MAKALAH DASAR BUDIDAYA TANAMAN TANAM DAN

MAKALAH DASAR BUDIDAYA TANAMAN
TANAM DAN POLA TANAM

DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 6
1.
2.
3.
4.
5.

SONIA TAMBUNAN
MIRANTI AYU VERDIANA
NUR YULIANI
INA YUNITA
YULIAMITA ARIESTIN

105040201111171
105040201111147
105040201111148
105040201111151

105040201111021

AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2011

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan YME karena dengan rahmat dan hidayah-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Dasar Budidaya
Tanaman yang berjudul Tanam dan Pola tanam.
Semoga makalah ini berguna bagi yang membaca. Mohon maaf apabila terdapat
kekurangan maupun kesalahan dalam pembuatan makalah ini. Kritik dan saran tidak lupa
kami terima untuk membuat makalah yang lebih baik untuk tugas selanjutnya.

Malang, 7 Maret 2011

Penyusun


DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
Pendahuluan
Tinjauan Pustaka
Penutup
Daftar Pustaka

……………………………………………………………..
……………………………………………………………..
……………………………………………………………..
……………………………………………………………..
……………………………………………………………..
……………………………………………………………..

i
ii
1
2

iii
iv

BAB I
PENDAHULUAN
1. 1. Latar Belakang
Dalam pertanian, tanam dan pola tanam sangat diperlukan. Tanam dan pola tanam yang
berbeda dapat menentukan tingkat produksi dalam kualitas maupun kuantitas. Ada
banyak jenis pola tanam dalam dunia pertanian. Ada yang menguntungkan kita namun
merugikan alam, ada juga yang menguntungkan alam namun bagi kita kurang
menguntungkan dari segi kualitas maupun kuantitas. Kita harus mengetahui berbagai
macam tanam menanam serta pola nya yang baik bagi kita namun tidak merusak
lingkungan. Dalam makalah ini kami akan mengupas tentang bagaimana menanam yang
baik dan cara-cara pola tanam yang benar.
1. 2. Tujuan
Agar mahasiswa dapat mengatahui jenis tanam dan pola tanam yang baik bagi
lingkungan

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2. 1. Tanam
Tanam adalah menempatkan bahan tanam berupa benih atau bibit pada media tanam
baik media tanah maupun media bukan tanah dalam suatu bentuk pola tanam.
Keberhasilan tanam sangat dipengaruhi faktor manusia. Seperti edukasi, skill, inovavtion,
plan and evaluation. Agar diperoleh interaksi yang baik maka kita memeperhatikan
bahan tanamnya, seperti asal benih/ bibit jelas, bersertifikat, sesuai dengan habitat
tumbuh. Media tanamnya seperti memahami karakteristik media, ketahui kandungan
nutrisi, peralatan yg sesuai. persiapan media sesuai budidaya. Dan lingkungan tumbuhnya
seperti, pahami iklim & cuaca, pahami kebutuhan tumbuh tan/ per fase pertumbuhannya,
sesuaikan tanaman, lingkungan, inovasi manipulasi lingkungan tumbuh.
Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan biji dan bibit di area penanaman:
a. Daya tumbuh biji/bibit
vigor, seed treatment, inokulasi legin, herbisida, seedbed preparation
b. Peralatan tanam
c. Kelembaban
ketersediaan air tanah, suhu, intensitas
d. Kedalaman tanam
e. Lubang tanam
f. Kekerasan tanah
g. Tekstur, kelembaban tanah

h. Waktu tanam
i. Berkaitan dengan ketersediaan air, suhu dll
j. Jawa - Pranata mangsa
2. 2. Pola Tanam

Pola tanam adalah pengaturan penggunaan lahan pertanaman dalam kurun waktu tertentu.
Tanaman dalam satu areal dapat diatur menurut jenisnya. Ada pola tanam monokultur,
yakni menaman tanaman sejenis pada satu areal tanam. Ada pola tanam campuran, yakni
beragam tanaman ditanam pada satu areal. Ada pula pola tanam bergilir, yaitu menanam
tanaman secara bergilir beberapa jenis tanama pada waktu berbeda di aeral yang sama.
Pola tanam dapat digunakan sebagai landasan untuk meningkatkan produktivitas lahan.
Hanya saja dalam pengelolaannya diperlukan pemahan kaedah teoritis dan keterampilan
yang baik tentang semua faktor yang menentukan produktivitas lahan tersebut. Biasanya,
pengelolaan lahan sempit untuk mendapatkan hasil/pendapatan yang optimal maka
pendekatan pertanian terpadu, ramah lingkungan, dan semua hasil tanaman merupakan
produk utama adalah pendekatan yang bijak.
Selain pola tanam, ada juga istilah yang disebut pola hubungan tanaman. Yaitu hubungan
yang dibentuk antar individu-individu tanaman pada lahan yang telah ditanami. Pola
hubungan tanaman bertujuan untuk mengatur agar semua individu tanaman dapat
memanfaatkan semua lingkungan tumbuhnya agar tumbuh optimal dan seragam, serta

untuk pertimbangan teknis lainnya. Ada beberapa macam pola hubungan tanaman.
Pertama, pola hubungan barisan (row spacing), pola hubungan ganda (double row
spacing), pola hubungan sama sisi (square spacing), dan pola hubungan segitiga sama sisi
(equidistance spacing).
Pola tanam adalah gambaran rencana tanam berbagai jenis tanaman yang akan
dibudidayakan dalam suatu lahan beririgasi dalam satu tahun. Faktor yang mempengaruhi
pola tanam :
1. Ketersediaan air dalam satu tahun
2. Prasarana yang tersedia dalam lahan tersebut
3. Jenis tanah setempat
4. Kondisi umum daerah tersebut, missal genangan
5. Kebiasaan dan kemampuan petani setempat
Penetapan pola tata tanam diperlukan untuk usaha peningkatan produksi pangan. Pola
tata tanam adalah macam tanaman yang diusahakan dalam satu satuan luas pada satu
musim tanam. Sedang pola tanam adalah susunan tanaman yang diusahakan dalam satu
satuan luas pada satu tahun. Pola tata tanam yang berlaku pada setiap daerah akan
berbeda dengan daerah lain, karena karakteristik setiap daerah juga berbeda
(Wirosoedarmo,
1985).
Dua hal pokok yang mendasari diperlukannya pola tata tanam:

1. Persediaan air irigasi di musim kemarau yang terbatas.
2. Air yang terbatas harus dimanfaatkan sebaik-baiknya, sehingga tiap petak
mendapatkan air sesuai dengan jumlah yang diperlukan.

Macam tanaman yang diusahakan dan pengaturan jenis tanaman yang ditanam pada suatu
lahan dalam kurun waktu tertentu adalah sangat penting dalam menetukan metode irigasi
dan untuk mendapatkan kriteria pemerataan lahan. Penetapan pola tata tanam diperlukan
untuk usaha peningkatan produksi pangan. Pola tata tanam adalah macam tanaman yang
diusahakan dalam satu satuan luas pada satu musim tanam. Sedang pola tanam adalah
susunan tanaman yang diusahakan dalam satu satuan luas pada satu tahun. Pola tata
tanam yang berlaku pada setiap daerah akan berbeda dengan daerah lain, karena
karakteristik setiap daerah juga berbeda (Wirosoedarmo, 1985).
Ada dua hal pokok yang mendasari diperlukannya tata tanam, yaitu:
a. Persediaan air irigasi (dari sungai) di musim kemarau yang terbatas.
b. Air yang terbatas harus dimanfaatkan sebaik-baiknya sehingga setiap jarak
mendapatkan air sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan. Tata tanam adalah upaya
pengaturan air yang disesuaikan dengan kebutuhan tanaman, jenis tanaman dan luas baku
sawah pada suatu lahan pertanian. Rencana tanam yang dilakukan agar tidak terjadi
kekacauan dalam pembagian dan pemberian air. Rencana tata tanam yang disusun
meliputi (Anonim, 1986):

1. Rencana luas tanam,
2. Awal pemberian air (pembibitan, garapan dan tanam),
3. Akhir pemberian air.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pola tata tanam adalah:
a. Iklim
Keadaan pada musim hujan dan musim kemarau akan berpengaruh pada persediaan air
untuk tanaman dimana pada musim hujan maka persediaan air untuk tanaman berada
dalam jumlah besar, sebaliknya pada musim kemarau persediaan air akan menurun.
b. Topografi
Merupakan letak atau ketinggian lahan dari permukaan air laut, berpengaruh terhadap
suhu dan kelembaban udara dimana keduanya mempengaruhi pertumbuhan tanaman.
c. Debit Air Yang Tersedia
Debit air pada musim hujan akan lebih besar dibandingkan pada musim kemarau,
sehingga haruslah diperhitungkan apakah debit saat itu mencukupi jika akan ditanam
suatu jenis tanaman tertentu.
d. Jenis Tanah
Yaitu tentang keadaan fisik, biologis dan kimia tanaman
e. Sosial Ekonomi
Dalam usaha pertanian faktor ini merupakan faktor yang sulit untuk dirubah, sebab
berhubungan dengan kebiasaan petani dalam menanam suatu jenis tanaman.


Tujuan pola tata tanam adalah untuk memanfaatkan persediaan air irigasi seefektif
mungkin, sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik. Sedangkan tujuan dari penerapan
pola tata tanam adalah sebagai berikut:
1. Menghindari ketidakseragaman tanaman.
2. Menetapkan jadwal waktu tanam agar memudahkan dalam usaha pengelolaan air
irigasi.
3. Peningkatan efisiensi irigasi.
4. Persiapan tenaga kerja untuk penyiapan tanah agar tepat waktu.
5. Meningkatkan hasil produksi pertanian.
Berdasarkan pada tujuan pola tata tanam diatas ada beberapa faktor yang diperhatikan
untuk merencanakan pola tata tanam, yaitu:
1. Awal tanam
Wilayah Indonesia memiliki dua musim yaitu musim kemarau dan musim hujan. Oleh
karena itu dalam pola tata tanam awal tanam merupakan hal yang penting untuk
direncanakan. Pada awal tanam, biasanya musim hujan belum turun sehingga persediaan
air relatif kecil. Untuk menghindari kekurangan air, maka urutan tata tanam pada waktu
penyiapan lahan diatur sebaik-baiknya.
2. Jenis tanaman
Setiap jenis tanaman mempunyai tingkat kebutuhan air yang berdeda-beda. Berdasarkan

hal tersebut, jenis tanaman yang diusahakan harus diatur agar kebutuhan air dapat
terpenuhi. Menurut (Soekarto, 1979), jenis tanaman yang diusahakan adalah:
a. Tanaman padi
Padi merupakan tanaman yang memerlukan banyak air selama pertumbuhannya.
Perkiraan kebutuhan air untuk tanaman padi adalah 4 kali kebutuhan air untuk tanaman
palawija.
b. Tanaman tebu
Selain tanaman padi, tanaman lain yang perlu diperhatikan dalam hal pengairan adalah
tanaman tebu. Tanaman tebu diberi air secukupnya pada musim kemarau tetapi tebu tidak
perlu diairi pada musim hujan. Perkiraan kebutuhan air untuk tanaman tebu adalah 1,5
kali kebutuhan air untuk tanaman palawija.
c. Tanaman palawija
Yang termasuk dalam tanaman palawija antara lain: jagung, kedelai, tembakau, kapas,
cabe, kacang dan lain-lain. Tumbuhan tersebut biasanya ditanam dalam musim kemarau
dan tidak membutuhkan banyak air. Kebutuhan air untuk tanaman palawija adalah 0,20,25
l/dtk/ha.
3. Luas areal
Semakin luas areal persawahan yang diairi, maka kebutuhan air irigasi semakin banyak.
Pengaturan luas tanaman akan membatasi besarnya kebutuhan air tanaman. Pengaturan
ini hanya terjadi pada daerah yang airnya terbatas. Luas tanam juga mempengaruhi

besarnya intensitas tanam. Intensitas tanam adalah perbandingan antara luas tanam per
tahun
dengan
luas
lahan.

4. Debit yang tersedia
Apabila debit yang tersedai cukup besar, maka hampir semua jenis tanaman dapat
dipenuhi kebutuhannya sehingga pada umumnya pemberian air dapat dilakukan terusmenerus.
Jenis pola tanam
Menurut Wirosoedarmo (1985), penentuan jenis pola tata tanam disesuaikan dengan debit
air yang tersedia pada setiap musim tanam. Jenis pola tanam suatu daerah irigasi dapat
digolongkan menjadi:
a) Padi – Padi
b) Padi – Padi – Palawija
c) Padi – Palawija – Palawija
CONTOH KASUS
POLA TANAM JAGUNG
Pola tanam memiliki arti penting dalam sistem produksi tanaman. Dengan
pola tanam ini berarti memanfaatkan dan memadukan berbagai komponen
yang
tersedia
(agroklimat,
tanah,
tanaman,
hama
dan
penyakit,
keteknikan dan sosial ekonomi). Pola tanam di daerah tropis seperti di
Indonesia, biasanya disusun selama 1 tahun dengan memperhatikan curah
hujan (terutama pada daerah/lahan
yang sepenuhnya tergantung dari
hujan. Maka pemilihan jenis/varietas yang ditanampun perlu disesuaikan
dengan keadaan air yang tersedia ataupun curah hujan. Beberapa pola
tanam yang biasa diterapkan adalah sebagai berikut:
a) Tumpang sari (Intercropping), melakukan penanaman lebih dari 1
tanaman (umur sama atau berbeda). Contoh: tumpang sari sama umur
seperti jagung dan kedelai; tumpang sari beda umur seperti jagung,
ketela pohon, padi gogo.
b)
Tumpang
gilir
(Multiple
Cropping),
dilakukan
secara
beruntun
sepanjang
tahun
dengan
mempertimbangkan
faktor-faktor
lain
untuk
mendapat keuntungan maksimum. Contoh: jagung muda, padi gogo, kacang
tanah, ubi kayu.
c) Tanaman Bersisipan (Relay Cropping): pola tanam dengan cara
menyisipkan satu atau beberapa jenis tanaman selain tanaman pokok
(dalam waktu tanam yang bersamaan atau waktu yang berbeda). Contoh:
jagung
disisipkan
kacang
tanah,
waktu
jagung
menjelang
panen
disisipkan kacang panjang.
d) Tanaman Campuran (Mixed Cropping): penanaman terdiri atas beberapa
tanaman dan tumbuh tanpa diatur jarak tanam maupun larikannya, semua

tercampur jadi
dan penyakit.
kayu

satu Lahan efisien, tetapi riskan terhadap ancaman hama
Contoh: tanaman campuran seperti jagung, kedelai, ubi

(Anonymous 2011 a)
2. 2. 1. Tumpang Sari

Tumpang sari adalah suatu bentuk pertanaman campuran (polyculture) berupa pelibatan
dua jenis atau lebih tanaman pada satu areal lahan tanam dalam waktu yang bersamaan
atau agak bersamaan. Tumpang sari yang umum dilakukan adalah penanaman dalam
waktu yang hampir bersamaan untuk dua jenis tanaman budidaya yang sama, seperti
jagung dan kedelai, atau jagung dan kacang tanah. Dalam kepustakaan, hal ini dikenal
sebagai double-cropping. Penanaman yang dilakukan segera setelah tanaman pertama
dipanen (seperti jagung dan kedelai atau jagung dan kacang panjang) dikenal sebagai
tumpang gilir.
Tumpang sari dapat pula dilakukan pada pertanaman tunggal (monokultur) suatu tanaman
perkebunan besar atau tanaman kehutanan sewaktu tanaman pokok masih kecil atau
belum produktif. Hal ini dikenal sebagai tumpang sela (intercropping). Jagung atau
kedelai biasanya adalah tanaman sela yang dipilih. Dalam kehutanan hal ini disebut
sebagai wana tani. Suatu konsep serupa juga diterapkan bagi budidaya padi dan ikan air
tawar yang dikenal sebagai mina tani.
(Anonymous 2011 d)

Jika Anda hanya memiliki lahan yang sempit, jangan takut berharap bisa menuai hasil
panen yang besar. Sekarang sudah ada resepnya. Petani di lereng Gunung Merapi
membuktikan.
Resep
manjur
itu
adalah
sistem
tanam
tumpangsari.
Sistem tanam model tumpangsari bukanlah hal baru bagi petani. Ide dasarnya adalah
menanam beberapa jenis tanaman dalam satu lahan. Sistem ini mengurangi pengeluaran
petani untuk biaya pengolahan lahan serta meningkatkan hasil panen berlipat ganda.
Menurut, Nur Sriyanto, Sekretaris Kelompok Tani Ngudi Rejeki, Desa Sidorejo,
Kemalang, Klaten, sistem tanamsari tak jauh beda dengan pengolahan lahan biasa.
Namun, petani perlu menjadwal waktu tanam jenis-jenis tanaman yang akan
dibudidayakan secara teliti. Sebagai contoh, petani ingin membudidayakan loncang, kol
bunga atau kol bulat, sawi, dan cabe. Maka, petani perlu memahami sifat-sifat masingmasing jenis tanaman terlebih dahulu untuk membuat jadwal tanamnya.
”Setelah pengolahan lahan selesai, petani mesti menanam kol bunga dan cabe.
Perlakukan dua jenis tanaman ini tidak jauh berbeda. Petani juga bisa juga menanam sawi
di sepanjang tepi gulutan. Kol bunga akan bisa dipanen setelah umur dua bulan.
Sementara cabe baru bisa dipanen setelah empat bulan. Sambil menunggu panen cabe,

petani dalam waktu yang relatif singkat bisa memanen kol bunga dan sawi. Hasil panen
kol bunga dan sawi bisa mengembalikan 50 prosen modal yang dikeluarkan petani.
Setelah panen kol bunga dan sawi, kol bunga bisa diganti tanaman loncang, sementara
sawi akan terus bisa dipanen secara periodikal. Loncang sekitar 2 bulan selanjutnya bisa
dipanen,” ujarnya.
Sembari menanam loncang, petani mulai melakukan perawatan terhadap tanaman cabe,
terutama penanggulangan hama, memberi pupuk tambahan, dan penyiangan. Loncang
bisa dipanen setiap saat, perawatannya juga mudah. Budidaya loncang bisa menjadi
masukan harian bagi petani.
”Hasil panen jenis tanaman loncang, sawi, kol bunga, kol bulat, petani sudah dapat
mengembalikan modal. Bahkan, jika harga tidak anjlog petani bisa mendapat
keuntungan,” lanjut Nur Sriyanto.
Dengan sistem tanam seperti tanaman cabe bisa dikatakan sebagai keuntungan petani.
Berapapun harga cabe, petani tetap untung. Terlebih jika harga cabe sedang bagus, maka
petani bisa memperoleh pendapatan yang sangat besar.
Untuk petani lahan kering, pengolahan lahan dilakukan pada bulan Oktober dan
November. Pada bulan Desember, saat musim hujan petani mulai melakukan kegiatan
tanam. Pada akhir Januari petani sudah bisa panen sawi. Jadi, petani bisa mendapat
pemasukan. Pada awal maret petani bisa panen kol bunga, dan locang dan seterusnya.
Hal serupa dikatakan oleh Srijono, warga Desa Tegalmulyo, Kemalang. Ia mencontohkan
untuk lahan seluas 1000 M2, untuk pengolahan lahan petani mengeluarkan modal 500
ribu, pupuk kandang 200 ribu, plastik mulsa 400 ribu, bibit 650 ribu, obat-obatan 300
ribu, dan ongkos perawatan 300 ribu, jadi total pengeluaran petani sebesar 2,35 juta.
Sementara penghasilan petani dari kol bunga sebesar 1 juta, sawi sebesar 1,2 juta,
loncang sebesar 1,8 juta, dan dari cabe sebesar 2,5 juta. Jadi, penghasilan petani sebesar
7,5 juta. Petani juga mendapat tambahan dari sisa-sisa panen yang dapat dipergunakan
untuk keperluan sehari-hari.
”Hambatan utama petani adalah angin musiman, naik-turun harga pasaran, dan serangan
kera. Idealnya ada komunikasi antara petani, kelompok tani, dan pemerintah untuk
mencari jalan keluar yang terbaik,” lanjunya. Srijono optimis dalam harga yang anjlog
pun dengan sistem tumpangsari petani tidak rugi.
(Paryo 2011)
2. 2. 2. Monokultur

Pertanaman tunggal atau monokultur adalah salah satu cara budidaya di lahan pertanian
dengan menanam satu jenis tanaman pada satu areal. Cara budidaya ini meluas
praktiknya sejak paruh kedua abad ke-20 di dunia serta menjadi penciri pertanian intensif
dan pertanian industrial. Monokultur menjadikan penggunaan lahan efisien karena

memungkinkan perawatan dan pemanenan secara cepat dengan bantuan mesin pertanian
dan menekan biaya tenaga kerja karena wajah lahan menjadi seragam. Kelemahan
utamanya adalah keseragaman kultivar mempercepat penyebaran organisme pengganggu
tanaman (OPT, seperti hama dan penyakit tanaman).
Cara budidaya ini biasanya dipertentangkan dengan pertanaman campuran atau polikultur.
Dalam polikultur, berbagai jenis tanaman ditanam pada satu lahan, baik secara temporal
(pada waktu berbeda) maupun spasial (pada bagian lahan yang berbeda).
Pertanaman padi, jagung, atau gandum sejak dulu bersifat monokultur karena
memudahkan perawatan. Dalam setahun, misalnya, satu lahan sawah ditanami hanya padi,
tanpa variasi apa pun. Akibatnya hama atau penyakit dapat bersintas dan menyerang
tanaman pada periode penanaman berikutnya. Pertanian pada masa kini biasanya
menerapkan monokultur spasial tetapi lahan ditanami oleh tanaman lain untuk musim
tanam berikutnya untuk memutus siklus hidup OPT sekaligus menjaga kesehatan tanah.
Istilah "monokultur" sekarang juga dipinjam oleh bidang-bidang lainnya, seperti
peternakan, kebudayaan (mengenai dominasi jenis aliran musik tertentu), atau ilmu
komputer (mengenai sekelompok komputer yang menjalankan perangkat lunak yang
sama).
(Anonymous 2011 b)
CONTOH KASUS
Pertanian Monokultur Dinilai Hilangkan Keanekaragaman Varietas
Tradisional
Pertanian modern yang cenderung monokultur dengan menggunakan varietas baru yang
seragam, dinilai merupakan salah satu penyebab hilangnya keanekaragaman genetik
varietas tradisional.
Menteri Pertanian Anton Apriyantono, di Jakarta, Kamis (9/2) menyatakan, Indonesia
memiliki 15% seluruh keanekaragaman hayati yang terdapat di bumi, namun demikian
kekayaan tersebut sebagian besar belum dimanfaatkan secara bekelanjutan. “Bahkan
sebagian masih belum dimanfaatkan sama sekali,” katanya pada penjelasan keterangan
pemerintah di depan Komisi IV DPR mengenai RUU tentang Perjanjian Mengenai
Sumberdaya Genetik Tanaman untuk Pangan dan Pertanian.
Dari berbagai spesies baik yang sudah dibudidayakan maupun yang dipanen langsung
dari alam, hanya sejumlah kecil yang menjadi komoditas pertanian. Bahkan, untuk
memenuhi kebutuhan pangan masih mengandalkan pada beberapa tanaman antara lain
padi, jagung dan gandum, yang mana untuk ketiga tanaman tersebut Indonesia tidak
memilik kendali dalam pemanfaatan sumbe daya genetik dunia.
Kebutuhan manusia terhadap pangan terus meningkat sehingga tersedianya sumberdaya

genetik tanaman untuk pangan dan pertanian menjadi semakin penting. Kepentingan
tersebut telah mendorong petani dan pemulia tanaman menciptakan varietas baru dengan
mutu lebih baik dan nilai ekonomi lebih tinggi.
Di satu pihak, petani mengembangkan varietas tradisional dengan waktu penggunaan
lebih lama dan melestarikan serta merawat varietas tersebut secara turun-temurun
menjadi ras temurun. Di sisi lain, pemulia tanaman pangan selalu berusaha menciptakan
varietas baru yang lebih produktif dalam waktu singkat dengan menggunakan teknologi
modern. “Dalam upaya ini tak jarang varietas modern hasil pemuliaan akan menggeser
varietas lama yang pada akhirnya secara terus-menerus akan mengakibatkan makin
menyusutnya keanekaragaman sumber daya genetik,” katanya.
Anton menyatakan, sejarah membuktikan siapa pun yang menguasai sumber daya genetik
akan memegang kendali ekonomi dunia. “Oleh karena, negara maju yang mempunyai
keunggulan ilmu pengetahuan dan teknologi banyak memanfaatkannya untuk menguasai
sumber daya genetik khususnya untuk pangan dan pertanian,” sebutnya.
Menyinggung penyusunan RUU Perjanjian untuk Pangan dan Pertanian, Mentan
mengatakan, hal itu untuk mendukung ketahanan pangan dan pertanian yang
berkelanjutan melalui konservasi dan pemanfaatan sumbe daya genetik tanaman. Selain
itu agar pembagian keuntungan yang dihasilkan dari pemanfaatan sumber daya genetik
bisa secara adil dan merata selaras dengan konvensi keanekaragaman hayati.

(Anonymous 2011 c)

2. 2. 3. Polikultur
Polikultur adalah menanam lebih dari satu jenis tanaman pada lahan dan waktu yang
sama. Dengan pemilihan tanaman yang tepat, sistem ini dapat memberikan beberapa
keuntungan, antara lain sebagai berikut :
a. Mengurangi serangan OPT (pemantauan populasi hama), karena tanaman yang satu
dapat mengurangi serangan OPT lainnya. Misalnya bawang daun dapat mengusir hama
aphids dan ulat pada tanaman kubis karena mengeluarkan bau allicin,

b. Menambah kesuburan tanah. Dengan menanam kacang-kacangan- kandungan unsur N
dalam tanah bertambah karena adanya bakteri Rhizobium yang terdapat dalam bintil akar.
Dengan menanam yang mempunyai perakaran berbeda, misalnya tanaman berakar
dangkal ditanam berdampingan dengan tanaman berakardalam, tanah disekitarnya akan
lebih gembur.

c. Siklus hidup hama atau penyakit dapat terputus, karena sistem ini dibarengi dengan
rotasi tanaman dapat memutus siklus OPT,
d. Memperoleh hasil panen yang beragam. Penanaman lebih dari satu jenis tanaman akan
menghasilkan panen yang beragam. Ini menguntungkan karena bila harga salah satu
komoditas rendah, dapat ditutup oleh harga komoditas lainnya.

Kekurangan sistem polikultur adalah : Apabila pemilihan jenis tanaman tidak sesuai,
sistem polikultur dapat memberi dampak negatif, misalnya :
• Terjadi persaingan unsur hara antar tanaman,
• OPT banyak sehingga sulit dalam pengendaliannya.
Polikultur..... , pemilihan tanaman dan teknis budidaya yang baik dan tepat pada sistem
polikultur ini akan memberikan bermacam keuntungan, diantaranya adalah :






Dapat menambah kesuburan tanah. Menanam tanaman kacang-kacangan
berdampingan dengan tanaman jenis lainnya dapat menambah kandungan unsur
Nitrogen dalam tanah karena pada bintil akar kacang-kacangan menempel bakteri
Rhizobium yang dapat mengikat Nitrogen dari udara. Dan menanam secara
berdampingan tanaman yang perakarannya berbeda dapat membuat tanah menjadi
gembur.
Meminimalkan hama dan penyakit tanaman. Sistem polikultur dibarengi
dengan rotasi tanaman dapat memutuskan siklus hidup hama dan penyakit
tanaman. Menanam tanaman secara berdampingan dapat mengurangi hama
penyakit tanaman salah satu pendampingnya, misalnya : bawang daun yang
mengeluarkan baunya dapat mengusir hama ulat pada tanaman kol atau kubis.
Mendapat hasil panen beragam yang menguntungkan. Menanam dengan lebih
dari satu tanaman tentu menghasilkan panen lebih dari satu atau beragam tanaman.
Pemilihan ragam tanaman yang tepat dapat menguntungkan karena jika satu jenis
tanaman memiliki nilai harga rendah dapat ditutupi oleh nilai harga tanaman
pendamping lainnya.

Sistem penanaman polikultur juga memiliki kekurangan terutama jika tidak sesuai
dengan pemilihan jenis tanaman, diantaranya adalah :




Persaingan antara tanaman dalam menghisap unsur hara dalam tanah.
Dengan beragam jenis tanam maka hama penyakit juga semakin banyak atau
beragam.
Pertumbuhan tanaman akan saling menghambat.

Dalam pola tanam polikultur terdapat beberapa macam istilah dari sistem ini, yang mana
pengertiannya sama yaitu menanam lebih dari satu jenis tanaman pada lahan yang sama
tetapi alasan dan tujuannya yang berbeda, yaitu :

1. Tumpang Campuran yaitu menanam lebih dari satu jenis tanaman pada satu lahan
dan dalam waktu yang sama dan umumnya bertujuan mengurangi hama penyakit
dari jenis tanaman yang satu atau pendampingnya.
2. Tumpang Sari yaitu menanam lebih dari satu jenis tanaman pada satu lahan dan
dalam waktu yang sama dengan barisan-barisan teratur.
3. Tumpang Gilir yaitu menanam lebih dari satu jenis tanaman pada satu lahan yang
sama selama satu tahun untuk memperoleh lebih dari satu hasil panen.
4. Tanaman Pendamping yaitu penanaman dalam satu bedeng ditanam lebih dari
satu tanaman sebagai pendamping jenis tanaman lainnya yang bertujuan untuk
saling melengkapi dalam kebutuhan fisik dan unsur hara.
5. Penanaman Lorong yaitu menanam lebih dari satu jenis tanaman pada suatu lahan
dengan penanaman tanaman berumur pendek diantara larikan atau lorong
tanaman berumur panjang atau tanaman tahunan.
6. Pergiliran atau Rotasi Tanaman yaitu menanam lebih dari satu jenis tanaman yang
tidak sefamili secara bergilir pada satu lahan yang bertujuan untuk memutuskan
siklus hidup hama penyakit tanaman.
Dalam penanaman sistem polikultur ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
pemilihan jenis tanaman yang akan ditanam dalam penerapannnya yaitu :






Kebutuhan sinar matahari ; pemilihan jenis tanaman yang tinggi, rindang, berdaun
lebat dan membutuhkan sinar matahari lama dengan jenis tanaman yang pendek
dan tidak membutuhkan sinar matahari lama atau perlu naungan.
Kebutuhan unsur hara ; adanya jenis tanaman yang membutuhkan sedikit unsur N
dan jenis tanaman yang membutuhkan banyak unsur N dan ada jenis tanaman
yang mampu mengikat unsur N dari udara yaitu tanaman kacang-kacangan.
Sistem perkaran ; Adanya jenis tanaman yang memiliki perakaran di dalam tanah
yang dalam, dangkal, melebar dan lainnya.

Jika sudah mengenali pola penanaman terutama pola tanam polikultur, mari memulai
untuk menerapkannya dan semoga ulasan di atas sedikit banyak berguna bagi kita.
(Anonymous 2011 e)

BAB III
PENUTUP
3. 1. Kesimpulan
Tanam adalah menempatkan bahan tanam berupa benih atau bibit pada media tanam
baik media tanah maupun media bukan tanah dalam suatu bentuk pola tanam. Dan ola
tanam adalah pengaturan penggunaan lahan pertanaman dalam kurun waktu tertentu.
Tanaman dalam satu areal dapat diatur menurut jenisnya. Ada pola tanam monokultur,
yakni menaman tanaman sejenis pada satu areal tanam. Ada pola tanam campuran, yakni
beragam tanaman ditanam pada satu areal. Ada pula pola tanam bergilir, yaitu menanam
tanaman secara bergilir beberapa jenis tanama pada waktu berbeda di aeral yang sama.
Yang paling baik adalah pola tanam polikultur.

DAFTAR PUSTAKA
Anonymous 2011 a, Pengaturang Pola Tanam dan Pengolahan Tanah, Serambi
Indonesia: Indonesia
Anonymous 2011 b, http://id.wikipedia.org/Pertanaman_Tunggal/
Anonymous 2011 c, Pertanian Monokultur Dinilai Hilangkan Keanekaragaman Varietas
Tradisional, Bitra Indonesia: Indonesia
Anonymous 2011 d, http://id.wikipedia.org/Tumpang_Sari/
Anonymous 2011 e, http://www.ditlin.hortikultura.deptan.go…
Paryo, 2011. Pertanian Tumpang Sari, Pelosok Pedesaan: Indonesia