PENERAPAN PEMBELAJARAN DAN KOOPERATIF MODELT

Jurnal, Y usuf September 2012

1

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODELTWO STAY
TWO STRAY (TSTS) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
SISW A PADA MATA DIKLAT KEWIRAUSAHAAN
( StudiPada Kelas XSMK ARDJUNA 2 Malang)
Y usuf
Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang
Email : Oecoep_88@yahoo.com
Pembimbing1: Prof. Dr. Budi Eko Soetjipto, M.Ed, M.Si
Pembimbing 2: Imam Bukhori, S.Pd. M.M

Abstract. The objectives of this study are to scrutinize: (1) the implementation of
Cooperative Learning Model TSTS on basic competence of Developing SelfCommitment and Others for tenth grade students at SMK Ardjuna 2 Malang; (2) the
students’ learning outcome after enrolling themselves on Cooperative Learning Model
TSTS;(3) the response of students toward the basic competence on basic competence of
Developing Self-Commitment and Others after enrolling themselves on Cooperative
Learning Model TSTS;(3) the response of students toward the basic competence on basic
competence of Developing Self-Commitment and Others, and(4) the obstacles that arise

during the implementation of Cooperative Learning Model TSTS. This research falls
under the category of what so-called Classroom Action Research by implementing
qualitative approach. Yet, the subjects in this study are the tenth grade students in SMK
Ardjuna 2 Malang. Data collection techniques in this study uses test, questionnaire,
interview, observation, and documentation. Meanwhile, it was conducted through two
cycles in which each cycle consists of 4 stages. The results of the implementation of
Cooperative Learning Model TSTS obtained from the students' cognitive aspects prove
that there is a positive progress from cycle I to cycle II. It is supported by the fact that the
implementation in cycle II always gets improvements gained from reflection in cycle I.
Meanwhile, the average score for daily tests before deploying TSTS Model is 6.7 and
increased to 7.6 in the post test in cycle I. Yet, the average score of post test in cycle II is
8.5. While the classical cognitive completeness also increased gradually in the post test of
cycle I is 71.42% and 88.57% in the post test in cycle II. Based on the of the data analysis
above mentioned, the conclusion of this study are: in general, the implementation of
Cooperative Learning Model TSTS is proven able to enhance student’s learning
outcomes; conversely, the implementation of TSTS Model on basic competence of
Developing Self-Commitment and Others for the tenth grade students at SMK Ardjuna 2
Malang results based on the questionnaire stating that students are happy with the
Learning Model TSTS especially when they are working in groups. In this case, the
variety of groups which work cooperatively could foster a sense of mutual affection.

Thus, this statement gets the highest response from the students. The evidence is seen
when the group learning is being implemented, students seemed more interested in
following the activities rather that having their own discussion with their own friends.
Keywords :Two Stay Two Stray Model (TSTS), learning outcome
Abstrak.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan: (1) Penerapan
Pembelajaran Kooperatif Model TSTS pada kompetensi dasar Membangun Komitmen
Bagi Dirinya dan Orang Lain siswa kelas X di SMK Ardjuna 2 Malang. (2) hasil belajar
siswa setelah mengikuti pembelajaran kooperatif model TSTS. (3) respon siswa pada
kompetensi dasar Membangun Komitmen Bagi Dirinya dan Orang Lain. (4) Hambatanhambatan yang muncul selama diterapkannya pembelajaran kooperatif model TSTS.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian tidakan kelas dengan menggunakan pendekatan
kualitatif. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMK Ardjuna 2 Malang.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan tes, angket, wawancara,
observasi, dan dokumentasi. Prosedur penelitian tindakan kelas ini dilakukan melalui dua

Jurnal, Y usuf September 2012

2

siklus dimana tiap siklus terdiri dari 4 tahap. Hasil belajar pada penerapan Pembelajaran
Kooperatif Model TSTS yang diperoleh siswa dari aspek kognitif terbukti mengalami

peningkatan dari siklus I ke silkus II karena dalam pelaksanaan disiklus II selalu
mendapatkan perbaikan yang diperoleh dari refleksi disiklus I. Rata-rata ulangan harian
sebelum diterapkan Model TSTS sebesar 6,7 dan meningkat menjadi 7,6 pada post test
siklus I. Sedangkan nilai rata-rata post test siklus II adalah 8,5. Ketuntasan klasikal ranah
kognitif juga mengalami peningkatan. Pada post test siklus I sebesar 71,42%, meningkat
pada post test siklus II menjadi 88,57%. Berdasarkan hasil analisis data tersebut,
diperoleh simpulan penelitian yaitu: penerapan Pembelajaran Kooperatif Model TSTS
terbukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa, sedangkan untuk penerapan Model TSTS
pada kompetensi dasar membangun komitmen bagi dirinya dan orang lain hasil angket
yang menyatakan bahwa siswa senang dengan Model Pembelajaran TSTS terutama ketika
bekerja sama dalam kelompok yang bervariasi karena dapat memupuk rasa saling
menyayangi, pernyataan ini mendapatkan respon paling tinggi dari siswa. Terlihat ketika
penerapan belajar berkelompok, siswa tampak lebih berminat mengikuti kegiatan belajar
saat berdiskusi dengan temannya sendiri.
.
Kata Kunci : Model Two Stay Two Stray (TSTS), Hasil belajar siswa

Pembaharuan pendidikan harus dilakukan untuk meningkatkan kualitas
pendidikan Nasional, sehingga diharapkan dapat meningkatkan harkat, martabat
manusia Indonesia (Nurhadi, 2004:1). Salah satu upaya yang dapat dilakukan

untuk meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia adalah dengan cara merubah
paradigma pembelajaran, dari pembelajaran yang berpusat pada guru t(eacher
centered) ke arah pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered).
Teacher centered adalah suatu metode pembelajaran di mana guru yang lebih
mendominasi kelas.
Metode belajar kelompok dalam kelas yang sudah diterapkan oleh guru
pada mata diklat kewirausahaan tidak dimanfaatkan dengan baik oleh siswa untuk
meningkatkan pengetahuan dan kemampuan mereka, para siswa malah
memboroskan waktu dengan bermain, bergurau dan sebagainya.Pembelajaran
kooperatif merupakan pembelajaran yang dinilai cukup efektif untuk mengatasi
berbagai macam permasalahan dalam kelas seperti permasalahan di atas.Oleh
karena itu, model pembelajaran merupakan hal yang sangat penting dalam proses
pembelajaran dalam kelas. Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan
dalam pembelajaran kooperatif pada mata diklat kewirasuahaanadalah Model
pembelajaran yang berkaitan dengan proses diskusi dalam kelas adalahTwo Stay
Two Stray (TSTS).
Observasi yang dilakukan di SMK Adjuna 2 Malang (5 Maret 2012),
menunjukkan bahwa siswa sering ramai dalam pembelajaran.Jika diamati dari

Jurnal, Y usuf September 2012


2

kegiatan pembelajaran di kelas X Administrasi Perkantoran siswa sering ramai
dalam mengikuti pembelajaran.Sumber belajar dari modul/buku paket.Tetapi
siswa terlihat masih sulit untuk memahami materi.
Lie (2010:60) mengemukakan bahwa Model Two Stay Two Stary (TSTS)
merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang dapat memberikan
kesempatan kepada anggota kelompok yang berdiskusi untuk membagi hasil dan
informasi kepada kelompok lain. Saat diskusi siswa diharapkan lebih aktif, baik
sebagai penerima tamu yang menyampaikan hasil diskusi maupun sebagai tamu
yang bertanya informasi kepada kelompok lain. Model TSTS merupakan model
pembelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan kerja sama siswa dalam
kelompok berkaitan dengan kehidupan nyata bahwa manusia sebagai makhluk
sosial yang membutuhkan bantuan orang lain.
Hamalik (2004:135) menyimpulkan bahwa “hasil belajar merupakan
pernyataan kemampuan siswa yang diharapkan dalam menguasai sebagian atau
seluruh kompetensi yang dimaksud”.Hasil belajar yang dimaksud Hamalik
tersebut dapat dibedakan menjadi dua, yaitu dampak pembelajaran dan dampak
pengiring.Y ang dimaksud dengan dampak pembelajaran adalah suatu hasil yang

tertuang dalam nilai rapor dan angka dalam ijazah yang dapat diukur. Sedangkan
yang dimaksud dengan dampak pengiring yaitu terapan pengetahuan dan
kemampuan di bidang lain.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka diambil rumusan masalah
sebagai berikut : (1) Bagaimanakah penerapan pembelajaran kooperatif model
Two Stay Two Stray pada kompetensi dasar membangun komitmen bagi dirinya
dan orang lain siswa kelas X SMK Ardjuna 2 Malang? ; (2) Apakah penerapan
pembelajaran kooperatif Model T wo Stay Two Stray dapat meningkatkan hasil
belajar siswa kelas X SMK Ardjuna 2 Malang pada Mata Pelajaran
Kewirausahaan? ; (3) Kendala-kendala apa serta faktor pendukung apa sajakah
saat penerapan pembelajaran kooperatif Model Two Stay Two Stray dalam
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas X SMK Ardjuna 2 Malang
pada Mata Pelajaran Kewirausahaan? ; (4) Bagaimanakah respon siswa terhadap
pembelajaran Two Stay Two Stray di kelas X SMK Ardjuna 2 Malang?

3

Jurnal, Y usuf September 2012
METODE


Penelitian ini dilaksanakan di SMK Ardjuna 2 Malang yang beralamat di
Jl. Teluk Pelabuhan Ratu 41 Malang, Telp. (0341) 492423.Sedangkan subyek
dalam penelitian ini adalah siswa kelas X Program Keahlian Administrasi
perkantoran

pada

mata

diklat

kewirausahaan

yang

terdiri

dari

34


siswa.Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif, sedangkan jenis penelitian yang digunakan adalahClassroom Action
Research (CAR) atau Penelitian Tindakan Kelas (PTK).Dalam penelitian ini
peneliti bertindak sebagai pelaksana kegiatan, perencana tindakan, pengumpul
data, penganalisa data sekaligus sebagai pelapor hasil penelitian.Karena alasan
tersebut maka kehadiran peneliti sangat diperlukan dalam setiap kegiatan di
tempat penelitian.
Analisis data kualitatif dalam penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap
yaitu a) Reduksi data, b) Penyajian data, c) Penarikan Kesimpulan.
Analisis Untuk mengukur hasil belajar ranah kognitif guru memberikan
soalpost test masing-masing berjumlah 5 butir. Siswa diberi waktu 10 menit untuk
mengerjakan soal tersebut. Sesuai dengan ketepatan di SMK Ardjuna 2 Malang,
bahwa seorang siswa dikatakan tuntas belajar apabila telah mencapai nilai 75.
Suatu pembelajaran di kelas disebut tuntas apabila≥ 85% siswa di kelas tersebut
mencapai 75.Untuk mengetahui respon siswa setelah mengikuti pembelajaran
kooperatif model Two Stray Two Stray (TSTS) data yang digunakan adalah
menggunakan

Analisis Prosentase. Adapun setiap munculnya deskriptor


menggunakan tanda (√) dengan kemunculan 1 tanda cek sebanding dengan skor
perolehan 1.Skor yang muncul terhadap masing-masing indikator dijumlahkan
dan hasilnya disebut jumlah skor.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya, lembar
observasi aktivitas guru, untuk menilai keberhasilan penerapan metode
(TSTS).Soal post-tes untuk mengukur perkembangan belajar dan pemahaman
siswa terhadap materi yang diberikan oleh peneliti/guru. Catatan lapangan
digunakan untuk mencatat hal – hal penting yang tak terekam pada instrument
lain, juga digunakan sebagai cross check data. Dokumentasi berupa foto – foto
kegiatan selama penelitian, sebagai bukti bahwa penelitian benar – benar

Jurnal, Y usuf September 2012

4

dilaksanakan, dan lembar wawancara guru dan siswa yang digunakan untuk
mendapatkan informasi pra tindakan dan setelah tindakan.

HASIL PENELITIAN

Siklus I dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan dengan alokasi waktu 2 jam
pelajaran (2 x 45 menit). Pertemuan pertama siklus I dilaksanakan pada tanggal 10
Mei 2012, pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 17Mei2012. Tindakan
siklus I pada tanggal10 Mei2012, peneliti membahas kompetensi dasar
Membangun komitmen bagi dirinya dan orang lain.Ditemani dengan 2 observer,
pada pertemuan pertama ini peneliti menggunakan metode konvensional berupa
ceramah dan tanya jawab, dengan menggunakan metode ini terlihat siswa masih
enggan untuk menyampaikan jawaban/pendapatnya.
Setelah melakukan pembelajaran pertemuan pertama, peneliti melakukan
refleksi dengan observer untuk mempersiapkan pertemuan kedua pada Siklus I
dengan menggunakan metode Two Stay T wo Stray (TSTS).Peneliti membagi
siswa menjadi 8 kelompok yang masing-masing beranggotakan 4 orang dan ada
yang 5 orang.
Pertemuan kedua pada Siklus I dilaksanakan pada tanggal 17 Mei
2012.Peneliti menjelaskan secara garis besar materi, selanjutnya siswa diminta
untuk berkelompok sesuai dengan kelompok yang sudah di bentuk pada
pertemuan sebelumbya.Setelah siswa duduk berdasarkan kelompoknya, maka
peneliti membagikan lembar diskusi kelompok siklus I seperti yang tercantum
pada Lampiran . Terdapat empat hal yang harus di diskusikan oleh siswa. Siswa
diberi waktu untuk berdiskusi selama 25 menit. Setelah selesai berdiskusi, dua

orang dari masing-masing kelompok diberi waktu selama 20 menit untuk
menyebar atau bertamu ke kelompok lain mencari informasi. Selama proses
pertukaran informasi, siswa cukup ramai dan kurang tertib. Setelah 20 menit
berakhir, mereka harus kembali ke kelompok awal dan mendiskusikan kembali
hasil temuan dari kelompok lain. Selanjutnya, guru memberikanPost-test Siklus I
kepada siswa dan tugas tentang pembelajaran yang akan dilakukan yang akan
datang.Setelah pembelajaran pada pertemuan kedua selesai guru melakukan
refleksi dengan para observer.

5

Jurnal, Y usuf September 2012

Siklus II dilakukan pada tanggal 24 Mei 2012, Pada pertemuan ini terdapat
sedikit perbedaan pada pembelajaran siklus I. Apabila pada siklus I menjadi tamu
maka pada siklus II harus tetap tinggal dalam kelompok. Sebaliknya, apabila pada
siklus I tetap tinggal dalam kelompok maka pada siklus II harus menjadi tamu.
Hal tersebut bertujuan untuk menghindari

kebosanan. Kemudian guru

menyampaikan kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran yang harus dicapai
pada pertemuan kali ini.
Selanjutnya Siswa diberi waktu 25 menit untuk diskusi kelompok. Jika
dibandingkan dengan kegiatan diskusi saat siklus I, siswa pada diskusi kali ini
lebih aktif. Pada Akhir pertemuan guru memberikanPost-test Siklus II Setelah
pembelajaran selesai dilakukan refleksi, sesuai observasi bahwa pembelajaran
pada Siklus II ini guru mampu menguasai keadaan kelas dan mengalokasikan
waktu dengan baik, siswa pun menjadi lebih berani dalam mengungkapkan
pendapat dan jawaban.
Hasil Belajar siswa dapat dilihat dari tabel dibawah.
TabelPerbandinga Nilai Ulangan Harian, Post Test Siklus I dan Post Test Siklus II
Nilai Ulangan Post Test
Post Test
Nomor Absen
L/P
Ket
Ket
Harian
1
2
1

P

8,6

8,5

T

8,5

T

2

P

5,1

0

BT

6,0

BT

3

P

4,5

8,5

T

9,0

T

4

P

5,0

8,0

T

9,5

T

5

P

5,6

7,5

T

10,0

T

6

P

8,0

8,5

T

9,5

T

7

P

6,4

7,0

BT

8,8

T

8

P

4,5

7,0

BT

10,0

T

9

P

7,6

7,0

BT

7,3

BT

10

P

7,5

8,5

T

9,5

T

11

P

8,4

0

BT

8,5

T

12

P

6,0

7,0

BT

9,0

T

13

P

5,5

7,0

BT

8,5

BT

14

P

8,4

7,5

T

9,0

T

6

Jurnal, Y usuf September 2012
15

P

6,2

8,0

T

7,5

T

16

P

5,1

7,5

T

8,8

T

17

P

4,7

7,5

BT

8,0

T

18

P

8,2

8,0

T

9,0

T

19

P

8,0

7,5

T

9,5

T

20

P

6,3

7,5

T

8,0

T

21

P

7,7

6,5

BT

7,5

T

22

P

6,3

8,5

T

8,5

T

23

P

8,5

8,5

T

9,0

T

24

P

8,0

7,8

T

9,5

T

25

P

5,5

8,0

T

7,5

T

26

P

7,7

6,5

BT

9,5

T

27

P

8,2

7,0

BT

8,5

T

28

P

6,5

8,0

T

7,0

T

29

P

5,5

6,5

BT

8,0

T

30

P

7,6

7,5

T

8,8

T

31

P

6,4

8,5

T

8,5

T

32

P

8,0

8,0

T

9,0

T

33

P

7,5

6,5

BT

9,0

T

34

P

5,6

7,5

T

7,0

BT

35

P

6,0

7,5

T

8,0

T

Ketercapaian KKM

75

75

75

Rata-rata Kelas

6,7

7,6

8,5

Nilai Tertinggi

8,6

8,5

10,0

Nilai Terendah

4,5

6,5

6,0

Keterangan:
T

: Tuntas

BT

: Belum Tuntas

Jurnal, Y usuf September 2012

7

Dari tabel di atas dapat kita lihat bahwa ada peningkatan nilai hasil belajar
siswa sebelum diadakan tindakan dan sesudah diadakan tindakan, baik itu dari
siklus I menuju siklus II juga terlihat adanya peningkatan. Pada siklus I, tingkat
keberhasilan yang hanya sebesar 71,4%, menurut Purwanto (2009:103), termasuk
dalam kategori C (”Cukup”) karena berada dalam rentang 60-75%. Pada tingkat
keberhasilan tersebut, nilai rata-rata kelas sudah mencapai nilai KKM sebesar 7,8
dan dengan nilai tertinggi sebesar 8,5, dari 35 siswa yang mendapat nilai tersebut
sebanyak 8 siswa. Sedangkan nilai terendahnya adalah 6,5 dan hanya 2 orang saja
yang mendapatkan nilai tersebut.
Selanjutnya pada siklus II, tingkat keberhasilan mengalami peningkatan
menjadi sebesar 88,5%. Menurut Purwanto (2009: 103), dikategorikan ”Sangat
Baik” jika berada dalam rentang 86-100% dan disimbolkan dengan huruf A.
Untuk itu, keberhasilan hasil belajar pada siklus II ini termasuk dalam kategori A
(”Sangat Baik”). Dengan nilai rata-rata kelas mencapai 8,5 dan nilai tertinggi
sebesar 10 yang dimiliki oleh 2 orang siswa dari 35 siswa, sedangkan nilai
terendah dengan nilai 6,0 hanya diperoleh 1 siswa saja
Selama dilakukan penelitian / penerapan model pembelajaranTwo Stay
Two Stray (TSTS) didapatkan beberapa temuan penelitian dan beberapa hal yang
perlu dilakukan, yaitu: Pertama, Siswa tidak canggung lagi, sudah mulai nyaman
dengan kehadiran peneliti.Kedua, Siswa sudah tidak tampak pasif dalam kegiatan
tanya jawab, saat peneliti memberikan pertanyaan bebarapa siswa mulai
menimpali jawabanKetiga, Dalam kerjasama kelompok, terlihat sudah mulai aktif
bertukar pikiran, namun masih ada salah satu kelompok yang didominasi oleh satu
anak.Keempat, Siswa sudah mulai beradaptasi dan tidak asing lagi dengan Model
Pembelajaran TSTS sehingga siswa sudah lebih memahami tugasnya.

PEMBAHASAN
Peneliti menerapkan pembelajaran modelT wo Stay Two Stray (TSTS) pada
mata pelajaran Kewirausahaan dengan harapan mendorong siswa untuk lebih aktif
lagi dalam proses pembelajaran. Penerapan pembelajaran modelTSTSdi SMK
Ardjuna 2 pada mata pelajaran Kewirausahaan dilakukan melalui 2 siklus.
Adapun alasan penelitian terdiri dari 2 siklus antara lain (1) ada persiapan bagi

8

Jurnal, Y usuf September 2012

siswa untuk mengetahui tahap-tahap model pembelajaran TSTS, (2) ada
kesempatan mengoreksi soal post-test dan lembar observasi aktivitas guru dan
siswa.
Pembelajaran Two Stay Two Strayini diterapkan pada siswa kelas X
Program Keahlian Administrasi Perkantoran di SMK Ardjuna 2 Malang.Siswa
kelas X Program Keahlian Administrasi Perkanrotan berjumlah 35 siswa yang
mayoritas berjenis kelamin perempuan. Mata pelajaran yang digunakan adalah
Kewirausahaan dengan menggunakan Standart Kompetensi “Mengaktualisasikan
sikap dan perilaku wirausaha” dengan Kompetensi Dasar “Membangun komit
bagi dirinya dan bagi orang lain”. Alokasi waktu yang digunakan pada setiap
pertemuan adalah 2x40 menit. Menurut Lie:2010 bahwa dalam Two Stay Two
Stray siswa bekerja dengan lima langkah, dan langkah-langkah itupun dilakukan
dalam penelitian ini.
Hasil belajar mencerminkan kemampuan siswa dalam mencapai suatu
kompetensi dasar. Hasil belajar berfungsi sebagai petunjuk tentang perubahan
tingkah laku yang akan dicapai oleh siswa sehubungan dengan kegiatan
pembelajaran yang dilakukan. Perbandingan keduapost test antara siklus I dan
siklus II pada mata pelajaran kewirausahaan menunjukkan bahwa pada Siklus I
untuk post test yang tuntas belajar sebesar 71,4% atau sebanyak 25 siswa, hal ini
menunjukkan pada siklus I siswa belum mencapai ketuntasan klasikal. Namun
pada siklus II telah mencapai ketuntasan secara klasikal karena siswa yang sudah
tuntas belajar sebesar 88,5% atau sebanyak 31 siswa. Karena dapat dikatakan
tuntas jika 85% dari keseluruhan jumlah siswa telah mencapai nilai 75.
Berdasarkan hasil temuan pada penelitian ini, telah terjadi peningkatan
hasil belajar setelah diterapkan pembelajaran kooperatif model Two Stay Two
Stray. Sehingga pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray

sesuai untuk

diterapkan. Penemuan ini mendukung penemuan pada penelitian sebelumnya,
antara lain penelitian Arif (2009) yang berjudul penerapan pembelajaran
kooperatif model Two Stay Two Stray (TSTS) untuk meningkatkan aspek kognitif
dan aspek afektif siswa kelas VII di SMP Negeri 1 Singosari, dan penelitian
Susantika (2009) pengaruh penerapan pembelajaran kooperatif model Dua
Tinggal Dua Tamu (Two Stay Two Stray) terhadap hasil belajar geografi siswa
kelas VII SMP Negeri 1 Bandung Tulungagung.

9

Jurnal, Y usuf September 2012

Faktor Penghambat yang ditemui peneliti ketika menerapakan model
pembelajaran Two Stay Two Strayadalah sebagai berikut: Pertama,Penyampaian
materi terlalu singkat sehingga saat Pembelajaran TSTS siswa masih banyak yang
bertanya terkait materi.Kedua: Pada saat peneliti mengajukan pertanyaan untuk
menggali kemampuan awal hanya sebagian siswa yang berani menjawab, itupun
siswa menjawab secara bersamaan, dan pada saat peneliti

menyuruh

mengacungkan tangan apabila ingin menjawab tidak ada satupun yang berani
mengacungkan tangannya. Ini mungkin terjadi karena siswa masih canggung
dengan kehadiran peneliti atau mungkin juga karena tebiasa dengan pembelajaran
model ceramah sehingga mereka tidak terbiasanya untuk menyampaikan gagasangagasannya, Ketiga :Sulitnya pengorganisasian diskusi, karena pola pembelajaran
ini melibatkan penuh peran siswa dalam proses belajar mengajar. Hal ini
disebabkan siswa masih asing dengan pola pembelajaran seperti ini, Keempat
:Kerjasama dalam kelompok masih kurang, beberapa siswa masih belum
melaksanakan tugasnya sebagai anggota kelompokKerjasama dalam kelompok
masih kurang, beberapa siswa masih belum melaksanakan tugasnya sebagai
anggota kelompok, Kelima : Penerapan Model Pembelajaran TSTS membutuhkan
banyak waktu, siswa banyak mengeluh waktu yang diberikan kurang untuk
memahami lebih dalam materi pembelajaran.
Adapun cara untuk mengatasi faktor penghambat dalam pelaksanaan
pembelajaran kooperatif modelT wo Stay Two Stray(TSTS) adalah sebagai berikut:
PertamaPeneliti harus lebih terampil dalam membagi waktu agar siswa tidak
merasa kelabakan dengan pemberian waktu yang singkat, lebih dahulu tegaskan
kepada siswa alokasi waktu yang diberikan agar siswa bisa menggunakan
waktunya dengan baik.Kedua, Peneliti akan lebih memotivasi siswa untuk
menyampaikan segala pertanyaan apabila siswa kurang jelas, atau kurang
mengerti dengan materi yang disampaikan.Ketiga, Mengatasi kesulitan dalam
pengorganisasian

diskusi,

peneliti

menjelaskan

kembali

langkah-langkah

pembelajaran sampai siswa benar-benar paham dan mengamati setiap kelompok
serta membantu kelompok apabila mengalami kesulitan dalam melakukan
tahapan-tahapan dalam pembelajaran.Keempat, Peneliti lebih menekankan betapa
pentingnya anggota kelompok untuk saling bekerja sama dalam belajar, saling
berbagi, saling menerima pendapat, saling menghargai pendapat kelompok,

10

Jurnal, Y usuf September 2012

karena keberhasilan kelompok tergantung pada kerjasama dan kekompakan setiap
anggota dalam kelompok, Kelima, Peneliti harus lebih terampil dalam membagi
waktu agar siswa tidak merasa kelabakan dengan pemberian waktu yang singkat,
lebih dahulu tegaskan kepada siswa alokasi waktu yang diberikan agar siswa bisa
menggunakan waktunya dengan baik.
Berdasarkan hasil temuan pada penelitian ini, telah terjadi peningkatan
hasil belajar setelah diterapkan pembelajaran kooperatif model Two Stay Two
Stray. Sehingga pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray

sesuai untuk

diterapkan. Penemuan ini mendukung penemuan pada penelitian sebelumnya,
antara lain penelitian Arif (2009) yang berjudul penerapan pembelajaran
kooperatif model Two Stay Two Stray (TSTS) untuk meningkatkan aspek kognitif
dan aspek afektif siswa kelas VII di SMP Negeri 1 Singosari, dan penelitian
Susantika (2009) pengaruh penerapan pembelajaran kooperatif model Dua
Tinggal Dua Tamu (Two Stay Two Stray) terhadap hasil belajar geografi siswa
kelas VII SMP Negeri 1 Bandung Tulungagung.

PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada
bab

sebelumnya, dapat disimpulkan

bahwa:Pertama, Penerapan

model

pembelajaran T wo Stay Two Stray diterapkan pada siswa kelas X Jurusan
Administrasi Perkantoran di SMK Ardjuna 2 Malang. Siswa kelasa X Jurusan
Administrasi Perkantoran berjumlah 35 siswa yang mayoritas berjenis kelamin
perempuan. Mata pelajaran yang digunakan adalah Kewirausahaan dengan
menggunakan Standart Kompetensi “Mengaktualisasi Sikap dan Perilaku
Wirausaha” dengan Kompetensi Dasar “Membangun komit bagi dirinya dan
orang lain”. Materi pembelajaran yang digunakan selama penelitian yaitu pada
siklus I pertemuan 1 dan 2 “Pengertian Komitmen Tinggi”, sedangkan pada siklus
II pertemuan 1 dan 2 “Pentingnya komitmen tinggi bagi wirausaha”.Alokasi
waktu yang digunakan pada setiap pertemuan adalah 2x40 menit.Pembagian
kelompok pada siklus I dan siklus II ditentukan oleh peneliti, setiap kelompok
terdiri dari 4-5 siswa, jumlah siswa di kelas X Admininstrasi Perkantoran 35

Jurnal, Y usuf September 2012

11

siswa sehingga terbentuk 8 kelompok.Ada dua kelompok yang beranggotakan 5
siswa yaitu kelompok 3 dan kelompok 7. Hasil dari penerapan

metode

pembelajaran model T wo Stay Two Stray ini dapat meningkatkan hasil belajar
siswa. Hal ini terbukti dengan meningkatnya prestasi belajar siswa.
Kedua,
Pembelajaran kooperatif model T wo Stay T wo Stray dapat meningkatkan hasil
belajar siswa. Hasil belajar penerapan Pembelajaran Kooperatif Model TSTS yang
diperoleh siswa dari aspek kognitif mengalami peningkatan dari siklus I ke silkus
II karena dalam pelaksanaan disiklus II selalu mendapatkan perbaikan yang
diperoleh dari refleksi disiklus I. Rata-rata ulangan harian sebelum diterapkan
Model TSTS sebesar 6,7 dan meningkat menjadi 7,6 pada post test siklus I.
Sedangkan nilai rata-rata post test siklus II adalah 8,5. Ketuntasan klasikal ranah
kognitif juga mengalami peningkatan. Pada post test siklus I sebesar 71,4%,
meningkat pada post test siklus II menjadi 88,5%.Ketiga, Penerapan Model TSTS
pada kompetensi dasar membangun komitmen bagi dirinya dan orang lain adalah
sangat baik, hal ini berdasarkan pada hasil angket yang menyatakan bahwa siswa
senang dengan Model Pembelajaran TSTS terutama ketika bekerja sama dalam
kelompok yang bervariasi karena dapat memupuk rasa saling menyayangi,
pernyataan ini mendapatkan respon paling tinggi dari siswa. Terlihat ketika
penerapan belajar berkelompok, siswa tampak lebih berminat mengikuti kegiatan
belajar saat berdiskusi dengan temannya sendiri.

SARAN
Berdasarkan pada hasil penelitian yang telah dilakukan, saran yang dapat
diajukan oleh peneliti adalah:Pertama, Guru mata pelajaran Kewirausahaan
hendaknya mulai mencoba menerapkan model pembelajaranTwo Stay Two Stray
(TSTS)di dalam proses pembelajaran, karena dengan menggunakan model
pembelajaran akan menuntut siswa menjadi lebih aktif. Sehingga secara tidak
langsung akan berpengaruh pada hasil belajar yang dipeoreleh siswa. Dan Guru
tidak bosan-bosannya selalu memberikan motivasi kepada siswa untuk
menyampaikan pendapatnya dan jangan takut salah dalam mengemukakan suatu
pendapat. Guru sebaiknya selalu memberikan motivasi dengan memberikan poin
kepada siswa yang berani menjawab dan bertanya dalam diskusi supaya rasa

Jurnal, Y usuf September 2012

12

percaya diri siswa dalam mengemukakan pendapat mulai tumbuh.Kedua, Siswa
hendaknya mempersiapkan diri dengan belajar terlebih dahulu sebelum mengikuti
pembelajaran di kelas, sehingga pada saat diskusi kelas siswa mudah mengikuti
pembelajaran.Selain itu siswa harus bisa berteman atau bersosialisasi dengan
semua teman dalam satu kelas.Ketiga, bagi peneliti selanjutnyadisarankan kepada
peneliti selanjutnya agar melakukan penelitian dengan menerapkan pembelajaran
model Two Stay Two Stray (TSTS) untuk meningkan hasil belajar pada mata
pelajaran kewirausahaan.

Jurnal, Y usuf September 2012

13

DAFTAR RUJUKAN
Arif, B. 2009. Penerapan pembelajaran kooperatif model Two Stay T wo Stray
(TSTS) untuk meningkatkan aspek kognitif dan aspek afektif siswa kelas
VII di SMP Negeri 1 Singosari, (Online), (http://karyailmiah.um.ac.id/index.php/fisika/article/view/1911).
Arikunto, S. 2003. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Arikunto, dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT. Bumi Aksara
Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Pengembangan Perangkat Penilaian
Afektif. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas.
Dimyati dan Mujiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Hamalik, O. 2004. Psikologi Belajar dan Mengajar . Bandung: Sinar Baru
Algensinda.
Hamzah, B U. 2008. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Khasanah, U. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model Two Stay Two Stray
(Dua Tinggal Dua Tamu )Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar
Fisika Siswa Kelas VIII Semester I SMP Negeri 10 Malang, (Online),
(http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/fisika/article/view/3203
,
Lie, A. 2010. Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas.
Jakarta: PT. Gramedia.
Moleong, L. J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Nurhadi dan Senduk.2004. Pembelajaran Konstektual dan Penerapannya dalam
KBK. Malang: UM Press.
Purwanto, E. 2007. Strategi Belajar Mengajar Bidang Studi Geografi. Malang:
Penerbit Universitas Negeri Malang (UM Press).
Susantika, R. 2009. Pengaruh Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model Dua
Tinngal Dua Tamu (Two Stay Two Stray) Terhadap Hasil Belajar Geografi
Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Bandung Tulungagung, (Online),
(http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/Geografi/article/view/1880.diakses
24 Juli 2010)
Universitas Negeri Malang. 2010. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Malang:
UM Malang.