PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE (2)

PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP
KONSERVATISME AKUNTANSI
(Studi Pada Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2011)
Diana Endah Sari
Institut Manajemen Telkom Bandung
Abstrak
Konservatisme akuntansi merupakan salah satu metode akuntansi yang dipilih untuk
mengantisipasi ketidakpastian yang melekat pada setiap aktivitas ekonomi perusahaan.
Konservatisme akuntansi mengharuskan untuk segera mengakui kerugian dan biaya meskipun
belum terjadi, namun tidak segera mengakui laba meskipun kemungkinan terjadinya sangat besar.
Kehati-hatian dalam pengakuan akun laba, rugi, dan biaya diharapkan akan menghasilkan
informasi yang dapat diandalkan sebagai dasar pengambilan keputusan oleh pemakai laporan
keuangan.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh mekanisme corporate governance yang
terdiri dari komisaris independen, kepemilikan institusional, dan kualitas audit baik secara
simultan maupun parsial terhadap konservatisme akuntansi pada industri barang konsumsi yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2011.
Sampel penelitian adalah 11 perusahaan industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia tahun 2008-2011 yang dipilih menggunakan metode purposive sampling. Metode
analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linear berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan variabel independen yaitu mekanisme

corporate governance yang terdiri dari komisaris independen, kepemilikan institusional, dan
kualitas audit berpengaruh signifikan terhadap konservatisme akuntansi. Sementara itu, secara
parsial variabel independen yaitu komisaris independen dan kepemilikan institusional tidak
berpengaruh terhadap konservatisme akuntansi, namun kualitas audit terbukti berpengaruh
signifikan terhadap konservatisme akuntansi. Hasil analisis regresi linear berganda menunjukkan
bahwa koefisien determinasi R2 Square = 22,9% yang berarti seluruh variabel independen dapat
menjelaskan variasi dari variabel dependen yaitu konservatisme akuntansi sebesar 22,9%.
Keywords: komisaris independen, kepemilikan institusional, kualitas audit, konservatisme
akuntansi.
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Indeks sektoral merupakan salah satu jenis indeks harga saham yang dimiliki oleh Bursa Efek
Indonesia (BEI). Indeks sektoral ini adalah sub indeks dari Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG). Semua emiten yang tercatat di BEI diklasifikasikan ke dalam sembilan sektor menurut
klasifikasi industri yang telah ditetapkan BEI, yang diberi nama JASICA (Jakarta Industrial
Classification). Sektor industri barang konsumsi adalah salah satu bagian dari sembilan sektor

tersebut (Indonesia Stock Exchange, 2010). Sektor industri barang konsumsi terdiri dari lima
subsektor yaitu, makanan dan minuman, rokok, farmasi, kosmetik, serta peralatan rumah tangga.


1

Sektor industri barang konsumsi tercatat sebagai sektor yang mengalami pertumbuhan paling
tajam di dalam indeks sektoral. Pertumbuhan industri barang konsumsi tersebut dipicu oleh
meningkatnya kelas menengah masyarakat Indonesia yang diikuti pula oleh meningkatnya
perilaku konsumsi masyarakat Indonesia. Ada beberapa nama emiten yang disinyalir ikut
mendongkrak kinerja indeks sektor barang konsumsi secara signifikan antara lain PT Gudang
Garam Tbk (GGRM), PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR), PT Indofood Sukses Makmur Tbk
(INDF), PT Kalbe Farma Tbk (KLBF), PT HM Sampoerna Tbk (HMSP), dan PT Mayora Indah
Tbk (MYOR) (Sitepu, 2010).
Beberapa kasus manipulasi laporan keuangan yang terjadi di luar maupun di dalam negeri,
seperti kasus Kimia Farma dan Indofarma menunjukkan bahwa perusahaan kurang berhati-hati
dalam mengantisipasi ketidakpastian yang melekat pada setiap aktivitas ekonomi perusahaan.
Kasus Kimia Farma misalnya, perusahaan dinilai optimis dalam mengakui laba sehingga terjadi
overstated laba pada akun laba bersih. Dalam hal ini perusahaan mengakui laba yang belum

terjadi sehingga perusahaan dinilai kurang berhati-hati dalam pengakuan laba perusahaan.
Oleh karena itu untuk mengantisipasi segala ketidakpastian yang selalu melekat pada
perusahaan, maka perusahaan diperbolehkan untuk memilih metode akuntansi yang ada. Dalam
hal ini konservatisme akuntansi merupakan salah satu metode pengakuan akuntansi yang diyakini

mampu mengantisipasi ketidakpastian tersebut. Konservatisme akuntansi sendiri mengharuskan
untuk mengakui kerugian dan biaya dengan segera meskipun belum terjadi, namun tidak
mengakui laba dengan segera meskipun kemungkinan terjadinya sangat besar.
Untuk memastikan bahwasanya semua aktivitas perusahaan termasuk pemilihan metode
akuntansi perusahaan telah dijalankan secara maksimal guna mencapai tujuan akhir diperlukan
fungsi pengawasan yang baik. Penerapan mekanisme corporate governance merupakan salah satu
sarana untuk mengawasi jalannya aktivitas perusahaan termasuk dalam mengawasi tingkat kehatihatian manajemen dalam penyajian laporan keuangan. Dengan demikian laporan keuangan
perusahaan diharapkan akan mencerminkan informasi yang benar dan dapat diandalkan untuk
dasar pengambilan keputusan oleh pihak-pihak yang berkepentingan.
Penelitian mengenai konservatisme akuntansi telah banyak dilakukan oleh peneliti-peneliti
sebelumnya. Rahmawati (2010) melakukan penelitian mengenai pengaruh karakteristik dewan
sebagai salah satu mekanisme corporate governance terhadap konservatisme akuntansi. Dari
penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa ukuran dewan komisaris, leverage, dan ukuran
perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap konservatisme akuntansi dengan ukuran akrual,
sedangkan kepemilikan institusional dan ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap
konservatisme akuntansi dengan ukuran nilai pasar.
2

Indrayati (2010) melakukan penelitian mengenai pengaruh karakteristik dewan komisaris
terhadap konservatisme akuntansi. Hasilnya menunjukkan bahwa dengan menggunakan ukuran

akrual, karakteristik dewan komisaris yang meliputi komisaris independen, kepemilikan saham
oleh komisaris yang terafiliasi, dan ukuran dewan komisaris tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap tingkat konservatisme akuntansi. Sedangkan dengan mengunakan ukuran nilai pasar,
ketiga variabel independen tersebut berpengaruh signifikan terhadap tingkat konservatisme
akuntansi.
Bernawati dan Asfianti (2011) melakukan penelitian mengenai mekanisme corporate
governance, konservatisme akuntansi dan kinerja perusahaan. Hasil penelitiannya membuktikan

bahwa mekanisme corporate governance yang terdiri dari kepemilikan manajerial, proporsi
dewan komisaris independen, ukuran dewan komisaris, dan kepemilikan institusional tidak
mempunyai pengaruh signifikan terhadap konservatisme akuntansi, tetapi mempunyai pengaruh
terhadap kinerja perusahaan.
Berdasarkan

penelitian-penelitian

sebelumnya

yang


sejenis,

penelitian

mengenai

konservatisme akuntansi masih relevan untuk dilakukan pengkajian ulang sehubungan dengan
adanya inkonsistensi hasil penelitian. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai konservatisme akuntansi dengan objek penelitian yaitu industri barang konsumsi yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2011, mengingat adanya kasus manipulasi laporan
keuangan dalam industri tersebut yang melibatkan Kimia Farma dan Indofarma.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian ini, masalah yang diteliti adalah faktor-faktor yang
mempengaruhi konservatisme akuntansi pada industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia Tahun 2008-2011.
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah maka tujuan dari penelitian ini adalah:
1) Menganalisis mekanisme corporate governance (komisaris independen, kepemilikan
institusional, kualitas audit) dan konservatisme akuntansi pada industri barang konsumsi.
2) Menganalisis pengaruh mekanisme corporate governance (komisaris independen, kepemilikan

institusional, dan kualitas audit) secara simultan terhadap konservatisme akuntansi pada
industri barang konsumsi.
3) Menganalisis

pengaruh

mekanisme

corporate

governance

secara

parsial

terhadap

konservatisme akuntansi:
a. Menganalisis pengaruh komisaris independen terhadap konservatisme akuntansi.

b. Menganalisis pengaruh kepemilikan institusional terhadap konservatisme akuntansi.
c. Menganalisis pengaruh kualitas audit terhadap konservatisme akuntansi.
3

1.4 Kegunaan Penelitian
Aspek Teoritis
1) Bagi penelitian selanjutnya, dapat dijadikan sebagai sarana pembelajaran untuk pemecahan
masalah dan sebagai tambahan referensi untuk penelitian sejenis yang akan datang.
2) Bagi para akademisi, dapat memberikan sumbangsih terhadap bidang ilmu yang berkaitan
dengan mekanisme corporate governance dan etika bisnis.
Aspek Praktis
1) Bagi auditor, dapat dijadikan sebagai bahan referensi dalam pelaksanaan kegiatan audit
terutama dalam penilaiannya terhadap kewajaran informasi dalam laporan keuangan klien.
2) Bagi perusahaan, dapat dijadikan sebagai bahan referensi dalam pengambilan keputusan untuk
menerapkan metode akuntansi dan dalam peningkatan pengawasan dalam perusahaan.

II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1 Stewardship Theory dan Agency Theory
Menurut Bapepam-LK (2006) corporate governance terkait dengan dua teori utama yaitu

stewardship theory dan agency theory. Stewardship theory memandang manajemen sebagai pihak

yang dapat dipercaya untuk bertindak dengan sebaik-baiknya bagi kepentingan publik pada
umumnya maupun shareholder pada khususnya. Sementara itu agency theory memandang bahwa
manajemen tidak dapat dipercaya untuk bertindak dengan sebaik-baiknya bagi kepentingan publik
pada umumnya maupun shareholder pada khususnya.
Dalam perkembangannya agency theory dipandang lebih mecerminkan kenyataan yang ada.
Berbagai pemikiran mengenai corporate governance terus berkembang dengan bertumpu pada
agency theory. Dalam hal ini pengelolaan perusahaan harus diawasi dan dikendalikan untuk

memastikan bahwa pengelolaan perusahaan telah dilakukan dengan penuh kepatuhan kepada
berbagai peraturan dan ketentuan yang berlaku.
Dalam agency theory terdapat konflik kepentingan antara pemegang saham dan manajemen
yag disebabkan adanya informasi asimetri. Informasi asimetri merupakan kondisi di mana
informasi yang dimiliki oleh satu pihak lebih banyak dibandingkan pihak lain (Darsono, 2005).
2.1.2 Mekanisme Corporate Governance
Corporate governance adalah suatu sistem yang dipakai “Board” untuk mengarahkan dan

mengendalikan serta mengawasi pengelolaan sumber daya organisasi secara efisien, efektif,
ekonomis, dan produktif dengan prinsip-prinsip transparansi, akuntabilitas, responsibilitas,

independensi, dan fairness dalam rangka mencapai tujuan perusahaan (Syakhroza, 2002). Dengan
kata lain corporate governance adalah sebuah sistem yang digunakan top management untuk
4

mengawasi dan mengendalikan perusahaan untuk mencapai tujuan perusahaan dengan tetap
memperhatikan kepentingan shareholder maupun stakeholder lainnya.
Mekanisme corporate governance digunakan sebagai faktor yang diduga dapat mendorong
konservatisme akuntansi, dimana corporate governance disini terdiri dari komisaris independen,
kepemilikan institusional, dan kualitas audit.
A. Komisaris Independen
Komisaris independen merupakan sebuah badan dalam perusahaan yang biasanya
beranggotakan dewan komisaris yang independen yang berasal dari luar perusahaan yang
berfungsi untuk menilai kinerja perusahaan secara luas dan keseluruhan (Ridho, 2010). Fungsi
penilaian oleh komisaris independen terhadap kinerja perusahaan dilakukan dengan mengawasi
kinerja manajemen agar tercipta perusahaan yang melaksanakan good corporate governance
(Hardiningsih, 2010).
B. Kepemilikan Institusional
Menurut Tarjo (2008) kepemilikan institusional merupakan saham perusahaan yang dimiliki
oleh institusi atau lembaga seperti perusahaan asuransi, bank, perusahaan investasi dan
kepemilikan institusi lain. Struktur kepemilikan (institusional dan manajerial) dalam perusahaan

akan membatasi praktik manipulasi laporan keuangan karena adanya pembagian persentase saham
yang akan diperoleh pihak pemegang saham (principal) dan pihak manajemen (agent).
Cornett, et.al, (2006) menyimpulkan bahwa tindakan pengawasan perusahaan oleh pihak
investor institusional dapat mendorong manajer untuk lebih memfokuskan perhatiannya terhadap
kinerja perusahaan sehingga akan mengurangi perilaku yang mementingkan diri sendiri
(opportunistic).

C. Kualitas Audit
Kualitas audit adalah probabilitas seseorang untuk dapat menemukan dan melaporkan tentang
adanya suatu pelanggaran dalam sistem akuntansi klien (De Angelo, 1981). Dalam penelitian
Jama’an (2008) kualitas audit diukur menggunakan persentase auditor spesialis industri, dimana
auditor spesialis industri ini adalah banyaknya jasa atestasi atau banyaknya klien industri sejenis
yang dikerjakan atau ditangani oleh auditor kantor akuntan publik (KAP) dalam tahun
pengamatan. Auditor spesialis industri menggambarkan keahlian dan pengalaman audit seorang
auditor pada bidang industri tertentu. Auditor tersebut dianggap lebih banyak memiliki
pengalaman dalam suatu bidang industri tertentu dibandingkan auditor lainnya (Almutari, 2007).
Auditor spesialis industri diyakini mampu mendeteksi kesalahan-kesalahan secara lebih baik,
meningkatkan efisiensi dan meningkatkan penilaian tentang kejujuran laporan keuangan.

5


2.1.3 Konservatisme Akuntansi
Menurut Wolk et al., (2001) dalam Bernawati dan Asfianti (2011) konservatisme akuntansi
dapat didefinisikan sebagai usaha untuk memilih metode akuntansi berterima umum yang (a)
memperlambat pengakuan revenue, (b) mempercepat pengakuan expense, (c) merendahkan
penilaian aset, dan (d) meningkatkan penilaian hutang. Sementara itu Wibowo (2002) dalam
Jama’an (2008) menyatakan bahwa konservatisme akuntansi mempercepat pengakuan biaya dan
kerugian pada saat terjadinya, tetapi tidak segera mengakui pendapatan atau laba yang akan
datang walaupun kemungkinan terjadinya sangat besar.
Gambar 1
Kerangka Pemikiran

2.2 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan teori dan kerangka pemikiran, hipotesis penelitian ini adalah:
1. Mekanisme corporate governance (komisaris independen, kepemilikan institusional, dan
kualitas audit) berpengaruh signifikan secara simultan terhadap konservatisme akuntansi.
2. Komisaris independen berpengaruh signifikan terhadap konservatisme akuntansi.
3. Kepemilikan institusional berpengaruh signifikan terhadap konservatisme akuntansi.
4. Kualitas audit berpengaruh signifikan terhadap konservatisme akuntansi.

III. METODE PENELITIAN
3.1 Jenis, Populasi dan Sampel Penelitian
Penelitian ini termasuk ke dalam jenis penelitian deskriptif verifikatif bersifat kausalitas.
Populasi penelitian adalah 32 perusahaan dalam sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di
BEI pada tahun 2008-2011. Metode sampling yang digunakan adalah purposive sampling.
Kriteria pemilihan sampel adalah: (1) perusahaan industri barang konsumsi yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia sampai tahun 2011, (2) perusahaan industri barang konsumsi yang terdaftar
6

secara konsisten di BEI selama tahun 2008-2011, (3) perusahaan industri barang konsumsi yang
mempublikasikan laporan tahunan selama tahun pengamatan yaitu tahun 2008-2011. Berdasarkan
kriteria tersebut diperoleh 11 perusahaan sebagai sampel yang akan digunakan dalam penelitian
ini.
3.2 Variabel dan Pengukurannya
3.2.1 Variabel Independen
Variabel independen dalam penelitian ini adalam mekanisme corporate governance yang
terdiri dari komisaris independen, kepemilikan institusional, dan kualitas audit.
3.2.2 Variabel Dependen
Variabel dependen yang diuji dalam penelitian ini adalah konservtisme akuntansi. Untuk
mengukur konservatisme akuntansi tersebut, peneliti menghitung selisih antara laba bersih
sebelum extraordinary item dengan arus kas kegiatan operasional.
Tabel 1
Operasionalisasi Variabel
Variabel Terukur
Konsep Variabel
Indikator
Skala
Komisaris
Komisaris independen merupakan
Independen (X1) sebuah badan dalam perusahaan
Persentase jumlah anggota
yang biasanya beranggotakan
dewan komisaris yang
dewan komisaris yang independen
berasal dari luar perusahaan Rasio
yang berasal dari luar perusahaan
(independen) dibagi total
yang berfungsi untuk menilai
anggota dewan komisaris.
kinerja perusahaan secara luas dan
keseluruhan (Ridho, 2010).
Kepemilikan
Kepemilikan institusional adalah
Institusional (X2) saham perusahaan yang dimiliki
oleh institusi atau lembaga seperti Persentase
kepemilikan
perusahaan
asuransi,
bank, saham yang dimiliki oleh Rasio
perusahaan
investasi
dan institusi dibagi total saham.
kepemilikan institusi lain
(Tarjo, 2008).
Kualitas Audit
Kualitas audit adalah probabilitas Persentase auditor spesialis =
(X3)
seseorang untuk dapat menemukan jumlah
perusahan
yang
Rasio
dan melaporkan penyelewengan diaudit oleh sebuah KAP
yang
terjadi
dalam
sistem dalam satu sektor dibagi total
akuntansi klien (DeAngelo, 1981). perusahaan
dalam
satu
sektor.
(Bersambung)

7

Tabel 1 (Sambungan)
Variabel Terukur
Konservatisme
Akuntansi (Y)

Konsep Variabel
Menurut Wibowo (2002) dalam
Jama’an (2008) konservatisme
akuntansi mempercepat pengakuan
biaya dan kerugian pada saat
terjadinya, tetapi tidak segera
mengakui pendapatan atau laba
yang akan datang walaupun
kemungkinan terjadinya sangat
besar.

Indikator

Skala

Tingkat
konservatisme
akuntansi = (laba bersih +
depresiasi + amortisasi) arus kas kegiatan operasi

Rasio

3.3 Metode Analisis Data
Penelitian ini menggunakan analisis regresi linear berganda. Suatu penelitian yang
menggunakan analisis regresi linear berganda harus memenuhi pengujian asumsi klasik. Hal ini
dilakukan untuk menentukan ketepatan model agar hasil penelitian tidak bias. Pengujian asumsi
klasik yang dilakukan dalam penelitian ini adalah uji normalitas, uji multikolinieritas, uji
autokorelasi, dan uji heteroskedastisitas. Sementara itu pengujian hipotesis pada penelitian ini
meliputi pengujian hipotesis secara simultan menggunakan uji F dan pengujian hipotesis secara
parsial menggunakan uji t.
Persamaan regresi linear berganda dirumuskan sebagai berikut:

Keterangan:
KONSERVF = konservatisme akuntansi
KINDP

= komisaris independen

KINST

= kepemilikan institusional

KAUDIT

= kualitas audit

α

= konstanta

β

= koefisien regresi masing-masing variabel

ε

= error term

8

IV. HASIL PENELITIAN
4.1 Statistik Deskriptif
Tabel 2
Hasil Pengujian Statistik Deskriptif
N

Minimum

Maximum

Mean

Std. Deviation

KINDP

44

.3000

.8000

.420011

.1334936

KINST

44

.4543

.9974

.769218

.1777950

KAUDIT

44

.0313

.0938

.068214

.0245577

KONSERVF 44 -315011979561 2493867000000 269829763204.93 557976546564.931
Sumber: Data sekunder yang diolah tahun 2012
Nilai tertinggi untuk komisaris independen dimiliki oleh PT. Unilever Indonesia Tbk (UNVR)
pada tahun 2011 yaitu sebesar 0,8000 dan nilai terendah untuk komisaris independen dimiliki
oleh PT. Indofood Sukses Makmur Tbk pada tahun 2008, 2009, dan 2010 yaitu sebesar 0,3000.
Nilai rata-rata lebih besar dibandingkan nilai standar deviasi yaitu 0,420 > 0,133 dimana hal ini
menunjukkan bahwa data komisaris independen tidak bervariasi.
Nilai tertinggi untuk kepemilikan institusional dimiliki oleh PT. Bentoel International
Investama Tbk (RMBA) pada tahun 2009 yaitu sebesar 0,9974 dan nilai terendah untuk
kepemilikan institusional dimiliki oleh PT. Ultra Jaya Milk Indonesia Tbk (ULTJ) pada tahun
2008 yaitu sebesar 0,4543. Nilai rata-rata lebih besar dibandingkan nilai standar deviasi yaitu
0,769 > 0,133 dimana hal ini menunjukkan bahwa data kepemilikan institusional tidak bervariasi
atau cenderung menyebar di sekitar rata-rata.
Nilai tertinggi untuk kualitas audit dimiliki oleh PT. Darya Varia Laboratoria (DVLA) tahun
2008-2011, PT. HM Sampoerna Tbk (HMSP) tahun 2009 dan 2008, PT. Indofood Sukses
Makmur Tbk (INDF) tahun 2008-2011, PT. Kalbe Farma Tbk (KLBF) tahun 2008-2011, PT.
Bentoel International Investama (RMBA) tahun 2010-2011, dan PT. Unilever Indonesia Tbk
tahun 2010-2011. Nilai terendah untuk kualitas audit dimiliki oleh PT. Kimia Farma Tbk (KAEF)
pada tahun 2008-2011 yaitu sebesar 0,0313. Nilai rata-rata lebih besar dibandingkan nilai standar
deviasi yaitu 0,769 > 0,133 dimana hal ini menunjukkan bahwa data kepemilikan institusional
tidak bervariasi atau cenderung menyebar di sekitar rata-rata.
Nilai tertinggi untuk konservatisme akuntansi dimiliki oleh PT. HM Sampoerna Tbk (HMSP)
tahun 2011 yaitu sebesar Rp 2.493.867.000.000 dan nilai terendah untuk konservatisme akuntansi
dimiliki oleh PT. Kalbe Farma Tbk (KLBF) pada tahun 2010 yaitu sebesar (Rp 315.011.979.561).
Nilai rata-rata lebih kecil dibandingkan nilai standar deviasi yaitu Rp 269.829.763.204 < Rp
557.976.546.564 dimana hal ini menunjukkan bahwa data konservatisme akuntansi sangat
bervariasi.
9

4.2 Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi uji normalitas, uji
multikolinieritas, uji autokorelasi, dan uji heteroskedastisitas. Hasil uji asumsi klasik pada
penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Uji Normalitas dilakukan dengan Kolmogorov-Sminornov Test, nilai signifikansi adalah
sebesar 0,075 dimana nilai ini lebih besar dari α = 0,05. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa seluruh variabel berdistribusi secara normal.
b. Uji Multikolinieritas dilakukan dengan melihat nilai tolerance dan variance inflation
factor (VIF) pada model regresi. Seluruh variabel memiliki nilai tolerance diatas 0,10 dan

nilai VIF dibawah 10, sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam model regresi tidak
terjadi multikolinieritas.
c. Uji Autokorelasi dilakukan dengan Durbin-Watson Test. Berdasarkan tabel signifikansi
5% dengan 34 sampel dan tiga variabel independen (k=3), maka tabel Durbin-Watson
memperlihatkan nilai du=1,652. Nilai dw=1,707 lebih besar dari nilai du =1,652 dan lebih
kecil dari 4– du (4–1,652) = 2,348. Maka dalam model regresi ini tidak terjadi autokorelasi
positif maupun negatif yang disimpulkan dari nilai du < dw < (4- du), yaitu 1,652 < 1,707 <
2,348.
d. Uji Heteroskedastisitas dengan melihat grafik scatterplot. Dari grafik scatterplot dapat
diketahui bahwa titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y,
sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi.
4.3 Analisis Regresi Linear Berganda

Variabel
Constanta

KINDP
KINST
KAUDIT
Model

Koefisien
23.927
-0.565
-2.262
12.025

Tabel 3
Hasil Analisis Regresi
t
F
12.126
-0.586
-1.412
2.481
2.970

Sig
0.000
0.562
0.168
0.019
0.048

R2

0.229

4.3.1 Koefisien Determinasi (R2)
Nilai koefisien determinasi (R2) adalah sebesar 0.229 atau 22.9%. Hal ini menunjukkan bahwa
kemampuan dari variabel independen yang terdiri dari komisaris independen, kepemilikan
institusional, dan kualitas audit dalam menjelaskan variasi variabel dependen yaitu konservatisme
akuntansi adalah sebesar 22.9%.

10

4.3.2 Pengujian Secara Simultan
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara simultan atau
bersama-sama terhadap variabel dependen. Berdasarkan hasil analisis regresi pada tabel 3 di atas,
nilai signifikansi untuk pengujian secara simultan (uji F) adalah sebesar 0.048 atau lebih kecil dari
0.05. Dengan demikian H0 ditolak dan Ha diterima, dimana hal tersebut menunjukkan bahwa
variabel independen berpengaruh secara simultan terhadap variabel dependen.
4.3.3 Pengujian Secara Parsial
Pengujian secara parsial bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel independen yaitu
mekanisme corporate governance yang terdiri dari komisaris independen, kepemilikan
institusional, dan kualitas audit secara parsial atau individu terhadap variabel dependen yaitu
konservatisme akuntansi. Hasil pengujian secara parsial dapat dilihat dari analisis regresi. Berikut
ini adalah persamaan regresi secara sistematik.
KONSERVF = 23,927 - 0,565 Ln_KINDP - 2,262 KINST + 12,025 SQRT_KAUDIT +
Persamaan di atas dapat diuraikan sebagai berikut.
Nilai konstanta sebesar 23,927 menyatakan bahwa jika ada komisaris independen, kepemilikan
institusional, dan kualitas audit maka kemungkinan besarnya nilai konservatisme akuntansi
(KONSERVF) adalah 23,927.
Koefisien regresi Ln_KINDP sebesar -0,565 menyatakan bahwa setiap penambahan 1
komisaris independen dan variabel lainnya konstan, maka konservatisme akuntansi (KONSERVF)
akan menurun sebesar 0,565.
Koefisien regresi KINST sebesar -2,262 menyatakan bahwa setiap penambahan 1 kepemilikan
institusional dan variabel lainnya konstan, maka konservatisme akuntansi (KONSERVF) akan
menurun sebesar 2,262.
Koefisien regresi SQRT_KAUDIT sebesar 12,025 menyatakan bahwa setiap penambahan 1
kualitas audit dan variabel lainnya konstan, maka konservatisme akuntansi (KONSERVF) akan
meningkat sebesar 12,025.
4.4 Pembahasan
4.4.1 Pengaruh Komisaris Independen Terhadap Konservatisme Akuntansi
Nilai signifikansi (Sig) variabel komisaris independen lebih besar dari nilai α yaitu 0,562 >
0,05 artinya variabel komisaris independen tidak berpengaruh terhadap konservatisme akuntansi.
Nilai koefisien regresi untuk variabel komisaris independen adalah (-0,565) dimana hal ini
menunjukkan bahwa komisaris independen memiliki arah koefisien negatif terhadap
konservatisme akuntansi. Hal ini menunjukkan bahwa semakin bertambahnya jumlah komisaris
independen, maka konservatisme akuntansi perusahaan akan menurun karena keberadaan
11

komisaris independen belum mampu atau belum secara maksimal menjalankan fungsinya dengan
baik yaitu belum menjalankan pengawasan terhadap kinerja perusahaan, belum bisa
menyeimbangkan pengambilan keputusan khususnya untuk melindungi pemegang saham
minoritas serta pihak-pihak lainnya yang terkait. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian
Indriyati (2010).
4.4.2 Pengaruh Kepemilikan Institusional Terhadap Konservatisme Akuntansi
Nilai signifikan kepemilikan institusional adalah 0,168 dimana nilai ini lebih besar dari α =
0,05. Ini menandakan bahwa variabel kepemilikan institusional secara parsial tidak berpengaruh
terhadap konservatisme akuntansi. Nilai koefisien regresi untuk kepemilikan institusional sebesar
(-2,262) menunjukkan bahwa kepemilikan institusional mempunyai arah koefisien negatif
terhadap konservatisme akuntansi. Hal ini menunjukkan bahwa semakin bertambahnya jumlah
kepemilikan institusional menyebabkan konservatisme akuntansi semakin menurun karena
banyaknya jumlah kepemilikan institusional belum mampu atau belum secara maksimal
menyediakan fungsi pengawasan terhadap tindakan manajemen dalam menyediakan dan
mengungkapkan informasi yang akurat dan transparan. Hasil penelitian ini sesuai dengan
penelitian Bernawati dan Asfianti (2011).
4.4.3 Pengaruh Kualitas Audit Terhadap Konservatisme Akuntansi
Nilai signifikan (Sig) variabel kualitas audit lebih kecil dari nilai α yaitu 0,019 < 0,05. Ini
berarti variabel kualitas audit secara parsial berpengaruh terhadap konservatisme akuntansi. Nilai
koefisien regresi untuk kualitas audit sebesar 12,025 menunjukkan bahwa kualitas audit memiliki
arah koefisien regresi positif terhadap konservatisme akuntansi. Hal ini berarti, semakin tinggi
kualitas audit menyebabkan konservatisme akuntansi semakin meningkat karena kualitas audit
yang disediakan oleh auditor spesialis dianggap memiliki kualitas yang lebih baik sehubungan
dengan banyaknya pengalaman yang telah ditempuh auditor sehingga meningkatkan pengetahuan
dan kompetensi auditor mengenai risiko audit khusus pada sektor tertentu. Hasil penelitian ini
sesuai dengan penelitian Jama’an (2008).
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1) Variabel independen yaitu mekanisme corporate governance yang terdiri dari komisaris
independen, kepemilikan institusional, dan kualitas audit secara simultan berpengaruh
terhadap konservatisme akuntansi.
2) Secara parsial hanya kualitas audit yang berpengaruh signifikan dengan arah koefisien
positif terhadap konservatisme akuntansi, sementara itu komisaris independen dan
kepemilikan institusional tidak berpengaruh signifikan terhadap konservatisme akuntansi.
12

5.2 Saran
5.2.1 Aspek Teoritis
1) Bagi penelitian selanjutnya, diharapkan:
a. Menambah variabel independen lainnya yang relevan, seperti komite audit, komposisi
dewan direksi, dan kepemilikan manajerial untuk mengetahui bagaimana pengaruhnya
terhadap konservatisme akuntansi.
b. Menggunakan proksi lain untuk mengukur konservatisme akuntansi seperti asumsi
skala nominal, indeks konservatisme dengan menggunakan earnings/stock return
relation measures, net asset measures, dan discetionary accrual.

c. Menggunakan objek penelitian yang berbeda dari jenis industri lainnya atau menambah
populasi perusahaan dari semua industri yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
d. Menambah periode tahun pengamatan atau menggunakan rentang waktu pengamatan
yang berbeda.
2) Bagi para akademisi, diharapkan memberikan tambahan referensi bagi peneliti berkaitan
dengan mekanisme corporate governance, sehingga penelitian selanjutnya menjadi lebih
baik.
5.2.2 Aspek Praktis
1) Bagi Auditor, diharapkan memperbanyak proses audit terhadap satu sektor tertentu agar
tingkat spesialisasi auditor semakin meningkat sehingga pengetahuan dan kompetensi
auditor sehubungan dengan audit yang dilakukan terhadap sektor tertentu juga meningkat.
Hal ini ditujukan agar auditor lebih kompeten dalam melakukan penilaian terhadap laporan
keuangan perusahaan dalam satu sektor tertentu.
2) Bagi Perusahaan, diharapkan:
a. Memastikan bahwa fungsi dari komisaris independen dilaksanakan dengan benar dan
efektif. Selain itu, untuk memaksimalkan fungsi pengawasan komisaris independen
perusahaan diharapkan tidak hanya menambah jumlah komisaris independen sekedar
untuk memenuhi regulasi, tetapi juga melakukan koordinasi antara komisaris
independen sehingga komisaris independen dapat melaksanakan fungsinya dengan
optimal.
b. Memastikan bahwa tidak hanya sekedar menambah jumlah kepemilikan institusional
untuk memaksimalkan pengawasannya, namun perusahaan juga harus memastikan
bahwa fungsi dari kepemilikan institusional dilaksanakan dengan benar dan efektif.
Selain itu investor institusional diharapkan tidak hanya mengutamakan kepentingan
dirinya sendiri dan pihak-pihak berkepentingan lainnya saja. Dalam hal ini investor
institusional diharapkan dapat menyeimbangkan pemenuhan kepentingan antara dirinya
13

sendiri, pihak-pihak lain yang berkepentingan, dan pemenuhan fungsi pengawasan yang
efektif sehingga mampu mendukung mekanisme corporate governance.
c. Menggunakan jasa auditor spesialis sektor untuk meningkatkan kualitas audit atas
laporan keuangan sehubungan dengan konservatisme akuntansi.
d. Mengakui laba, kerugian dan biaya dengan penuh kehati-hatian. Dalam hal ini
perusahaan diharapkan untuk dengan segera mengakui kerugian dan biaya pada saat
terjadinya, namun tidak mengakui laba dengan segera walaupun kemungkinan
terjadinya sangat besar.

DAFTAR PUSTAKA
Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan. (2006). Studi Penerapan Prinsip-Prinsip
OECD 2004 Dalam Peraturan Bapepam Mengenai Corporate Governance. Diunduh dari:

http://www.bapepam.go.id/pasar_modal/publikasi_pm/kajian_pm/studi-2006/Studi-PenerapanOECD.pdf [18 April 2012].
Bernawati, Yustrida dan Asfianti, Leli. Mekanisme Good Corporate Governance, Konservatisme
Akuntansi dan Kinerja Perusahaan. Jurnal Ekonomi, ISSN 1978-9998. Vol.4, No. 1, Juni 2011.
Cornett, M.M., A.J. Marcus, and A. Saunders. (2006). Earnings Management, Corporate
Governance, and Trust Financial Performance. Diunduh dari: http://papers.ssrn.com/ [29

Maret 2012].
Darsono dan Ashari. (2005). Pedoman Praktis Memahami Laporan Keuangan. Yogyakarta: Andi.

De Angelo, L.E. (1981). Auditor Size and Audit Quality. Journal of Accounting Review, pp. 462479.
Hardiningsih, Pancawati. (2010). Pengaruh Independensi, Corporate Governance, Dan Kualitas
Audit Terhadap Integritas Laporan Keuangan. Jurnal Kajian Akuntansi ISSN: 1979-4886, 2(1),
61-76.
Indriyati, Martha Rizki. (2010). Pengaruh Karakteristik Dewan Komisaris Terhadap Tingkat
Konservatisme Akuntansi. Skripsi Universitas Diponegoro Semarang: tidak diterbitkan.

Indonesian Stock Exchange. (2010). Buku Panduan Indeks Harga Saham Bursa Efek Indonesia.
Jakarta: Bursa Efek Indonesia. Diunduh dari: www.idx.co.id [21 Maret 2012]

14

Jama’an. (2008). Pengaruh Mekanisme Corporate Governance dan Kualitas Kantor Akuntan
Publik Terhadap Integritas Laporan Keuangan. Tesis Universitas Diponegoro Semarang: tidak

diterbitkan.
Rahmawati, Fitri. (2010). Pengaruh Karakteristik Dewan Sebagai Salah Satu Mekanisme
Corporate Governance Terhadap Konservatisme Akuntansi Di Indonesia. Skripsi Universitas

Diponegoro: tidak diterbitkan.
Ridho, Mohammad Rasyid. (2010). Analisis Pengaruh Corporate Governance Dan Kualitas
Audit Terhadap Integritas Laporan Keuangan Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar
Pada Bursa Efek Indonesia. Skripsi Universitas Gunadarma. Tidak Diterbitkan.

Sitepu, Nanda. (2010). Pertumbuhan Indeks Sektoral Semester I 2010, Sektor Konsumsi Masih
Yang Terbanyak. Diunduh dari: http://vibiznews.com/column/stock/2010/07/15/pertumbuhan-

indeks-sektoral-semester-i-2010-sektor-barang-konsumsi-masih-yang-terbaik-/ [07 Mei 2012]
Syakhroza, Achmad. (2002). Makalah Penerapan Corporate Governance. Universitas
Diponegoro Semarang.
Tarjo. (2008). Pengaruh Konsentrasi Kepemilikan Institusional Dan Leverage Terhadap
Manajemen Laba, Nilai Pemegang Saham Serta Cost Of Equity Capital. Simposium Nasional
Akuntansi XI Pontianak.

15