PENGEMBANGAN DESA WISATA DI TAMAN NASION

PENGEMBANGAN DESA WISATA DI TAMAN NASIONAL
Tinjauan Proses PNPM Mandiri Pariwisata di Desa Toro, Kecamatan
Kulawi, Kabupaten Sigi Provinsi Sulawesi Tengah
Oleh. Erda Rindrasih
PhD Candidate International Development Studies (IDS) Utrecht University Belanda
Peneliti Pusat Studi Pariwista UGM
Direktur Indonesia Tourism Watch

1.

PENDAHULUAN

Jumlah penduduk miskin di Indonesia masih tergolong tinggi. Berdasarkan data BPS
tahun 2013, persentase penduduk miskin di Indonesia berada pada level di atas 10% yaitu
11,37 % pada bulan Maret 2013. Meskipun jumlah ini terus mengalami penurunan dari
tahun tahun sebelumnya, namun jumlah diatas 10% masihlah tergolong tinggi
dibandingkan dengan negara negara berkembang lainnya. Pada tahun 2010, tercatat jumlah
penduduk miskin lebih banyak ditemukan di desa dari pada di kota. Pada tahun 1970
jumlah penduduk miskin di desa sangat tinggi sekitar 44,20% dimana empat kali lipat dari
jumlah penduduk miskin yang tinggal di perkotaan. Pada akhir pencatatan BPS bulan
Maret 2013, jumlah penduduk miskin di pedesaan menurun menjadi dua kali lipat dari

jumlah penduduk miskin di perkotaan. Namun demikian kita tidak bisa serta merta
membandingkan tahun 1970 dan tahun 2013 karena setelah tahun 1998 BPS menggunakan
standar kemiskinan yang baru yang mengadopsi standar World Bank. Pada Maret 2013,
BPS melansir garis kemiskinan (Rp/Kapita/Bulan) diperkotaan adalah Rp 289.041,91
sedangkan di pedesaan sebesar Rp 253.273,31. Hal ini menunjukkan bahwa berdasarkan
persentase, jumlah maupun standar penduduk di desa semestinya mendapatkan perhatian
yang lebih dalam upaya mengurangi kemiskinan. Gambar 1.1. dibawah ini menunjukkan
perkembangan jumlah penduduk miskin di pedesaan dan perkotaan dari tahun 2000 hingga
2013.
Gambar 1. Perkembangan jumlah penduduk miskin di pedesaan dan diperkotaan, sejak 2000 – 2013

  30.00 
  25.00 
  20.00 
  15.00 
  10.00 
  5.00 
  0.00 
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 


Perkotaan 

Pedesaan 
Sumber: BPS, 2014

Pada era Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) I, pemerintah menetapkan penanggulan
kemiskinan sebagai salah satu prioritas pembangunan. Prioritas pada penanggulangan
kemiskinan dilanjutkan oleh KIB II. Untuk mendukung pengembangan program ini
presiden mengeluarkan Perpres No.15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan
Kemiskinan. Pemerintah menargetkan penurunan angka kemiskinan pada rentang 8 – 10 %
pada tahun 2014.
Di Indonesia kemiskinan telah diyakini sebagai permasalahan yang kompleks
sehingga membutuhkan penyelesaian yang komprehensif dan melibatkan banyak pihak.
Diperlukan pula program-program yang tepat untuk mengurangi kemiskinan. Hal ini
didorong oleh sebuah kesepakatan internasional yaitu Millenium Development Goals
(MDGs) yang memotivasi negara negara berkembang seperti Indonesia untuk menyusul
ketertinggalan. Fenomena jumlah penduduk miskin yang lebih banyak tinggal di desa,
pada dasarnya sudah dipahami oleh pemerintah, karena komposisi penduduk miskin selalu
mengikuti trend yang sama. Berbagai program telah diluncurkan oleh pemerintah, yang
dilakukan oleh berbagai kementerian dengan ragam program yang bervariasi. Kendati

demikian, jumlah penduduk dibawah garis kemiskinan masih tergolong tinggi. Gambar 1.2
menunjukkan sebaran penduduk miskin di seluruh provinsi di Indonesia pada tahun 2013.
Masih terdapat beberapa provinsi yang memiliki jumlah penduduk miskin diatas 12%,
yaitu Provinsi Papua, Papua Barat, Nangroe Aceh Darussalam, Sumatera Selatan,
Bengkulu, Lampung, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, NTB,
NTT, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Maluku dan Sulawesi Utara.
Gambar 1.2
Sebaran penduduk miskin di seluruh provinsi di Indonesia tahun 2013

35.00 
30.00 
25.00 
20.00 
15.00 
10.00 

0.00 

Aceh 
Sumatera Utara 

Sumatera Barat 
Riau 
Kepulauan Riau 
Jambi 
Sumatera Selatan 
Bangka Belitung 
Bengkulu 
Lampung 
DKI Jakarta 
Jawa Barat 
Banten 
Jawa Tengah 
DI Yogyakarta 
Jawa Timur 
Bali 
Nusa Tenggara Barat 
Nusa Tenggara Timur 
Kalimantan Barat 
Kalimantan Tengah 
Kalimantan Selatan 

Kalimantan Timur 
Sulawesi Utara 
Gorontalo 
Sulawesi Tengah 
Sulawesi Selatan 
Sulawesi Barat 
Sulawesi Tenggara 
Maluku 
Maluku Utara 
Papua 
Papua Barat 

5.00 

= garis kemiskinan

= tingkat kemiskinan provinsi

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJM) 2010 – 2014 memuat
agenda besar pembangunan Indonesia yang kemudian di jabarkan ke dalam Rencana Kerja

Pemerintah (RKP) tahunan. Tema RKP 2010 adalah “Pemulihan Perekonomian Nasional
dan Pemeliharaan Kesejahteraan Rakyat, sedangkan tema RKP 2011 adalah “percepatan
 
 



pertumbuhan ekonomi yang berkeadilan didukung oleh pemantapan tata kelola dan sinergi
pusat daerah”. RPJMN 2010 – 2014 juta telah menetapkan sasaran pembangunan ekonomi
dan peningkatan kesejahteraan rakyat, antara lain: (1) pertumbuhan ekonomi, dengan
proyeksi 7,0 – 7,7% pada tahun 2014; (2) penurunan tingkat pengangguran, dengan target
5-6% pada akhir 2014; dan (3) penurunan angka kemiskinan dengan target 8 – 10 % di
akhir tahun 2014.
RPJMN dan RKP ini berkaitan dengan Sepuluh Direktif Presiden yaitu; (1)
ekonomi harus tumbuh lebih tinggi, (2) pengangguran harus menurun dengan menciptakan
lapangan kerja yang lebih banyak, (3) kemiskinan harus makin menurun, (4) pendapatan
per kapita harus meningkat, (5) stabilitas ekonomi terjaga, (6) pembiayaan (financing)
dalam negeri makin kuat dan meningkat, (7) ketahanan pangan dan air meningkat, (8)
ketahanan energi meningkat, (9) daya saing ekonomi nasional menguat dan meningkat,
(10) memperkuat “green economy” atau ekonomi ramah lingkungan. Selain itu pemerintah

juga menetapkan tiga jalur strategi pembangunan, yaitu: (1) Pro-pertumbuhan (pro
growth), untuk meningkatkan dan mempercepat pertumbuhan ekonomi melalui investasi,
sehingga diperlukan perbaikan iklim investasi, melalui peningkatan kualitas pengeluaran
pemerintah, melalui ekspor, dan peningkatan konsumsi; (2) Pro-Lapangan Kerja (pro-job),
agar pertumbuhan ekonomi dapat menciptakan lapangan pekerjaan yang seluas luasnya
dengan menekankan pada investasi padat pekerja, (3) Pro-Masyarakat Miskin (pro-poor),
agar pertumbuhan ekonomi dapat mengurangi jumlah penduduk miskin sebesar besarnya
dengan penyempurnaan sistem perlindungan sosial, meningkatkan akses kepada pelayanan
dasar dan melakukan pemberdayaan masyarakat.
Pembangunan yang dilakukan dimaksudkan untuk menciptakan kesempatan kerja
yang seluas luasnya dan mengurangi jumlah penduduk miskin secepat cepatnya dengan
melibatkan seluruh masyarakat (inclusive growth). Untuk meningkatkan koordinasi
penanggulangan kemiskinan, pemerintah menerbitkan Peraturan Presiden No.13 Tahun
2009 tentang Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan. Dalam Perpres tersebut
diamanatkan untuk membentuk Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan
(TNP2K) di tingkat pusat yang keanggotaannya terdiri dari unsur pemerintah, masyarakat,
dunia usaha dan pemangku kepentingan lainnya. Sedangkan di provinsi dan
kabupaten/kota dibentuk Tim Koordinasi Penanggulanan Kemiskinan (TKPK) Provinsi
dan Kabupaten/Kota. Tabel 1.1. dibawah ini adalah nama dan tujuan dari program
pengentasan kemiskinan yang dicanangkan oleh kabinet Indonesia Bersatu II.

Tabel 1. Program pengentasan kemiskinan beserta tujuannya

No
Nama Program
Klaster I
1
Program Keluarga Harapan
(PKH)
2

Bantuan Operasional Sekolah
(BOS)

3

Program Bantuan Siswa Miskin
(BSM)

Tujuan
Program perlindungan sosial yang memberikan

bantuan tunai kepada rumah tangga sangat miskin
(RTSM).
BOS adalah program pemerintah untuk penyediaan
pendanaan biaya nonpersonalia bagi satuan
pendidikan dasar dan menengah pertama sebagai
wujud pelaksanaan program wajib belajar sembilan
tahun
BSM adalah bantuan operasional untuk siswa kurang
mampu dalam menunjang kebutuhan baju, seragam,
buku tulis dan buku cetak, sepatu, biaya transportasi
dan lainya.

 
 



4

Program Jaminan Kesehatan

Masyarakat (Jamkesmas)

5

Program Beras untuk Keluarga
Miskin (RASKIN)

Klaster II
1
Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat
(PNPM)
a. PNPM Mandiri Pedesaan

b. PNPM Perdesaan R2PN
(Rehabilitasi dan
Rekonstruksi Pulau Nias)

c. PNPM Mandiri
Agribisnis/SADI

(Smallholder Agribusiness
Development Initiative)

d. PNPM Generasi Sehat dan
Cerdas

e. PNPM Lingkungan Mandiri
Perdesaan (PNPM LMP)

f. Program Pengembangan
Sistem Pembangunan
Partisipatif (P2SPP)

g. PNPM Mandiri Respek
(Rencana Strategis

Jamkesmas adalah program bantuan sosial untuk
pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin dan
hampir miskin
Raskin merupakan subsidi pangan yang
diperuntukkan bagi keluarga miskin sebagai upaya
dari pemerintah untuk meningkatkan ketahanan
pangan dan memberikan perlindungan pada keluarga
miskin
PNPM adalah program nasional dalam wujud
kerangka kebijakan sebagai dasar dan acuan
pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan
berbasis pemberdayaan masyarakat.
PNPM Mandiri Perdesaan merupakan bagian dari
PNPM inti yang ditujukan bagi pemberdayaan
masyarakat di perdesaan. Program ini dikembangkan
dari Program Pengembangan Kecamatan (PPK) yang
telah dilaksanakan sejak 1998.
PNPM R2PN menyediakan fasilitasi pemberdayaan
masyarakat, kelembagaan lokal, pendampingan
masyarakat, pelatihan masyarakat, serta dana
Bantuan Langsung untuk Masyarakat (BLM) dalam
mendukung usulan kegiatan rehabilitasi dan
rekonstruksi yang direncanakan, diputuskan dan
dikelola oleh masyarakat
PNPM Mandiri SADI adalah program untuk
mempercepat upaya pengentasan kemiskinan di
daerah perdesaan dengan meningkatkan pendapatan
rumah tangga petani miskin melalui peningkatan
kapasitas khusus kelompok yang dipilih petani untuk
meningkatkan produktivitas
dan akses ke pasar.
PNPM Generasi Sehat dan Cerdas merupakan
program pemerintah yang memfasilitasi masyarakat
dalam rangka perencanaan dan pelaksanaan kegiatan
untuk peningkatan derajat kesehatan ibu dan anak,
serta peningkatan akses pendidikan dasar dan
menengah.
PNPM-LMP adalah program yang berupaya agar
aspek lingkungan dan pengelolaan sumber daya alam
menjadi bagian integral dari aktivitas pembangunan
masyarakat di perdesaan.
P2SPP adalah program untuk mengintegrasikan
pengelolaan pembangunan partisipatif pola PNPMMP ke dalam sistem reguler (Musrenbang), serta
mendorong penyelarasan perencanaan teknokratis,
politis dengan partisipatif, pada dasarnya memiliki
dua agenda besar: peningkatan kapasitas masyarakat
dan penguatan pemerintahan lokal dalam
penyelenggaraan pembangunan berbasis
pemberdayaan masyarakat.
PNPM Mandiri Respek Bagi Masyarakat Papua
adalah program untuk mengembalikan harga diri
 

 



Pengembangan Kampung)
Bagi Masyarakat Papua
h. PNPM Mandiri Perkotaan

i. PNPM Mandiri Infrastruktur
Perdesaan
j. Pengembangan Infrastruktur
Sosial Ekonomi Wilayah
(PISEW)
k. Program Penyediaan Air
Minum Berbasis
Masyarakat (PAMSIMAS)

l. PNPM-Mandiri Daerah
Tertinggal Dan Khusus/
Percepatan Pembangunan
Daerah Tertinggal dan
Khusus (P2DTK)

m. PNPM Mandiri Kelautan
Dan Perikanan (PNPM
Mandiri-KP)

n. PNPM-Mandiri Pariwisata

o. PNPM-Mandiri Perumahan
dan Permukiman (PNPMMandiri Perkim)
2
Program perluasan dan
pegembangan kesempatan
kerja/padat karya produktif
Klaster III
1
Kredit Usaha Rakyat (KUR)

2

Kredit Usaha Bersama (KUBE)

orang Papua bahwa mereka memiliki kemampuan
untuk membangun diri dan kampung sendiri.
PNPM-Mandiri Perkotaan atau Program Penanggulan
Kemiskinan Perkotaan (P2KP) merupakan upaya
pemerintah untuk membangun
kemandirian masyarakat dan Pemerintah Daerah
dalam menanggulangi kemiskinan di perkotaan
secara mandiri.
PNPM-Mandiri Infrastruktur adalah program yang
dapat meningkatkan kesejahteraan dan pembangunan
perekonomian masyarakat di daerah yang terpilih.
PISEW adalah program yang dimaksudkan untuk
mengurangi kesenjangan antar wilayah, pengentasan
kemiskinan, dan pengurangan tingkat pengangguran
terbuka.
Program WSLIC-3/PAMSIMAS merupakan
program dan aksi nyata pemerintah (pusat dan
daerah) dengan dukungan Bank Dunia, untuk
meningkatkan penyediaan air minum, sanitasi, dan
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat terutama
dalam menurunkan angka penyakit diare dan
penyakit lainnya yang ditularkan melalui air dan
lingkungan.
Program P2DTK adalah penanggulangan kemiskinan
dengan sasaran daerah tertinggal dan daerah khusus
yang dilakukan Pemerintah Daerah dengan
difasilitasi oleh Pemerintah Pusat (melalui
Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal) untuk
meningkatkan kapasitas sosial-ekonomi daerah
melalui pendekatan pemberdayaan dan keswadayaan
masyarakat.
PNPM Mandiri-KP adalah salah satu program
penanggulangan kemiskinan yang berbasis pada
pemberdayaan masyarakat di kawasan pesisir
atau masyarakat nelayan pada sektor kelautan
dan perikanan.
PNPM Mandiri Pariwisata adalah salah satu
program penanggulangan kemiskinan yang 35
Program Pengentasan Kemiskinan Kabinet Indonesia
Bersatu II berupaya membantu masyarakat miskin
yang tinggal di sekitar wilayah destinasi pariwisata.
PNPM-Mandiri Perkim adalah salah satu
program yang bertujuan mencapai pemenuhan
tempat tinggal layak huni.
PNPM-Mandiri Perkim adalah salah satu program
yang bertujuan mencapai pemenuhan
tempat tinggal layak huni.
Kredit Usaha Rakyat (KUR) adalah dana pinjaman
dalam bentuk Kredit Modal Kerja (KMK) dan atau
Kredit Investasi (KI) dengan plafon kredit dari Rp. 5
Juta sampai dengan Rp. 500 juta.
KUBE adalah program yang bertujuan meningkatkan
 

 



kemampuan anggota KUBE di dalam memenuhi
kebutuhan hidup sehari hari.
Sumber: Kementerian Komunikasi dan Informatika, direktorat jenderal infomrasi dan komunikasi publik,
2011

Berdasarkan tabel diatas penulis hendak memberikan sorotan terhadap Program
Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Pariwisata yang merupakan salah
satu program penanggulan kemiskinan yang melabelkan diri sebagai program yang
melibatkan berbagai pihak yaitu pemerintah dan masyarakat luas. Dalam pelaksanaannya,
PNPM Mandiri Pariwisata menggunakan pola pemberdayaan masyarakat dengan
menempatkan masyarakat sebagai subjek pembangunan. Perwujudan pemberdayaan
masyarakat dalam program ini dilaksanakan melalui penyaluran Bantuan Desa Wisata
kepada kelompok masyarakat. Bantuan Desa Wisata bersifat stimulan dan dirancang untuk
memberi kesempatan kepada masyarakat dalam mengembangkan kapasitas masyarakat dan
memperluas kesempatan berusaha dalam kegiatan kepariwisataan. Penggunaan dana
Bantuan Desa Wisata diprioritaskan pada kegiatan kolektif dan langsung menyentuh
masyarakat miskin (PTO, 2011).
Sebagaimana diketahui bahwa jumlah masyarakat miskin di Indonesia masih
didominasi berada di daerah pedesaan maka pemerintah menyasar kawasan pedesaan
sebagai target program penanggulangan kemiskinan. Program PNPM Mandiri Pariwisata
diberikan kepada desa wisata yang memiliki potensi untuk berkembang menjadi destinasi
desa yang menarik wisatawan. Pemerintah berharap dengan adanya program program
pengembangan pariwisata di desa, akan membuka kesempatan pada masyarakat untuk
menjalankan kegiatan ekonomi di bidang pariwisata. Mendatangkan wisatawan dapat juga
berarti mendatangkan pasar dan konsumen di daerah wisata, masyarakat dan membuka
usaha dengan melayani kebutuhan makanan, akomodasi dan pelayanan lain yang
diperlukan wisatawan. Sehingga terbentuk kegiatan ekonomi yang memberikan manfaat
bagi masyarakat dan wisatawan.
Dalam praktik pelaksanaan kegiatan PNPM Mandiri Pariwisata, terdapat beberapa
tahapan, dimana setiap tahapan dapat menjadi dasar untuk melakukan monitoring dan
evaluasi. Tulisan ini bertujuan untuk melakukan analisis terhadap kegiatan sosialisasi,
training fasilitator, penyusunan Rencana Usulan Kegiatan (RUK), hingga penurunan dana
PNPM Mandiri Pariwisata. Tulisan ini mengadopsi motode dan analisis kualitatif untuk
menjelaskan secara ilmiah fenomena pariwisata terutama berkaitan dengan perencanaan
dan pembangunan. Lokasi analisis dalam tulisan ini adalah Desa Toro Kabupaten Sigi.
Dalam upaya memberikan kerangka dan alur tulisan ini maka terdapat rumusan pertanyaan
sebagai berikut;
(1) Bagaimanakah proses pelaksanaan kegiatan tahap awal PNPM Mandiri Pariwisata?
(2) Bagaimanakah rekomendasi kegiatan PNPM Mandiri Pariwisata untuk masa
mendatang?
II.

Metodologi

Metodologi dalam studi ini didasarkan pada pendekatan kualitatif. Sejak
pendekatan nominal, angka dan kategorisasi data pada ilmu pariwisata menuai kritik
sebagai sebuah kajian yang hanya mengulang ulang data daripada membuat sebuah
pengetahuan baru maka pendekatan kualitatif dirasa lebih efektif untuk memahami
fenomena pariwisata (Coalter, 1999). Selain itu studi pariwisata dipertimbangkan sebagai
sebuah studi proses sosial sehingga pemahaman akan proses sangat diperlukan. Oleh
karena itu pendekatan kualitatif dalam studi ini adalah pilihan yang terbaik.
 
 



Lokasi penelitian adalah Desa Toro, Kecamatan Kulawi, Kabupaten Sigi, Provinsi
Sulawesi Tengah. Desa tersebut dipilih karena merupakan salah satu desa yang menerima
dana hibah PNPM Mandiri Pariwisata tahun 2011 hingga 2013.
Data dalam tulisan ini dikumpulkan dalam beberapa cara, diantaranya sebagai
berikut: (1) Studi pustaka; tahapan ini dilakukan dengan penelusuran dan pengkayaan
informasi tertulis yang berkait dengan topik penelitian, khususnya literatur tentang Desa
Toro. Sumber-sumber pustaka yang diperoleh dari kliping koran, majalah, internet,
literatur, dan data sekunder lain. Lokasi kegiatan pencarian data pustaka dilakukan dengan
mengujungi perpustakaan dan menelaah dokumen yang dimiliki oleh masyarakat Ngata
Toro; (2) Observasi Lapangan dan Survei Lapangan; observasi dan survei lapangan
dilakukan di Desa Toro, Kecamatan Kulawi, Kabupaten Sigi Provinsi Sulawesi Tengah.
Survei dilakukan dengan memfokuskan pada proses pariwisata berlangsung, menemukan
persoalan dan alternatif solusi di lapangan; (3) Participatory Research; dalam
pengumpulan data ini peneliti menggunakan metode partisipatif dimana penulis terjun
langsung ke lapangan dan mengikuti proses perencanaan yang dilakukan oleh masyarakat
Desa Toro. Peneliti berada di lapangan mengikuti proses training dan sosialisasi PNPM
Mandiri Pariwisata serta penyusunan Rencana Usulan Kegiatan (RUK); (4) Pendampingan,
In-depth interview dan Quesioner, wawancara mendalam akan dilakukan untuk
memperoleh penjelasan dan informasi yang lebih spesifik yang tersirat dimana tidak akan
diperoleh hanya dengan pengamatan lapangan. In depth interview ini dilakukan dengan
meminta beberapa narasumber penting yaitu fasilitator, kepala desa, kepala suku Ngata
Toro, tim teknis Kabupaten Sigi dan tokoh masyarakat. Informasi ini penting dan menjadi
alat untuk melengkapi data. Sebelumnya telah disusun semacam panduan wawancara
sehingga wawancara menjadi lebih terstruktur dan tidak menyimpang meskipun
fleksibilitas terhadap fenomena dan alur wawancara tetap diterapkan. Perlu dituliskan pula
bahwa penulis mendampingi proses ini selama kurang lebih enam bulan pada tahun 2011.
III. Tinjauan Pustaka
......................

Full paper dapat diperoleh di Buku PNPM
Pusat Studi Pariwisata UGM (2014)

 
 



DAFTAR PUSTAKA
Anonim. (2013). Statistic Indonesia. Diunduh pada tanggal 8 Agustus 2014,
http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?kat=1&tabel=1&daftar=1&id_subyek=23
¬ab=7
Anonim. (2004). Infrastructure Framework of Indonesia. Published by: World Bank
Anonim. (2009). Kabupaten Sigi Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Indonesia.
Anonim. (2012). Kabupaten Sigi Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Indonesia.
Anonim. (2011). Petunjuk Teknis Operasional Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat Mandiri Pariwisata. Dirjen Destinasi.
Anonim, (2011). Program Penanggunalan Kemiskinan Kabinet Indonesia Bersatu II.
Kementerian Komunikasi dan Informatika. Direktorat Jenderal Informasi dan
Komunikasi Publik. Jakarta
Daniels, T., & Lapping, M. (2005). Land preservation: An essential ingredient in smart
growth. Journal of Planning Literature, 19(3), 316-329.
Gunn, A.C. (1988). Tourism Planning. Taylor and Francis. New York, Philadelphia,
London.
Lyoyd Peter E and Dicken, Peter. (1972). Location in Space: A Theoretical Approach to
Economic Geography. New York: Harper and Row Publisher,Inc.
Mathieson, A. and Wall, G. (1982). Tourism: Economic, Physical and Social Impacts.
Harlow, Longman.
Purnamasari, Irma, (2008). Studi Partisipasi Masyarakat Dalam Perencanaan
Pembangunan di Kecamatan Cibadak Kabupaten Sukabumi. Thesis Tidak
dipublikasikan. Universitas Diponegoro Semarang.
Pearce, D.G. (1981). Topics Applied Geography: Tourist Development. Longman
Group Limited.
Ross, C.L., & Leigh N.G. (2000). Planning, urban revitalization, and the inner city: An
exploration of structural racism. Journal of Planning Literature, 14(3), 367-380.
Sastrayuda, Gumelar. S. (2010). Handout Mata Kuliah Concept Resort and Leisure,
Strategi Pengembangan dan Pengelolaan Resort and Leisure.
Tjokroamidjojo, Bintoro. (1995), Manajemen Pembangunan, Gunung Agung, Jakarta.
UNDP.
(2012).
Ngata
Toro
Community
Indonesia.
Diunduh
dari:
http://www.undp.or.id/pubs/docs/Ngata%20Toro%20Community.pdf pada tanggal
 
 



1 Agustus 2014.
Wheatcroft, S. (1994). Aviation and Tourism Policies: Balancing the Benefits: A World
Tourism Organization Publication. London & New York:Routledge.
Wood, (2002), Ecotourism: Principle, Practice, and Policies for Sustainability. United
Nations Environment Programme.