Redesain Pasar Burung Depok Di Surakarta Sebagai Pasar Dan Taman Burung Yang Rekreatif Dan Habitable

KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN REDESAIN PASAR BURUNG DEPOK DI SURAKARTA SEBAGAI PASAR DAN TAMAN BURUNG YANG REKREATIF DAN HABITABLE TUGAS AKHIR

Diajukan sebagai Syarat untuk Mencapai

Gelar Sarjana Teknik Arsitektur

Universitas Sebelas Maret

Disusun oleh :

SYAMSUL ARIFIANTO I0205116 JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMA KASIH DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL

BAB I. PENDAHULUAN

A. Judul

B. Pemahaman Judul

C. Latar Belakang

1 Pasar Burung Depok Sebagai Pasar yang Rekreatif

Habitable Arsitektur Sebagai Pendekatan dalam Pasar Burung

D. Permasalahan dan Persoalan

E. Tujuan dan Sasaran

F. Lingkup Pembahasan dan Batasan

G. Metode

H. Sistematika Penulisan

BAB II. TINJAUAN TEORI

A. Tinjauan Pasar

1. Pengertian Pasar

2. Karakteristik Pasar

3. Fungsi Pasar

4. Sistem Perpasaran Indonesia

5. Kegiatan Perpasaran

B. Tinjauan Pasar Burung

3. Pasar Burung Sebagai Objek Wisata

C. Tinjauan Rekreasi

2. Ciri-ciri Rekreasi

4. Karakteristik Rekreasi

D. Tinjauan Ruang Habitable

23 Pemahaman Mengenai Habitable Arsitektur

23 Mengapa Pasar yang Habitable?

1. Tinjauan Mengenai Burung

2. Macam Burung dan Kebiasaan Hidup yang Populer di Masyarakat

E. Preseden

1. Melbourne Zoo

2. Cage of Macaws

3. Taman Burng Bali

BAB III. TINJAUAN DATA

A. Tinjauan Objek

48 Kondisi Eksisting Pasar Burung Depok

1. Sejarah Pasar

2. Kondisi Fisik

3. Kegiatan Pasar Burung Depok

B. Potensi Surakarta Sebagai Tempat Pemeliharaan Burung Kicauan

C. Preseden Pasar Burung

63 Pasar Satwa dan Tanaman Hias Yogyakarta (PASTHY)

BAB IV. ANALISA

A. Skenario Perencanaan

B. Pendekatan Konsep Perancangan

3. Analisa Peruangan

4. Analisa Pencapaian

5. Analisa Sirkulasi

6. Analisa Noise 103

7. Analisa Klimatologi 105

8. Analisa View 107

9. Zonifikasi 108

10. Analisa Pendekatan Bentuk Bangunan 109

11. Analisa Pendekatan Struktur 110

12. Analisa Material 112

13. Analisa Pendekatan Landscape 113

14. Pendekatan Persyaratan Ruang Pasar 116

15. Analisa Pendekatan Utilitas Bangunan 118

BAB V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 125

A. Konsep Habitable pada Potensi Site

B. Konsep Peruangan

C. Konsep Pencapaian

D. Konsep Sirkulasi

E. Konsep Pengolahan Noise

F. Konsep Klimatologi

G. Konsep View

H. Zonifikasi

I. Konsep Pendekatan Bentuk Bangunan

J. Konsep Pendekatan Sistem Struktur

K. Konsep Material

L. Konsep Lanskap

M. Konsep Persyaratan Ruang Pasar

N. Konsep Pendekatan Utilitas Bangunan

LAMPIRAN

BAB I Pendahuluan

A. Judul

Redesain Pasar Burung Depok di Surakarta Sebagai Pasar dan Taman Burung Yang Rekreatif dan Habitable

B. Pemahaman Judul

Redesain pasar burung Depok di Surakarta sebagai pasar dan taman burung yang rekreatif dan habitable merupakan proses mendesain kembali pasar burung depok menjadi tempat jual beli burung yang lebih menarik sehingga menjadi tempat yang nyaman dikunjungi serta menyegarkan pikiran dan dengan mengelola lingkungan agar lebih familiar bagi burung sehingga tercipta pengkondisian dan suasana yang baik agar burung dapat lebih menunjukan potensinya. Diharapkan pasar ini dapat menjadi wadah bagi pedagang, hobiis, konsumen, dan penikmat keindahan kicau maupun warna burung sehingga menjadi sebuah titik wisata burung di Surakarta

C. Latar Belakang

Ide ini berawal ketika penulis berkunjung ke pasar burung yang terbesar di Surakarta dimana saat berada disana terasa menyenangkan dapat melihat beraneka ragam burung baik dari segi keindahan kicauan sampai warnanya. Namun keindahan ini menjadi terusik ketika melihat kondisi pasar saat ini yang dirasa sangat tidak nyaman, karena pasar yang menjual beraneka burung dan satwa ini sangat memprihatinkan dalam segi arsitektural. Secara fisik bangunan-bangunan yang ada saat ini secara visual sudah tidak layak lagi

untuk ditempati,. Dekatnya jarak antar kios dan ditambah lagi banyaknya penjual burung yang menaruh dagangannya di area sirkulasi membuat sirkulasi didalam pasar menjadi lebih sempit. Sehingga berakibat kurangnya penghawaan di dalam pasar yang menyebabkan bau tidak sedap yang berasal dari kotoran burung dan sampah yang berada di sekitar pasar untuk ditempati,. Dekatnya jarak antar kios dan ditambah lagi banyaknya penjual burung yang menaruh dagangannya di area sirkulasi membuat sirkulasi didalam pasar menjadi lebih sempit. Sehingga berakibat kurangnya penghawaan di dalam pasar yang menyebabkan bau tidak sedap yang berasal dari kotoran burung dan sampah yang berada di sekitar pasar

dan masuk kedalam pasar. Dampaknya sangat dirasakan oleh pedagang di dalam pasar, karena pembeli di dalam pasar menjadi berkurang. Selain itu pada saat hari libur seperti Sabtu dan Minggu karena banyak sekali pengunjung yang memadati area pasar dan luar pasar sehingga membuat sirkulasi didalam pasar menjadi padat dan kemacetan terjadi di luar pasar

Melihat hal ini maka dapat sedikit disimpulkan bahwa minat warga masyarakat untuk membeli burung ataupun hanya sekedar refresing sangat tinggi, ditambah lagi dengan seringnya digelar perlombaan dan latihan bersama burung berkicau yang hampir setiap minggu diadakan di kota Solo yang diadakan oleh IKPBS (Ikatan Keluarga Pedagang Burung Surakarta) yang diikuti oleh pedagang burung di pasar Depok dan masyarakat umum walaupun hanya skala kecil dan tidak jarang pula skala nasional. Kegiatan ini dapat dikatakan sangat positif karena komunitas pecinta burung berkicau dapat berkumpul dan mengadakan kegiatan yang berhubungan dengan perkembangan burung berkicau di Indonesia seperti berburu burung ke pasar burung, mengadakan lomba kicau burung, dan saling bertukar informasi mengenai koleksi-koleksi burung mereka. Secara langsung maupun tidak langsung komunikasi antar penggemar burung berkicau makin terjalin dengan baik dan didorong dengan adanya suatu kesamaan akan hobi, maka secara lambat laun komunitas ini akan semakin meluas. Selain itu dengan seringnya diadakan lomba atau latihan bersama ini dapat mendongkrak harga burung yang ikut serta dalam kegiatan tersebut, sehingga secara tidak langsung dapat menambah penghasilan pedagang.

Pasar Burung Depok sebagai Pasar Yang Rekreatif

Pasar pada awalnya hanyalah sebagai tempat jual beli saja. Tetapi saat ini beberapa pasar menjadi sebuah tujuan wisata belanja dikarenakan berbagai Pasar pada awalnya hanyalah sebagai tempat jual beli saja. Tetapi saat ini beberapa pasar menjadi sebuah tujuan wisata belanja dikarenakan berbagai

Dalam kota Solo, dari tempat-tempat yang memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi sebuah tempat rekreasi sudah banyak yang digarap oleh pemerintah setempat untuk mendongkrak pariwisata di kota Solo ini. Contoh baru-baru ini adalah Pasar Windujenar, yaitu pasar barang-barang antik yang sebelumnya merupakan pasar yang lebih terlihat kumuh sebelum akhirnya direnovasi oleh Pemkot setempat. Lalu relokasi PKL onderdil kendaraan yang sebelumnya berada di sekitar Monument 45 ke daerah Semanggi dan sekarang memilki nama Pasar Klithikan Notoharjo. Dan banyak lagi seperti pasar Kembang, Pasar legi, Pasar Gedhe, Pasar mojosongo, Pasar Nusukan dll. Semua Pasar tradisional itu ditata kembali untuk meningkatkan pariwisata dan mempertahankan kota Solo sebagai kota budaya. Dan lagi pasar-pasar ini memiliki daya tarik masing-masing untuk dijadikan sebuah tempat yang rekreatif untuk dikunjungi.

Begitu juga dengan pasar burung Depok, pasar ini menjual mahluk hidup yang berupa burung dan satwa-satwa peliharaan yang menjadi daya tarik dari pasar. Walaupun pada umumnya yang datang ke pasar ini adalah orang yang hobi memelihara burung dengan tujuan masing-masing. Tetapi dengan

Gb. 1.1 Pasar-pasar di Solo

Sumber : Pasarsolo.com Sumber : Pasarsolo.com

Dalam konteks pasar untuk menjadi sebuah tempat rekreasi maka ranah SAPTA PESONA merupakan sebuah alat bantu guna mengimplementasikan citra pasar sebagai daya tarik wisata. Yaitu :

· Aman · Tertib · Bersih · Sejuk · Indah · Ramah Tamah · Kenangan

Sedangkan pasar burung Depok sendiri belum semua ranah tersebut terpenuhi karena masih banyak yang harus diperbaiki agar lebih tercipta citra pasar sebagai daya tarik.

Hal-hal yang menjadi sebuah potensi pasar burung Depok untuk dijadikan sebuah pasar yang rekreatif adalah :

· Banyaknya masyarakat Solo dan sekitarnya yang hobi memelihara burung.

· Masih banyaknya satwa liar dan langka yang diperdagangkan · Adanya peninggalan sejarah berupa Petilasan Ki Ageng Pemanahan di

dalam pasar · Dekat dengan dinas Peternakan Pemerintah Kota sehingga mudah

untuk mendapatkan info mengenai kesehatan burung. · Berada dekat dengan Jl. Ahmad Yani yang merupakan jalur utama

transportasi bus Antar Kota yang menuju terminal Tirtonadi. · Sudah adanya jaringan listrik, air dan sampah didalam pasar.

· Sekarang banyak pembeli dari luar daerah seperti Surabaya, Semarang dan daerah-daerah lainnya yang membeli burung di Pasar Depok 1

· Kepedulian pedagang mengenai kebersihan pasar yang sangat baik

· Letak pasar yang berada dekat dengan Taman Balekambang yang merupakan hutan kota cukup memilki vegetasi yang banyak sehingga diharapkan dapat bersinergi dengan pasar burung yang direncanakan.

Arsitektur yang Habitable sebagai pendekatan dalam pasar burung

Pasar merupakan sebuah tempat jual beli sehingga pada intinya keuntungan atau barang laku lah yang diharapkan oleh semua pedagang. Oleh karena itu pedagang dituntut lebih kreatif dalam mempresentasikan barang dagangannya. Selain itu pemerintah daerah juga turut andil dalam membantu meningkatkan pendapatan pedagang dengan membangun kembali pasar-pasar tradisional menjadi lebih rapi dan tertata sehingga nyaman untuk dikunjungi. Sedangkan dalam konteks pasar burung yang dijual disini adalah burung sehingga yang diinginkan dari burung ini adalah suara/kicauan maupun keindahan bulunya agar pengunjung mau membeli burung tersebut.

Selama ini pedagang di pasar burung dimana saja hampir sama dalam mempresentasikan burung dagangannya, yaitu dengan memasukan burung dalam sangkar kecil. Tentunya hal ini dapat membuat burung menjadi stres atau sakit karena berada pada ruang yang sempit yang sangat berbeda dengan habitat sebelumnya burung-burung ini yang dapat terbang bebas dan berekspresi sesuai keinginannya.

Tidak berbeda dengan pasar burung depok dimana pedagang burung juga menempatkan burung dagangannya di dalam sangkar-sangkar kecil dengan kios-kios yang mulai sesak karena semakin banyaknya pedagang burung di pasar ini. Sehingga dari sini penulis mencoba untuk menciptakan lingkungan

Gambar 1.2 Beberapa pasar burung di Indonesia, dari kiri ke kanan : ps. Jatinegara Jakarta, ps. Pramuka

Jakarta, ps. Sukahaji Bandung Sumber : Berbagai sumber Jakarta, ps. Sukahaji Bandung Sumber : Berbagai sumber

“ Jika burung piaraan atau tangkaran dimasukkan ke dalam lingkungan dengan pengaturan yang lebih alami, mereka ternyata bisa menunjukkan semua pola perilaku tipikal spesies mereka.” (Kaplan, 2001)

Kutipan tersebut menunjukan bahwa telah ada penelitian terhadap burung tangkapan dari alam yang dipelihara diluar habitat aslinya dan tetap dapat menunjukan perilaku alamiahnya jika dimasukan dalam lingkungan yang lebih alami. Hal ini tentunya dapat diterapkan dalam pasar burung karena survey yang dilakukan oleh Pelestari Burung Indonesia (PBI) bahwa sebagian besar atau 90% burung yang diperdagangkan di pasar adalah tangkapan dari alam. Sehingga dengan pengaturan lingkungan yang habitable bagi burung diharapkan burung-burung di pasar ini dapat menunjukan perilaku alamiahnya.

Redesain pasar burung Depok ini diharapkan mampu mengatasi permasalahan lingkungan di sekitar pasar, memfasilitasi masyarakat pecinta burung khususnya untuk menyalurkan hobi mereka dan juga memberi suasana yang rekreatif serta meningkatkan pendapatan pedagang dengan mengedepankan arsitektur yang habitable

Gambar 1.3 Presentase perbandingan asal burung peliharaan Sumber : Oxford University/ AC Nielsen / Burung Indonesia

D. Permasalahan dan Persoalan

1. Permasalahan

Mendesain kembali pasar burung Depok yang rekreatif bagi pengunjung dan habitable bagi satwa didalamnya

2. Persoalan

a. Mengolah site menjadi tempat yang habitable bagi burung dengan mengelola lingkungan

b. Membuat program kegiatan dan program ruang yang dapat menampung kegiatan jual beli didalam pasar

c. Membuat besaran ruang yang sesuai dengan kebutuhan dengan memperhatikan kebutuhan besaran ruang bagi burung agar dapat menjadi tempat yang habitable bagi burung

d. Mengatur sirkulasi pengunjung yang nyaman dan dapat memberikan visual dan pendengaran yang optimal dengan tidak mengganggu burung sehingga burung dapat terus berekspresi sesuai perilaku alamiahnya.

e. Menampilkan bangunan pasar yang dapat menciptakan suasana yang rekreatif dari bentuk dan material sehingga mendukung proses jual beli dalam pasar.

E. Tujuan dan Sasaran

1. Tujuan

Menghasilkan konsep dan rancangan baru Pasar Burung Depok di Surakarta sebagai pasar dan taman yang rekreatif yang mampu memberi kenyamanan dalam aktivitas jual beli dan rekreasi dengan menekankan pada ruang yang habitable bagi burung sehingga selain menjadi tempat yang layak bagi kehidupan burung juga menjadi daya tarik jual beli dan wisata masyarakat

2. Sasaran

a. Mendapatkan konsep pengolahan dan penataan massa bangunan

b. Mendapatkan konsep program kegiatan dan program ruang b. Mendapatkan konsep program kegiatan dan program ruang

d. Mendapatkan konsep sirkulasi

e. Mendapatkan konsep penampilan bangunan pasar

F. Lingkup Pembahasan dan Batasan

1. Lingkup Pembahasan

Lingkup pembahasan ditekankan pada topik yang mendukung perencanaan dan perancangan fisik bangunan pasar yang dapat menjadi tempat habitable sebagai daya tariknya dalam lingkup disiplin ilmu arsitektur, sedangkan untuk disiplin ilmu lain yang mendukung akan dibahas secara garis besar dalam batas logika dan asumsi sesuai dengan porsi keterlibatanya.

2. Batasan

Batasan berdasarkan pada konsepsi redesain Pasar burung sebagai tempat rekreatif yang ada sehubungan dengan tujuannya yaitu menjadi tempat jual beli burung serta kebutuhan pendukung lainnya sebagai tempat penyegaran pikiran dengan batasan burung-burung berkicau atau peliharaan yang saat ini banyak dicari oleh masyarakat dengan menempatkan yang habitable sebagai pendekatan ilmu arsitektur.

G. Metoda

1. Pengumpulan Data

Dalam tahap ini dilakukan pengumpulan beberapa data melalui sumber informasi dimana data tersebut mendukung proses perencanaan dan perancangan. Macam data tersebut diantaranya :

a. Observasi Lapangan (Identifikasi obyek) Observasi dilakukan langsung ke Pasar Burung Depok untuk melihat dan merasakan kondisi riil untuk mempelajari kebutuhan-kebutuhan fisik dan psikologis baik pembeli, penjual dan pengelola pasar serta satwa yang diperdagangkan didalamnya.

Melalui pengelola dan pedagang pasar dilakukan untuk memperoleh data mengenai kegiatan dalam pasar dan proses pelaksanaanya serta

masalah-masalah yang dirasakan baik dari pedagang maupun pengelola pasar.

c. Studi Literatur, meliputi : · Buku-buku yang menunjang dan dapat memberikan informasi,

misalnya mengenai standar Pasar dan habitat burung · Buku-buku yang membahas mengenai pasar dan juga secara

arsitektural. · Karya ilmiah, yaitu berupa konsep maupun skripsi tugas akhir yang

telah ada sebelumnya, baik yang terdapat di UNS maupun di luar UNS.

· Informasi melalui situs-situs yang terdapat diinternet yang berkaitan dan menunjang, mengenai pasar burung sebagai tempat

rekreasi,tempat penangkaran dll.

2. Evaluasi Hasil Observasi dan Wawancara Pasar Burung Depok

Tahap evaluasi membahas hasil evaluasi yang dihasilkan dari idetifikasi obyek untuk memperoleh layak tidaknya Pasar Burung Depok untuk dikembangkan menjadi pasar yang rekreatif.

3. Analisa dan Sintesa

Tahap analisa dilakukan dengan menganalisa data dan informasi yang sudah dikumpulkan untuk mengidentifikasi permasalahan dan menganalisa pemecahan masalah tersebut ke arah pendekatan konsep perencanaan dan perancangan.

Tahap sintesa merupakan penyimpulan dari hasil pengumpulan data untuk memperoleh rumusan persoalan desain sebagai bahan pertimbangan dalam konsep perencanaan dan perancangan.

4. Konsep Desain

Menyimpulkan dan merumuskan hasil pendekatan konsep kedalam konsep perencanaan dan perancangan yang mampu memecahkan permasalahan

dan persoalan bangunan Redesain Pasar Burung Depok di Surakarta Sebagai Pasar dan Taman Yang Rekreatif dan Habitable

H. Sistematika Penulisan Tahap I

Berisi tentang gambaran umum mengenai pemahaman judul, latar belakang, permasalahan dan persoalan, tujuan dan sasaran, lingkup pembahasan, metode, sistematika penulisan

Tahap II

Berisi tinjauan teori mengenai pasar, dan tinjauan mengenai ruang habitable yang digunakan sebagai dasar untuk merencanakan dan mendesain, serta preseden mengenai ruang yang habitable bagi burung.

Tahap III

Berisi tinjauan objek mengenai evaluasi pasca huni pasar burung Depok serta preseden-preseden terkait

Tahap IV

Menyusun analisa pendekatan perencanaan dan perancangan

Tahap V

Merumuskan konsep perencanaan dan perancangan sebagai dasar dalam perancangan Redesain Pasar Burung Depok di Surakarta sebagai Pasar dan Taman Yang Rekreatif dan Habitable

BAB II Tinjauan Teori

A. Tinjauan Pasar

1. Pengertian Pasar

Pasar secara sederhana adalah tempat pertemuan antara penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi jual-beli barang dan jasa. Adapun pasar menurut kajian Ilmu Ekonomi diartikan sebagai suatu tempat atau proses interaksi antara permintaan (pembeli) dan penawaran (penjual) dari suatu barang/jasa tertentu, sehingga akhirnya dapat menetapkan harga keseimbangan (harga pasar) dan jumlah yang diperdagangkan.

(Nurmawan, S.Pd, “Struktur Pasar”, Dikmenum ).

Namun dalam konteks perencanaan dan perancangan pasar ini pengertian pasar lebih ditekankan pada pengertian pasar secara fisik yaitu suatu tempat atau fasilitas dimana para pembeli dan penjual bertemu untuk melakukan transaksi.

2. Karakteristik Pasar

Beberapa pokok positif yang pantas dicatat dari pasar adalah:

a. Pasar memberikan pelayanan kepada semua tingkat golongan masyarakat, dan menjadi tempat bertemu antargolongan tersebut.

b. Pasar menyediakan berbagai jenis palayanan dan tingkat fasilitas sehingga pasar jadi tempat berbelanja dan berdagang dari berbagai golongan masyarakat.

c. Pasar menampung pedagang-pedagang kecil golongan ekonomi lemah.

d. Pasar menumbuhkan berbagai kesempatan kerja sampingan dan pelayanan penunjang.

e. Yang paling unik adalah, pasar dengan kelanjutan bentuk “tradisional” ini menimbulkan suasana bazaar, tradisi tawar-menawar dan hubungan langsung antarmanusia yang “manusiawi”.

Pokok-pokok tersebut, yang lebih merupakan vitalitas dari pasar Pokok-pokok tersebut, yang lebih merupakan vitalitas dari pasar

3. Fungsi Pasar

Pasar pada mulanya adalah tempat, lingkungan, dan bangunan sebagai pusat kegiatan jual-beli, penyaluran, perputaran, dan pertemuan antara persediaan dan penawaran barang atau jasa. Bentuk jual beli itu adalah langsung antara penjual dan pembeli di tempat yang tersedia. Ada kebebasan memilih dan menawar barang dagangan pada pembeli (kebebasan menawar tersebut tidak terdapat di pusat perdagangan modern saat ini). Macam barang dagangan sebagian besar adalah kebutuhan sehari-hari dan diperjualbelikan secara eceran (Soewandi, “Pusat Perdagangan Wilayah Distrik ”, hal. IV-3).

Namun seiring dengan kemajuan peradaban, fungsi pasar mengalami perkembangan. Beberapa ragam fungsi yang berkembang

saat ini (Soewito, “Optimasi Penggunaan ruang pada Pasar Wilayah di

Kota Besar ”, hal. 16) adalah sebagai berikut:

a. Pasar sebagai sumber Pendapatan Daerah (PAD)

b. Pasar sebagai tempat mencari mata pencaharian

c. Pasar sebagai tempat rekreasi

d. Pasar sebagai obyek studi/ penelitian dan pendidikan

4. Sistem Perpasaran Indonesia

a. Koordinasi Pasar

Untuk melaksanakan tugas sehari-hari dibidang perpasaaran pemerintah daerah menempuh satu cara dengan dua pilihan, yakni dengan menunjuk :

§ Jawatan/ Dinas dibawahnya. § Perusahaan daerah yang diberi otoritas untuk mengelola pelayanan

umum dibidang perpasaran.

pertama, yakni dengan membentuk Dinas Pengelola Pasar yang tugasnya mengelola kegiatan seluruh pasar yang ada di wilayah Kota Surakarta

b. Sistem Pelayanan Pasar

Pasar dapat dipandang sebagai sistem pelayanan yang terdiri atas komponen-kompenen : Konsumen, pedagang, Materi perdagangan, unsur-unsur penunjang. Interaksi antar komponen ini menimbulkan kegiatan perpasaran yang menetukan sarana fisik yang harus di sediakan. Komponen-komponen pasar antara lain :

§ Konsumen Pasar Konsumen pasar adalah masyarakat yang membutuhkan

pelayanan akan barang jasa untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Tipe masyarakat yang merupakan unsur konsumtif bagi pasar di tentukan oleh : status sosial ekonomi dan wawasan budaya- intelektualnya.

Dari segi sejarahnya, pasar adalah bentuk fasilitas yang tumbuh secara organis karena pertemuan motivasi yang saling menguntungkan antara pedagang dan pembeli. Kebiasaan tawar-menawar secara langsung tetap bertahan sampai kini karena cara ini dianggap menguntungkan bagi kedua belah pihak.

§ Pedagang Pedagang dalam menjalankan kegiatannya menyediakan modal, tenaga dan materi jual beli. Pedagang dapat digolongkan

menurut : jumlah pelakunya, kemampuan modalnya, cara penyalurannya, jangkauan pelayanannya, cara pelayannya dan asalnya.

§ Materi perdagangan Materi perdagangan dapat dikelompokkan berdasarkan jenisnya, sifatnya, urgensinya, cara pengangkutannya dan cara

§ Bahan pangan § Barang-barang kelontong § Bahan sandang § Perkakas rumah tangga § Barang standar/ convention goods/ klitikan § Barang-barang khusus/ impulse/ mewah § Jasa : tukang jahit, reparasi arloji, dll.

2) Sifat dan kesan materi perdagangannya : § Bersih § Kotor § Berbau

§ Tak berbau § Basah § Kering § Tahan lama § Tak tahan lama

3) Tingkat ungensi Materi perdagangannya : § Barang kebutuhan sehari-hari (demand goods) § Barang kebutuhan berkala (convenience goods) § Barang tak selalu dibutuhkan (impulse goods)

4) Cara pengangkutannya : § Barang pecah belah § Bukan pecah belah

5) Cara penyajian : § Penyajian sederhana : sayur mayur, bumbu § Penyajian sedang : beras, bahan pangan yang diproses § Penyajian baik : kelontong, pakaian 5) Cara penyajian : § Penyajian sederhana : sayur mayur, bumbu § Penyajian sedang : beras, bahan pangan yang diproses § Penyajian baik : kelontong, pakaian

Unsur penunjang adalah pihak-pihak yang berperan dalam kelangsungan keanggotan perdagangan di pasar. Unsur ini meliputi :

pemerintah, pengelola, Bank dan swasta. § Pemerintah

Dalam rangka pembangunan dan pelancaran ekonomi nasional, pemerintah wajib memelihara kestabilan ekonomi, di antaranya dengan menguasai sektor perpasaran dengan cara ikut mengelola dan menarik pajak pasar, menetukan klasifikasi pasar dalam wilayah kekuasaannya. Pembangunan fisik pasar biasanya dilakukan oleh pemerintah dengan anggaran daerah ataupun Inpres.

§ Pengelola Dalam melaksanakan tugas sehari-hari pemerintah membentuk :

§ Jawatan § Perusahaan Daerah yang diberi otoritas untuk mengelola

pelayanan umum dibidang perpasaran. Pelayanan umum yang dilakukan oleh pengelola pasar pada umumnya berupa :

- Memelihara kebersihan - Memelihara ketertiban

- Melaksanakan pembangunan - Mengusahakan kelancaran distribusi bahan-bahan pokok

keperluan sehari-hari - Mengusahakan stabilitas harga § Bank Bank berperan terutama dalam hal segi pembiayaan pembangunan dan permodalan bagi para pedagang. Misalnya : pembangunan pasar Inpres dibiayai melalui Bank Pemerintah, kredit candak kulak bagi

para pedagang kecil disalurkan melalui Bank Rakyat Indonesia dan sebagainya.

§ Swasta Dalam hal ini yang disebut swasta bisa para pedagang sendiri atau pelaksanan yang membiayai pembangunan pasar, karena pada

prinsipnya pembangunan pasar dibiayai dengan dana dari masyarakat yang akan kembali kepada masyarakat dalam bentuk yang lain.

5. Kegiatan Perpasaran

Kegiatan utama didalam suatu pasar adalah jual-beli. Namun kegiatan itu tak dapat berlangsung tanpa ditunjang oleh kegiatan-kegiatan lain. Berikut akan dilakukan tinjauan umum tentang kegiatan pasar dan tinjauan khusus kegiatan utamanya.

a. Garis Besar Kegiatan Perpasaran

Kegiatan perdagangan di pasar pada garis besarnya meliputi : § Kegiatan Penyaluran Materi Perdagangan, berupa :

- Sirkulasi, transportasi dan dropping - Distribusi materi perdagangan ke setiap unit penjualan didalam

pasar § Kegiatan jual-beli, berupa :

- Kegiatan jual beli antara pedagang dan konsumen - Kegiatan penyimpanan materi perdagangan

- Kegiatan pergerakan dan pergerakan pengunjung : dari dan ke dalam bangunan pasar serta unit penjualan ke unit penjualan

lainnya (dalam jalur lintasan jual beli). § Kegiatan Pencapaian, dari dan ke lokasi bangun pasar § Kegiatan Pelayanan/ servis/ penunjang :

- Pelayanan Bank - Pelayanan pembersihan

- Pelayanan pemeliharaan

b. Kegiatan Utama di Pasar

Dalam suatu pasar, kegiatan jual-beli langsung secara tawar menawar merupakan kegiatan utama. Unsur-unsur kegiatan yang Dalam suatu pasar, kegiatan jual-beli langsung secara tawar menawar merupakan kegiatan utama. Unsur-unsur kegiatan yang

§ Distribusi Barang Kegiatan ini merupakan ini merupakan usaha mensuplai barang

dagangan dari tempat asal ke lokasi pasar dan dari tempat penurunan kemasing-masing tempat penjualan. Pada pasar-pasar kecil, misalnya pasar lingkungan, sifat dan skala peredaran barangnya tidak sebesar pada pasar induk sehingga tidak diperlukan jaringan sirkulasi jalan khusus untuk barang. Yang penting adalah pengaturan lalulintas pengunjung pasar. Misalnya dengan pengaturan waktu. Demikian juga tidak diadakan pemisahan antara daerah pedagang grosir dengan pedagang eceran. Pada pasar-pasar kecil kedua klasifikasi pedagang ini berbaur.

§ Penyimpanan barang Jumlah dan satuan-satuan volume barang pada pasar lingkungan tidak besar masih dalam hitungan perbiji, perikat,

perlembar, perkilo, dan sebagainya maka penyimpanan barang belum memerlukan ruang dengan pembatas khusus. Jadi masih disatukan dalam kegiatan jual beli dan bahkan sedapat mungkin dilihat oleh pengunjung.

Untuk pedagang grosir biasanya barang-barang cukup disimpan dalam almari atau kotak-kotak kayu di tempat jual beli. Dengan demikian dalam sebuah pasar lingkungan fasilitas pergudangan belum diperlukan. Berbeda dengan pada pasar Induk, dimana sebagian besar barang disimpan, sedang yang disajikan hanya sebagian kecil saja.

§ Penyajian Barang Dalam perdagangan eceran, barang-barang disajikan dengan

tujuan sebanyak mungkin konsumen dapat melihat dan memilih tujuan sebanyak mungkin konsumen dapat melihat dan memilih

Sifat kegiatan jual beli dipasar adalah langsung berhadapan antara pedagang dan pembeli yang biasanya disertai dengan tawar- menawar. Dalam hal ini biasanya seorang menghadapi beberapa orang sekaligus. Dalam kegiatan jual beli di pasar terjadi pengelompokan komunikasi linear untuk memanfatkan jalur konsentrasi pembeli. Dalam hal ini penjual dan pembeli mempunyai cara sendiri-sendiri.

§ Pergerakan pengunjung Dalam kegiatan pasar, dua unsur utama yang melakukan

perpindahan tempat adalah : pengunjung dan barang. Pada kegiatan pasar Induk atau pasar dengan skala perdagangan cukup besar, yang diutamakan adalah perpindahan barang. Sedang pada pasar lingkungan dimana jual-beli eceran lebih dominan, volume transaksi banyak dan perpindahan pengunjung lebih menonjol, maka baik besaran maupun arah jaringan sirkulasi dipertimbangkan atas dasar kegiatan manusianya. Jalur lintasan konsumen merupakan konsentrasi linear yang berorientasi ke unit-unit pedangan, baik satu sisi maupun dua sisi. Hal ini berkaitan erat dengan motivasi kelompok pedagang untuk memanfaatkan atau menjaring konsentrasi kegiatan pembeli dalam suatu jalur linear sepanjang unit-unitnya. Dari segi konsumen sendiri, pergerakan dalam satu arah perpindahan dapat mencapai banyak tujuan (unit-unit pedagang)

B. Tinjauan Pasar Burung

1. Sekilas Pasar burung

Pasar burung merupakan fasilitas atau suatu lahan pada lokasi tertentu yang digunakan oleh penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi barang berupa burung maupun satwa-satwa lain didalamnya.

ilegal, karena kebanyakan penjualan burung adalah hasil tangkapan dari alam dan juga dibanyak didapati penjualan burung yang dilindungi. Oleh

karena itu saat ini banyak masyarakat yang mencoba untuk menangkarkan burung hasil tangkapan dari alam dan menjualnya di pasar. Pengunjung pasar burung sendiri bukan hanya warga sekitar akan tetapi juga dari daerah lain maupun luar kota yang sengaja berkunjung untuk mendapatkan burung yang berkualitas dan beragam di pasar khusus burung tersebut

2. Fungsi Pasar Burung

Fungsi utama pasar burung adalah untuk menjual hasil penangkaran burung dari daerah penangkaran setempat maupun dari luar daerah. Pasar burung ini menampung kegiatan pemasaran, dan informasi mengenai kegiatan perlombaan, dan penangkaran burung. Pasar burung ini mempunyai peranan yang besar bagi pemerintah daerah setempat, penangkar, peminat burung, maupun bagi investor. Peranan tersebut antara lain:

a. Peranan pasar burung bagi pemerintah daerah · Sebagai salah satu fasilitas umum yang dapat meningkatkan

Pedapatan Asli Daerah. · Sebagai sarana pendukung fasilitas umum yang ada pada daerah

tersebut.

b. Peranan pasar burung bagi peminat burung (konsumen dan hobiis) · Mendapatkan burung yang berkualitas dengan harga miring

· Berkesempatan mengamati potensi burung dengan obrolan ringan

khas tradisional · Kadangkala menemukan burung langka yang sulit ditemui · Bisa sharing informasi mengenai rawatan harian alami

· Ikut menyimak keberadaan/ perkembangan burung lokal · Menikmati suasana baru untuk menimbulkan ide · Ikut menyimak keberadaan/ perkembangan burung lokal · Menikmati suasana baru untuk menimbulkan ide

sangkar,dan pakan burung · Sebagai wadah untuk mempromosikan hasil penangkaran. · Sebagai sarana pengembangan dan penelitian dalam penangkaran

burung

d. Peranan pasar burung bagi investor · Sarana untuk investasi modal sehingga dapat digunakan untuk

mengembangkan bisnis dan penangkaran. · Membantu para penangkar dan pedagang dalam pengadaan modal

usaha.

3. Pasar Burung sebagai Obyek Wisata

Obyek wisata merupakan suatu tempat yang selalu dikunjungi wisatawan, baik wisatawan domestik maupun mancanegara. Tujuan wisatawan mengunjungi obyek wisata adalah untuk melihat dan menikmati apa yang ada di dalam obyek wisata tersebut. Khusus untuk pasar burung, wisatawan atau pengunjung yang datang biasanya untuk mencari/berburu burung untuk dipelihara, ditangkarkan, dilombakan bahkan dijual kembali serta ingin mendapatkan suguhan atraktif sebagai sarana rekreasi atau refreshing.

C. Tinjauan Rekreasi

1. Pengertian

Rekreasi adalah suatu aktivitas yang dilakukan pada waktu senggang (lapang) yang bertujuan untuk membentuk, meningkatkan kembali kesegaran fisik, mental, pikiran dan daya rekreasi (baik secara individual maupun secara kelompok) yang hilang akibat aktivitas rutin sehari-hari dengan jalan mencari kesenangan, hiburan dan kesibukan yang berbeda dan dapat memberikan kepuasan dan kegembiraan yang ditujukan bagi Rekreasi adalah suatu aktivitas yang dilakukan pada waktu senggang (lapang) yang bertujuan untuk membentuk, meningkatkan kembali kesegaran fisik, mental, pikiran dan daya rekreasi (baik secara individual maupun secara kelompok) yang hilang akibat aktivitas rutin sehari-hari dengan jalan mencari kesenangan, hiburan dan kesibukan yang berbeda dan dapat memberikan kepuasan dan kegembiraan yang ditujukan bagi

Planning, aktifitas rekreasi dikelompokkan dalam 5 kategori :

· Kegiatan yang dilakukan di dalam dan sekeliling rumah, seperti menonton TV, membaca, mendengarkan musik, berkebun, dan sebagainya.

· Kegiatan dengan interaksi sosial seperti menonton film di bioskop, berbelanja, makan di restoran, kunjungan keluarga, dan sebagainya.

· Kegiatan yang melibatkan seni budaya (kunjungan pameran seni,

teater, konser musik). · Kegiatan olahraga, seperti berenang, bola kaki, voli, golf, dan

sebagainya. · Kegiatan outdoor tidak resmi, seperti jalan-jalan, piknik, dan

sebagainya.

2. Ciri-ciri Rekreasi

Ciri-ciri rekreasi adalah : · Bersifat fisik, mental dan emosional. · Tidak memiliki bentuk atau macam tertentu.

· Dapat membangkitkan rasa gembira, senag dan puas bagi pelaku. · Dilaksanakan dalam waktu senggang. · Bebas dari paksaan. · Dibutuhkan secara universal, tidak dibatasi oleh lapisan tertentu. · Bersifat fleksibel. Tidak dibatasi oleh tempat, dapat dilakukan oleh

perseorangan, ataupun sekelompok orang. Rekreasi tidak dibatasi oleh kemauan seseorang, baik miskin maupun kaya dapat menikmati dan juga tidak dibatasi oleh fasilitas atau alat-alat tertentu, dapat dilakukan oleh alat-alat sederhana maupun alat-alat modern.

· Didorong oleh kegiatan sehingga menentukan bentuk rekreasi.

3. Fungsi

Fungsi bagi masyarakat pelaku penyelenggara dalam rekreasi dapat menjadi usaha bisnis yang potensial dan sebagai pendukung pasar atau

tempat perbelanjaan. Tabel 2.1 Fungsi rekreasi menurut kelompok umur Pemakai

Sifat dan tujuan

Tuntutan

Anak-anak 1-13 th

Mengembangkan keahlian,

pikiran,

penanaman dasar mental

· Beranekaragaman · kegiatan yang mendidik

Remaja 14-19 th

Idealis, optimis, agresif, sensitive, energik

Aneka

rekreasi yang dinamis dan kreatif Dewasa 20 th ke atas

Tenang, mantap dan masak dalam berpikir

Rekreasi yang sifatnya : · Refreshment · Penyaluran hobi

4. Karakteristik Rekreasi

Menurut Patricia Farrel dalam The Process of Recreation Progamming dan Ivor Selly dalam Outdoor Recreation and The Urban Environment bahwa jenis-jenis rekreasi yaitu :

a. Menurut fungsinya, rekreasi dibedakan menjadi :

· Hiburan, untuk mendapatkan kesenangan · Pendidikan, memberi fungsi hiburan dan mendidik

b. Menurut sifat kegiatannya, rekreasi dibedakan menjadi :

· Kesenangan, kesukaan (entertanment): contohnya berupa fasilitas-

fasilitas food court, restorant fastfood, dan coffeshop. · Hiburan (amusement) : contohnya berupa fasilitas bioskop dan

community centre, art gallery, night club/diskotik. · Rekreasi (recreation) : contohnya berupa fasilitas taman bermain,

arena bermain anak/remaja/dewasa, sport center, bilyard, dll. · Santai (relaxation) : contohnya berupa fasilitas taman kota, taman

margasatwa, swimming pool

c. Menurut objeknya, rekreasi dibedakan menjadi :

· Rekreasi budaya ; yaitu rekreasi dengan objek wisatanya berupa benda-benda atau hal-hal yang mempunyai nilai-nilai seni, budaya dan sejarah yang tinggi.

· Rekreasi buatan ; yaitu rekreasi yang objek wisatanya merupakan

buatan manusia. · Rekreasi agro ; yaitu rekreasi yang memenfaatkan potensi pertanian

sebagai objek · Rekreasi alam ; yaitu rekreasi yang memanfaatkan potensi alam yang

indah sebagai objek utamanya.

d. Menurut jenis kegiatannya, rekreasi dibedakan menjadi :

· Rekreasi Aktif : dimana pelaku kegiatan turun langsung atau berperan secara langsung untuk melakukan tindakan rekreatif untuk

dirinya. Misalnya : olah raga dan sebagainya. · Rekreasi Pasif : dalam hal ini perlu kegiatan pelaku tidak banyak

melakukan kegiatan, hanya menikmati objek rekreasi dan lebih banyak diam. Misalnya : menonton, membaca dan sebagainya.

e. Menurut pola kegiatan, rekreasi dibedakan menjadi : Massal : pertunjukan film, theatre, belanja, dll Kelompok kecil : bilyard, dll Perorangan : bowling, video game, bom-bom car, dll

D. Tinjauan Ruang Habitable Pemahaman mengenai arsitektur yang habitable

Dalam konteks ini habitable adalah sebuah nilai kehidupan mengenai kondisi lingkungan yang mana dapat memberikan kebutuhan mahluk hidup

sehingga tercipta kenyamanan dan kehidupan yang lebih baik dalam lingkungan. Oleh karena itu dalam kondisi riilnya sebuah lingkungan yang disematkan dengan penggunaan habitable berarti lingkungan tersebut berada di luar habitat aslinya, karena habitable ini berarti mengartikan bahwa lingkungan tersebut sengaja ataupun tidak sengaja dibuat sedemikian rupa sehingga tercipta kenyamanan dan kehidupan yang lebih baik dalam lingkungan. Oleh karena itu dalam kondisi riilnya sebuah lingkungan yang disematkan dengan penggunaan habitable berarti lingkungan tersebut berada di luar habitat aslinya, karena habitable ini berarti mengartikan bahwa lingkungan tersebut sengaja ataupun tidak sengaja dibuat sedemikian rupa

dekat agar mengerti bagaimana kehidupan burung kicauan baik di alam bebas maupun peliharaan.

Mengapa pasar yang habitable?

Sebagai objek utama yang dicari dari burung adalah kicauannya tetapi tidak sedikit juga yang melihat keindahan burung dari warna atau bulunya. Oleh karena itu sebuah tempat atau pasar yang habitable bagi burung dapat menunjukan perilaku alamiah dan potensinya kepada pengunjung.

1. Tinjauan Mengenai Burung

a. Pengertian burung

Burung adalah anggota kelompok hewan bertulang belakang (vertebrata) yang memiliki bulu dan sayap. Fosil tertua burung ditemukan di Jerman dan dikenal sebagai Archaeopteryx.

Jenis-jenis burung begitu bervariasi, mulai dari burung kolibri yang kecil mungil hingga burung unta, yang lebih tinggi dari orang. Diperkirakan terdapat sekitar 8.800 – 10.200 spesies burung di seluruh dunia; sekitar 1.500 jenis di antaranya ditemukan di Indonesia. Berbagai jenis burung ini secara ilmiah digolongkan ke dalam kelas Aves .

b. Makna Suara Kicauan dan Tarian Burung

Penyebaran burung paling banyak terjadi di Asia, Afrika, dan Eropa. Sementara sisanya berada di benua Amerika. Adapun ukuran fisik, warna, bulu, sifat, dan bentuk ekor burung tergantung pada habitatnya. Tipe dan cirri kicauannya pun sangat beragam. Masing- masing burung memiliki warna suara dan cirri khas tersendiri.

Dalam kehidupan burung, mengekspresikan suara kicauan atau tarian memiliki makna tersendiri. Umumnya, burung berkicau jantan memiliki suara yang paling baik. Hal tersebut disebabkan kicauannya Dalam kehidupan burung, mengekspresikan suara kicauan atau tarian memiliki makna tersendiri. Umumnya, burung berkicau jantan memiliki suara yang paling baik. Hal tersebut disebabkan kicauannya

Ada pula burung yang selalu berkicau saat menyambut peralihan musim.

Di alam bebas, suara kicauan burung juga bisa diartikan memberi sinyal pada sesamanya tentang keberadaanya di suatu wilayah agar burung lain tidak mendekati wilayah teritorialnya. Ada pula burung yang mengekspresikan suka citanya dengan melakukan gerakan tubuh seperti menari, seperti yang dilakukan burung bangau emas asal Afrika setiap pagi dan sore hari.

c. Habitat Burung

Hutan primer, hutan sekunder dan semak merupakan habitat bagi burung, karena di semua tempat tersebut ditemukan berbagai jenis burung. Pengertian habitat itu sendiri adalah kawasan yang terdiri dari berbagai komponen, merupakan kesatuan fisik dan biotik, dipergunakan sebagai tempat hidup serta berbiak satwa liar (Alikodra,1990), namun tidak semua satwa menggunakan satu tipe habitat untuk memenuhi semua kebutuhan hidupnya, sebagai contohnya burung pipit, habitat untuk mencari makannya adalah di sawah dan habitat untuk bertelur adalah di pohon-pohon yang ada di pekarangan atau daerah ekoton. Berbagai tipe hutan yang mendukung berbagai komunitas burung diuraikan sebagai berikut :

1) Semak pesisir dan hutan pantai.

Tipe hutan ini adalah hutan dan semak belukar yang tidak rapat dan dapat tumbuh di atas pasir yang sulit menahan air. Hutan ini biasanya tidak begitu luas, hanya ada sedikit jenis burung yang agak umum. Contoh burung yang hidup disini adalah Bubut

Gb 2.2. Hutan Mangrove Sumber : http://burung-nusantara.org

2) Hutan Mangrove.

Merupakan hutan kusut yang rendah, tumbuh di antara zona pasang naik dan pantai berlumpur. Walaupun

hanya mempunyai sedikit jenis pohon, seperti Bakau Rhizophora,

Api-api Avicennia, dan Brugieria, hutan ini kaya akan ikan dan udang-udangan, sehingga sangat mendukung kehidupan burung-burung air dan beberapa jenis burung hutan yang umum seperti Empuloh paruh-kait, Bangau tongtong, Bangau bluwok, Cerek-cerekan, Gajahan, Biru Laut, Trinil, Kedidi, dan Dara Laut.

3) Hutan rawa gambut.

Merupakan hutan yang kerdil, aneka ragaman jenis pohon relatif rendah, karena tidak didukung oleh penyediaan air yang

Gb 2. 1. Hutan Pantai

Sumber :

http://ceritaicha.blogspot.com/search/label/Jakarta

Gb 2.4. Hutan Rawa Air Tawar Sumber : http://burung-nusantara.org

Hutan seperti ini terdapat luas di pesisir timur Sumatera dan dataran pantai Kalimantan. Tipe hutan ini men-dukung adanya

sekelompok jenis yang termasuk burung hutan dataran rendah dan beberapa jenis burung lahan basah yang penting seperti Bangau storm, burung enggang/rangkong badak, kuntul putih, Mentok rimba, kangkareng perut putih, luntur kasumba, cinenen kelabu, cica daun kecil, Kacembang gadung dll.

4) Hutan rawa air tawar

Merupakan hutan yang pohonnya tinggi di dataran rendah dengan air mengalir. Tumbuhan bawah agak jarang, tetapi palem dominan. Hutan ini mendukung kehidupan burung yang menarik dan kaya jenis, meskipun tidak sekaya hutan di atas tanah kering. Burung yang

tinggal di habitat ini contohnya Bangau storm, Cucak rawa, Bangau bluwok, Mentok rimba

5) Hutan kerangas

Hutan yang khusus ini agak rendah, tumbuh di atas tanah berpasir yang miskin karena hara terhanyut, ditandai oleh akumulasi gambut yang dangkal.

Tanah banyak mengandung benalu dan tanaman semak berbunga

lain, mendukung komunitas burung yang miskin jenis, tetapi khas seperti Empuloh paruh-kait, kekep babi, merbah cerukcuk, dan

Gb 2.5. Hutan Kerangas Sumber : www.forest.sabah.gov

Gb 2.6. Hutan Batu Kapur

Sumber :http://ngm.nationalgeographic.com

6) Hutan batu kapur.

Bercirikan bukit kapur yang mengagumkan. Daerah ini penuh

dengan gua, aliran air di bawah tanah, sehingga penyaluran air cenderung cepat dan mengandung tanah renzina yang khusus. Daerah ini mendukung hutan yang agak padat, tetapi kurang tinggi, terdiri dari jenis pohon khusus. Kehidupan burung agak miskin jenis, tetapi khas.

7) Hutan musim.

Hutan ini tidak luas, merupakan habitat yang agak terbuka mirip taman, dengan rumput di bagian bawahnya. Pohon-pohonnya tahan dari kekeringan dan termasuk tumbuhan tropofit, artinya mampu beradaptasi terhadap keadaan kering dan keadaan basah pada saat musim kemarau (kering), daunnya meranggas, sebaliknya saat musim hujan, daunnya lebat. Hutan musim biasa diberi nama sesuai dengan tumbuhan yang dominan, misalnya: hutan jati, hutan angsana. Tipe hutan ini dapat ditemukan di Jawa Tengah dan Jawa timur, mendukung kehidupan burung yang kaya, walaupun tidak seaneka ragam hutan selalu hijau. Burung yang tinggal di habitat

Gb 2.7. Hutan Musim Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Hutan_jati Gb 2.7. Hutan Musim Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Hutan_jati

8) Hutan kayu besi.

Pohon Ulin (atau Belian) Eusideroxylon

zwageri merupakan kayu yang berat dan tahan sangat lama. Pohon ini tumbuh di lahan yang lembab dan rendah di hutan Kalimantan dan Sumatera. Lebih sering merupakan salah satu jenis pohon di hutan hujan dataran rendah. Akan tetapi, di beberapa tempat di Kalimantan dan agak luas di

Sumatera, jenis ini menjadi dominan dan membentuk hutan yang hampir homogen. Dibandingkan dengan hutan campuran, tipe hutan ini kurang banyak burungnya. Sekarang, sebagian besar tipe hutan ini telah rusak karena pengambilan kayunya yang berharga

mahal. Burung yang tinggal di habitat ini contohnya burung

Kakatua Putih (C.alba).

9) Hutan hujan dipterokarp dataran rendah.

Tipe hutan ini merupakan hutan hujan yang paling tinggi dan paling lebat (sering dilukiskan dalam teks atau film).. Hutan ini paling bernilai ekonomis karena menghasilkan kayu gelondongan, akibatnya paling cepat berkurang karena dirusak manusia. Hutan ini sedang menghilang secara

Gb 2.8. Hutan Kayu Besi

Sumber :

http://kebunrayaenrekang.com/kayu-

ulin /.htm

Gb 2.10 . Hutan dipterokarp perbukitan

Sumber :

http://www.flickr.com/photos/tianyake

Hal ini sangat disayangkan, karena habitatnya mendukung keanekaragaman jenis tumbuhan yang paling tinggi dan sangat

kaya akan jenis-jenis burung, sehingga nilai konservasinya sangat tinggi. Burung yang tinggal di habitat ini contohnya Cucak rawa

dan Punai besar.

10) Hutan hujan dipterokarp perbukitan.

Di daerah yang berbukit-bukit, berbagai

jenis dari Dipterocarpaceae mendominasi punggung bukit. Sisi bukit yang terjal ditutupi oleh hutan campuran yang kaya dengan relung burung. Hutan ini merupakan habitat yang paling

kaya bagi beraneka ragam jenis burung, tetapi sangat sulit untuk dilewati dengan berjalan kaki

atau untuk melihat burung yang sedang terbang melewati tajuk pohon. Burung yang tinggal di habitat ini contohnya Cucak rawa, Enggang jambul, Kuau-kerdil Kalimantan, Tiong-batu Kalimantan, dan Poksai hitam

11) Hutan pegunungan kering.

Pegunungan yang lebih

kering terdapat di Jawa Timur dan Bali. Hutan itu biasanya didominasi oleh pohon Cemara Casuarina dengan rumput penutup di kering terdapat di Jawa Timur dan Bali. Hutan itu biasanya didominasi oleh pohon Cemara Casuarina dengan rumput penutup di

contohnya celepuk jawa (Otus angelinae) dan ciung-mungkal jawa (Cochoa azurea), puyuh-gonggong jawa (Arborophila javanica), walik kepala-ungu (Ptilinopus porphyreus), takur bututut (Megalaima corvina), berkecet biru-tua (Cinclidium diana), poksai kuda (Garrulax rufifrons), cica matahari (Crocias albonotatus), opior jawa (Lophozosterops javanicus), kenari melayu (Serinus estherae ).

12) Semak alpin.

Habitat ini berada di atas garis tumbuh pohon, pada

gunung-gunung yang paling tinggi di wilayah ini. Habitat ini secara keseluruhan tidak begitu luas, mendukung bagi hanya sedikit jenis burung. Karena bagian

puncak gunungnya sangat terisolasi dan ternyata beberapa jenis burung memperlihatkan tingkat endemik yang tinggi, maka jenis- jenis burung yang sangat menarik dapat ditemukan di sini. Archboldia papuensis , cendrawasih elok (Macgregoria pulchra), ifrita topi-biru (Ifrita kowaldi), pipit ekor-api (Oreostruthus fuliginosus ), sesap madu (Eurostopodus archboldi), walet sapi maupun walet gunung (Collocalia esculenta dan C. hirundinacea), mambruk selatan (Goura scheepmakeri), nuri kabare (Pittrichas fulgidus ), itik noso (Anas waigiuensis), dan robin salju (Petroica archboldi ).

Gb 2.12. Semak Alpin Sumber : http://tundrabiome.webnode.com Gb 2.12. Semak Alpin Sumber : http://tundrabiome.webnode.com

Wibowo (1992) menyatakan bahwa sebagai habitat burung pohon- pohon berperan sebagai tempat berlindung, tempat bersarang, dan yang

terutama sebagai penghasil makanan. Jenis pohon yang dapat dipilih adalah yang menghasilkan buah, dapat mengundang serangga, dan menghasilkan bunga. Pohon yang bertekstur daun halus, berbuah, dan berbunga banyak yang mengundang serangga (Hails et al., 1990).

e. Burung sebagai hewan peliharaan