PENGARUH KETERSEDIAAN WAKTU LUANG TERHAD
PENGARUH KETERSEDIAAN WAKTU LUANG TERHADAP INDEKS
KEBAHAGIAAN PEKERJA DAN MAHASISWA
DI DKI JAKARTA
B. Ari Kuncoro (NIM. 1412410771)
Tugas Mata Kuliah Research & Methodology - 2014
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
DKI Jakarta sebagai pusat bisnis dan pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia
menghadapi masalah utama dalam bidang transportasi, yaitu tingginya angka kemacetan.
Rata-rata pertumbuhan kendaraan meningkat 24 persen tiap tahunnya, tetapi perkembangan
ruas jalan hanya tumbuh 0,01 persen tiap tahun. Pertumbuhan ruas jalan sangat tidak
sebanding. Panjang jalan di Jakarta hanya 7.650 km dan luas jalan 40,1 km atau hanya
0,26% dari luas wilayah DKI. Perubahan jam kemacetan di Jakarta juga sudah terjadi selama
satu tahun belakangan ini. Bila tahun 2013 pukul 21.00 WIB sudah mencair, tahun 2014
kemacetan terjadi hingga pukul 22.00 WIB (Setiadi, B. et. al, 2014, p2).
Salah satu imbas dari kemacetan adalah menjadi semakin lamanya perjalanan rutin yang
dibutuhkan oleh para pengguna jalan, sehingga mengurangi ketersediaan waktu luang
mereka. Berdasarkan referensi hasil penelitian Erik Hansson (2011) dari Lund University,
Swedia, yang melibatkan 21 ribu orang yang bekerja penuh waktu dan berusia antara 18
hingga 64 tahun, semakin lama perjalanan rutin, semakin buruk kesehatan seseorang. Aspek
kesehatan seseorang ini merupakan salah satu aspek yang mempengaruhi indeks kebahagiaan
(BPS, 2014, pp 1-2).
Sementara itu Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia telah mengeluarkan indeks
kebahagiaan manusia Indonesia tahun 2014. Adapun indeks kebahagiaan penduduk Indonesia
pada 2014 tercatat 68,28 (skala 0-100). Pada laporan BPS tersebut disebutkan bahwa indeks
1
kebahagiaan merupakan indeks komposit yang disusun oleh tingkat kepuasan terhadap 10
aspek kehidupan yang esensial, yang mencakup kesehatan, pendidikan, pekerjaan,
pendapatan rumah tangga, keharmonisan keluarga, ketersediaan waktu luang, hubungan
sosial,
kondisi
rumah
dan
aset,
keadaan
lingkungan,
dan
kondisi
keamanan.
BPS telah menyatakan bahwa ketersediaan waktu luang merupakan salah satu dari 10
aspek kehidupan yang mempengaruhi indeks kebahagiaan. Dalam penelitian ini penulis
melakukan uji korelasi antara dua variabel tersebut. Penulis menyoroti salah satu aspek di
atas sebagai independent variable, yaitu aspek ketersediaan waktu luang. Semakin lama
perjalanan rutin, diasumsikan ketersediaan waktu luang semakin sedikit. Sementara itu
dependent variable dalam penelitian ini adalah indeks kebahagiaan. Indeks kebahagiaan
dalam penelitian ini diukur subyektif dengan menanyakan responden dengan pertanyaan:
“Dari skala 1-100, seberapa bahagiakah Anda?”.
1.2 Rumusan Masalah
Apakah ketersediaan waktu luang mempengaruhi indeks kebahagiaan pekerja dan
mahasiswa di DKI Jakarta?
1.3 Hipotesis
H0 = Ketersediaan waktu luang tidak mempengaruhi indeks kebahagiaan pekerja dan
mahasiswa di DKI Jakarta.
1.4 Tujuan
Tujuan utama dari penulisan tesis ini adalah untuk mempelajari pengaruh ketersediaan
waktu luang terhadap indeks kebahagiaan pekerja dan mahasiswa di DKI Jakarta.
2
1.5 Manfaat
Manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui apakah ketersediaan waktu luang berpengaruh terhadap tingkat kebahagiaan
pekerja dan mahasiswa di DKI Jakarta.
2. Menjadi referensi para pekerja dan mahasiswa untuk memperhatikan jumlah ketersediaan
waktu luang.
1.6 Ruang Lingkup
1. Indeks kebahagiaan seorang pekerja dan mahasiswa diukur dengan menanyakan
responden seberapa bahagiakah mereka dari skala 1 s.d. 100. Semakin bahagia, semakin
tinggi skor-nya.
2. Diasumsikan semakin lama perjalanan rutin ke tempat kerja, maka semakin sedikit
ketersediaan waktu luang.
3. Survey dilakukan secara online di Jajakpendapat.net.
1.7 Kepentingan Penelitian
Penelitian mengenai ketersediaan waktu luang terhadap indeks kebahagiaan pekerja dan
mahasiswa di DKI Jakarta diharapkan dapat menjadi referensi warga DKI Jakarta dalam hal
penyesuaian ketersediaan waktu luang mereka.
3
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Ketersediaan Waktu Luang
Sukadji (2000, pp 5-6) melihat arti istilah waktu luang dari 3 dimensi. Dilihat dari
dimensi waktu, waktu luang dilihat sebagai waktu yang tidak digunakan untuk “bekerja”;
mencari nafkah, melaksanakan kewajiban, dan mempertahankan hidup. Dari segi cara
pengisian, waktu luang merupakan waktu yang dapat diisi dengan kegiatan pilihan sendiri
atau waktu yang digunakan dan dimanfaatkan sesuka hati. Dari sisi fungsi, waktu luang
adalah waktu yang dimanfaatkan sebagai sarana mengembangkan potensi, meningkatkan
mutu pribadi, kegiatan terapeutik bagi yang mengalami gangguan emosi, sebagai selingan
dan hiburan, sarana rekreasi, sebagai kompensasi pekerjaan yang kurang menyenangkan, atau
sebagai kegiatan menghindari sesuatu.
Menurut Chris Bull dalam bukunya yang berjudul “An introduction to leisure
studies” menjelaskan pengertian waktu luang adalah jika seseorang sedang tidak bekerja,
maka ia memiliki waktu luang. Dengan kata lain, waktu luang=tidak bekerja. Berdasarkan
teori yang dikemukakan oleh Tolrkildsen Gorge (1992) dalam bukunya “Leisure and
Recreation Management”, waktu luang tercatat dalam beragam defenisi, antara lain:
1.
Waktu luang sebagai waktu
2.
Waktu luang sebagai aktivitas
3.
Waktu luang sebagai suatu suasana hati atau sikap mental yang positif
4.
Waktu luang sebagai sesuatu yang memiliki arti yang luas
5.
Waktu luang sebagai suatu cara untuk hidup
4
Dalam paper ini, ketersediaan waktu luang berdasarkan berapa lama para pekerja dan
mahasiswa melakukan perjalanan rutin diukur. Diasumsikan perjalanan rutin mereka
berangkat ke kantor lebih dari 1 jam, maka ketersediaan waktu luang sedikit. Sebaliknya
apabila perjalanan rutin mereka berangkat ke kantor kurang dari 1 jam, maka ketersediaan
waktu luang mereka banyak. Data awal rentang waktu rata-rata lamanya berangkat ke tempat
kerja setiap hari. Adapun pilihan jawaban dalam kuesioner adalah 0-30 menit, 30-60 menit,
60-90 menit, 90-120 menit, 120-150 menit, dan di atas 180 menit, sehingga nanti tabel akan
ditabulasi ulang oleh penulis menjadi dua kategorikal saja, yaitu ketersediaan waktu luang
banyak dan ketersediaan waktu luang sedikit.
2.2 Indeks Kebahagiaan
Indeks kebahagiaan penduduk Indonesia pada 2014 (BPS, 2014, p2) tercatat 68,28 (skala
0-100) atau meningkat dibandingkan dengan tahun 2013 yang tercatat 65,11. Hasil ini
menunjukkan bahwa secara umum penduduk negeri ini relatif berbahagia dibandingkan tahun
sebelumnya. Indeks Kebahagiaan merupakan indikator subyektif yang diperlukan sebagai
bentuk konfirmasi masyarakat terhadap kinerja pembangunan yang telah terukur oleh
berbagai indikator obyektif seperti pertumbuhan ekonomi, inflasi, morbiditas, literasi,
pengangguran, kriminalitas, dan sebagainya.
BPS menyebutkan bahwa indeks kebahagiaan merupakan indeks komposit yang disusun
oleh tingkat kepuasan terhadap 10 aspek kehidupan yang esensial. Ke-10 aspek tersebut
secara substansi dan bersama-sama merefleksikan tingkat kebahagiaan yang meliputi
kepuasan terhadap:
-kesehatan
-pekerjaan
-pendidikan
-pendapatan rumah tangga
5
-keharmonisan keluarga
-kondisi rumah dan aset
-ketersediaan waktu luang
-keadaan lingkungan
-hubungan sosial
-kondisi keamanan
Pada studi ini ukuran subyektif kebahagiaan tidak secara rumit direpresentasikan sebagai
ukuran
tingkat
kepuasan
hidup
individu
terhadap
domain
kehidupan.
Dengan
penyederhanaan, indeks kebahagiaan dalam penelitian ini didapatkan dengan menanyakan
seberapa bahagiakah seorang responden pada saat itu dari skala 1-100. Semakin bahagia
semakin tinggi nilainya.
6
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Pendahuluan
Penelitian ini menggunakan data kategorikal untuk variabel independent dan data
kontinu untuk variabel dependent. Variabel independent dari penelitian ini adalah
ketersediaan waktu luang, sedangkan variable dependent adalah tingkat kebahagiaan. Karena
kita menggunakan data kategorikal yang berupa dua kelompok dan data kontinu, teknik yang
cocok untuk menguji keterkaitan antara dua variabel tersebut adalah dengan uji t (Borden,
2008, p.426). Jika uji t kurang mendapatkan hasil yang memuaskan, maka diperlukan analisis
non-parametrik dengan uji chi-square. Untuk melakukannya, peneliti perlu mengkategorikan
data tingkat kebahagiaan menjadi dua kategori terlebih dahulu.
3.2 Desain Penelitian
Desain penelitian disusun tahap demi tahap dan diilustrasikan oleh Gambar 1. Pertamatama peneliti menentukan ide penelitian berangkat dari latar belakang dan studi literatur. Ide
tersebut kemudian dikembangkan menjadi hipotesis yang tertulis dalam Bab 1. Tujuan dari
penelitian ini ditentukan dalam tahap ini. Setelah itu desain penelitian ditentukan, dalam hal
ini dipilih korelasional. Kemudian populasi dan sampel jajak pendapat dipilih, yaitu
penduduk Jabodetabek (lihat bagian 3.3). Setelah itu disusun kuesioner yang diperlukan
untuk menjawab hipotesis. Lalu dilakukan pengumpulan data (lihat bagian 3.4). Tahap
berikutnya adalah analisis data yang tertulis dalam Bab 4. Tahap terakhir adalah tahap
pembahasan dan penyusunan laporan.
7
Gambar 1. Diagram Alir Desain Penelitian
3.3 Populasi dan Sampel
Populasi dari penelitian ini adalah pekerja dan mahasiswa yang sehari-harinya bertugas
di DKI Jakarta. Adapun sampel dari penelitian ini adalah sebanyak 52 responden. Usia
responden berada di antara 16 s.d. 40 tahun. Responden tinggal di wilayah Jakarta, Bogor,
Tangerang, Depok, Tangerang, dan Bekasi. Demografi yang lebih rinci dapat dilihat pada
bagian peserta jajak pendapat di Bab 4.
3.4 Metode Pengumpulan Data dan Instrumen
Dalam penelitian ini digunakan sarana JajakPendapat.net untuk pengumpulan data.
Melalui jajakpendapat.net ini kuesioner disebarkan secara online. Biaya yang dikeluarkan
adalah sebesar 3000 rupiah untuk setiap responden yang mengisi. Perlu diketahui bahwa
JajakPendapat.net telah memiliki responden yang sudah terdaftar sebelumnya dengan
demografi yang diinginkan oleh peneliti seperti yang tertulis pada bagian 3.3.
8
3.5 Metode Analisis Data
Dalam penelitian ini digunakan analisis kuantitatif parametrik dan non-parameterik.
Metode parametrik yang digunakan adalah uji t, untuk menguji dua kelompok yang memiliki
ketersediaan waktu luang banyak dan sedikit dengan variabel tingkat kebahagiaan mereka
yang diukur secara kontinu dari skala 1-100. Jika uji t tidak menghasilkan kesimpulan yang
baik, maka metode non parametrik chi square diperlukan dengan membagi terlebih dahulu
tingkat kebahagiaan menjadi dua kategori, yaitu kategori bahagia untuk skala >= 60, dan
tidak bahagia untuk skala < 60. Untuk membantu menganalisis data, penulis menggunakan
Rstudio versi 0.98.1091 yang merupakan perangkat lunak open source untuk statistik.
3.6 Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki keterbatasan dalam menentukan variabel tingkat kebahagiaan.
Alasan pertama dapat dimungkinkan dua orang responden atau lebih mungkin memiliki
tingkat kebahagiaan yang berbeda, meskipun nilai nya sama-sama 80. Alasan kedua,
ketersediaan waktu luang juga kurang dijabarkan secara spesifik, semestinya dapat
ditambahkan ketergantungan dengan beberapa variabel lain seperti jumlah jam kerja dalam
seminggu dan lamanya waktu tidur per hari, lamanya pulang pergi ke kantor per hari dalam
jam. Dengan demikian data ketersediaan waktu luang menjadi data kontinu dan lebih
fleksibel untuk dioleh dengan regresi linear atau parametrik/non-parametrik. Apabila hasil
regresi linear kurang memuaskan, peneliti dapat mencoba mengkategorikan ulang dan
menggunakan metode uji t dan uji chi square.
9
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1 Pendahuluan
Data penelitian yang sudah dioleh dapat dilihat pada appendix 2A dan 2B. Dari data
tersebut, akan disajikan (1) peserta jajak pendapat dan (2) analisis deskriptif di bab ini.
Hipotesis null (H0) yang 1 menyatakan bahwa ketersediaan waktu luang tidak berpengaruh
terhadap indeks kebahagiaan seseorang akan dibuktikan dalam bab ini.
4.2 Peserta Jajak Pendapat
Sebelum data diolah, perlu dipetakan terlebih dahulu demografi responden. Berikut ini
adalah tabel yang menggambarkan demografi peserta jajak pendapat.
Tabel 4.1 Demografi Peserta Survey Sebelum dan Sesudah Disaring
Karakteristik
Jenis
Kelamin
Laki-‐Laki
Perempuan
Tempat
Tinggal
DKI
Jakarta
Bodetabek
Pekerjaan
Karyawan
Mahasiswa
Tidak
Bekerja
Tingkat
Pengeluaran
USD
200
Tingkat
Pendidikan
Tamat
SMA
Tamat
lebih
dari
D3
Sebelum
Disaring
Jumlah
Persentase
29
55.77%
23
44.23%
24
46.15%
28
53.85%
23
44.23%
21
40.38%
8
15.38%
35
17
21
31
67.31%
32.69%
40.38%
59.62%
Setelah
Disaring
Jumlah
Persentase
21
63.64%
12
36.36%
17
51.52%
16
48.48%
19
57.58%
14
42.42%
0
0.00%
23
10
69.70%
30.30%
17
16
51.52%
48.48%
10
Jumlah keseluruhan peserta jajak pendapat adalah 52 responden, dengan 55,77% lakilaki dan 44,23% perempuan. Dari jumlah tersebut sebanyak 46,15% tinggal di Jakarta,
sisanya tinggal di Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Bodetabek). Sejumlah 84,61%
adalah mahasiswa dan pekerja, sisanya tidak bekerja. Kelompok yang tidak bekerja ini akan
dikeluarkan dari data input, karena tidak sesuai dengan topik pembahasan. Dari 52
responden, yang menjawab lengkap untuk pertanyaan tingkat kebahagiaan hanya sebanyak
40 orang atau 76,92% dari total responden, sehingga data juga perlu disaring kembali.
Akhirnya didapatkan data yang valid setelah disaring, yaitu sebanyak 33 data. Nilai dan
persentase data dapat dilihat pada Tabel 4.1 kolom 4 dan 5. Setelah data disaring, terlihat
bahwa data tempat tinggal, tingkat pendidikan, dan jenis pekerjaan hampir berimbang
(50:50).
4.3 Analisis Deskriptif
Dalam penelitian ini kategori jarak dari tempat tinggal ke tempat kerja dibagi menjadi
dua kategori yaitu (1) jarak dekat, jika kurang dari 10km dan (2) jarak jauh, jika lebih dari
10km. Variabel ketersediaan waktu luang dibagi menjadi dua kategori juga yaitu waktu luang
banyak, jika waktu perjalanan kurang dari 1 jam, dan waktu luang sedikit, jika waktu
perjalanan lebih dari 1 jam. Sedangkan skor tingkat kebahagiaan diberikan numerik dari skala
1-100. Sebelum melakukan uji t, ada baiknya mengetahui grafik box plot untuk melihat
karakteristik mean dan deviasi kedua variabel. Gambar 2 merupakan grafik boxplot dari
variabel tingkat kebahagiaan terhadap waktu luang. Terlihat bahwa untuk kelompok yang
memiliki waktu luang lebih banyak memiliki average lebih tinggi dibandingkan dengan yang
memiliki waktu luang sedikit.
11
Gambar 2 Grafik Box plot untuk Tingkat Kebahagiaan vs Waktu Luang
Setelah melakukan uji t (lihat Appendix 1), dihasilkan nilai t, df, dan p value yang
terlihat pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Tabel Hasil Uji t untuk Ketersediaan Waktu Luang dan Jarak
Parameter
Kategori
Waktu
Luang
Banyak
Sedikit
Dekat
Jauh
Jarak
Mean
Tingkat
Bahagia
71.8
53.3
68.88
59.875
t
df
p
value
2.194
19.385
0.04061
1.1026
29.303
0.2792
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa untuk kelompok dengan ketersediaan waktu luang banyak
memiliki Mean indeks kebahagiaan sebesar 71,8. Sementara itu Mean tingkat kebahagiaan
pada kelompok waktu luang sedikit adalah 53,3. Nilai t yang dihasilkan sebesar 2,194, pada p
value 0,04061 atau kurang dari alpha yang telah ditentukan sebesar 0,05. Dengan hasil
demikian dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak, atau ada korelasi positif antara ketersediaan
waktu luang dengan tingkat kebahagiaan seseorang. Dengan kata lain, kelompok yang
memiliki waktu luang banyak cenderung lebih berbahagia dibandingkan dengan yang
memiliki waktu luang sedikit.
Meskipun bukan merupakan pembahasan utama dari penelitian ini, pembahasan
mengenai variabel jarak juga dilakukan. Pada variabel jarak dihasilkan nilai t 1.1026 dengan
nilai p = 0,2792 atau > 0.05. Hipotesis null menyebutkan bahwa besarnya jarak tempuh
12
pekerja dari tempat tinggak ke tempat kerja tidak mempengaruhi tingkat kebahagiaan
mereka, maka H0 diterima.
Guna lebih memastikan lagi hasil dari uji t ini, peneliti melakukan uji chi square. Karena
uji chi square kedua data harus berupa data kategorikal, maka diperlukan proses
pengelompokan variabel kontinu tingkat kebahagiaan. Peneliti mengasumsikan bahwa
seseorang bahagia jika skor >= 60, dan seseorang tidak bahagia jika skor < 60. Berikut hasil
chi square dari data yang didapatkan.
Tabel 4.3 Tingkat Kebahagiaan ditinjau dari Kondisi Banyak Sedikitnya Waktu Luang
Bahagia
Tidak
Bahagia
Jumlah
Waktu
Luang
Banyak
14
3
17
Waktu
Luang
Sedikit
6
10
16
Jumlah
20
13
33
Dengan menggunakan Rstudio, uji chi square dilakukan. Adapun hasil X-squared
sebesar 5,1937 dan p-value = 0,02267 (lihat Appendix 1). Terlihat bahwa dengan X-squared
5,1937, p value < 0,05. Hal ini berarti H0 ditolak dan semakin memantapkan kelompok yang
memilik waktu luang banyak memeliki kecenderungan bahagia. Sebagai perbandingan,
berikut ini adalah tabel tingkat kebahagiaan ditinjau dari kondisi jauh dekatnya jarak antara
tempat tinggal dan tempat kerja.
Tabel 4.4 Tingkat Kebahagiaan ditinjau dari Kondisi Kondisi Jauh Dekatnya Jarak
Bahagia
Tidak
Bahagia
Jumlah
Jarak
Dekat
11
6
17
Jarak
Jauh
6
10
16
Jumlah
17
16
33
Dari tabel di atas setelah dilakukan chi square test, dihasilkan X-square = 1,4747, dengan p
value = 0.2246. Sehingga H0 yang menyatakan jarak tidak mempengaruhi tingkat
kebahagiaan seseorang diterima.
13
BAB 5
DISKUSI PENELITIAN
5.1 Ringkasan
Berlatar belakang permasalahan angka kemacetan di kota DKI Jakarta yang semakin
tinggi, rumusan masalah pengaruh antara ketersediaan waktu luang terhadap tingkat
kebahagiaan pekerja dan mahasiswa di DKI Jakarta diangkat dalam penelitian ini. Tujuannya
adalah untuk mengetahui apakah ketersediaan waktu luang berkolerasi signifikan dengan
tingkat kebahagiaan pekerja dan mahasiswa di DKI Jakarta. Adapun hipotesis null dari
penelitian adalah ketersediaan waktu luang tidak mempengaruhi tingkat kebahagiaan pekerja
dan mahasiswa di DKI Jakarta.
Untuk membuktikan hipotesis tersebut, dalam penelitian ini digunakan uji t dan uji chi
square. Dari hasil uji t, nilai t yang dihasilkan sebesar 2,194 dengan nilai p = 0,04061 atau
kurang dari alpha (0,05). Karena nilai p kurang dari alpha, hipotesis null ditolak dan dapat
disimpulkan bahwa ketersediaan waktu luang memiliki pengaruh signifikan terhadap
tingkat kebahagiaan. Hasil dari uji chi square juga memperkuat kesimpulan yang sama,
yaitu H0 ditolak, di mana hasil X square 5,1937, nilai p = 0,02267. Sementara itu ditinjau dari
jauh dekatnya jarak pekerja atau mahasiswa ke tempat pekerjaannya, dari hasil uji t maupun
chi square, faktor tersebut tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap tingkat kebahagiaan.
5.2 Diskusi
Dengan mengetahui bahwa hipotesis null ditolak, penelitian ini telah mencapai tujuan.
Adapun hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa ketersediaan waktu luang berpengaruh
terhadap tingkat kebahagiaan pekerja dan mahasiswa di DKI Jakarta. Apabila ketersediaan
waktu sedikit, tingkat kebahagiaan cenderung rendah (Mean skor 53.3 dari 100). Sebaliknya
14
apabila ketersediaan waktu banyak, tingkat kebahagiaan cenderung tinggi (Mean skor 71.3
dari 100).
Seperti yang telah dibahas secara rinci pada bagian Analisis Deskriptif di Bab 4, hasil
penelitian ini selaras dengan dasar teori yang dipakai oleh Badan Pusat Statistik (BPS, 2014,
p2) yang menyatakan bahwa ketersediaan waktu luang merupakan salah satu positif dari
sepuluh faktor indeks kebahagiaan seseorang, di mana semakin lama ketersediaan waktu
luang, semakin bahagialah orang tersebut. Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Erik Hannson (2011), dari Lund University, Swedia, yang melibatkan 21 ribu
orang yang bekerja penuh waktu dan berusia antara 18 hingga 64 tahun, semakin lama
perjalanan rutin, semakin buruk kesehatan seseorang. Secara logis, semakin buruk kesehatan
seseorang juga berdampak buruk pada tingkat kebahagiaan orang tersebut.
5.3 Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan penelitian dari segi desain telah dibahas pada bab 3. Dalam bab 5 ini
keterbatasan penelitian diuraikan dari segi hasil penelitian. Berikut ini adalah keterbatasanketerbatasan penelitian yang telah diidentifikasi.
-
Analisis data hanya dapat diuji dengan uji t dan atau uji chi square, karena tipe datanya
kategorikal dan kontinu.
-
Variabel tingkat kebahagiaan kurang ditambahkan lagi dengan variabel-variabel lainnya
-
Variabel ketersediaan waktu luang juga kurang ditambah dengan variabel-variabel
lainnya
5.4 Rekomendasi Penelitian
Berdasarkan keterbatasan yang telah dituliskan pada bagian 5.3 di atas, berikut ini adalah
rekomendasi-rekomendasi penelitian lebih lanjut:
15
-
Menggunakan data kontinu untuk variabel ketersediaan waktu luang
-
Menambahkan variabel tingkat kebahagiaan dengan beberapa variabel seperti tingkat
penghasilan, keharmonisan keluarga, hubungan sosial, keadaan lingkungan, dsb.
-
Menambahkan variabel ketersediaan waktu luang dengan variabel lainnya yaitu jumlah
waktu tidur, jumlah jam kerja, lama waktu pulang kerja, dsb.
-
Melakukan penelitian untuk responden di kota-kota besar lainnya.
16
DAFTAR PUSTAKA
BPS Document. (2014). Indeks Kebahagiaan Indonesia Tahun 2014. Berita Resmi Statistik:
No. 45/06/Th. XVII, 2 Juni 2014, from http://bps.go.id/brs_file/ik_02juni14.pdf
Setiadi, B. et. al. (2014). Isu-isu Negara Berkembang. Program Studi Hubungan
Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Brawijaya, from
https://www.academia.edu/7911872/Desain_Solusi_Kemacetan_Jakarta
Hansson, Eric et. al. (2011). Relationship between commuting and health outcomes in crosssectional population survey in southern Sweden. BMC Public Health Journal Vol. 11,
from http://www.biomedcentral.com/1471-2458/11/834
Sabatini, F et. al. (2011). The relationship between happiness and health: evidence from Italy.
Health Economic and Data Group May 2011, from
http://www.york.ac.uk/media/economics/documents/herc/wp/11_07.pdf
Bordens, K. S., Bruce B. Abbott. (2008). Research Design and Methods, a Process
Approach. 7th ed. McGraw Hill.
Bjørnskov, C. (2008). Healthy and happy in Europe? On the association between happiness
and life expectancy over time. Social Science & Medicine 66, 1750-1759.
Sukadji, Soetarlinah. (2000). Psikologi Pendidikan dan Psikologi Sekolah (Direvisi dan
Dilengkapi). Depok: Universitas Indonesia.
Standford GSB Document. (2010). The Psychology of Happiness. Case M-330, from
http://faculty-gsb.stanford.edu/aaker/pages/documents/ThePsychologyofHappiness.pdf
Helliwell, J. et al. (2013). World Happiness Report 2013. From http://unsdsn.org/wpcontent/uploads/2014/02/WorldHappinessReport2013_online.pdf
17
Appendix 1
1. Uji t dengan RStudio
> t.test(bahagia$Bahagia ~ bahagia$Waktu, mu = 0, conf.level = 0.95)
Welch Two Sample t-test
data: bahagia$Bahagia by bahagia$Waktu
t = 2.194, df = 19.385, p-value = 0.04061
alternative hypothesis: true difference in means is not equal to 0
95 percent confidence interval:
0.8745171 36.1100983
sample estimates:
mean in group 0 mean in group 1
71.80000
53.30769
> t.test(bahagia$Bahagia ~ bahagia$Jarak, mu = 0, conf.level = 0.95)
Welch Two Sample t-test
data: bahagia$Bahagia by bahagia$Jarak
t = 1.1026, df = 29.303, p-value = 0.2792
alternative hypothesis: true difference in means is not equal to 0
95 percent confidence interval:
-7.692787 25.707493
sample estimates:
mean in group 0 mean in group 1
68.88235
59.87500
2. Uji Chi Square dengan RStudio
Chi Square:
> bahagiachichi bahagiachichi2 chisq.test(bahagiachichi2)
Pearson's Chi-squared test with Yates' continuity correction
data: bahagiachichi2
X-squared = 5.1937, df = 1, p-value = 0.02267
> bahagiajarakchi bahagiajarakchi2 chisq.test(bahagiajarakchi2)
Pearson's Chi-squared test with Yates' continuity correction
18
data: bahagiajarakchi2
X-squared = 1.4747, df = 1, p-value = 0.2246
Appendix 2A
Data yang telah diolah
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
Gender
1
1
1
0
1
0
0
0
1
1
0
1
1
1
0
1
1
1
1
1
0
0
1
1
1
0
0
1
0
0
1
1
1
Umur
29
20
24
20
26
33
31
22
18
21
23
20
23
20
23
32
21
19
26
21
23
20
28
29
21
31
24
36
20
29
18
28
20
Domi-‐ Pengelu Pendidik
sili
aran
an
0
1
1
0
0
0
0
0
1
1
1
1
0
0
1
0
1
1
1
0
0
1
0
0
1
0
0
1
0
0
1
0
1
1
0
0
1
1
0
1
0
0
1
0
0
0
1
0
0
0
0
1
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
1
1
0
0
0
1
1
0
0
1
1
0
0
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
1
1
1
0
0
1
0
1
1
0
0
0
Pek
erja Kenda
an
raan
1
1
0
1
1
1
0
0
1
0
1
1
1
1
1
0
0
0
1
1
1
0
0
0
0
1
0
1
1
0
1
0
0
1
0
1
0
0
1
1
1
1
0
1
1
0
1
1
0
1
1
0
1
0
1
0
0
1
1
0
0
1
1
1
0
1
Jarak
Waktu
Bahagia
0
0
79
1
0
77
1
1
41
1
0
46
0
0
51
0
1
38
0
0
96
1
0
75
0
0
36
0
0
84
0
1
31
1
0
54
0
0
72
1
0
100
0
0
83
0
0
80
1
1
47
0
0
71
1
1
100
1
1
35
1
0
92
0
0
68
1
1
85
1
1
54
0
0
78
0
0
93
0
0
55
1
1
17
1
1
31
1
1
58
0
1
100
0
1
56
1
0
46
19
Appendix 2B (lanjutan)
Keterangan:
Gender
Male
Female
Tempat
Tinggal
Jakarta
Luar
Jakarta
Pengeluaran
=
200USD
Tingkat
Pendidikan
Tamat
SMA
ke
bawah
1
0
1
0
0
1
0
Tamat
D3
ke
atas
1
Pekerjaan
Mahasiswa
Karyawan
Kendaraan
sepeda
motor
non
sepeda
motor
Jarak
jauh
>=
10km
dekat
<
10km
Waktu
60menit
luang
sedikit
0
1
1
0
1
0
0
1
Data Mentah yang belum diolah:
http://1drv.ms/1JjCFwq
20
KEBAHAGIAAN PEKERJA DAN MAHASISWA
DI DKI JAKARTA
B. Ari Kuncoro (NIM. 1412410771)
Tugas Mata Kuliah Research & Methodology - 2014
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
DKI Jakarta sebagai pusat bisnis dan pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia
menghadapi masalah utama dalam bidang transportasi, yaitu tingginya angka kemacetan.
Rata-rata pertumbuhan kendaraan meningkat 24 persen tiap tahunnya, tetapi perkembangan
ruas jalan hanya tumbuh 0,01 persen tiap tahun. Pertumbuhan ruas jalan sangat tidak
sebanding. Panjang jalan di Jakarta hanya 7.650 km dan luas jalan 40,1 km atau hanya
0,26% dari luas wilayah DKI. Perubahan jam kemacetan di Jakarta juga sudah terjadi selama
satu tahun belakangan ini. Bila tahun 2013 pukul 21.00 WIB sudah mencair, tahun 2014
kemacetan terjadi hingga pukul 22.00 WIB (Setiadi, B. et. al, 2014, p2).
Salah satu imbas dari kemacetan adalah menjadi semakin lamanya perjalanan rutin yang
dibutuhkan oleh para pengguna jalan, sehingga mengurangi ketersediaan waktu luang
mereka. Berdasarkan referensi hasil penelitian Erik Hansson (2011) dari Lund University,
Swedia, yang melibatkan 21 ribu orang yang bekerja penuh waktu dan berusia antara 18
hingga 64 tahun, semakin lama perjalanan rutin, semakin buruk kesehatan seseorang. Aspek
kesehatan seseorang ini merupakan salah satu aspek yang mempengaruhi indeks kebahagiaan
(BPS, 2014, pp 1-2).
Sementara itu Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia telah mengeluarkan indeks
kebahagiaan manusia Indonesia tahun 2014. Adapun indeks kebahagiaan penduduk Indonesia
pada 2014 tercatat 68,28 (skala 0-100). Pada laporan BPS tersebut disebutkan bahwa indeks
1
kebahagiaan merupakan indeks komposit yang disusun oleh tingkat kepuasan terhadap 10
aspek kehidupan yang esensial, yang mencakup kesehatan, pendidikan, pekerjaan,
pendapatan rumah tangga, keharmonisan keluarga, ketersediaan waktu luang, hubungan
sosial,
kondisi
rumah
dan
aset,
keadaan
lingkungan,
dan
kondisi
keamanan.
BPS telah menyatakan bahwa ketersediaan waktu luang merupakan salah satu dari 10
aspek kehidupan yang mempengaruhi indeks kebahagiaan. Dalam penelitian ini penulis
melakukan uji korelasi antara dua variabel tersebut. Penulis menyoroti salah satu aspek di
atas sebagai independent variable, yaitu aspek ketersediaan waktu luang. Semakin lama
perjalanan rutin, diasumsikan ketersediaan waktu luang semakin sedikit. Sementara itu
dependent variable dalam penelitian ini adalah indeks kebahagiaan. Indeks kebahagiaan
dalam penelitian ini diukur subyektif dengan menanyakan responden dengan pertanyaan:
“Dari skala 1-100, seberapa bahagiakah Anda?”.
1.2 Rumusan Masalah
Apakah ketersediaan waktu luang mempengaruhi indeks kebahagiaan pekerja dan
mahasiswa di DKI Jakarta?
1.3 Hipotesis
H0 = Ketersediaan waktu luang tidak mempengaruhi indeks kebahagiaan pekerja dan
mahasiswa di DKI Jakarta.
1.4 Tujuan
Tujuan utama dari penulisan tesis ini adalah untuk mempelajari pengaruh ketersediaan
waktu luang terhadap indeks kebahagiaan pekerja dan mahasiswa di DKI Jakarta.
2
1.5 Manfaat
Manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui apakah ketersediaan waktu luang berpengaruh terhadap tingkat kebahagiaan
pekerja dan mahasiswa di DKI Jakarta.
2. Menjadi referensi para pekerja dan mahasiswa untuk memperhatikan jumlah ketersediaan
waktu luang.
1.6 Ruang Lingkup
1. Indeks kebahagiaan seorang pekerja dan mahasiswa diukur dengan menanyakan
responden seberapa bahagiakah mereka dari skala 1 s.d. 100. Semakin bahagia, semakin
tinggi skor-nya.
2. Diasumsikan semakin lama perjalanan rutin ke tempat kerja, maka semakin sedikit
ketersediaan waktu luang.
3. Survey dilakukan secara online di Jajakpendapat.net.
1.7 Kepentingan Penelitian
Penelitian mengenai ketersediaan waktu luang terhadap indeks kebahagiaan pekerja dan
mahasiswa di DKI Jakarta diharapkan dapat menjadi referensi warga DKI Jakarta dalam hal
penyesuaian ketersediaan waktu luang mereka.
3
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Ketersediaan Waktu Luang
Sukadji (2000, pp 5-6) melihat arti istilah waktu luang dari 3 dimensi. Dilihat dari
dimensi waktu, waktu luang dilihat sebagai waktu yang tidak digunakan untuk “bekerja”;
mencari nafkah, melaksanakan kewajiban, dan mempertahankan hidup. Dari segi cara
pengisian, waktu luang merupakan waktu yang dapat diisi dengan kegiatan pilihan sendiri
atau waktu yang digunakan dan dimanfaatkan sesuka hati. Dari sisi fungsi, waktu luang
adalah waktu yang dimanfaatkan sebagai sarana mengembangkan potensi, meningkatkan
mutu pribadi, kegiatan terapeutik bagi yang mengalami gangguan emosi, sebagai selingan
dan hiburan, sarana rekreasi, sebagai kompensasi pekerjaan yang kurang menyenangkan, atau
sebagai kegiatan menghindari sesuatu.
Menurut Chris Bull dalam bukunya yang berjudul “An introduction to leisure
studies” menjelaskan pengertian waktu luang adalah jika seseorang sedang tidak bekerja,
maka ia memiliki waktu luang. Dengan kata lain, waktu luang=tidak bekerja. Berdasarkan
teori yang dikemukakan oleh Tolrkildsen Gorge (1992) dalam bukunya “Leisure and
Recreation Management”, waktu luang tercatat dalam beragam defenisi, antara lain:
1.
Waktu luang sebagai waktu
2.
Waktu luang sebagai aktivitas
3.
Waktu luang sebagai suatu suasana hati atau sikap mental yang positif
4.
Waktu luang sebagai sesuatu yang memiliki arti yang luas
5.
Waktu luang sebagai suatu cara untuk hidup
4
Dalam paper ini, ketersediaan waktu luang berdasarkan berapa lama para pekerja dan
mahasiswa melakukan perjalanan rutin diukur. Diasumsikan perjalanan rutin mereka
berangkat ke kantor lebih dari 1 jam, maka ketersediaan waktu luang sedikit. Sebaliknya
apabila perjalanan rutin mereka berangkat ke kantor kurang dari 1 jam, maka ketersediaan
waktu luang mereka banyak. Data awal rentang waktu rata-rata lamanya berangkat ke tempat
kerja setiap hari. Adapun pilihan jawaban dalam kuesioner adalah 0-30 menit, 30-60 menit,
60-90 menit, 90-120 menit, 120-150 menit, dan di atas 180 menit, sehingga nanti tabel akan
ditabulasi ulang oleh penulis menjadi dua kategorikal saja, yaitu ketersediaan waktu luang
banyak dan ketersediaan waktu luang sedikit.
2.2 Indeks Kebahagiaan
Indeks kebahagiaan penduduk Indonesia pada 2014 (BPS, 2014, p2) tercatat 68,28 (skala
0-100) atau meningkat dibandingkan dengan tahun 2013 yang tercatat 65,11. Hasil ini
menunjukkan bahwa secara umum penduduk negeri ini relatif berbahagia dibandingkan tahun
sebelumnya. Indeks Kebahagiaan merupakan indikator subyektif yang diperlukan sebagai
bentuk konfirmasi masyarakat terhadap kinerja pembangunan yang telah terukur oleh
berbagai indikator obyektif seperti pertumbuhan ekonomi, inflasi, morbiditas, literasi,
pengangguran, kriminalitas, dan sebagainya.
BPS menyebutkan bahwa indeks kebahagiaan merupakan indeks komposit yang disusun
oleh tingkat kepuasan terhadap 10 aspek kehidupan yang esensial. Ke-10 aspek tersebut
secara substansi dan bersama-sama merefleksikan tingkat kebahagiaan yang meliputi
kepuasan terhadap:
-kesehatan
-pekerjaan
-pendidikan
-pendapatan rumah tangga
5
-keharmonisan keluarga
-kondisi rumah dan aset
-ketersediaan waktu luang
-keadaan lingkungan
-hubungan sosial
-kondisi keamanan
Pada studi ini ukuran subyektif kebahagiaan tidak secara rumit direpresentasikan sebagai
ukuran
tingkat
kepuasan
hidup
individu
terhadap
domain
kehidupan.
Dengan
penyederhanaan, indeks kebahagiaan dalam penelitian ini didapatkan dengan menanyakan
seberapa bahagiakah seorang responden pada saat itu dari skala 1-100. Semakin bahagia
semakin tinggi nilainya.
6
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Pendahuluan
Penelitian ini menggunakan data kategorikal untuk variabel independent dan data
kontinu untuk variabel dependent. Variabel independent dari penelitian ini adalah
ketersediaan waktu luang, sedangkan variable dependent adalah tingkat kebahagiaan. Karena
kita menggunakan data kategorikal yang berupa dua kelompok dan data kontinu, teknik yang
cocok untuk menguji keterkaitan antara dua variabel tersebut adalah dengan uji t (Borden,
2008, p.426). Jika uji t kurang mendapatkan hasil yang memuaskan, maka diperlukan analisis
non-parametrik dengan uji chi-square. Untuk melakukannya, peneliti perlu mengkategorikan
data tingkat kebahagiaan menjadi dua kategori terlebih dahulu.
3.2 Desain Penelitian
Desain penelitian disusun tahap demi tahap dan diilustrasikan oleh Gambar 1. Pertamatama peneliti menentukan ide penelitian berangkat dari latar belakang dan studi literatur. Ide
tersebut kemudian dikembangkan menjadi hipotesis yang tertulis dalam Bab 1. Tujuan dari
penelitian ini ditentukan dalam tahap ini. Setelah itu desain penelitian ditentukan, dalam hal
ini dipilih korelasional. Kemudian populasi dan sampel jajak pendapat dipilih, yaitu
penduduk Jabodetabek (lihat bagian 3.3). Setelah itu disusun kuesioner yang diperlukan
untuk menjawab hipotesis. Lalu dilakukan pengumpulan data (lihat bagian 3.4). Tahap
berikutnya adalah analisis data yang tertulis dalam Bab 4. Tahap terakhir adalah tahap
pembahasan dan penyusunan laporan.
7
Gambar 1. Diagram Alir Desain Penelitian
3.3 Populasi dan Sampel
Populasi dari penelitian ini adalah pekerja dan mahasiswa yang sehari-harinya bertugas
di DKI Jakarta. Adapun sampel dari penelitian ini adalah sebanyak 52 responden. Usia
responden berada di antara 16 s.d. 40 tahun. Responden tinggal di wilayah Jakarta, Bogor,
Tangerang, Depok, Tangerang, dan Bekasi. Demografi yang lebih rinci dapat dilihat pada
bagian peserta jajak pendapat di Bab 4.
3.4 Metode Pengumpulan Data dan Instrumen
Dalam penelitian ini digunakan sarana JajakPendapat.net untuk pengumpulan data.
Melalui jajakpendapat.net ini kuesioner disebarkan secara online. Biaya yang dikeluarkan
adalah sebesar 3000 rupiah untuk setiap responden yang mengisi. Perlu diketahui bahwa
JajakPendapat.net telah memiliki responden yang sudah terdaftar sebelumnya dengan
demografi yang diinginkan oleh peneliti seperti yang tertulis pada bagian 3.3.
8
3.5 Metode Analisis Data
Dalam penelitian ini digunakan analisis kuantitatif parametrik dan non-parameterik.
Metode parametrik yang digunakan adalah uji t, untuk menguji dua kelompok yang memiliki
ketersediaan waktu luang banyak dan sedikit dengan variabel tingkat kebahagiaan mereka
yang diukur secara kontinu dari skala 1-100. Jika uji t tidak menghasilkan kesimpulan yang
baik, maka metode non parametrik chi square diperlukan dengan membagi terlebih dahulu
tingkat kebahagiaan menjadi dua kategori, yaitu kategori bahagia untuk skala >= 60, dan
tidak bahagia untuk skala < 60. Untuk membantu menganalisis data, penulis menggunakan
Rstudio versi 0.98.1091 yang merupakan perangkat lunak open source untuk statistik.
3.6 Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki keterbatasan dalam menentukan variabel tingkat kebahagiaan.
Alasan pertama dapat dimungkinkan dua orang responden atau lebih mungkin memiliki
tingkat kebahagiaan yang berbeda, meskipun nilai nya sama-sama 80. Alasan kedua,
ketersediaan waktu luang juga kurang dijabarkan secara spesifik, semestinya dapat
ditambahkan ketergantungan dengan beberapa variabel lain seperti jumlah jam kerja dalam
seminggu dan lamanya waktu tidur per hari, lamanya pulang pergi ke kantor per hari dalam
jam. Dengan demikian data ketersediaan waktu luang menjadi data kontinu dan lebih
fleksibel untuk dioleh dengan regresi linear atau parametrik/non-parametrik. Apabila hasil
regresi linear kurang memuaskan, peneliti dapat mencoba mengkategorikan ulang dan
menggunakan metode uji t dan uji chi square.
9
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1 Pendahuluan
Data penelitian yang sudah dioleh dapat dilihat pada appendix 2A dan 2B. Dari data
tersebut, akan disajikan (1) peserta jajak pendapat dan (2) analisis deskriptif di bab ini.
Hipotesis null (H0) yang 1 menyatakan bahwa ketersediaan waktu luang tidak berpengaruh
terhadap indeks kebahagiaan seseorang akan dibuktikan dalam bab ini.
4.2 Peserta Jajak Pendapat
Sebelum data diolah, perlu dipetakan terlebih dahulu demografi responden. Berikut ini
adalah tabel yang menggambarkan demografi peserta jajak pendapat.
Tabel 4.1 Demografi Peserta Survey Sebelum dan Sesudah Disaring
Karakteristik
Jenis
Kelamin
Laki-‐Laki
Perempuan
Tempat
Tinggal
DKI
Jakarta
Bodetabek
Pekerjaan
Karyawan
Mahasiswa
Tidak
Bekerja
Tingkat
Pengeluaran
USD
200
Tingkat
Pendidikan
Tamat
SMA
Tamat
lebih
dari
D3
Sebelum
Disaring
Jumlah
Persentase
29
55.77%
23
44.23%
24
46.15%
28
53.85%
23
44.23%
21
40.38%
8
15.38%
35
17
21
31
67.31%
32.69%
40.38%
59.62%
Setelah
Disaring
Jumlah
Persentase
21
63.64%
12
36.36%
17
51.52%
16
48.48%
19
57.58%
14
42.42%
0
0.00%
23
10
69.70%
30.30%
17
16
51.52%
48.48%
10
Jumlah keseluruhan peserta jajak pendapat adalah 52 responden, dengan 55,77% lakilaki dan 44,23% perempuan. Dari jumlah tersebut sebanyak 46,15% tinggal di Jakarta,
sisanya tinggal di Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Bodetabek). Sejumlah 84,61%
adalah mahasiswa dan pekerja, sisanya tidak bekerja. Kelompok yang tidak bekerja ini akan
dikeluarkan dari data input, karena tidak sesuai dengan topik pembahasan. Dari 52
responden, yang menjawab lengkap untuk pertanyaan tingkat kebahagiaan hanya sebanyak
40 orang atau 76,92% dari total responden, sehingga data juga perlu disaring kembali.
Akhirnya didapatkan data yang valid setelah disaring, yaitu sebanyak 33 data. Nilai dan
persentase data dapat dilihat pada Tabel 4.1 kolom 4 dan 5. Setelah data disaring, terlihat
bahwa data tempat tinggal, tingkat pendidikan, dan jenis pekerjaan hampir berimbang
(50:50).
4.3 Analisis Deskriptif
Dalam penelitian ini kategori jarak dari tempat tinggal ke tempat kerja dibagi menjadi
dua kategori yaitu (1) jarak dekat, jika kurang dari 10km dan (2) jarak jauh, jika lebih dari
10km. Variabel ketersediaan waktu luang dibagi menjadi dua kategori juga yaitu waktu luang
banyak, jika waktu perjalanan kurang dari 1 jam, dan waktu luang sedikit, jika waktu
perjalanan lebih dari 1 jam. Sedangkan skor tingkat kebahagiaan diberikan numerik dari skala
1-100. Sebelum melakukan uji t, ada baiknya mengetahui grafik box plot untuk melihat
karakteristik mean dan deviasi kedua variabel. Gambar 2 merupakan grafik boxplot dari
variabel tingkat kebahagiaan terhadap waktu luang. Terlihat bahwa untuk kelompok yang
memiliki waktu luang lebih banyak memiliki average lebih tinggi dibandingkan dengan yang
memiliki waktu luang sedikit.
11
Gambar 2 Grafik Box plot untuk Tingkat Kebahagiaan vs Waktu Luang
Setelah melakukan uji t (lihat Appendix 1), dihasilkan nilai t, df, dan p value yang
terlihat pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Tabel Hasil Uji t untuk Ketersediaan Waktu Luang dan Jarak
Parameter
Kategori
Waktu
Luang
Banyak
Sedikit
Dekat
Jauh
Jarak
Mean
Tingkat
Bahagia
71.8
53.3
68.88
59.875
t
df
p
value
2.194
19.385
0.04061
1.1026
29.303
0.2792
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa untuk kelompok dengan ketersediaan waktu luang banyak
memiliki Mean indeks kebahagiaan sebesar 71,8. Sementara itu Mean tingkat kebahagiaan
pada kelompok waktu luang sedikit adalah 53,3. Nilai t yang dihasilkan sebesar 2,194, pada p
value 0,04061 atau kurang dari alpha yang telah ditentukan sebesar 0,05. Dengan hasil
demikian dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak, atau ada korelasi positif antara ketersediaan
waktu luang dengan tingkat kebahagiaan seseorang. Dengan kata lain, kelompok yang
memiliki waktu luang banyak cenderung lebih berbahagia dibandingkan dengan yang
memiliki waktu luang sedikit.
Meskipun bukan merupakan pembahasan utama dari penelitian ini, pembahasan
mengenai variabel jarak juga dilakukan. Pada variabel jarak dihasilkan nilai t 1.1026 dengan
nilai p = 0,2792 atau > 0.05. Hipotesis null menyebutkan bahwa besarnya jarak tempuh
12
pekerja dari tempat tinggak ke tempat kerja tidak mempengaruhi tingkat kebahagiaan
mereka, maka H0 diterima.
Guna lebih memastikan lagi hasil dari uji t ini, peneliti melakukan uji chi square. Karena
uji chi square kedua data harus berupa data kategorikal, maka diperlukan proses
pengelompokan variabel kontinu tingkat kebahagiaan. Peneliti mengasumsikan bahwa
seseorang bahagia jika skor >= 60, dan seseorang tidak bahagia jika skor < 60. Berikut hasil
chi square dari data yang didapatkan.
Tabel 4.3 Tingkat Kebahagiaan ditinjau dari Kondisi Banyak Sedikitnya Waktu Luang
Bahagia
Tidak
Bahagia
Jumlah
Waktu
Luang
Banyak
14
3
17
Waktu
Luang
Sedikit
6
10
16
Jumlah
20
13
33
Dengan menggunakan Rstudio, uji chi square dilakukan. Adapun hasil X-squared
sebesar 5,1937 dan p-value = 0,02267 (lihat Appendix 1). Terlihat bahwa dengan X-squared
5,1937, p value < 0,05. Hal ini berarti H0 ditolak dan semakin memantapkan kelompok yang
memilik waktu luang banyak memeliki kecenderungan bahagia. Sebagai perbandingan,
berikut ini adalah tabel tingkat kebahagiaan ditinjau dari kondisi jauh dekatnya jarak antara
tempat tinggal dan tempat kerja.
Tabel 4.4 Tingkat Kebahagiaan ditinjau dari Kondisi Kondisi Jauh Dekatnya Jarak
Bahagia
Tidak
Bahagia
Jumlah
Jarak
Dekat
11
6
17
Jarak
Jauh
6
10
16
Jumlah
17
16
33
Dari tabel di atas setelah dilakukan chi square test, dihasilkan X-square = 1,4747, dengan p
value = 0.2246. Sehingga H0 yang menyatakan jarak tidak mempengaruhi tingkat
kebahagiaan seseorang diterima.
13
BAB 5
DISKUSI PENELITIAN
5.1 Ringkasan
Berlatar belakang permasalahan angka kemacetan di kota DKI Jakarta yang semakin
tinggi, rumusan masalah pengaruh antara ketersediaan waktu luang terhadap tingkat
kebahagiaan pekerja dan mahasiswa di DKI Jakarta diangkat dalam penelitian ini. Tujuannya
adalah untuk mengetahui apakah ketersediaan waktu luang berkolerasi signifikan dengan
tingkat kebahagiaan pekerja dan mahasiswa di DKI Jakarta. Adapun hipotesis null dari
penelitian adalah ketersediaan waktu luang tidak mempengaruhi tingkat kebahagiaan pekerja
dan mahasiswa di DKI Jakarta.
Untuk membuktikan hipotesis tersebut, dalam penelitian ini digunakan uji t dan uji chi
square. Dari hasil uji t, nilai t yang dihasilkan sebesar 2,194 dengan nilai p = 0,04061 atau
kurang dari alpha (0,05). Karena nilai p kurang dari alpha, hipotesis null ditolak dan dapat
disimpulkan bahwa ketersediaan waktu luang memiliki pengaruh signifikan terhadap
tingkat kebahagiaan. Hasil dari uji chi square juga memperkuat kesimpulan yang sama,
yaitu H0 ditolak, di mana hasil X square 5,1937, nilai p = 0,02267. Sementara itu ditinjau dari
jauh dekatnya jarak pekerja atau mahasiswa ke tempat pekerjaannya, dari hasil uji t maupun
chi square, faktor tersebut tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap tingkat kebahagiaan.
5.2 Diskusi
Dengan mengetahui bahwa hipotesis null ditolak, penelitian ini telah mencapai tujuan.
Adapun hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa ketersediaan waktu luang berpengaruh
terhadap tingkat kebahagiaan pekerja dan mahasiswa di DKI Jakarta. Apabila ketersediaan
waktu sedikit, tingkat kebahagiaan cenderung rendah (Mean skor 53.3 dari 100). Sebaliknya
14
apabila ketersediaan waktu banyak, tingkat kebahagiaan cenderung tinggi (Mean skor 71.3
dari 100).
Seperti yang telah dibahas secara rinci pada bagian Analisis Deskriptif di Bab 4, hasil
penelitian ini selaras dengan dasar teori yang dipakai oleh Badan Pusat Statistik (BPS, 2014,
p2) yang menyatakan bahwa ketersediaan waktu luang merupakan salah satu positif dari
sepuluh faktor indeks kebahagiaan seseorang, di mana semakin lama ketersediaan waktu
luang, semakin bahagialah orang tersebut. Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Erik Hannson (2011), dari Lund University, Swedia, yang melibatkan 21 ribu
orang yang bekerja penuh waktu dan berusia antara 18 hingga 64 tahun, semakin lama
perjalanan rutin, semakin buruk kesehatan seseorang. Secara logis, semakin buruk kesehatan
seseorang juga berdampak buruk pada tingkat kebahagiaan orang tersebut.
5.3 Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan penelitian dari segi desain telah dibahas pada bab 3. Dalam bab 5 ini
keterbatasan penelitian diuraikan dari segi hasil penelitian. Berikut ini adalah keterbatasanketerbatasan penelitian yang telah diidentifikasi.
-
Analisis data hanya dapat diuji dengan uji t dan atau uji chi square, karena tipe datanya
kategorikal dan kontinu.
-
Variabel tingkat kebahagiaan kurang ditambahkan lagi dengan variabel-variabel lainnya
-
Variabel ketersediaan waktu luang juga kurang ditambah dengan variabel-variabel
lainnya
5.4 Rekomendasi Penelitian
Berdasarkan keterbatasan yang telah dituliskan pada bagian 5.3 di atas, berikut ini adalah
rekomendasi-rekomendasi penelitian lebih lanjut:
15
-
Menggunakan data kontinu untuk variabel ketersediaan waktu luang
-
Menambahkan variabel tingkat kebahagiaan dengan beberapa variabel seperti tingkat
penghasilan, keharmonisan keluarga, hubungan sosial, keadaan lingkungan, dsb.
-
Menambahkan variabel ketersediaan waktu luang dengan variabel lainnya yaitu jumlah
waktu tidur, jumlah jam kerja, lama waktu pulang kerja, dsb.
-
Melakukan penelitian untuk responden di kota-kota besar lainnya.
16
DAFTAR PUSTAKA
BPS Document. (2014). Indeks Kebahagiaan Indonesia Tahun 2014. Berita Resmi Statistik:
No. 45/06/Th. XVII, 2 Juni 2014, from http://bps.go.id/brs_file/ik_02juni14.pdf
Setiadi, B. et. al. (2014). Isu-isu Negara Berkembang. Program Studi Hubungan
Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Brawijaya, from
https://www.academia.edu/7911872/Desain_Solusi_Kemacetan_Jakarta
Hansson, Eric et. al. (2011). Relationship between commuting and health outcomes in crosssectional population survey in southern Sweden. BMC Public Health Journal Vol. 11,
from http://www.biomedcentral.com/1471-2458/11/834
Sabatini, F et. al. (2011). The relationship between happiness and health: evidence from Italy.
Health Economic and Data Group May 2011, from
http://www.york.ac.uk/media/economics/documents/herc/wp/11_07.pdf
Bordens, K. S., Bruce B. Abbott. (2008). Research Design and Methods, a Process
Approach. 7th ed. McGraw Hill.
Bjørnskov, C. (2008). Healthy and happy in Europe? On the association between happiness
and life expectancy over time. Social Science & Medicine 66, 1750-1759.
Sukadji, Soetarlinah. (2000). Psikologi Pendidikan dan Psikologi Sekolah (Direvisi dan
Dilengkapi). Depok: Universitas Indonesia.
Standford GSB Document. (2010). The Psychology of Happiness. Case M-330, from
http://faculty-gsb.stanford.edu/aaker/pages/documents/ThePsychologyofHappiness.pdf
Helliwell, J. et al. (2013). World Happiness Report 2013. From http://unsdsn.org/wpcontent/uploads/2014/02/WorldHappinessReport2013_online.pdf
17
Appendix 1
1. Uji t dengan RStudio
> t.test(bahagia$Bahagia ~ bahagia$Waktu, mu = 0, conf.level = 0.95)
Welch Two Sample t-test
data: bahagia$Bahagia by bahagia$Waktu
t = 2.194, df = 19.385, p-value = 0.04061
alternative hypothesis: true difference in means is not equal to 0
95 percent confidence interval:
0.8745171 36.1100983
sample estimates:
mean in group 0 mean in group 1
71.80000
53.30769
> t.test(bahagia$Bahagia ~ bahagia$Jarak, mu = 0, conf.level = 0.95)
Welch Two Sample t-test
data: bahagia$Bahagia by bahagia$Jarak
t = 1.1026, df = 29.303, p-value = 0.2792
alternative hypothesis: true difference in means is not equal to 0
95 percent confidence interval:
-7.692787 25.707493
sample estimates:
mean in group 0 mean in group 1
68.88235
59.87500
2. Uji Chi Square dengan RStudio
Chi Square:
> bahagiachichi bahagiachichi2 chisq.test(bahagiachichi2)
Pearson's Chi-squared test with Yates' continuity correction
data: bahagiachichi2
X-squared = 5.1937, df = 1, p-value = 0.02267
> bahagiajarakchi bahagiajarakchi2 chisq.test(bahagiajarakchi2)
Pearson's Chi-squared test with Yates' continuity correction
18
data: bahagiajarakchi2
X-squared = 1.4747, df = 1, p-value = 0.2246
Appendix 2A
Data yang telah diolah
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
Gender
1
1
1
0
1
0
0
0
1
1
0
1
1
1
0
1
1
1
1
1
0
0
1
1
1
0
0
1
0
0
1
1
1
Umur
29
20
24
20
26
33
31
22
18
21
23
20
23
20
23
32
21
19
26
21
23
20
28
29
21
31
24
36
20
29
18
28
20
Domi-‐ Pengelu Pendidik
sili
aran
an
0
1
1
0
0
0
0
0
1
1
1
1
0
0
1
0
1
1
1
0
0
1
0
0
1
0
0
1
0
0
1
0
1
1
0
0
1
1
0
1
0
0
1
0
0
0
1
0
0
0
0
1
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
1
1
0
0
0
1
1
0
0
1
1
0
0
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
1
1
1
0
0
1
0
1
1
0
0
0
Pek
erja Kenda
an
raan
1
1
0
1
1
1
0
0
1
0
1
1
1
1
1
0
0
0
1
1
1
0
0
0
0
1
0
1
1
0
1
0
0
1
0
1
0
0
1
1
1
1
0
1
1
0
1
1
0
1
1
0
1
0
1
0
0
1
1
0
0
1
1
1
0
1
Jarak
Waktu
Bahagia
0
0
79
1
0
77
1
1
41
1
0
46
0
0
51
0
1
38
0
0
96
1
0
75
0
0
36
0
0
84
0
1
31
1
0
54
0
0
72
1
0
100
0
0
83
0
0
80
1
1
47
0
0
71
1
1
100
1
1
35
1
0
92
0
0
68
1
1
85
1
1
54
0
0
78
0
0
93
0
0
55
1
1
17
1
1
31
1
1
58
0
1
100
0
1
56
1
0
46
19
Appendix 2B (lanjutan)
Keterangan:
Gender
Male
Female
Tempat
Tinggal
Jakarta
Luar
Jakarta
Pengeluaran
=
200USD
Tingkat
Pendidikan
Tamat
SMA
ke
bawah
1
0
1
0
0
1
0
Tamat
D3
ke
atas
1
Pekerjaan
Mahasiswa
Karyawan
Kendaraan
sepeda
motor
non
sepeda
motor
Jarak
jauh
>=
10km
dekat
<
10km
Waktu
60menit
luang
sedikit
0
1
1
0
1
0
0
1
Data Mentah yang belum diolah:
http://1drv.ms/1JjCFwq
20