MAKALAH LENGKAP HAMBATAN DAN DORONGAN MA

TUGAS
POLITIK PERTANIAN
DESA DAN MANUSIA PEMBANGUNAN
“HAMBATAN DAN DORONGAN MANUSIA DESA SEBAGAI MANUSIA
PEMBANGUNAN”

KELOMPOK II
SYARWAL
ERNA
RAMADAN
SARIANA
OKTA VENY PUTRI S.
RAHMAT INDIA

D1A113092
D1A113008
D1A113126
D1A114108
D1A113226
D1A113040


JURUSAN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2016

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Puji Syukur kami panjatkan atas ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas limpahan Rahmat dan Karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah
ini. Salawat serta salam tetap tercurah kepada Nabi Muhammad SAW yang
menjadi panutan mulia disetiap langkah manusia. Kami sangat bersyukur karena
dapat menyelesaikan makalah sebagai tugas mata kuliah Politik Pertanian.
Berdasarkan judul Bab VI Desa dan Manusia Desa kelompok kami
berkesempatan untuk menjelaskan sub bab Hambatan dan Dorongan Manusia
Desa sebagai Manusia Pembangunan.
Semoga makalah ini dapat memberi manfaat dan informasi kepada
mahasiswa. Akhir kata kami mohon maaf apabila dalam makalah ini terdapat
kekeliruan.


Kendari, 7 Oktober 2016

Kelompok II

2

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL.......................................................................................i
KATA PENGANTAR.........................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................iii
I. PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................3
C. Tujuan.....................................................................................................3
D. Manfaat...................................................................................................3
II. PEMBAHASAN...........................................................................................4
A. Konsep Desa dan Masyarakat Desa........................................................4
B. Konsep Pembangunan, Pembangunan Sumberdaya Manusia dan

Manusia Pembangunan...........................................................................5
C. Fungsi dan Potensi Desa.........................................................................6
D. Hambatan Manusia Desa Sebagai Manusia Pembangunan.................... 7
E. Faktor Penghambat Pelaksanaan Kebijakan dalam
Meningkatkan Partisipasi Masyarakat....................................................9
F. Dorongan Manusia Desa Sebagai Manusia Pembangunan....................11
III. PENUTUP....................................................................................................15
A. Kesimpulan............................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................16

3

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Data penduduk Indonesia pada tahun 2005 menunjukkan proporsi penduduk
yang bertempat tinggal di perdesaan jika dibandingkan di perkotaan tidak lagi
berbeda jauh, yakni 113,7 juta jiwa di perdesaan dan 106,2 juta jiwa di perkotaan
(BPS, 2005). Namun, perbandingan tingkat kesejahteraan masyarakat dan tingkat
pembangunan wilayah di antara keduanya menunjukkan kawasan perdesaan

masih relatif tertinggal jika dibandingkan dengan perkotaan. Jumlah penduduk
miskin di perdesaan pada tahun 2004 mencapai 24,6 juta jiwa, jauh lebih tinggi
daripada di perkotaan, yaitu 11,5 juta jiwa. Sementara itu, jangkauan pelayanan
infrastruktur di perdesaan masih jauh dari memadai. Misalnya, baru sekitar 6,4
persen rumah tangga perdesaan yang telah dilayani oleh infrastruktur perpipaan
air minum, sedangkan di perkotaan mencapai 32 persen; sementara itu, untuk
pelayanan telekomunikasi, dari total 62.806 desa di Indonesia, sebanyak 43.000
desa masih belum memiliki fasilitas telekomunikasi.
Data juga menunjukkan masih relatif rendahnya produktivitas tenaga kerja
di perdesaan karena aktivitas ekonomi perdesaan masih bertumpu pada sektor
pertanian (primer). Berdasarkan Susenas 2003, pangsa tenaga kerja di perdesaan
pada sektor pertanian mencapai 67,7 persen. Padahal secara nasional, meski sektor
pertanian menampung 46,3 persen dari 90,8 juta penduduk yang bekerja,
sumbangannya dalam pembentukan PDB hanya 15,0 persen. Menguatnya desakan
alih fungsi lahan dari pertanian menjadi nonpertanian, terutama di Pulau Jawa,
tidak hanya merusak sistem irigasi yang sudah terbangun, tetapi juga semakin
menurunkan produktivitas tenaga kerja di perdesaan dengan meningkatnya rumah
tangga petani gurem. Jika hal itu dibiarkan, sangat sulit untuk menurunkan angka
kemiskinan di perdesaan dan mengendalikan migrasi ke kota-kota besar sehingga
pada gilirannya akan membebani dan memperburuk permasalahan di perkotaan.

Oleh karena itu, sangat mendesak untuk dilakukannya diversifikasi usaha
ekonomi di perdesaan ke arah kegiatan nonpertanian (non-farm activities), baik

4

berupa industri yang mengolah produk pertanian maupun berupa jasa-jasa
penunjang.
Industrialisasi perdesaan yang berbasis pertanian, tidak hanya berpotensi
mengalihkan surplus tenaga kerja di sektor pertanian primer yang kurang
produktif, tetapi juga mempertahankan nilai tambah yang dihasilkan tetap berada
di perdesaan. Namun, untuk mewujudkan peningkatan kesejahteraan masyarakat
perdesaan, upaya diversifikasi lapangan pekerjaan ini secara simultan perlu
diiringi dengan peningkatan keberdayaan masyarakat perdesaan,

penyediaan

dukungan prasarana dan sarana sosial ekonomi yang memadai,

peningkatan


kapasitas pemerintahan dan kapasitas kelembagaan sosial ekonomi dalam
pembangunan perdesaan di tingkat lokal, dan penguatan keterkaitan kota dan desa
serta sektor pertanian dengan industri dan jasa penunjangnya.
Pembangunan masyarakat desa pada hakekatnya bertujuan meningkatkan
taraf hidup masyarakat secara keseluruhan agar lebih baik, lebih menyenangkan
dan mengenakkan warga masyarakat dari keadaan sebelumnya. Mencapai
kesejahteraan, itulah yang menjadi tujuannya. Pembangunan masyarakat desa dan
tujuannya selalu dikaitkan dengan masalah kemiskinan, yang dialami oleh
sebagian masyarakat dalam kategori masyarakat desa, dan lebih khusus lagi
masyarakat nelayan dan petani kecil. Hambatan dalam pelaksanaan pembangunan
masyarakat desa di negara-negara Dunia Ketiga, antara lain adalah keadaan
penduduk yang sangat miskin, kebodohan dan pengalaman-pengalaman mereka
yang serba menyusahkan dan menyedihkan di masa lampau, menyebabkan para
petani dan nelayan pada umumnya dicekam rasa takut, menjadi apatis, berserah
diri pada nasib (yang jelek), tidak ada keberanian untuk mencapai prestasi secara
individu, tidak ada keberanian menanggung resiko untuk merubah nasib mereka
yang bagaikan berada di dalam rawa-rawa yang memerlukan pertolongan dari luar
untuk menariknya.
Pembangunan pada prinsipnya adalah suatu proses dan usaha yang
dilakukan oleh suatu masyarakat secara sistematis untuk mencapai situasi atau

kondisi yang lebih baik dari saat ini. Dilaksanakannya proses pembangunan ini
tidak lain karena masyarakat merasa tidak puas dengan keadaan saat ini yang
dirasa kurang ideal. Namun demikian perlu disadari bahwa pembangunan adalah

5

sebuah proses evolusi, sehingga masyarakat yang perlu melakukan secara
bertahap sesuai dengan sumber daya yang dimiliki dan masalah utama yang
sedang dihadapi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut maka rumusan masalah dalam
makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Bagaimana konsep desa dan masyarakat desa ?
2. Bagaimana konsep pembangunan, pembangunan sumberdaya manusia
dan manusia pembangunan ?
3. Apa saja fungsi dan potensi yang terdapat dalam desa ?
4. Apa saja hambatan yang dialami manusia desa sebagai manusia
pembangunan ?
5. Apa


saja

faktor

penghambat

pelaksanaan

kebijakan

dalam

meningkatkan partisipasi masyarakat ?
6. Bagaimana dorongan manusia desa sebagai manusia pembangunan ?
C. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk memahami konsep desa dan masyarakat desa.
2. Untuk memahami konsep pembangunan, pembangunan sumberdaya
manusia dan manusia pembangunan .
3. Untuk mengetahui fungsi dan potensi yang terdapat dalam desa ?

4. Untuk memahami hambatan yang dialami manusia desa sebagai
manusia pembangunan ?
5. Untuk mengetahui faktor penghambat pelaksanaan kebijakan dalam
meningkatkan partisipasi masyarakat ?
6. Untuk

mengetahui

dorongan

pembangunan ?

6

manusia

desa

sebagai


manusia

BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Desa dan Masyarakat Desa
Berdasarkan UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah pasal I
desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk
mngatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul
dan adat istiadat setempat yang diakui dalam sistem pemerintahan nasional dan
berada di daerah kabupaten. Soetarjo Karto Hadikusumo mendefinisikan desa
sebagai satuan hukum diamana bertempat tinggal suatu masyarakat yang berkuasa
mengadakan pemerintahannya sendiri. Kawasan pedesaan adalah kawasan yang
mempunyai kegiatan utama pertanian, termasuk pengelolaan SDA, dengan
susunan fungsi kawasan sebagai tempat pemukiman pedesaan, pelayanan jasa
pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.
Sebagian besar masyarakat Indonesia hidup pada daerah pedesan yang
mana secara stuktural dan administrasi memiliki peranan yang sangat penting bagi
perkembangan suatu negara, sebagian besar penduduk desa bermata pencaharian
sebagai


petani/agraris.

Sebenarnya

mata

pencaharian

penduduk

sangat

dipengaruhi oleh faktor alam atau keadaan lingkungan dari desa itu sendiri.
Berdasarkan mata pencahariannya desa dapat dibedakan menjadi : desa nelayan,
desa agraris, desa perkebunan, desa peternakan, desa industri dan lain sebagamya,
namun ciri khas dari desa adalah sifat kehomogenan yang ada pada sistem mata
pencaharian penduduknya, walaupun ada beberapa yang bermata pencaharian
berbeda misalnya pedagang, biro jasa, PNS dan lain-lain. Namun, secara nyata
hanya satu jenis mata pencaharian yang menonjol dan menjadi ciri khas dari desa
tersebut. Corak kehidupan di desa didasarkan pada ikatan kekeluargaan yang erat.
Masyarakat merupakan gemeinschafet yang memiliki unsur gotong royong yang
kuat. Faktor lingkungan geografis memberi

pengaruh juga terhadap gotong

royong diantaranya
a. faktor topografi setempat yang memberikan suatu ajang hidup dan
suatu bentuk adaptasi kepada penduduk,

7

b. faktor iklim yang dapat memberikan pengaruh positif rnaupun negatif
terhadap penduduk terutama para petani, dan
c. faktor bencana alam seperti letusan gunung, gempa bumi dan banjir.
Selain itu, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan ialah unsur-unsur
desa, yaitu
a. daerah, dalam artian tanah-tanah yang produktif dan yang tidak
produktif, beserta penggunaannya, termasuk juga unsur lokasi, luas
dan batas yang merupakan lingkungan geografis tempat,
b. penduduk, adalah hal yang memiliki jumlah pertambahan, kepadatan,
persebaran, dan mata pencaharian penduduk desa setempat,
c. tata kehidupan, dalam hal ini tata pergaulan dan ikatan - ikatan warga
desa. Jadi menyangkut seluk beluk kehidupan masyarakat desa atau
tutal society.
Unsur lain yang termasuk unsur desa adalah unsur letak. Letak suatu desa
umumnya selalu jauh dari kota atau pusat kota. Desa-desa yang letaknya pada
perbatasan kota mempunyai kemungkinan yang lebih banyak daripada desa yang
ada di pedalaman.
B. Konsep

Pembangunan, Pembangunan Sumberdaya Manusia dan

Manusia Pembangunan
Teori pembangunan dalam ilmu sosial dapat dibagi ke dalam dua
paradigma besar, modernisasi dan ketergantungan (Lewwellen 1995, Larrin 1994,
Kiely 1995 dalam Badruddin 2009). Paradigma modernisasi mencakup teori-teori
makro tentang pertumbuhan ekonomi dan perubahan sosial dan teori-teori mikro
tentang nilai-nilai individu yang menunjang proses perubahan. Paradigma
ketergantungan mencakup teori-teori keterbelakangan (under-development)
ketergantungan (dependent development) dan sistem dunia (world system theory)
sesuai dengan klassifikasi Larrain (1994). Sedangkan Tikson 2005 dalam
Badruddin 2009 membagi definisi pembangunan kedalam tiga klassifikasi teori
pembangunan, yaitu modernisasi, keterbelakangan dan ketergantungan. Sehingga
berbagai paradigma tersebut kemudian memunculkan berbagai definisi tentang
pembangunan. Pembangunan dapat diartikan sebagai `suatu upaya terkoordinasi
untuk menciptakan alternatif yang lebih banyak secara sah kepada setiap warga
negara untuk memenuhi dan mencapai aspirasinya yang paling manusiawi

8

(Nugroho dan Rochmin Dahuri, 2004). Pembangunan (development) adalah
proses perubahan yang mencakup seluruh system sosial, seperti politik, ekonomi,
infrastruktur, pertahanan, pendidikan dan teknologi, kelembagaan, dan budaya
(Alexander

1994).

Portes

1976

mendefenisiskan

pembangunan

sebagai

transformasi ekonomi, sosial dan budaya. Pembangunan adalah proses perubahan
yang direncanakan untuk memperbaiki berbagai aspek kehidupan masyarakat.
Pembangunan sumberdaya manusia menjadi bagian penting dari
pembangunan karena pembangunan infrastruktur dan pengelolaan sumberdaya
tidak dapat berjalan dengan baik apabila sumberdaya manusia dalam suatu negara
belum mampu mengubah pandangan hidup dan kemampuannya ke arah yang
lebih baik. Pembangunan sumberdaya manusia dapat dilakukan melalui bebarap
aspek yaitu peningkatan sarana pendidkan, penyediaan pusat dan pelayanan
kesehatan, pemberdayaan masyarakat dan lain-lain. sedangkan manusia
pembangunan dalam hal ini, yaitu seluruh stakeholder dalam pembangunan tidak
hanya masyarakat tetapi juga pemerintah, LSM, penyuluh, dan mahasiswa yang
berperan dalam pembangunan di segala aspek kehidupan. Dalam lingkup desa,
manusia pembangunan terdiri dari masyarakat desa, kepala desa dan jajarannya,
LSM, P3K (Penyuluh Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan) maupun pedagang
dan tengkulak yang menjadi pengumpul hasil-hasil pertanian masyarakat desa.
C. Fungsi dan Potensi Desa
Pertama, dalam hubungannya dengan kota maka desa yang merupakan
hiterland atau daerah dukung berfungsi sebagai daerah pemberi bahan makanan
pokok baik yang berasal dari nabati maupun hewani. Kedua, desa ditinjau dari
segi potensi ekonomi berfungsi sebagai lumbung bahan mentah dan tenaga kerja
yang produktif. Ketiga, dari segi kegiatan kerja (occupation) desa dapat
merupakan desa agraris, manufaktur, industri, nelayan dan sebagainya. Menurut
Sutopo Yuwono salah satu peranan pokok desa terletak di bidang ekonomi.
Daerah perdesaan merupakan daerah produksi pangan dan komoditi ekspor.
Peranan yang vital menyangkut produksi pangan akan menentukan tingkat
kerawanan dalam rangka pembinaan ketahanan nasional. Oleh karena itu, peranan
masyatakat perdesaan dalam mencapai sasaran suasembada pangan adalah penting
sekali bahkan bersifat vital, dan nampaknya jika kita meninjau keputusan presiden
9

pada pasal 6 akan terlihat betapa semakin luas dan menyeluruhnya fungsi dari
lembaga ketahanan masyarakat desa, antara lain:
1. menanamkan pengertian dan kesadaran;
2. meningkatkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat;
3. membina dan menggerakkan potensi pemuda untuk pembangunan;
4. meningkatkan peranan wanita dalam mewujudkan kualitas keluarga;
5. membina kerjasama antar lembaga yang ada dalam masyarakat dalam
pembangunan;
6. melaksanakan tugas-tugas lain dalam rangka membantu pemerintah
desa atau pemerintah kelurahan untuk menciptakan ketahanan yang
mantap.
Untuk menghadapi hal tersebut, kita perlu meninjau potensi desa yang ada
agar pengembangan desa dapat serasi dengan kondisi desa. Desa mempunyai
potensi fisis dan non fisis, potensi fisis meliputi tanah, air, iklim, ternak dan
manusia. Potensi non fisis meliputi masyarakat desa yang hidup berdasarkan
gotong royong dan dapat merupakan suatu kekuatan berproduksi dan kekuatan
membangun atas dasar kerjasama dan saling pengertian, lembaga-lembaga sosial,
aparatur dan pamong desa yang kreatif dan disiplin.
D. Hambatan Manusia Desa Sebagai Manusia Pembagunan
Dalam rangka pemerataan pembangunan ke seluruh wilayah tanah air
Indonesia, GBHN menekankan perlunya perhatian khusus diberikan pada
pembangunan pedesaan serta peningkatan kemampuan penduduk untuk
memanfaatkan sumber-sumber kekayaan alam dalam menanggulangi masalahmasalah yang mendesak. Dalam hubungan ini perlu secara khusus pula diperbaiki
dan diberikan perhatian kepada kelompok-kelompok berpenghasilan rendah di
perdesaan, seperti buruh tani, penggarap yang tidak memiliki tanah, petani yang
memiliki tanah yang sangat kecil, nelayan, pengrajin dan juga para transmigran
agar mereka dapat ikut serta dalam pembangunan nasional.
Ilmu-ilmu sosial telah sejak lama memberikan perhatiannya pada
pembangunan perdesaan, dengan mengemukakan berbagai pendekatan seperti
community development yang menekan pada aspek pembangunan sosial kultural
dan manusianya, dan rural development yang menekankan pada aspek
pembangunan

ekonominya,

sehingga

pembangunan ekonomi pedesaan.
10

pembangunan

ditekankan

pada

Hambatan struktural sebenarnya tidak bersumber dari sebab-sebab yang
sifatnya ekonomis mikro, seperti kekurangan modal, teknologi yang kurang
memadai seperti irigasi, sarana dan prasarana, serta input pelengkap seperti pupuk
dan kredit, ketiadaan insentif yang menarik seperti struktur harga yang baik, tapi
juga oleh adanya hambatan-hambatan yang bersumber dari dimensi struktural
masyarakat perdesaan seperti susunan kekuasaan, dan pola-pola kelembagaan
tradisional yang menyebabkan mereka terperangkap dalam kemiskinan. Jadi yang
dimaksudkan dengan hambatan struktural pembangunan perdesaan adalah
struktur-struktur kelembagaan dan tata nilai yang telah ada atau berkembang di
perdesaan yang menyebabkan pembangunan perdesaan menjadi lebih sulit
pelaksanaannya.
Beberapa di antara hambatan struktural dapat dikemukakan sebagai
berikut:
(1) Transfer of technology, ini menyangkut penentuan teknologi yang bagaimana
yang cocok untuk perdesaan, yaitu teknologi yang sesuai dengan keadaan dan
tingkat perkembangan masyarakat pemakai teknologi.
(2) Problem of perception, dimana perencana pembangunan sering mengalami
kesukaran dalam menyelaraskan antara tujuan-tujuan nasional dan kebutuhan
rakyat di perdesaan.
(3) Model selection, yaitu kesukaran dalam memilih model pembangunan yang
tepat.
(4) Lag, yaitu keterlambatan memperoleh hasil dari usaha yang dilakukan.
Program pembangunan perdesaan lambat kelihatan hasilnya. Kebanyakan
pemerintah di negara-negara berkembang menghendaki hasil yang cepat dan
tidak sabar dengan pendekatan jangka panjang.
(5) Limited Appropriate support, yaitu menyangkut persoalan-persoalan praktis
seperti kurang teknologi tepat guna, kurang pengelola yang terlatih,
kelembagaan sosial yang kurang lengkap dan kurangnya demand yang efektif
sehingga masih sukar mendorong produksi perdesaan.
(6) Institusional, yaitu bahwa pola pelayanan yang dijalankan pemerintah tidak
sesuai dengan kondisi masyarakat perdesaan setempat. Aparat pemerintah
sering memposisikan lembaganya sebagai koordinator tunggal pembangunan

11

di daerah perdesaan. Akibatnya, penduduk tidak merasa bahwa yang
diusahakan pemerintah adalah untuk kepentingan masyarakat desa.
(7) Social system, yaitu sistem sosial masyarakat perdesaan yang unsur-unsurnya
tumbuh dan berkembang di masyarakat. Di antara bentuk-bentuk sistem
sosial ini ada yang eksistensinya justru menghambat pembangunan. Misalnya
sikap masyarakat desa yang terlalu tergantung pada keputusan pimpinan
mereka untuk menerima ataupun menolak sesuatu dapat digolongkan menjadi
hambatan struktural jenis ini.
( 8) Social Stratification, yaitu kondisi perdesaan dimana warganya terstratifikasi
atas golongan yang berbeda ekstrim, misalnya tuan tanah yang kaya dengan
buruh tani yang miskin. Adanya stratifikasi ini juga menghambat
pembangunan karena acquiring system, yaitu kemampuan ikut berpartisipasi
masyarakat tidak sama, sehingga sering golongan miskin yang ditargetkan
justru tidak dapat berpartisipasi.
E. Faktor Penghambat Pelaksanaan Kebijakan dalam Meningkatkan
Partisipasi Masyarakat
Mengenai kemampuan pemerintah desa dalam pelaksanaan kebijakan
maupun dari kemampuan pemerintah desa dalam menggerakkan partisipasi dari
masyarakat, maka dapatlah dipahami bagaimana luas dan kompleksnya
permaalahan yang dihadapi oleh pemerintah desa dalam pelaksanaan kebijakan
untuk

meningkatkan

partisipasi

masyarakat

dalam

menyelenggarakan

pembangunan dan kemasyarakatan. Harus diakui juga bahwa pemerintah desa
tidak akan sempurna apabila ia tidak memperhatikan kekurangan ataupun
kendala-kendala ataupun kebiasaan yang dihadapi langsung oleh masyarakat
untuk dapat berpartisipasi aktif dalam setiap gerak pembangunan yang
dilaksanakan. Kendala-kendala ataupun kebiasaan-kebiasaan yang dihadapi oleh
masyarakat diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Tingkat kesadaran masyarakat
Tingkat kesadaran dari seluruh komponen masyarakat umtuk berpartisipasi
aktif dalam setiap gerak pembangunan memang dapat dikatakan relatif karena
setiap perencanaan yang ada untuk melaksanakan pembangunan, maka

12

masyarakat dengan tidak sendirinya berpartisipasi aktif tetapi selalu melalui
paksaan ataupun panggilan langsung dari aparatur pemerintah desa.
2. Tingkat pendidikan masyarakat
Pendidikan merupakan faktor penting untuk dimiliki oleh seluruh
komponen warga negara karena dengan pendidikan waga negara akan mampu
merubah sikap dan perilaku bahkan hidup mereka yang lebih baik. Berdasarkan
hasil penelitian terdahulu di Desa Atualuo Kabupaten Nias, mengenai tingkat
pendidikan menunjukkan bahwa sebagian dari masyarakatnya mempunyai tingkat
pendidikan yang cukup karena kebanyakan dari mereka adalah lulusan SMP.
Untuk itu bagaimana seorang pemerintah untuk dapat menggali potensi-potensi
pendidikan yang dimiliki oleh masyarakat tersebut.
3. Sikap mental masyarakat
Faktor tradisi masyarakat yang ada di tengah-tengah masyarakat memang
selalu ada seperti berpesta, hidup boros, dalam melakukan sesuatu yang kurang
bermanfaat maupun dalam menghargai waktu yang terus berjalan dan terus
berlalu. Namun, hal tersebut tidak menutup kemungkinan kepada masyarakat
setempat untuk berbuat atau melakukan suatu karya atau apapun yang menurut
mereka berguna bagi diri mereka sendiri maupun untuk keluarga bahkan untuk
lingkungan mereka. Memang kebiasaan-kebiasaan seperti itu sangat sulit untuk
kita rubah karena sudah tertanam dalam jiwa mereka, tinggal bagaimana
pemerintah desa dapat memperhatikan hal-hal tersebut di atas, dan apabila
terdapat hal-hal yang positif atau faktor tradisi-tradisi positif masyarakat seperti
kemauan masyarakat untuk dapat berpartisipasi aktif, maka pemerintah desa dapat
memanfaatkan potensi tersebut untuk menunjang keberhasilan kepemimpinannya
serta dapat menggerakkan partisipasi masyarakat dalam setiap pelaksanaan
pembangunan.
4. Faktor ekonomi
Pada umumnya masyarakat Desa Koreng memiliki mata pencaharian
sebagai petani, dengan bertani mereka merasa kebutuhan masih belum mencukupi
dan ada juga yang beberapa mengharuskan mereka agar bekerja di luar desa.
Seperti warga yang tidak sempat berpartisipasi karena masih banyak warga yang
kalau mereka tidak bekerja dalam beberapa hari, maka mereka tidak bisa

13

memenuhi kebutuhan sandang pangan mereka. Dan karena yang lain belum
mempunyai wilayah garapannya sendiri mengharuskan mereka untuk keluar
daerah untuk menggarap ladang orang lain.
F. Dorongan

untuk

Mewujudkan

Manusia

Desa

Sebagai

Manusia

sebagai

manusia

Pembangunan
Dorongan

untuk

mewujudkan

manusia

desa

pembangunan, beberapa langkah yang perlu dilakukan:
 Mengembangkan dan meningkatkan kegiatan usaha masyarakat secara
terpadu di bidang pertanian dalam arti luas, serta bidang-bidang lainnya
seperti industri kecil dan kerajinan rakyat.
 Melaksanakan pelaksanaan usaha keluarga berencana
 Penelitian terhadap potensi masing-masing wilayah untuk melakukan
penyususnan program yang terpadu sesuai dengan wilayah yang
bersangkutan.
 Peningkatan keterampilan

penduduk,

khususnya

pemuda

untuk

mengembangkan kewiraswastaan di desa sebagai kader pembangunan.
 Meningkatkan potensi/kemampuan, serta kualitas sumber daya masyarakat
perdesaan melalui program-program penyuluhan.
 Menumbuhkan kegiatan usaha ekonomi masyarakat dalam rangka
pengembangan desa seperti Koperasi Unit Desa (KUD) atau Badan Usaha
Unit Desa (BUUD) lainnya termasuk Lembaga Simpan Pinjam Berbasis
Masyarakat (LSP-BM), Tabungan Haji dll.
 Meningkatkan usaha penerangan (penyuluhan) kedaerah pedesaan melalui
bermacam-macam media untuk mengembangkan motivasi masyarakat
untuk ikut berpartisipasi dalam pembangunan.
 Meningkatkan dan memelihara sarana dan prasarana yang diperlukan






untuk menunjang peningkatkan produksi dan pemasarannya.
Membina pengembangan permodalan.
Memperluas dan memperbaiki fasilitas layanan kesehatan dan pendidikan.
Membina wadah partisipasi dan penyalur pendapat masyarakat.
Melakukan program-program padat karya dan menyerap tenaga kerja.
Melaksanakan usaha yang mengarah pada perbaikan dan pelestarian

lingkungan.
 Melaksanakan pemukiman kembali (Resettlement)

14

 Meningkatkan bantuan pembangunan desa.
Pembangunan pedesaan sebagai bagian integral dari pembangunan
nasional merupakan basis dasar bagi pembangunan seluruh wilayah negara
kesatuam Republik Indonesia. Keberhasilan pembangunan pedesaan akan
menghasilkan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, hal ini sangat
mendorong terciptanya keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Pembangunan pedesaan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan
dan kemakmuran rakyat merupakan sesuatu hal yang penting yang perlu
dilakukan dan didukung oleh semua lapisan masyarakat dan pemerintah. Karena
begitu pentingnya pelaksanaan pembangunan pedesaan maka kiranya perlu suatu
perencanaan yang terpadu dengan asumsi bahwa pembangunan dilakukan dari,
oleh dan untuk rakyat.
 Peran pemerintah desa dalam meningkatkan partisipasi masyarakat
Efektifnya masyarakat dalam suatu program atau suatu kebijakan seperti
halnya kebijakan tentang pelaksanaan dalam upaya meningkatkan pembangunan
desa tidak terlepas dan dukungan atau partisipasi dari masyarakat untuk menaati
atau melaksanakan peraturan yang ada. Peraturan dalam hal ini pada dasarnya
bertujuan bagi 2 aspek yakni bagi pemerintah desa dan bagi masyarakat itu
sendiri. Pembangunan desa hendaknya mempunyai sasaran yang tepat sehingga
sumber daya yang terbatas dapat dimanfaatkan secara efektif dan efisien.
Dari uraian di atas, dapat kita ketahui karena begitu pentingnya
keterlibatan masyarakat dalam proses pembangunan sehingga masyarakat terlebih
dahulu diberikan dasar yang kokoh agar tingkat partisipasi yang diberikan
masyarakat

bisa

maksimal.

Menempatkan

masyarakat

sebagai

subjek

pembangunan memberikan arti bahwa masyarakat diposisikan sebagai salah satu
pilar penting dan strategis disamping pemerintah dan swasta. Posisi ini juga
sekaligus menunjukan bahwa masyarakat bukan hanya sebagai pelaksana
pembangunan, tetapi disamping itu masyarakat juga berperan sebagai perencana
dan pengontrol berbagai program pembangunan baik program yang dating dari
pemerintah maupun program yang lahir dan dikembangkan oleh masyarakat itu
sendiri.

15

Bentuk-bentuk partisipasi yang diberikan oleh masyarakat di Desa
Atualuo;
1. Partisipasi pikiran
Mengajak masyarakat untuk terus terlibat dalam program-program
pembangunan di Desa bukanlah hal mudah. Hal ini karena masyarakat selalu
beranggapan bahwa program-program pembangunan di Desa adalah pekerjaan
pemerintah yang pada dasarnya mempunyai anggaran yang cukup untuk
melaksanakan program-program pembangunan tersebut. Oleh karena itu setiap
orang yang terlibat dalam pelaksanaan pembangunan haruslah diberi upah.
Masyarakat Desa Atualuo utamanya para tokohnya senantiasa memikirkan tentang
kebutuhan bersama warga desa mereka yang selanjutnya disampaikan kepada
pimpinan mereka, yaitu kepala desa untuk diperjuangkan pada tingkat kecamatan
maupun kabupaten. Keinginan yang disampaikan oleh tokoh-tokoh masyarakat
tersebut tentu bukan juga merupakan pemikiran dan keinginan mereka sendiri
akan tetapi juga merupakan keinginan warga masyarakat. Selain partisipasi dalam
bentuk pemikiran yang disampaikan sebagai masukan, sebagian masyarakat
sebagiam juga memberikan masukan pikiranpikiran teknis dalam rangka
pelaksanaan pembangunan.
2. Partisipasi tenaga
Tenaga merupakan salah satu bentuk partisipasi dari masyarakat desa yang
sangat potensial diarahkan dalam proses pembangunan desa, khususnya dalam
pengerjaan proyek-proyek fisik. Sejarah telah mencatat bahwa masyarakat
Indonesia, terutama mereka yang tinggal dipedesaan dapat menyelesaikan
berbagai pekerjaan atas dasar gotong royong dan swadaya. Dengan dana yang
terbatas, mereka mampu menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan fisik yang mahal,
misalnya penambahan volume bak penampungan air desa, balai desa, bahkan
sekolah dan lain sebagainya. Kenyataan seperti ini menunjukan bahwa
mengarahkan masyarakat desa untuk berpartisipasi dalam pembangunan desanya
tidak semata-mata tergantung pada aspek anggaran. Kepemimpinan juga
merupakan faktor yang ikut menentukan tingkat partisipasi masyarakat desa.
Artinya, kepala desa beserta aparat desanya harus mampu menjalankan roda
pemerintahan desanya secara jujur, transparan, akuntabel dan religious. Dengan

16

demikian masyarakat yang dipimpin akan cenderung mengikuti arahan dari
pemerintah desa guna menyumbangkan tenaga mereka dalam pelaksanaan
pembangunan di Desanya. Oleh karena itu walaupun tersedia anggaran untuk
pembangunan, namun mereka tidak berharap untuk dibayar. Dilain pihak,
sebagaimana yang dikemukakan oleh salah satu tokoh masyarakat bahwa pada
dasarnya semua masyarakat Desa Atualuo ingin berpartisipasi dalam pelaksanaan
program-program pembangunan terutama dalam bentuk partisipasi tenaga.
3. Partisipasi barang atau uang
Tingkat partisipasi masyarakat di Desa Atualuo Kecamatan Ma’u
Kabupaten Nias sangatlah baik, sebagaimana salah satu dari pentingnya partispasi
dalam kegiatan yang dikemukakan oleh Dr. Lastaire White dalam Sastropoetro,
yakni dengan partisipasi dari masyarakat, maka hasil kerja yang dicapai akan
lebih banyak dibandingkan dengan pengerjaannya tanpa melibatkan masyarakat.

17

BAB III
KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari pembahasan adalah desa
memiliki potensi yang sangat besar untuk dikembangkan karena menjadi
penghasil pangan dan sandang, bahan mentah dan penyuplai tenaga kerja. Akan
tetapi, lambatnya manusi desa dalam pembangunan disebabkan oleh hambatan
structural yang di antaranya kesulitan dalam transfer teknologi, masalah
perbedaan persepsi antara tujuan nasional dengan kebutuhan desa, kesukaran
memilih model pembangunan yang tepat, keterlambatan memperoleh hasil usaha,
keterbatasan dukungan yang sesuai baik teknologi, pelatihan dan permintaan
produk pertanian atau perdesaan, masalah institusi, sistem sosial dan stratifikasi
sosial.
Dorongan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan peran manusia
sebagai manusia pembangunan di antaranya mengembangkan dan meningkatkan
kegiatan usaha secara terpadu, penyusunan program terpadu sesuai potensi desa,
meningkatkan keterampilan penduduk, meningkatkan kualitas sumberdaya
manusia melalui kegiatan penyuluhan, mendirikan lembaga ekonomi desa
(misalnya KUD dan BUUD) dan kegiatan lainnya yang mampu meningkatkan
partisipasi manusia desa dalam pembangunan sehingga pada akhirnya
pembangunan desa dan pembangunan masyarakat desa dapat terwujud.

18

DAFTAR PUSTAKA
Asrori, Satrio Hudi, n.d. Pengertian Desa, Tipologi, Karakteristik Desa,
https://www.academia.edu/9059597/PENGERTIAN_DESA_TIPOLOGI_K
ARAKTERISTIK_DESA diakses 7 Oktober 2016.
Badruddin,

Syamsiah,

2009.

Teori

dan

Indikator

Pembangunan,

https://profsyamsiah.wordpress.com/2009/03/19/pengertian-pembangunan/
diakses 7 Oktober 2016.
Ndraha Taliziduhu, 1987. Partisipasi Masyarakat dalam pembangunan. Yayasan
Karya Dharma. Jakarta.
Sugiyono, 2003. Statistika untuk penelitian. Alfabeta. Bandung. Bryant and
White, 1982. Pembangunan Masyarakat. LIBERTY. Yogyakarta.

19