BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Manajemen Kesiswaan di SD Negeri Salamsari (Penerimaan Peserta Didik Baru) Kecamatan Kedu Kabupaten Temanggung
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Manajemen Kesiswaan
2.1.1 Pengertian Manajemen
Menurut George Terry dalam Sagala (2013:53)
adalah :
“Management is a distinct prosess consisting of planning,
organizing,
actuating,
and
controlling,
performed
to
determine and accomplish stated objectives by the of
human beings and other resources”.
Kutipan
manajemen
di
adalah
pengorganisasian,
melalui
orang
mewujudkan
atas
mempunyai
suatu
proses
pelaksanaan
atau
tujuan.
arti
sumber
Proses
perencanaan,
dan
pengontrolan
daya
yang
bahwa
lain
untuk
dikemukakan
George Terry inilah yang secara populer dikenal
dengan
singkatan
POAC
(planning,
organizing,
actuating, controlling).
Di sisi lain Ali Imron (2003:4) menyebutkan
manajemen adalah kemampuan atau keterampilan
untuk
memperoleh
suatu
hasil
dalam
rangka
mencapai tujuan.
Berdasarkan tiori di atas manajemen adalah
suatu
keterampilan
perencanaan,
seorang
pengorganisasian,
manajer
pelaksanaan
dalam
dan
pengontrolan melalui orang atau sumber daya lain
9
untuk mewujudkan tujuan tercapai secara efektif dan
efisien.
2.1.2 Pengertian Manajemen Kesiswaan
Istilah manajemen kesiswaan merupakan frase
yang berasal dari gabungan kata yaitu : “Manajemen”
dan “Siswa”. Menurut arti bahasa, manajemen berarti
ketatalaksanaan dan tata kepemimpinan, manajemen
juga berarti kepemimpinan terhadap suatu kelompok
guna mencapai tujuan. Sedangkan secara istilah,
manajemen
berarti
ilmu
atau
seni
mengatur
pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya
lain secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan
tertentu.
Dalam
kaitannya
dengan
pendidikan,
manajemen berarti proses kerja sama antara dua
orang atau lebih dalam satuan organisasi pendidikan,
dengan
mendayagunakan
segala
sumber
daya
manusia maupun sumber daya yang lain menuju
pencapaian pendidikan tertentu. Sedangkan siswa
adalah peserta belajar atau murid pada tingkat
sekolah dasar dan menengah. Siswa juga biasa disebut
dengan pelajar. Kesiswaan berarti segala sesuatu yang
berkenaan dengan urusan yang berhubungan dengan
siswa. Menurut Ary, 1996 dalam Tulusmono (2012:2),
yang dimaksud kesiswaan adalah segala sesuatu yang
berkaitan dengan peserta didik atau yang lebih dikenal
dengan istilah siswa. Tulusmono (2012:2) menjelaskan
bahwa manajemen kesiswaan merupakan salah satu
10
bidang operasional manajemen berbasis sekolah. Oleh
sebab
itu,
manajemen
kesiswaan
menjadi
aspek
penting untuk dipahami dan dilaksanakan oleh kepala
sekolah. Manajemen kesiswaan tidak hanya sebagai
aktivitas kegiatan yang diprogram sekolah seperti
kegiatan penerimaan siswa baru, penempatan, serta
pembinaan siswa, tetapi juga diharapkan potensi yang
dimiliki siswa baik potensi rohaniah dan jasmaniah,
dapat berkembang secara maksimal agar nantinya
pada saat siswa tersebut lulus dari jenjang pendidikan
sekolah, siswa memiliki pengetahuan, sikap, dan
keterampilan yang diharapkan (Hermawan, 2010:4).
Manajemen kesiswaan atau yang disebut pupil
personel
administration
sebagai
layanan
yang
memusatkan perhatian pada pengaturan, pengawasan,
dan layanan siswa di dalam maupun di luar kelas
seperti pengenalan, pendaftaran, layanan individual
seperti
pengembangan
keseluruhan
kemampuan,
minat, kebutuhan sampai para siswa tersebut matang
di jenjang sekolah (Knezevich, 1961, Prihatin, 2011: 4).
Selain itu, Mulyasa (2014:45) menyatakan bahwa
manajemen
kesiswaan
adalah
penataan
terhadap
kegiatan yang berkaitan dengan peserta didik, mulai
masuk
sampai
dengan
keluarnya
peserta
didik
tersebut dari suatu sekolah. Manajemen kesiswaan
dapat diartikan sebagai usaha pengaturan terhadap
kesiswaan mulai dari siswa tersebut masuk sekolah
sampai dengan mereka lulus sekolah (Sudrajat, 2010).
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut di atas,
11
maka
pengertian
manajemen
kesiswaan
dalam
penelitian ini sejalan dengan apa yang disampaikan
oleh
Knezvich,
1961
(Dirjen
Dikti,
2007)
yaitu
manajemen kesiswaan merupakan pemberian suatu
layanan
yang
menitikberatkan
perhatian
pada
pengaturan, pengawasan, serta layanan siswa di
dalam maupun di luar kelas, seperti pengenalan,
pendaftaran,
layanan
pengembangan
individual
keseluruhan
yang
mencakup
kemampuan,
minat,
kebutuhan sampai para siswa tersebut matang di
jenjang sekolah.
2.1.3 Perencanaan Peserta Didik
Gibson dalam Sagala (2010:56) mengemukakan
pengertian bahwa perencanaan mencakup kegiatan
menentukan sasaran dan alat sesuai untuk mencapai
tujuan yang telah ditentukan. Perencanaan yang
dibuat secara matang akan berfungsi sebagai kompas
untuk mencapai tujuan organisasi.
Banghart dan Trull dalam Sagala (2010:56) juga
mengemukakan bahwa : “Educational palnning is first
all a rational prosses”, artinya perencanaan pendidikan
adalah
rasional.
langkah
paling
Perencanaan
awal
pada
dari
semua
dasarnya
proses
merupakan
suatu proses memikirkan dan menetapkan secara
matang arah, tujuan dan tindakan sekaligus mengkaji
berbagai sumber daya dan metode yang tepat.
12
Sergiovanni
dalam
Sagala
(2010:57)
menegaskan:
“plans are guides, approximation, gool post, and compass
setting
not
irrevocable
commitments
or
dicision
arti
bahwa
commandments”.
Kutipan
di
atas
mempunyai
perencanaan adalah tuntutan, taksiran, pos tujuan,
dan letak pedoman, yang telah jadi komitmen dan
pernyataan keputusanyang tidak dapat ditarik kembali
yang diatur dan disepakati bersama-sama oleh kepala
sekolah dan staf.
Perencanaan
adalah
proses
menentukan
sasaran, alat, tuntutan-tuntutan, taksiran, pos-pos
tujuan, pedoman, kesepakatan yang menghasilkan
program-program yang terus berkembang, pendapat
ini disampaikan oleh Sagala (2013:58).
Perencanaan
atau
planning
adalah
proses
pengambilan keputusan yang menyangkut apa yang
akan
dilakukan
di
masa
mendatang,
kapan,
bagaimana, dan siapa yang akan melakukannya,
Prihatin (2011:15).
Berdasarkan uraian di atas bahwa perencanaan
merupakan proses sasaran, alat, dan tuntutan yang
bertujuan untuk membantu terlaksananya program
sekolah.
Perencanaan
menyesuaikan
terhadap
harus
luwes,
kebutuhan,
mampu
dapat
dipertanggungjawabkan, dan menjadi proses tahapantahapan yang dikehendaki.
13
Langkah pertama yang harus dilakukan dalam
manajemen
perencanaan.
peserta
Oleh
didik
adalah
karena
itu
mengadakan
peserta
didik
merupakan bagian yang tak terpisahkan dengan
manajemen
sekolah
secara
keseluruhan
maka
perencanaan peserta didik juga merupakan bagian
dari perencanaan sekolah secara keseluruhan.
Perencanaan
peserta
didik
adalah
suatu
aktivitas memikirkan di muka tentang hal-hal yang
harus dilakukan berkenaan dengan peserta didik di
sekolah, baik sejak peserta didik akan memasuki
sekolah maupunmereka akan lulus dari sekolah. Yang
direncanakan adalah hal-hal yang harus dikerjakan
berkenaan dengan penerimaan peserta didik sampai
dengan pelulusan peserta didik.
Slameto (2009:26) mengemukakan dalam suatu
organisasi kegiatan perencanaan mutlak harus ada.
Dalam suatu organisasi yang baik, bukan sekedar
perencanaan
perencanaan
yang
dituntut,
yang
melainkan
sungguh-sungguh
suatu
baik.
Perencanaan semacam ini adalah merupakan fase
pertama dari setiap pekerjaan.
Menurut Slameto (2009:26) setiap perencanaan
yang baik setidak-tidaknya harus memiliki 5 unsur
yang kita sebut 5 P, yaitu :
a. Purpose , yaitu tujuan yang akan dicapai. Tujuan ini
harus
dirumuskan
secara
jelas,
terperinci,
dan
operasional;
b. Policy, yaitu strategi atau cara untuk mencapai tujuan;
14
c. Procedure, yaitu sistem komunikasi yang ada dalam
organisasi. Yang dimaksud di sini adalah jalur-jalur
komunikasi sebagai akibat adanya pembagian tugas
wewenang dan tanggung jawab;
d. Progress, yaitu gambaran tentang tahap-tahap pencapaian
tujuan. Dalam perencanaan harus nampak standarstandar tingkat keberhasilan;
e. Program, yaitu uraian lebih rinci dalam operasional
tentang kegiatan sehari-hari dalam rangka kegiatan
pelaksanaan perencanaan.
Dengan perencanaan yang baik setiap anggota
organisasi akan tahu secara tepat tujuan yang akan
dicapai bersama, sehingga dapat merupakan petunjuk
bagi setiap anggota orang organisasi. Hal ini sangat
membantu usaha koordinasi kerjasama anggota yang
satu dengan yang lain, di samping itu perencanaan
yang baik dapat menjadi kontrol/pengawasan yang
baik
terhadap
kegiatan
orang-orang
maupun
pengawasan terhadap kemajuan-kemajuan yang
dicapai dan penyelewengan-penyelewengan yang
terjadi.
Dengan
demikian
dapat
dihindarkan
pemborosan sumber daya yang ada.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan
bahwa suatu organisasi akan dapat melaksanakan
fungsinya dengan baik apabila di dalamnya terdapat
perencanaan program yang sistematis.
2.1.4 Pengorganisasian
Mengorganisasi
adalah
mengalokasikan
dan
wewenang
sumber
dan
proses
mendistribusikan
daya
di
mengatur,
pekerjaan,
antara
anggota
organisasi untuk mencapai tujuan organisasi. Stoner
dalam
Tim
Dosen
(2011:94)
menyatakan
bahwa
15
mengorganisasikan adalah proses mempekerjakan dua
orang atau lebih untuk bekerja sama dengan cara
terstruktur guna mencapai sasaran spesifik atau
beberapa sasaran pengorganisasian yang tepat akan
membuat posisi orang jelas dalam struktur dan
pekerjaannya melalui pemilihan, pengalokasian dan
pendistribusian kerja yang profesional. Gorton dalam
Sagala (2013:58) :
“Organizing the school involves more that identifying positif
and devining relationship on an organizing chart, the most
important factor that an administrator should consider in
organizing a school are the people associated with it”.
Pengorganisasian yang efektif membagi habis dan
menstruktur tugas-tugas ke dalam sub-sub atau
komponen-komponen organisasi secara proporsional.
Dalam pengorganisasian ini kepala sekolah
membagi tugas pada guru dalam kepanitiaan
penerimaan siswa baru atau penerimaan peserta didik
baru.
2.1.5 Pelaksanaan (actuating)
Pengimplementasi atau penggerak (actuating)
merupakan proses implementasi program agar bisa
dijalankan oleh seluruh pihak dalam organisasi serta
proses
memotifasi
bertanggungjawab
agar
dengan
semua
penuh
pihak
kesadaran
dapat
dan
produktivitas yang tinggi (Sagala, 2010:8). Proses
motivasi berarti mendorong semua pihak agar mau
bekerja sama, ikhlas dan bergairah untuk mencapai
tujuan yang sesuai dengan rencana-rencana yang
16
telah
ditentukan
Menggerakkan
atau
diorganisir
(actuating)
menurut
sebelumnya.
George
Terry
dalam Sagala (2013:60) berarti merangsang anggota
kelompok melaksanakan tugas-tugas dengan antusias
dan kemampuan yang baik. Maka kepemimpinan
kepala sekolah mempunyai peran yang sangat penting
dalam menggerakkan personal sekolah.
Dari ketiga pendapat tersebut, implementasi
program sekolah dapat diartikan sebagai penerapan
atau
operasionalisasi
suatu
perencanaan
dalam
rangka mencapai tujuan. Implementasi program harus
dilaksanakan dengan melibatkan semua pihak secara
proporsional dan profesional, sehingga menumbuhkan
semangat partisipasi. Sekolah dalam melaksanakan
programnya juga harus terbuka, yaitu tidak ada
pelaksanaan program sekolah yang hanya diketahui
oleh individu atau kelompok tertentu saja. Semua
pelaksanaan
program
dipertanggungjawabkan
profesional,
sehingga
tersebut
secara
prosedural
menumbuhkan
dapat
dan
tingkat
kepercayaan publik dan pihak-pihak lain semakin
tinggi.
Dalam pelaksanaan penerimaan peserta didik
baru,
semua
orang/guru
yang
terlibat
dalam
kepanitiaan ini melaksanakan tugasnya sesuai dengan
tugas masing-masing dengan penuh tanggungjawab.
17
2.1.6 Pengawasan (controlling)
Dari beberapa pakar dalam Sagala (2010:65)
mengemukakan
pengertian,
pertama,
Stoner
menyatakan bahwa pengawasan adalah mencatat
perkembangan ke arah tujuan dan memungkinkan
mendeteksi penyimpangan dari perencanaan tepat
pada waktunya untuk mengambil tindakan korektif
sebelum
terlambat.
menegaskan
mengukur
bahwa
tingkat
Kedua,
Hadari
pengawasan
efektifitas
berarti
kerja
Nawawi
kegiatan
personal
dan
tingkat efisiensi penggunaan metode dan alat tertentu
dalam
usaha
mencapai
tujuan.
Ketiga,
Johnson
mengemukakan bahwa pengawasan sebagai fungsi
sistem
yang
rencana,
melakukan
mengusahakan
penyesuaian
agar
terhadap
penyimpangan-
penyimpangan tujuan sistem hanya dalam batas-batas
yang dapat ditoleransikan.
Dari
ketiga
pendapat
tersebut
bahwa
pengawasan adalah merupakan salah satu kegiatan
untuk mengetahui realisasi perilaku personal dan
tingkah laku agar tujuan dapat tercapai sesuai dengan
rencana, tercatat untuk mengukur tingkat efektifitas
kerja.
Pengawasan program sekolah dilakukan dalam
rangka
menjamin
pelaksanaan
program-program
sekolah sehingga rencana yang telah disusun dapat
terlaksana dengan baik. Berdasarkan Permendiknas
No. 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan
18
disebutkan bahwa pengawasan dan evaluasi sekolah
terdapat lima hal, yaitu : program pengawasan,
evaluasi diri, evaluasi dan pengembangan kurikulum,
evaluasi
pendayagunaan
pendidik
dan
tenaga
kependidikan, dan akreditasi sekolah. Masing-masing
program tersebut harus dilaksanakan oleh sekolah,
kecuali akreditasi dilakukan oleh dinas terkait.
2.1.7 Pentingnya Manajemen Kesiswaan
Pengelolaan manajemen kesiswaan di lembaga
pendidikan
sangat
penting,
maka
dalam
pelaksanaannya manajemen kesiswaan juga memiliki
tujuan tertentu. Mulyasa (2014:46) mengemukakan
bahwa
manajemen
kesiswaan
bertujuan
untuk
mengatur berbagai kegiatan dalam bidang kesiswaan
agar kegiatan pembelajaran di sekolah dapat berjalan
lancar, tertib dan teratur, serta mencapai tujuan
pendidikan sekolah. Tujuan manajemen kesiswaan
menurut Prihatin (2011:9) yaitu : mengatur kegiatankegiatan kesiswaan agar berbagai kegiatan tersebut
menunjang proses belajar mengajar di sekolah serta
pembelajaran yang dilakukan di sekolah tersebut
dapat berjalan lancar, tertib, dan teratur sehingga
dapat memberikan kontribusi bagi pencapaian tujuan
sekolah dan tujuan pendidikan secara keseluruhan.
Dirjen Dikti (2007) menyebutkan tujuan khusus
manajemen kesiswaan antara lain : a) meningkatkan
kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa, b) dapat
19
menyalurkan
serta
mengembangkan
kecerdasan,
bakat dan minat siswa bisa terpenuhi, d) dapat meraih
kebahagiaan dan kesejahteraan hidup siswa agar bisa
belajar baik dan meraih cita-cita.
Dari ketiga pendapat di atas dapat disimpulkan
bahwa tujuan dari manajemen kesiswaan adalah
untuk mengatur semua kegiatan-kegiatan kesiswaan
yang ada di sekolah dapat berjalan lancar, tertib, dan
teratur
sehingga
tujuan
sekolah
dan
tujuan
pendidikan secara keseluruhan dapat tercapai.
2.2 Penerimaan Peserta Didik Baru
Prihatin
(2011:51)
mengemukakan
bahwa
kegiatan penerimaan peserta didik baru sebenarnya
adalah salah satu kegiatan manajemen peserta didik
yang sangat penting. Dikatakan demikian, oleh karena
kalau tidak ada peserta didik yang diterima di sekolah,
berarti tidak ada yang harus ditangani atau diatur.
Sebelum pelaksanaan penerimaan peserta didik baru
dimulai, perlu diadakan perencanaan oleh sekolah
terlebih dahulu.
Menurut
Prihatin
(2011:15),
perencanaan
sebagai proses pengambilan keputusan mengenai apa
yang akan dilakukan di masa yang akan datang,
kapan dilakukan, bagaimana hal itu dilakukan serta
siapa
yang
penerimaan
20
akan
peserta
melakukannya.
didik
secara
Perencanaan
langsung
akan
berhubungan dengan kegiatan penerimaan dan proses
pencatatan
atau
perekapan
data
pribadi,
yang
nantinya tidak dapat terlepas dari pencatatan data
hasil belajar para siswa serta berbagai hal lainnya
yang dibutuhkan dalam pelaksanaan kegiatan sekolah
baik kurikuler maupun ko-kurikuler.
Dalam perencanaan penerimaan peserta didik
baru sekolah membentuk kepanitiaan penerimaan
peserta didik baru, rapat penentuan peserta didik
baru,
pembuatan,
pemasangan,
atau
pengiriman
pengumuman, pendaftaran peserta didik baru, seleksi,
penentuan peserta didik yang diterima, pengumuman
peserta didik yang diterima, dan registrasi peserta
didik yang diterima.
2.2.1 Sensus Anak Usia Pra-Sekolah
Sensus
kegiatan
untuk
sekolah
adalah
mengumpulkan
perencanaan
suatu
informasi
sarana
yang
atau
berguna
dalamberbagai kegiatan
pada
program sekolah, Atkinson dalam Prihatin ( 2011:22).
Selanjutnya
Prihatin
mengemukakan
bahwa
sensus sekolah sangat berguna bagi perencanaan
peserta didik karena dari hasil sensus tersebut
sekaligus dapat menunjukkan : 1) animo peserta didik
yang akan masuk sekolah tertentu pada tahun
tertentu, 2) animo peserta didik yang masuk ke
jurusan tertentu pada tahun tertentu, 3) tingkat
21
kemampuan peserta didik yang akan masuk ke
sekolah tertentu pada tahun tertentu.
Sensus berguna untuk mengetahui animo anak
usia pra sekolah sebagai sumber animo siswa masuk
sekolah.
2.2.2 Perencanaan Daya Tampung
Penentuan jumlah peserta didik yang nantinya
akan diterima perlu dilakukan agar layanan yang
diberikan
sekolah
kepada
peserta
didik
dapat
diberikan secara merata dan optimal. Tim Dosen
Administrasi
Pendidikan
(2009:207)
menyebutkan
bahwa sekolah hendaknya mempertimbangkan daya
tampung per kelas serta jumlah peserta didik dalam
satu
kelas
dalam
menentukan
besarnya
jumlah
peserta didik baru yang akan diterima. Secara tioritik
ukuran per kelas menurut standar pelayanan minimal
dengan jumlah tidak melebihi dari 32 peserta didik
tiap rombongan belajar (Permendikbud RI No. 23
Tahun 2013:3).
Di jenjang sekolah, baik sekolah dasar maupun
sekolah menengah, umumnya siswa baru yang ditrima
di sekolah hanya diperuntukkan pada jenjang kelas
awal atau kelas 1. Namun, bila masih memungkinkan
adanya tempat di kelas-kelas lain atau dikarenakan
perluasan ruang kelas di sekolah, para siswa yang
mendaftar di sekolah baru juga dapat diterima di kelas
22
2 dan 3. Penentuan banyak siswa yang diterima
tergantung dari daya tampung untuk tahun tersebut.
Prihatin (2011:24) mengemukakan bahwa daya
tampung kelas berdasarkan ukuran ruang disarankan
1,2 m perorang atau peserta didik. Daya tampung
sekolah berdasarkan jumlah bangku dapat dibedakan
antara yang single shift dan double shift.
2.2.3 Langkah-Langkah Penerimaan Peserta Didik
Baru
Penerimaan peserta didik baru yang dilakukan
oleh
sekolah
merupakan
langkah
awal
yang
menentukan kelancaran, berhasil atau tidaknya upaya
pendidikan di sekolah tersebut. Pada penerimaan
peserta
didik
baru
biasanya
dilakukan
sekolah
mendekati tahun pelajaran baru serta melalui proses
penghitungan yang tepat, maka perlu ditentukan
terlebih dahulu daya tampung dari sekolah yang
bersangkutan.
Adapun dasar penerimaan peserta didik baru di
Sekolah Dasar yaitu : a. Sistem Pendidikan Nasional
yang terdapat dalam UU Sisdiknas RI No. 20 Tahun
2003,
b.
Wajib
Permendiknas
No.
belajar
47
yang
Tahun
tertuang
2008,
c.
dalam
Standar
Pengelolaan Pendidikan oleh Satuan Pendidikan Dasar
dan Menengah yang tercantum dalam Permendiknas
RI No. 19 Tahun 2007.
23
Kebijakan penerimaan peserta didik baru di
Sekolah Dasar mengenai kriteria calon peserta didik
baru yaitu berusia sekurang-kurangnya enam tahun.
Adanya syarat pengecualian mengenai usia peserta
didik
yang
usianya
kurang
dari
enam
tahun
dilaksanakan berdasarkan rekomendasi tertulis dari
pihak
yang
memiliki
kompetensi
dalam
bidang
tertentu, seperti konselor sekolah/madrasah ataupun
psikolog.
Peraturan
Hal
tersebut
Menteri
tertuang
Pendidikan
dalam
Lampiran
Nasional
Republik
Indonesia Nomor 19 Tahun 2007 Angka 4.a.1. maka
dari itu, setiap sekolah dasar wajib menerima siswa
baru
tanpa
melalui
tes
masuk
dan
tetap
mengutamakan pada anak usia sekolah yang memiliki
usia 7 sampai 12 tahun dari lingkungan sekitarnya
tanpa adanya diskriminasi, serta sesuai daya tampung
satuan pendidikan yang bersngkutan.
Prihatin
(2011:57),
adapun
langkah-langkah
penerimaan peserta didik baru atau siswa baru
meliputi :
1. Membentuk panitia penerimaan peserta didik baru. Untuk
keperluan kelancaran kegiatan penerimaan peserta didik
baru diserahkan kepada panitia penerimaan peserta didik
baru yang dibentuk oleh kepala sekolah. Tugas-tugas
panitia, antara lain : (a) menentukan banyaknya murid
yang diterima, (b) menentukan syarat-syarat penerimaan,
(c)
melaksanakan
penyaringan,
(d)
mengadakan
pengumuman penerimaan, (e) mendaftar kembali calon
yang sudah diterima, (f) melaporkan hasil pekerjaannya
kepada pemimpin sekolah.
24
2. Rapat penerimaan peserta didik baru. Dalam rapat yang
diadakan oleh panitia penerimaan peserta didik baru.
Adapun yang ditulis dalam notula rapat yaitu : tanggal
rapat, waktu rapat, tempat rapat, agenda rapat, daftar
hadir peserta rapat dan hal-hal yang menjadi keputusan
rapat.
3. Pembuatan,
pemasangan/pengiriman
pengumuman
peserta didik baru. Setelah mendapatkan keputusan
mengenai hasil rapat sebelumnya, kemudian dibuatlah
pengumuman yang berisi gambaran singkat mengenai
sekolah, persyaratan pendaftaran peserta didik, cara,
waktu, tempat pendaftaran, biaya pendaftaran, waktu dan
tempat seleksi, serta waktu pengumuman hasil seleksi
diumumkan.
4. Pendaftaran peserta didik baru. Yang harus disediakan
oleh panitia pada saat pendaftaran peserta didik baru
seperti loket untuk mendaftar, loket untuk informasi serta
formulir pendaftaran siswa baru. Hal-hal yang sebaiknya
diketahui oleh calon siswa yang akan mendaftar yaitu
yaitu mengenai kapan formulir pendaftaran bisa diambil,
tentang bagaimana cara mengenai formulir pendaftaran,
dan kapan formulirbtersebut dapat dikembalikan.
5. Seleksi peserta didik baru. Seleksi atau penyaringan
peserta didik baru didasarkan atas dua pertimbangan
yaitu : atas pertimbangan target dan atas pertimbangan
nilai atau tingkat kemampuan yang telah ditetapkan.
6. Pengumuman peserta didik yang diterima. Dengan dasar
pertimbangan yang telah ditetapkan, maka panitia
penerimaan peserta didik baru mengadakan pengumuman
bagi calon siswa yang memenuhi syarat. Berdasarkan
hasil yang telah ditentukan terhadap peserta didik yang
akan diterima, maka diperoleh tiga hal kebijakan sekolah,
seperti peserta didik yang akan diterima,. Hasil
penentuikti, 2007). Pengumuman dapat dilakukan dengan
menempelkan daftar nama dan nomor pendaftaran di
papan
pengumuman
atau
mengirimkan
surat
pemberitahuan langsung ke alamat.
7. Pendaftaran ulang peserta didik baru. Calon peserta yang
dinyatakan diterima diharuskan mendaftar ulang dengan
memenuhi persyaratan dan perlengkapan yang diminta
sekolah, sekolah harus menetapkan batas waktu
25
pendaftaran ulang dimulai dan ditutup. Menurut Arikunto
(2012) hal ini diperlukan terutama bila ada kemungkinan
bagi calon untuk mendaftarkan ke lebih dari satu sekolah.
Jika pada batas waktu yang ditentukan calon belum
mendaftar kembali, panitia dapat memanggil calon lain
agar pemanfaatan fasilitas di sekolah dapat terpakai
secara maksimal.
2.2.4 Orientasi Siswa Baru
Orientasi peserta didik (siswa baru) adalah
kegiatan
penerimaan
mengenalkan
situasi
siswa
dan
baru
dengan
kondisi
lembaga
pendidikan (sekolah) tempat peserta didik itu
menempuh pendidikan. Situasi dan kondisi ini
menyangkut
lingkungan
lingkungan
sosial
fisik
sekolah
.
sekolah
Lingkungan
dan
fisik
sekolah seperti jalan menuju sekolah, halaman
sekolah,
tempat
olah
perlengkapan
sekolah
lainnya
disediakan
yang
raga,
serta
gedung
dan
fasilitas-fasilitas
lembaga.
Sedangkan
lingkungan sosial sekolah meliputi kepala sekolah,
guru-guru, tenaga TU, teman sebaya, kakak-kakak
kelas, peraturan atau tata tertib sekolah, layananlayanan sekolah bagi peserta didik serta kegiatankegiatan dan organisasi kesiswaan yang ada di
lembaga.
Tim Dosen Jurusan Administrasi Pendidikan
(2009:210), tujuan diadakan kegiatan orientasi bagi
peserta didik antara lain :
26
1) Agar peserta didik dapat mengerti dan mentaati
segala peraturan yang berlaku di sekolah;
2) Agar peserta didik dapat berpartisipasi aktif
dalam kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan
sekolah;
3) Agar
peserta
didik
siap
menghadapi
lingkungannya yang baru baik secara fisik,
mental dan emosional sehingga ia merasa betah
dalam mengikuti proses pembelajaran di sekolah
serta dapat menyesuaikan dengan kehidupan
sekolah.
Berdasarkan uraian di atas, orientasi siswa baru
diperlukan bagi siswa baru agar mereka mampu
beradaptasi dengan lingkungan baru di sekitarnya.
Penyesuaian
lingkungan
diperlukan
agar
siswa
nantinya bisa bersosialisasi lebih luas dalam cakupan
sosial.
Peserta
didik
baru
tersebut
tidak
hanya
berkomunikasi serta beradaptasi dengan teman-teman
pada usia sebaya saja, akan tetapi juga dengan orangorang usianya lebih dewasa. Orientasi yang dilakukan
ini juga sebagai tahap awal bagi para siswa untuk
mengenal berbagai tata tertib serta peraturan yang
berlaku di lembaga pendidikan, di mana mereka
mengenal aturan yang belum mereka dapatkan di
lembaga pendidikan sebelumnya.
27
2.3 Pencatatan dan Pelaporan Peserta Didik
2.3.1 Ketatausahaan Peserta Didik
Setelah dilakukan kegiatan penerimaan peserta
didik
baru,
maka
kegiatan
berikutnya
yaitu
memproses para siswa yang diterima tersebut dalam
catatan-catatan yang dimiliki sekolah dibedakan atas
dua jenis yaitu catatan untuk sekolah yang meliputi
buku induk, buku klapper, serta catatan tata tertib
sekolah. Selain itu juga ada catatan pada masingmasing kelas yang mencakup buku kelas, buku
presensi kelas, serta berbagai buku lain mengenai
catatan-catatan prestasi belajar (Arikunto, 2012).
Buku induk adalah buku kumpulan daftar
murid sepanjang masa dari suatu jenjang sekolah.
Catatan di dalam buku induk harus lengkap yakni
mencakup data dan identitas setiap siswa. Dalam hal
ini
sebagian
data
dapat
diambil
dari
formulir
pendaftaran siswa baru yang telah diisi sebelumnya.
Sedangkan buku klapper berfungsi untuk membantu
buku induk dalam memuat data murid yang pentingpenting (Suryosubroto, 2010).
Tim Dosen Administrasi Pendidikan menyatakan
bahwa buku klapper dapat diambil dari buku induk,
tetapi penulisannya disusun berdasarkan abjad. Hal
ini untuk memudahkan pencarian data peserta didik
kembali jika sewaktu-waktu diperlukan.
28
Pada pelaporan prestasi belajar peserta didik,
terdapat buku daftar nilai, buku legger, dan buku
raport. Tim Dosen Jurusan Administrasi Pendidikan
(2009:213) menjelaskan bahwa daftar nilai dimiliki
oleh setiap guru bidang studi atau guru kelas, yang
khusus untuk mencatat hasil nilai tes setiap siswa
pada bidang studi atau mata pelajaran tertentu. Selain
itu ada buku yang berguna sebagai kumpulan nilai
dari semua bidang studi bagi setiap siswa yang
dinamakan buku legger. Ada pula buku raport yang
merupakan
alat
atau
sarana
untuk
melaporkan
prestasi belajar para siswa kepada orang tua atau
siswa itu sendiri.
2.3.2 Perpindahan Peserta Didik
Perpindahan peserta didik atau perpindahan
siswa
dapat
diterjemahkan
sebagai
proses
perpindahan tempat pendidikan dari suatu lembaga
pendidikan
sejenis
yang
lainnya
di
wilayah
RI
(Prihatin, 2011:141).
Ada dua macam mutasi, yaitu mutasi intern dan
mutasi ekstern. Mutasi intern yaitu mutasi yang
dilakukan oleh peserta didik di dalam sekolah itu
sendiri. Peserta didik tersebut hanya pindah kelas saja
dalam
suatu
kelas
yang
tingkatannya
sejajar.
Sedangkan mutasi ekstern yaitu perpindahan peserta
didik dari suatu sekolah ke sekolah lainnya dalam
sekolah sejenis dan satu tingkatan. Selain itu, ada
berbagai penyebab peserta didik melakukan mutasi.
29
Faktor
penyebab
peserta
didik
tersebut
itu
dapat
sendiri,
bersumber
lingkungan
dari
keluarga,
sekolah, ataupun lingkungan teman sebayanya (Dirjen
Dikti, 2008).
2.4 Pengelolaan Kegiatan Kesiswaan
Secara
operasional
manajemen
kesiswaan
diharapkan dapat mendukung upaya pertumbuhan
dan
perkembangan
kesiswaan
melalui
proses
pendidikan di sekolah, salah satunya yaitu dengan
pembinaan
dan
pengembangan
siswa.
Sesuai
Permendiknas No. 39 Th. 2008 mengenai pembinaan
kesiswaan.
Pembinaan
dan
pengembangan
siswa
dilakukan oleh sekolah agar siswa atau peserta didik
bisa
memperoleh
beraneka
pengalaman
belajar
nantinya untuk bekal hidupnya dimasa yang akan
datang.
Sekolah
pembinaan
dan
dalam
merancang
pengembangan
siswa
kegiatan
biasanya
melakukan kegiatan yang disebut kegiatan kurikuler
dan kegiatan ekstrakurikuler (Tim Dosen Jurusan
Administrasi Pendidikan, 2010:211).
Beberapa langkah yang harus ditempuh dalam
melakukan
kegiatan
perkiraan,
kesiswaan
perumusan
pemrograman,
yakni
tujuan,
menyusun
melakukan
kebijakan,
langkah-langkah,
penjadwalan, dan pembiayaan (Prihatin, 2011:17).
Kegiatan yang dapat dilakukan dalam pembinaan
siswa
antara
lain
melakukan
pendataan
siswa
(biodata), mengikutsertakan siswa dalam merumuskan
30
kegiatan kesiswaan, mengembangkan potensi siwa
secara
optimal
melalui
kegiatan
ekstrakurikuler,
kelulusan dan pelepasan siswa (Hermawan, 2010).
Berdasarkan Permendiknas No. 19
Tahun 2007,
kegiatan kesiswaan terdiri atas empat jenis yaitu :
2.4.1 Kegiatan Ekstrakurikuler
Arikunto
(dalam
menyebutkan
Suryosubroto,
kegiatan
2002:287)
ekstrakurikuler
adalah
kegiatan tambahan, di luar struktur program yang
pada
umumnya
merupakan
kegiatan
pilihan
(1988:57).
Sedangkan
definisi
kegiatan
ekstrakurikuler
menurut Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan
adalah :
Kegiatan yang dilakukan di luar jam pelajaran tatap
muka, dilaksanakan di sekolah atau di luar sekolah agar
lebih
memperkaya
dan
memperluas
wawasan
pengetahuan dan kemampuan yang telah dipelajari dari
berbagai mata pelajaran dalam kurikulum (Kurikulum
SMK 1984, Depdikbud:6).
Prihatin (2011:164), kegiatan ekstrakurikuler
adalah kegiatan yang dilakukan di luar jam pelajaran
biasa dan pada waktu hari libur sekolah yang
dilakukan baik di sekolah maupun di luar sekolah,
dengan
tujuan
pengetahuan
untuk
siswa,
memperluas
mengenal
pengetahuan
hubungan
antara
berbagai mata pelajaran, menyalurkan bakat dan
minat serta melengkapi upaya pembinaan manusia
Indonesia seutuhnya.
31
Hermawan (2007) menyatakan bahwa program
kurikuler pada dasarnya merupakan upaya untuk
mempersiapkan
intelektual,
sosial.
siswa
emosional,
Tujuan
agar
memiliki
spiritual,
pendidikan
tidak
dan
kemampuan
kompetensi
sekedar
hanya
menanamkan pengetahuan yang tertuang dari buku,
tetapi juga membawa perkembangan mental, fisik dan
sosial yang baik untuk para siswa. UNESCO (2005)
menyebutkan bahwa :
Extracurricular activities are activities students in
their spare times according to their interests and will for
educational and recreational purposes.
Pupils’extracurricular activities are not isolated from
their
curriculer
activities
but
supplement
the
formal
educational programme and contribute to the general
education of
the child. They also provide abundant
opportunities for pupils to develop managerial ability and
should
therefore
serve
to
supplement
the
curricular
management training programs.
Pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler dilakukan
di luar kegiatan belajar mengajar di kelas, tetapi tetap
terkait dengan proses belajar mengajar tersebut.
Melalui kegiatan ekstrakurikuler, siswa diharapkan
dapat mengembangkan bakat dan minatnya agar bisa
menumbuhkan
sikap
yang
positif.
Untuk
itu
penyusunan program kegiatan bagi siswa selama
mengikuti pendidikan di sekolah harus berdasarkan
pada visi dan misi di tiap lembaga pendidikan yang
bersangkutan, minat dan bakat yang dimiliki oleh
peserta
32
didik,
sarana
dan
prasarana
yang
ada,
anggaran, serta tenaga kependidikan yang tersedia
(Tim
Dosen
Jurusan
Administrasi
Pendidikan,
2010:212).
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan
bahwa
kegiatan
ekstrakurikuler
adalah
kegiatan
tambahan di luar struktur program dilaksanakan di
luar
jam
pelajaran
biasa
dengan
tujuan
untuk
mengembangkan potensi, bakat, minat,kemampuan,
kepribadian, kerjasama, dan kemandirian peserta
didik secara optimal sesuai keadaan dan kebutuhan
lingkungan.
Kegiatan ekstrakurikuler terdiri atas kegiatan
ekstra
wajib
dan
ekstrakurikuler
ekstra
wajib
yaitu
pilihan.
kegiatan
Kegiatan
yang
wajib
diselenggarakan oleh satuan pendidikan dan wajib
diikuti oleh seluruh peserta didik yaitu pendidikan
kepramukaan,
merupakan
sedangkan
program
ekstrakurikuler
ekstrakurikuler
yang
pilihan
dapat
diikuti oleh peserta didik sesuai dengan bakat dan
minat peserta didik. Permendikbud No. 62 Tahun 2014
mengemukakan
bentuk
kegiatan
ekstrakurikuler
pilihan sebagai berikut :
1. Krida,
meliputi
kegiatan
kepramukaan,
Latihan
Kepemimpinan Sekolah (LKS), Palang Merah Remaja
(PMR), Usaha Kesehatan Sekolah (UKS), Pasukan Pengibar
Bendera Pusaka (Paskibraka);
2. Karya Ilmiah, mencakup Kegiatan Ilmiah Remaja (KIR),
kegiatan
penguasaan
keilmuan
serta
kemampuan
akademik dan penelitian;
33
3. Latihan atau olah bakat : pengembangan bakat olah raga,
seni dan budaya, cinta alam, jurnalistik, teater, teknologi
informasi dan komunikasi, rekayasa, dan lainnya;
4. Keagamaan : pesantren kilat, ceramah keagamaan, baca
tulis al quran, retreat.
2.4.2 Pembinaan Prestasi Unggulan
Pembinaan kesiswaan merupakan salah satu
ilmu yang diberikan di luar kelas yang terbentuk
seiring dengan kebutuhan manusia akan pendidikan.
Berawal dari pengetahuan sederhana dengan ruang
lingkup yang terbatas, pembinaan untuk siswa terus
berkembang dan berperan mendukung perkembangan
intelektual, sosial, dan emosional pada setiap siswa
yang menjadi bagian dari masyarakat sekolah. Selain
itu Kartini menjelaskan bahwa pembinaan kesiswaan
adalah
salah
satu
cara
untuk
menggambarkan
pengetahuan seseorang dan pengalaman orang lain,
serta mengungkapkan gagasan, dan perasaan dalam
beragam
makna.
Siswa
memperoleh
ilmu
untuk
meningkatkan kemampuan berpikir, bernalar, serta
kemampuan memperluas wawasannya. Selain itu,
mereka juga diharapkan mampu memahami informasi
yang disampaikan
secara terselubung atau secara
tidak langsung, mereka memiliki kepekaan di dalam
interaksi sosial, menghadapi perbedaan pendapat
dalam lingkungan bermasyarakat yang mempunyai
latar belakang dari berbagai budaya, agama, adat
istiadat. Ruang lingkup dalam kegiatan pembinaan
kesiswaan sesuai Permendiknas No. 39 Th. 2008
34
tentang pembinaan kesiswaan mencakup sepuluh
aspek, yaitu : 1. Keimanan dan ketaqwaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa, 2. Budi pekerti luhur/akhlak
mulia,
3.
Kepribadian
yang
unggul,
wawasan
kebangsaan serta bela negara, 4. Prestasi akademik,
seni, dan atau olah raga sesuai bakat dan minat yang
dimiliki, 5. Demokrasi, hak asasi manusia atau HAM,
pendidikan dalam politik, lingkungan hidup, kepekaan
serta toleransi sosial yang menyangkut masyarakat
majemuk,
6.
Kreativitas,
keterampilan,
dan
kewirausahaan, 7. Kualitas jasmani, kesehatan, serta
gizi berbasis sumber gizi yang terdiversifikasi, 8.
Sastra dan kebudayaan, 9. Teknologi informasi dan
komunikasi atau TIK, 10. Berkomunikasi dengan
menggunakan bahasa Inggris.
Pada penelitian ini peneliti ingin mengetahui
bagaimana penerimaan siswa baru dan kegiatan
kesiswaan yang dilakukan di SD Negeri Salamsari
kecamatan Kedu.
2.5 Peneliti terdahulu yang menulis tentang
manajemen kesiswaan sebagai berikut :
1. Affinoxy (2009). Hasil penelitian menunjukkan
bahwa manajemen kesiswaan di SDIT Nur Hidayah
Surakarta yang dilaksanakan mencakup 4 hal, terdiri
dari : Pertama, perencanaan (planning) kesiswaan,
yang kegiatannya meliputi penentuan daya tampung,
perencanaan
penerimaan
pengorganisasian
siswa
(organizing)
baru.
Kedua,
kesiswaan,
melalui
35
pengelompokan siswa dengan pola tertentu yang
mengedepankan kenyamanan siswa dan guru. Ketiga,
pelaksanaan
(actuating)
kesiswaan,
dilaksanakan
dengan berbagai kegiatan yang kompleks seperti
orientasi siswa baru, pembinaan dan pelayanan siswa,
serta mutasi dan alumni siswa. Keempat, pengawasan
(controlling)
penilaian
kesiswaan,
siswa
berupa
secara
pemantauan
menyeluruh.
dan
Dalam
melaksanakan manajemen kesiswaan ada beberapa
faktor pendukung dan penghambat yang dihadapi oleh
SDIT Nur Hidayah Surakarta. Faktor pendukung
meliputi : adanya kerja sama antar elemen sekolah,
sarana prasarana yang lengkap dan mendukung,
komitmen dan inovasi dari pelaksana manajemen,
sistem informasi berupa website dan SMS Education,
jalinan kerja sama dengan sejumlah TK, dan peran
aktif orang tua siswa. Adapun faktor penghambat
muncul dari siswa, guru, dan orang tua. Faktor
penghambat
tersebut
antara
lain
:
kurangnya
komunikasi antar pengajar ekstrakurikuler, pilihan
siswa
yang
berubah-ubah,
serta
longgarnya
pengawasan dari orang tua.
2. Fadhilah (2014) tentang
“Manajemen Kesiswaan
pada Madrasah Tsanawiyah Negeri Cot Gue Kabupaten
Aceh
Besar”,
menuliskan
bahwa
perencanaan,
pengawasan, pengevaluasian manajemen kesiswaan
pada MTsN Cot Gue disusun oleh kepala sekolah
bersama wakil kepala bidang kesiswaan meliputi
program PSB, daya tampung siswa baru, dan proses
36
seleksi siswa baru. semua perencanaan kesiswaan
tersusun
dengan
baik
dan
terdokumentasi.
Pelaksanaan manajemen kesiswaan yang menyangkut
dengan PSB adalah penempatan siswa dalam ruangan
kelas secara seimbang, pembinaan disiplin siswa,
pelaksanaan
akademik,
serta
kegiatan
ekstrakurikuler.
3.
Kartika
Dewi
(2013)
menyimpulkan
hasil
penelitiannya antara lain, langkah-langkah penerapan
manajemen kesiswaan pada penerimaan siswa baru
meliputi
perencanaan,
pengorganisasian,
dan
pelaksanaan. Adapun faktor pendukung penerimaan
siswa baru yaitu adanya kepedulian dan kerja sama
komite, guru, dan wali murid, tersedianya dana dan
daya tampung siswa yang masih memungkinkan.
Sedangkan faktor penghambatnya yaitu karena letak
geografis, persaingan antar sekolah, tradisi, serta
keberhasilan KB. Kegiatan kesiswaan yang telah
dilakukan yang telah dilakukan SD Negeri di Gugus Ki
Hajar Dewantara mencakup bimbingan konseling,
ekstrakurikuler, pembinaan prestasi unggulan dan
pelacakan
alumni.
Sedang
faktor
penghambat
pelaksanaan program kegiatan kesiswaan SD Negeri di
Gugus Ki Hajar Dewantara yaitu waktu kegiatan
pelaksanaan
belumadanya
kegiatan,
buku
letak
panduan
geografis
dalam
serta
pelaksanaan
program kegiatan tersebut.
4. Gallagher (2011), This qualitative multi-site case
study sought to examine the current educational
37
provisions in place for intellectually gifted primary
school students in Queensland and to consider how the
biliefs and attitudes of primary school stakeholders
were reflected in the production of their school gifted
education
policies.
Attitudes
and
perceptions
of
principals and teachers at four Queensland perimary
schools are reported in this article. The major findings
indicated
that
while
reported
attitudes
towards
acceleration and ability grouping were fairly positive
overall, educators are still concemed about the possible
adverse effects of grade-skipping on students’social and
emotional development, and the connotations of elitism
associated with full-time models of ability grouping.
However, teachers’ knowledge and awareness of the
affective characteristics of gifted students did not
appear to influence their attitudes or beliefs regarding
acceleration and ability grouping.
5. Mudhovozi (2012), The study incestigated the social
and academic experiences of first year students at a
university in Zinbabwe. A phenomenological research
design was used to conduct the study. Respondents
were seven purposefully sampled first year students (N
= 7: males = 3, females = 4, mean age = 24.4 years; age
ranging between 18 and 36 years). Semi-structured
interviews
were conducted
with each respondent.
Content analysis of the responses showed that first
year students experienced varied social and academic
adjustment problems. The students over-relied on social
networks and efficacious beliefs to cope with the
38
challenges. The students need to be exposed to various
coping resources to enable them to quickly and smoothly
adjust into the new life at university
2.6 Kerangka Berpikir
Manajemen kesiswaan merupakan salah satu
aspek manajemen yang dapat mengelola seluruh
sumber daya pendidikan di sekolah pada siswa
khususnya. Keberadaan manajemen kesiswaan tentu
sangat dibutuhkan di lembaga pendidikan karena
siswa merupakan subyek sekaligus objek dalam proses
pemindahan atau transformasi ilmu pengetahuan dan
keterampilan. Kepala sekolah sebagai manajer di
sekolah menyelenggarakan berbagai program dalam
bidang
pendidikan,
salah
satunya
dalam
aspek
kesiswaan. Semua kegiatan yang ada di sekolah pada
akhirnya
bertujuan
untuk
membantu
siswa
mengembangkan potensi yang dimilikinya. Oleh sebab
itu, peran kepala sekolah sangat penting untuk
menciptakan situasi dan kondisi agar para siswa dapat
mengembangkan
dirinya
secara
optimal.
Program
kegiatan yang dilakukan melalui penerimaan siswa
baru, pembinaan siswa, dan pemantapan program
kesiswaan. Penerimaan siswa baru adalah suatu
proses pendataan dan pelayanan kepada siswa yang
baru
masuk
sekolah,
setelah
mereka
memenuhi
persyaratan tertentu yang telah ditetapkan oleh suatu
lembaga pendidikan.
39
Kepala sekolah secara garis besar memiliki
tanggungjawab yang berkaitan dengan manajemen
kesiswaan yaitu memberikan layanan kepada siswa
dengan cara memenuhi berbagai kebutuhan yang
mereka perlukan sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan oleh sekolah sebelumnya secara efektif dan
efisien. Pencapaian hasil secara optimal yang diperoleh
dari diri siswa, mempersyaratkan pelayanan dari para
guru dan pengelola sekolah yang optimal pula. Guru
merupakan tenaga kependidikan, maka guru juga
bertanggungjawab atas terselenggaranya pembinaan
kesiswaan di sekolah secara umum dan secara khusus
terpadu dalam setiap mata pelajaran yang menjadi
tanggung jawab masing-masing, sehingga guru sebagai
pendidik dapat lebih memahami, menguasai, dan
menerapkan
kompetensi
bidang
pembinaan
kesiswaan.
Kepala Sekolah
Penerimaan
Siswa Baru
SISWA
Manajemen
Kesiswaan
Guru
40
Kegiatan
Kesiswaan
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Manajemen Kesiswaan
2.1.1 Pengertian Manajemen
Menurut George Terry dalam Sagala (2013:53)
adalah :
“Management is a distinct prosess consisting of planning,
organizing,
actuating,
and
controlling,
performed
to
determine and accomplish stated objectives by the of
human beings and other resources”.
Kutipan
manajemen
di
adalah
pengorganisasian,
melalui
orang
mewujudkan
atas
mempunyai
suatu
proses
pelaksanaan
atau
tujuan.
arti
sumber
Proses
perencanaan,
dan
pengontrolan
daya
yang
bahwa
lain
untuk
dikemukakan
George Terry inilah yang secara populer dikenal
dengan
singkatan
POAC
(planning,
organizing,
actuating, controlling).
Di sisi lain Ali Imron (2003:4) menyebutkan
manajemen adalah kemampuan atau keterampilan
untuk
memperoleh
suatu
hasil
dalam
rangka
mencapai tujuan.
Berdasarkan tiori di atas manajemen adalah
suatu
keterampilan
perencanaan,
seorang
pengorganisasian,
manajer
pelaksanaan
dalam
dan
pengontrolan melalui orang atau sumber daya lain
9
untuk mewujudkan tujuan tercapai secara efektif dan
efisien.
2.1.2 Pengertian Manajemen Kesiswaan
Istilah manajemen kesiswaan merupakan frase
yang berasal dari gabungan kata yaitu : “Manajemen”
dan “Siswa”. Menurut arti bahasa, manajemen berarti
ketatalaksanaan dan tata kepemimpinan, manajemen
juga berarti kepemimpinan terhadap suatu kelompok
guna mencapai tujuan. Sedangkan secara istilah,
manajemen
berarti
ilmu
atau
seni
mengatur
pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya
lain secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan
tertentu.
Dalam
kaitannya
dengan
pendidikan,
manajemen berarti proses kerja sama antara dua
orang atau lebih dalam satuan organisasi pendidikan,
dengan
mendayagunakan
segala
sumber
daya
manusia maupun sumber daya yang lain menuju
pencapaian pendidikan tertentu. Sedangkan siswa
adalah peserta belajar atau murid pada tingkat
sekolah dasar dan menengah. Siswa juga biasa disebut
dengan pelajar. Kesiswaan berarti segala sesuatu yang
berkenaan dengan urusan yang berhubungan dengan
siswa. Menurut Ary, 1996 dalam Tulusmono (2012:2),
yang dimaksud kesiswaan adalah segala sesuatu yang
berkaitan dengan peserta didik atau yang lebih dikenal
dengan istilah siswa. Tulusmono (2012:2) menjelaskan
bahwa manajemen kesiswaan merupakan salah satu
10
bidang operasional manajemen berbasis sekolah. Oleh
sebab
itu,
manajemen
kesiswaan
menjadi
aspek
penting untuk dipahami dan dilaksanakan oleh kepala
sekolah. Manajemen kesiswaan tidak hanya sebagai
aktivitas kegiatan yang diprogram sekolah seperti
kegiatan penerimaan siswa baru, penempatan, serta
pembinaan siswa, tetapi juga diharapkan potensi yang
dimiliki siswa baik potensi rohaniah dan jasmaniah,
dapat berkembang secara maksimal agar nantinya
pada saat siswa tersebut lulus dari jenjang pendidikan
sekolah, siswa memiliki pengetahuan, sikap, dan
keterampilan yang diharapkan (Hermawan, 2010:4).
Manajemen kesiswaan atau yang disebut pupil
personel
administration
sebagai
layanan
yang
memusatkan perhatian pada pengaturan, pengawasan,
dan layanan siswa di dalam maupun di luar kelas
seperti pengenalan, pendaftaran, layanan individual
seperti
pengembangan
keseluruhan
kemampuan,
minat, kebutuhan sampai para siswa tersebut matang
di jenjang sekolah (Knezevich, 1961, Prihatin, 2011: 4).
Selain itu, Mulyasa (2014:45) menyatakan bahwa
manajemen
kesiswaan
adalah
penataan
terhadap
kegiatan yang berkaitan dengan peserta didik, mulai
masuk
sampai
dengan
keluarnya
peserta
didik
tersebut dari suatu sekolah. Manajemen kesiswaan
dapat diartikan sebagai usaha pengaturan terhadap
kesiswaan mulai dari siswa tersebut masuk sekolah
sampai dengan mereka lulus sekolah (Sudrajat, 2010).
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut di atas,
11
maka
pengertian
manajemen
kesiswaan
dalam
penelitian ini sejalan dengan apa yang disampaikan
oleh
Knezvich,
1961
(Dirjen
Dikti,
2007)
yaitu
manajemen kesiswaan merupakan pemberian suatu
layanan
yang
menitikberatkan
perhatian
pada
pengaturan, pengawasan, serta layanan siswa di
dalam maupun di luar kelas, seperti pengenalan,
pendaftaran,
layanan
pengembangan
individual
keseluruhan
yang
mencakup
kemampuan,
minat,
kebutuhan sampai para siswa tersebut matang di
jenjang sekolah.
2.1.3 Perencanaan Peserta Didik
Gibson dalam Sagala (2010:56) mengemukakan
pengertian bahwa perencanaan mencakup kegiatan
menentukan sasaran dan alat sesuai untuk mencapai
tujuan yang telah ditentukan. Perencanaan yang
dibuat secara matang akan berfungsi sebagai kompas
untuk mencapai tujuan organisasi.
Banghart dan Trull dalam Sagala (2010:56) juga
mengemukakan bahwa : “Educational palnning is first
all a rational prosses”, artinya perencanaan pendidikan
adalah
rasional.
langkah
paling
Perencanaan
awal
pada
dari
semua
dasarnya
proses
merupakan
suatu proses memikirkan dan menetapkan secara
matang arah, tujuan dan tindakan sekaligus mengkaji
berbagai sumber daya dan metode yang tepat.
12
Sergiovanni
dalam
Sagala
(2010:57)
menegaskan:
“plans are guides, approximation, gool post, and compass
setting
not
irrevocable
commitments
or
dicision
arti
bahwa
commandments”.
Kutipan
di
atas
mempunyai
perencanaan adalah tuntutan, taksiran, pos tujuan,
dan letak pedoman, yang telah jadi komitmen dan
pernyataan keputusanyang tidak dapat ditarik kembali
yang diatur dan disepakati bersama-sama oleh kepala
sekolah dan staf.
Perencanaan
adalah
proses
menentukan
sasaran, alat, tuntutan-tuntutan, taksiran, pos-pos
tujuan, pedoman, kesepakatan yang menghasilkan
program-program yang terus berkembang, pendapat
ini disampaikan oleh Sagala (2013:58).
Perencanaan
atau
planning
adalah
proses
pengambilan keputusan yang menyangkut apa yang
akan
dilakukan
di
masa
mendatang,
kapan,
bagaimana, dan siapa yang akan melakukannya,
Prihatin (2011:15).
Berdasarkan uraian di atas bahwa perencanaan
merupakan proses sasaran, alat, dan tuntutan yang
bertujuan untuk membantu terlaksananya program
sekolah.
Perencanaan
menyesuaikan
terhadap
harus
luwes,
kebutuhan,
mampu
dapat
dipertanggungjawabkan, dan menjadi proses tahapantahapan yang dikehendaki.
13
Langkah pertama yang harus dilakukan dalam
manajemen
perencanaan.
peserta
Oleh
didik
adalah
karena
itu
mengadakan
peserta
didik
merupakan bagian yang tak terpisahkan dengan
manajemen
sekolah
secara
keseluruhan
maka
perencanaan peserta didik juga merupakan bagian
dari perencanaan sekolah secara keseluruhan.
Perencanaan
peserta
didik
adalah
suatu
aktivitas memikirkan di muka tentang hal-hal yang
harus dilakukan berkenaan dengan peserta didik di
sekolah, baik sejak peserta didik akan memasuki
sekolah maupunmereka akan lulus dari sekolah. Yang
direncanakan adalah hal-hal yang harus dikerjakan
berkenaan dengan penerimaan peserta didik sampai
dengan pelulusan peserta didik.
Slameto (2009:26) mengemukakan dalam suatu
organisasi kegiatan perencanaan mutlak harus ada.
Dalam suatu organisasi yang baik, bukan sekedar
perencanaan
perencanaan
yang
dituntut,
yang
melainkan
sungguh-sungguh
suatu
baik.
Perencanaan semacam ini adalah merupakan fase
pertama dari setiap pekerjaan.
Menurut Slameto (2009:26) setiap perencanaan
yang baik setidak-tidaknya harus memiliki 5 unsur
yang kita sebut 5 P, yaitu :
a. Purpose , yaitu tujuan yang akan dicapai. Tujuan ini
harus
dirumuskan
secara
jelas,
terperinci,
dan
operasional;
b. Policy, yaitu strategi atau cara untuk mencapai tujuan;
14
c. Procedure, yaitu sistem komunikasi yang ada dalam
organisasi. Yang dimaksud di sini adalah jalur-jalur
komunikasi sebagai akibat adanya pembagian tugas
wewenang dan tanggung jawab;
d. Progress, yaitu gambaran tentang tahap-tahap pencapaian
tujuan. Dalam perencanaan harus nampak standarstandar tingkat keberhasilan;
e. Program, yaitu uraian lebih rinci dalam operasional
tentang kegiatan sehari-hari dalam rangka kegiatan
pelaksanaan perencanaan.
Dengan perencanaan yang baik setiap anggota
organisasi akan tahu secara tepat tujuan yang akan
dicapai bersama, sehingga dapat merupakan petunjuk
bagi setiap anggota orang organisasi. Hal ini sangat
membantu usaha koordinasi kerjasama anggota yang
satu dengan yang lain, di samping itu perencanaan
yang baik dapat menjadi kontrol/pengawasan yang
baik
terhadap
kegiatan
orang-orang
maupun
pengawasan terhadap kemajuan-kemajuan yang
dicapai dan penyelewengan-penyelewengan yang
terjadi.
Dengan
demikian
dapat
dihindarkan
pemborosan sumber daya yang ada.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan
bahwa suatu organisasi akan dapat melaksanakan
fungsinya dengan baik apabila di dalamnya terdapat
perencanaan program yang sistematis.
2.1.4 Pengorganisasian
Mengorganisasi
adalah
mengalokasikan
dan
wewenang
sumber
dan
proses
mendistribusikan
daya
di
mengatur,
pekerjaan,
antara
anggota
organisasi untuk mencapai tujuan organisasi. Stoner
dalam
Tim
Dosen
(2011:94)
menyatakan
bahwa
15
mengorganisasikan adalah proses mempekerjakan dua
orang atau lebih untuk bekerja sama dengan cara
terstruktur guna mencapai sasaran spesifik atau
beberapa sasaran pengorganisasian yang tepat akan
membuat posisi orang jelas dalam struktur dan
pekerjaannya melalui pemilihan, pengalokasian dan
pendistribusian kerja yang profesional. Gorton dalam
Sagala (2013:58) :
“Organizing the school involves more that identifying positif
and devining relationship on an organizing chart, the most
important factor that an administrator should consider in
organizing a school are the people associated with it”.
Pengorganisasian yang efektif membagi habis dan
menstruktur tugas-tugas ke dalam sub-sub atau
komponen-komponen organisasi secara proporsional.
Dalam pengorganisasian ini kepala sekolah
membagi tugas pada guru dalam kepanitiaan
penerimaan siswa baru atau penerimaan peserta didik
baru.
2.1.5 Pelaksanaan (actuating)
Pengimplementasi atau penggerak (actuating)
merupakan proses implementasi program agar bisa
dijalankan oleh seluruh pihak dalam organisasi serta
proses
memotifasi
bertanggungjawab
agar
dengan
semua
penuh
pihak
kesadaran
dapat
dan
produktivitas yang tinggi (Sagala, 2010:8). Proses
motivasi berarti mendorong semua pihak agar mau
bekerja sama, ikhlas dan bergairah untuk mencapai
tujuan yang sesuai dengan rencana-rencana yang
16
telah
ditentukan
Menggerakkan
atau
diorganisir
(actuating)
menurut
sebelumnya.
George
Terry
dalam Sagala (2013:60) berarti merangsang anggota
kelompok melaksanakan tugas-tugas dengan antusias
dan kemampuan yang baik. Maka kepemimpinan
kepala sekolah mempunyai peran yang sangat penting
dalam menggerakkan personal sekolah.
Dari ketiga pendapat tersebut, implementasi
program sekolah dapat diartikan sebagai penerapan
atau
operasionalisasi
suatu
perencanaan
dalam
rangka mencapai tujuan. Implementasi program harus
dilaksanakan dengan melibatkan semua pihak secara
proporsional dan profesional, sehingga menumbuhkan
semangat partisipasi. Sekolah dalam melaksanakan
programnya juga harus terbuka, yaitu tidak ada
pelaksanaan program sekolah yang hanya diketahui
oleh individu atau kelompok tertentu saja. Semua
pelaksanaan
program
dipertanggungjawabkan
profesional,
sehingga
tersebut
secara
prosedural
menumbuhkan
dapat
dan
tingkat
kepercayaan publik dan pihak-pihak lain semakin
tinggi.
Dalam pelaksanaan penerimaan peserta didik
baru,
semua
orang/guru
yang
terlibat
dalam
kepanitiaan ini melaksanakan tugasnya sesuai dengan
tugas masing-masing dengan penuh tanggungjawab.
17
2.1.6 Pengawasan (controlling)
Dari beberapa pakar dalam Sagala (2010:65)
mengemukakan
pengertian,
pertama,
Stoner
menyatakan bahwa pengawasan adalah mencatat
perkembangan ke arah tujuan dan memungkinkan
mendeteksi penyimpangan dari perencanaan tepat
pada waktunya untuk mengambil tindakan korektif
sebelum
terlambat.
menegaskan
mengukur
bahwa
tingkat
Kedua,
Hadari
pengawasan
efektifitas
berarti
kerja
Nawawi
kegiatan
personal
dan
tingkat efisiensi penggunaan metode dan alat tertentu
dalam
usaha
mencapai
tujuan.
Ketiga,
Johnson
mengemukakan bahwa pengawasan sebagai fungsi
sistem
yang
rencana,
melakukan
mengusahakan
penyesuaian
agar
terhadap
penyimpangan-
penyimpangan tujuan sistem hanya dalam batas-batas
yang dapat ditoleransikan.
Dari
ketiga
pendapat
tersebut
bahwa
pengawasan adalah merupakan salah satu kegiatan
untuk mengetahui realisasi perilaku personal dan
tingkah laku agar tujuan dapat tercapai sesuai dengan
rencana, tercatat untuk mengukur tingkat efektifitas
kerja.
Pengawasan program sekolah dilakukan dalam
rangka
menjamin
pelaksanaan
program-program
sekolah sehingga rencana yang telah disusun dapat
terlaksana dengan baik. Berdasarkan Permendiknas
No. 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan
18
disebutkan bahwa pengawasan dan evaluasi sekolah
terdapat lima hal, yaitu : program pengawasan,
evaluasi diri, evaluasi dan pengembangan kurikulum,
evaluasi
pendayagunaan
pendidik
dan
tenaga
kependidikan, dan akreditasi sekolah. Masing-masing
program tersebut harus dilaksanakan oleh sekolah,
kecuali akreditasi dilakukan oleh dinas terkait.
2.1.7 Pentingnya Manajemen Kesiswaan
Pengelolaan manajemen kesiswaan di lembaga
pendidikan
sangat
penting,
maka
dalam
pelaksanaannya manajemen kesiswaan juga memiliki
tujuan tertentu. Mulyasa (2014:46) mengemukakan
bahwa
manajemen
kesiswaan
bertujuan
untuk
mengatur berbagai kegiatan dalam bidang kesiswaan
agar kegiatan pembelajaran di sekolah dapat berjalan
lancar, tertib dan teratur, serta mencapai tujuan
pendidikan sekolah. Tujuan manajemen kesiswaan
menurut Prihatin (2011:9) yaitu : mengatur kegiatankegiatan kesiswaan agar berbagai kegiatan tersebut
menunjang proses belajar mengajar di sekolah serta
pembelajaran yang dilakukan di sekolah tersebut
dapat berjalan lancar, tertib, dan teratur sehingga
dapat memberikan kontribusi bagi pencapaian tujuan
sekolah dan tujuan pendidikan secara keseluruhan.
Dirjen Dikti (2007) menyebutkan tujuan khusus
manajemen kesiswaan antara lain : a) meningkatkan
kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa, b) dapat
19
menyalurkan
serta
mengembangkan
kecerdasan,
bakat dan minat siswa bisa terpenuhi, d) dapat meraih
kebahagiaan dan kesejahteraan hidup siswa agar bisa
belajar baik dan meraih cita-cita.
Dari ketiga pendapat di atas dapat disimpulkan
bahwa tujuan dari manajemen kesiswaan adalah
untuk mengatur semua kegiatan-kegiatan kesiswaan
yang ada di sekolah dapat berjalan lancar, tertib, dan
teratur
sehingga
tujuan
sekolah
dan
tujuan
pendidikan secara keseluruhan dapat tercapai.
2.2 Penerimaan Peserta Didik Baru
Prihatin
(2011:51)
mengemukakan
bahwa
kegiatan penerimaan peserta didik baru sebenarnya
adalah salah satu kegiatan manajemen peserta didik
yang sangat penting. Dikatakan demikian, oleh karena
kalau tidak ada peserta didik yang diterima di sekolah,
berarti tidak ada yang harus ditangani atau diatur.
Sebelum pelaksanaan penerimaan peserta didik baru
dimulai, perlu diadakan perencanaan oleh sekolah
terlebih dahulu.
Menurut
Prihatin
(2011:15),
perencanaan
sebagai proses pengambilan keputusan mengenai apa
yang akan dilakukan di masa yang akan datang,
kapan dilakukan, bagaimana hal itu dilakukan serta
siapa
yang
penerimaan
20
akan
peserta
melakukannya.
didik
secara
Perencanaan
langsung
akan
berhubungan dengan kegiatan penerimaan dan proses
pencatatan
atau
perekapan
data
pribadi,
yang
nantinya tidak dapat terlepas dari pencatatan data
hasil belajar para siswa serta berbagai hal lainnya
yang dibutuhkan dalam pelaksanaan kegiatan sekolah
baik kurikuler maupun ko-kurikuler.
Dalam perencanaan penerimaan peserta didik
baru sekolah membentuk kepanitiaan penerimaan
peserta didik baru, rapat penentuan peserta didik
baru,
pembuatan,
pemasangan,
atau
pengiriman
pengumuman, pendaftaran peserta didik baru, seleksi,
penentuan peserta didik yang diterima, pengumuman
peserta didik yang diterima, dan registrasi peserta
didik yang diterima.
2.2.1 Sensus Anak Usia Pra-Sekolah
Sensus
kegiatan
untuk
sekolah
adalah
mengumpulkan
perencanaan
suatu
informasi
sarana
yang
atau
berguna
dalamberbagai kegiatan
pada
program sekolah, Atkinson dalam Prihatin ( 2011:22).
Selanjutnya
Prihatin
mengemukakan
bahwa
sensus sekolah sangat berguna bagi perencanaan
peserta didik karena dari hasil sensus tersebut
sekaligus dapat menunjukkan : 1) animo peserta didik
yang akan masuk sekolah tertentu pada tahun
tertentu, 2) animo peserta didik yang masuk ke
jurusan tertentu pada tahun tertentu, 3) tingkat
21
kemampuan peserta didik yang akan masuk ke
sekolah tertentu pada tahun tertentu.
Sensus berguna untuk mengetahui animo anak
usia pra sekolah sebagai sumber animo siswa masuk
sekolah.
2.2.2 Perencanaan Daya Tampung
Penentuan jumlah peserta didik yang nantinya
akan diterima perlu dilakukan agar layanan yang
diberikan
sekolah
kepada
peserta
didik
dapat
diberikan secara merata dan optimal. Tim Dosen
Administrasi
Pendidikan
(2009:207)
menyebutkan
bahwa sekolah hendaknya mempertimbangkan daya
tampung per kelas serta jumlah peserta didik dalam
satu
kelas
dalam
menentukan
besarnya
jumlah
peserta didik baru yang akan diterima. Secara tioritik
ukuran per kelas menurut standar pelayanan minimal
dengan jumlah tidak melebihi dari 32 peserta didik
tiap rombongan belajar (Permendikbud RI No. 23
Tahun 2013:3).
Di jenjang sekolah, baik sekolah dasar maupun
sekolah menengah, umumnya siswa baru yang ditrima
di sekolah hanya diperuntukkan pada jenjang kelas
awal atau kelas 1. Namun, bila masih memungkinkan
adanya tempat di kelas-kelas lain atau dikarenakan
perluasan ruang kelas di sekolah, para siswa yang
mendaftar di sekolah baru juga dapat diterima di kelas
22
2 dan 3. Penentuan banyak siswa yang diterima
tergantung dari daya tampung untuk tahun tersebut.
Prihatin (2011:24) mengemukakan bahwa daya
tampung kelas berdasarkan ukuran ruang disarankan
1,2 m perorang atau peserta didik. Daya tampung
sekolah berdasarkan jumlah bangku dapat dibedakan
antara yang single shift dan double shift.
2.2.3 Langkah-Langkah Penerimaan Peserta Didik
Baru
Penerimaan peserta didik baru yang dilakukan
oleh
sekolah
merupakan
langkah
awal
yang
menentukan kelancaran, berhasil atau tidaknya upaya
pendidikan di sekolah tersebut. Pada penerimaan
peserta
didik
baru
biasanya
dilakukan
sekolah
mendekati tahun pelajaran baru serta melalui proses
penghitungan yang tepat, maka perlu ditentukan
terlebih dahulu daya tampung dari sekolah yang
bersangkutan.
Adapun dasar penerimaan peserta didik baru di
Sekolah Dasar yaitu : a. Sistem Pendidikan Nasional
yang terdapat dalam UU Sisdiknas RI No. 20 Tahun
2003,
b.
Wajib
Permendiknas
No.
belajar
47
yang
Tahun
tertuang
2008,
c.
dalam
Standar
Pengelolaan Pendidikan oleh Satuan Pendidikan Dasar
dan Menengah yang tercantum dalam Permendiknas
RI No. 19 Tahun 2007.
23
Kebijakan penerimaan peserta didik baru di
Sekolah Dasar mengenai kriteria calon peserta didik
baru yaitu berusia sekurang-kurangnya enam tahun.
Adanya syarat pengecualian mengenai usia peserta
didik
yang
usianya
kurang
dari
enam
tahun
dilaksanakan berdasarkan rekomendasi tertulis dari
pihak
yang
memiliki
kompetensi
dalam
bidang
tertentu, seperti konselor sekolah/madrasah ataupun
psikolog.
Peraturan
Hal
tersebut
Menteri
tertuang
Pendidikan
dalam
Lampiran
Nasional
Republik
Indonesia Nomor 19 Tahun 2007 Angka 4.a.1. maka
dari itu, setiap sekolah dasar wajib menerima siswa
baru
tanpa
melalui
tes
masuk
dan
tetap
mengutamakan pada anak usia sekolah yang memiliki
usia 7 sampai 12 tahun dari lingkungan sekitarnya
tanpa adanya diskriminasi, serta sesuai daya tampung
satuan pendidikan yang bersngkutan.
Prihatin
(2011:57),
adapun
langkah-langkah
penerimaan peserta didik baru atau siswa baru
meliputi :
1. Membentuk panitia penerimaan peserta didik baru. Untuk
keperluan kelancaran kegiatan penerimaan peserta didik
baru diserahkan kepada panitia penerimaan peserta didik
baru yang dibentuk oleh kepala sekolah. Tugas-tugas
panitia, antara lain : (a) menentukan banyaknya murid
yang diterima, (b) menentukan syarat-syarat penerimaan,
(c)
melaksanakan
penyaringan,
(d)
mengadakan
pengumuman penerimaan, (e) mendaftar kembali calon
yang sudah diterima, (f) melaporkan hasil pekerjaannya
kepada pemimpin sekolah.
24
2. Rapat penerimaan peserta didik baru. Dalam rapat yang
diadakan oleh panitia penerimaan peserta didik baru.
Adapun yang ditulis dalam notula rapat yaitu : tanggal
rapat, waktu rapat, tempat rapat, agenda rapat, daftar
hadir peserta rapat dan hal-hal yang menjadi keputusan
rapat.
3. Pembuatan,
pemasangan/pengiriman
pengumuman
peserta didik baru. Setelah mendapatkan keputusan
mengenai hasil rapat sebelumnya, kemudian dibuatlah
pengumuman yang berisi gambaran singkat mengenai
sekolah, persyaratan pendaftaran peserta didik, cara,
waktu, tempat pendaftaran, biaya pendaftaran, waktu dan
tempat seleksi, serta waktu pengumuman hasil seleksi
diumumkan.
4. Pendaftaran peserta didik baru. Yang harus disediakan
oleh panitia pada saat pendaftaran peserta didik baru
seperti loket untuk mendaftar, loket untuk informasi serta
formulir pendaftaran siswa baru. Hal-hal yang sebaiknya
diketahui oleh calon siswa yang akan mendaftar yaitu
yaitu mengenai kapan formulir pendaftaran bisa diambil,
tentang bagaimana cara mengenai formulir pendaftaran,
dan kapan formulirbtersebut dapat dikembalikan.
5. Seleksi peserta didik baru. Seleksi atau penyaringan
peserta didik baru didasarkan atas dua pertimbangan
yaitu : atas pertimbangan target dan atas pertimbangan
nilai atau tingkat kemampuan yang telah ditetapkan.
6. Pengumuman peserta didik yang diterima. Dengan dasar
pertimbangan yang telah ditetapkan, maka panitia
penerimaan peserta didik baru mengadakan pengumuman
bagi calon siswa yang memenuhi syarat. Berdasarkan
hasil yang telah ditentukan terhadap peserta didik yang
akan diterima, maka diperoleh tiga hal kebijakan sekolah,
seperti peserta didik yang akan diterima,. Hasil
penentuikti, 2007). Pengumuman dapat dilakukan dengan
menempelkan daftar nama dan nomor pendaftaran di
papan
pengumuman
atau
mengirimkan
surat
pemberitahuan langsung ke alamat.
7. Pendaftaran ulang peserta didik baru. Calon peserta yang
dinyatakan diterima diharuskan mendaftar ulang dengan
memenuhi persyaratan dan perlengkapan yang diminta
sekolah, sekolah harus menetapkan batas waktu
25
pendaftaran ulang dimulai dan ditutup. Menurut Arikunto
(2012) hal ini diperlukan terutama bila ada kemungkinan
bagi calon untuk mendaftarkan ke lebih dari satu sekolah.
Jika pada batas waktu yang ditentukan calon belum
mendaftar kembali, panitia dapat memanggil calon lain
agar pemanfaatan fasilitas di sekolah dapat terpakai
secara maksimal.
2.2.4 Orientasi Siswa Baru
Orientasi peserta didik (siswa baru) adalah
kegiatan
penerimaan
mengenalkan
situasi
siswa
dan
baru
dengan
kondisi
lembaga
pendidikan (sekolah) tempat peserta didik itu
menempuh pendidikan. Situasi dan kondisi ini
menyangkut
lingkungan
lingkungan
sosial
fisik
sekolah
.
sekolah
Lingkungan
dan
fisik
sekolah seperti jalan menuju sekolah, halaman
sekolah,
tempat
olah
perlengkapan
sekolah
lainnya
disediakan
yang
raga,
serta
gedung
dan
fasilitas-fasilitas
lembaga.
Sedangkan
lingkungan sosial sekolah meliputi kepala sekolah,
guru-guru, tenaga TU, teman sebaya, kakak-kakak
kelas, peraturan atau tata tertib sekolah, layananlayanan sekolah bagi peserta didik serta kegiatankegiatan dan organisasi kesiswaan yang ada di
lembaga.
Tim Dosen Jurusan Administrasi Pendidikan
(2009:210), tujuan diadakan kegiatan orientasi bagi
peserta didik antara lain :
26
1) Agar peserta didik dapat mengerti dan mentaati
segala peraturan yang berlaku di sekolah;
2) Agar peserta didik dapat berpartisipasi aktif
dalam kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan
sekolah;
3) Agar
peserta
didik
siap
menghadapi
lingkungannya yang baru baik secara fisik,
mental dan emosional sehingga ia merasa betah
dalam mengikuti proses pembelajaran di sekolah
serta dapat menyesuaikan dengan kehidupan
sekolah.
Berdasarkan uraian di atas, orientasi siswa baru
diperlukan bagi siswa baru agar mereka mampu
beradaptasi dengan lingkungan baru di sekitarnya.
Penyesuaian
lingkungan
diperlukan
agar
siswa
nantinya bisa bersosialisasi lebih luas dalam cakupan
sosial.
Peserta
didik
baru
tersebut
tidak
hanya
berkomunikasi serta beradaptasi dengan teman-teman
pada usia sebaya saja, akan tetapi juga dengan orangorang usianya lebih dewasa. Orientasi yang dilakukan
ini juga sebagai tahap awal bagi para siswa untuk
mengenal berbagai tata tertib serta peraturan yang
berlaku di lembaga pendidikan, di mana mereka
mengenal aturan yang belum mereka dapatkan di
lembaga pendidikan sebelumnya.
27
2.3 Pencatatan dan Pelaporan Peserta Didik
2.3.1 Ketatausahaan Peserta Didik
Setelah dilakukan kegiatan penerimaan peserta
didik
baru,
maka
kegiatan
berikutnya
yaitu
memproses para siswa yang diterima tersebut dalam
catatan-catatan yang dimiliki sekolah dibedakan atas
dua jenis yaitu catatan untuk sekolah yang meliputi
buku induk, buku klapper, serta catatan tata tertib
sekolah. Selain itu juga ada catatan pada masingmasing kelas yang mencakup buku kelas, buku
presensi kelas, serta berbagai buku lain mengenai
catatan-catatan prestasi belajar (Arikunto, 2012).
Buku induk adalah buku kumpulan daftar
murid sepanjang masa dari suatu jenjang sekolah.
Catatan di dalam buku induk harus lengkap yakni
mencakup data dan identitas setiap siswa. Dalam hal
ini
sebagian
data
dapat
diambil
dari
formulir
pendaftaran siswa baru yang telah diisi sebelumnya.
Sedangkan buku klapper berfungsi untuk membantu
buku induk dalam memuat data murid yang pentingpenting (Suryosubroto, 2010).
Tim Dosen Administrasi Pendidikan menyatakan
bahwa buku klapper dapat diambil dari buku induk,
tetapi penulisannya disusun berdasarkan abjad. Hal
ini untuk memudahkan pencarian data peserta didik
kembali jika sewaktu-waktu diperlukan.
28
Pada pelaporan prestasi belajar peserta didik,
terdapat buku daftar nilai, buku legger, dan buku
raport. Tim Dosen Jurusan Administrasi Pendidikan
(2009:213) menjelaskan bahwa daftar nilai dimiliki
oleh setiap guru bidang studi atau guru kelas, yang
khusus untuk mencatat hasil nilai tes setiap siswa
pada bidang studi atau mata pelajaran tertentu. Selain
itu ada buku yang berguna sebagai kumpulan nilai
dari semua bidang studi bagi setiap siswa yang
dinamakan buku legger. Ada pula buku raport yang
merupakan
alat
atau
sarana
untuk
melaporkan
prestasi belajar para siswa kepada orang tua atau
siswa itu sendiri.
2.3.2 Perpindahan Peserta Didik
Perpindahan peserta didik atau perpindahan
siswa
dapat
diterjemahkan
sebagai
proses
perpindahan tempat pendidikan dari suatu lembaga
pendidikan
sejenis
yang
lainnya
di
wilayah
RI
(Prihatin, 2011:141).
Ada dua macam mutasi, yaitu mutasi intern dan
mutasi ekstern. Mutasi intern yaitu mutasi yang
dilakukan oleh peserta didik di dalam sekolah itu
sendiri. Peserta didik tersebut hanya pindah kelas saja
dalam
suatu
kelas
yang
tingkatannya
sejajar.
Sedangkan mutasi ekstern yaitu perpindahan peserta
didik dari suatu sekolah ke sekolah lainnya dalam
sekolah sejenis dan satu tingkatan. Selain itu, ada
berbagai penyebab peserta didik melakukan mutasi.
29
Faktor
penyebab
peserta
didik
tersebut
itu
dapat
sendiri,
bersumber
lingkungan
dari
keluarga,
sekolah, ataupun lingkungan teman sebayanya (Dirjen
Dikti, 2008).
2.4 Pengelolaan Kegiatan Kesiswaan
Secara
operasional
manajemen
kesiswaan
diharapkan dapat mendukung upaya pertumbuhan
dan
perkembangan
kesiswaan
melalui
proses
pendidikan di sekolah, salah satunya yaitu dengan
pembinaan
dan
pengembangan
siswa.
Sesuai
Permendiknas No. 39 Th. 2008 mengenai pembinaan
kesiswaan.
Pembinaan
dan
pengembangan
siswa
dilakukan oleh sekolah agar siswa atau peserta didik
bisa
memperoleh
beraneka
pengalaman
belajar
nantinya untuk bekal hidupnya dimasa yang akan
datang.
Sekolah
pembinaan
dan
dalam
merancang
pengembangan
siswa
kegiatan
biasanya
melakukan kegiatan yang disebut kegiatan kurikuler
dan kegiatan ekstrakurikuler (Tim Dosen Jurusan
Administrasi Pendidikan, 2010:211).
Beberapa langkah yang harus ditempuh dalam
melakukan
kegiatan
perkiraan,
kesiswaan
perumusan
pemrograman,
yakni
tujuan,
menyusun
melakukan
kebijakan,
langkah-langkah,
penjadwalan, dan pembiayaan (Prihatin, 2011:17).
Kegiatan yang dapat dilakukan dalam pembinaan
siswa
antara
lain
melakukan
pendataan
siswa
(biodata), mengikutsertakan siswa dalam merumuskan
30
kegiatan kesiswaan, mengembangkan potensi siwa
secara
optimal
melalui
kegiatan
ekstrakurikuler,
kelulusan dan pelepasan siswa (Hermawan, 2010).
Berdasarkan Permendiknas No. 19
Tahun 2007,
kegiatan kesiswaan terdiri atas empat jenis yaitu :
2.4.1 Kegiatan Ekstrakurikuler
Arikunto
(dalam
menyebutkan
Suryosubroto,
kegiatan
2002:287)
ekstrakurikuler
adalah
kegiatan tambahan, di luar struktur program yang
pada
umumnya
merupakan
kegiatan
pilihan
(1988:57).
Sedangkan
definisi
kegiatan
ekstrakurikuler
menurut Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan
adalah :
Kegiatan yang dilakukan di luar jam pelajaran tatap
muka, dilaksanakan di sekolah atau di luar sekolah agar
lebih
memperkaya
dan
memperluas
wawasan
pengetahuan dan kemampuan yang telah dipelajari dari
berbagai mata pelajaran dalam kurikulum (Kurikulum
SMK 1984, Depdikbud:6).
Prihatin (2011:164), kegiatan ekstrakurikuler
adalah kegiatan yang dilakukan di luar jam pelajaran
biasa dan pada waktu hari libur sekolah yang
dilakukan baik di sekolah maupun di luar sekolah,
dengan
tujuan
pengetahuan
untuk
siswa,
memperluas
mengenal
pengetahuan
hubungan
antara
berbagai mata pelajaran, menyalurkan bakat dan
minat serta melengkapi upaya pembinaan manusia
Indonesia seutuhnya.
31
Hermawan (2007) menyatakan bahwa program
kurikuler pada dasarnya merupakan upaya untuk
mempersiapkan
intelektual,
sosial.
siswa
emosional,
Tujuan
agar
memiliki
spiritual,
pendidikan
tidak
dan
kemampuan
kompetensi
sekedar
hanya
menanamkan pengetahuan yang tertuang dari buku,
tetapi juga membawa perkembangan mental, fisik dan
sosial yang baik untuk para siswa. UNESCO (2005)
menyebutkan bahwa :
Extracurricular activities are activities students in
their spare times according to their interests and will for
educational and recreational purposes.
Pupils’extracurricular activities are not isolated from
their
curriculer
activities
but
supplement
the
formal
educational programme and contribute to the general
education of
the child. They also provide abundant
opportunities for pupils to develop managerial ability and
should
therefore
serve
to
supplement
the
curricular
management training programs.
Pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler dilakukan
di luar kegiatan belajar mengajar di kelas, tetapi tetap
terkait dengan proses belajar mengajar tersebut.
Melalui kegiatan ekstrakurikuler, siswa diharapkan
dapat mengembangkan bakat dan minatnya agar bisa
menumbuhkan
sikap
yang
positif.
Untuk
itu
penyusunan program kegiatan bagi siswa selama
mengikuti pendidikan di sekolah harus berdasarkan
pada visi dan misi di tiap lembaga pendidikan yang
bersangkutan, minat dan bakat yang dimiliki oleh
peserta
32
didik,
sarana
dan
prasarana
yang
ada,
anggaran, serta tenaga kependidikan yang tersedia
(Tim
Dosen
Jurusan
Administrasi
Pendidikan,
2010:212).
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan
bahwa
kegiatan
ekstrakurikuler
adalah
kegiatan
tambahan di luar struktur program dilaksanakan di
luar
jam
pelajaran
biasa
dengan
tujuan
untuk
mengembangkan potensi, bakat, minat,kemampuan,
kepribadian, kerjasama, dan kemandirian peserta
didik secara optimal sesuai keadaan dan kebutuhan
lingkungan.
Kegiatan ekstrakurikuler terdiri atas kegiatan
ekstra
wajib
dan
ekstrakurikuler
ekstra
wajib
yaitu
pilihan.
kegiatan
Kegiatan
yang
wajib
diselenggarakan oleh satuan pendidikan dan wajib
diikuti oleh seluruh peserta didik yaitu pendidikan
kepramukaan,
merupakan
sedangkan
program
ekstrakurikuler
ekstrakurikuler
yang
pilihan
dapat
diikuti oleh peserta didik sesuai dengan bakat dan
minat peserta didik. Permendikbud No. 62 Tahun 2014
mengemukakan
bentuk
kegiatan
ekstrakurikuler
pilihan sebagai berikut :
1. Krida,
meliputi
kegiatan
kepramukaan,
Latihan
Kepemimpinan Sekolah (LKS), Palang Merah Remaja
(PMR), Usaha Kesehatan Sekolah (UKS), Pasukan Pengibar
Bendera Pusaka (Paskibraka);
2. Karya Ilmiah, mencakup Kegiatan Ilmiah Remaja (KIR),
kegiatan
penguasaan
keilmuan
serta
kemampuan
akademik dan penelitian;
33
3. Latihan atau olah bakat : pengembangan bakat olah raga,
seni dan budaya, cinta alam, jurnalistik, teater, teknologi
informasi dan komunikasi, rekayasa, dan lainnya;
4. Keagamaan : pesantren kilat, ceramah keagamaan, baca
tulis al quran, retreat.
2.4.2 Pembinaan Prestasi Unggulan
Pembinaan kesiswaan merupakan salah satu
ilmu yang diberikan di luar kelas yang terbentuk
seiring dengan kebutuhan manusia akan pendidikan.
Berawal dari pengetahuan sederhana dengan ruang
lingkup yang terbatas, pembinaan untuk siswa terus
berkembang dan berperan mendukung perkembangan
intelektual, sosial, dan emosional pada setiap siswa
yang menjadi bagian dari masyarakat sekolah. Selain
itu Kartini menjelaskan bahwa pembinaan kesiswaan
adalah
salah
satu
cara
untuk
menggambarkan
pengetahuan seseorang dan pengalaman orang lain,
serta mengungkapkan gagasan, dan perasaan dalam
beragam
makna.
Siswa
memperoleh
ilmu
untuk
meningkatkan kemampuan berpikir, bernalar, serta
kemampuan memperluas wawasannya. Selain itu,
mereka juga diharapkan mampu memahami informasi
yang disampaikan
secara terselubung atau secara
tidak langsung, mereka memiliki kepekaan di dalam
interaksi sosial, menghadapi perbedaan pendapat
dalam lingkungan bermasyarakat yang mempunyai
latar belakang dari berbagai budaya, agama, adat
istiadat. Ruang lingkup dalam kegiatan pembinaan
kesiswaan sesuai Permendiknas No. 39 Th. 2008
34
tentang pembinaan kesiswaan mencakup sepuluh
aspek, yaitu : 1. Keimanan dan ketaqwaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa, 2. Budi pekerti luhur/akhlak
mulia,
3.
Kepribadian
yang
unggul,
wawasan
kebangsaan serta bela negara, 4. Prestasi akademik,
seni, dan atau olah raga sesuai bakat dan minat yang
dimiliki, 5. Demokrasi, hak asasi manusia atau HAM,
pendidikan dalam politik, lingkungan hidup, kepekaan
serta toleransi sosial yang menyangkut masyarakat
majemuk,
6.
Kreativitas,
keterampilan,
dan
kewirausahaan, 7. Kualitas jasmani, kesehatan, serta
gizi berbasis sumber gizi yang terdiversifikasi, 8.
Sastra dan kebudayaan, 9. Teknologi informasi dan
komunikasi atau TIK, 10. Berkomunikasi dengan
menggunakan bahasa Inggris.
Pada penelitian ini peneliti ingin mengetahui
bagaimana penerimaan siswa baru dan kegiatan
kesiswaan yang dilakukan di SD Negeri Salamsari
kecamatan Kedu.
2.5 Peneliti terdahulu yang menulis tentang
manajemen kesiswaan sebagai berikut :
1. Affinoxy (2009). Hasil penelitian menunjukkan
bahwa manajemen kesiswaan di SDIT Nur Hidayah
Surakarta yang dilaksanakan mencakup 4 hal, terdiri
dari : Pertama, perencanaan (planning) kesiswaan,
yang kegiatannya meliputi penentuan daya tampung,
perencanaan
penerimaan
pengorganisasian
siswa
(organizing)
baru.
Kedua,
kesiswaan,
melalui
35
pengelompokan siswa dengan pola tertentu yang
mengedepankan kenyamanan siswa dan guru. Ketiga,
pelaksanaan
(actuating)
kesiswaan,
dilaksanakan
dengan berbagai kegiatan yang kompleks seperti
orientasi siswa baru, pembinaan dan pelayanan siswa,
serta mutasi dan alumni siswa. Keempat, pengawasan
(controlling)
penilaian
kesiswaan,
siswa
berupa
secara
pemantauan
menyeluruh.
dan
Dalam
melaksanakan manajemen kesiswaan ada beberapa
faktor pendukung dan penghambat yang dihadapi oleh
SDIT Nur Hidayah Surakarta. Faktor pendukung
meliputi : adanya kerja sama antar elemen sekolah,
sarana prasarana yang lengkap dan mendukung,
komitmen dan inovasi dari pelaksana manajemen,
sistem informasi berupa website dan SMS Education,
jalinan kerja sama dengan sejumlah TK, dan peran
aktif orang tua siswa. Adapun faktor penghambat
muncul dari siswa, guru, dan orang tua. Faktor
penghambat
tersebut
antara
lain
:
kurangnya
komunikasi antar pengajar ekstrakurikuler, pilihan
siswa
yang
berubah-ubah,
serta
longgarnya
pengawasan dari orang tua.
2. Fadhilah (2014) tentang
“Manajemen Kesiswaan
pada Madrasah Tsanawiyah Negeri Cot Gue Kabupaten
Aceh
Besar”,
menuliskan
bahwa
perencanaan,
pengawasan, pengevaluasian manajemen kesiswaan
pada MTsN Cot Gue disusun oleh kepala sekolah
bersama wakil kepala bidang kesiswaan meliputi
program PSB, daya tampung siswa baru, dan proses
36
seleksi siswa baru. semua perencanaan kesiswaan
tersusun
dengan
baik
dan
terdokumentasi.
Pelaksanaan manajemen kesiswaan yang menyangkut
dengan PSB adalah penempatan siswa dalam ruangan
kelas secara seimbang, pembinaan disiplin siswa,
pelaksanaan
akademik,
serta
kegiatan
ekstrakurikuler.
3.
Kartika
Dewi
(2013)
menyimpulkan
hasil
penelitiannya antara lain, langkah-langkah penerapan
manajemen kesiswaan pada penerimaan siswa baru
meliputi
perencanaan,
pengorganisasian,
dan
pelaksanaan. Adapun faktor pendukung penerimaan
siswa baru yaitu adanya kepedulian dan kerja sama
komite, guru, dan wali murid, tersedianya dana dan
daya tampung siswa yang masih memungkinkan.
Sedangkan faktor penghambatnya yaitu karena letak
geografis, persaingan antar sekolah, tradisi, serta
keberhasilan KB. Kegiatan kesiswaan yang telah
dilakukan yang telah dilakukan SD Negeri di Gugus Ki
Hajar Dewantara mencakup bimbingan konseling,
ekstrakurikuler, pembinaan prestasi unggulan dan
pelacakan
alumni.
Sedang
faktor
penghambat
pelaksanaan program kegiatan kesiswaan SD Negeri di
Gugus Ki Hajar Dewantara yaitu waktu kegiatan
pelaksanaan
belumadanya
kegiatan,
buku
letak
panduan
geografis
dalam
serta
pelaksanaan
program kegiatan tersebut.
4. Gallagher (2011), This qualitative multi-site case
study sought to examine the current educational
37
provisions in place for intellectually gifted primary
school students in Queensland and to consider how the
biliefs and attitudes of primary school stakeholders
were reflected in the production of their school gifted
education
policies.
Attitudes
and
perceptions
of
principals and teachers at four Queensland perimary
schools are reported in this article. The major findings
indicated
that
while
reported
attitudes
towards
acceleration and ability grouping were fairly positive
overall, educators are still concemed about the possible
adverse effects of grade-skipping on students’social and
emotional development, and the connotations of elitism
associated with full-time models of ability grouping.
However, teachers’ knowledge and awareness of the
affective characteristics of gifted students did not
appear to influence their attitudes or beliefs regarding
acceleration and ability grouping.
5. Mudhovozi (2012), The study incestigated the social
and academic experiences of first year students at a
university in Zinbabwe. A phenomenological research
design was used to conduct the study. Respondents
were seven purposefully sampled first year students (N
= 7: males = 3, females = 4, mean age = 24.4 years; age
ranging between 18 and 36 years). Semi-structured
interviews
were conducted
with each respondent.
Content analysis of the responses showed that first
year students experienced varied social and academic
adjustment problems. The students over-relied on social
networks and efficacious beliefs to cope with the
38
challenges. The students need to be exposed to various
coping resources to enable them to quickly and smoothly
adjust into the new life at university
2.6 Kerangka Berpikir
Manajemen kesiswaan merupakan salah satu
aspek manajemen yang dapat mengelola seluruh
sumber daya pendidikan di sekolah pada siswa
khususnya. Keberadaan manajemen kesiswaan tentu
sangat dibutuhkan di lembaga pendidikan karena
siswa merupakan subyek sekaligus objek dalam proses
pemindahan atau transformasi ilmu pengetahuan dan
keterampilan. Kepala sekolah sebagai manajer di
sekolah menyelenggarakan berbagai program dalam
bidang
pendidikan,
salah
satunya
dalam
aspek
kesiswaan. Semua kegiatan yang ada di sekolah pada
akhirnya
bertujuan
untuk
membantu
siswa
mengembangkan potensi yang dimilikinya. Oleh sebab
itu, peran kepala sekolah sangat penting untuk
menciptakan situasi dan kondisi agar para siswa dapat
mengembangkan
dirinya
secara
optimal.
Program
kegiatan yang dilakukan melalui penerimaan siswa
baru, pembinaan siswa, dan pemantapan program
kesiswaan. Penerimaan siswa baru adalah suatu
proses pendataan dan pelayanan kepada siswa yang
baru
masuk
sekolah,
setelah
mereka
memenuhi
persyaratan tertentu yang telah ditetapkan oleh suatu
lembaga pendidikan.
39
Kepala sekolah secara garis besar memiliki
tanggungjawab yang berkaitan dengan manajemen
kesiswaan yaitu memberikan layanan kepada siswa
dengan cara memenuhi berbagai kebutuhan yang
mereka perlukan sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan oleh sekolah sebelumnya secara efektif dan
efisien. Pencapaian hasil secara optimal yang diperoleh
dari diri siswa, mempersyaratkan pelayanan dari para
guru dan pengelola sekolah yang optimal pula. Guru
merupakan tenaga kependidikan, maka guru juga
bertanggungjawab atas terselenggaranya pembinaan
kesiswaan di sekolah secara umum dan secara khusus
terpadu dalam setiap mata pelajaran yang menjadi
tanggung jawab masing-masing, sehingga guru sebagai
pendidik dapat lebih memahami, menguasai, dan
menerapkan
kompetensi
bidang
pembinaan
kesiswaan.
Kepala Sekolah
Penerimaan
Siswa Baru
SISWA
Manajemen
Kesiswaan
Guru
40
Kegiatan
Kesiswaan