PENGARUH TERAPI MUSIK LANGGAM JAWA TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA DI PURWOREJO

PENGARUH TERAPI MUSIK LANGGAM JAWA TERHADAP PENURUNAN
TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA DI PURWOREJO
Daryani*
ABSTRACT
Background : The effect of aging process that going on elderly emerged many kends of
problems in psysical, mental, and social economy. If elderly people got a mentality
disorder, this condition lead to their elderly activities. Basedy to the elderly cultural so
langgam Java music therapy is chosing because it has slow music tempo characteristic.
This characteristic of music conducted a calm and relaxed that caused harmony and
peacefull of the soul.
Research Objectives : Determine the effect of langgam Java music therapy to the
anxiety level of elderly in village Candingasinan, Banyuurip, Purworejo.
Research Methods : This research is a quantitative with a pra exsperiment. Research
design used one group pretest posttest whereis respondent get a pretest before the
intervention and then get posttest after the intervention. Research instrument for data
collection used DASS 42 scoring check list to do the measurement before and after the
intervention. Data analysis statistic used T-Test.
Results : Research resulted that elderly anxiety before and after langgam Java music
therapy as intervention can decrease significantly with p=0.000 ( α < 0,05 ).
Conclusion : Significet effect between langgam Java music therapy to the elderly
anxiety level of elderly in village Candingasinan, Banyuurip, Purworejo.


Keywords : Elderly, Anxiety, Langgam Java music therapy.
*Dosen Keperawatan Stikes Muhammadiyah Klaten

A. Latar Belakang
Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun atau lebih, baik
pria maupun wanita. Secara biologis, lansia mempunyai ciri-ciri yang dapat
dilihat secara nyata pada perubahan-perubahan fisik dan mentalnya. Proses ini
terjadi secara alami yang tidak dapat dihindari dan berjalan secara terus-menerus.
Semakin seseorang bertambah usia, maka fungsi vital dalam tubuh ikut
mengalami kemunduran, pendengaran mulai menurun, penglihatan kabur, dan
kekuatan fisiknya pun mulai melemah (Nugroho, 2008).
Pengaruh proses penuaan yang dialami oleh lansia menimbulkan berbagai
masalah baik secara fisik, mental, maupun sosial ekonomi. Jika lansia mengalami
masalah gangguan mental, maka kondisi tersebut dapat mengganggu kegiatan
sehari-hari lansia. Masalah gangguan mental yang sering timbul pada lansia
meliputi kecemasan, depresi, dan insomnia (Maryam, Fatma, Rosidawati,
Jubaedi, 2008). Salah satu gangguan mental pada lansia adalah kecemasan.
Kecemasan adalah perasaan yang tidak menyenangkan atau ketakutan yang tidak
jelas dan hebat. Hal ini terjadi sebagai reaksi terhadap sesuatu yang dialami oleh

seseorang (Nugroho, 2008). Gejala kecemasan yang dialami oleh lansia
diantaranya perasaan khawatir atau takut yang tidak rasional akan kejadian yang
akan terjadi, rasa panik terhadap masalah yang ringan, perubahan tingkah laku,
gelisah, tidak mampu berkonsentrasi atau tidak memahami penjelasan, sering
membayangkan hal-hal yang menakutkan (Nugroho, 2008).
Lansia dengan gangguan kecemasan, mudah merasa stres dan khawatir
terhadap permasalahan sederhana yang terjadi dalam kehidupannya. Jika terjadi
sesuatu yang salah dalam kehidupan sehari-hari, seperti ketakutan akan kematian,
yang bagaimanapun proses menua merupakan tahap akhir dari alur kehidupan
manusia, atau perselisihan dengan anak-anaknya, permasalahan kehilangan
pasangan baik karena kematian atau perceraian, maupun permasalahan tentang
penyakitnya yang tidak kunjung sembuh, maka lansia akan memperbesar
permasalahan tersebut dan merasa khawatir dengan akibat yang ditimbulkan oleh
permasalahannya. Perhatian mereka beralih, dari permasalahan yang terjadi
menjadi perasaan khawatir, sehingga kerisauan mereka menjadi bertambah besar.
Kekhawatiran yang mereka rasakan terus-menerus mengakibatkan mereka kurang
efektif dalam menjalankan tugas sehari-hari, sehingga terjadi sesuatu yang salah
pada diri mereka. Alasan apapun yang terjadi, jika individu mulai merasakan

kecemasan, maka mereka tidak dapat mengendalikan perasaan itu ( Halgin,

Whitbourne, 2010 ).
Kecemasan pada lansia dapat diminimalkan dengan farmakologi, adanya
dukungan perhatian keluarga atau terapi lain yang mendukung, salah satunya
terapi musik. Sebuah riset tentang terapi musik menunjukan kalau terapi musik
sangat efektif dalam meredakan kegelisahan dan stres, mendorong perasaan rileks
serta meredakan depresi. Terapi musik membantu orang-orang yang memiliki
masalah emosional dalam mengeluarkan perasaan mereka, membuat perubahan
positif dengan suasana hati, membantu memecahkan masalah, dan memperbaiki
konflik pribadi (IHA, 2010). Pilihan musik merupakan hal yang efektif untuk
mengatasi kecemasan, karena musik merupakan salah satu bentuk rangsangan
suara yang merupakan stimulus khas untuk indera pendengaran. Disesuaikan dari
kultur lansia maka dipilih musik langgam Jawa yang identik dengan tempo
lamban serta memiliki karakteristik musik yang tenang dan santai serta
menimbulkan keselarasan jiwa dan rasa (Esteher,2003). Musik langgam Jawa
merupakan bentuk adaptasi musik keroncong kedalam idiom musik tradisional
Jawa, dan kini banyak dinyanyikan dalam bentuk campursari, seperti lagu walang
keket yang dinyanyikan oleh Waljinah. Lama waktu untuk memperdengarkan
terapi musik sangat tergantung dari keadaan pasien yang akan dilakukan terapi
musik ( Anonim, 2007).
Berdasarkan pengamatan penulis di wilayah desa Candingasinan,

didapatkan data masih banyaknya lansia yang aktifitas sehari-harinya hanya
berdiam di rumah, yang sebagian sudah ditinggal pasangan hidupnya dan
sebagian pula ditinggal keluarganya. Dari hasil survei studi pendahuluan di desa
Candingasinan, Banyuurip, Purworejo, dari hasil wawancara dengan kepala desa
Candingasinan jumlah lansia tardapat 60 orang.
Hasil wawancara dari 28 lansia yang saat itu datang diposyandu,
kebanyakan dari mereka mengatakan bahwa yang menjadi pikiran bagi mereka
ialah perasaan takut akan kematian karena hari akhir usia mereka, merasa dirinya
tidak berguna dan hanya menjadi beban anaknya yang ikut tinggal bersama,
khawatir kehilangan orang terdekatnya dan takut tidak ada lagi yang mau
mengurusnya di hari akhir usianya, khawatir tidak bisa berkumpul lagi dengan
anaknya yang pergi merantau. Dari hasil wawancara, lansia juga mengatakan
disela-sela senggangnya terkadang saat jam 12.00 mereka mendengarkan radio

untuk menikmati musik langgam Jawa, musik yang mereka dengar seperti lagu
yang berjudul gethuk yang dinyanyikan oleh Waljinah. Dari 28 lansia yang saat
itu di wawancarai, sebagian dari mereka mengatakan setelah mendengarkan
musik langgam Jawa merasa lebih nyaman, perasaan khawatir sedikit berkurang,
saat mendengarkan lagu Jawa, mereka juga ikut menyanyikan lagu yang
didengar.

Dari hasil data di atas mendorong peneliti untuk melakukan penelitian
dengan judul “Pengaruh terapi musik langgam Jawa terhadap penurunan tingkat
kecemasan pada lansia di desa Candingasinan, Banyuurip, Purworejo.
B. Metode
Penelitian ini merupakan penelitian pra eksperiment dengan One Group
Pre test Post test Design, yaitu melakukan test untuk mengetahui tingkat
kecemasan pada lansia sebelum dan setelah dilakukan terapi musik dimana pada
peneliti ini tidak ada kelompok kontrol atau pembanding tetapi sudah dilakukan
observasi pertama ( pre test ) yang memungkinkan peneliti dapat menguji
perubahan-perubahan yang terjadi setelah adanya eksperiment.
Perlakuan pada lansia tersebut berupa mendengarkan musik langgam
Jawa dalam waktu 1 jam selama satu minggu. Bentuk rancangan ini sebagai
berikut
Subyek

pre test

K

O1


K

: subyek

O1

: Observasi 1

X

: Perlakuan

O2

: Observasi 2

perlakuan

post test


X

O2

Jumlah populasi pada penelitian adalah lansia desa Candingasinan,
Banyuurip, Purworejo baik laki-laki maupun perempuan yang berjumlah 60
orang. Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti

(Arikunto,

2006). Pada penelitian ini menggunakan accidental sampling Riyanto.A (2011).
Sampel penelitian diambil pada hari Sabtu 23 Juni 2012 sebanyak 17 orang.
Tidak ada kendala saat dilakukan pengambilan sampel pada lansia yang

mengalami kecemasan. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan
berdasarkan kriteria inklusi : lansia yang menetap di desa Candingasinan Rw I,
Banyuurip,

Purworejo baik laki-laki atau perempuan, bersedia menjadi


responden, lansia yang mengalami kecemasan ringan dan sedang, lansia yang
berusia 60 - 74 tahun, lansia yang sehat jasmani, lansia yang bisa membaca dan
kriteria eksklusi : lansia yang menggunakan terapi farmakologis untuk
menurunkan kecemasan, lansia dengan kecemasan berat atau panik, lansia yang
mengalami gangguan pendengaran.
Instrument yang digunakan untuk mengukur tingkat kecemasan pada
lansia adalah kuesioner dari Depression Anxiety Stress Scale 42 (DASS 42)
Nursalam (2011). Psycchometric Properties of Depression Anxiety Stress Scale
42 (DASS) terdiri dari 42 item. DASS adalah seperangkat skala yang dibentuk
untuk mengukur status emosional negatif dan depresi, kecemasan dan stres.
Instrument lain, yang digunakan dalam penelitian ini adalah peneliti memberikan
lagu-lagu Jawa yang dinyanyikan oleh Waljinah dengan 10 judul, tiap judul
berdurasi 4-5 menit yang diperdengarkan melalui headset, lingkungan atau
tempat dalam perlakuan disesuaikan dengan keinginan responden.
C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
a. Tingkat kecemasan responden
Tabel 1 Karakteristik tingkat kecemasan lansia sebelum dan sesudah diberi
perlakuan pada lansia di Desa Candingasinan Rw I, Banyuurip, Purworejo
(N=17)

Kecemasan

Min-Max

Mean

Modus

St. Deviasi

23-55

34.82

23a

10.754

7-33


18.12

11a

7.236

sebelum
Kecemasan
sesudah
Berdasarkan tabel 1 menunjukan bahwa tingkat kecemasan sebelum diberikan
perlakuan nilai terendah 23 dan nilai tertinggi 55. Rata–rata tingkat kecemasan
sebelum diberi perlakuan 34,82 ± 10,754. Sedangkan tingkat kecemasan

sesudah diberi perlakuan nilai terendah 7 dan nilai tertinggi 33. Rata-rata
tingkat kecemasan sesudah diberi perlakuan 18,12 ± 7,236
b. Hasil analisa pengaruh terapi musik langgam Jawa terhadap penurunan tingkat
kecemasan pada lansia di Desa Candingasinan Rw I, Banyuurip, Purworejo :
Tabel 2 Analisa tingkat kecemasan sebelum dan sesudah diberi terapi musik
langgam Jawa dari hasil uji T-Test
Variabel

Tingkat

SD
kecemasan 5.181

SE

CI 95%

Df

P value

1.257

14.042-19.370

16

0.000

sebelum dan sesudah
Berdasarkan tabel 2 didapatkan hasil analisa P value = 0.000 ( p