MANAJAMEN RISK ANALYSIS PADA PENERAPAN N

MANAJAMEN RISK ANALYSIS PADA
PENERAPAN ACTIVE NETWORK SHARING
MORAN DI INDONESA
Bambang Sugiarto – 1606844504
Program Studi Magister Manajemen Telekomunikasi,
Fakultas Teknik
Universitas Indonesia - Jakarta, Indonesia
Tel : +6281290004040, Email : bambangster@gmail.com
https://id.linkedin.com/in/sugiartobambang
Dosen : DR Ir Iwan Krisnadi MBA

ABSTRAK
Perkembangan Telekomunikasi yang
yang sudah
melamban membuat pemerintah mengeluarkan kebijakan
tentang Network Sharing yang sudah diimplementasi di
Negara maju Eropa (Swedia, Australia, Kanada, Amerika
Serikat, Inggris, Brazil, Spanyol, dan Jepang yang
berharap akan bergairahnya kembali informasi teknologi
dan penerapan prinsip netral teknologi terbukti dan
diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dan efektifitas

pemanfaatan spektrum frekuensi radio, selain itu efektifitas
dan efisiensi spektrum frekuensi radio dapat ditempuh
melalui penerapan spectrum sharing antar penyelenggara
telekomunikasi. Dilapangan network sharing bukan hanya
untuk passive sharing (yang sudah lama dijalankan
operator di Indonesia) melainkan penghematan dalam
active sharing dapat mengurangi beban OPEX dan CAPEX
perusahaan. Tapi dari sisi pengimplementasian Network
Sharing akan terdapat berbagai kendala. Tentunya
perusahaan harus mampu me Manage Risk yang akan
terjadi. Risk analysis menggunakan ITTO untuk
pelaksaanaan penerapaan Network Sharing diharapkan
dapat menngurangi resiko yang diterima customer ataupun
mencega perusahaan terkena dampak negative yang lebih
besar.

Kata
kunci
:MVNO,MORAN,
Network

MOCAN,Risk Management, NFV, ERM

I.

Sharing,

PENDAHULUAN
Seiring dengan perkembangan dan kemajuan
teknologi ICT yang semakin pesat dan perkembangan
dunia industri telekomunikasi Indonesia yang hampir
mencapai titik jenuh “sunrise” pemerintah mencoba
mengeluarkan kebijakan dengan perubahan peraturan
pemerintah tentang PP 52 & 53 Tahun 2000, yang
diantaranya diijinkannya penggunaan jaringan dana tau
frekuensi (spectrum sharing) secara bersama demi
terciptanya perkembagan jaringan yang merata dan adil.
Hal ini diharapkan dapat memicunya perkembangan dunia

1|Page


telekomunikasi tanpa
monopoli, hal ini telah
diimplementasikan di Negara maju dan berkembang
diantaranya Swedia, Australia, Kanada, Amerika Serikat,
Inggris, Brazil, Spanyol. Dalam jangka panjang,
impelementasi berbagi infrastruktur ini diharapkan bisa
membuat industri telekomunikasi semakin terjangkau dan
berkelanjutan. Hal tersebut terkait dengan rencana
penyediaan jaringan pita lebar dan menjadikan industri
telekomunikasi semakin efisien.
Selama ini sejumlah operator sudah melakukan
passive sharing yang meliputi penggunaan tower, BTS
(base tranceiver station), dan pasokan daya. Hal ini success
terhadap manajemen penggunaan passive infrastructure
secara maksimal, dan terjadi perkembangan pembangunan
tower berkelanjutan oleh perusaahan passive network
diantarannya tower provider.
Dampak dari akan
penerepan network sharing
pemerintah akan mengubah kebijakan license pengadaaan

BTS secara kuantitas diubah menjadi pengadaan BTS
berdasarkan coverage dan kualitas layanan. Hal ini akan
meningkatkan Guarantee of Service dari pelanggan
operator itu sendiri.
Untuk melihat resiko yang diterima oleh Operator
penyelenggara telekomunikasi dan dampak yang akan
terjadi pada layanan ke pelanggan, penulis pada jurnal
penelitian ini memberikan gambaran Resiko berdasarkan
Project
Risk
Management,
suatu
pendekatan
terstruktur/metodologi dalam mengelola ketidakpastian
berkaitan dengan ancaman , rangkaian kegiatan manusia
termasuk penilaian resiko, perkembangan strategi dan
imitigasi risiko dengan pengelolaan sumberdaya yang
dimiliki perusahaan.
Penulis Menggunakan manajemen risiko mengacu
pada pendekatan berprinsip dan proses untuk tugas

mengidentifikasi dan menilai risiko bagian merencanakan
dan melaksanakan respon resiko dapat menjadi
pertimbangan pembaca, operator, atau penentu kebijakan
network sharing.
Pada jurnal penelitian Manajemen risiko Network
Sharing ini memiliki beberapa tujuan agar mengetahui
resiko yang akan terjadi, evaluasi terhadap resiko, dan
upaya pengelolaan risiko tersebut berdasarkan;



Aspek Struktural meliputi lingkungan internal yang
kondusif, kebijakan, pengembangan kompetensi, IT
Tools dan kesisteman.
Aspek Operasional & Perawatan meliputi
penentuan Risk Acceptance Criteria, pelaksanaan
Risk Assessment dan pengembangan manajemen
resiko untuk fungsi spesifik.

Project Management Risk pada pembahasan ini akan focus

pada “Indintify Risk”

II.
2.1.1

Pembahasan
Network Sharing

Di Industri Telekomunikasi saat ini terjadi
perubahaan dimana kondisi pasar berubah yang dimana
pengguna voice cenderung berkurang dan sebaliknya
pengguna data terus meningkat. Namun aktualnya cost
yang dibutuhkan untuk investasi jaringan support data yang
besar belum sebanding dengan revenue yang didapatkan
sehinga diperlukan efisiensi.dalam menyusun kebutuhan
CAPEX dan OPEX. Oleh karena itu network sharing dapat
menjadi salah satu alternative penghematan baik active
sharing dan passive sharing. Dan diharapkan untuk active
sharing dapat berkembang dari MORAN bisa menjadi
MOCN, dari hanya sharing base on network bisa

berdasarkan license frekuensi/core.

dahulu perangkat operator hanya mempunyai atau khusus
speifikasi untuk salah satu product ataupun vendor yang
dinamakan NFV (Network Function Virtualization) sesuai
dengan keinginan operator. Pada jaringan tradisional
network infrastruktur ada hubungan point to point atau
satu-satu (dedicated) antara network service dan jaringan
fisik yang dedicated. Sedangkan di dalam NFV, network
service dapat disupport oleh lebih dari 1 virtual network
function (VNF), dimana dimungkinakn dijalankan
menggunakan satu atau beberapa VMs.
Sebuah VNF tentunya juga dapat mensupport satu
atau beberapa network service. Dengan syarat VNFs dapat
mendukung single network service untuk berjalan dengan
berbagai multiple physical servers. Sebagai gambaran, end
to end management systems membutuhkan model 3
jaringan berjenjang yang menghubungkan many to many
relationships didalam network services. Virtualization
infrastruktur dan fisikal infrastruktur dapat digambarkan

dalam gambar dibawah ini.

Gambar 1 Skema Industri Telekomunikasi

Gambar 4 Impact of Virtualization

Gambar 2 Multi Operator RAN (MORAN)

“In a virtualized infrastructure a network service can be
Supported by more than one virtual network function.”

“The challenges related to the introduction of NFV in a
hybrid environment can be classified in three categories:
infrastructural, operational and organizational. ”
Marc Flauw, Chief Technologist, HP
Gambar 3 Multi Operator Core Network (MOCN)

Dalam hal ini kita akan focus pada sisi MORAN.
MORAN (Multi Operator RAN) akan membuat
penggunaan jaringan RAN secara bersamaan, oleh karena

itu akan dibutuhkan open equiptment yang dapat
diintegrasikan sesame operator. Dengan perkembangnya
teknologi device sisi vendor, telah terjadi perubahan yang

2|Page

2.1.1.1 Jenis Network Sharing (Scope of Sharing)
Scope of sharing merupakan pilihan dari
penyelenggara telekomunikasi untuk menggunakan
spectrum sharing dengan metode tertentu. Penyelenggara
telekomunikasi diberikan kebebasan apakah akan
menggunakan Passive Infrastructure Sharing atau Active
Infrastructure Sharing. Adanya scope of sharing ini agar
penyelenggara telekomunikasi yang akan saling terlibat

mendapatkan kepastian hukum mengenai metode yang
akan digunakan dalam penerapan spectrum sharing.
Pendekatan metode yang dapat digunakan apabila
dilihat dari regulasi yang ada di Indonesia hanya penerapan
metode Multi Operator RAN (MORAN). Multi Operator

RAN (MORAN) tidak bertentangan dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 53 Tahun 2000 karena penerapan
metode Multi Operator RAN (MORAN) tidak memberikan
akses kepada penyelenggara telekomunikasi untuk
melakukan sharing frekuensi yang dimilikinya, melainkan
hanya melakukan sharing infrastruktur. Sedangkan metode
Multi-Operator Core Network (MOCN) dan Gateway Core
Network (GWCN) sulit untuk diterapkan di Indonesia
karena kedua model tersebut melakukan sharing frekuensi
antar penyelenggara telekomunikasi. sharing frekuensi
yang diterapkan oleh kedua penyelenggara telekomunikasi
itulah yang akan bertentangan dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 53 Tahun 2000.
2.1.1.2 Government revenue
Penerapan spectrum sharing oleh penyelenggara
telekomunikasi harus dapat memberikan revenue bagi
pemerintah dalam bentuk Penerimaan Negara Bukan Pajak
(PNBP). Besaran revenue yang diperoleh dari
penyelenggara telekomunikasi dapat menggunakan
persentase tertentu terhadap penerapan penggunaan

spectrum sharing. Pada penerapan spectrum sharing oleh
penyelenggara telekomunikasi perlu dilakukan penegasan
siapa yang akan dikenakan charge dari penerapan spectrum
sharing tersebut.
Pengenaan charge terhadap penerapan spectrum
sharing dapat dikenakan kepada si penyewa dan yang
menyewakan dan dapat pula dikenakan terhadap keduanya.
Pengenaan charge terhadap penyelenggara telekomunikasi
di negara India dikenal dengan Spectrum Usage Charge
(SUC). SUC di negara india dihitung berdasarkan
persentase penerapan spectrum sharing dalam perjanjian
ditambah dengan 0,05%, berikut contoh penghitungan
penerapan SUC (Trilegal, 2014):

bertanggung jawab terhadap pemeliharaan dan pembayaran
seperti pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
adalah pihak penyewa.
Pengenaan charge terhadap pemggunaan spectrum
sharing tersebut merupakan salah satu alternatif kepada
penyelenggara telekomunikasi untuk menghindari aksi
korporasi seperti merger. Penerapan spectrum sharing
merupakan salah satu solusi untuk mengoptimalkan sumber
daya terbatas agar efisien dan efektif dalam
pemanfataannya.
2.1.1.2 Strategi Pendekataan Ekonomi
Transaksi biaya ekonomi berkaitan dengan biaya
risiko
karena
saling
keterkaintannya
antara
interdependency,
asymmetric
information,
dan
pandangan/kebijakan dari pemerintah (firm,markets, hybrid
contracting). Sebagai Indikasi penting dalam penerapan
Network Sharing MORAN dimana network service
outsourced (Network yang sudah sharing) berdsaran RANs
maka teknologi antar operator tersebut akan terjadi
pertukaran teknologi dan jaringan terpisah dari jaringan
sebelumnya. Dampak dari ini akan meningkatkan transaksi
dari
interkoneksi
antar
operator
tersebut
dan
ketergantungan interkoneksi atau penggunaan dari pemilik
jaringan besar dan menjaga keandaaln dari jaringan
masing2 operator tersebut.

Gambar 6 Core Issue

Gambar 5 . Contoh Penerapan SUC

Penerapan charge terhadap penggunaan spectrum
sharing dapat dianalogikan seperti perjanjian sewa
menyewa. Oleh karena mekanismenya perjanjian sewa
menyewa maka yang bertanggung jawab terhadap
pembayaran spectrum sharing tersebut adalah si penyewa,
seperti contoh sewa menyewa rumah, maka yang

3|Page

Gambar 7 The competitiveness issue.

Pada Gambar. The competitiveness issue. panah
yang menghubungkan organization, essential assets dan
performance summarize pada hubungan ini. Untuk tingkat
aset unik yang valuable (teknologi terkemuka dan

pengalaman) specific, sticky, tacit or leaky ('' non-tradable
''), ini harus dengan dimanfaatkan oleh internal daripada
oleh penyedia layanan eksternal (yaitu dengan layanan
MNO sendiri penyedia bukan oleh MVNOs) karena biaya
transaksi tambahan yang terlibat dalam menangani
eksternal daripada penyedia layanan internal. Hanya di
bawah kondisi yang berlawanan yang diharapkan MVNOs
berkembang menjadi alternatif yang kompetitif.

Gambar 8 Mobile communication industry structure with
network operators and MVNOs.

2.1.1.3 Tekno Ekonomi
Estimasi penghematan dari penerapan network sharing
merupakan perhitungan dari biaya Capex dan Opex yang
diperlukan untuk membangun jaringan bersama setiap
tahunya. Analisis penghematan dilakukan dengan dengan
menggunakan metode Present Value dari biaya beban
tahunan. Dari metode tersebut dapat mengetahui prosentase
penghematan akan didapatkan ketika NPV mendekati nol.
Beberapa variable perhitungan sebagai formulasi sebagai
berikut;


Besar biaya Capex dan Opex per BS menyesuaikan
dengan sample biaya tahun 2013

CapexperBS = Cost_BS2015 + Cost_Backhaul2015
Jumlah _BS2014-2015

2.1.1.2 Tekno Ekonomi
2.1.2

Manajemen Risk

Project Management Risk adalah suatu
pendekatan terstruktur/metodologi dalam mengelola
ketidakpastian yang berkaitan dengan ancaman; suatu
rangkaian aktivitas manusia termasuk: Penilaian
risiko, pengembangan strategi untuk mengelolanya
dan
mitigasi
risiko
dengan
menggunakan
pemberdayaan / pengelolaan sumberdaya. Strategi
yang dapat diambil antara lain adalah memindahkan
risiko kepada pihak lain, menghindari risiko,
mengurangi efek negatif risiko, dan menampung
sebagian atau semua konsekuensi risiko tertentu.
Manajemen risiko tradisional terfokus pada risikorisiko yang timbul oleh penyebab fisik atau legal
(seperti bencana alam atau kebakaran, kematian, serta
tuntutan hukum. Manajemen risiko keuangan, di sisi
lain, terfokus pada risiko yang dapat dikelola dengan
menggunakan instrumen-instrumen keuangan.
Sasaran dari pelaksanaan manajemen risiko adalah
untuk mengurangi risiko yang berbeda-beda yang
berkaitan dengan bidang yang telah dipilih pada
tingkat yang dapat diterima oleh masyarakat. Hal ini
dapat berupa berbagai jenis ancaman yang disebabkan
oleh lingkungan, teknologi, manusia, organisasi dan
politik. Di sisi lain pelaksanaan manajemen risiko
melibatkan segala cara yang tersedia bagi manusia,
khususnya, bagi entitas manajemen risiko (manusia,
staff, dan organisasi).
Dalam perkembangannya Risiko-risiko yang
dibahas dalam manajemen risiko dapat diklasifikasi
menjadi
 Risiko Operasional
 Risiko Hazard
 Risiko Finansial
 Risiko Strategik

OpexperBS = Beban Operasional _BS2015
Jumlah _BS2014-2015


Besarnya beban tahunan sesuai rumusan berikut:



Besarnya inisial beban sesuai rumusan berikut

Gambar 9 A Continuous Interlocked Process

4|Page

Berikut Gambaran whole process Project Risk
Management.

baru (joint venture). Perusahaan patungan antar dua
operator. Hal ini harus dibuat Identify Risk. Saat
implementasi nantinya.
Aspek Operational; dari penggunaan jaringan
bersama maka biaya operational harus dipikirkan
pembagiannya berdasarkan jumlah quantity pemakaian,
area ataupun sesuai dengan pemakain jumlah kanal trafik.
Harus di Identify Risk.
Penulis Akan menggunakan ITTO tools untuk
mendapatkan hasil dari Identify Risk berupa Risk Register
tentang Implementasi MORAN
Identify Risks

Gambar 10 Risk Management

Project Management Risk pada Manajemen
Project Process (Initial, Planing, Executing, Monitor,
Closing) terdapat pada Planning Groups. Sesuai dengan
gambar2.

Input
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.

Risk Management Plan
Activity Cost Estimates
Activity Duration Estimates
Scope Baseline
Stakeholder Register
Cost Management Plan
Schedule Management Plan
Quality Management Plan
Project Documents
Enterprise Environmental Factors
Organizational Process Assets

Tools
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Documentation Review
Information Gathering Technique
Checklist Analysis
Assumption Analysis
Diagraming Techniques
SWOT Analysis
Expert Judgment

Output
RISK REGISTER

Tabel 1 Risk Management

Project Management Risk meliputi 6 Processes
mengikuti Plan Risk, Identify Risk, Perform Qualitative
Risk, Performe Quantitative Risk, Plan Risk Response dan
Monitor and Control Risk Management. Penulis fokus pada
Identif Risk pada saat proses integrasi MORAN pada
operator. Seperti
Aspek Struktural; Stake Holder perusahaan akan
membuat struktur Management baru akibat impact dari
mergernya sisi RANs. Atau akibat mendirikan perusahaan

5|Page

Berdarkan hasil penggunaan ITTO dan penjabarannya,
makan didapatkan Risiko Bisnis dalam network sharing
Risiko Bisnis [Business Risk), yang meliputi adanya
perubahan terhadap pangsa pasar perusahaan, konsumen
atau produk, perubahan pada lingkungan ekonomi dan
politik di mana perusahaan beroperasi seperti antara lain
meliputi risiko kepuasan pelanggan {customer satisfaction
risk), pengadaan {procurement risk), risiko pengembangan
produk {product development risk), risiko penurunan
mereka {brand erosion), risiko perencanaan kapasitas bisnis
{business/capacityplanning risk), dan risiko gangguan
bisnis {business interuption risk) dan risiko strategis
{strategic risk) yang harus dihadapi perusahaan apabila
rencana bisnis, sistem pendukung dan implementasinya
akan mempengaruhi perusahaan, seperti antara lain
meliputi risiko kompetisi {competition risk), risiko
regulasi/hukum/kebijakan
internal

{regulation/legal/internal policy risk), risiko ketersediaan
modal {capitalavailabilityrisk), risiko inovasi teknologi
{technologicalinnovation risk), dan risiko tata kelola
perusahaan {corporate governance risk).













Risiko Kejahatan (Crime Risk) yang meliputi
pencurian, fraud dan pembajakan.
Risiko Bencana (Disaster Risk) yang terjadi secara
alami (gempa bumi, dll) maupun akibat umat
manusia, serta akibat terorisme.
Risiko
Teknologi
Informasi
(Information
Technology Risk),
yang meliputi adanya
kebocoran data dan informasi dan adanya akses ke
perusahaan yang tidak diinginkan.
Risiko Hukum (Legal Risk) yang meliputi
kerugian akibat adanya perubahan pada tindakan
hokum yang tidak TEPAT atau kesalahan dalam
mengunakan document hokum
Risiko Regulasi (Regulatory Risk) kurang taatnya
terhadap peraturan yang sudah ditetapkan oleh
regulator atau perubahan peraturan . Misal
banding Perpuno 52 /53 Tahun 2000.
Resiko System (System Risk) berupa kehilangan
yang terjadi akibat dari adanya kegagalan dari
pemberhintaan prosedur, prosses atau system dan
control bisnis.
Risiko Kerjasama (Partnering Risk) dalam

memutuskan kebijakan nantinya
Risiko Sumber Daya Manusia (SDM) dalam hal
ini risiko untuk menghadapi kesulitan merekrut,
mempertahankan SDM, termasuk tidak adanya
komunikasi yang baik antara pimpinan dan
karyawan.

Identifikasi Risiko
Proses identifikasi risiko-risiko yang terkait
dilakukan dengan melakukan pemahaman mengenai proses
bisnis yang dilakukan oleh MORAN/Joint Venture
Company, khususnya dalam kegiatan operasionalnya.
Identifikasi risiko juga dilakukan melalui studi literatur
yaitu dengan melihat risiko-risiko bisnis yang biasa terjadi
terutama risiko operasional bisnis Joint Venture Company.
Menurut Carl Olsson, langkah-langkah identifikasi risiko
adalah:


Memahami kerangka kerja (framework) bisnis
perusahaan yang terkait dengan berbagai resiko.
 Menyusun daftar-daftar resiko yang dihadapi,
berdasarkan kerangka kerja (framework) bisnis
Network Sharing.
 Melakukan katagori risiko
 Mengetahui keterkaitan antara satu risiko dengan
risiko lainnya
Setelah dilakukan sesuai dengan step diatas maka didapat
Identifikasi Resiko Tabel sebagai Berikut;
Jenis Ri
siko
Product
Develop
ment
Risk

Berikut perbedaan dalam Tradiotional Risk Management
dan Enterprise Risk Management.

Traditional Risk Management

Enterprise Risk Management

Risiko sebagai bahaya individuai

Risiko dalam konteks strategi
bisnis
Pengembangan "portfolio" risi
ko

Identifikasi dan kajian risiko
Fokus pada semua risiko

Fokus pada risiko kritikal

Pengurangan risiko

Optimasi risiko

Membatasi risiko

Strategi risiko

Risiko tanpa pemilik

Penanggungjawab risiko didef
misikan

Kuantifikasi risiko tanpa rencana

Pemantauan dan pengukuran

Risiko bukan tanggung jawab setiap
orang

Risiko tanggung jawab setiap
orang

Tabel 2 Perbandingan Tradisional dan Enterprise Risk
Management

6|Page

IT / Net
work
Infrastru
cture
Risk

Risiko
Strategi pengembangan produk yang tidak
efektifsehingga tidak dapat memenuhi
kebutuhan konsumen
Ketidakmampuan untuk memaksimalkan
penggunaan data dan alat untuk analisis
Penelitian atau pengetesan produk yang ti
dak tepat
Tarif
yang tidak kompetitif
karena
kemungkinan besar hampir tidak beda
jauh perbedaan tarif antar multi operator
pengguna jaringan bersama tersebut
Kurang optimalnya pendukung produk ya
ng diluncurkan, karena setiap product
yang dimunculkan akan berdampak pada
operator lain.
Kurangnya koordinasi bisnis antar Unit Bi
snis karena takut atau masih memiliki
budaya dari sifat ke managemenant
Operator sebelumnya
Kurang mendukung organisasi dan pelatih
an pegawai
Kurang baiknya manajemen operasional a
plikasi, jaringan, dan sistem database
Kurang baiknya kualitas jaringan atau tek
nologi usang yang dibawa masing2
Operator, sebaiknya hal ini dilakukan
swap untuk SINGLE RAN dan
mendukung Open Product.

As
pe
S
O
O
O

O

O

O
O
O

Human
Resourc
es /
Leaders
hip Risk

InterCarrier
Risk

Brand E
rosion
Risk

Partneri
ng Risk

Custom
er
Satisfact
ion Risk

Adanya orang yang tidak punya otoritas
masuk kejaringan
Proses kode akses/password yang tidak ef
ektif
Kebocoran Informasi

O

Kegagalan sistem layanan telekomunikasi

O

Komunikasi dengan konsumen buruk

O

Kesalahan interpretasi performansi perusa
haan
Melanggar tugas atau tanggungjawab

S

Keterbatasan kapasitas dan spektrum di m
asa datang (bisnis seluler), hal ini terjadi
untuk MORAN, tapi untuk MOCN tidak
ada risiko ini.
Jangka waktu operasi kontrak
dalam
penggunaan jaringan, harus dipersiapkan
risiko end contract pada akhir kontrak.
Struktur remunerasi yang tidak efektif
Sistem screening yang tidak efektif

O

Fraud dalam Transaksi

S

Pencurian atau penggelapan uang/aset per
usahaan
Penggandaan sistemjaringan

S

Manipulasi datajaringan

S

Kurangnya data tentang supplier
Tidak efektifmanajemen vendor

O
O

Rencana Kerja yang tidak memenuhi kebu
tuhan
Strategi pengembangan karyawan yang tid
ak efektif
Kegiatan Sekar yang kurang mendukung

S

Kurang baiknya negosiasi kontrak

O

Pemilihan supplier yang tidak tepat

O

Spesifikasi yang tidak tepat

O

Defisiensi yang sistematik
Kelengkapan dan akurasi database inform
asi

S
S

Kepuasan karyawan (reward&punish) yan
g kurang seimbang
Penempatan karyawan yang tidak efektif

S

Pemakaian kapasitas atau sumber daya lai
nnya secara tidak optimal
Kehilangan peluang pendapatan

O

Pegawai yang kurang komitmen

S

Kontrak yang tidak lengkap
Tidak adanya standar yang disepakati unt
uk penyelesaian dan pemantauan traffic
Ketidakmampuan untuk menggumpulkan
pendapatan dari operator lain
Kesalahan dalam menganalisis trend traffi
c dan pemantauan credit standing dari
operator lain
Adanya merek lain yang dapat mengalahk
an merek MORAN / Joint Venture
Company Netwrok Sharing
Kualitas layanan produk dan konsumen ya
ng buruk
Kurangnya diferensiasi produk

S
S

Rendahnya tingkat keuntungan

O

Putusnya layanan telekomunikasi
Kehilangan Jaringan Backbone/Network
Sharing atau komponenjaringan lainnya

O
0

Pergerakan competitor
Perebutan pasar yang tepat dengan aturan
yang sudah ditentukan
Perang tariff

0
0

Tekanan dari kebutuhan pengembangan u
saha
Konsolidasi bisnis dari operator yang tela
h ada
Produk atau layanan baru dari kompetitor

0

Kurangnya komunikasi

O

Ketergantungan terhadap teknologi dari su
pplier
Supplier tidak dapat memenuhi kebutuhan
pasar
Vendor bias
Agen penjualan yang tidak eksklusif
Tidak mengerti/tidak dapat memenuhi keb
utuhan konsumen
Perubahan perilaku konsumen

S

Rendahnya entry barriers sehingga menin
gkatkan churn dan kompetisi
Batasbatasan dalam industri yang menimbulkan
kehilangan pendapatan atau peluang
Perubahan regulasi

S

O

Ketentuan registrasi pelanggan prabayar

S

Peningkatan kebutuhanjaringan

O

Kualitas pelayanan yang buruk

O

Persaingan dengan Perusahaan Terbesar
Regulasi yang mengambang

S
S

Kurangnya publikasi untuk membangun i
mage perusahaan

O

Kehilangan lisensi

S

Sengketa dalam memenuhi kontrak

S

7|Page

O
O

Fraud R
isk

O

S
S

Procure
ment
Risk

S
S

S

S
S

O

Informa
tion
Integrity
Risk
Busines
s
Capacit
y
Plannin
g Risk
Busines
s
Interupti
on Risk
Competi
tion
Risk

O
O

S
S
S
O

Regulati
on /
Legal / I
nternal
Policy R
isk

O

S

O

0

S
0

S

S

Capital
Availabi
lity Risk

Technol
ogical
Innovati
on Risk

Corpora
te
Governa
nce Risk
Country
Risk

Disaster
Risk

Terhambatnya dana belanja modal
Keterbatasan kapasitas untuk memenuhi i
nvestasi tambahan
Mahalnya biaya modal

S
S

Keterbatasan sumber dana dalam negeri

S

Kurangnya visi mengenai trend teknologi
masa depan
Investasi pada teknologi yang tidak tepat

O

Kehilangan peluang untuk mengupgrade teknologi
Muneulnya teknologi yang akan membun
uh teknologi yang telah dimiliki
Kurangnya baiknya penerapan Good Corp
orate Governance dalam hal transparansi
Praktek bisnis yang tidak sesuai etika

O

Integritas manajemen

O

Stabilitas sosial, politik dan ekonomi Indo
nesia yang tidak menentu
Fluktuasi nilai tukar valuta asing
Kelalaian negara dalam membayar hutang
Bencana alam {gempa bumi, gunung mele
tus, dll)
Bencana akibat kelalaian manusia (kebaka
ran, banjir, dll)
Terorisme
. Tabel 3 Risk Register

S

Almost
Never
Unlikely

S
O

Possible
Likely
Almost
Certain

8|Page

1

Minor

Dampaknya Sangat Kecil

2

Moderate

Dampaknya Kecil

3

Severe

Dampaknya Cukup Besar

4

Major

Dampaknya Besar

5

Worse Case

Dampaknya Sangat Besar

Tabel 5 Level dan Dampak Risiko



Matrix Dampak dan kemungkinan terjadi.

O
O

Tabel 6 Matrix Dampak Risiko

dimensi

Tidak terjadi
dalam 5 Tahun
Terjadi 1 kali
dalam 5 Tahun
Terjadi 1 kali
dalam 2 Tahun
Terjadi 1-4 kali
dalam 1 Tahun
Terjadi > 5 kali
dalam 1 Tahun

Tabel 4 Level dan Deskripsi Resiko

Deskripsi

O
S
O

Deskripsi
Hampir Tidak Pernah
Terjadi
Kemungkinan
Terjadi
Ada Tetapi Kecil (Jarang)
Mungkin Saja terjadi
(Kadang-kadang)
Kemungkinan
Besar
Terjadi (Sering)
Hampir Selalu Terjadi
(Sangat Sering)

Level

O

Kemungkinan (Likelihood)
Level

Dampak (Impact)

O

Setelah
Identifikasi
Risiko
maka
harus
diberipenilain terhadap risiko yang kemungkinan akan
terjadi. Seperti Penilaian
Level
dan
deskripsi
terhadap
kemungkinan terjadinya risiko

Level dan deskprisi dampak risiko (impact)

S

S: Aspek Struktural
O: Aspek Operational
Tabel Identifikasi Risiko





Semua risiko harus dibuat masing2 tabel dan penilaian dari
masing risiko tersebut.
Tambahan, berikut merupakan salah satu table Risk
Register dan Root Cause (Cause Risk Effect format in
Identity Risks)

Cause – Risk – Effect Format in Identify Risks

Situation
Root cause: Process
No Business Case

Cause
As a result of not having a
business case for the project,

No Governance
Structure

As a result of not having a
change control process in
place,
As a result of not having a
governance structure in place,

Poor
Requirements

As a result of having poorly
written requirements,

Lack of Resources

As a result of the allocated
resources not having the
required skill sets,
As a result of users not
validating the project's
requirements,
As a result of not following a
formal change control process,

No Change
Control Process

Lack of User
Involvement
Scope Creep

Poor Stakeholder
Management

9|Page

As a result of not involving
key stakeholders in a design
demonstration ,

Risk

Effect
a lack of clarity among
stakeholders regarding the
project's objectives may occur ,
an inadequate evaluation of a
changed requirement on the
project may occur,
addressing project issues and
strategic decisions without
involving the appropriate
parties may occur,
a misunderstanding regarding
what the stakeholder wants
may occur,
delays completing project tasks
may occur,
rejection of the delivered
product may occur,
sponsor rejection of a scope
change after it has been built
may occur,
development of a system
whose design is not formally
approved may occur,

which would lead to the project not meeting its
objectives and placing its success in jeopardy.
which would lead to uncontrolled changes
impacting the project's schedule, cost and/or
quality.
which would lead to project deliverables not
being accepted by management, the sponsor or
the user community.
which would lead to the delivered product not
being accepted and the team needing to perform
rework.
which would lead to the project completion date
being jeopardized and the quality of the
deliverables being compromised.
which would lead to rework, delays, increased
costs and an unhappy user community.
which would lead to the sponsor's expectations
not being met and the project running late and
incurring cost overruns.
which would lead to the system being rejected by
some/all stakeholders.

Situation
Root cause: People
Poor
Communication

Cause
As a result of not having a
detailed communication plan,

Inaccurate
Estimation
Being Overly
Ambitious

As a result of poor estimation,

Poor Sponsorship

As a result of having a sponsor
who is unwilling to participate
in project meetings,
As a result of the project
manager not having the skills
required to handle a conflict
between two resources,

Poor Project
Management

Root cause: Product
Poor Technology
Selection
No Quality
Measures

New Technology

As a result of aggressive scope
planning,

Risk
confusion among key
stakeholders regarding the
project objectives and
deliverables may occur,
agreement to an unrealistic
timeline may occur,
delays in delivery or
cancellation of the project may
occur,
scope reviews without sponsor
participation may occur,
distracting and ongoing
disputes between team
members may occur ,

As a result of not researching
multiple technology options,

the selection of unsuitable
technology may occur,

As a result of not having
defined a process to log and
communicate code defects
during testing,
As a result of depending on a
technology that is still under
development,

misunderstandings regarding
the issues that are being found
may occur,
delays in delivery may occur,

Tabel 7 Cause Risk Effect format in Identity Risks)

10 | P a g e

Effect
which would lead to poor, delayed or nonexistent
decision making.

which would lead to work not being delivered in
the time allocated.
which would lead to a delay or non-realization of
any benefit from the project.
which would lead to the scope being
misinterpreted and the formal sign-off of
requirements being delayed .
which would lead to tasks being completed late
and the quality of the deliverables suffering.

which would lead to lost functionality, increased
costs, support issues and ultimately project
cancellation.
which would lead to delays in bug fixes.

which would lead to extend the schedule.

III.

KESIMPULAN

Pendekatan penerapan teknologi netral dianggap tepat oleh
karena penyelenggara telekomunikasi diberikan kebebasan
untuk menggunakan teknologi sesuai dengan perkembangan
teknologi yang ada sehingga akan berdampak pada efisiensi
dan efektifitas dalam memanfaatkan spektrum frekuensi radio.
Dengan diterapkannya prinsip hukum teknologi netral dalam
pembentukan perundang-undangan di bidang telekomunikasi
maka pemanfaatan spektrum frekuensi radio oleh
penyelenggara telekomunikasi dapat diterapkan di beberapa
pita frekuensi sehingga pemanfaatan spektrum frekuensi radio
menjadi lebih optimal. Optimalisasi pemanfaatan spektrum
frekuensi radio juga dapat diterapkan dengan menggunakan
metode Multi Operator Radio Access Network (MORAN),
Multi Operator Core Network (MOCN) dan Gateway Core
Network (GWCN). Ketiga metode ini merupakan salah satu
solusi bagi penyelenggara telekomunikasi yang ingin
mengoptimalisasikan pemanfaatan sumber daya yang
dimilikinya
Penerapan network sharing bukan hal yang baru dan telah
dilakukan diperusahaan besar di Negara Maju, dan hal ini
berdampak dari efisiensinya biasaya operational dan
perkembanan jaringan yang lebih hemat dan luas. Perusahaan
terus dapat meningkatkan keuntungannya dan tetap bisa
berinvestasi melebarkan coverage networknya. Perhitungan
terhadap pembagian jumlah pelanggan sudah tidak terjadi
perbedaan significant tapi berdasarkan kualitas dan kesetiaan
Pelanggan terhadap operator tersebut, loyalitas ini akan terjadi
jika perusahaan operator terus meningkatkan teknologi dan
investasi peluasan jaringan. Untuk risiko yang dihadapkan
untuk implementasi di Indonesia, tidak perlu lagi menjadi
momok yang menakutkan, persaingan sehat berdasarkan
kualitas bukan kuantitas bukannya lagi eranya. Dimana
customer berhak mendapatkan kualitas yang diinginkan bukan
berdasarkan keterpaksaan karena hanya ketersediaanya satu
operator di daerahnya.
Perusahaan hasil Join Venture/MVNOs/MORAN
juga
memiliki risko dalam berbagai hal, yang telah dijelaskan.
Issue Crutial adalah bagaimana network bersama ini dapat
berlaku adil bagi kedua operator, dalam hal Qualitas of
Network and Quantiity Of Network, sisi Manage Service juga
mementukan responsible dari masing-masing operator.
Kepastian hukum dari regulator juga diperlukan dalam hal
riskio dalam Network Sharing. Hal ini memberi jaminan
bahwa perusahhaan bersama (Join Venture) dapat terus
berjalan dan berinvestasi.
Saran:
Perusahaan hasil Join Venture/MVNOs/MORAN
tidak
hanya terpaku dari kenikmatan kebebasan dalam memiliki
jaringan yang sudah telah disediakan tapi wajib terus
berinvestasi melebarkan jaringannya hingga pelosok
Indonesia.
Pemerintah harus tetap mengawasi dalam hal penggunaan
frekuensi sharing dan harus mendapatkan benefir untuk

11 | P a g e

APBN, serta tegas terhadap regulasi yang telah ditetapkan dan
tidak mudah mengubah Peraturan/PerUndang-Undangan
secara mendadak atau kemauan politik tertentu. Tapi
berdasarkan dampak yang akan diterima Masyarakat
Indonesia
Regulator juga harus memastikan bahwa perusaahan
patungan tersebut terus mengembangkan jaringannya hingga
merata bukan hanya diperkotaan. Qualitas dari Jaringan harus
sesuai dengan QOS yang ditetapkan oleh pemerintah.
Dengan diteterapkannya frekuensi sharing, maka
operator akan mengubah target pasar yang dahulu berdasarkan
Jumlah BTS menjadi berdasarkan Luas wilayah. Pemerintah
harus memanfaatkan ini sebagai pendapatan Negara
Penerapan charge terhadap penggunaan spectrum
sharing dapat dianalogikan seperti perjanjian sewa menyewa.
Oleh karena mekanismenya perjanjian sewa menyewa maka
yang bertanggung jawab terhadap pembayaran spectrum
sharing tersebut adalah si penyewa, Pengenaan charge
terhadap pemggunaan spectrum sharing tersebut merupakan
salah satu alternatif kepada penyelenggara telekomunikasi
untuk menghindari aksi korporasi seperti merger. Penerapan
spectrum sharing merupakan salah satu solusi untuk
mengoptimalkan sumber daya terbatas agar efisien dan efektif
dalam pemanfataannya
IV.













REFERENSI
Svein Ulset (2002), Mobile virtual network operators:
strategic transaction cost analysis of preliminary
experience, Telecommunication Policy 26 (2002) 537549
Philip Kalmus, Lars Wiethaus (2010), On The
Competitive effects of Mobile virtual Network Operator.
Telecommunication Policy 34 (2010) 262-269
Fadil, Taufik, Munadi (2015) Analisa Penerapan
Network Sharing dan Tekno Ekonomi biaya investasi
CAPEX & OPEX.
Wiyono, Suharto,(2008) Analisis Risiko Operational di
PT Telkom dengan pendekatan metode ERM. Institut
Teknologi Bandung Vol 7 Number 1 2008
Mohan Rifqo Virhani (2015), Kajian Hukum penerapan
prinsip netral teknologi dalam pemanfaatan spectrum
frekuensi. Direktorat Pengendalian SDPPI, Kominfo.Vol
13 No.2 (2015) 177-190.
Tmforum.org (Dec 2014)NFV end to end Ebook.Blue
Print for End to End Management.
Katty Schwalbe Information Technologu Project
Management Fourth Edition Presentation.
www.oracle.com/industries/communications/serviceproviders/products/network-serviceorchestration/index.html
www.beritasatu.com/emiten/401093-xl-axiata-siapkancapex-rp-7-triliun.html
www.beritasatu.com/iptek/342733-network-sharingindosat-ooredoo-dan-xl-axiata-akan-dilanjutkan.html




www.thejakartapost.com/news/2016/08/09/indonesiantelecommunication-operator-says-network-sharing-toreduce-40-investment-cost.html
https://id.techinasia.com/pro-kontra-network-sharingtelekomunikasi-indonesia

V. LIST OF ABBREVIATIONS
MORAN : Multi Operator Radio Access Network
MOCN: Multi Operator Core Network
NFV: Network Functions Virtualization
VNF : Virtualization Network Function
MNO : Mobile Network Operator
MVNO: Mobile Virtual Network Operator
NPV: Net Present Value

VI. BIODATA PENULIS
Bambang Sugiarto 1606844504, memperoleh gelar Sarjana
Tehnik (ST), Jurusan Tehnik Telekomunikasi ISTN Jakarta
pada tahun 2011. Dan masih melanjutkan studi di Universitas
Indonesia
Program
Pasca
Sarjana
Management
Telekomunikasi.

12 | P a g e

Dokumen yang terkait

AN ANALYSIS OF GRAMMATICAL ERRORS IN WRITING DESCRIPTIVE PARAGRAPH MADE BY THE SECOND YEAR STUDENTS OF SMP MUHAMMADIYAH 06 DAU MALANG

44 306 18

AN ANALYSIS ON GRAMMATICAL ERROR IN WRITING MADE BY THE TENTH GRADE OF MULTIMEDIA CLASS IN SMK MUHAMMADIYAH 2 MALANG

26 336 20

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

PENERIMAAN ATLET SILAT TENTANG ADEGAN PENCAK SILAT INDONESIA PADA FILM THE RAID REDEMPTION (STUDI RESEPSI PADA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA MALANG)

43 322 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25