebanyak 3 kali sehingga didapatkan 15 unit

perlakuan
A. Non pemangkasan
B. Pemangkasan daun jagung 25%
C. Pemangkasan jagung 50%
D. Pemangkasan jagung 75%
E. Tanpa tanaman jagung
D. Cara Penelitian
1. Persiapan lahan
VI.

Lahan penelitian terlebih dahulu dibersihkan dari gulma dan kotoran lainnya, lalu
diolah dengan cara menggemburkan lahan dengan menggunakan cangkul, dilanjutkan
dengan membuat petak percobaan.

2. Penanaman
VII.

Penanaman dilakukan dengan menggemburkan kira-kira sedalam 5 cm dari
permukaan tanah kemudian memasukkan benih jagung sebanyak 2 benih/lubang tanam
yang sebelumnya benih direndam dalam air 10-15 menit. Jarak tanam yang digunakan 70
cm x 25 cm.

VIII.
3. Pemeliharaan tanaman
a) Penyiraman
Penyiraman dilakukan setiap hari yaitu pagi dan sore hari yang tergantung
dengan kondisi lingkungan dan kelembapan tanah dilakukan dengan menggunaka
gembor dan air bersih
b) Penjarangan
Penjarangan tanaman dilakukan 2 minggu setelah tanam dengan cara
memotong tanaman dengan menggunakan pisau atau mencabut hingga akar dan
meninggalkan satu tanaman yang sehat.
c) Penyiangan
Penyiangan gulma dilakukan secara manual dengan menggunakan cangkul
2 minggu sekali.
d) Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian hama dan penyakit tergantung kondisi lapangan. Bila terjadi
serangan hama, maka dilakukan penyemprotan insektisida Decis 2,5 EC dengan
dosis 0,5 cc/liter air.

E. Parameter Pengamatan (Waktu, Metode, Satuan)
1. Bobot kering tanaman jagung
IX.

Bobot kering tanaman jagung diamati dari kegiatan tahap pertama pada umur V1
MST. Batang dipotong dari pangkal selanjutnya batang dan daun dipotong, dan
dimasukkan kedalam kantong kertas dikeringkan dalam oven pada suhu 70oC dan
ditimbang.

2. Berat segar tanaman jagung
X.

Pengamatan berat segar tanaman dilakukaan dengan menimbang daun, batang dan
akar tanaman jagung dengan timbangan elektrik dan dinyatakan dalam gram.

3. Luas daun (cm2)
XI.

Luas daun dihitung dengan menggunakan LAM (Leaf Area Meter) dan dapat
diketahui luas daunnya. Perhitungan luasan daun dilakukan pada saat pengamatan selesai
tanaman sudah berumur 1 bulan.

4. Panjang tongkol (cm)

XII.

Panjang tongkol jagung diukur pada saat tanaman sudah dipanen dengan
menggunakan meteran atau penggaris.
5. Tinggi tanaman

XIII.Pengamatan dilakukan seminggu sekali dengan menggunakan penggaris yang
satuannya centimeter (cm).
6. Jumlah daun
XIV.Pengamatan pertambahan jumlah daun dilakukan seminggu sekali dengan cara
menghitung daun yang tumbuh pada masing-masing tanaman dengan satuan helai.

F. Analisis Data
Setelah data hasil penelitian diperoleh, analisis data dilakukan dengan pengujian
menggunakan sidik ragam (Analisys of variance), bila ada beda nyata antar perlakuan
maka dilakukan uji lanjut dengan menggunakan uji DMRT (Duncan’s Multiple Range
Test). Untuk hasil pengamatan periodik maka dianalisis menggunakan grafik dan
histogram.
D. Jadwal kegiatan
XV.

XXXVII.
LIV.

LXXI.
LXXXVIII.
CV.
CXXII.
CXXXIX.

Kegiatan

XVI.
MaretXVII.
AprilXVIII.
Mei XIX.
Juni
XXI.XXII.
XXIII.
XXIV.XXV.
XXVI.
XXVII.
XXVIII.
XXIX.XXX.
XXXI.
XXXII.
XXXIII.
XXXIV.
XXXV.
XXXVI.

1 2 3
4
1 2 3 4
1
2 3 4 1
2
3 4
Persiapan proposal
XXXVIII.
XXXIX. XL. XLI.XLII.
XLIII.
XLIV.XLV.
XLVI.
XLVII.
XLVIII.
XLIX. L. LI. LII. LIII.
Periapan presentasiLV. LVI.LVII.LVIII. LIX. LX.LXI.LXII.
LXIII.
LXIV.LXV.
LXVI.
LXVII.
LXVIII.
LXIX.LXX.
LXXIII.
LXXIV.
LXXV.
LXXVI.
LXXVII.
LXXVIII.
LXXIX.
LXXX.
LXXXI.
LXXXII.
LXXXIII.
LXXXIV.
LXXXV.
LXXXVI.
LXXXVII.
Persiapa lahanLXXII.
XCIII.
XCIV.XCV.
XCVI.
XCVII.
XCVIII.
XCIX. C. CI. CII.CIII. CIV.
PemupukanLXXXIX. XC.XCI.XCII.
Dasar

Penanaman

CVI.CVII.
CVIII.CIX. CX.CXI.CXII.
CXIII.
CXIV.CXV.
CXVI.
CXVII.
CXVIII.
CXIX.CXX.
CXXI.

CXXIV.
CXXV.
CXXVI.
CXXVII.
CXXVIII.
CXXIX.
CXXX.
CXXXI.
CXXXII.
CXXXIII.
CXXXIV.
CXXXV.
CXXXVI.
CXXXVII.
CXXXVIII.
PemeliharaanCXXIII.
tanaman

pengamatan

CXL.
CXLI.
CXLII.
CXLIII.
CXLIV.
CXLV.
CXLVI.
CXLVII.
CXLVIII.
CXLIX. CL. CLI.CLII.
CLIII.CLIV.CLV.

CLVI.

CLVIII.
CLIX.CLX.
CLXI.
CLXII.
CLXIII.
CLXIV.
CLXV.
CLXVI.
CLXVII.
CLXVIII.
CLXIX.
CLXX.
CLXXI.
CLXXII.
Analisis data CLVII.

CLXXIII.

CLXXV.
CLXXVI.
CLXXVII.
CLXXVIII.
CLXXIX.
CLXXX.
CLXXXI.
CLXXXII.
CLXXXIII.
CLXXXIV.
CLXXXV.
CLXXXVI.
CLXXXVII.
CLXXXVIII.
CLXXXIX.
PenyusunanCLXXIV.
laporan

DAFTAR PUSTAKA

CXC.

CXCI.
CXCII.

Janick, J. 1972. Hortikultural Science. San Francisco: W.H. Freeman Company
Anonim. 1998. Pola tumpangsari kencur dengan jagung dan kacang tanah di lahan kering.
Departemen
CXCIII.
Pertanian. Bahan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Balai Pengkajian Teknologi Pangan
CXCIV.
Pertanian Ungaran.