LANDASAN PENGEMBANGAN KURIKULUM DAN TING

LANDASAN PENGEMBANGAN KURIKULUM DAN TINGKAT
PENGEMBANGAN KURIKULUM
Syifa Puteri Utami (1501531), Alustia Sri Fadhilah (1504378), Daniyah (1505662),
Rizka Sri Rahayu (1501359), Helmi Wirayudha Hermana (1500958)
Pendidikan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Syifaputeri@student.upi.edu
Drs. H. Dadang Sukirman, M.Pd dan Ence Surahman, S.Pd., M.Pd

A. Pendahuluan
Kurikulum sebagai rancangan pendidikan mempunyai kedudukan yang cukup sentral
dalam seluruh kegiatan pendidikan,menentukan proses pelaksanaan dan hasil
pendidikan. Mengingat pentingnya peranan kurikulum di dalam pendidikan dan di
dalam perkembangan kehidupan manusia, penyesunan kurikulum membutuhkan
landasan-landasan yang kuat,yang di dasarkan atas hasil-hasil pemikiran dan penilitian
yang mendalam.Kalau landasan pembuatan sebuah gedung tersebut,tetapi kalau
landasan pendidikan,khususnya kurikulum yang lemah,yang akan “ambruk” adalah
manusia.
Landasan pengembangan kurikulum tidak hanya diperlukan bagi para penyusun
kurikulum atau kurikulum tertulis yang sering disebut juga sebagai kurikulum ideal,
akan tetapi terutama harus dipahami dan dijadikan dasar pertimbangan oleh para

pelaksana kurikulum yaitu para pengawas pendidikan dan para guru serta pihak-pihak
lain yang terkait dengan tugas-tugas pengelolaan pendidikan, sebagai bahan untuk
dijadikan instrumen dalam melakukan pembinaan terhadap implementasi kurikulum di

1

setiap jenjang pendidikan. Penyusunan dan pengembangan kurikulum tidak bisa
dilakukan secara sembarangan. Dibutuhkan berbagai landasan yang kuat agar mampu
dijadikan dasar pijakan dalam melakukan proses penyelenggaraan pendidikan, sehingga
dapat memfasilitasi tercapainya sasaran pendidikan dan pembelajaran secara lebih
efektif dan efisien.
Makalah ini dibuat agar pembaca dapat memahami apa sebenarnya makna dan
pengertian dari landasan pengembangan kurikulum, jenis jenis landasan pengembangan
kurikulum serta fungsi dari landasan kurikulum. Makalah ini bertujuan juga agar
pembaca dapat menerapkan pengembangan kurikulum pada kasus nyata di lingkungan
masyarakat.

B. Pembahasan
Pengertian Pengembangan Kurikulum
Pengembangan kurikulum adalah proses perencanaan dan penyusunan

kurikulum oleh pengembang kurikulum (curriculum developer) dan kegiatan yang
dilakukan agar kurikulum yang dihasilkan dapat menjadi bahan ajar dan acuan yang
digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.
Kurikulummerupakanalatuntukmencapaipendidikan

yang

dinamis.Hal

iniberartibahwakurikulumharussenantiasadikembangkandandisempurnakan

agar

sesuaidenganlajuperkembanganilmupengetahuandanteknologi.Pengertiankurikulum
yang
semakinluasmembuatparapelaksanakurikulummemberikanbatasansendiriterhadapkuriku
lum.Namunperbedaanpengertiantersebuttidakmenjadimasalah

yang


besarterhadappencapaiantujuanpendidikan,
apabilapengembangankurikulumdidasarkanpadalandasandanprinsip-prinsip

yang

mendasarinya.

yang

Hal

inidimaksudkan

dilaksanakansesuaidenganapa
Perwujudanprinsip,

agar

yang


pengembangankurikulum

menjaditujuandaripendidikannasional.

aspekdankonsepkurikulumterletakpada

guru.Sehingga

memilikitanggungjawabterhadaptercapainyatujuankurikulumitusendiri.

2

guru

LandasanPengembanganKurikulum
Kurikulum merupakan inti dari bidang pendidikan dan memiliki pengaruh
terhadap seluruh kegiatan pendidikan. Mengingat pentingnya kurikulum dalam
pendidikan dan kehidupan manusia, maka penyusunan kurikulum tidak dapat dilakukan
secara sembarangan. Penyusunan kurikulum membutuhkan landasan-landasan yang
kuat, yang didasarkan pada hasil-hasil pemikiran dan penelitian yang mendalam.

Penyusunan kurikulum yang tidak didasarkan pada landasan yang kuat dapat berakibat
fatal terhadap kegagalan pendidikan itu sendiri. Dengan sendirinya, akan berkibat pula
terhadap kegagalan proses pengembangan manusia.
Landasan kurikulum adalah nilai-nilai, tradisi, kepercayaan, dan kekuatan lain
yang berpengaruh terhadap bentuk dan kualitas pendidikan yang akan diberikan sekolah
kepada pesertaa didik. Landasan tersebut dapat berupa filosofis, psikologis, sosiologis,
dan historis. Keempat landasan tersebut memuat ide-ide, tingkah laku, prinsip,
kepercayaan (believe) dan kekuatan (force) lain yang mempengaruhi, dan bahkan
menentukan,

materi/pengalaman

belajar,

serta

organisasi

kurikulum


sekolah.

Selanjutnya Prescott (1976: 91) mengemukakan pengertian dari pengembangan
kurikulum sebagai berikut : “curriculum development is an intellectually demanding
and onerous task which call into play all the teacher's competencies and skills, its
success depends upon the development of quite substantial support systems”.
a.

Landasan filosofis
Landasan filosofis, yaitu asumsi-asumsi tentang hakikat realitas, hakikat manusia,

hakikat pengetahuan, dan hakikat nilai yang menjadi titik tolak dalam mengembangkan
kurikulum. Landasan filosofis memberikan arah pada semua keputusan dan tindakan
manusia, karena filsafat merupakan pandangan hidup orang, masyarakat, dan bangsa.
Dalam kaitannya dengan pendidikan, filsafat memberikan arah pendidikan, seperti
hakikat pendidikan, tujuannya dan bagaimana cara mencapai tujuan. Dengan perkataan
lain, filsafat mengandung pandangan tentang dasar dan landasan pendidikan.
Sehubungan dengan itu, dapat dipahami bahwa banyak aspek pendidikan dan pelajaran
dikembangkan berdasarkan filsafat. Jadi, filsafat mengandung pandangan tentang


3

realitas, nilai-nilai, dan ilmu pengetahuan yang harus diteruskan kepada peserta didik
agar mereka dapat hidup dengan baik.
b.

Landasan psikologis
Landasan psikologis berkaitan dengan cara peserta didik belajar, dan faktor apa

yang dapat menghambat kemajuan belajar mereka. Terdapat dua jenis psikologi yang
harus menjadi acuan yaitu psikologi perkembangan dan psikologi belajar. Psikologi
memberikan landasan berpikir tentang hakikat proses belajar dan mengajar (Psikologi
belajar), dan tingkat-tingkat pengembangan peserta didik (Psikologi perkembangan).
Dengan demikian, psikologi memberikan landasan kepada guru untuk memahami teori
dan prinsip belajar, serta teori dan prinsip mengenai proses belajar pada berbagai tingkat
perkembangan kehidupan peserta didik. Dengan perkataan lain, psikologi memberikan
pemahaman tentang bagaimana manusia belajar, dalam kondisi apa proses belajar
berlangsung, faktor apa yang dapat menghambat kemajuan belajar peserta didik, serta
faktor apa yang mendorong mereka belajar.
c.


Landasan sosiologis
Landasan sosisologis menyangkut kekuatan-kekuatan sosial di masyarakat.

Kekuatan-kekuatan

itu

berkembang

dan

selalu

beruba-ubah

sesuai

dengan


perkembangan zaman. Kekuatan itu dapat berupa kekuatan yang nyata maupun yang
potensial, yang berpengaruh dalam perkembangan kebudayaan seirama dengan
dinamika masyarakat. Oleh karena itu, dapat kita pahami bahwa kekuatan-kekuatan ini
berpengaruh terhadap kurikulum.
S. Nasution (1982) dalam Reksoatmodjo, N. R (2010: 37) mengemukakan:
“Mendidik anak dengan baik hanya mungkin jika kita memahami masyarakat tempat
mereka hidup. Oleh karena itu, setiap Pembina Kurikulum harus senantiasa mempelajari
keadaan, perkembangan, kegiatan, dan aspirasi masyarakat”. Pendapat Nasution
mengisyaratkan pentingnya melakukan penyesuaian kurikulum (secara berkala) dengan
perkembangan atau tepatnya perubahan yang terjadi dalam masyarakat.
Sekolah didirikan untuk mengembangkan kebudayaan masyarakat. Bentuk
pendidikan yang perlu diberikan kepada peserta didik menentukan kualitas masyarakat,
sekarang, dan masa depan. Penerusan kebudayaan kepada anak-anak sebagai generasi
penerus merupakan tujuan utama pendidikan. Nilai-nilai, kepercayaan, dan norma yang

4

dianut masyarakat dipelihara dan diwariskan kepada generasi muda bukan hanya
melalui pendidikan, tapi tereflesikan dalam pelaksanaan sistem pendidikan.
d.


Landasan historis
Landasan historis berkaitan dengan formulasi program-program sekolah pada

waktu lampau yang masih hidup sampai sekarang, atau yang pengaruhnya masih besar
pada kurikulum saat ini (Johnson, 1986). Oleh karena kurikulum selalu perlu
disesuuiakan

dengan

kebutuhan-kebutuhan

dan

perkembangan

zaman,

maka


perkembangan kurikulum pada suatu saat tertentu diadakan untuk memenuhi tuntutan
dan perkembangan pada waktu tertentu.
Kurikulum yang dikembangkan pada saat ini, perlu mempertimbangkan apa yang
telah dilakukan dan apa yang telah dicapai melalui kurikulum sebelumnya. Begitu pula
selanjutnya, kita perlu mempertimbangkan kurikulum yang ada sekarang, saat
mengembangkan kurikulum di masa mendatang, karena apa yang telah kita lakukan
sekarang akan berpengaruh terhadapa kurikulum yang akan dikembangkan di masa
depan.

Prinsip Pengembangan Kurikulum
Prinsip-prinsip yang akan digunakan dalam kegiatan pengembangan kurikulum
pada dasarnya merupakan kaidah-kaidah atau hukum yang akan menjiwai suatu
kurikulum.Pengembangan kurikulumdapat menggunakan prinsip-prinsip yang telah
berkembang dalam kehidupan sehari-hari atau justru menciptakan sendiri prinsipprinsip

baru.Olehkarenaitu,

dalamimplementasikurikulum

suatulembagapendidikansangatmungkinterjadipenggunaanprinsip-prinsip
berbedadengankurikulum

yang

digunakan

di

yang

lembagapendidikanlainnya,

sehinggaakanditemukanbanyaksekaliprinsip-prinsip
digunakandalamsuatupengembangankurikulum.

di

yang
SedangkanAsepHerryHernawandkk

(2002) mengemukakanlimaprinsipdalampengembangankurikulum, yaitu:
1. Prinsiprelevansi
Secara internal bahwakurikulummemilikirelevansi di antarakomponenkomponenkurikulum

(tujuan,
5

bahan,

strategi,

organisasidanevaluasi).Sedangkansecaraeksternalbahwakomponenkomponentersebutmemilikirelevansidengantuntutanilmupengetahuandanteknologi
(relevansiepistomologis),

tuntutandanpotensipesertadidik

(relevansipsikologis)

sertatuntutandankebutuhanperkembanganmasyarakat (relevansisosilogis).
2. PrinsipFleksibilitas
Dalampengembangankurikulummengusahakan
dihasilkanmemilikisifatluwes,

agar

yang

lenturdanfleksibeldalampelaksanaannya,

memungkinkanterjadinyapenyesuaianpenyesuaianberdasarkansituasidankondisitempatdanwaktu yang selaluberkembang,
sertakemampuandanlatarbekangpesertadidik.
3. Prinsipkontinuitas
Adanyakesinambungandalamkurikulum, baiksecaravertikal, maupunsecara
horizontal.Pengalaman-pengalamanbelajar

yang

disediakankurikulumharusmemperhatikankesinambungan,
dalamtingkatkelas,

baik

yang

di

antarjenjangpendidikan,

maupunantarajenjangpendidikandenganjenispekerjaan.
4. Prinsipefisiensi
Mengusahakan

agar

dalampengembangankurikulumdapatmendayagunakanwaktu,

biaya,

dansumber-

sumber lain yang adasecara optimal, cermatdantepatsehinggahasilnyamemadai.
5. Prinsipefektivitas
Mengusahakan

agar

kegiatanpengembangankurikulummencapaitujuantanpakegiatan
baiksecarakualitasmaupunkuantitas.

Tingkat Pengembangan Kurikulum
6

yang

mubazir,

Pengembangan

kurikulum

merupakan

bagian

penting

dalam

program

pendidikan. Sebabnya ialah dengan tersedianya kurikulum belum akan ada manfaatnya
pada peserta didik. Kurikulum tersebut perlu dijabarkan lebih lanjut agar dapat
dioperasionalkan di sekolah dan kelas.
Untuk mewujudkan pengajaran, perlu dilakukan pengembangan selanjutnya dari
kurikulum tingkat nasional tersebut. Pengembangan kurikulum tersebut dilakukan pada
beberapa tingkat pengembangan, yaitu pengembangan pada tingkat nasional, tingkat
daerah, tingkat sekolah, tingkat kelas.
a.

Tingkat Nasional
Sebagai negara kesatuan yang menganut sistem sentralisasi dalam bidang

pendidikan, di Indonesia kurikulum semua jenjang dikembangkan di tingkat nasional.
Perangkat yang diperlukan untuk menunjang pelaksanaan kurikulum yang berlaku
secara nasional, dirancang dan dikembangkan pada tingkat nasional. Pada tingkat
nasional pengembangan kurikulum dilakukan oleh tim tertentu seperti yang
dikemukakan oleh Marsh dan Willis (2007: 153) bahwa : “at the national level,
curriculum development is undertaken by teams, the composition of which may vary but
that usually include both subject specialists and experts in curriculum design.
b.

Tingkat Daerah
Pada tingkat daerah, dikembangkan kurikulum muatan lokal untuk daerah

(provinsi) yang bersangkutan.
c.

Tingkat Sekolah
Pengembangan

pada

tingkat

sekolah

mencakup

pengembangan

program

caturwulan, mingguan, kokurikuler, dan ekstrakulikuler. Kegiatan kokurikuler dilakukan
di luar jam pelajaran terjadwal tetapi ditetapkan dala struktur kegiatan kurikuler. Tujuan
kegiatan ini adalah agar murid memahami secara lebih mendalam suatu hal yang
dipelajari dalam kegiatan intrakurikuler (Depdikbud, P2SD, 1989/1990). Satu contoh
kegiatan kokurikuler adalah menugaskan murid mengumpulkan informasi tentang
macam-macam layanan bank dengan mengunjungi bank di daerahnya.
Kegiatan ekstrakulikuler dikembangkan untuk menunjang pencapaian tujuan
intrakulikuler yang dilakukan murid di luar jam pelajaran di sekolah atau di luar sekolah

7

(Depdikbud, P2SD, 1989/1990). Kegiatan ini dilakukan berkala pada waktu tertentu
saja. Menurut Fisher et.al (2000) dalam Marsh dan Willis (2007: 154) : ”at the school
level, teachers often work cooperatively in deciding how to coordinate subject matter,
both within academy areas (such as mathematics, reading, music, and art) and among
years or grade levels”. Pada tingkat sekolah, para guru sering bekerja sama dalam
memutuskan bagaimana untuk mengkoordinasikan mata pelajaran.
d.

Tingkat Kelas
Pada tahap ini, kegiatan pengembangan kurikulum adalah berupa penyusunan

satuan pelajaran. Kegiatan pada tingkat ini menjadi kewajiban/tugas guru. Pada tingkat
kelas, guru relatif bebas untuk membuat keputusan kurikuler, baik tentang apa yang
mereka ajarkan dan bagaimana mereka mengajar (Marsh dan Willis, 2007: 154).

C. Penutup
Pengembangan kurikulum adalah proses perencanaan dan penyusunan
kurikulum oleh pengembang kurikulum (curriculum developer) dan kegiatan yang
dilakukan agar kurikulum yang dihasilkan dapat menjadi bahan ajar dan acuan yang
digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Penyusunan kurikulum harus
berdasarkan landasan filosofis, psikologis, sosiologis, dan historis. Selain itu terdapat
lima prinsip dalam pengembangan kurikulum yaitu prinsip relevansi, fleksibilitas,
kontinuitas, efisiensi, dan efektivitas. Untuk mewujudkan pengajaran, perlu dilakukan
pengembangan selanjutnya dari kurikulum tingkat nasional. Pengembangan kurikulum
tersebut dilakukan pada beberapa tingkat pengembangan, yaitu pengembangan pada
tingkat nasional, tingkat daerah, tingkat sekolah, dan tingkat kelas.
Pengembangan

kurikulum

memang

dilakukan

untuk

mencapai

tujuan

pendidikan nasional. Walaupun begitu, berbagai faktor juga mempengaruhi tercapai atau
tidaknya tujuan pendidikan nasional tersebut seperti skill pengajar, psikologis peserta
didik, sekolah, orang tua peserta didik, bahkan masyarakat. Maka dari itu kita juga
harus memahami dimana peranan diri kita sendiri sehingga pelaksanaan kurikulum
dapat lebih maksimal untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.

8

9

Daftar Pustaka
Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan. (1992). Pengembangan dan
InovasiKurikulum. Jakarta: Depdikbud.
Reksoatmodjo, N. R. (2010). Pengembangan Kurikulum Pendidikan Teknologi dan
Kejuruan. Bandung: Refika Aditama.
Suwilah. (2014). Landasan Pengembangan Kurikulum. [Online]. Tersedia :
http://suwilah.wordpress.com. [20 Februari 2017].
Prescott, W dan Bolam, R. (1976). Supporting Curriculum Development . Walton Hall:
The Open University Press.
Marsh, C. J dan Willis, G. (1976). Curriculum alternative approaches, ongoing issues.
New Baskerville: Prentice Hall.
Prawijaya,
Wisnu.
(2015).
LandasandanPrinsipPengembanganKurikulum.
[Online].Tersedia
:http://wisnucorner.blogs.uny.ac.id/2015/10/13/landasan-danprinsip-pengembangan-kurikulum/. [20 Febuari 2017].

10