TUGAS RANG KUMAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA

TUGAS RANGKUMAN
PEMBELAJARAN MATEMATIKA I
Dosen Pembimbing : Nur Fadli Hazhar Fachrial, ST,M.Pd

Disusun Oleh :
Nama

: Kurniawan

NPM

: 178610040

STKIP ARRAHMANIYAH
PRODI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR (PGSD)
TAHUN 2017/2018

MITOS & FAKTA

Matematika merupakan salah satu pelajaran pokok disetiap tingkatan
sekolah, tetapi kebanyakan dari kita mungkin tidak terlalu suka atau senang jika

mulai belajar matematika.Tetapi, yang harus kita tahu bahwa matematika dapat
dipelajari dengan mudah apabila matematika dipelajari dengan cara yang
menyenangkan. Bahkan sampai ada mitos-mitos menyesatkan tentang
matematika,padahal itu tidak sesuai dengan fakta yang ada.

Berikut rangkuman mitos-mitos beserta fakta-faktanya :
1. Mitos 1
Beberapa orang (anak-anak) pandai matematika namun,sebagian orang
lainnya tidak pandai matematika
Fakta :
Fakta dari mitos pertama adalah bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan
dalam hal jenis kelamin antara anak laki-laki lebih pandai matematika
dibandingkan anak perempuan,atau sebaliknya.
Perbedaan muncul ketika usia dua tingkat setingkat kelas semakin bertambah
seiring dengan kemenangan tiap-tiap individu dalam hal menyerap atau
memahami materi pembelajaran matematika
2. Mitos 2
Belajar matematika akan menimbulkan kecemasan atau semacam rasa
kebingungan
Fakta :

Berdasarkan studi, kecemasan muncul ketika nilai matematika seorang anakanak rendah. Dengan kata lain semakin seorang anak senang ,pandai dalam
bidang matematika maka tingkat rasa kecemasan akan samkin berkurang
Contohnya kecemasan afektif rasa panik,gugup,takut dan khawatir
Contoh kecemasan kognitif seperti rasa khawatir,tidak mampu dan tidak
percaya diri

3. Mitos 3
Seorang guru harus menggunakan buku teks atau buku panduang pelajaran
matematika yang super canggih untuk mengajar peserta didik
Fakta :
Buku teks super canggih dimaksud hanyalah berisikan kurikulum yang telah
disempurnakan dan terkini
Bagi seorang guru pendamping buku teks hanya bantuan kecil yang sifatnya
hanya membantu
Guru matematika yang cemerlang adalah guru yang menggunakan buku teks
dengan sangat minim

4. Mitos 4
Penggunaan kalkulator tidak dapat dipergunakan oleh anak-anak dalam belajar
matematika

Fakta :
Delapan penelitian menggunakan secara konsisten dalam penggunaan
kalkulator bagi anak anak dalam belajar matematika secara positif terhadap
peningkatan nilai percaya diri dalam pembelajaran matematika
Kalkulator berperan postifi untuk anak-anak dalam penetapan konsep
penomoran desimal logaritmaa secara signifikan
Bagi anak-anak memanfaatkan kalkulator memberikan jawaban yang
diharapkan setelah memahami konsep-konsep dasarnya
5. Mitos 5
Rekayasa dan manipulasi,menyelesaikan sedikit dampak terhadap anak belajar
matematika
Fakta :
Penerapan rekayasa dan manipulasi terhadap soal-soal bentuk permasalahan
dan rekayasa terhadap konsep-konsep dasar memberikan dampak yang sangat
besar terhadap anak-anak dalam belajar matematikaRekayasa dalam hal ceritacerita,ilustrasi,gambaran dan sebagainya yang beragam,bervariasi dan tidak
monoton,memberikan pemahaman yang beragam pula bagi anakanak.Penggunaan alat bantu atau peraga dalam kehidupan nyata yang

bervariasi sangat bermakna bagi anak-anak dalam mengekspresikan konsepkonsep dasar matematika
6. Mitos 6
Tidak cukup waktu untuk mengerjakan tugas atau latihan matematika di dalam

kelas
Fakta :
Guru
yang cemerlang senantiasa merasa tidak cukup waktu dalam
menjelaskan,menerangkan
dan
memberikan
pemahaman
matematika.Memberikan tugas adalah perbuatan terbaik diberikan guru
terhadap anak anak senantiasa mendengar dan memberikan arahan terhadap
waktu anak anak

PONDASI

Seorang guru harus memiliki pondasi yang penting untuk menyampaikan
pelajaran kepada peserta didik,agar peserta didik merasa nyaman dalam proses
belajar mengajar, dan yang terpenting kita sebagai guru memiliki pondasi paling
mendasar.
Pondasi pembelajaran matematika pada anak-anak usia 3 sampai usia 8
tahun dibutuhkan dengan tujuan agar hasil akhir pembelajaran Matematika anak

tersebut memiliki kompetensi,pemahaman,mampu menyelesaikan permasalahan
dan berkomunikasi yang baik. Pondasi tersebut antara lain :

1. Pondasi 1
Kesuksesan adalah milik setiap anak
Maksudnya ialah baik anak laki-laki maupun perempuan haruslah
memiliki kesempatan dan peran yang sama dalam hal pembelajaran
Matematika.
Kenyataanya di dunia Gap (jurang pemisah) antara perempuan dan lakilaki masih sangat terlihat jelas dalam hal penguasaan bidang dengan
kemampuan Matematika.
Laki-laki masih mendominasi sebesar 83% berperan dalam bidang-bidang
yang membutuhkan keahlian Matematika dan Teknik tinggi.
Solusi :
1. Menyajikan pembelajaran yang komprehensif (menyeluruh) di bidang
pembelajaran Matematika bagi setiap anak sebagai tujuan utama
2. Mengatasi permasalahan setiap anak-anak dengan kondisi secara
kesempatan dan akses minim terhadap pembelajaran matematika
3. Jangan ada kesenjangan di antara anak laki-laki dan perempuan
2. Pondasi 2
Memberikan pelayanan pendamping kepada anak :

1. Peserta didik dalam pembelajaran matematika haruslah di damping secara
eksklusif dikarenakan kebutuhan, kemampuan anak-anak tidak dapat
terungkapkan apabila tidak memperoleh perhatian dari guru.
2. Kemampuan anak-anak bervariasi menurut latar belakang keluarga,
lingkungan di sekeliling tem pat tinggalanya dan factor eksternal lainnya.
3. Anak-anak dengan bakat istimewa ataupun anak-anak berkebutuhan
khusus harus memiliki hak sama dalam hal pemberian pelayanan guru.

Solusi :
1. Membedakan anak-anak yang memiliki bakat istimewa, anak-anak
berkebutuhan khusus, anak-anak yang memiliki kesulitan belajar dalam
pembelajaran matematika.
2. Tidak membedakan anak-anak yang istimewa dan tidak istimewa.
3. Pelayanan dari guru berupa pendampingan bagi seluruh anak-anak yang
sedang belajar matematika
4. Jangan membiarkan anak-anak yang kesulitan belajar matematika ,
segeralah memisahkannya tanpa memberikan perbedaan pelayanan.
Solusi :
1. Bagi anak-anak dengan bakat istimewa pengorganisasian materi dalam
pembelajaran matematika adalah keharusan.

2. Kenali pola anak-anak dengan bakat istimewa.
3. Ubah variasi dalam pembelajaran matematika.
4. Rangkai struktur dan cara belajar yang lebih kompleks untuk di berikan
kepada anak dengan bakat istimewa.
5. Ulangi proses berfikir dalam pembelajaran matematika.
3. Pomdasi 4
Memahami anak-anak dengan kemampuan belajar yang kurang.
1. Anak-anak dengan kemampuan belajar matematika yang kurang sangat
sulit memproses atau mencerna informasi baru yang diterimanya.
2. Sangat sulit mengenali anak-anak dengan kemampuan belajar matematika
kurang dikarenakan perbedaan yang tipis dengan anak-anak yang memiliki
bakat istimewa.
3. Ana-anak dengan kemampuan belajar matematika yang kurang lebih
cenderung disebabkan karena pembelajaran matematika yang kurang,
bukan karena anaknya.
SOLUSI 4
Solusi4-1 :
1. Lebih sabar dan lebih tekun dibutuhkan dalam menghadapi anak-anak
dengan kemapuan kurang.
2. Kelas dengan suasana dan kondisi stimulan berlkebihan (Overstimulan)

misalnya banyak bagan-bagan dengan warna-warna beraneka ragam hanya
akan meningkatkan rasa cemas kepada anak.

3. Harus dipahami bahwasanya menghadapi anak-anak dengan kemampuan
belajar kurang berdampak terhadap pemberian materi kurikulum yang
lebih sedikit.
4. Hanya dengan guru yang perhatian dengan anak maka pembelajaran
matematika dapat dinikmati dan meraih kesuksesan.
Solusi 4-2 :
1. Anak-anak dengan kemampuan belajar matematika kurang harus diberikan
intruksi dan teknik pembelajaran matematika yang berbeda.
2. Anak-anak dengan kemampuan belajar matematika kurang harus diberikan
konsep-konsep dasar matematika.
3. Pengulangan konsep-konsep dasar matematika sangat membantu anakanak dengan kemampuan belajar kurang.
4. Guru harus mengutamakan mendengar peserta didik dibandingkan
memberikan perintah.
5. Penjelasan terhadap anak-anak dengan kempuan belajar kurang harus
dengan ucapan (Verbal) dan tidak dengan simbol-simbol atau ilustrasi
yang hanya akan membuat anak-anak bingung.
Mengenali dan mengembangkan bakat anak-anak istimewa.

1. Sangat sulit membedakan anak yang memiliki bakat istimewa dengan usia
3 tahun. Namun anak-anak ini, dapat dilihat dari kemampuannya dalam
memecahkan masalah matematika yang kompleks.
2. Pola anak-anak yang memliki bakat istimewa tampak terlihat ketika si
anak merasa bosan mengerjakan persolana matematika yang menoyton.
3. Perhatian istimewa wajib diberikan kepada anak-anak yang memiliki bakat
istimewa dengan strategi belajar yang berbeda pula.
Solusi :
1. Menyajikan pembelajaran yang komprehensif (menyeluruh) di bidang
pembelajaran matematika bagi setiap anak sebagai TUJUAN UTAMA.
2. Mengatasi permasalahan setiap anak-anak dengan kondisi secara
kesempatan dan akses minim terhadap pembelajaran matematika.
3. Jangan ada kesenjangan diantara anak-anak (SARA).
4. Perlakuan kepada anak perempuan harus sama dengan kepada anak lakilaki.
5. Perlakuan yang sama terhadap anak-anak yang berprestasi di sekolah
maupun kepada anak-anak yang tidak perprestasi.

Dokumen yang terkait

PENGARUH METODE THINKING ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING (TAPPS) DAN GENDER TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIKA SISWA

34 139 204

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

2 5 46

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DITINJAU DARI PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI

6 77 70

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA ANTARA MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL)

11 75 34

ANALISIS HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMP DITINJAU DARI SKILL ARGUMENTASI ILMIAH SISWA PADA PEMBELAJARAN EKSPERIMEN DI LABORATORIUM NYATA DAN MAYA

4 85 57

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA ANTARA MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING(PBL) DAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI)

6 62 67

MENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA REALIA DI KELAS III SD NEGERI I MATARAM KECAMATAN GADINGREJO KABUPATEN TANGGAMUS TAHUN PELAJARAN 2011/2012

21 126 83

PENGARUH KEMAMPUAN AWAL MATEMATIKADAN MOTIFBERPRESTASI TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

8 74 14

PENGGUNAAN BAHAN AJAR LEAFLET DENGAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM GERAK MANUSIA (Studi Quasi Eksperimen pada Siswa Kelas XI IPA1 SMA Negeri 1 Bukit Kemuning Semester Ganjil T

47 275 59

PENINGKATAN HASIL BELAJAR TEMA MAKANANKU SEHAT DAN BERGIZI MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE PADA SISWA KELAS IV SDN 2 LABUHAN RATU BANDAR LAMPUNG

3 72 62