OBSERVASI PENDIDIKAN KARAKTER DI SMK NEG

Tugas Individu

OBSERVASI PELAKSANAAN
PENDIDIKAN KARAKTER
DI SMK NEGERI 2 WONOSARI
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Pola Perilaku Kehidupan Sosial
Doses Pengampu: Prof. Dr. Buchory MS, M.Pd

Disusun Oleh:
ZUKY IRIANI
(NIM 12155140037)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS PGRI YOGYAKARTA
2013

KATA PENGANTAR
Semoga berkah dan keselamatan tercurah kepada kita semua. Puji syukur
ke hadirat Allah SWT, yang dengan berkat, rahmat, dan karunia-Nya, telah

memberikan kemudahan dan kelancaran dari persiapan, proses observasi, hingga
terselesaikannya penyusunan laporan observasi ini.
Observasi ini dilaksanakan di SMK Negeri 2 Wonosari. Sebagaimana
telah ditugaskan oleh dosen pengampu mata kuliah Pola Perilaku Kehidupan
Sosial untuk membuat sebuah potret mengenai pelaksanaan pendidikan karakter di
tempat bekerja masing-masing. Penulis memutuskan untuk melakukan observasi
terhadap pelaksanaan pendidikan karakter di SMK Negeri 2 Wonosari. Dengan
demikian, penulis telah mengambil posisi pula sebagai seorang observer. Dalam
menjabarkan hasil pengamatan, diakui bahwa narasi maupun deskripsi observer
tidak terlepas dari subjektivitas observer sendiri. Hal ini dikarenakan, observer
juga merupakan bagian dari subjek observasi. Keterlibatan observer dikarenakan
observer merupakan guru di SMK Negeri 2 Wonosari.
Sebenarnya banyak hal yang dapat diamati terkait dengan pelaksanaan
pendidikan karakter di SMK Negeri 2 Wonosari. Meski diakui pula bahwa dalam
penyusunan hasil observasi justru tidak terlalu banyak yang mampupenulis
deskripsikan secara terinci dan sistematis.
Penulis sekaligus observer berharap agar penyusunan laporan observasi
ini dapat memberikan sumbangan pengetahuan yang berkaitan dengan
pelaksanaan pendidikan karakter di lingkup persekolahan. Sebagaimana hal ini
diupayakan secara nyata dan berkelanjutan demi terciptanya generasi muda

Indonesia yang tangguh dan berkarakter kebangsaan yang luhur dan kuat. Penulis
menyadari bahwa penyusunan laporan observasi ini masih banyak kekurangan,
sehingga penulis mengundang saran, kritik, serta masukan dari pembaca sekalian.
Yogyakarta,

Penulis.

Juni 2013.

DAFTAR ISI

SAMPUL ............................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... iii
BAB I

: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Kegiatan Observasi ...................................... 1
B. Kegiatan Pengumpulan Data


…………………………….3

C. Tujuan Observasi .......................................................... 5
D. Ruang Lingkup Observasi ............................................ 5
BAB II

: PEMBAHASAN
A. Tata Tertib Siswa Sebagai Instrumen Managemen Pendidikan
Karakter di Sekolah .......................................................... 9
B. Hasil Observasi Pelaksanaan Pendidikan Karakter di SMK
Negeri 2 Wonosari …..................................................... 15
C. Pandangan Observer Sebagai Seorang Pendidik Mengenai
Pelaksanaan

Pendidikan

Karakter

di


Sekolah

…………............................................................................ 22
BAB III

: PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................... 24
B. Implikasi .............................................................................. 25
C. Saran .................................................................................... 25

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 27

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Kegiatan Observasi
Krisis degradasi moral yang melanda masyarakat dan bangsa
Indonesia saat ini tengah berada pada taraf yang mengkhawatirkan.
Berbagai faktor penyebab degradasi moral tidak mudah untuk dibendung.
Masyarakat dan bangsa Indonesia dari berbagai tingkatan usia tidak
terlepas dari krisis karakter ini. Krisis karakter ini terlihat dari adanya

pergeseran sikap dan karakter yang mencirikan bangsa Indonesia. Dahulu
bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa yang jujur, ramah, bersahaja,
bergaya hidup sederhana, dan menghargai sesama. Namun demikian, sikap
dan karakter tersebut tampak mulai langka ditemui di tengah-tengah
masyarakat Indonesia.
Gaya hidup materialisme, hedonisme, konsumerisme, egoistis,
dan apatis terhadap kepentingan umum telah menjangkiti sebagian besar
masyarakat, terutama yang tinggal di wilayah perkotaan. Hal ini
diperparah dengan munculnya berbagai kasus kriminalitas yang dilakukan
oleh masyarakat, baik dari kalangan professional, orang awam, hingga
pelajar. Penanganan secara serius, tersistem, dan berkelanjutan merupakan
langkah wajib yang harus diambil untuk menyelamatkan bangsa Indonesia
dari krisis karakter yang tengah dihadapi bangsa ini. Tidak berlebihan
manakala terdapat pandangan yang menyatakan bahwa ketidakjelasan
penanganan masalah karakter bangsa sama saja dengan mempertaruhkan
masa depan genarasi muda bangsa Indonesia menuju pemiskinan moral
dan kehancuran bangsa Indonesia.
Upaya pembentukan karakter bangsa menjadi tuntutan realistis
yang harus diselenggarakan dalam sebuah sistem yang termanagemen
secara mantap. Perlunya managemen pembentukan karakter bangsa

dimaksudkan agar upaya pembentukan karakter bangsa dilakukan secara
formal dan melembaga, tidak sebatas pada sosialisasi saja. Pembentukan

karakter selain harus disosialisasikan juga harus ditanamkan, diajarkan,
dibiasakan, dan diterapkan mulai usia dini. Oleh karenanya, pembentukan
karakter harus diselenggarakan dalam sebuah paket pendidikan karakter
yang dilaksanakan oleh lembaga pendidikan formal, yakni persekolahan.
Pendidikan karakter yang diselenggarakan di sekolah terintegrasi dan
berinteraksi dengan berbagai aktivitas di sekolah. Berikut ini adalah empat
ranah penerapan pendidikan karakter menurut Puskurbuk (Pusat
Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang Diknas, Kementerian Pendidikan
Nasional sebagai berikut:: (1) pengajaran dan pembelajaran; (2)
pengembangan budaya sekolah; (3) ko – kurikuler dan ekstra kurikuler;
serta (4) kegiatan keseharian di rumah dan masyarakat, (diunduh dari
http://suparlan.com/1318/2013/05/10/praktik-praktik-terbaik-pelaksanaanpendidikan-karakter/, diakses pada Kamis, 13 Juni 2013).

Pendidikan karakter sebenarnya merupakan wujud tindakan
penegasan karakter bangsa Indonesia yang hakekatnya memang telah
dimiliki oleh bangsa Indonesia, sejak bangsa ini ada. Pelaksanaan
pendidikan karakter di sekolah bertujuan agar nilai-nilai karakter budaya

bangsa dapat lebih terinternalisasi dalam diri insan Indonesia. Setiap
lembaga pendidikan memiliki tanggung jawab besar dalam membangun
dan membentuk sumber daya manusia Indonesia yang tidak hanya unggul
dalam bidang akademis, tetapi memiliki dasar karakter bangsa Indonesia
yang luhur.
SMK Negeri 2 Wonosari sebagai lembaga pendidikan tingkat
sekolah menengah kejuruan telah melaksanakan pendidikan karakter yang
termanagemen dengan baik. Pelaksanaan pendidikan karakter di SMK
Negeri 2 Wonosari menjadi objek observasi dalam penulisan laporan ini.
Dalam mendeskripsikan pelaksanaan pendidikan karakter di SMK Negeri
2 Wonosari, penulis menggunakan metode observasi, dokumentasi, dan
wawancara. Tujuannya, untuk menjaring informasi yang dibutuhkan
mengenai pelaksanaan pendidikan karakter di SMK Negeri 2 Wonosari.

B. Kegiatan Pengumpulan Data
Memotret pelaksanaan pendidikan karakter di SMK Negeri 2
Wonosari, akan lebih menarik manakala dalam mengumpulkan data yang
relevan, dilakukan dengan menggunakan beberapa metode pengumpulan
data. Dalam hal ini dilakukan beberapa kegiatan pengumpulan data, antara
lain observasi, dokumentasi, serta wawancara mengenai pelaksanaan

pendidikan karakter di SMK Negeri Wonosari.
Meskipun menggunakan tiga jenis matode pengumpulan data,
namun kegiatan pengumpulan data yang utama, ditekankan pada
pelaksanaan observasi. Metode dokumentasi dan wawancara, oleh
observer ditempatkan sebagai bagian dari kegiatan observasi. Berikut
adalah penjelasan keduanya dalam visualisasi skema, antara lain:

OBSERVASI

DOKUMENTASI

WAWANCARA

Proporsi Kegiatan
Pengumpulan Data
OBSERVASI

10%
20%


DOKUMENTASI
WAWANCARA

70%

Skema 1. Dalam kegiatan
pengumpulan data, metode
observasi sebagai kagiatan
utama dalam pengumpulan
data, sedangkan dokumentasi
dan wawancara dilakukan
ditengah pengamatan
mengenai pelaksanaan
pendidikan karakter di SMK
Negeri 2 Wonosari.
Skema 2. Prosentase proporsi
pengumpulan data antara tiga
metode pengumpulan data yang
dilakukan. Penentuan angka
prosentase hanya untuk

memudahkan gambaran
pembagian proporsi
pelaksanaan observasi,
dokumentasi, dan wawancara,
yang didominasi dengan
kegiatan observasi.

Istilah observasi berasal dan bahasa Latin yang berarti ”melihat”
dan “memperhatikan”. Istilah observasi diarahkan pada kegiatan
memperhatikan secara akurat, mencatat fenomena yang muncul, dan
mempertimbangkan hubungan antar aspek dalam fenomena tersebut. Pada
dasarnya observasi bertujuan untuk mendeskripsikan setting yang
dipelajari, aktivitas-aktivitas yang berlangsung, orang-orang yang terlibat
dalam aktivitas, dan makna kejadian dilihat dan perspektif subjek yang
terlibat dalam kejadian yang diamati tersebut. Deskripsi harus kuat,
faktual, sekaligus teliti tanpa harus dipenuhi berbagai hal yang tidak
relevan

(Diunduh


dari

http://dunia-

penelitian.blogspot.com/2011/11/pengertian-dan-penggunaan-teknik.html,
diakses pada Kamis, 13 Juni 2013).
Berangkat dari konsep tersebut, dalam mendeskripsikan hasil
kegiatan observasi pelaksanaan pendidikan karakter di SMK Negeri 2
Wonosari, diungkapkan secara detail dan sesuai dengan kenyataan yang
terjadi dalam setting observasi. Dalam kegiatan pengumpulan data, juga
dilakukan kegiatan dokumentasi. Kegiatan dokumentasi yang dilakukan
meliputi penelusuran dokumen berupa berkas-berkas yang relevan dengan
pelaksanaan pendidikan karakter di SMK Negeri 2 Wonosari, serta dengan
mengambil beberapa foto yang relevan dengan pelaksanaan pendidikan
karakter di SMK Negeri 2 Wonosari.
Pengumpulan data dengan wawancara, dilakukan disela-sela
kegiatan observasi dan dokumentasi. Wawancara yang dilakukan
merupakan wawancara non formal dan tidak menggunakan pedoman
wawancara. Wawancara hanya sebatas perbincangan ringan antara penulis
dengan warga sekolah. Dalam hal ini adalah guru Bimbingan dan
Konseling, serta beberapa siswa SMK Negeri 2 Wonosari. Pelaksanaan
kegiatan wawancara yang dilakukan berbeda dengan wawancara pada
sebuah penelitian yang bertujuan untuk mengungkapkan suatu fenomena
sosial tertentu, sehingga tidak menuntut dilakukan kegiatan wawancara

yang sistematis dan terencana. Telah dijelaskan sebelumnya bahwa teknik
pengumpulan data utama adalah dengan melakukan observasi, sedangkan
kegiatan dokumentasi dan wawancara merupakan bagian dari teknik
observasi itu sendiri.
C. Tujuan Observasi
Kegiatan observasi ini bertujuan untuk melakukan pengamatan
pelaksanaan pendidikan karakter di SMK Negeri 2 Wonosari dan
mendeskripsikan hasil observasi yang dilakukan. Pelaksanaan observasi
dilakukan dalam jangka waktu yang cukup lama, yakni pada semester
genap tahun ajaran 2012/ 2013, tetapi tidak pula meninggalkan informasiinformasi mengenai pelaksanaan pendidikan karakter pada periode
sebelumya, karena pada dasarnya pendidikan karakter di SMK Negeri 2
Wonosari telah dilakukan sejak sekolah ini didirikan. Observer juga
berkeyakinan bahwa hal serupa juga telah dilakukan sekolah-sekolah yang
lain sejak lama sebelum istilah pendidikan karakter ini muncul dan
melembaga.
D. Ruang Lingkup Observasi
Mengingat sedemikian luasnya objek observasi yang meliputi
pelaksanaan pendidikan karakter di SMK Negeri 2 Wonosari, maka dalam
observasi ini perlu diberikan batasan ruang lingkup kegiatan observasi,.
Pengamatan dilakukan pada kegiatan-kegiatan pembelajaran dan non
pembelajaran, serta bagaimana rutinitas atau keseharian yang berlangsung
di lingkungan SMK Negeri 2 Wonosari.
Dalam melakukan pendekatan terhadap latar dan subjek-subjek
yang diamati, observasi yang dilakukan termasuk partisipate observation.
Partisipate observation adalah kegiatan pengamatan dimana pengamat
selain mengamati situasi yang terjadi, juga melakukan keterlibatan
langsung dalam latar yang diamati. Mengenai keterlibatan observer,
observer mengambil posisi sebagai partial partisipant observer, yakni

observer ikut berpartisipasi, tetapi hanya pada beberapa kegiatan sosial
dengan porsi partisipasi secara minimal (surface participant).
Observer juga merupakan guru di SMK Negeri 2 Wonosari,
sehingga isi laporan ini akan memuat pula pengalaman observer sebagai
pendidik di SMK Negeri 2 Wonosari. Observer juga memberanikan diri
untuk menuliskan pandangan observer sebagai seorang pendidik di SMK
Negeri 2 Wonosari. Pandangan tersebut akan membahas bagaimana
pendapat observer mengenai pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah
pada umumnya. Observer sangat menyadari minimnya pengetahuan dan
pengalaman observer sebagai seorang pendidik, namun demikian belajar
tidak sebatas menerima ilmu dari berbagai sumber, namun harus pula
mampu memberikan pemikiran walau hanya sedikit dan sebatas
kemampuan yang dimiliki. Berbeda dengan penyusunan laporan yang
murni menggambarkan situasi sosial yang hanya bersumber dari hasil
observasi saja. Ini dilakukan karena observer menyadari bahwa posisi
observer sebagai pendidik di SMK Negeri 2 Wonosari juga memiliki andil
dan pengaruh terhadap pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah
tercinta.
Observasi ini bertempat di SMK Negeri 2 Wonosari, sehingga
pengamatan hanya dapat dilakukan pada tiga ranah penerapan pendidikan
karakter, yakni: (1) pengajaran dan pembelajaran; (2) pengembangan
budaya sekolah; dan (3) ko – kurikuler dan ekstra kurikuler. Dalam
pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah, terdapat delapan belas
karakter yang harus dimiliki oleh siswa. Adapun delapan belas karakter
yang harus dimiliki oleh siswa adalah sebagai berikut:
1. Religius : sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran
agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama
lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.
2. Jujur : Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya
sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan,
dan pekerjaan.

3. Toleransi : Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama,
suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari
dirinya.
4. Disiplin : Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada
berbagai ketentuan dan peraturan.
5. Kerja Keras : Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh
dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta
menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.
6. Kreatif : Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara
atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.
7. Mandiri : Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang
lain dalam menyelesaikan tugas-tugas
8. Demokratis : Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama
hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.
9. Rasa Ingin Tahu: Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk
mengetahui

lebih

mendalam dan

meluas

dari

sesuatu

yang

dipelajarinya, dilihat, dan didengar.
10. Semangat Kebangsaan: Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang
menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri
dan kelompoknya.
11. Cinta Tanah Air : Cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang
menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi
terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik
bangsa.
12. Menghargai Prestasi: Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya
untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan
mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.
13. Bersahabat/Komunikatif: Tindakan yang memperlihatkan rasa senang
berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain.
14. Cinta Damai : Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan
orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya.

15. Gemar Membaca: Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca
berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya.
16. Peduli Lingkungan: Sikap dan tindakan yang selalu berupaya
mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan
mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam
yang sudah terjadi.
17. Peduli Sosial : Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan
pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.
18. Tanggung-jawab : Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan
tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri
sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan
Tuhan Yang Maha Esa.
Delapan belas karakter tersebut dapat diidentifikasi dari
keseharian kegiatan dan situasi yang berlangsung di SMK Negeri 2
Wonosari yang melibatkan seluruh warga sekolah.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Tata Tertib Siswa Sebagai Instrumen Managemen Pendidikan Karakter
di Sekolah.
Tata tertib bagi peserta didik merupakan instrument penting dalam
menciptakan suasana sekolah yang kondusif. Manakala tata tertib tersebut
dilaksanakan dengan baik, sesuai prosedur, namun tetap proporsional maka
pelaksanaan pendidikan karakter bagi peserta didik pun akan berjalan secara
ideal. Berikut adalah tata tertib siswa SMK Negeri 2 Wonosari:
1. Datang ke sekolah sepuluh menit sebelum jam tujuh.
2. Siswa tidak masuk, harus ijin ke sekolah.
3. Meminta ijin guru mata pelajaran atau guru piket apabila meninggalkan
kelas selama pelajaran berlangsung.
4. Bagi siswa yang tidak dapat mengikuti pelajaran karena melaksanakan
tugas, maka harus memperoleh dispensasi dari sekolah.

5. Mengikuti kegiatan intra dan ekstra kurikuler sesuai ketetapan sekolah.
6. Berpakaian seragam sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
7. Dilarang mengecat rambut. Bagi siswa (peserta didik putra), model
potongan bros satu atau bros dua.
8. Dilarang bertatto dan bertindik (lebih dari satu, pada satu telinga untuk
putri).
9. Dilarang menggunakan perhiasan di sekolah.
10. Siswa bersepeda motor standard, dan selama berada di lingkungan
sekolah mesin dimatikan.
11. Dilarang membawa mobile phone.
12. Dilarang

membawa,

menjual

dan

atau

mengkonsumsi

rokok,

NARKOBA/ MIRAS di dalam maupun di luar lingkungan sekolah.
13. Dilarang membawa, menjual dan atau menggunakan senjata tajam
maupun senjata api di dalam maupun di luar sekolah.
14. Dilarang membawa, melihat, menjual gambar / video porno.
15. Dilarang berjudi.Dilarang berbuat asusila.
16. Tidak melakukan sesuatu yang dilarang agama, Negara, dan masyarakat.
Segala bentuk pelanggaran tata tertib ini dikenai sanksi sesuai
dengan pedoman yang berlaku. Sanksi tersebut antara lain:
1. Teguran lisan.
2. Melaksanakan kompensasi (fisik / non fisik) dan atau diberi skor.
3. Membuat Surat Pernyataan I, II, dan atau III.
4. Dikeluarkan dari sekolah.
Sistem skoring telah diterapkan oleh semua sekolah. Hanya saja
dalam pelaksanaan ketegasan skoring tiap sekolah tentu berbeda-beda, ada
sekolah yang menjalankan aturan penskoran secara longgar bahkan ada yang
sangat kaku. Pada dasarnya aturan penskoran terhadap pelanggaranpelanggaran peraturan sekolah yang dilakukan oleh peserta didik memiliki
tujuan yang sama. Tujuannya adalah agar tercipta situasi sekolah yang
kondusif dan demi keberhasilan peserta didik sampai dinyatakan lulus dari
lembaga pendidikan tempat ia bersekolah.

Di SMK Negeri 2 Wonosari, aturan penskoran dilakukan oleh bagian
Kesiswaan dengan Bimbingan Konseling. Berikut adalah pedoman skor
pelanggaran tata tertib siswa:

JENIS PELANGGARAN
A. KETERTIBAN DAN KEHADIRAN
1.
Terlambat masuk jam pertama
2.
Terlambat masuk setelah istirahat pertama
3.
Ijin keluar pada jam sekolah dan tidak kembali ke
sekolah
4.
Alpa
5.
Tidak masuk dnegan membuat surat keterangan palsu
6.
Membolos
7.
Tidak masuk kegiatan ekstra kurikule tanpa keterangan
8.
Sepeda motor tidak standard
9.
Membawa mobile phone:
a. Diberi skor
b. Disita di kesiswaan selama 3 bulan, hanya boleh
diambil oleh orang tua
c. Pelanggaran berikutnya, HP disita selama 6 bulan,
diambil oleh orang tua
d. Pelanggaran berikutnya, HP disita selama 1 tahun,
diambil oleh orang tua
10.
Tidak mematikan dan tidak menuntun motor di
lingkungan sekolah
11.
Tidak ikut upacara
12.
Keluar/ masuk kampus tanpa ijin
13.
Tidak menjalankan kompensasi yang diberikan sekolah
setiap hari
14.
Tidak melaksanakan tugas sekolah
B. PAKAIAN / SERAGAM SEKOLAH
1.
Tidak memakai seragam sekolah sesuai jadwal dan
ketentuan sekolah
2.
Berpakaian seragam tidak rapid an tidak lengkap
3.
Tidak memakai topi pada waktu upacara
4.
Memakai topi bukan seragam di lingkungan sekolah
5.
Memakai sandal / sepatu sandal
6.
Tidak memakai sepatu dan atau kaos kaki dan ikat
pinggang sesuai ketentuan sekolah
7.
Membawa tas tidak sesuai ketentuan sekolah
8.
Memakai jaket / sweeter kecuali karena sakit
C. KEPRIBADIAN
1.
Berhias dan mengenakan perhiasan berlebih bagi siswa

BOBOT
SKOR
5
6
15
8
10
15
8
5
25

5
10
5
5
8
10
5
5
5
10
5
5
5
5

2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.

13.
14.
D.
1.
2.
3.
E.
1.
2.
3.
4.
F.
1.
2.
3.
G.

putrid
Mengenakan perhiasan (seperti: gelang, kalung, cincin,
dll) bagi siswa putra
Bertato, tindik (tindik ganda bagi siswi)
Berambut panjang tidak sesuai ketentuan sekolah (bagi
siswa putra bros satu atau bros dua)
Ranbut dicat
Mengeluarkan kata-kata kotor/ tidak senonoh kepada
semua siswa
Mengeluarkan kata-kata / perbuatan kotor/ tidak
senonoh kepada Kepala Sekolah, guru / karyawan, tamu
dan perangkat sekolah lainnya
Mencemarkan nama baik sekolah
Mencuri
Menipu
Terbukti berbuat asusila
Memalsukan tanda tangan:
a. Kepala Sekolah
b. Guru/ karyawan / instansi
c. Orang tua
d. Teman
Berjudi
Menerobos pagar sekolah (masuk / keluar kampus)
MEROKOK
Membawa pokok di sekolah
Menghisap rokok di lingkungan sekolah
Menghisap rokok di luar lingkungan sekolah
BACAAN, GAMBAR, DAN FILM PORNO
Membawa buku, majalah, suratkabar, gambar, CD, atau
film porno
Memperjualbelikan atau meminjam buku, majalah,
kaset, CD, film, atau film porno
Menonton/ melihat buku/ majalah/ surat kabar/ tabloid,
kaset, film, atau foto porno
Membawa, menjual, mengedarkan, memakai barangbarang yang bertentangan dengan norma kehidupan
bersekolah, bermasyarakat, dan berbangsa
SENJATA TAJAM DAN SENJATA API
Membawa senjata tajam/ senjata api di lingkungan
sekolah
Menjualbelikan senjata tajam/ senjata api di lingkungan
sekolah
Menggunakan senjata tajam / senjata api untuk
mengancam, melukai orang lain
NARKOBA DAN MINUMAN KERAS

5
50
5
10
8
50
50
100
50
50
100
50
25
10
50
25
30
40
25
50
80
50
50

80
90
100

1.
2.

Membawa narkoba / miras ke sekolah
80
Menggunakan narkoba / miras di dalam maupun di luar
90
sekolah
3.
Menjual narkoba / moras di dalam maupun di luar
100
lingkungan sekolah
H. BERKELAHI / TAWURAN
1.
Menjadi provokator perkelahian
75
2.
Sikap bermusuhan yang berdampak negative
10
3.
Berkelahi / tawuran antar siswa SMKN 2 Wonosari dan
75
tidak berdampak luas
4.
Berkelahi / tawuran antar siswa SMKN 2 Wonosari dan
100
berdampak luas
5.
Berkelahi / tawuran dengan siswa sekolah lain
100
6.
Menonton perkelahian siswa SMKN 2 Wonosari
20
I. INTIMIDASI / ANCAMAN
1.
Mengintimidasi / mengancam kepala sekolah, guru,
80
pegawai
2.
Menganiaya, mengeroyok kepala sekolah, guru,
100
pegawai
3.
Mengintimidasi / mengancam teman
30
J. KEBERSIHAN, KEINDAHAN, DAN KETENANGAN
1.
Mengotori, corat-coret milik sekolah, guru, pegawai,
20
teman, dan atau siswa di lingkungan sekolah
2.
Merusak benda milik sekolah, guru, pegawai, teman,
50
tamu, atau siswa di lingkungan sekolah
3.
Membuat kegaduhan pada saat KBM
10
K. SANKSI DIKELUARKAN
1.
Siswa yang terlibat dalam pelanggaran kamtibmas dan sampai
berurusan dengan pihak berwajib
2.
Siswa yang terlibat kriminal sampai proses hukum / pihak yang
berwajib
3.
Terbukti hamil / menghamili
4.
Terbukti berbuat asusila, terdapat laporan dan meresahkan masyarakat
Siswa yang melanggar tata tertib sekolah diberi skor berdasarkan
pedoman penskoran di atas. Pelanggaran tersebut dicatat pada lembar kasus
pada file rekaman siswa, dan didampingi sesuai dengan prosedur
pendampingan. Penskoran terhadap pelanggaran atau kasus siswa diberikan
dengan bobot dari 1 sampai 100. Apabila terdapat siswa yang melanggar tata
tertib lebih dari satu pelanggaran maka skor yang diambil adalah skor
tertinggi diantara pelanggaran yang dilakukan. Perolehan skor pelanggaran
tata tertib ini akan ditindaklanjuti oleh bagian kesiswaan. Berikut adalah

tindakan yang diambil manakala skor pelanggaran mencapai pada skor
tertentu:
SKOR
30

TINDAKAN
Orang tua siswa dipanggil ke sekolah untuk membuta surat
pernyataan I, yang diketahui oleh wali kelas, guru BK, dan Waka
III.
Kompensasi bagi siswa adalah: presensi khusus selama satu
minggu dan melaksanakan kompenasi. Bagi putra potong rambut
bros satu.
60
Orang tua siswa dipanggil ke sekolah untuk membuat surat
penyataan II, diketahui oleh siswa yang bersangkutan. Tingkat
penyelesaian masalah oleh wali kelas, guru BK, Waka III, dan
orang tua siswa.
Kompensasi yang harus dijalankan oleh siswa adalah: presensi
khusus selama dua minggu, melaksanakan kompensasi. Bagi
siswa putra potong rambut bros satu.
80
Orang tua dipanggil untuk kedua kalinya dan diminta membuat
surat pernyataan III (terakhir), sedangkan penyelesaaian
masalahnya oleh wali kelas, guru BK, orang tua siswa, dan Waka
III.
Kompensasi yang harus dilakukan siswa adalah: presensi khusus
selama satu bulan, melaksanakan kompensasi. Bagi siswa putra
potong rambut bros satu.
100
Penyelesaian maslahnya melalui konferensi kasus pelanggaran
tata tertib, dengan menghasilkan keputusan sebagai berikut:
1. Siswa yang bersangkutan masih diberi kesempatan untuk
memperbaiki kesalahannya dengan konsekuensi tertentu.
2. Orang tua siswa diberi kesempatan untuk mengajukan
permohonan pengunduran diri atas anaknya.
3. Dikeluarkan dari sekolah.
Selama siswa bermasalah dan menajlankan kompensasi ini, siswa

berhak mendapat pendampingan yang semestinya dari guru BK agar
diupayakan kearah perbaikan. Penanggung jawab pendampingan selama
siswa dalam menjalankan kompensasi, adalah wali kelas dan guru BK yang
bersangkutan. Apabila selama menjalani pendampingan dengan guru BK,
siswa tersebut tidak pernah melakukan pelanggaran, maka dapat dilakukan
remisi melalui kompensasi. Pendampingan terhadap siswa yang melanggar
tata tertib dapat dinyatakan berhasil, dan tidak ada indikasi akan mengulangi
pelanggarannya. Mengadministrasikan hasil penanganan masalah siswa.

Selain memilikin kebijakan yang tegas mengenai system skoring
pada pelanggaran tata tertib sekolah, SMK Negeri 2 Wonosari secara
porposional juga memiliki kebijakan remisi. Remisi yang dimaksud adalah
pengurangan skor kumulatif pelanggaran tata tertib. Remisi dilakukan melalui
remisi aktif dan remisi pasif. Remisi aktif dilakukan melalui kompensasi.
Remisi pasif diterima siswa apabila dalam jangka waktu dua bulan, siswa
yang bersangkutan tidak melakukan pelanggaran tata tertib, maka skor
berkurang 10 point. Tanggung jawab pengadministrasian remisi berada pada
unit kesiswaan. Pelaksanaan remisi dilakukan di luar jam pelajaran.
Kompensasi remisi diatur sebagai berikut:
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.

JENIS KOMPENSASI
Membuat cerita pendek berbahasa Inggris / Jawa / Jepang
Menyusun artikel tentang pengembangan diri / sekolah
Membuat resume sebuah buku
Berhasil meraih juara pertama pada perlombaan tingkat
propinsi
Kompensasi fisik (olah raga, bersih-bersih) selama tiga
hari
Membuat hasta karya yang bermanfaat bagi dirinya dan
sekolah
Membuat karya teknologi tepat guna
Mengadakan penelitian dan menyusun laporan
Mengelola sampah organik menjadi pupuk kompos
Berhasil meraih juara pertama pada perlombaan tingkat
kabupaten
Melakukan kunjungan ke tempat bersejarah dan membuat
laporan
Membuat software yang dimanfaatkan bagi dirinya dan
sekolah
Mengikuti kegiatan di pondok pesantern selama 30 hari

SCORE
5
5
5
25
5
10
15
15
25
15
10
25
30

B. Hasil Observasi Pelaksanaan Pendidikan Karakter di SMK Negeri 2
Wonosari.
Dalam pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah, terdapat delapan
belas karakter yang harus dikembangkan pada peserta didik. Adapun delapan
belas karakter tersebut, antara lain: religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja
keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan,

cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai,
gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, serta tanggung-jawab. Pola
keseharian di sekolah harus diciptakan sedemikian rupa agar delapan belas
nilai karakter luhur tersebut dapat tertanam dalam setiap individu warga
sekolah. Segenap elemen yang ada di lingkungan sekolah harus mendukung
agar suasana demikian tercipta secara mantap dan berkelanjutan.
Mengamati pelaksanaan pendidikan karakter di SMK Negeri 2
Wonosari, dapat dilihat mulai dari jam masuk sekolah hingga seluruh
kegiatan sekolah dalam satu hari berakhir. Deskripsi mengenai pelaksanaan
pendidikan karakter di SMK Negeri 2 Wonosari akan dijabarkan dengan
menggunakan foto-foto yang dihasilkan selama observasi berlangsung,
berikut penjelasannya. Ini dimaksudkan untuk memudahkan observer dalam
mendeskripsikan hasil pengamatan, serta memberikan visualisasi yang jelas
mengenai pelaksanaan pendidikan karakter di SMK Negeri 2 Wonosari secara
gamblang pada pembaca.
Nemun demikian tidak semua aktivitas yang menunjukkan adanya
pendidikan karakter didalamnya dapat terabadikan semua dalam foto-foto,
sehingga deskripsi secara naratif tetap diperlukan untuk mengungkapakan
bagaimana pelaksanaan pendidikan karakter di SMK Negeri 2 Wonosari.
Pelaksanaan pendidikan karakter di SMK Negeri 2 Wonosari, sebagaimana
telah disebutkan pada Bab I, telah diselenggarakan secara termanagemen.
Sebagai contoh, setiap hari Senin dan Kamis, OSIS mengkoordinir murid dari
berbagai kelas, secara bergiliran untuk bertugas menyebrangkan siapa pun
yang hendak masuk ke lingkungan sekolah pada pagi hari. Kegiatan tersebut
dilaksanakan pada pukul 06.15 sampai pukul 07.00 saat bel masuk sekolah.
Program ini telah berjalan sekian lama dan bekerja sama dengan petugas
polisi yang setiap hari ditempatkan di sekolah untuk tugas yang sama. Disini
penanaman karakter seperti kedisiplinan, peduli sosial, dan rasa tanggung
jawab sangat kental dilakukan.
Pada hari senin, selalu dilaksanakan upacara bendera yang dimulai
pada pukul 07.00. Pada jam tersebut pintu gerbang akan ditutup hingga

prosesi upacara bendera selesai. Siapapun yang hendak memasuki lingkungan
sekolah tidak diperkenankan, bahkan guru maupun karyawan sekalipun.
Akibatnya guru, karyawan, maupun murid yang terlambat akan ‘terkunci’
diluar dan baru bisa memasuki sekolah setelah pintu gerbang utama dibuka
kembali oleh petugas keamanan (satpam) sekolah.
Bagi guru dan karyawan hal ini akan sangat merepotkan karena
selain keterlambatan presensi akan terekam oleh mesin presensi, juga akan
mengakibatkan yang bersangkutan merasa malu. Mesin presensi di SMK
Negeri 2 Wonosari menggunakan mesin presensi scanner wajah, sehingga
presensi hanya bisa dilakukan oleh guru atau karyawan yang bersangkutan
atau dengan kata lain tidak dapat ‘diwakilkan’. Imbasnya adalah
berkurangnya jumlah jam kerja, yang diwajibkan bagi giru dan karyawan
PNS harus memenuhi 37,5 jam. Ini menjadikan guru dan karyawan
termotivasi untuk hadir tepat waktu. Meski diakui pula, bahwa hal ini tidak
jarang menimbulkan keluhan dari berbagai pihak, namun semua menyadari
bahwa konsekuensi dari sesuatu pastilah ada.
Setiap awal bulan, guru dan karyawan akan menerima lembar
kehadiran. Lembar kehadiran ini berisi daftar presensi dan absensi guru
maupun karyawan yang bersangkutan. Dalam lembar tersebut memuat jam
masuk dan jam pulang kerja setiap harinya, jumlah jam kerja dalam satu
bulan yang dirinci per harinya. Oleh pihak sekolah, ini diklaim sebagai cara
untuk guru maupun karyawan agar mengetahui jumlah jam kerja yang sudah
dilalui per minggunya, apakah sudah memenuhi atau belum memenuhi 37,5
jam dari yang diwjibkan. Selain disadari pula bahwa ini m erupakan upaya
sekolah untuk mendorong kedisiplinan dan konsistensi kehadiran guru dan
karyawan.
Berikut adalah beberapa visualisasi mengenai rutinitas yang ada di
SMK Negeri 2 Wonosari. Dalam keseharian tersebut, dapat diidentifikasi
adanya upaya-upaya riil yang dilakukan oleh sekolah untuk menanamkan
delapan belas karakter yang wajib dimiliki oleh peserta didik.

Gambar 1. Suasana di
pagi hari.
Pada
saat
memasuki
gerbang sekolah, peserta
didik diwajibkan turun dari
sepeda
atau
sepeda
motornya.
Kendaraan
harus dituntun sampai
tempat parkir.

Gambar 2. Suasana di pagi hari.
Pada pagi hari, peserta didik selalu
disambut oleh kepala sekolah,
Waka Kesiswaan, dan beberapa
guru. Peserta didik dibiasakan
untuk bersalaman ketika memasuki
gerbang sekolah. Peserta didik
yang tidak membawa kendaraan
diwajibkan untuk menyalami para
guru.
Guru BK dan guru yang ditempatkan di kesiswaan senantiasa
disibukkan oleh kegiatan pada pagi hari. Ini disebabkan jika terdapat peserta
didik yang terlambat memasuki gerbang sekolah melebihi jam 07.00, maka
peserta didik tersebut harus mendapatkan hukuman. Bagi siswa yang
terlambat akan dihukum di tempat, yakni dengan berjalan jongkok dari pos
satpam hingga tempat parkir kendaraan siswa, yang berjarak sekitar 300
meter. Jalan jongkok dilakukan 5 kali bolak-balik. Keterlambatan untuk siswi
juga ada hukumannya, yakni dengan melakukan ‘upper hands’ di ruang
kesiswaan sebanyak 1 seri. Keterlambatan juga akan dicatat skornya.
Rutinitas warga sekolah dapat diamati di berbagai tempat di
lingkungan sekolah. Salah satunya adalah di perpustakaan. Fasilitas yang
tersedia di perpustakaan SMK Negeri 2 Wonosari bisa dikatakan cukup
memadai. Selain dapat membaca koleksi buku-buku yang ada, siswa dapat
mengakses internet, dan menggunakan beberapa fasilitas lain seperti ‘sudut
santai’ yang sering kali digunakan oleh warha sekolah untuk browsing

internet, membaca buku, pertemuan klub-klub ekstra kurikuler, atau sekedar
duduk bersantai.
Gambar
3.
Suasana
di
perpustakaan.
Siswa dapat mengakase internet di
dalam perpustakaan, meskipun
sekolah juga menyediakan fasilitas
wi fi yang tersebar di setiap
berbagai
lokasi
di
dalam
lingkungan sekolah, tapi siswa
yang tidak membawa laptop
sendiri dapat berselancar dengan
computer di perpustakaan.

Gambar 4. Suasana di
perpustakaan.
Pada
saat
penyusunan
proposal penelitian untuk
lomba
tingkat
propinsi.
Tampak suasana akrab antara
siswa
denganguru
pembimbing.

Gambar 5. Suasana di perpustakaan
sekolah.
Siswa yang hendak meminjam buku,
dengan tertib mengantri.

Gambar 6. Suasana di perpustakaan.
Tampak seorang siswi yang sedang
membaca buku di sudut ruangan. Pada ruang
perpustakaan di sayap selatan ini, koleksi
buku yang tertata pada rak-rak buku adalah
mengenai teknik permesinan.

Gambar 7. Suasana pembelajaran di
kelas.
Guru mengawasi jalannya ulangan
harian. Pada saat gambar diambil
sedang ulangan harian untuk mata
pelajaran PAI, dimana sebagian siswa
mengerjakan ulangan dan sebagian
lainnya menunggu di luar kelas sampai
batas waktu yang ditentukan guru.
Suasana pembelajaran tetap berjalan
kondusif.

Gambar 8. Suasana sholat dzuhur
berjamaah.
Dalam gambar nampak jumlah
jamaah sholat dzuhur terlihat
sedikit, karena foto diambil pada
jam 13.30, sehingga jumlah
jamaah sholat dzuhur tidak
sebanyak pada saat memasuki
waktu sholat.

Gambar 9. Kegiatan Pramuka Dewan
Ambalan SMK Negeri 2 Wonosari,
penyerahan seribu pohon palem dan
aksi tanam seribu pohon di hutan
Wanagama.
Sebagai simbolisasi Kepala Sekolah
SMK Negeri 2 Wonosari menyerahkan
satu buah pohon palem kepada petugas
Wanagama.
Gambar 10. Teater Obar-Abir pada saat
pentas di Dikpora DIY saat peka pendidikan
yang diselenggarakan Mei 2013.
Teater Obar-Abir merupakan wadah bagi
siswa dan siswi SMK Negeri 2 Wonosari
dalam menyalurkan minat dan bakatnya di
seni teater panggung. Foto disamping hanya
sebagian kecil anggota teater Obar-Abir,
yang jumlah keseluruhan anggotanya
mencapai ratusan pelajar SMKN 2
Wonosari.
Gambar 11. Klub Karya Ilmiah
Remaja SMK Negeri 2 Wonosari
pada saat mengikuti pameran Klinik
Sains yang diselenggarakan oleh
Dikpora DIY di Taman Pintar.
Klub Karya Ilmiah Remaja telah
banyak memenangkan perlombaan
karya ilmiah mulai dari tingkat
kabupaten, propinsi hingga tingkat
nasional.

Gambar 12. Pelaksanaan LDDK
(Latihan Dasar-Dasar Kedisiplinan).
Dalam salah satu rangkaian kegiatan
LDDK terdapat kegiatan tonti yang
melibatkan
seluruh
siswa.
Pelaksanaan LDDK antara kelas X,
XI, dan XII dijadwalkan dalam
waktu
yang
berbeda.
Penyelenggaraan
LDDK
selalu
bekerjasama
dengan
pihak
Kepolisian, TNI, maupun dinas
terkait.
Gambar 13. Pelaksanaan Lomba
hari Kartini.
Terdapat berbagai macam lomba
yang diselenggarakan, salah satunya
adalah lomba dimas diajeng. Disini
dasar penilaian juri tidak hanya pada
penampilan busana tradisional yang
dikenakan oleh para kontestan saja,
tetapi
pertanyaan
sekitar
pengetahuan
umum
dan
permasalahan gender juga memiliki
bobot penilaian yang penting.
Pelaksanaan pendidikan karakter, tidak semata-mata tercermin dari
kegiatan akademis yang diselenggarakan oleh sekolah sebagai bagian dari
pelaksanaan kurikulum saja. Akan tetapi pendidikan karakter meliputi semua
hal yang mana dalam setiap kegiatan maupun tindakan warga sekolah

mengandung unsur-unsur nilai didalamnya. Dalam contoh yang sederhana,
bahkan pertemuan antara guru dengan murid pun memiliki makna pendidikan
karakter. Dalam pertemuan tersebut, apakan hanya sekadar berpapasan atau
dalam kegiatan yang bersifat lebih formal seperti pembelajaran maka akan
tersirat sikap yang dapat dinilai dan mengandung suatu arti. Apakah guru da
peserta didik bersikap ramah, santun, komunikatif, bersahabat dan sebaliknya.
Iklim dan suasana kondusif dapat terjadi manakala situasi tersebut
memang diupayakan atau sengaja diciptakan. Suasana kondusif tidak ada
dengan sendirinya, tanpa ada upaya dari semua pihak untuk bersama-sama
meraih tujuan mulia.
C. Pandangan Observer Sebagai Seorang Pendidik Mengenai Pelaksanaan
Pendidikan Karakter di Sekolah.
Akhir-akhir ini dunia pendidikan sedang gencar dengan upaya
mengintegrasikan pendidikan karakter dalam proses pembelajaran. Mulai dari
himbauan sampai pada keharusan bagi guru untuk menyusu RPP yang
didalamnya memuat aktivitas pembelajaran yang mampu memunculkan 18
nilai karakter dan budaya bangsa memang merupakan langkah positif untuk
menanamkan nilai-nilai luhur bagi generasi muda. Namun upaya tersebut
tidak boleh menjadikan pemerhati pendidikan untuk ‘stuck’ atau terjebak
dalam paradigm pengintegrasian pendidikan karakter dalam pembelajaran
yang dilangsungkan.
Hakikatnya,

pendidikan

karakter

tidak

sebatas

pada

pengejawantahan pada saat pembelajaran berlangsung. Pelaksanaan pedidikan
karakter sebenarnya telah dan dapat diintegrasikan dalam berbagai bentuk
interaksi pendidikan, baik yang bersifat formal maupun non formal. Oleh
karenanya, upaya untuk menanamkan karakter bangsa yang luhur harus lebih
diperluas lagi secara nyata dalam pola keseharian semua warga sekolah. Di
lingkungan sekolah, setiap orang dewasa sangat dimungkinkan dianggap dan
ditempatkan sebagai role model oleh peserta didik. Menjadi seorang teladan
tentu merupakan tanggung jawab moral yang berat, karena tidak ada manusia

yang serba sempurna. Demikian halnya seorang pendidik. Menjadi seorang
teladan bukan masalah pilihan atau bukan pilihan, tetapi berprofesi sebagai
seorang guru, akan secara otomatis menjadikan guru mau tidak mau dijadikan
sebagai teladan, terutama bagi murid-muridnya.
Hal ini menuntut guru untuk bersikap profesional. Penanaman
pendidikan karakter oleh guru, selain dapat diintegrasikan melalui
penyelenggaraan pembelajaran di kelas, juga dapat diinteraksikan dengan
profesionalisme guru dalam mengemban amanah sebagai seorang pendidik.
Kedisiplinan, kejujuran, ketegasan, kemampuan akademis merupakan aspekaspek yang ternyata sangat diperhatikan oleh banyak pihak, terutama peserta
didik. Tidak berlebihan rasanya jika guru seringkali medapatkan tanggapan
yang beragam dari peserta didiknya. Baik yang menyatakan kritik maupun
memperoleh kepercayaan dari peserta didik sebagai seorang guru yang
professional dan berkualitas.
Pendidikan karakter yang terintegrasi dan terinteraksi dalam setiap
aspek dan kegiatan yang berada di lingkungan sekolah akan lebih terjamin
pelaksanaannya manakala diselenggarakan oleh sekolah secara rapi atau
termanagemen. Managemen pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah
merupakan kerja bersama, sehingga harus melibatkan secara aktif semua
warga sekolah, agar tercipta atmosfer kehidupan kampus yang erat dengan
nilai-nilai karakter bangsa. Bila hal ini dapat dilaksanakan, tidak menutup
kemungkinan nilai-nilai karakter bangsa mampu terinternalisasi dalam diri
setiap peserta didik.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setiap lembaga pendidikan diwajibkan untuk melaksanakan
pendidikan karakter bagi peserta didiknya. Merebaknya degradasi
moralitas bangsa menjadikan pendidikan sekali lagi dituding belum
mampu menjalankan fungsinya untuk menghasilkan generasi penerus

bangsa yang tidak hanya cakap secara kemampuan akademis dan
keterampilan saja, namun juga memiliki sikap dan karakter yang cakap.
Menanamkan nilai-nilai karakter bangsa yang luhur bukanlah sebuah
langkah instan yang mudah dilakukan dan hasilnya langsung dapat dilihat.
Semua elemen bangsa tentunya memiliki kewajiban yang sama
dalam hal penanaman karakter bangsa pada generasi penerus bangsa.
Namun lembaga pendidikan memang memiliki porsi dan tanggung jawab
yang besar agar usaha tersebut dapat menuai hasil yang diharapkan. Oleh
karenanya pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah-sekolah yang saat
ini sangat gencar dilaksanakan senantiasa membutuhkan pemikiranpemikiran mutakhir. Tujuannya agar pelaksanaan pendidikan karakter
terutama di kalangan pelajar dapat dilakukan secara optimal, lebih terarah,
dan lebih termanagemen.
Sudah saatnya pelaksanaan pendidikan karakter di lingkungan
sekolah menjadi bagian dalam rencana kerja yang tidak hanya merambah
pada bidang kurikulum tetapi pada upaya menciptakan iklim penanaman
nilai-nilai yang terintegrasikan dengan rutinitas kehidupan sekolah. Dalam
rutinitas ini pendidikan karakter dapat disisipkan secara sistematis dan
melembaga, agar jaminan pelaksanaannya lebih nyata di lapangan.
Tata tertib siswa sebagai salah satu instrument pelaksanaan
pendidikan karakter di sekolah dijalankan secara tegas namun tetap
proporsional. Sebagaimana yang terjadi di SMK Negeri 2 Wonosari. Sudut
pandang mengenai pendidikan karakter dari aspek pelaksanaan tata tertib
di sekolah, tidak menjadikan hal ini sebagai pembatas bagi kreatifitas
siswa. Banyak kegiatan di luar pembelajaran yang juga memiliki andil
bagi penanaman karakter peserta didik. Intinya, seluruh kegiatan yang
terjadi dan diseleggarakan di lingkungan sekolah merupakan ‘saluran’ bagi
pelaksanaan pendidikan karakter itu sendiri.
B. Implikasi

Pelaksanaan observasi tersebut telah menambah wawasan
observer mengenai unit-unit pelaksana seperti kesiswaan dan Bimbingan
Konseling di sekolah, yang ternyata memiliki tugas yang berat sekaligus
fungsi yang vital dalam upaya penanaman karakter di lingkungan sekolah,
terutama

peserta didik sebagai targetnya. Upaya tersebut tidak akan

optimal jika segenap elemen lainnya tidak bekerja secara solid dan sinergis
dalam pelaksanaan penanaman karakter bagi peserta didik.
Setiap warga sekolah memiliki peranan yang sama porsinya, jika
berkaitan dengan tanggung jawab moral terhadap pelaksanaan pendidikan
karakter di sekolah. Setiap orang dewasa harus mampu menunjukkan sikap
dan perilaku yang baik, karena peserta didik sejatinya menempatkan
mereka sebagai teladan yang dapat dicontoh. Bilamana contohnya baik,
maka peserta didik akan mejadi baik, namun jika orang dewasa yang ada
di lingkungan sekolah justru tidak menunjukkan sikap yang seharusnya,
maka ini dapat dijadikan pembenaran bagi peserta didik untuk melakukan
perbuatan yang serupa yang tidak sesuai.
C. Saran
Setiap pendidik maupun pemerhati pendidikan memiliki peranan
penting dalam upaya penanaman karakter bangsa, terutama ditengahtengah peserta didik. Usaha tersebut terlampau berat manakala harus
dilakukan sendiri oelh seorang pendidik. Oleh karena itu, segenap
pendidik dan pemerhati pendidikan perlu secara bersama-sama saling
mendukung upaya penanaman karakter bangsa di kalangan peserta didik.
Sudah menjadi kewajiban moral bagi siapaun untuk menularkan nilai-nilai
luhur agar dapat teraplikasi dalam kehidupan sehari-hari. Harapannya,
pendidikan karakter yang dimulai dari lingkungan keluarga, maka akan
ditambah dan diperkuat melalui sekolah sebagai lembaga pendidikan
formal. Modal membangun dan memajukan bangsa tidaklah cukup dengan
berbekal pengetahuan saja. Menjadi insan yang berkepribadian mantap dan
memiliki karakter yang kuat merupakan asset utama dalam pembangunan

dan kemajuan bangsa. Krisis degradasi moral akan terus berlanjut, tetapi
upaya-upaya untuk mencegah dan mengatasinya pun tidak akan pernah
berhenti. Salah satunya dalah dengan pelaksanaan pendidikan karakter
bangsa yang luhur.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. Pengertian dan Penggunaan Teknik Pengumpulan Data Penelitian.
Diunduh dari http://dunia-penelitian.blogspot.com/2011/11/pengertiandan-penggunaan-teknik.html, diakses pada Selasa, 13 Juni 2013.
Suparlan. Praktik-Praktik Terbail Pelaksanaan Pendidikan Karakter (18 Nilai
Karakter Bangsa yang Harus Dimiliki Oleh Peserta Didik). Diunduh dari
http://suparlan.com/1318/2013/05/10/praktik-praktik-terbaik-pelaksanaanpendidikan-karakter/, diakses pada Kamis, 13 Juni 2013.