POSISI KERJA DAN KELUHAN SUBYEKTIF MUSKU

POSISI KERJA DAN KELUHAN SUBYEKTIF MUSKULOSKELETAL
PADA TENAGA KERJA BAGIAN PACKING DI PT. Y GRESIK
Awan Santoso, Noeroel Widajati
Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja
Fakultas Vokasi, Universitas Airlangga
Email: awansantoso18@gmail.com
ABSTRACT
Working postures in manual handling may affect the effectiveness and efficiency of
work, productivity and may also be a cause factor of accident and also work-related disease
like low back pain and musculoskeletal disorders. This research was an observational with
cross-sectional approach. Sample of this research were all of packing section workers totally
11 workers. Data were collected using questionair e, interview and observation. Observing
and assessing working postures have done using OWAS, while musculoskeletal complaints
have done using Nordic Body Map. The data were analyzed descriptively, descr ibed
narratively. Ba sed on the result of this resea rch, supplying product into packing machine and
lifting product were categorized as unsafe working postures or high r isk on musculoskeletal
complaint. Musculoskeletal complaint were complained by most of workers (90,10%) with
most complaint on waist and hip (81,80%) and also right shoulder (54,55%) of all workers.
Awkward postures, wrong process of lifting and carrying may be cause factors of
musculoskeletal complaint. So that, the company should provide training on ergonomic and
monitoring the working postures frequently to reduce and prevent musculoskeletal complaint.

Keywords: Working postures, musculoskeletal compla int

ABSTRAK
Postur kerja dalam penanganan bahan secara manual dapat mempengaruhi efektivitas,
efisiensi dan produktifitas kerja serta dapat menjadi salah satu faktor penyebab kecelakaan
maupun penyakit akibat kerja seperti nyeri punggung bawah dan keluhan pada sistem
muskuloskeletal. Penelitian ini merupakan peneltian observasional denga n pendekatan crosssectional. Sampel penelitian melibatkan seluruh tenaga kerja bagian packing sebanyak 11
orang. Data diperoleh menggunakan kuesioner, wawancara dan observasi. Metode yang
digunakan dalam melakukan observasi dan penilaian postur kerja adalah Ovako Working
Analysis System (OWAS) dan untuk mengetahui keluhan subyektif muskuloskeletal
menggunakan Nordic Body Map (NBM). Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif dan
dijelaskan dalam bentuk narasi dan tabulasi silang. Berdasarkan hasil penelitian diketahui
bahwa pada pekerjaan supply produk ke atas mesin dan mengangkat produk termasuk
kategori tidak aman. Keluhan subyektif muskuloskeletal dialami sebagian besar tenaga kerja,
yaitu 90,10% dengan keluhan terbanyak pada bagian pinggang dan pinggul sebesar 81,80%
dan bahu kanan sebesar 54,55% dari seluruh tenaga kerja. Postur kerja, cara mengangkat dan
mengangkut yang salah dapat menjadi faktor penyebab ataupun memperparah keluhan
muskuloskeletal, sehingga tenaga kerja pada bagian packing perlu diberikan pelatihan
mengenai ergonomi dan dilakukan pemantauan postur kerja untuk mencegah atau mengurangi
keluhan muskuloskeletal.

Kata kunci: Postur kerja, keluhan muskuloskeletal

PENDAHULUAN
Ergonomi
atau
ergonomics
sebenarnya berasal dari kata Yunani yaitu
ergo yang berarti kerja dan nomos yang
berarti hukum. Dengan demikian ergonomi
dimaksudkan sebagai disiplin keilmuan
yang mempelajari manusia kaitannya
dengan pekerjaannya (Wignjosoebroto,
1995). Menurut Nurmianto
(2004)
Ergonomi berkenaan pula dengan optimasi,
efisiensi, kesehatan, keselamatan dan
kenyamanan manusia di tempat kerja,
rumah dan tempat rekreasi.
Sebagai
suatu

bidang
studi
mutidisiplin, ergonomi mencakup berbagai
aspek ilmu yang luas. Tarwaka (2010)
menyatakan
bahwa
pada dasarnya
ergonomi dapat dibagi menjadi empat
kelompok spesialisasi ilmu, yaitu:
1. Ergonomi fisik, yang berkaitan
dengan disiplin ilmu tentang anatomi
kerja, antropometrik, fisiologi dan
karakteristik biomekanis, sikap kerja,
aktivitas mengangkat beban atau
manual handling, gerakan repetitif,
penyakit muskuloskeletal akibat
kerja, tata letak tempat kerja,
keselamatan dan kesehatan kerja.
2. Ergonomi
kognitif,

utamanya
berkaitan proses mental, seperti
persepsi, memori, penalaran, respon
motor. Ergonomi kognitif meliputi
beban
mental
akibat
kerja,
pengambilan keputusan, penampilan
keterampilan kerja, interaksi manusia
- mesin, pelatihan yang berhubungan
dengan sistem perencanaan pekerja.
3. Ergonomi organisasi,
berkaitan
dengan optimalisasi sistem socio teknik juga meliputi komunikasi,
manajemen sumber daya pekerja,
perencanaan tugas, perencanaan
waktu kerja, kerja sama tim kerja,
perencanaan
partisipasi

kerja,
ergonomi komunitas, paradigma
kerja yang baru, pola kerja jarak jauh
dan manajemen kualitas kerja.
4. Ergonomi
lingkungan
kerja,
berkaitan dengan masalah faktor fisik

lingkungan
kerja,
seperti
pencahayaan, temperatur atau iklim
kerja, kebisingan dan getaran.
Ergonomi lingkungan kerja meliputi
beberapa kajian seperti; perancangan
ruang kerja, house keeping dan
kenyamanan pemakaian APD.
Menurut MacLeod (1999) dalam
jurnalnya yang berjudul “the rules of work,

a practical engineer ing guide to
ergonomics”
ergonomi fisik
dapat
diperinci sebagai satu set sepuluh prinsip
yang saling terkait, yaitu:
1. Bekerja pada posisi tubuh yang
netral atau posisi alamiah tubuh
2. Mengurangi pengerahan kekuatan
yang berlebihan
3. Menjaga segala sesuatu dalam
jangkauan yang mudah
4. Bekerja di ketinggian yang tepat
5. Mengurangi gerakan berlebihan
6. Minimalkan kelelahan dan beban
statis
7. Minimalkan titik-titik tekan pada
tubuh
8. Menyediakan ruang bebas untuk
tubuh atau clearance

9. Latihan atau olahraga
10. Menjaga lingkungan kerja yang
nyaman
Proses kerja manual handling di
Indonesia
masih banyak
dijumpai.
Pekerjaan mengangkat dan mengangkut
barang merupakan salah satu contoh
manual handling. Menurut Nurmianto
(2004) manual handling dipilih karena bila
dibandingkan dengan penanganan material
menggunakan alat bantu
memiliki
kelebihan berupa fleksibilitas gerakan yang
dapat dilakukan untuk beban-beban ringan,
akan tetapi postur yang dilakukan berisiko
besar sebagai penyebab penyakit tulang
belakang atau low back pain.
Apabila otot menerima beban statis

secara berulang dan dalam waktu yang
lama, maka akan dapat menyebabkan
keluhan berupa kerusakan pada sendi,
ligamen, dan tendon. Keluhan hingga
kerusakan inilah yang biasanya disebut
dengan keluhan musculoskeletal disorders

(MSDs) atau cedera pada sistem
muskuloskeletal (Tarwaka, 2010). Gejala
adanya
keluhan
pada
sistem
muskuloskeletal meliputi rasa nyeri,
kekakuan, pembengkakan, mati rasa, dan
kesemutan (NIOSH, 2012).
Menurut European Agency for Safety
and Hea lth at Work (2008) Keluhan
muskuloskeletal yang berhubungan dengan
pekerjaan atau biasa disebut work-related

musculoskeletal
disorders
(WMSDs)
adalah kerusakan struktur tubuh yang
disebabkan atau diperparah terutama oleh
performa kerja dan efek dari lingkungan
kerja.
Keluhan sistem muskuloskeletal
disebabkan oleh berbagai faktor yang dapat
diklasifikasikan ke dalam tiga kelompok
utama, yaitu faktor individu, psikososial,
dan fisik. Faktor fisik merupakan faktor
penyebab keluhan muskuloskeletal yang
paling banyak dikenal secara umum,
seperti beban kerja fisik, postur tubuh,
aktivitas berulang dan memerlukan tenaga
berlebihan, beban otot statis, getaran dan
suhu dingin (Dohyung, 2007).
Tarwaka (2010) menjelaskan bahwa,
terdapat

lima
faktor yang dapat
menyebabkan
terjadinya
keluhan
muskuloskeletal antara lain:
1. Peregangan otot yang berlebihan
Pada
umumnya
sering
dikeluhkan oleh pekerja dimana
aktivitas
kerjanya
menuntut
pengerahan tenaga yang besar seperti
aktivitas
mengangkat
dan
mengangkut. Peregangan otot yang
berlebihan

ini
terjadi karena
pengerahan tenaga yang diperlukan
melampaui kekuatan optimum otot.
Apabila hal serupa sering dilakukan
maka dapat mempertinggi risiko
terjadinya keluhan otot bahkan dapat
menyebabkan terjadinya cedera otot
skeletal.
2. Aktivitas berulang
Aktivitas
berulang
adalah
pekerjaan yang dilakukan secara

terus menerus dengan gerakan tubuh
berulang, seperti pekerjaan mengetik,
mencangkul, membelah kayu besar,
angkat-angkut dan lain sebagainya.
Khaizun (2013) menyatakan bahwa
gerakan yang terlalu sering, cepat
dan dalam waktu yang lama dapat
menyebabkan keluhan otot karena
otot menerima tekanan akibat beban
kerja terus menerus tanpa melakukan
relaksasi.
3. Sikap kerja tidak alamiah
Sikap kerja tidak alamiah adalah
sikap kerja yang menyebabkan posisi
bagian tubuh bergerak menjauhi
posisi alamiah, misalnya pergerakan
tangan terangkat, punggung terlalu
membungkuk dan kepala terangkat.
Kuswati (2008) menyatakan bahwa
postur
tidak
alamiah
dapat
menyebabkan
otot tidak dapat
bekerja secara efisien, oleh karena itu
otot memerlukan kekuatan yang
lebih untuk dapat menyelesaikan
tugasnya, hal ini dapat meningkatkan
beban yang dapat menyebabkan
kelelahan dan ketegangan pada otot
dan tendon.
4. Faktor penyebab sekunder
Terdapat penyebab lain yang
dapat menjadi faktor terjadinya
keluhan muskuloskeletal, antaran
lain adanya tekanan pada jaringan
otot, getaran, mikroklimat atau
paparan suhu ekstrim dan paparan
bahan kimia.
5. Penyebab kombinasi
Risiko terjadinya keluhan otot
skeletal akan meningkat apabila
dalam melakukan tugasnya, tenaga
kerja dihadapkan pada beberapa
faktor risiko dalam waktu yang
bersamaan, misalnya pekerja harus
melakukan aktivitas angkat angkut di
bawah tekanan panas matahari
seperti pada tenaga kerja bangunan.

Selain ke-lima faktor penyebab
terjadinya
keluhan
pada
sistem
muskuloskeletal tersebut di atas, faktor
individu seperti umur, jenis kelamin,
kebiasaan
merokok,
aktifitas
fisik,
kekuatan fisik dan ukuran tubuh juga
dapat menjadi penyebab terjadinya keluhan
otot skeletal.
Tarwaka (2010) menyatakan bahwa
tingkat kesegaran tubuh yang rendah akan
mempertinggi risiko terjadinya keluhan
otot. Siswanto (1991) menyatakan bahwa
aktivitas fisik yang teratur membantu
meningkatkan efisiensi jantung secara
keseluruhan.
Bukhori (2010) menjelaskan tentang
mekanisme merokok dengan kejadian
MSDs, yaitu nikotin yang masuk ke dalam
tubuh
melalui
asap
rokok
bisa
mempengaruhi berkurangnya aliran darah
ke jaringan tubuh, selain itu merokok juga
dapat menyebabkan terjadinya kekurangan
kandungan mineral pada tulang, sehingga
menyebabkan nyeri akibat keretakan atau
kerusakan pada tulang.
National Health Interview Study
(NHIS) (2008)
melaporkan bahwa
muskuloskeletal
disorders
(MSDs)
merupakan penyebab dari 50% penyakit
akibat kerja pada ekstremitas atas atau
anggota gerak tubuh bagian atas yang
meliputi bahu, lengan atas, siku, lengan
bawah, pergelangan tangan dan telapak
tangan. The Bureau of Labor Statistics
(BLS) melaporkan bahwa pada tahun 2011
MSDs menyumbang 33% dari semua kasus
cedera akibat kerja dan penyakit akibat
kerja dengan jumlah kasus 387.820
(Tarwaka, 2010).
Data mengenai insiden “over
exertion – lifting and carrying” yaitu
kerusakan jaringan tubuh yang diakibatkan
oleh beban angkat yang berlebih, telah
mencapai nilai rata – rata 18% dari seluruh
kecelakaan selama tahun 1982 – 1985
menurut data statistik tentang kompensasi
para pekerja di negara bagian New South
Wales, Australia. Dari data kecelakaan ini
93% di antaranya diakibatkan oleh strain
(rasa nyeri yang berlebihan) sedangkan 5%

lainnya pada hernia. Dari data tentang
strain 61% di antaranya berada pada
bagian punggung (Nurmianto, 2004).
Survei yang dilakukan Labour Force
Inggris, menyatakan bahwa jumlah kasus
MSDs di Inggris pada periode 2011/2012
adalah 439.000 dari total semua penyakit
yang berhubungan dengan pekerjaan
sebanyak 1.0730.000 dan pekerjaan utama
penyebab
keluhan
pada
sistem
muskuloskeletal ini adalah manual
handling, pekerjaan dengan posisi yang
melelahkan (Ramadhani, 2014).
Berdasarkan pengamatan awal yang
dilakukan di PT. Y Gresik pada bagian
packing terlihat beberapa pekerjaan yang
tidak sesuai dengan prinsip ergonomi
dilakukan
oleh
tenaga
kerja.
ketidaksesuaian tersebut seperti postur
kerja yang membungkuk, cara mengangkat
menggunakan kekuatan punggung dan
adanya penghalang pada stasiun kerja pada
proses memasukkan produk ke bagian atas
mesin, sehingga tenaga kerja harus
membungkuk untuk melakukan tugasnya.
Selain itu, adanya tenaga kerja yang
mengaku mengalami keluhan nyeri
punggung. Keluhan nyeri punggung
tersebut dapat menjadi tanda adanya
keluhan sistem muskuloskeletal.
Berdasarkan hasil pengamatan dan
banyaknya angka kejadian keluhan
muskuloskeletal yang telah disebutkan di
atas, maka penting untuk dilakukan
penelitian
mengenai
keluhan
muskuloskeletal pada tenaga kerja packing
di PT. Y Gresik untuk mengetahui lebih
dini penyebab keluhan tersebut dan
mencegah serta mengurangi adanya
keluhan pada sistem muskuloskeletal.
Penelitian ini difokuskan mengenai
posisi kerja dan keluhan subyektif
muskuloskeletal pada tenaga kerja bagian
packing di PT. Y Gresik.
Secara umum, tujuan penelitian ini
adalah untuk mempelajari posisi kerja dan
keluhan muskuloskeletal pada tenaga kerja
bagian packing di PT. Y Gresik. Secara
khusus, penelitian ini ditujukan untuk
mempelajari posisi kerja yang dilakukan

oleh tenaga kerja bagian packing
menggunakan
metode
OWAS,
mempelajari karakteristik individu tenaga
kerja bagian packing (berupa umur,
kebiasaan merokok dan kebiasaan olah
raga), mengidentifikasi adanya keluhan
muskuloskeletal menggunakan lembar
Nordic Body Map (NBM), serta untuk
mempelajari
karakteristik
individu
terhadap keluhan muskuloskeletal pada
tenaga kerja bagian packing di PT. Y
Gresik.
METODE
Ditinjau dari sifatnya termasuk
dalam penelitian deskriptif. Berdasarkan
cara yang digunakan dalam pengumpulan
datanya termasuk dalam penelitian
observasional karena data yang didapat
berasal dari data primer melalui
wawancara, observasi, dan kuesioner.
Ditinjau berdasarkan segi waktunya,
penelitian ini termasuk cross-sectional
karena pengamatan terhadap variabel
dilaksanakan pada waktu yang bersamaan.
Penelitian tentang posisi kerja dan
keluhan subyektif muskuloskeletal pada
tenaga kerja bagian packing di PT. Y
Gresik dan dilakukan pada tanggal 7 s.d 15
Mei 2015.
Populasi dalam penelitian ini adalah
tenaga kerja yang ada pada bagian packing
di PT. Y Gresik yang berjumlah 11 orang.
Sampel dalam penelitian ini adalah
keseluruhan dari populasi tenaga kerja
pada bagian packing di PT. Y Gresik. Data
yang telah dikumpulkan diolah secara
deskriptif dan disajikan dalam bentuk
narasi dan tabel distribusi frekuensi.
HASIL
PT. Y Gresik merupakan salah satu
perusahaan nasional milik swasta yang
bergerak di bidang manufaktur dengan
jumlah tenaga kerja sekitar 100 orang.
Salah satu produk yang dihasilkan adalah
bahan pengawet dan bahan tambahan
untuk makanan.

Setiap hari dalam proses produksinya
terdapat tiga shift kerja, yaitu dimulai jam
8.00 s.d. 16.00 pada shift pertama, jam
16.00 s.d. 00.00 untuk shift ke dua dan jam
00.00 s.d. 08.00 untuk shift ke tiga.
Pada bagian packing juga mengikuti
jam kerja tiga shift tersebut. Jumlah hari
kerja pada bagian packing hanya lima hari
kerja, yaitu hari senin sampai dengan hari
jumat, sedangkan pada bagian produksi
setiap hari, namun tetap lima hari kerja
dengan perputaran jadwal kerja dari
masing- masing kelompok shift kerja.
Tenaga kerja bagian packing bekerja
dengan target produksi setiap harinya
sekitar 9 ton hingga 13 ton. Target
produksi tersebut dibagi pada tiga shift
kerja dengan jumlah total tenaga kerja
sebanyak 11 orang.
Terdapat beberapa tahap atau bagian
dalam pekerjaan pa cking, di antaranya
adalah pembentukan kardus, pengisian
produk
pada bagian atas
mesin,
pengoperasian mesin, memasukkan produk
dari hasil mesin packing ke dalam kardus
kemudian mengangkut kardus yang telah
berisi produk tersebut ke palet forklift .
Seluruh proses kerja tersebut dilakukan
secara manual.
Lingkungan kerja pada bagian
packing tergolong kurang nyaman, di
antaranya disebabkan suhu ruangan yang
cukup panas pada siang hari dengan
minimnya ventilasi, hanya terdapat kipas
kecil yang diletakkan di dekat tenaga kerja
yang memasukkan produk ke dalam
kardus. Posisi kerja pada saat memasukkan
produk ke dalam kardus yang duduk pada
kursi kecil dengan alas duduk keras tanpa
busa, selain itu posisi kerja yang dilakukan
oleh tenaga kerja ketika memasukkan
produk ke dalam mesin packing pada
bagian atas mesin yang terhalang oleh
dinding menyebabkan tenaga kerja
kesulitan dalam melakukan pekerjaannya,
sehingga harus membungkuk untuk
melakukan pekerjaan tersebut.
Pekerjaan pada bagian packing
tersebut tergolong jenis pekerjaan yang
tidak teliti untuk pencahayaan yang

diperlukan, namun tergolong pekerjaan
yang cukup berat karena memerlukan
pengerahan otot yang cukup besar,
misalnya saat mengangkut produk dalam
karung maupun kardus dengan berat 25 kg.
Namun demikian, meskipun pekerjaan
packing diberikan target harian, apabila
tenaga kerja merasa lelah saat bekerja
dapat beristirahat sejenak, berjalan-jalan,
atau mengobrol dengan rekan kerja mereka
kemudian melanjutkan pekerjaannya.
Berdasarkan
hasil
penelitian
diketahui bahwa umur tenaga kerja bagian
packing berkisar antara 24 s.d.33 tahun.
Penelitian ini membagi kategori umur
menjadi 2 kategori, yaitu ≤ 30 tahun dan >
30 tahun. Diperoleh data umur tenaga kerja
packing terbanyak pada kategori ≤ 30
tahun sebanyak tujuh orang (63,64%).
Kebiasaan merokok tenaga kerja
bagian packing dibagi menjadi dua
kategori yaitu mempunyai kebiasaan
merokok dan tidak mempunyai kebiasaan
merokok. Berdasarkan kuesioner dan
wawancara, diperoleh data kebiasaan
merokok dengan jumlah tenaga kerja
bagian packing lebih banyak yang
merokok dibanding dengan yang tidak
merokok, yaitu sebanyak enam orang
(54,55%).
Kebiasaan Olahraga dibagi menjadi
2 kategori yaitu teratur dan tidak teratur
melakukan olahraga. Dikatakan teratur
melakukan olahraga jika tenaga kerja
bagian packing melakukan olahraga
sebanyak tiga kali dalam seminggu selama
minimal 30 menit setiap kali olahraga.
Data hasil kuesioner dan wawancara
menunjukkan bahwa sebagian besar tenaga
kerja bagian packing tidak teratur
melakukan olahraga, yaitu sebanyak 10
orang (90,90%) atau hanya satu orang
tenaga kerja yang melakukan olahraga
secara teratur.
Aplikasi metode OWAS didasarkan
pada hasil pengamatan dari berbagai posisi
yang diambil pada tenaga kerja selama
melakukan pekerjaannya dan digunakan
untuk mengidentifikasi sampai dengan 252
posisi yang berbeda, sebagai hasil dari

kemungkinan kombinasi postur tubuh.
Posisi punggung (4 posisi), posisi lengan
(3 posisi), posisi kaki (7 posisi), dan
pembebanan (3 interval) (Tarwaka, 2010).
1. Posisi punggung:
1) Tegak atau lurus
2) Membungkuk ke depan atau
ke belakang
3) Berputar dan bergerak ke
samping (memuntir)
4) Berputar dan bergerak ke
samping dan ke depan
(ditekuk memutar)

2
3
1
Gambar 1. Klasifikasi posisi punggung

4

2. Posisi lengan:
1) Kedua lengan di bawah
ketinggian bahu
2) Salah satu lengan berada di
atas ketinggian bahu
3) Kedua lengan berada di atas
ketinggian bahu

1
2
Gambar 2. Klasifikasi posisi lengan
3. Posisi kaki:
1) Duduk
2) Berdiri dengan kedua kaki
lurus
3) Berdiri dengan beban pada
salah satu kaki (salah satu
kaki menekuk)
4) Berdiri dengan kedua lutut
sedikit ditekuk
5) Berdiri dengan salah satu
lutut ditekuk
6) Jongkok dengan satu atau
kedua kaki
7) Bergerak atau berpindah
(berjalan)

3

1

2

4

3

6

5

2) Skor 2 , yaitu posisi kerja
yang dapat menyebabkan
kerusakan
muskuloskeletal
(risiko sedang)
3) Skor 3, yaitu posisi kerja
dengan efek berbahaya pada
sistem
muskuloskeletal
(risiko tinggi)
4) Skor 4, yaitu posisi kerja
dengan efek sangat berbahaya
pada sistem muskuloskeletal
(risiko sangat tinggi)
6. Kombinasi posisi punggung, lengan,
kaki, dan beban yang diangkat:
Skor akhir yang diperoleh
(skor 1 s.d. 4) merupakan hasil
tabulasi silang dari masing- masing
posisi tubuh yang diteliti. Berikut di
bawah ini tabel tabulasi silang
tersebut.

7

Gambar 3. Klasifikasi posisi kaki
4. Beban atau kekuatan yang ditopang
(force):
1) < 10 kg.
2) 10 kg. S.d. 20 kg.
3) > 20 kg.
5. Klasifikasi kategori posisi kerja:
1) Skor 1, posisi normal tanpa
efek yang dapat mengganggu
pada sistem muskuloskeletal
(risiko rendah)
Tabel 1. Tabel kombinasi posisi tubuh

Kaki

Punggung

Lengan

1

2

3

4

5

6

7

Beban

Beban

Beban

Beban

Beban

Beban

Beban

1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
1

2

3

4

1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3

1
1
1
2
2
3
1
2
2
2
3
4

1
1
1
2
2
3
1
2
2
3
3
4

1
1
1
3
3
4
1
3
3
3
4
4

1
1
1
2
2
2
1
1
1
2
2
2

1
1
1
2
2
2
1
1
1
3
3
3

1
1
1
3
3
3
1
1
1
3
4
4

Prosedur ringkas analisis posisi kerja
menggunakan metode Ovako Working
Analysis System (OWAS) secara ringkas
sebagai berikut:
1. Pertama adalah menentukan apakah
pengamatan pekerjaan harus dibagi
menjadi beberapa fase atau tahapan
dalam
rangka
memfasilitasi

1
1
1
2
2
3
1
1
2
2
3
3

1
1
1
2
3
3
1
1
2
3
3
3

1
1
1
3
3
3
2
2
3
3
4
4

2
2
2
3
3
3
3
4
4
4
4
4

2
2
2
3
4
4
3
4
4
4
4
4

2
2
3
3
4
4
3
4
4
4
4
4

2
2
2
3
4
4
4
4
4
4
4
4

2
2
2
3
4
4
4
4
4
4
4
4

2
2
3
3
4
4
4
4
4
4
4
4

1
1
1
2
4
4
1
3
4
4
4
4

1
1
1
2
4
4
1
3
4
4
4
4

1
1
1
2
4
4
1
3
4
4
4
4

1
1
1
3
2
2
1
1
1
2
2
2

1
1
1
3
3
3
1
1
1
3
3
3

1
1
2
3
4
4
1
1
1
4
4
4

pengamatan (fase penilaian tunggal
atau multi).
2. Menentukan total waktu pengamatan
pekerjaan (20 s.d. 40 menit).
3. Menentukan panjang interval waktu
untuk membagi pengamatan.
4. Mengidentifikasi selama pengamatan
pekerjaan atau fase, posisi yang

berbeda yang dilakukan oleh pekerja.
Untuk setiap posisi, tentukan posisi
punggung, lengan dan kaki dan
beban yang diangkat.
5. Pemberian kode pada posisi yang
diamati untuk setiap posisi dan
pembebanan dengan membuat “kode
posisi” identifikasi.
6. Menghitung untuk setiap kode posisi,
kategori risiko yang mana dia
berasal,
untuk
mengidentifikasi
posisi kritis atau yang lebih tinggi
tingkat risikonya bagi pekerja.
7. Menghitung persentase repetitif atau
frekuensi relatif dari masing- masing
posisi punggung, lengan dan kaki
yang berhubungan dengan posisi
lainnya.
8. Penentuan
hasil
identifikasi
pekerjaan
pada
posisi kritis,
tergantung pada frekuensi relatif dari
masing- masing posisi, kategori risiko
didasarkan pada masing- masing
posisi dari berbagai bagian tubuh
(punggung, lengan dan kaki).
9. Penentuan tindakan perbaikan yang
diperlukan untuk redesain pekerjaan
didasarkan pada estimasi risiko.
Jika telah dilakukan suatu perubahan
untuk perbaikan, baik perbaikan postur
kerja atau area kerja maka harus dilakukan
review terhadap
pekerjaan dengan
menggunakan metode OWAS kembali
untuk menilai efektivitas perbaikan yang
telah diimplementasikan (Tarwaka, 2010).
Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan, diketahui terdapat beberapa
proses dalam pekerjaan packing, di
antaranya adalah pembentukan kardus,
pengisian produk pada bagian atas mesin,
memasukkan produk dari hasil mesin
packing ke dalam kardus, mengangkat dan
mengangkut karung dan kardus yang telah
berisi produk ke palet forklift .
Analisis postur kerja berdasarkan
skematik
analisis
postur
tubuh
menggunakan
metode
OWAS,
pembentukan kardus dilakukan dengan
posisi
punggung
dominan
agak
membungkuk (kategori 2), posisi kaki

duduk (kategori 1) dan posisi kedua lengan
berada di bawah bahu (kategori 1), beban
kardus dan kekuatan yang ditopang kurang
dari 10 kg (kategori 1), skor akhir posisi
tersebut
adalah
2,
posisi
kerja
pembentukan kardus termasuk kategori
risiko sedang.

Gambar 4. Posisi kerja membentuk kardus
Posisi tubuh
pada
pekerjaan
selanjutnya adalah supply produk ke
bagian atas mesin. berdasarkan skematik
analisis postur tubuh menggunakan metode
OWAS, posisi kerja pada supply produk
dominan
dilakukan
dengan
posisi
punggung membungkuk (kategori 2),
posisi kaki jongkok atau kedua lutut agak
menekuk (kategori 5), posisi lengan berada
di bawah bahu (kategori 1) dan beban yang
ditopang 25 kg (kategori 3), skor akhir
posisi ini adalah 3, posisi kerja supply
produk ke bagian atas mesin termasuk
kategori risiko tinggi.

Gambar 5. Posisi kerja supply produk

Posisi kerja berikutnya adalah
memasukkan produk dari hasil mesin ke
dalam kardus. Posisi tubuh pada tahap
memasukkan produk ke dalam kardus
dominan
dilakukan
dengan
posisi
punggung memuntir untuk mengambil
produk (kategori 3), posisi kaki duduk
(kategori 1), kedua lengan berada di bawah
bahu (kategori 1) dan beban yang ditopang
kurang dari 10 kg (kategori 1), skor akhir
posisi tersebut adalah 1, posisi kerja
memasukkan produk dari hasil mesin ke
dalam kardus termasuk kategori risiko
rendah.

Gambar 6. Posisi kerja memasukkan
produk ke dalam kardus
Proses kerja selanjutnya adalah
pengangkutan kardus berisi produk
dilakukan secara manual ke palet forklift.
Pada pengangkutan dibagi menjadi dua
proses kerja, yaitu proses mengangkat dan
mengangkut. Pada proses mengangkat
dilakukan
dominan
dengan
posisi
punggung membungkuk (kategori 2), kaki
berdiri dengan posisi dari kedua kaki lurus
(kategori 2), kedua lengan berada di bawah
ketinggian bahu (kategori 1) dan beban
yang diangkat 25 kg (kategori 3), skor
akhir posisi ini adalah 3, posisi kerja
mengangkat kardus berisi produk termasuk
ke dalam kategori risiko tinggi, tindakan
korektif diperlukan segera.

Gambar 7. Posisi kerja mengangkat
kardus berisi produk
Proses kerja mengangkat termasuk
kategori risiko tinggi, sedangkan pada
proses mengangkut dilakukan dengan
posisi dominan dengan posisi punggung
lurus (kategori 1), posisi kaki berjalan
(kategori 7), kedua lengan berada di bawah
ketinggian bahu (kategori 1) dan beban
yang ditopang 25 kg (kategori 3), skor
akhir posisi kerja mengangkut kardus
berisi produk adalah 1, posisi ini termasuk
kategori risiko rendah.
Tenaga kerja bagian packing di PT.
Y Gresik tidak hanya memiliki satu tugas
khusus pada proses pekerjaan packing
tertentu. hanya pekerjaan pembentukan
kardus yang dilakukan oleh satu orang
yang tetap, sedangkan pada proses lainnya
seperti supply produk pada mesin,
memasukkan produk ke dalam kardus,
mengangkat dan mengangkut dilakukan
secara bergantian oleh tenaga kerja yang
ada pada bagian packing tersebut.
Keluhan muskuloskeletal didapat
dari Nordic Body Map yang diisi oleh
tenaga kerja packing. Berikut di bawah ini
merupakan tabel hasil wawancara dan
lembar NBM yang telah diberikan.

Tabel 2. Keluhan muskuloskeletal tenaga kerja bagian packing
Keluhan Muskuloskeletal
Ada
Tidak Ada
No Otot Skeletal
n
%
n
%
0
Leher Bagian Atas
4
1
Leher Bagian Bawah
3
2
Bahu Kiri
5
3
Bahu Kanan
6
4
Lengan Atas Kiri
0
5
Punggung
3
6
Lengan Atas Kanan
0
7
Pinggang
9
8
Pinggul
9
9
Pantat
1
10 Siku Kiri
0
11 Siku Kanan
0
12 Lengan Bawah Kiri
1
13 Lengan Bawah Kanan
1
14 Pergelangan Tangan Kiri
0
15 Pergelangan Tangan Kanan 0
16 Tangan Kiri
0
17 Tangan Kanan
0
18 Paha Kiri
1
19 Paha Kanan
1
20 Lutut Kiri
1
21 Lutut Kanan
1
22 Betis Kiri
1
23 Betis Kanan
1
24 Pergelangan Kaki Kiri
0
25 Pergelangan Kaki Kanan
0
26 Kaki Kiri
1
27 Kaki Kanan
0
Berdasarkan data pada tabel 2 di atas
dapat
diketahui
bahwa
keluhan
muskuloskeletal yang dialami oleh tenaga
kerja bagian packing terbanyak pada
bagian pinggang dan pinggul, yaitu
sebanyak sembilan dari 11 orang (81,80%)
serta pada bagian bahu bagian kanan
sebanyak enam orang (54,55%).
Keluhan sistem muskuloskeletal
berdasarkan karakteristik individu berupa
umur, kebiasaan merokok dan kebiasaan
olahraga. Berdasarkan umur sebagian besar

Total
N

%

36,36
7
63,64
11 100,0
27,30
8
72,70
11 100,0
45,45
6
54,55
11 100,0
54,55
5
45,45
11 100,0
0
11 100
11 100,0
27,30
8
72,70
11 100,0
0
11 100
11 100,0
81,80
2
18,20
11 100,0
81.80
2
18,20
11 100,0
9,10
10 90,90
11 100,0
0
11 100
11 100,0
0
11 100
11 100,0
9,10
10 90,90
11 100,0
9,10
10 90,90
11 100,0
0
11 100
11 100,0
0
11 100
11 100,0
0
11 100
11 100,0
0
11 100
11 100,0
9,10
10 90,90
11 100,0
9,10
10 90,90
11 100,0
9,10
10 90,90
11 100,0
9,10
10 90,90
11 100,0
9,10
10 90,90
11 100,0
9,10
10 90,90
11 100,0
0
11 100
11 100,0
0
11 100
11 100,0
9,10
10 90,90
11 100,0
0
11 100
11 100,0
tenaga kerja yang berumur > 30 tahun
mengalami keluhan muskuloskeletal, yaitu
tiga dari empat orang (75%), sedangkan
yang berumur ≤ 30 tahun seluruhnya
mengalami
keluhan
muskuloskeletal
(100%).
Berdasarkan kebiasaan merokok,
tenaga kerja yang memiliki kebiasaan
merokok
mengalami
keluhan
muskuloskeletal sebanyak lima dari enam
orang (83,30%), sedangkan yang tidak
memiliki kebiasaan merokok seluruhnya

mengalami keluhan muskuloskeletal, yaitu
mengalami
keluhan
muskuloskeletal,
sebanyak lima orang (100%).
sedangkan yang tidak teratur melakukan
Berdasarkan kebiasaan olahraga,
olahraga seluruhnya mengalami keluhan
tenaga kerja yang teratur melakukan
muskuloskeletal, yaitu sebanyak sepuluh
olahraga hanya satu orang dan tidak
orang (100%).
Keluhan muskuloskeletal berdasarkan karakteristik individu tenaga kerja pada bagian
packing dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3. Keluhan muskuloskeletal berdasarkan karakteristik individu
Keluhan Muskuloskeletal
Karakteristik Individu
Ada
Tidak
Jumlah
n
%
n
%
N
%
Usia (Tahun)
≤ 30
7
100
0
0
7
100
>30
3
75
1
25
4
100
Kebiasaan Merokok
Ya
5
83,30
1
16,70
6
100
Tidak
5
100
0
0
5
100
Kebiasaan Olahraga
Teratur
0
0
1
100
1
100
Tidak teratur
10
100
0
0
10
100
PEMBAHASAN
Umur
Berdasarkan hasil penelitian, tenaga
kerja pa cking yang berumur ≤ 30 tahun
lebih banyak dibandingkan yang berumur
> 30 tahun. Berdasarkan teori yang
dikemukakan oleh Bridger (2003) dalam
Karuniasih
(2009)
sejalan
dengan
meningkatnya usia akan terjadi degenerasi
pada tulang dan keadaan ini mulai terjadi
saat seseorang berusia 30 tahun yang
berupa kerusakan jaringan, pergantian
jaringan menjadi jaringan parut serta
terjadi pengurangan cairan. Hal tersebut
menyebabkan stabilitas pada otot dan
tulang menjadi berkurang. Hal ini juga
sejalan dengan hasil penelitian yang
menunjukkan bahwa sebagian besar tenaga
kerja yang berusia > 30 tahun, yaitu tiga
dari empat orang (75%) mengalami
keluhan muskuloskeletal.
Kebiasaan me rokok
Kebiasaan merokok akan dapat
menurunkan kapasitas paru-paru, sehingga
untuk mengonsumsi oksigen menurun dan
akan berakibat pada penurunan tingkat
kesegaran tubuh. Jika yang bersangkutan

melakukan
tugas
yang
menuntut
pengerahan
tenaga,
maka
akan
mempercepat terjadinya kelelahan karena
kandungan oksigen dalam darah adalah
rendah,
pembakaran
karbohidrat
terhambat, terjadi tumpukan asam laktat
dan akhirnya timbul rasa nyeri otot
(Tarwaka, 2010).
Bukhori
(2010)
menjelaskan
mengenai mekanisme merokok dengan
kejadian MSDs, yaitu nikotin yang masuk
bisa mempengaruhi berkurangnya aliran
darah ke jaringan, selain itu merokok dapat
pula menyebabkan kekurangan kandungan
mineral
pada
tulang
sehingga
menyebabkan nyeri akibat keretakan atau
kerusakan pada tulang.
Boshuizen et al dalam Tarwaka
(2010) menemukan hubungan yang
signifikan antara kebiasaan merokok
dengan keluhan otot pinggang, dalam hal
ini khususnya untuk pekerjaan yang
memerlukan pengerahan tenaga (force)
yang cukup besar. Hal ini juga sejalan
dengan hasil penelitian, diketahui bahwa
sebagian besar tenaga kerja yang memiliki
kebiasaan merokok, yaitu lima dari enam
orang (83,3%) mengalami keluhan
muskuloskeletal.

Kebiasaan olahraga
Berdasarkan
hasil
penelitian
diketahui bahwa hanya terdapat satu orang
yang melakukan olahraga secara teratur
tiga kali seminggu dan tidak mengalami
keluhan pada sistem muskuloskeletal,
sedangkan sepuluh orang lainnya tidak
melakukan olahraga secara teratur dan
seluruhnya mengalami keluhan pada
sistem muskuloskeletal. Olahraga dapat
mempengaruhi
kebugaran
jasmani
seseorang. Olahraga yang dilakukan secara
teratur dapat memberikan dampak pada
jasmani menjadi lebih bugar dan tidak
mudah lelah.
Tarwaka (2010) menyatakan bahwa
tingkat kesegaran tubuh yang rendah akan
mempertinggi risiko terjadinya keluhan
otot. Keluhan otot akan meningkat sejalan
dengan bertambahnya aktifitas fisik.
Siswanto (1991) menyatakan bahwa
aktivitas fisik yang teratur membantu
meningkatkan efisiensi jantung secara
keseluruhan.
Posisi kerja
Tenaga kerja bagian packing di PT.
Y Gresik tidak hanya memiliki satu tugas
khusus pada proses pekerjaan packing
tertentu. hanya pekerjaan pembentukan
kardus yang dilakukan oleh satu orang
yang tetap, sedangkan pada proses lainnya
seperti supply produk pada mesin,
memasukkan produk ke dalam kardus,
mengangkat dan mengangkut dilakukan
secara bergantian oleh tenaga kerja yang
ada pada bagian packing tersebut.
Berbagai jenis pekerjaan yang
dilakukan menyebabkan tenaga kerja
melakukan posisi kerja yang berbeda-beda,
sehingga tidak dapat disimpulkan bahwa
posisi tertentu pada proses pekerjaan yang
ada di bagian packing 250 gram
memberikan dampak terhadap keluhan
muskuloskeletal pada tenaga kerja, namun
hanya dapat diidentifikasi proses kerja
yang dilakukan oleh tenaga kerja pada
bagian packing tersebut termasuk dalam
kategori posisi kerja dengan risiko rendah
hingga risiko sangat tinggi. Posisi kerja

yang termasuk dalam kategori risiko tinggi
adalah pada proses supply produk ke
bagian atas mesin dan proses mengangkat
kardus maupun karung berisi produk, yaitu
posisi punggung yang membungkuk
dengan berat beban > 20 kg.
SIMPULAN
Posisi kerja yang termasuk kategori
risiko tinggi adalah pada pekerjaan
mengangkat kardus berisi produk dan
supply produk ke mesin packing 250 gram,
sedangkan posisi kerja pembentukan
kardus, memasukkan produk 250 gram ke
dalam kardus dan mengangkut kardus
berisi produk 250 gram termasuk kategori
aman. Sebagian besar tenaga kerja pada
bagian
packing
250
gram
PT.
Metabisulphite Nusantara berumur kurang
dari 30 tahun, memiliki kebiasaan merokok
dan tidak melakukan olahraga secara
teratur.
Hampir seluruh tenaga kerja pada
bagian
packing
250
gram
PT.
Metabisulphite Nusantara
mengalami
keluhan muskuloskeletal dengan keluhan
terbanyak pinggang, pinggul dan bahu
bagian kanan. Diketahui bahwa hanya
terdapat satu tenaga kerja yang melakukan
olahraga secara rutin tiga kali dalam
seminggu dan tidak mengalami keluhan
muskuloskeletal.
DAFTAR PUSTAKA
Bukhori, Endang. 2010. Hubungan Faktor
Risiko
Pekerjaan
Dengan
Terjadinya
Keluhan
Muskuloskeletal Disorders (MSDs)
Pada Tukang Angkut Beban
Penambang Emas di Kecamatan
Cilograng
Kabupaten
Lebak.
Skripsi. Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan, Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta
European Agency for Safety and Health at
Work. 2008. OSH in figures: Workrelated musculoskeletal disorder s
in the EU. Luxembourg

Kee, Dohyung; Karwowski, Waldemar.
2007. A comparison of three
observational
techniques
for
assessing
postural
loads
in
industry. Keimyung University.
Korea
Khaizun, 2013. Faktor Penyebab Keluhan
subjektif Pada Punggung Pekerja
Tenun Sarung. volume 3 no 2.
Unnes Journal of Public Health
Kuswati, A; Wahyudi; Ratifah. 2008.
Pengetahuan Pekerja Pengrajin
Tempe
Tentang
Penggunaan
Metode Terapi Latihan Model
William dan Kenzie di Desa Pliken
Kembaran Banyumas. volume 3 no
2. The Soedirman Journal of
Nursing
MacLeod, Dan. 1999. The Rules of Work,
A Practical Engineering Guide to
Ergonomics. CRC Press LLC.
Florida
NIOSH. 2012. Home Hea lthcere Workers :
How to Prevent Musculoskeleta l

Disorders.
DHHS
Publication No. 2012–120

(NIOSH)

Nurmianto, Eko. 2004. Ergonomi, Konsep
Dasar Dan Aplikasinya, Edisi ke
dua. Prima Printing. Surabaya
Ramadhani, Emira T. 2014. Keluhan
Subyektif Muskuloskeletal Pada
Karyawan Kantor di PT. X
Sidoarjo. Tugas Akhir . FKM
Universitas Airlangga. Surabaya
Siswanto, A. 1991. Ergonomi. Jakarta:
Depnaker
Tarwaka. 2010. Ergonomi Industri, DasarDasar Pengetahuan Ergonomi dan
Aplikasi di Tempat Kerja. Harapan
Press. Surakarta
Wignjosoebroto, Sritomo. 1995. Ergonomi,
Studi Gerak dan Waktu, Teknik
Analisis
untuk
Peningkatan
Produktifitas Kerja. PT. Candimas
Metropole. Jakarta