MODUL BAHASA INDONESIA KELAS XI EJAAN YANG DISEMPURNAKAN

YAYASAN WIDYA BHAKTI

  SEKOLAH MENENGAH ATAS SANTA ANGELA TERAKREDITASI A 043

  Jl. Merdeka No. 24 Bandung  022. 4214714

  • – Fax.022. 4222587 URS is member of Registar of Standards (Holding) Ltd.
  • ISO 9001 : 2008 Cert. No. 47484/A/0001/UK/En http//

    MODUL BAHASA INDONESIA KELAS XI EJAAN YANG DISEMPURNAKAN DAFTAR PUSTAKA

      Disusun oleh : Elisabeth Prasetiawati, S.Pd.

    HURUF KAPITAL 1.

      Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata awal kalimat.

      Contoh : a.

      Dia membaca buku.

      b.

      Pekerjaan itu akan selesai dalam waktu satu jam.

    2. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung.

      Contoh : a.

      Adik bertanya, “Kapan kita pulang?” b. “Besok pagi,” kata ibu, “dia akan berangkat.” 3. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam kata dan ungkapan

      yang berhubungan dengan agama, kitab suci, dan Tuhan, termasuk kata ganti untuk Tuhan.

      Contoh : a.

      Islam b. Kristen c. Yang Mahakuasa 4.

    A. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pernama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang.

      Contoh : a.

      Haji Agus Salim b. Sultan Hasanuddin c. Mahaputra Yamin

    B. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang tidak diikuti nama orang.

      Contoh : a.

      Dia baru saja diangkat menjadi sultan.

      b.

      Ilmunya belum seberapa, tetapi lagaknya sudah seperti kiai.

    5. A. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan

      pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat.

      Contoh : a.

      Wakil Presiden Adam Malik b. Gubernur Irian Jaya c. Profesor Supomo

    B. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan pangkat yang tidak diikuti nama orang, nama instansi, atau nama tempat.

      Contoh : a.

      Siapakah gubernur yang baru dilantik itu ? b. Kemarin Brigadir Jenderal Ahmad dilantik menjadi mayor jenderal.

    6. A. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama orang.

      Contoh : a.

      Amir Hamzah b. Dewi Sartika

    B. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang digunakan sebagai nama jenis atau satuan ukuran.

      Contoh : a. mesin diesel b.

      10 volt c. 5 ampere 7.

    A. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa.

      Contoh : a. bangsa Indonesia b. suku Sunda c. bahasa Inggris

    B. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa yang dipakai sebagai bentuk dasar kata turunan.

      Contoh : a. mengindonesiakan kata asing b. keinggris-inggrisan 8.

    A. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa sejarah.

      Contoh : a.

      d. perang Bubat tahun Hijriah b.

      e. Proklamasi Kemerdekaan Indonesia bulan Agustus c. hari Jumat

    B. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak dipakai sebagai nama.

      Contoh : a.

      Perlombaan senjata membawa risiko pecahnya perang dunia.

      b.

      Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan bangsanya.

    9. A. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi.

      Contoh : a.

      e. Kali Lamat Asia Tenggara b.

      f. Danau Toba Banyuwangi c.

      Gunung Semeru d.

      Jalan Diponegoro

      B. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama istilah geografi yang tidak menjadi unsur nama diri.

      Contoh : a. berlayar ke teluk b. pergi ke arah tenggara c. mandi di kali

      C. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama geografi yang digunakan sebagai nama jenis.

      Contoh : a. garam inggris b. gula jawa c. kacang bogor d. pisang ambon 10.

    A. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama

      negara, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta dokumen resmi kecuali kata seperti dan.

      Contoh : a.

      Majelis Permusyawaratan Rakyat b. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

    B. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata yang bukan nama resmi negara, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan, serta nama dokumen resmi.

      Contoh : a. menurut undang-undang yang berlaku.

      b. kerja sama antara pemerintah dan rakyat.

      11. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang

      sempurna yang terdapat pada nama badan, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta dokumen resmi.

      Contoh : a.

      Perserikatan Bangsa-Bangsa b. Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 12. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk

      semua unsur kata ulang sempurna) di dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan kecuali kata seperti di, ke, dari, dan, yang, untuk yang tidak terletak pada posisi awal.

      Contoh : a.

      Bacalah majalah Bahasa dan Sastra.

      b.

      Saya telah membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma.

      13. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan.

      Contoh : a.

      Sdr.  saudara b.

      S.Pd.  sarjana pendidikan c. S.S  sarjana sastra 14.

    A. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama istilah kekerabatan

      (bapak, ibu, saudara, adik) yang dipakai sebagai kata ganti atau kata sapaan.

      Contoh : a.

      Tanya ibu kepada ayah, “Kapan Bapak akan berangkat?” b. Kata paman kepada kami, “Memang benar, Paman akan ke Jepang.”

    B. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan yang tidak dipakai dalam pengacuan atau penyapaan.

      Contoh : a.

      Kita harus menghormati bapak dan ibu kita.

      b.

      Semua kakak dan adik saya sudah berkeluarga.

      15. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti Anda.

      Contoh : a.

      Surat Anda telah kami terima.

      b.

      Sudahkah Anda tahu? c.

      HURUF MIRING Ada beberapa kaidah pemakaian huruf miring, yaitu sebagai berikut.

      1. Huruf miring dipakai untuk penulisan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan.

      Contoh : Surat kabar Lembaran Sastra memuat resensi buku Pengajaran

    • Bahasa dan Sastra.
    • 2.

      Cerpen beberapa sastrawan dimuat di majalah Horison.

      Huruf miring dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata.

      Contoh: Saya tidak membuang sampah di kelas ini.

    • Hanif tidak ingin mendengar jika ia tidak didengar.
    • 3.

      Huruf miring dipakai untuk menuliskan kata nama ilmiah atau ungkapan asing, kecuali yang telah disesuaikan ejaannya.

      Contoh: Mimosa pudica atau yang lebih dikenal sebagai tumbuhan putri malu

    • akan mengatupkan daunnya jika disentuh.

      4. Jika kata-kata yang harus ditulis memakai huruf miring itu berada dalam

      bentuk tulisan tangan atau hasil ketikan dari mesin tik, kata yang harus ditulis miring itu diberi tanda berupa satu garis di bawahnya.

      HURUF TEBAL Ada beberapa kaidah pemakaian huruf tebal, yaitu sebagai berikut.

      1. Huruf tebal dipakai untuk menuliskan judul buku, bab, bagian bab,

      daftar isi, daftar tabel, daftar lambang, daftar pustaka, indeks, dan lampiran.

      Contoh:

    • DAFTAR TABEL DAFTAR PUSTAKA

    DAFTAR ISI

    INDEKS LAMPIRAN

    • : PENGOLAHAN SAMPAH PLASTIK

      Judul Bab : BAB I PENDAHULUAN

      : 1.1 Latar Belakang Masalah

      Bagian Bab

    1.2 Tujuan 2.

      Huruf tebal dipakai dalam penulisan lema dan sublema pada kamus,

    serta untuk menuliskan lambang bilangan yang menyatakan polisemi.

      Contoh:

    • 3.

      nilai n 1 harga...; 2 harga uang...; 3 biji...

      Huruf tebal tidak dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan

      huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata. Untuk keperluan tersebut, dipakai huruf miring.

      Contoh: Wayan tidak membawa sesaji untuk upacara pemujaan.

    • (Seharusnya ditulis : Wayan tidak membawa sesaji untuk upacara
    • pemujaan.)

      TANDA TITIK (.) Ada beberapa kaidah pemakaian tanda titik (.) yaitu sebagai berikut.

    1. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan berupa pertanyaan atau seruan.

      Contoh: Sastrawan Pramoedya Ananta Toer berasal dari Blora.

    • 2.

      Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau daftar.

    • A.

    II. Fungsi Struktur Organisasi Kecamatan Bulian

      Kepala Divisi Pengembangan Daerah B. Kepa Divisi Perairan C. Kepala Divisi Pertanian 3. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan waktu.

      Contoh: Mereka tiba di tenda pukul 13.20.30 WIB. (pukul 13 lewat 20 menit 30

    • detik) 4.

      Tanda titik dipakai memisahkan angka, jam, menit, dan detik yang menunjukkan jangka waktu.

      Contoh: Ia sudah berlari selama 1.20.13 jam. (1 jam, 20 menit, 13 detik)

    5. Tanda titik di pakai di antara nama penulis, judul tulisan yang tidak

      berakhir dengan tanda tanya, atau tanda seru, dan tempat terbit dalam daftar pustaka.

      Contoh: Wijaya, Putu. 2010. Klop. Yogyakarta: Bentang Pustaka.

    • 6.

      Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya.

      Contoh: Lebih dari 1.400 jiwa melayang akibat tsunami.

    • 7.

       Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya jika tidak menunjukkan jumlah.

      Contoh: Keluarga Pak Sopari menetap di Ambon sejak 1986.

    • 8.

      Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan atau kepala ilistrasi, tabel, dan sebagainya.

      Contoh: Laporan Pemantauan Daerah Aliran Sungai

    • 9.

      Tanda titik tidak dipakai di belakang alamat pengirim dan tanggal surat, serta nama dan alamat penerima surat.

      Contoh: Jalan Perjuangan 21

    • Cilacap

      3 Mei 2014 Yth. Sdr. Muh. Rozali

    • Jalan Maleo 98 Palu

      TANDA KOMA (,) Ada beberapa kaidah pemakaian tanda koma (,) yaitu sebagai berikut.

      1. Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan.

      Contoh: Jihan membeli tepung, gula, dan telur untuk membuat kue.

    • 2.

      Tanda koma dipakai untu memisahkan kalimat setar yang satu dari

      kalimat setara berikutnya yang didahului oleh kata tetapi, melainkan, sedangkan dan kecuali.

      Contoh: Udin ingin bersekolah, tetapi orangtuanya tidak memiliki biaya.

    • 3.

      Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mendahului induk kalimatnya.

      Contoh: Kalau saja tidak banjir, Adit menonton pertunjukkan drama.

    • 4.

      Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mengiringi induk kalimatnya.

      Contoh: Adit menonton pertunjukkan drama kalau saja tidak banjir.

    • 5.

      Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung

      antarkalimat yang terdapat pada awal kalimat, seperti jadi, oleh kerena itu, dengan demikian, sehubungan dengan itu, dan meskipun begitu. Ungkapan penghubung antarkalimat tersebut tidak boleh dipakai pada awal paragraf.

      Contoh: Lumba-lumba berkembang biak dengan cara melahirkan. Jadi, lumba-

    • lumba bukan termasuk jenis ikan.

      6. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata sapaan, seperti Bu, Kak, atau Mas dari kata lain yang terdapat dalam kalimat.

      Contoh: Bu, kapan kita akan memanen selada ini?

      7. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata seperti o, ya, wah, aduh, dan kasihan dari kata yang terdapat dalam kalimat.

      Contoh: O, ternyata dia anak pandai!

    • 8.

      Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.

      Contoh: Kodir berbisik, “Rumah ini memiliki taman yang luas.”

    • 9.

      Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari

      bagian lain yang mengiringnya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru.

      Contoh: “Kapan Lusi mencuci baju?” tanya Pak Arkan.

    • 10.

      Tanda koma dipakai di antara nama dan alamat; bagian-bagian alamat;

      tempat dan tanggal; serta nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.

      Contoh: Sdr. Dinda Egawati, Jalan Merdeka 24, Bandung.

    • 11.

      Tanda koma dipakai untuk memisahkan bagian nama penulis yang dibalik susunannya dalam daftra pustaka.

      Contoh: Chaer, Abdul. 1994. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta:

    • Angkasa.

      12. Tanda koma dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki atau catatan akhir.

      Contoh: Gorys Keraf, Komposisi (Ende: Nusa Indah, 1993), hlm.12.

    • 13.

      Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang

      mengikutinya untuk membedakan dari singkatan nama diri, keluarga atau marga.

      Contoh: Julia Warsinah, S.E.

    • 14.

      Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi.

      Contoh: Cicak, misalnya, akan melepaskan ekornya jika merasa terancam.

    • 15.

      Tanda koma dipakai di muka angka desimal atau di antara rupiah dan sen yang dinyatakan dengan angka.

      Contoh: Ular berukuran 3,5 meter banyak ditemukan di hutan Kalimantan.

    • 16.

      Tanda koma dapat dipakai untuk menghindari salah baca di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat.

      Contoh: Untuk mempermudah belajar anatomi tubuh manusia, guru kami

    • menggunakan alat peraga.

    TANDA TITIK KOMA(;)

      Ada beberapa kaidah pemakaian tanda titik koma (;) yaitu sebagai berikut.

    1. Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara.

      Contoh: Siang semakin terik; perjalanan belum juga usai.

    • 2.

       Tanda titik koma dapat dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam kalimat majemuk setara.

      Contoh: Jakarta mengalami banjir; Bangkok terkena longsor; Tokyo diguncang

    • gempa.

      3. Tanda titik koma dipakai untuk mengakhiri pernyataan perincian dalam

      kalimat yang berupa frasa atau kelompok kata. Sebelum perincian terakhir, tidak perlu digunakan kata dan.

      Contoh: Syarat-syarat perlombaan fotografi:

    • 1) peserta berusia 17-25 tahun;

      2) foto merupakan karya sendiri yang dibuktikan dengan surat pernyataan bermaterai;

      3) foto dicetak ukuran 10 R; 4) peserta boleh mengirimkan karyanya maksimal 3 foto.

      4. Tanda titik koma dipakai untuk memisahkan dua kalimat setara atau

      lebih apabila unsur-unsur setiap bagian itu dipisahkan oleh tanda baca dan kata hubung.

      Contoh: Para pendaki sudah menyiapkan tenda, tali, dan pisau lipat; jaket, baju

    • ganti, dan kaus kaki.

    TANDA TITIK DUA (:)

      Ada beberapa kaidah pemakaian tanda titik Dua (:) yaitu sebagai berikut.

      1. Tanda titik dua dapat dipakai pada akhir suatu pernataan lengkap yang diikuti dengan suatu pemerian atau rangkaian.

      Contoh: Kami akan menanan sayur-sayuran: kacang panjang, buncis, kentang,

    • dan wortel.

      2. Tanda titik dua tidak dipakai jiak pemerian atau rangkaian itu merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan.

      Contoh: Kami akan menanam kacang panjang, buncis, kentang, dan wortel.

      3. Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.

      Contoh: : Idrus Rahmat

    • Jabatan : Ketua OSIS 4.

      Nama

      Tanda titik dua dapat dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan.

      Contoh: Roro : “Seharusnya kau tetap tinggal di sini.” (menangis)

    • 5.

      Tanda titik dua dipakai di antara jilid atau nomor dan halaman, di antara

      bab dan ayat dalam kitab suci, di antara judul dan anak judul suatu

    karangan, serta nama kota dan penerbit buku acuan dalam karangan.

      Contoh: Keraf, Gorys. 1976. Komposisi. Ende: Nusa Indah.

    • TANDA TANYA (?) Ada beberapa kaidah pemakaian tanda tanya (?) yaitu sebagai berikut.

      1. Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya.

      Contoh: Ke mana Ratna kan pergi?

    • 2.

      Tanda tanya dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian

      kalimat yang disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya.

      Contoh: Uang sejumlah 1 miliar rupiah (?) dicuri dari sebuah tas.

    • TANDA SERU (!)

      Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah yang menggambarkan kesungguhan. Ketidakpercayaan, ataupun rasa emosi yang kuat. Contoh: Diam!

    • Wow, banyak sekali duriannya!
    • TANDA GARIS MIRING (/) Ada beberapa kaidah pemakaian garis miring (/) yaitu sebagai berikut.

      1. Tanda garis miring dipakai di dalam (a) nomor surat, (b) nomor pada

      alamat, serta (c) penandaanpada masa satu tahun yang terbagi dalam dua takwim.

      Contoh: No. 9/OP/2016

    • Jalan Diponegoro IV/291
    • Tahun ajaran 2016/2017
    • 2.

       Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata atau, tiap, dan ataupun.

      Contoh: Dibuat dengan ketela/kentang (dibuat dengan ketela atau kentang)

    • TANDA PETIK (“.....”)

      Ada beberapa kaidah pemakaian tanda petik (“…”) yaitu sebagai berikut.

      1. Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan atau bahan tertulis.

      Contoh: “Tolong perbaiki sepatuku!” kata Evi

    • Pasal 36 UUD 1945 berbunyi, “Bahasa Negara ialah bahasa Indonesia.”
    • 2.

      Tanda petik mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam kalimat.

      Contoh: Sajak “Leaskan Aku, Belenggu!” terdapat pada halaman 20.

      3. Tanda petik mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus.

      Contoh: Para petani di Klaten khawatir tanaman padinya diserbu “den bagus.”

    • (hama tikus)
    • perusahaan batik terkenal. (proses mewarnai kain batik) 4.

      Vivi lihai dalam “celup dan angkat” sehingga ia diminta bekerja di

      Tanda baca penutup kalimat atau bagian kalimat (tanda titik, koma, titik

      koma) ditempatkan di belakang tanda petik yang mengapit kata atau ungkapan yang dipakai dengan arti khusus pada ujung kalimat atau bagian kalimat.

      Contoh: Sejak bekerja di lading, Irma dijuluki “Si Hitam Manis”.

    • 5.

      Tanda petik (“) dapat dipakai kata sda. di atasnya dalam penyajian yang berbentuk daftar.

      Contoh: Ijasah seharusnya ijazah

    • Apotik apotek

      “ Karip karib

      “

      TANDA PETIK TUNGGAL (‘.....’)

      Ada beberapa kaidah pemakaian tanda petik tunggal (‘…’) yaitu sebagai berikut.

      1. Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersususn di dalam petikan lain.

      Contoh: Topan curiga, “Kau dengar suara ‘glodak-glodak’ di dapur itu?

    • 2.

      Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit makna kata atau ungkapan.

      Contoh:

      ‘seperempat lingkaran’ Kuadran

    • ‘ buta huruf, bodoh’
    • 3.

      Mata betung

       Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit makna kata atau ungkapan bahasa daerah atau bahasa asing.

      Contoh: ‘berdaya serap’

      Absortive

    • ‘berjalan ke pinggir’
    • TANDA KURUNG ((...))

      Mlipir

      Ada beberapa kaidah pemakaian tanda petik kurung ((…)) yaitu sebagai berikut.

      1. Tanda kurung mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.

      Contoh: Setiap siswa akan mendapat NISN (Nomor Induk Siswa Nasional).

    • 2.

      Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral pokok pembicaraan.

      Contoh: Cerpen Juwarno yang berjudul “Ambarawa” (nama tempat di

    • Kabupaten Semarang) akan segera terbit.

      3. Tanda kurung mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks dihilangkan.

      Contoh: Para pendaki sudah bersiap untuk berjalan ke (Gunung) Andong.

    • 4.

      Tanda kurung mengampit huruf atau angka yang memerincin suatu urutan keterangan.

      Contoh: Perusahaan harus memperhatikan pengelolaan (a) limbah cair, (b)

    • limbah padat, dan (c) limbah gas.

      5. Tanda kurung tunggal dapat dipakai untuk mengiringi angka atau huruf yang menyatakan perincian yang disusun ke bawah.

      Contoh: Domi akan mengemasi

    • 1) buku,

      2) pakaian, dan 3) sepatu.

      TANDA KURUNG SIKU ([....])

      Ada beberapa kaidah pemakaian tanda kurung siku ([...]), yaitu sebagai berikut.

      1. Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai

      koreksi atau tambahan pada kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu memang terdapat dalam naskah asli.

      Contoh: Putra mahkota a[k]an pulang ke istana.

    • 2.

      Tanda kurung siku mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung.

      Contoh: Proses kimiawi yang terjadi pada makanan berkarbohidrat (dijelaskan

    • dalam Bab IV [lihat halaman 89-91] perlu dites ulang.

      SINGKATAN

      Bentuk yang dipendekkan, yang terdiri atas satu huruf atau lebih disebut singkatan. Kaidah penulisan singkatan sebagai berikut.

      1. Singkatan nama orang, gelr, sapaan, jabatan, atau pangkat, diikuti dengan tanda titik.

      Contoh: Muh. Yamin

    • S.R. Baron - S.E.
    • 2.

      Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan,

      organisasi, dan nama dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal kata, ditulis dengan huruf kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik.

      Contoh: DPR (Dewan Perwakilan Rakyat)

    • PGRI (Persatuan Guru Republik Indonesia)
    • 3.

      Singakatan kata yang berupa gabungan huruf diikuti dengan tanda titik.

      Singkatan seperti ini hanya dipakai untuk keperluan khusus, seperti dalam pembuatan catatan rapat atau kuliah.

      Contoh: hlm. (halaman)

    • jml. (jumlah)
    • kpd. (kepada)
    • 4.

      Singkatan gabungan kata yang terdiri atas tiga huruf diakhiri dengan

      tanda titik. Singkatan seperti ini hanya dipakai untuk keperluan khusus, seperti dalam pembuatan catatan rapat atau kuliah.

      Contoh: dll. (dan lain-lain)

    • dsb. (dan sebagainya)
    • ybs. (yang bersangkutan )
    • 5.

      Singkatan umum yang terdiri atas du huruf diikuti satu tanda titik pada

      setiap hurufnya. Singkatan seperti ini lazim dipakai dalam surat- menyurat.

      Contoh: a.n. (atas nama)

    • d.a. (dengan alamat)
    u.b. (untuk beliau)

    • u.p. (untuk perhatian)
    • s.d. (sampai dengan)
    • 6.

      Singkatan satuan ukuran, timbangan, takaran, lambang kimia, dan mata uang tidak diikuti tanda titik.

      Contoh:

    • (kilogram) kg
    • Mg (Magnesium)

      (liter) l

    • AKRONIM

      Singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlukan sebagai kata disebut akronim. Pembentukan akronim hendaknya memperhatikan syarat-syarat, seperti (a) jumlah suku kata akronim tidak melebihi tiga suku kata, (b) akronim dibentuk dengan mengindahkan keserasian kombinasi vokal dan konsonan sesuai dengan pola kata bahasa Indonesia yang lazim agar mudah diucapkan dan diingat.

    1. Akronim nama diri yang berupa gabungan kata awal dari deret kata ditulis seluruhnya dengan huruf kapital.

      Contoh:

    • (Surai Izin Mengemudi)

      SIM (Angkatan Bersenjata Republik Indonesia)

    • 2.

      ABRI

      Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan

      huruf dan suku kata dari deret kata, ditulis dengan huruf awal memakai huruf kapital.

      Contoh:

    • (Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia)

      Akabri

    • (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional)

      Bappenas

      3. Akronim yang merupakan nama diri, yang berupa gabungan huruf, suku

      kata, gabungan huruf dan suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata seluruhnya ditulis dengan huruf kecil.

      Contoh: (pemilihan umum) pemilu

    • (rapat pimpinan) rapim
    • PENULISAN DAFTAR PUSTAKA 1.

      Nama pengarang yang terdiri lebih dari dua unsur penulisannya dibalik dan dipisahkan dengan tanda koma.

      Contoh : Budi Hassan menjadi Hassan, Budi 2. Jika buku disusun oleh lembaga, nama lembaga dianggap sebagai nama pengarang (nama lembaga ditulis pertama kali).

      Contoh: Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Tata Bahasa Baku. Jakarta: Balai Pustaka.

      3. Jika tidak ada nama pengarang, judul buku dituliskan pertama kali.

      Contoh: Indah Larik Pelangi. 2011. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

      4. Buku dengan 2, nama pengarang pertama dibalik, dan yang lain tidak.

      Nama pengarang: Erlin Advarovi dan Christela Ayu Contoh: Advarovi, Erlin dan Christela Ayu. 2005. Kisah Kasih. Bandung: Angkasa.

      5. Buku dengan 3 orang pengarang atau lebih (nama pengarang pertama

      ditulis dengan dibalik lalu diikuti dll. atau dkk.)

      Pengarang: Hasan Alwi, Soenjono Dardjowidjojo, Hans Lapoliwa, dan Anton M. Moeliono Contoh: Alwi, Hasan, dkk. 2003. Tata Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

      6. Buku dengan banyak pengarang atau penulis (yang dituliskan nama editornya saja).

      Contoh: Jassin, H.B. ed. 1969. Gema Tanah Air, Prosa dan Puisi. Jakarta: Balai Pustaka.

      

    Atau

      Jassin, H.B. (editor). 1969. Gema Tanah Air, Prosa dan Puisi. Jakarta: Balai Pustaka.

      7. Buku terjemahan (nama pengarang asli ditulis pertama dan nama penerjemah ditulis dibelakang judul buku).

      Contoh: Lee, Marsha. 2011. Back to December, terj. Haris Prayoga. Yogyakarta: Kanisius.

    8. Buku dengan nama 1 orang pengarang dan 1 orang editor (nama editor ditulis setelah judul buku).

      Nugroho, Rizal. 2010. Sajak-Sajak Cinta untuk Ibu. Adi Saputra, ed.

      Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

      9. Buku dengan perubahan edisi (keterangan perubahan edisi

      diletakkan setelah judul buku)

      Tarigan, Henry Guntur. 2008. Menyimak. Edisi Revisi. Bandung: Angkasa.

      10. Buku dengan banyak seri/jilid/edisi (keterangan perubahan

      seri/jilid/edisi diletakkan setelah judul buku)

      Marsono. 2011. Fonetik. Jilid 2. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

      11. Judul artikel, majalah/koran/tabloid, dituliskan nama pengarang

      diikuti judul artikel (ditulis di antara dua tanda kutip), nama majalah/koran/harian/tabloid (dianggap sebagai judul buku dan dicetak miring atau digarisbawahi), dan tanggal/tahun terbit ditulis diakhir.

      Apriyani, Asti. “Nyanyian Pilu Pedesaan”. Majalah Intisari. 21 Februari 2013.

      12. Referensi dari internet, ditulis nama penulis, judul tulisan (ditulis di

      antara dua tanda kutip), alamat website-nya, serta hari, tanggal, bulan, dan tahun.

      Putri, Rina Aryanti. “Manfaat Teh untuk Kesehatan”. rinaaryanti.blogspot.com. diakses 20 Maret 2013.

      13. Judul dari Skrpisi/Tesis/Disertasi

      Anggitasari, Aloysia Yuanita. 2013. “Koherensi Kalimat pada Cerpen Karangan Siswa

      Kelas V SD Kanisius Kalasan”. Skripisi. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.