PENGUKURAN AKTIVITAS CACING TANAH DENGAN METODE Planar Cage PADA TANAH VERTISOLS YANG DIBERI BERBAGAI SISA ORGANIK

Disusun oleh : NOFERIRI ISWANELY

H 0207008

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

commit to user i

SKRIPSI

PENGUKURAN AKTIVITAS CACING TANAH DENGAN METODE Planar Cage PADA TANAH VERTISOL YANG DIBERI BERBAGAI SISA ORGANIK

Oleh Noferiri Iswanely H0207008 PROGRAM STUDI ILMU TANAH FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

commit to user ii

PENGUKURAN AKTIVITAS CACING TANAH DENGAN METODE Planar Cage PADA TANAH VERTISOL YANG DIBERI BERBAGAI SISA ORGANIK SKRIPSI

untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

Oleh Noferiri Iswanely H0207008 PROGRAM STUDI ILMU TANAH FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

commit to user iii

SKRIPSI

PENGUKURAN AKTIVITAS CACING TANAH DENGAN METODE Planar Cage PADA TANAH VERTISOL YANG DIBERI BERBAGAI SISA ORGANIK

Noferiri Iswanely H0207008

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Prof. Dr. Ir. H. Suntoro, MS Dr. Ir. Widyatmani Sih Dewi, MP 19551217 198203 1 003

19631123 198703 2 002

Surakarta, November 2011 Program Studi Ilmu Tanah Ketua

Ir. Sri Hartati, MP 19590909 198603 2 002

commit to user

iv

SKRIPSI

PENGUKURAN AKTIVITAS CACING TANAH DENGAN METODE Planar Cage PADA TANAH VERTISOL YANG DIBERI BERBAGAI SISA ORGANIK

yang dipersiapkan dan disusun oleh Noferiri Iswanely H0207008

telah dipertahankan di depan Tim Penguji pada tanggal: dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian Program Studi Ilmu Tanah

Susunan Tim Penguji:

Ketua

Anggota I

Anggota II

Prof. Dr. Ir. H. Suntoro, MS Dr. Ir. Widyatmani Sih Dewi,MP Ir. Sumani, M.Si

19551217 198203 1 003 19631123 198703 2 002 19630704 198803 2 001

Surakarta, November 2011 Mengetahui Universitas Sebelas Maret Fakultas Pertanian Dekan

Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, MS

NIP. 19560225 198601 1 001

commit to user

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’Alamin. Puji syukur yang tidak terkira penulis panjatkan kepada Allah Ya Robb, atas berkat dan rahmat-NYA penulis dapat menyelesaikan penelitian sekaligus penyusunan skripsi ini.

Tanah Vertisol merupakan salah satu tanah berat yang memerlukan pengelolaan intensif untuk mengoptimalkan hasil budidaya pertanian. Beberapa upaya pengelolaan tanah ini yaitu dengan mengelola konsistensi dan porositas tanah agar kadar air tanah dapat terjaga. Masukan sisa organik dengan berbagai macam kualitas dan inokulasi cacing tanah diharap dapat memperbaiki konsistensi Vertisol yang buruk dan membentuk pori tanah permanen. Dalam penelitian ini dilakukan pengukuran terhadap aktivitas cacing tanah pada berbagai komposisi sisa organik dalam memperbaiki konsistensi dan porositas pada tanah Vertisol.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, MS., selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Ir. Sri Hartati, MP., selaku Ketua Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Ir. Sutopo, MP., selaku Pembimbing Akademik yang telah memberi banyak kemudahan dalam proses pembimbingan dari awal hingga akhir semester.

4. Prof. Dr. Ir. H. Suntoro, MS., selaku Pembimbing Utama yang telah memberi bimbingan, arahan, dan kemudahan kepada penulis.

5. Dr. Ir. Widyatmani Sih Dewi, MP., selaku Pembimbing Pendamping I atas bimbingan, arahan, kritik, saran dan motivasi kepada penulis.

6. Ir. Sumani, M.Si, selaku Pembimbing Pendamping II atas kritik dan masukan yang membangun penulisan skripsi ini.

7. Ayah dan Mama tercinta yang tidak kenal lelah memberikan dukungan moral dan materil, Yaser Koto, Dzalika Nanda, Kresi Dzahara, Mbak Yati serta keluarga besar yang selalu memberikan perhatian, dukungan dan motivasi untuk terus semangat.

commit to user vi

8. Teman-teman satu tim cacing (Mita, Hari, Listia, Vivin), Imoet’07, KMIT, dan Kos Calyandraputri (Dika, Tika Dyah, Tika Nur, Yaya, Mb Reni, Mb Ruli, Mb Mika, U guys Rock!) We are family.

9. Mas Darsono, Mbak Tumisih, Mas Yen dan Mas Sidiq Pramono atas kerja sama selama pengamatan, baik di laboratorium maupun di rumah kaca. Terima kasih atas bantuan pemasangan planar cage, peminjaman buku-buku dan peminjaman alat.

10. Mbak Nina, Mbak Umi dan Bapak Kasran dari Universitas Brawijaya Malang, yang telah banyak berkontribusi. Terima kasih atas keramahan, alat, diskusi, pengetahuan dan bantuannya mengenai Planar Cage dan cacing tanah.

11. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu, yang telah membantu dan berkontribusi hingga selesainya penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, walaupun demikian penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis sendiri khususnya dan para pembaca pada umumnya.

Januari Surakarta,

Penulis

commit to user ix

DAFTAR TABEL

Nomor Judul dalam Teks Halaman

1. Sebaran Kepadatan Populasi dan Biomasa Cacing tanah pada Berbagai Habitat .............................................................................

2. Karakteristik Tanah Sebelum Perlakuan……………………….. 22

3. Beberapa Karakteristik Pupuk Kandang Sapi………………….. 24

4. Beberapa Karakteristik Seresah Jati……………………………. 25

Judul dalam Lampiran

1. Ringkasan Data Hasil Analisis Ragam………………………… 51

2. Populasi Cacing Tanah Hasil Percobaan Rumah Kaca………… 52

3. Pengaruh Berbagai Sisa Organik Terhadap Aktivitas Cacing Tanah Hasil Percobaan Rumah Kaca…………………………... 53

4. Pengaruh Berbagai Sisa Organik Terhadap Aktivitas Cacing Tanah Hasil Percobaan Laboratorium………………………….. 55

5. Pengaruh Aktivitas Cacing Tanah dan Berbagai Sisa Organik terhadap Tanaman Jagung (Zea mays) Hasil Percobaan Rumah Kaca……………………………………………………. 56

6. Kadar Lengas dan Suhu Tanah…………………………………. 57

commit to user

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul dalam Teks Halaman

1. Populasi Cacing Tanah Hasil Percobaan Rumah Kaca.....

26

2. Biomasa Segar Cacing Tanah Hasil Percobaan Rumah Kaca ......................................................................................

28

3. Diameter Cacing Tanah Hasil Percobaan Rumah Kaca....

29

4. Panjang Cacing Tanah Hasil Percobaan Rumah Kaca......

30

5. Produksi Cast Cacing Tanah Hasil Percobaan Rumah Kaca ......................................................................................

32

6. Produksi Cast Cacing Tanah Hasil Percobaan Laboratorium .......................................................................

31

7. Porositas Total Hasil Percobaan Rumah Kaca ..................

35

8. Luas Pori Makro Hasil Percobaan Rumah Kaca ...............

36

9. Sebaran Cairan Metilen Biru pada Bidang Irisan Vertikal Tanah ....................................................................................

37

10. Akumulasi Panjang Liang Hasil Percobaan Laboratorium .......................................................................

38

11. Total Panjang Liang Hasil Percobaan Laboratorium ........

39

12. Panjang Liang per Kedalaman Tanah Percobaan Laboratorium .......................................................................

40

13. Liang Hasil Percobaan Laboratorium ................................

41

14. Konsistensi Tanah Hasil Percobaan Rumah Kaca dan Laboratorium ................................................................

42

15. Tinggi Tanaman Jagung Hasil Percobaan Rumah Kaca ...

43

16. Biomasa Brangkasan Kering Hasil Percobaan Rumah Kaca ......................................................................................

45

17. Biomasa Biji per Tongkol Hasil Percobaan Rumah Kaca ......................................................................................

46

commit to user

xi

RINGKASAN

Noferiri Iswanely. H0207008. “Pengukuran Aktivitas Cacing Tanah dengan Metode Planar Cage pada Tanah Vertisol yang Diberi Berbagai Sisa

Organik”. Tanah Vertisol memiliki tekstur klei montmorilonit dengan ciri mengembang mengerut secara intensif sehingga tanah sulit diolah. Salah satu upaya dalam penelitian ini, dilakukan perbaikan terhadap porositas dan konsistensi tanah dengan pemanfaatan cacing tanah dan sisa organik sebagai bioamelioran. Aktivitas cacing tanah dan respon terhadap sisa organik dalam memperbaiki tanah Vertisol diestimasi dengan 2 metode pengukuran, yaitu metode konvensional dan metode planar cage. Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari pengaruh berbagai sisa organik terhadap aktivitas cacing tanah, mengetahui komposisi sisa organik yang paling baik dan membandingkan metode pengukuran secara konvensional dan planar cage.

Penelitian dilaksanakan di Rumah Kaca dan Laboratorium Biologi Tanah, Universitas Sebelas Maret, pada bulan Mei sampai September 2011. Penelitian menggunakan rancangan dasar RAL dengan faktor tunggal, yaitu R0 (kontrol), R1 (cacing tanah), R2 (cacing tanah+seresah jati), R3 (cacing tanah+pupuk kandang sapi), R4 (cacing tanah+seresah jati+pupuk kandang sapi), R5 (cacing tanah+seresah jati+pupuk phonska), R6 (pupuk kandang sapi+pupuk phonska), R7 (cacing tanah+seresah jati+pupuk kandang sapi+pupuk phonska), R8 (cacing tanah+pupuk phonska). Analisis data menggunakan uji F dengan taraf 5% (jika data normal) dan kruskal wallis (jika data tidak normal), untuk membandingkan rerata antar perlakuan menggunakan uji DMR taraf 5% (jika data normal) dan mood median (jika data tidak normal) dan untuk mengetahui keeratan hubungan antar variabel menggunakan uji korelasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kombinasi berbagai sisa organik berpengaruh tidak nyata terhadap aktivitas cacing tanah dalam membentuk porositas dan konsistensi pada metode konvensional. Kombinasi berbagai sisa organik berpengaruh sangat nyata terhadap aktivitas cacing tanah dalam membentuk porositas dan konsistensi pada metode planar cage. Hasil penelitian dengan metode konvensional menunjukkan bahwa porositas tertinggi dicapai pada perlakuan cacing tanah dan pupuk kandang sapi sebesar 43,87% (meningkat 9,84% dari kontrol) dan konsistensi terendah dicapai pada perlakuan cacing tanah, seresah jati, phonska sebesar 13,12 (menurun 41,53% dari kontrol). Hasil penelitian dengan metode planar cage menunjukkan bahwa cacing tanah yang diberi seresah jati membuat panjang liang tertinggi sebesar 443,82 cm dan konsistensi terendah dicapai pada perlakuan cacing tanah, pupuk kandang sapi, seresah jati sebesar 5,7 (menurun 79,25% dari kontrol).

Kata Kunci : cacing tanah, sisa organik, porositas, konsistensi, panjang liang

commit to user xii

SUMMARY

Noferiri Iswanely. H0207008. “Measurement of Earthworms’ Activity by Planar Cage Method on Vertisol Soil which is Given with Various Organic

Residues”. Vertisol soils are clay montmorilonit texture with an intensive swelling and shrinking, this heavy clay make the soil hard to cultivate. To reduce the hardness cultivation on Vertisol soil, an effort had been carried out on this research. Inoculation of earthworms’ and organic residues as bioamelioran, used to repaired soil porosity and consistency. Earthworms’ activity and their response to various organic residues were measured by 2 methods which were conventional and planar cage method. This research aimed to study the influence various organic residue towards earthworms’ activity, to know the best composition of organic residue and to compare the measurement of earthworms’ activity on conventional and planar cage method.

The research was carried out on screen house and soil biology laboratory, Sebelas Maret University, from May until September 2011. It was an experimental design used Completely Randomize Design (CRD) with single factor, they were R0 (control), R1 (earthworms), R2 (earthworms+teak leaves residues), R3 (earthworms+cow manure), R4 (earthworms+teak leaves residues+cow manure), R5 (earthworms+teak leaves residues+phonska fertilizer), R6 (earthworms+cow manure+phonska fertilizer), R7 (earthworms+teak leaves residues+cow manure+phonska fertilizer), R8 (earthworms+phonska fertilizer). The data analysis used F test on level 1% and 5% or Kruskal-Wallis, DMR test on level 5% or Mood Median, and correlation test.

The result of the research, combination various organic residues showed a not significant influence to earthworms’ activity repaired soil porosity and consistency with conventional method. Combination various organic residues showed a high significant influence to earthworms’ activity repaired soil porosity and consistency with planar cage method. The result of the research with conventional method, earthworms’ with cow manure showed the highest of soil porosity for about 43,87% (the increasment was around 9,84% from control) and earthworms’ with teak leaves residues and phonska showed the lowest soil consistency for about 13,12 (the reducement was around 41,53% from control). Planar cage method showed that earthworms’ with teak leaves residues made the longest burrow for about 443,82 cm in width and earthworms’ with teak leaves residues and cow manure showed the lowest soil consistency for about 5,7 (the reducement was about 79,25% from control).

Keywords: earthworms, organic residues, porosity, consistency, burrow’s width

commit to user

A. Latar Belakang

Salah satu masalah penting sektor pertanian yang dihadapi pemerintah saat ini adalah tentang pengupayaan peningkatan produksi pertanian. Sebagai langkah strategis, ekstensifikasi dapat dilakukan dengan memanfaatkan lahan- lahan marginal, lahan tidur kurang subur, tererosi atau lahan-lahan bekas penambangan. Secara spesifik, tanah yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanah Vertisols berbahan induk marl/napal yang diambil dari lahan tidur kurang subur di Kecamatan Gemolong, Kabupaten Sragen, Surakarta. Di dunia, penyebaran tanah Vertisols di daerah tropis, mencapai 200 juta hektar atau sekitar empat persen dari luas daratan. Di Indonesia, penyebaran tanah Vertisols mencapai sekitar 2,1 juta hektar dan tersebar di daerah Jawa Tengah, Jawa Timur, Lombok, Sumbawa, Sumba dan Timor. Beberapa penelitian mengenai karakteristik tanah Vertisols dengan berbagai jenis bahan induk di Indonesia telah dilakukan oleh sejumlah peneliti (Prasetyo, 2007).

Tanah Vertisols memiliki karakteristik fisik tekstur tanahnya yang berat dan kandungan mineral lempung tipe 2:1 dengan ciri mengembang dan mengerut secara intensif sehingga tanah tersebut tidak stabil. Konsistensi tanahnya buruk karena sangat liat ketika basah dan sangat keras ketika kering, bahkan pada musim kering, rekahan yang diakibatkan dapat memutuskan akar tanaman . Porositas juga merupakan salah satu kendala dalam pengelolaan tanah Vertisols. Pori tanah yang terbentuk sangat terbatas, kecuali hasil rekahan pada kondisi kering dan pembentukan pori oleh akar tanaman (Anonim, 2011a). Tingginya kandungan lempung, tipe mineral lempung, konsistensi tanah yang buruk dan rendahnya jumlah pori tanah menyebabkan tanah ini sulit diolah baik dalam keadaan kering maupun basah.

Konsistensi tanah ditakhrifkan sebagai bentuk kerja kakas (force) fisik adhesi dan kohesi partikel-partikel tanah pada berbagai tingkat kelengasan (Sutanto, 2005). Konsistensi tanah penting untuk menentukan cara pengolahan tanah yang baik, juga penting bagi penetrasi akar tanaman di lapisan bawah

commit to user

memiliki keterkaitan dengan kelembaban tanah (Kamara et al., 2011). Pengelolaan terhadap kelembaban tanah dengan penambahan sisa organik berupa seresah maupun kotoran hewan diharap dapat memperbaiki konsistensi tanah Vertisols yang buruk.

Menurut Hairiah et al. (2004), seresah dapat mengurangi evaporasi, meningkatkan jumlah air yang masuk ke dalam tanah, mengurangi limpasan permukaan dan mempertahankan bahan organik tanah yang meningkatkan pori makro dan kelembaban tanah. Seresah dengan nisbah C/N tinggi seperti seresah daun jati akan mengalami proses dekomposisi yang lambat sehingga mengurangi evaporasi dan meningkatkan aktivitas makrofauna tanah. Masukan sisa kotoran hewan seperti pupuk kandang sapi yang memiliki nisbah C/N rendah diketahui dapat meningkatkan kadar lengas tanah dengan meningkatkan volume pori tanah (Santosa, 2006). Komposisi sisa organik yang tepat perlu diketahui untuk menjaga dan memperbaiki sifat fisik tanah namun juga sebagai penyedia hara bagi tanaman dan sumber makanan bagi makrofauna tanah sehingga dapat menjalankan layanan ekologinya.

Masukan sisa organik merupakan sumber makanan bagi makrofauna tanah seperti cacing tanah. Cacing tanah dapat digunakan sebagai bioindikator pengelolaan tanah karena mudah dipelihara dan diklasifikasikan serta sangat sensitif, baik terhadap parameter zat kimia maupun fisika tanah (Herlinda, 2009). Aktivitasnya membuat liang dapat meningkatkan kestabilan pori tanah. Menurut Lavelle (1988) cit. Edwards (2004), jumlah liang yang dibuat cacing tanah pada daerah beriklim sedang adalah sekitar 100-800m -2 . Walaupun diameter liang yang dibuat kecil tetapi karena kontinuitas, stabilitas dan ukuran yang lebih besar dibandingkan pori yang dihasilkan dari mekanisme pembentukan pori lain, liang yang dibuat cacing lebih stabil dan selalu terbuka walaupun dalam keadaan basah di tanah yang liat (Edwards, 2004).

Pengukuran kuantitatif konsistensi dan porositas akibat aktivitas cacing tanah dapat dilakukan dengan metode konvensional dengan menggunakan indikator tanaman jagung pada polybag di rumah kaca dan metode planar

commit to user

material polimer untuk menghitung dan mengamati pergerakan vertikal dan horisontal (Rabe, 1991). Sangkar ini terdiri dari 2 lembar mika bening dengan ketebalan 3 mm yang dihubungkan dengan mur kupu. Planar cage memiliki ukuran 65cm x 27,47cm x 0,9cm dan pada bagian dasarnya terdapat 5 buah lubang drainase (Herlinda, 2009). Pengukuran kuantitatif konsistensi dan porositas akibat aktivitas cacing tanah pada berbagai sisa organik di tanah Vertisols belum banyak diteliti sehingga percobaan ini penting dilakukan untuk mengetahui potensi aktivitas cacing tanah dalam meningkatkan porositas dan memperbaiki konsistensi tanah.

B. Perumusan Masalah

Dari latar belakang penelitian tersebut, memunculkan pertanyaan penelitian yang akan dijawab pada percobaan ini, meliputi:

1) Komposisi sisa organik apa yang paling baik dalam meningkatkan aktivitas cacing tanah di tanah Vertisols?

2) Benarkah penambahan sisa organik dapat meningkatkan aktivitas cacing tanah dalam membentuk pori dan memperbaiki konsistensi tanah?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1) Mempelajari pengaruh pemberian sisa organik terhadap aktivitas cacing tanah di tanah Vertisols.

2) Mengetahui komposisi sisa organik yang paling baik dalam meningkatkan aktivitas cacing tanah di tanah Vertisols.

3) Membandingkan aktivitas cacing tanah dalam membentuk pori dan memperbaiki konsistensi tanah dengan metode planar cage dan konvensional.

commit to user

1) Memberikan kontribusi informasi mengenai pengukuran kuantitatif aktivitas cacing tanah pada berbagai variasi kualitas seresah di tanah Vertisols.

2) Pengembangan IPTEKS dalam pengukuran porositas dan konsistensi tanah Vertisols yang dibentuk cacing tanah dengan metode planar cage.

commit to user

A. Tinjauan Pustaka

1. Deskripsi dan permasalahan fisik tanah Vertisols

Vertisols merupakan tanah dengan kandungan mineral lempung tipe 2:1 bertekstur berat dan memiliki kemampuan mengembang yang tinggi. Tanah ini membentuk rekahan (cracks) yang lebar dan dalam dari permukaan sampai kedalam tanah ketika kondisi kering, dimana sering terjadi sepanjang tahun. Nama Vertisols berasal dari bahasa latin vertere, pembalikkan (to turn), yang berarti pedoturbasi internal material tanah konstan terjadi. Vertisols dapat menjadi sangat keras ketika kering dan sangat liat ketika basah. Pengelolaan tanahnya sulit, kecuali pada periode yang pendek ketika transisi antara kondisi basah dan kering. Vertisols merupakan tanah yang produktif jika dikelola dengan baik (Anonim, 2011a).

Laju infiltrasi pada tanah Vertisols ketika kering (rekah-rekah) cenderung baik dan cepat. Tetapi ketika permukaan tanah basah seluruhnya dan pori rekahan tertutup, laju infiltrasi menjadi hampir tidak ada sama sekali. Proses pedoturbasi yang kuat menimbulkan sifat mengembang mengerut, berakibat pada diskontinuitas dan pori tanah yang tidak permanen. Secara garis besar, tanah Vertisols memiliki kemampuan yang baik dalam mengikat air. Akan tetapi, air terikat dalam susunan mineral lempung yang dominan sehingga menjadi tidak tersedia bagi tanaman (Anonim, 2011a).

Kelembaban tanah merupakan faktor utama yang mempengaruhi sifat tanah Vertisols selama pengolahan, pemeliharaan sampai pemanenan tanaman. Konsistensi tanah memiliki hubungan yang erat dengan kelembaban tanah. Kandungan lengas mempengaruhi kemampuan tanah, dan konsistensi merupakan indeks dari kemampuan tersebut. Konsistensi tanah berkaitan dengan sifat mengembang dan mengerut dari lempung,

commit to user

sebagai pedoman untuk rekayasa kondisi tanah. Dalam hal lempung dan kandungan lengas, Kamara et al (2011) menyimpulkan bahwa potensi mengembang dari tanah yang ekspansif merupakan fungsi dari indeks plastisitas. Kamara et al (2011) menggunakan konsistensi pada batas platis untuk merekomendasikan kelembaban tanah 25-30% untuk pengolahan tanah lempung mengembang mengerut di Guyana.

Kondisi fisik tanah merupakan produk interaksi berkelanjutan antara biota tanah dan lingkungan abiotiknya. Air sebagai pelarut universal, sangat mempengaruhi keberadaan biota karena kebanyakan dari biota beradaptasi dalam atmosfir yang larut air. Keadaan yang saling mempengaruhi antara fase cair dan gas dari air, dalam perubahannya, diukur dengan ukuran pori tanah. Susunan partikel tanah (the porosphere) merupakan pengukuran yang sangat penting dalam ekologi mikroba (arachea, bacteria, fungi) dan fauna tanah (Coleman et al., 2004).

2. Peran cacing tanah terhadap perbaikan sifat fisik

Cacing tanah yang dipilih pada penelitian adalah Pontoscolex corethrurus, dimana spesies ini toleran terhadap segala jenis tanah dengan karakteristik fisik dan kimia yang berbeda-beda. Cacing tanah Pontoscolex corethrurus termasuk dalam famili Glossoscolecidae, kemungkinan besar berasal dari Amerika tengah dan merupakan spesies invasif yang banyak mendominasi tanah-tanah tropis dunia khususnya di Indonesia. Termasuk ke dalam kelas cacing geophagus, cacing ini mencerna tanah dalam jumlah yang besar, dengan demikian telah menjadi potensi untuk peningkatan aerasi tanah sehingga dapat memperbaiki struktur tanah (Zund et al., 1996).

Cacing Pontoscolex corethrurus memiliki ciri-ciri yaitu panjang tubuh sekitar 55-105 mm, diameternya 3,5-4 mm, berwarna keputih- putihan dengan sedikit kecoklatan. Anteriornya berwarna kemerahan dan bagian ventral seta tersusun bergantian mendekat dan menjauh. Pada bagian posterior seta lebih besar sehingga lebih jelas terlihat, terdapat seta

commit to user

2009). Spesies ini banyak ditemui pada tanah dengan kisaran pH antara 4,0-8,1, kandungan lempung 4-41% dan kandungan bahan organik tanah 1,0-9,9%. Pontoscolex corethrurus merupakan spesies cacing tanah tropis yang telah dikenal dan diketahui memiliki potensi untuk mengameliorasi tanah yang memiliki struktur yang buruk seperti struktur yang kompak dan dapat memperbaiki struktur tanah dan sistem drainasenya pada daerah tropis basah (Zund et al., 1996). Tabel 2.1 menunjukkan sebaran kepadatan populasi dan biomasa cacing tanah pada berbagai habitat.

Tabel 2.1 Sebaran Kepadatan Populasi dan Biomasa Cacing Tanah pada

berbagai Habitat

Habitat Cacing Tanah m -2 Biomasa basah g m -2 Hutan tanaman keras beriklim sedang

Hutan konifer beriklim sedang Pastures Padang rumput beriklim sedang Hutan sclerophyll Taiga Hutan hujan tropis Tanah terolah

100-200

10-100 300-1000

50-200 <10-50 <10-25 50-200

<10-200

20-100 30-35 50-100 10-50 <10-30 ≤10 <10-50 <10-50

Sumber: Coleman, et al., 2004 Cacing tanah endogeik dan anesik secara subtansial dapat

memperbaiki porositas tanah karena aktivitas mereka membuat liang yang dalam pada tanah mineral. Estimasi jumlah liang yang dihasilkan cacing tanah pada daerah beriklim sedang beragam antara 100-800m -2 . Walaupun diameter liang yang dibuat kecil tetapi karena kontinuitas, stabilitas dan ukuran yang lebih besar dibandingkan pori yang dihasilkan dari mekanisme pembentukan pori lain, pori makro ini memiliki potensi yang besar terhadap pergerakan udara, air dan larutan tanah. Terlebih lagi, tidak seperti rekahan (cracks), liang yang dibuat cacing tanah cenderung lebih stabil dan selalu terbuka sebagai kontinuitas fungsinya untuk jalan aliran

commit to user

2004). Aktivitas cacing tanah dari kelompok ‘penggali tanah’ (ecosystem engineer) meninggalkan banyak liang dalam tanah sebagai biopori yang meningkatkan porositas tanah. Cacing kelompok ecosystem engineer tidak hanya mengonsumsi bahan organik yang terdapat di dalam maupun permukaan tanah, namun juga tinggal dan aktif di dalam tanah, sehingga akibat pergerakannya di dalam tanah mampu membentuk liang-liang baik secara vertikal maupun horisontal (Herlinda 2009). Cacing kelompok ini juga dapat meningkatkan berat volume tanah. Hadisudarmo (2008) mengemukakan bahwa inokulasi Pontoscolex corethrurus (369 g. bobot basah m -2 ) terbukti meningkatkan berat volume tanah dari 1,12 menjadi 1,23 Mg m -3 . Pengangkutan air dan hara dari lapisan atas tanah menuju lapisan bawah tanah hingga ground water terjadi melalui pori makro tanah, terutama melalui liang yang dihasilkan oleh cacing tanah. Sehingga liang cacing tanah menghasilkan saluran air dalam profil tanah yang mempengaruhi keseimbangan dan pergerakan air (Herlinda 2009).

3. Peran sisa organik terhadap perbaikan sifat fisik

Bahan organik merupakan senyawa yang pada hakikatnya tidak jauh berbeda dengan senyawa aslinya. Namun dalam hal ini ada berbagai penambahan (misalnya glukosamin yang merupakan hasil metabolisme jasad renik). Bagi tanah-tanah pertanian, kandungan bahan organik di dalamnya adalah sangat penting. Hal ini dapat dilihat yaitu, dapat mengatur berbagai sifat tanah, sebagai penyangga persediaan unsur-unsur hara bagi tanaman dan berpengaruh terhadap struktur tanah. Sumber utama bahan organik bagi tanah berasal dari jaringan tanaman, baik berupa seresah atau tanaman yang telah mati. Sumber bahan organik lainnya adalah hewan (ternak, unggas,dll). Limbah atau kotoronnya ataupun kalau hewan itu mati, kesemuanya ini merupakan bahan organik yang diperlukan tanah-tanah pertanian (Sutedjo, 2008).

commit to user

memperbaiki kondisi tanah agar tidak terlalu berat dalam pengolahan tanah. Berkaitan dengan pengolahan tanah, penambahan bahan organik akan meningkatkan kemampuannya untuk diolah pada lengas yang rendah. Di samping itu, penambahan bahan organik akan memperluas kisaran kadar lengas untuk dapat diolah dengan alat-alat dengan baik, tanpa banyak mengeluarkan energi akibat perubahan kelekatan tanah terhadap alat. Pada tanah yang bertekstur halus (klei), ketika basah mempunyai kelekatan dan keliatan yang tinggi, sehingga sukar diolah (tanah berat), dengan tambahan bahan organik dapat meringankan pengolahan tanah. Pada tanah ini sering terjadi retak-retak yang berbahaya bagi perkembangan akar, maka dengan tambahan bahan organik kemudahan retak akan berkurang (Atmojo, 2003).

Peningkatan jumlah bahan organik dan asosiasinya dengan fauna tanah menghasilkan jumlah pori tanah yang lebih besar dengan infiltrasi tanah lebih tersedia dibandingkan dengan jumlah pori yang dihasilkan tanah (Roth, 1985 cit. Anonim, 2011b). Perbaikan jumlah pori tanah merupakan dampak dari aktivitas bioturbasi cacing tanah, makroorganisme lain dan juga akar tanaman yang membusuk. Konsekuensi dari meningkatnya infiltrasi air yang dikombinasikan dengan kandungan bahan organik yang tinggi adalah meningkatnya kandungan air tanah. Bahan organik berkontribusi terhadap stabilitas agregat dan pori melalui ikatan atau sifat adhesi dari bahan organik, seperti produk bakteri pengurai, gel organik, hifa fungi, sekresi cacing tanah dan cast. Terlebih lagi, bahan organik yang dicampurkan ke dalam tanah mineral dapat meningkatkan kelembaban tanah. Terutama di permukaan tanah, dimana ketika jumlah bahan organik meningkat maka semakin banyak pula air yang dapat disimpan (Anonim, 2011b).

Sumber utama makanan cacing tanah adalah sisa organik yang telah melapuk dan mikroorganisme. Cacing tanah lebih menyukai makanan dari bahan organik baru namun telah agak terdekomposisi dengan ukuran

commit to user

cacing tanah suka berdekatan dengan sumber makanannya. Bahan organik tanah (BOT) pada berbagai tingkatan dekomposisi merupakan sumber makanan bagi cacing tanah, sehingga kehidupan mereka dibatasi oleh ketersediaan BOT. Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa cacing tanah tampaknya tidak terlalu menyukai BOT fraksi halus (<2mm), diduga karena C/N rasionya yang lebih tinggi. Variasi peningkatan ukuran per ekor semua jenis cacing (nisbah kepadatan:biomasa) berhubungan erat dengan BOT fraksi kasar (>2mm) demikian juga terjadi dengan Pontoscolex corethrurus (Dewi, 2007).

4. Metode pengukuran aktivitas cacing tanah dalam membentuk pori

Perhitungan kuantitatif jumlah liang atau pori makro dan morfologi pori hasil aktivitas cacing tanah cukup sulit untuk dilakukan. Beberapa tehnik perhitungan telah dilakukan untuk kuantifikasi pori makro dan morfologi pori yang dihasilkan cacing tanah (Edwards, 2004). Beberapa teknik yang dilakukan antara lain metode semi kuantitatif dengan metilen biru (image analysis) dan metode sangkar cacing atau planar cage.

Planar cage merupakan sangkar yang terbuat dari material polimer untuk menghitung dan mengamati pergerakan vertikal dan horisontal (Rabe, 1991). Sangkar ini terdiri dari 2 lembar mika bening dengan ketebalan 3 mm yang dihubungkan dengan mur kupu. Planar cage memiliki ukuran 65cm x 27,47cm x 0,9cm dan pada bagian dasarnya terdapat 5 buah lubang drainase. Liang yang dibuat cacing tanah dikontrol setiap seminggu sekali dengan mengukur panjang liang menggunakan planimeter dan menggambarnya dengan spidol warna (Herlinda, 2009).

Penghitungan jumlah pori makro tanah dengan menggunakan metode semi-kuantitatif yaitu menggunakan larutan metilen biru (Methylene blue). Tanah disiram dengan larutan metilen biru dibiarkan selama 3-6 jam. Larutan metilen biru meresap ke dalam tanah, dan melewati pori makro tanah sehingga pori tanah berwarna biru. Semakin padat suatu tanah, semakin berkurang jumlah pori makronya, maka semakin sedikit bercak

commit to user

terutama pada bidang vertikal diduga akan meningkatkan infiltrasi air ke dalam tanah. Sebaran warna biru pada profil tanah difoto atau digambar pada plastik transparan, dan luasan bercak biru tersebut dihitung menggunakan program komputer IDRISI (Hairiah et al., 2004).

B. Kerangka Berpikir

Masalah di Tanah Vertisols

Tanah sulit diolah Pori tanah terbatas

Konsistensi tanah buruk

Perbaikan Sifat Fisika Tanah

Porositas tanah Konsistensi tanah

Kualitas Seresah

Nisbah C/N tinggi Nisbah C/N rendah Campuran

Populasi Cacing Tanah

Peningkatan Hasil Tanaman Jagung

Tanah Vertisols

Kandungan fraksi liat >40% Dominasi mineral lempung tipe 2:1

Bahan induk marl/napal Sifat mengembang dan mengerut

commit to user

Ho: Komposisi sisa organik tidak dapat meningkatkan aktivitas cacing tanah dalam membentuk porositas dan memperbaiki konsistensi di tanah Vertisols

Hi: Komposisi sisa organik dapat meningkatkan aktivitas cacing tanah dalam

membentuk porositas memperbaiki konsistensi di tanah Vertisols

commit to user

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Rangkaian penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biologi Tanah dan Rumah Kaca Fakultas Pertanian UNS. Analisis sifat fisika dan kimia tanah dilakukan pada Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah FP UNS, sedangkan analisis biologi dilakukan pada Laboratorium Biologi Tanah FP UNS. Penelitian dimulai pada bulan Mei dan berakhir pada bulan Agustus 2011.

B. Alat dan Bahan Penelitian

1. Alat

a. Pisau, cetok dan cangkul

b. Termometer tanah

c. Termohigrometer udara

d. Planar cage

e. Polybag

f. Saringan tanah 2 mm dan 0,5 mm

g. Planimeter

h. Timbangan analitik

i. Jangka sorong j. Kain hitam k. Nampan plastik l. Penggaris atau meteran m. Alat giling tanah n. Alat-alat untuk analisis laboratorium

2. Bahan

a. Benih jagung (varietas BISI-2)

b. Pupuk kandang sapi

c. Seresah daun jati

d. Pupuk phonska

e. Cacing Tanah (Pontoscolex corethrurus)

13

commit to user

g. Bahan-bahan untuk analisis laboratorium

C. Perancangan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam 2 seri percobaan. Percobaan pertama dilakukan dengan metode konvensional, yaitu dilakukan dalam polybag di rumah kaca dengan indikator tanaman jagung, sedangkan percobaan yang kedua dilakukan dengan metode planar cage di laboratorium tanpa tanaman indikator. Kedua percobaan tersebut menggunakan rancangan acak lengkap (RAL), dengan perlakuan faktor tunggal berupa komposisi sisa organik. R0 = Kontrol R1 = Tanah + cacing*) R2 = R1 + 100% seresah jati**) R3 = R1 + 100% pupuk kandang sapi**) R4 = R1 + 50% seresah jati**) + 50% pupuk kandang sapi**) R5 = R1 + 50% seresah jati**) + 50% phonska**) R6 = R1 + 50% pupuk kandang sapi**) + 50% phonska**) R7 = R1 + 25% seresah jati**) + 25% pupuk kandang sapi**) + 50%

phonska**) R8 = R1 + 100% Phonska**) Perlakuan pada polybag dan planar cage diinokulasi cacing tanah dengan populasi masing-masing sebanyak 5 ekor (mengacu pada populasi

standar tanah sehat tiap m 2 ~ minimal 30 ekor/m 2 ~ perhitungan pada

Lampiran 30). Perulangan dari tiap perlakuan pada polybag dilakukan sebanyak 3 kali, sehingga diperoleh 27 polybag percobaan. Sama halnya pada polybag , perlakuan pada planar cage dilakukan sebanyak 3 kali, sehingga diperoleh 27 planar cage percobaan.

D. Tata Laksana Penelitian

a) Pengujian Aktivitas Cacing Tanah di Rumah Kaca

*) Populasi cacing tanah standar tanah sehat tiap m 2 ~ minimal 30 ekor/m 2 ~ (Perhitungan pada Lampiran 30)

**) Dosis 100% pupuk organik setara dengan 5 ton/ha dan dosis 100% anorganik setara dengan 350 kg/ha ***) Dosis yang dianjurkan adalah rekomendasi untuk komoditas jagung menurut Balai Besar Pengkajian dan

Pengembangan Teknologi Pertanian (Murni, 2008)

commit to user

produksi cast dan pembentukan porositas di polybag.

1. Persiapan media tanam Media tanam yang digunakan adalah tanah berordo Vertisols dengan bahan induk napal yang diambil dari Kecamatan Gemolong, Kabupaten Sragen. Pengambilan tanah dilakukan secara acak (random sampling) pada lokasi yang telah ditentukan sebanyak 297 kg (27 polybag ,@11 kg ~perhitungan pada Lampiran 29) kemudian dikeringanginkan, digiling dan diayak untuk diambil tanah yang lolos mata saring 5mm. Tanah yang sudah siap kemudian ditimbang dan dimasukkan pada polybag, kemudian sisa organik diberi sesuai perlakuan, selanjutnya diairi hingga kapasitas lengas lapangan dan diinkubasi selama 3 hari. Cacing tanah kemudian diinokulasikan setelah masa inkubasi.

2. Sisa organik dan pupuk tambahan

a. Sisa organik

Sisa organik yang digunakan adalah seresah daun jati dan pupuk kandang sapi. Seresah daun jati dijemur sampai kering mutlak kemudian dihaluskan dengan mesin penggiling dengan ukuran kehalusan partikel <0.5 mm dan diberikan secara mulsa (di permukaan tanah), sedangkan pupuk kandang sapi yang digunakan adalah pupuk kandang sapi siap pakai dan aplikasinya yaitu dicampur dengan tanah. Jumlah seresah dan pupuk kandang sapi yang diberikan (~perhitungan pada Lampiran 31) mengacu pada dosis yang dianjurkan untuk komoditas jagung menurut Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian (Murni, 2008) yaitu 5 ton/ha. Pemberian sisa organik ini dilakukan sebanyak 1 kali pada saat 3 hari sebelum tanam biji.

b. Pupuk Tambahan

Selain menyiapkan variasi sisa organik, disiapkan pula pupuk tambahan berupa pupuk anorganik lengkap (NPK) Phonska.

commit to user

31) disesuaikan dengan macam perlakuan dan mengacu pada dosis anjuran penggunaan pupuk organik dan anorganik yang dianjurkan untuk komoditas jagung menurut Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian (Murni, 2008) yaitu 350 kg/Ha. Pemberian pupuk Phonska dilakukan secara pembenaman yang diberikan hanya 1 kali pada saat 7 HST.

3. Inokulasi cacing tanah Cacing tanah yang akan diinokulasikan diaklimatisasi terlebih dahulu selama 1 minggu dengan memelihara cacing di dalam ember berisi tanah yang diberi sisa organik. Selama masa aklimatisasi kelembaban tanah dipertahankan. Aklimatisasi dilakukan untuk memberi kesempatan kepada cacing agar dapat beradaptasi dengan kondisi lingkungannya yang baru. Inokulasi cacing tanah dilakukan setelah media tanam dipersiapkan dalam tiap polybag dan dalam kondisi telah diairi hingga tanah berkadar lengas lapangan. Banyaknya cacing tanah yang diinokulasi didasarkan pada populasi minimum

cacing tanah pada tanah sehat (30 ekor/m 2 ~perhitungan pada Lampiran 30 ), bila dikonversi dalam berat tanah tiap polybag (11kg) kurang lebih akan setara dengan 5 ekor cacing tanah.

4. Penanaman Varietas benih jagung yang digunakan dalam percobaan ini adalah varietas BISI-2. Benih terlebih dulu diseleksi dengan direndam dalam air (benih jagung yang mengapung, tidak dapat digunakan). Uji daya kecambah selanjutnya dilakukan untuk mengetahui prosentase daya kecambah benih. Uji ini dilakukan dengan mengecambahkan benih dengan kapas basah. Prosentase daya kecambah dihitung sebagai berikut.

% Daya Kecambah 无

Jumlah benih yang kecambah pada hari ke 7 Jumlah benih yang dikecambahkan

100%

commit to user

5. Pemeliharan Pemeliharaan dilakukan dengan melakukan penyiraman tiap 2 hari sekali. Pembubunan dilakukan sesekali untuk menjaga aerase dan drainase tanah. Penyiangan juga dilakukan kapanpun bila tumbuh gulma. Penyemprotan pestisida nabati dan pengambilan secara mekanis dilakukan ketika terserang hama atau ditumbuhi gulma. Seresah tanaman jagung yang jatuh dikembalikan ke tanah untuk meminimalisir hara yang terbuang. Pengukuran suhu dan kelembaban tanah dilakukan seminggu sekali selama masa pemeliharaan.

6. Pemanenan Pemanenan jagung dilakukan pada saat jagung telah berumur sekitar 105 HST. Jagung yang telah siap panen atau sering disebut masak fisiologis ditandai dengan daun jagung/klobot telah kering, berwarna kekuning-kuningan, dan ada tanda hitam dibagian pangkal tempat melekatnya biji pada tongkol. Penghitungan jumlah pori makro tanah dilakukan dengan metode semi-kuantitatif yaitu menggunakan larutan metilen biru (Methylene Blue). Tanah dalam polybag disiram dengan larutan metilen biru dan dibiarkan selama 3-6 jam kemudian dibelah melintang (vertikal) sedikit demi sedikit dari pinggir ke tengah dengan menggunakan parang. Larutan metilen biru meresap kedalam tanah dan melewati pori makro tanah sehingga pori tanah berwarna biru. Sebaran warna biru pada profil tanah digambar pada plastik transparan atau difoto, dan luasan bercak biru tersebut dihitung menggunakan program komputer adobe photoshop berdasarkan perhitungan luas pixel.

b) Pengujian Aktivitas Cacing Tanah di Laboratorium Aktivitas cacing tanah di laboratorium akan dihitung berdasarkan pada produksi cast dan pengukuran porositas di planar cage. Pengukuran liang yang dibuat cacing tanah pada planar cage dihitung dengan menggunakan planimeter.

commit to user

1. Tanah Tipe dan persiapan tanah yang digunakan di planar cage sama seperti pada polybag di rumah kaca. Jumlah tanah yang diaplikasikan pada planar cage adalah sebanyak 1,2 kg (~perhitungan terlampir).

2. Sisa organik dan pupuk tambahan Aplikasi sisa organik dan pupuk tambahan yang diberikan di planar cage sama seperti perlakuan pada polybag di rumah kaca. Jumlah yang diberikan pada planar cage adalah sebanyak 4,16g seresah daun jati dan 4,43g pupuk kandang sapi sedangkan masukan pupuk anorganik (phonska) yang dibutuhkan adalah 0,25g (~perhitungan terlampir) .

3. Inokulasi cacing tanah Inokulasi cacing tanah pada planar cage sama seperti perlakuan inokulasi cacing tanah pada polybag di rumah kaca. Jumlah cacing yang diinokulasikan juga sama seperti pada polybag (~perhitungan terlampir) .

4. Pemeliharaan Pemeliharaan dilakukan dengan melakukan penyiraman tiap 1 minggu sekali. Kelembaban dan suhu ruang di jaga dengan kisaran suhu ruang antara 21-30 o

C dan kisaran kelembaban ruang antara 50- 60%. Liang yang dibuat cacing dikontrol setiap seminggu sekali dengan menggambar liang dengan spidol warna.

5. Pemanenan Pemanenan cacing dan cast dilakukan setelah inkubasi selama 13 minggu. Pengukuran panjang liang menggunakan planimeter dilakukan setelah panen.

commit to user

Beberapa analisis laboratorium yang akan dilakukan adalah:

a. Porositas total tanah,

b. Pori makro yang dihasilkan dari aktivitas cacing tanah,

c. Konsistensi tanah

d. Tekstur tanah,

e. pH tanah,

f. Karbon organik dan bahan organik tanah,

g. N total tanah,

h. Kadar lengas tanah (Kapasitas lapangan),

i. Berat volume tanah, j. Berat jenis tanah, k. Pengamatan cacing tanah berupa:

- Jumlah - Diameter - Panjang - Biomassa

commit to user

Variabel yang diamati pada penelitian ini adalah :

Waktu Pengukuran

1. Utama : Ø Porositas total

Ø Pori makro hasil aktivitas cacing

tanah Ø Cast Ø Konsistensi

Tanah

- Planimeter

- BV & BJ - Semi

kuantitatif

- Gravimetri - Cassagrande

Setiap 7 hari setelah HSI (Hari Setelah Inokulasi) Awal dan panen Panen

Panen Awal dan panen

2. Pendukung : Ø Tekstur

Ø Karbon Organik

Ø N total Ø Kadar Lengas Ø pH tanah

Ø Suhu tanah Ø Suhu udara Ø Berat volume Ø Berat jenis Ø Populasi cacing

tanah Ø Biomassa cacing tanah Ø Panjang cacing tanah Ø Diameter cacing tanah Ø Berat brangkasan kering tanaman jagung

Ø Berat biji/tongkol

Ø Tinggi tanaman jagung

- Boyocous - Walky &

Black - Kjedahl - Gravimetri - Perbandingan

1 : 2,5 - Manual - Manual - Bongkah - Piknometer - Handsorting

Awal Awal

Awal Awal dan panen Awal

Setiap 7 HST (hari setelah tanam) Awal dan panen Awal dan panen Panen

Awal dan panen

Awal dan panen

Awal dan panen

Panen

Panen

Setiap 7 hari setelah HST (Hari Setelah Tanam)

commit to user

Analisis statistika dilakukan dengan uji F (bila data normal) dan kruskal wallis (bila data tidak normal) untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap hasil. Uji selanjutnya adalah uji DMR (bila data normal) dan mood median (bila data tidak normal) dengan taraf kepercayaan 95%, untuk mengetahui pengaruh tiap rerata perlakuan terhadap hasil. Untuk mengetahui keeratan hubungan digunakan uji korelasi.

commit to user

47

A. KESIMPULAN

1. Metode planar cage dapat mempertegas metode konvensional dalam hal pengaruh inokulasi cacing khususnya terhadap porositas dan konsistensi tanah.

2. Inokulasi cacing tanah dan pemberian bahan organik memberikan kenaikan terhadap porositas tanah sebesar 9,84% pada percobaan rumah kaca dari kontrol dan penurunan terhadap konsistensi sebesar 41,53% pada percobaan laboratorium dan 79,25% pada percobaan rumah kaca dari kontrol.

3. Komposisi sisa organik yang paling baik untuk meningkatkan aktivitas cacing tanah adalah kombinasi cacing dan seresah jati dengan panjang liang yang dibuat sebesar 443,82 cm pada percobaan laboratorium.

4. Komposisi sisa organik yang paling baik dalam hal memperbaiki pori makro adalah kombinasi cacing dan pupuk kandang sebesar 56,42 cm 2 pada percobaan rumah kaca.

5. Komposisi sisa organik yang paling baik dalam hal memperbaiki konsistensi tanah adalah kombinasi cacing tanah, seresah jati dan phonska sebesar 13,12 pada percobaan rumah kaca dan kombinasi cacing tanah, seresah jati, dan pupuk kandang sebesar 5,7 pada percobaan laboratorium.

B. SARAN

1. Pengembangan pemanfaatan aktivitas cacing tanah dalam memperbaiki porositas dan konsistensi.

2. Perlu adanya penelitian mengenai perbaikan sifat fisika tanah dengan inokulasi cacing tanah dan sisa organik di lapang.