PENGARUH BRAIN GYM TERHADAP PENINGKATAN

PENGARUH BRAIN GYM TERHADAP PENINGKATAN KONSENTRASI
BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA KELAS VIII SMP
MUHAMMADIYAH 1 DEPOK
Navia Fathona H, Fiya Ma’arifa Ulya, Geffarina Firdaus
Divia Cita, M. Ikhwanul Kirom
Feti Diniyatul Mudrikah
Prodi Psikologi Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
ABSTRAK
Konsentrasi adalah pemusatan pikiran terhadap sesuatu tanpa terganggu oleh hal lain,
konsentrasi merupakan salah satu yang menunjang prestasi belajar seseorang. Banyaknya kompetensi
dalam belajar matematika menuntut seseorang untuk mampu berkonsentrasi agar memahaminya. Brain
Gym atau senam otak menjadi salah satu kegiatan yang digunakan untuk meningkatkan konsentrasi
belajar. Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui apakah brain gym

dapat meningkatkan

konsentrasi belajar siswa. Penelitian ini menggunakan desain penelitian quasi experiment one group pre
test post test design. Alat ukur yang digunakan adalah skala konsentrasi Nugroho (2007), yang memiliki
angka koefisien alpha = 0,829 dan memiliki koefisien correlated item to total correlation


sebesar

0,788.Teknik pengambilan sampel yang diunakan adalah quota sampling dengan subjek sebanyak 10
orang siswa yang memiliki skor konsentrasi belajar terendah. Hasil pengujian hipotesis menggunakan
teknik statistika Wilcoxon didapatkan signifikansi sebesar sig=0,223 atau p>0,05. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh pemberian brain gym terhadap konsentrasi belajar matematika
pada siswa SMP Muhammadiyah 1 Depok.
Kata kunci : konsentrasi belajar, brain gym.

PENDAHULUAN
Setiap orang tua tentunya menginginkan anak-anak mereka berprestasi di
sekolah, baik dalam bidang akademik maupun non akademik. Salah satu faktor yang
mempengaruhi prestasi dan keberhasilan anak dalam belajar adalah konsentrasi belajar
(Nuryana, 2010). Konsentrasi sendiri memiliki pengaruh yang besar pada proses belajar
karena konsentrasi salah satu hal yang menentukan keberhasilan dalam proses belajar
siswa (Prasanti, 2015). Untuk itu penting bagi kita melatih konsentrasi belajar pada anak
karena konsentrasi bukan bakat alami, tetapi diciptakan, direncanakan, dan dijadikan
1

kebiasaan belajar (Surya, 2013). Konsentrasi belajar merupakan suatu pemusatan

pikiran terhadap mata pelajaran dengan mengesampingkan semua hal lainnya yang tidak
berhubungan dengan pelajaran.
Konsentrasi merupakan inti dimana seseorang dapat mengingat dengan baik apa
yang ia perhatikan dan pelajari. Pikiran yang fokus dan perhatian pada informasi yang
akan di ingat akan mempercepat masuknya informasi tersebut ke dalam memori (ElBasyier, 2010). Hal Tersebut akan sangat membantu siswa dalam mengingat dan
memahami pelajarannya. Pada saat proses pembelajaran, siswa dituntut untuk dapat
memusatkan konsentrasinya pada mata pelajaran yang sedang dipelajari (Prasanti,
2015). Jika seseorang sulit berkonsentrasi maka belajar yang dilakukan akan sia-sia, dan
hanya membuang tenaga, waktu dan biaya (Setiani, 2014). Salah satu faktor yang
menyebabkan anak sulit berkonsentrasi adalah kurang minatnya anak-anak pada
pelajaran tersebut. Dan ketika otak dipaksakan untuk bekerja dan berkonsentrasi maka
akan menyebabkan ketidakseimbangan antara otak kanan dan otak kiri, juga dapat
mengakibatkan kelelahan pada otak sehingga konsentrasi belajar pada siswa menurun
(Nuryana, 2010). Masalah sulitnya berkonsentrasi ini sering dialami ketika mempelajari
ilmu pasti yaitu pelajaran matematika (Setiani, 2014).
Matematika adalah salah satu pelajaran yang sering dikatakan sulit oleh siswa.
Matematika menjadi momok dalam belajar. Persepsi anak yang mengatakan bahwa
matematika sulit membuat mereka menjadi takut bahkan sampai fobia pada bidang studi
ini (Sam’s, 2010). Menurut Myklebust dan Johnson matematika adalah bahasa simbolis
yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan

keruangan sedangkan fungsi teoritisnya adalah untuk memudahkan berfikir (Sam’s,
2010).
Elemen-elemen yang diperlukan dalam belajar matematika menurut Fanu
(2008) adalah kemampuan membaca dan menulis, kemampuan membedakan suatu
ukuran, kemampuan mengidentifikasi urutan-urutan, kemampuan menggunakan
symbol-simbol abstrak, kemampuan aritmatika, kemampuan spatial, kemampuan
menggunakan logika, memori jangka pendek dan memori jangka panjang.
Banyanykanya kompetensi yang dibutuhkan dalam bidang ini menjadikan anak sulit
menguasai persoalan matematis. Metode pengajaran yang konvensional dan metode

2

ceramah membuat anak semakin sulit belajar matematika (Agustin, 2011). Matematika
di pelajari semua tingkat pendidikan begitu pula dengan siswa Sekolah Menengah
Pertama (SMP).
Subjek dalam penelitian ini yaitu usia 13-15 tahun, menurut Hall yang disebut
sebagai bapak psikologi remaja, mengklasifikasikan seseorang yang berusia 12-25 tahun
masuk dalam tahap remaja (Sarwono, 2006). Pada fase ini seseorang mengalami
pubertas atau kematangan biologis, karena pada fase ini ditandai dengan perubahanperubahan fisik dan psikologi yang cepat. Fase ini adalah masa dimana individu
mengalami peralihan dari satu tahap ke tahap berikutnya dan mengalami perubahan baik

emosi, fisik, minat, perilaku, dan berbagai permasalahan di dalam dirinya. G. Stanley
Hall mengatakan bahwa anak pada usia remaja awal mengalami periode tekanan atau
stress (storm and stress) yaitu fase lebih emosional dari sebelumnya, banyak
pertentangan dari orang tua, guru, dan kawan-kawannya Salah satu efek umum dari
pada tingkah laku pubertas adalah bosan, gelisah dan merasa tidak aman, bingung, dan
banyak tingkah laku yang tidak wajar (Amruddin, 2006). Hal tersebut dapat
mempengaruhi konsentrasi belajar, karena salah satu faktor yang mempengaruhi
konsentrasi belajar adalah kondisi siswa ketika belajar.
Biasanya para pendidik menggunakan metode-metode tertentu untuk membuat
proses pembelajaran menjadi menyenangkan seperti belajar di tempat terbuka atau
menonton film sebagai metode pembelajaran. Meskipun begitu metode-metode tersebut
tidak selalu berhasil karena pada umumnya hanya mengoptimalkan sebagian fungsi
otak. Upaya untuk mengaktifkan semua dimensi otak bisa dilakukan dengan Brain Gym
atau senam otak.
Brain Gym atau senam otak menjadi salah satu alat bantu untuk memusatkan
konsentrasi. Sebuah studi menunjukkan bahwa dengan sering melakukan senam otak
akan meningkatkan konsentrasi (El-Basyier, 2010). Brain Gym dapat dilakukan untuk
menyegarkan fisik dan pikiran siswa setelah melalui proses pembelajaran yang
melelahkan. (Denisson, 2008). Walaupun kegiatannya sederhana, Brain Gym dapat
mempermudah penyesuaian terhadap ketegangan otot. Selain dapat membantu

meningkatkan konsentrasi, Brain Gym juga dapat mengurangi stress, menjernihkan
pikiran, meningkatkan daya ingat, dan lain sebagainya (Prasanti, 2015). Penelitian yang

3

dilakukan oleh Nuryana (2010) membuktikan bahwa Brain Gym sangat efektif dalam
meningkatkan konsentrasi belajar pada anak. Penelitian dilakukan pada 21 Mei 2015
bertempat di SMP Muhammadiyah 1 Depok. SMP ini adalah salah satu SMP swasta di
kabupaten Sleman Yogyakarta. Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu Adakah
pengaruh pemberian Brain Gym terhadap konsentrasi belajar matematika pada siswa
SMP Muhammadiyah 1 Depok?.
METODE
Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah quasi exsperiment
yaitu desain penelitian yang dilakukan ketika subjek tidak bisa di lakukan randomisasi
untuk mendapatkan perlakuan (Myers, 2001). Desain eksperimen kuasi yang digunakan
peneliti adalah one group pretest-postetst design, desain dimana satu kelompok
eksperiment diberikan pretest, perlakuan dan posttest (Latipun, 2015).
Variabel yang digunakan peneliti yaitu ;
1. Variabel bebas


: Brain Gym

2. Variabel Tergantung : Konsentrasi Belajar
Subjek Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah remaja di SMP Muhammadiyah 1 Depok.
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan teknik nonprobability
sampling dengan cara quota sampling, yaitu teknik pengambilan sample dimana jumlah
sampel sudah ditentukan sebelumnya (Myers, 2001). Sampel pada penelitian ini adalah
remaja yang berada di kelas VIII SMP Muhammadiyah 1 Depok.
Alat Ukur yang Digunakan
Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini di adaptasi dari skala konsentrasi
Nugroho yang di keluarkan pada tahun 2007 yang digunakan untuk mengetahui tingkat
konsentrasi belajar siswa. Skala ini berbentuk skala Guttman, skala Guttman adalah
skala yang hanya memiliki dua alternative jawaban yaitu; benar-salah, ya-tidak, sudahbelum, baik-buruk (Suseno, 2012). Dalam skala ini digunakan jawaban Iya-Tidak, item
favorable, jawaban “Iya” mendapat skor 1, dan jawaban “Tidak” mendapat skor 0.

4

Sedangkan item unfavorable, jawaban “Iya” mendapat skor 0, dan jawaban “Tidak”
mendapat skor 1.

Treatment
Treatment yang akan diberikan berupa Brain Gym atau senam otak yang
menjadi salah satu alat bantu untuk memusatkan konsentrasi. Sebuah studi
menunjukkan bahwa dengan sering melakukan senam otak akan meningkatkan
konsentrasi (El-Basyier, 2010). Treatment diberikan sebanyak satu sesi selama 20
menit. Sebelum memberikan treatment, peneliti melakukan seleksi kepada sampel
dengan menggunakan quota sampling untuk mendapatkan 10 siswa dengan konsentrasi
terendah. Peneliti menggunakan skala konsentrasi belajar dari Nugroho (2007) pada saat
seleksi dan posttest untuk mengetahui skor konsentrasi sebelum dan sesudah diberikan
brain gym.
Seleksi dilakukan pada awal pelajaran sebelum jam istirahat. Setelah melakukan
seleksi dan mendapat 10 siswa dengan konsentrasi belajar terendah, subjek diberikan
informed consent sebagai persetujuan untuk mengikuti penelitian dari awal hingga
akhir. Setelah itu peneliti melakukan treatment di tempat yang berbeda agar mengurangi
distraksi dari siswa lain. Treatment dilakukan setelah jam istirahat sebelum belajar
matematika dan di pimpin oleh seorang instruktur. Instruktur di pilih dari peneliti
sendiri. Sebelum melakukan Brain Gym, siswa bersama instruktur berlatih selama 10
menit, lalu melakukan brain gym bersama-sama diiringi instrument yang telah
disiapkan. Posttest diberikan ketika siswa telah selesai belajar matematika. Gerakangerakan Brain Gym yang akan diberikan sebagai berikut:
a. Pasang Telinga

Gerakan ini bertjuan untuk menyebrangi garis tengah pendengaran (termasuk
pengenalan, perhatian, pembedaan, bunyi, persepsi, dan ingatan melalui
pendengaran), mendengar suara sendiri, ingatan jangka pendek, keterampilan
bicara dalam hati dan berfikir, kebugaran fisik dan mental meningkat,
mendengar dengan kedua telinga bersama, mengaktifkan formation reticularis
(menyaring suara yang mengganggu dari yang perlu di dengar). Manfaat dalam
hal akdemik, gerakan ini dapat meningkatkan pemahaman ketika mendengar,

5

berbicara di depan umum, memainkan alat musik, menyanyi, berbicara dalam
hati dan penyampaian lisan, dan mengeja.
b. Sakelar Otak
Memijat sakelar otak (jaringan lunak di bawah tulang selangka di kiri dan kanan
tulang dada) yang terletak persis di atas pembuluh darah carotid dapat
memperbaiki sirkulasi oksigen. Disamping itu meletakkan tangan di pusar
membangun kembali pusat gravitasi tubuh. Gerakan ini dapat mengaktifkan otak
untuk mengirim pesan dari bagian otak kanan ke sisi kiri tubuh dan sebaliknya,
meningkatkan penerimaan, oksigen, stimulasi arteri karotis untuk meningkatkan
aliran darah ke otak, dan meningkatkan aliran elektromagnetik. Manfaat secara

akademik dari gerakan ini adalah dapat meningkatkan kemampuan membaca,
koordinasi tubuh, koreksi terbaliknya huruf dan angka, memadukan konsonan,
dan tetap di baris saat membaca.
c. Gerakan tangan jempol-kelingking
Gerakan ini dapat mengaktifkan otak untuk menyebrangi garis tengah
penglihatan untuk meningkatkan integrasi kedua sisi, memperbaiki penglihatan
dengan dua mata bersamaan dan meningkatkan koordinasi mata. Manfaat
meningkatkan kemampuan membaca (gerakan mata ke kanan dan kekiri),
pengenalan symbol untuk memahami arti tulisan (sandi) dan memecahkannya,
ingatan jangka panjang.
Metode Analisis Data
Penelitian ini menggunakan metode analisis data Wilcoxon menggunakan
aplikasi SPSS 16.0. Wilcoxon adalah salah satu teknik analisis statistik nonparametrik
yang bertujuan untuk menguji ada tidaknya perbedaan pada 1 variabel tergantung yang
bersifat interval atau rasio yang disebabkan oleh 1 variabel bebas yang bersifat nominal
atau ordinal. Data berasal dari 1 kelompok yang sama (Suseno, 2012).

6

HASIL

Tabel 1. Uji Hipotesis Wilcoxon
Z
-1, 219

Sig
0, 223

P
P> 0, 05

Ket
Ha ditolak

Berdasarkan analisis yang dilakukan dengan menggunakan aplikasi SPSS 16.0
dengan teknik analisis statistik Wilcoxon yang bertujuan untuk menguji ada tidaknya
perbedaan pada 1 variabel tergantung yang bersifat interval atau rasio yang disebabkan
oleh 1 variabel bebas yang bersifat nominal atau ordinal. Data berasal dari 1 kelompok
yang sama dengan subjek 0, 05. Dengan demikian,
Ha ditolak atau Ho diterima, yaitu tidak ada pengaruh pemberian brain gym terhadap
konsentrasi belajar matematika siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah 1 Depok,

Sleman.
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil uji hipotesis Wilcoxon diketahui bahwa pemberian Braim
Gym tidak mampu meningkatkan konsentrasi belajar matematika pada siswa kelas VIII
di SMP Muhammadiyah 1 Depok. Penelitian ini mendapatkan data bahwa di kelas VIII
D SMP Muhammadiyah 1 Depok dari 22 orang siswa di kelas, ada 1 siswa yang
memiliki konsentrasi belajar sangat rendah, 10 orang memiliki konsentrasi rendah, 9
orang memiliki konsentrasi belajar sedang, dan tidak ada siswa yang memiliki
konsentrasi tinggi. Banyak penelitian sebelumnya yang membuktikan bahwa Brain
Gym dapat mempengaruhi konsentrasi belajar. Penelitian yang dilakukan oleh Aryati
Nuryana dan Setiyo Purwanto dari Universitas Muhammadiyah Surakarta membuktikan

7

bahwa Brain Gym sangat efektif dalam meningkatkan konsentrasi belajar pada anak
dengan signifikansi 0, 002 atau P0.05 yang berarti bahwa
Ha ditolak dan H0 diterima, yaitu tidak ada pengaruh brain gym
terhadap peningkatan konsentrasi belajar matematika pada siswa
smp. Tidak adanya pengaruh konsentrasi oleh brain gym dipengaruhi
oleh

beberapa

hal

yang

dapat

dilihat

dalam

pembahasan.

Berdasarkan uji wilcoxon, penelitian ini mendapatkan data bahwa di kelas VIII D
SMP Muhammadiyah 1 Depok dari 22 orang siswa di kelas, ada 1 siswa yang memiliki
konsentrasi belajar sangat rendah, 10 orang memiliki konsentrasi rendah, 9 orang
memiliki konsentrasi belajar sedang, dan tidak ada siswa yang memiliki konsentrasi
tinggi. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi ditolaknya hipotesis yang telah
diajukan, yaitu kurangnya waktu dalam pemberian perlakuan, ketidakseriusan subjek
dalam mengikuti pelatihan dan juga kurangnya tingkat kejelian peneliti dalam konteks
prosedural.

9

SARAN
Dari penelitian yang telah dilakukan, maka disarankan untuk peneliti selanjutnya
yang ingin mengetahui pengaruh brain gym terhadap peningkatan konsentrasi belajar
dapat melakukan hal-hal sebagai berikut :
a. Memberikan perlakuan tidak hanya satu kali untuk melihat adanya pengaruh
bran gym terhadap peningkatan konsentrasi belajar. Karena konsentrasi bukan
bakat alami yang dimiliki seseorang, namun diciptakan, dibuat dan juga dilatih.
b. Mengontrol dan mengendalikan subjek agar serius dalam melakukan brain gym.
Karena subjek yang tidak serius dalam melakukan perlakuan akan sangat
berpengaruh terhadap hasil perlakuan dan penelitian.
c. Melakukan wawancara kepada subjek agar peneliti mengetahui bagaimana
perasaan dan kondisi subjek setelah di berikan Bain Gym.
DAFTAR PUSTAKA
Agustin, M. (2011). Permasalahan Belajar dan Inovasi Pembelajaran: Panduan Ilmu
untuk Guru, Konselor, Psikolog, Orang tua, dan Tenaga Kependidikan. Bandung:
Rafika Aditama
Amruddin dkk. (2006). Pendekatan Psikologi Pendidikan Anak. Yogyakarta: Pustaka
Timur
Dirgantoro, W. (2012) Efektivitas Layanan Bimbingan Kelompok dalam Meningkatkan
Konsentrasi Belajar Siswa Kelas XI IPS 3 SMA Kristen Purwodadi Tahun Ajaran
2011/2012. 2012. Skripsi, Online, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga
El-Basyier, Z. A. (2010). 5 Hari Asah Otak, Daya Ingatmu Setajam Silet. Yogyakarta:
Diva Press
Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989). Jakarta: Balai Pustaka
Latipun. (2015). Psikologi Eksperimen. Malang: UMM Press
Lestari, C. (2013). Penggunaan Metode Brain Gym Untuk Meningkatkan Konsentrasi
Anak Usia Dini Dalam Aspek Perkembangan Kognitif (Penelitian Tindakan Kelas Pada
Anak Kelas A Di TK Haruman Kecamatan Ujungberung Kabupaten Bandung). 2013.
Laporan Penelitian, Online, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung
Myers, A & Hansen, C. (2002). Experimental psychology: Fifth Edition. California:
Wadsworth Publishing

10