BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Manajemen Kesiswaan di SD Negeri Salamsari (Penerimaan Peserta Didik Baru) Kecamatan Kedu Kabupaten Temanggung

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Manajemen Kesiswaan
2.1.1 Pengertian Manajemen
Menurut George Terry dalam Sagala (2013:53)
adalah :
“Management is a distinct prosess consisting of planning,
organizing,

actuating,

and

controlling,

performed

to

determine and accomplish stated objectives by the of
human beings and other resources”.


Kutipan
manajemen

di
adalah

pengorganisasian,
melalui

orang

mewujudkan

atas

mempunyai

suatu


proses

pelaksanaan
atau

tujuan.

arti

sumber
Proses

perencanaan,

dan

pengontrolan

daya
yang


bahwa

lain

untuk

dikemukakan

George Terry inilah yang secara populer dikenal
dengan

singkatan

POAC

(planning,

organizing,


actuating, controlling).
Di sisi lain Ali Imron (2003:4) menyebutkan
manajemen adalah kemampuan atau keterampilan
untuk

memperoleh

suatu

hasil

dalam

rangka

mencapai tujuan.
Berdasarkan tiori di atas manajemen adalah
suatu

keterampilan


perencanaan,

seorang

pengorganisasian,

manajer
pelaksanaan

dalam
dan

pengontrolan melalui orang atau sumber daya lain

9

untuk mewujudkan tujuan tercapai secara efektif dan
efisien.


2.1.2 Pengertian Manajemen Kesiswaan
Istilah manajemen kesiswaan merupakan frase
yang berasal dari gabungan kata yaitu : “Manajemen”
dan “Siswa”. Menurut arti bahasa, manajemen berarti
ketatalaksanaan dan tata kepemimpinan, manajemen
juga berarti kepemimpinan terhadap suatu kelompok
guna mencapai tujuan. Sedangkan secara istilah,
manajemen

berarti

ilmu

atau

seni

mengatur

pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya

lain secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan
tertentu.

Dalam

kaitannya

dengan

pendidikan,

manajemen berarti proses kerja sama antara dua
orang atau lebih dalam satuan organisasi pendidikan,
dengan

mendayagunakan

segala

sumber


daya

manusia maupun sumber daya yang lain menuju
pencapaian pendidikan tertentu. Sedangkan siswa
adalah peserta belajar atau murid pada tingkat
sekolah dasar dan menengah. Siswa juga biasa disebut
dengan pelajar. Kesiswaan berarti segala sesuatu yang
berkenaan dengan urusan yang berhubungan dengan
siswa. Menurut Ary, 1996 dalam Tulusmono (2012:2),
yang dimaksud kesiswaan adalah segala sesuatu yang
berkaitan dengan peserta didik atau yang lebih dikenal
dengan istilah siswa. Tulusmono (2012:2) menjelaskan
bahwa manajemen kesiswaan merupakan salah satu

10

bidang operasional manajemen berbasis sekolah. Oleh
sebab


itu,

manajemen

kesiswaan

menjadi

aspek

penting untuk dipahami dan dilaksanakan oleh kepala
sekolah. Manajemen kesiswaan tidak hanya sebagai
aktivitas kegiatan yang diprogram sekolah seperti
kegiatan penerimaan siswa baru, penempatan, serta
pembinaan siswa, tetapi juga diharapkan potensi yang
dimiliki siswa baik potensi rohaniah dan jasmaniah,
dapat berkembang secara maksimal agar nantinya
pada saat siswa tersebut lulus dari jenjang pendidikan
sekolah, siswa memiliki pengetahuan, sikap, dan
keterampilan yang diharapkan (Hermawan, 2010:4).

Manajemen kesiswaan atau yang disebut pupil
personel

administration

sebagai

layanan

yang

memusatkan perhatian pada pengaturan, pengawasan,
dan layanan siswa di dalam maupun di luar kelas
seperti pengenalan, pendaftaran, layanan individual
seperti

pengembangan

keseluruhan


kemampuan,

minat, kebutuhan sampai para siswa tersebut matang
di jenjang sekolah (Knezevich, 1961, Prihatin, 2011: 4).
Selain itu, Mulyasa (2014:45) menyatakan bahwa
manajemen

kesiswaan

adalah

penataan

terhadap

kegiatan yang berkaitan dengan peserta didik, mulai
masuk

sampai

dengan

keluarnya

peserta

didik

tersebut dari suatu sekolah. Manajemen kesiswaan
dapat diartikan sebagai usaha pengaturan terhadap
kesiswaan mulai dari siswa tersebut masuk sekolah
sampai dengan mereka lulus sekolah (Sudrajat, 2010).
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut di atas,
11

maka

pengertian

manajemen

kesiswaan

dalam

penelitian ini sejalan dengan apa yang disampaikan
oleh

Knezvich,

1961

(Dirjen

Dikti,

2007)

yaitu

manajemen kesiswaan merupakan pemberian suatu
layanan

yang

menitikberatkan

perhatian

pada

pengaturan, pengawasan, serta layanan siswa di
dalam maupun di luar kelas, seperti pengenalan,
pendaftaran,

layanan

pengembangan

individual

keseluruhan

yang

mencakup

kemampuan,

minat,

kebutuhan sampai para siswa tersebut matang di
jenjang sekolah.

2.1.3 Perencanaan Peserta Didik
Gibson dalam Sagala (2010:56) mengemukakan
pengertian bahwa perencanaan mencakup kegiatan
menentukan sasaran dan alat sesuai untuk mencapai
tujuan yang telah ditentukan. Perencanaan yang
dibuat secara matang akan berfungsi sebagai kompas
untuk mencapai tujuan organisasi.
Banghart dan Trull dalam Sagala (2010:56) juga
mengemukakan bahwa : “Educational palnning is first
all a rational prosses”, artinya perencanaan pendidikan
adalah
rasional.

langkah

paling

Perencanaan

awal
pada

dari

semua

dasarnya

proses

merupakan

suatu proses memikirkan dan menetapkan secara
matang arah, tujuan dan tindakan sekaligus mengkaji
berbagai sumber daya dan metode yang tepat.

12

Sergiovanni

dalam

Sagala

(2010:57)

menegaskan:
“plans are guides, approximation, gool post, and compass
setting

not

irrevocable

commitments

or

dicision

arti

bahwa

commandments”.

Kutipan

di

atas

mempunyai

perencanaan adalah tuntutan, taksiran, pos tujuan,
dan letak pedoman, yang telah jadi komitmen dan
pernyataan keputusanyang tidak dapat ditarik kembali
yang diatur dan disepakati bersama-sama oleh kepala
sekolah dan staf.
Perencanaan

adalah

proses

menentukan

sasaran, alat, tuntutan-tuntutan, taksiran, pos-pos
tujuan, pedoman, kesepakatan yang menghasilkan
program-program yang terus berkembang, pendapat
ini disampaikan oleh Sagala (2013:58).
Perencanaan

atau

planning

adalah

proses

pengambilan keputusan yang menyangkut apa yang
akan

dilakukan

di

masa

mendatang,

kapan,

bagaimana, dan siapa yang akan melakukannya,
Prihatin (2011:15).
Berdasarkan uraian di atas bahwa perencanaan
merupakan proses sasaran, alat, dan tuntutan yang
bertujuan untuk membantu terlaksananya program
sekolah.

Perencanaan

menyesuaikan

terhadap

harus

luwes,

kebutuhan,

mampu
dapat

dipertanggungjawabkan, dan menjadi proses tahapantahapan yang dikehendaki.
13

Langkah pertama yang harus dilakukan dalam
manajemen
perencanaan.

peserta
Oleh

didik

adalah

karena

itu

mengadakan
peserta

didik

merupakan bagian yang tak terpisahkan dengan
manajemen

sekolah

secara

keseluruhan

maka

perencanaan peserta didik juga merupakan bagian
dari perencanaan sekolah secara keseluruhan.
Perencanaan

peserta

didik

adalah

suatu

aktivitas memikirkan di muka tentang hal-hal yang
harus dilakukan berkenaan dengan peserta didik di
sekolah, baik sejak peserta didik akan memasuki
sekolah maupunmereka akan lulus dari sekolah. Yang
direncanakan adalah hal-hal yang harus dikerjakan
berkenaan dengan penerimaan peserta didik sampai
dengan pelulusan peserta didik.
Slameto (2009:26) mengemukakan dalam suatu
organisasi kegiatan perencanaan mutlak harus ada.
Dalam suatu organisasi yang baik, bukan sekedar
perencanaan
perencanaan

yang

dituntut,

yang

melainkan

sungguh-sungguh

suatu
baik.

Perencanaan semacam ini adalah merupakan fase
pertama dari setiap pekerjaan.
Menurut Slameto (2009:26) setiap perencanaan
yang baik setidak-tidaknya harus memiliki 5 unsur
yang kita sebut 5 P, yaitu :
a. Purpose , yaitu tujuan yang akan dicapai. Tujuan ini
harus
dirumuskan
secara
jelas,
terperinci,
dan
operasional;
b. Policy, yaitu strategi atau cara untuk mencapai tujuan;

14

c. Procedure, yaitu sistem komunikasi yang ada dalam
organisasi. Yang dimaksud di sini adalah jalur-jalur
komunikasi sebagai akibat adanya pembagian tugas
wewenang dan tanggung jawab;
d. Progress, yaitu gambaran tentang tahap-tahap pencapaian
tujuan. Dalam perencanaan harus nampak standarstandar tingkat keberhasilan;
e. Program, yaitu uraian lebih rinci dalam operasional
tentang kegiatan sehari-hari dalam rangka kegiatan
pelaksanaan perencanaan.

Dengan perencanaan yang baik setiap anggota
organisasi akan tahu secara tepat tujuan yang akan
dicapai bersama, sehingga dapat merupakan petunjuk
bagi setiap anggota orang organisasi. Hal ini sangat
membantu usaha koordinasi kerjasama anggota yang
satu dengan yang lain, di samping itu perencanaan
yang baik dapat menjadi kontrol/pengawasan yang
baik
terhadap
kegiatan
orang-orang
maupun
pengawasan terhadap kemajuan-kemajuan yang
dicapai dan penyelewengan-penyelewengan yang
terjadi.
Dengan
demikian
dapat
dihindarkan
pemborosan sumber daya yang ada.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan
bahwa suatu organisasi akan dapat melaksanakan
fungsinya dengan baik apabila di dalamnya terdapat
perencanaan program yang sistematis.

2.1.4 Pengorganisasian
Mengorganisasi

adalah

mengalokasikan

dan

wewenang

sumber

dan

proses

mendistribusikan
daya

di

mengatur,
pekerjaan,

antara

anggota

organisasi untuk mencapai tujuan organisasi. Stoner
dalam

Tim

Dosen

(2011:94)

menyatakan

bahwa
15

mengorganisasikan adalah proses mempekerjakan dua
orang atau lebih untuk bekerja sama dengan cara
terstruktur guna mencapai sasaran spesifik atau
beberapa sasaran pengorganisasian yang tepat akan
membuat posisi orang jelas dalam struktur dan
pekerjaannya melalui pemilihan, pengalokasian dan
pendistribusian kerja yang profesional. Gorton dalam
Sagala (2013:58) :
“Organizing the school involves more that identifying positif
and devining relationship on an organizing chart, the most
important factor that an administrator should consider in
organizing a school are the people associated with it”.

Pengorganisasian yang efektif membagi habis dan
menstruktur tugas-tugas ke dalam sub-sub atau
komponen-komponen organisasi secara proporsional.
Dalam pengorganisasian ini kepala sekolah
membagi tugas pada guru dalam kepanitiaan
penerimaan siswa baru atau penerimaan peserta didik
baru.
2.1.5 Pelaksanaan (actuating)
Pengimplementasi atau penggerak (actuating)
merupakan proses implementasi program agar bisa
dijalankan oleh seluruh pihak dalam organisasi serta
proses

memotifasi

bertanggungjawab

agar
dengan

semua
penuh

pihak
kesadaran

dapat
dan

produktivitas yang tinggi (Sagala, 2010:8). Proses
motivasi berarti mendorong semua pihak agar mau
bekerja sama, ikhlas dan bergairah untuk mencapai
tujuan yang sesuai dengan rencana-rencana yang
16

telah

ditentukan

Menggerakkan

atau

diorganisir

(actuating)

menurut

sebelumnya.
George

Terry

dalam Sagala (2013:60) berarti merangsang anggota
kelompok melaksanakan tugas-tugas dengan antusias
dan kemampuan yang baik. Maka kepemimpinan
kepala sekolah mempunyai peran yang sangat penting
dalam menggerakkan personal sekolah.
Dari ketiga pendapat tersebut, implementasi
program sekolah dapat diartikan sebagai penerapan
atau

operasionalisasi

suatu

perencanaan

dalam

rangka mencapai tujuan. Implementasi program harus
dilaksanakan dengan melibatkan semua pihak secara
proporsional dan profesional, sehingga menumbuhkan
semangat partisipasi. Sekolah dalam melaksanakan
programnya juga harus terbuka, yaitu tidak ada
pelaksanaan program sekolah yang hanya diketahui
oleh individu atau kelompok tertentu saja. Semua
pelaksanaan

program

dipertanggungjawabkan
profesional,

sehingga

tersebut

secara

prosedural

menumbuhkan

dapat
dan
tingkat

kepercayaan publik dan pihak-pihak lain semakin
tinggi.
Dalam pelaksanaan penerimaan peserta didik
baru,

semua

orang/guru

yang

terlibat

dalam

kepanitiaan ini melaksanakan tugasnya sesuai dengan
tugas masing-masing dengan penuh tanggungjawab.

17

2.1.6 Pengawasan (controlling)
Dari beberapa pakar dalam Sagala (2010:65)
mengemukakan

pengertian,

pertama,

Stoner

menyatakan bahwa pengawasan adalah mencatat
perkembangan ke arah tujuan dan memungkinkan
mendeteksi penyimpangan dari perencanaan tepat
pada waktunya untuk mengambil tindakan korektif
sebelum

terlambat.

menegaskan
mengukur

bahwa
tingkat

Kedua,

Hadari

pengawasan
efektifitas

berarti

kerja

Nawawi
kegiatan

personal

dan

tingkat efisiensi penggunaan metode dan alat tertentu
dalam

usaha

mencapai

tujuan.

Ketiga,

Johnson

mengemukakan bahwa pengawasan sebagai fungsi
sistem

yang

rencana,

melakukan

mengusahakan

penyesuaian
agar

terhadap

penyimpangan-

penyimpangan tujuan sistem hanya dalam batas-batas
yang dapat ditoleransikan.
Dari

ketiga

pendapat

tersebut

bahwa

pengawasan adalah merupakan salah satu kegiatan
untuk mengetahui realisasi perilaku personal dan
tingkah laku agar tujuan dapat tercapai sesuai dengan
rencana, tercatat untuk mengukur tingkat efektifitas
kerja.
Pengawasan program sekolah dilakukan dalam
rangka

menjamin

pelaksanaan

program-program

sekolah sehingga rencana yang telah disusun dapat
terlaksana dengan baik. Berdasarkan Permendiknas
No. 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan

18

disebutkan bahwa pengawasan dan evaluasi sekolah
terdapat lima hal, yaitu : program pengawasan,
evaluasi diri, evaluasi dan pengembangan kurikulum,
evaluasi

pendayagunaan

pendidik

dan

tenaga

kependidikan, dan akreditasi sekolah. Masing-masing
program tersebut harus dilaksanakan oleh sekolah,
kecuali akreditasi dilakukan oleh dinas terkait.
2.1.7 Pentingnya Manajemen Kesiswaan
Pengelolaan manajemen kesiswaan di lembaga
pendidikan

sangat

penting,

maka

dalam

pelaksanaannya manajemen kesiswaan juga memiliki
tujuan tertentu. Mulyasa (2014:46) mengemukakan
bahwa

manajemen

kesiswaan

bertujuan

untuk

mengatur berbagai kegiatan dalam bidang kesiswaan
agar kegiatan pembelajaran di sekolah dapat berjalan
lancar, tertib dan teratur, serta mencapai tujuan
pendidikan sekolah. Tujuan manajemen kesiswaan
menurut Prihatin (2011:9) yaitu : mengatur kegiatankegiatan kesiswaan agar berbagai kegiatan tersebut
menunjang proses belajar mengajar di sekolah serta
pembelajaran yang dilakukan di sekolah tersebut
dapat berjalan lancar, tertib, dan teratur sehingga
dapat memberikan kontribusi bagi pencapaian tujuan
sekolah dan tujuan pendidikan secara keseluruhan.
Dirjen Dikti (2007) menyebutkan tujuan khusus
manajemen kesiswaan antara lain : a) meningkatkan
kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa, b) dapat

19

menyalurkan

serta

mengembangkan

kecerdasan,

bakat dan minat siswa bisa terpenuhi, d) dapat meraih
kebahagiaan dan kesejahteraan hidup siswa agar bisa
belajar baik dan meraih cita-cita.
Dari ketiga pendapat di atas dapat disimpulkan
bahwa tujuan dari manajemen kesiswaan adalah
untuk mengatur semua kegiatan-kegiatan kesiswaan
yang ada di sekolah dapat berjalan lancar, tertib, dan
teratur

sehingga

tujuan

sekolah

dan

tujuan

pendidikan secara keseluruhan dapat tercapai.

2.2 Penerimaan Peserta Didik Baru
Prihatin

(2011:51)

mengemukakan

bahwa

kegiatan penerimaan peserta didik baru sebenarnya
adalah salah satu kegiatan manajemen peserta didik
yang sangat penting. Dikatakan demikian, oleh karena
kalau tidak ada peserta didik yang diterima di sekolah,
berarti tidak ada yang harus ditangani atau diatur.
Sebelum pelaksanaan penerimaan peserta didik baru
dimulai, perlu diadakan perencanaan oleh sekolah
terlebih dahulu.
Menurut

Prihatin

(2011:15),

perencanaan

sebagai proses pengambilan keputusan mengenai apa
yang akan dilakukan di masa yang akan datang,
kapan dilakukan, bagaimana hal itu dilakukan serta
siapa

yang

penerimaan

20

akan
peserta

melakukannya.
didik

secara

Perencanaan

langsung

akan

berhubungan dengan kegiatan penerimaan dan proses
pencatatan

atau

perekapan

data

pribadi,

yang

nantinya tidak dapat terlepas dari pencatatan data
hasil belajar para siswa serta berbagai hal lainnya
yang dibutuhkan dalam pelaksanaan kegiatan sekolah
baik kurikuler maupun ko-kurikuler.
Dalam perencanaan penerimaan peserta didik
baru sekolah membentuk kepanitiaan penerimaan
peserta didik baru, rapat penentuan peserta didik
baru,

pembuatan,

pemasangan,

atau

pengiriman

pengumuman, pendaftaran peserta didik baru, seleksi,
penentuan peserta didik yang diterima, pengumuman
peserta didik yang diterima, dan registrasi peserta
didik yang diterima.

2.2.1 Sensus Anak Usia Pra-Sekolah
Sensus
kegiatan
untuk

sekolah

adalah

mengumpulkan

perencanaan

suatu

informasi

sarana
yang

atau

berguna

dalamberbagai kegiatan

pada

program sekolah, Atkinson dalam Prihatin ( 2011:22).
Selanjutnya

Prihatin

mengemukakan

bahwa

sensus sekolah sangat berguna bagi perencanaan
peserta didik karena dari hasil sensus tersebut
sekaligus dapat menunjukkan : 1) animo peserta didik
yang akan masuk sekolah tertentu pada tahun
tertentu, 2) animo peserta didik yang masuk ke
jurusan tertentu pada tahun tertentu, 3) tingkat

21

kemampuan peserta didik yang akan masuk ke
sekolah tertentu pada tahun tertentu.
Sensus berguna untuk mengetahui animo anak
usia pra sekolah sebagai sumber animo siswa masuk
sekolah.

2.2.2 Perencanaan Daya Tampung
Penentuan jumlah peserta didik yang nantinya
akan diterima perlu dilakukan agar layanan yang
diberikan

sekolah

kepada

peserta

didik

dapat

diberikan secara merata dan optimal. Tim Dosen
Administrasi

Pendidikan

(2009:207)

menyebutkan

bahwa sekolah hendaknya mempertimbangkan daya
tampung per kelas serta jumlah peserta didik dalam
satu

kelas

dalam

menentukan

besarnya

jumlah

peserta didik baru yang akan diterima. Secara tioritik
ukuran per kelas menurut standar pelayanan minimal
dengan jumlah tidak melebihi dari 32 peserta didik
tiap rombongan belajar (Permendikbud RI No. 23
Tahun 2013:3).
Di jenjang sekolah, baik sekolah dasar maupun
sekolah menengah, umumnya siswa baru yang ditrima
di sekolah hanya diperuntukkan pada jenjang kelas
awal atau kelas 1. Namun, bila masih memungkinkan
adanya tempat di kelas-kelas lain atau dikarenakan
perluasan ruang kelas di sekolah, para siswa yang
mendaftar di sekolah baru juga dapat diterima di kelas

22

2 dan 3. Penentuan banyak siswa yang diterima
tergantung dari daya tampung untuk tahun tersebut.
Prihatin (2011:24) mengemukakan bahwa daya
tampung kelas berdasarkan ukuran ruang disarankan
1,2 m perorang atau peserta didik. Daya tampung
sekolah berdasarkan jumlah bangku dapat dibedakan
antara yang single shift dan double shift.

2.2.3 Langkah-Langkah Penerimaan Peserta Didik
Baru
Penerimaan peserta didik baru yang dilakukan
oleh

sekolah

merupakan

langkah

awal

yang

menentukan kelancaran, berhasil atau tidaknya upaya
pendidikan di sekolah tersebut. Pada penerimaan
peserta

didik

baru

biasanya

dilakukan

sekolah

mendekati tahun pelajaran baru serta melalui proses
penghitungan yang tepat, maka perlu ditentukan
terlebih dahulu daya tampung dari sekolah yang
bersangkutan.
Adapun dasar penerimaan peserta didik baru di
Sekolah Dasar yaitu : a. Sistem Pendidikan Nasional
yang terdapat dalam UU Sisdiknas RI No. 20 Tahun
2003,

b.

Wajib

Permendiknas

No.

belajar
47

yang

Tahun

tertuang
2008,

c.

dalam
Standar

Pengelolaan Pendidikan oleh Satuan Pendidikan Dasar
dan Menengah yang tercantum dalam Permendiknas
RI No. 19 Tahun 2007.

23

Kebijakan penerimaan peserta didik baru di
Sekolah Dasar mengenai kriteria calon peserta didik
baru yaitu berusia sekurang-kurangnya enam tahun.
Adanya syarat pengecualian mengenai usia peserta
didik

yang

usianya

kurang

dari

enam

tahun

dilaksanakan berdasarkan rekomendasi tertulis dari
pihak

yang

memiliki

kompetensi

dalam

bidang

tertentu, seperti konselor sekolah/madrasah ataupun
psikolog.
Peraturan

Hal

tersebut

Menteri

tertuang

Pendidikan

dalam

Lampiran

Nasional

Republik

Indonesia Nomor 19 Tahun 2007 Angka 4.a.1. maka
dari itu, setiap sekolah dasar wajib menerima siswa
baru

tanpa

melalui

tes

masuk

dan

tetap

mengutamakan pada anak usia sekolah yang memiliki
usia 7 sampai 12 tahun dari lingkungan sekitarnya
tanpa adanya diskriminasi, serta sesuai daya tampung
satuan pendidikan yang bersngkutan.
Prihatin

(2011:57),

adapun

langkah-langkah

penerimaan peserta didik baru atau siswa baru
meliputi :
1. Membentuk panitia penerimaan peserta didik baru. Untuk
keperluan kelancaran kegiatan penerimaan peserta didik
baru diserahkan kepada panitia penerimaan peserta didik
baru yang dibentuk oleh kepala sekolah. Tugas-tugas
panitia, antara lain : (a) menentukan banyaknya murid
yang diterima, (b) menentukan syarat-syarat penerimaan,
(c)
melaksanakan
penyaringan,
(d)
mengadakan
pengumuman penerimaan, (e) mendaftar kembali calon
yang sudah diterima, (f) melaporkan hasil pekerjaannya
kepada pemimpin sekolah.

24

2. Rapat penerimaan peserta didik baru. Dalam rapat yang
diadakan oleh panitia penerimaan peserta didik baru.
Adapun yang ditulis dalam notula rapat yaitu : tanggal
rapat, waktu rapat, tempat rapat, agenda rapat, daftar
hadir peserta rapat dan hal-hal yang menjadi keputusan
rapat.
3. Pembuatan,
pemasangan/pengiriman
pengumuman
peserta didik baru. Setelah mendapatkan keputusan
mengenai hasil rapat sebelumnya, kemudian dibuatlah
pengumuman yang berisi gambaran singkat mengenai
sekolah, persyaratan pendaftaran peserta didik, cara,
waktu, tempat pendaftaran, biaya pendaftaran, waktu dan
tempat seleksi, serta waktu pengumuman hasil seleksi
diumumkan.
4. Pendaftaran peserta didik baru. Yang harus disediakan
oleh panitia pada saat pendaftaran peserta didik baru
seperti loket untuk mendaftar, loket untuk informasi serta
formulir pendaftaran siswa baru. Hal-hal yang sebaiknya
diketahui oleh calon siswa yang akan mendaftar yaitu
yaitu mengenai kapan formulir pendaftaran bisa diambil,
tentang bagaimana cara mengenai formulir pendaftaran,
dan kapan formulirbtersebut dapat dikembalikan.
5. Seleksi peserta didik baru. Seleksi atau penyaringan
peserta didik baru didasarkan atas dua pertimbangan
yaitu : atas pertimbangan target dan atas pertimbangan
nilai atau tingkat kemampuan yang telah ditetapkan.
6. Pengumuman peserta didik yang diterima. Dengan dasar
pertimbangan yang telah ditetapkan, maka panitia
penerimaan peserta didik baru mengadakan pengumuman
bagi calon siswa yang memenuhi syarat. Berdasarkan
hasil yang telah ditentukan terhadap peserta didik yang
akan diterima, maka diperoleh tiga hal kebijakan sekolah,
seperti peserta didik yang akan diterima,. Hasil
penentuikti, 2007). Pengumuman dapat dilakukan dengan
menempelkan daftar nama dan nomor pendaftaran di
papan
pengumuman
atau
mengirimkan
surat
pemberitahuan langsung ke alamat.
7. Pendaftaran ulang peserta didik baru. Calon peserta yang
dinyatakan diterima diharuskan mendaftar ulang dengan
memenuhi persyaratan dan perlengkapan yang diminta
sekolah, sekolah harus menetapkan batas waktu

25

pendaftaran ulang dimulai dan ditutup. Menurut Arikunto
(2012) hal ini diperlukan terutama bila ada kemungkinan
bagi calon untuk mendaftarkan ke lebih dari satu sekolah.
Jika pada batas waktu yang ditentukan calon belum
mendaftar kembali, panitia dapat memanggil calon lain
agar pemanfaatan fasilitas di sekolah dapat terpakai
secara maksimal.

2.2.4 Orientasi Siswa Baru
Orientasi peserta didik (siswa baru) adalah
kegiatan

penerimaan

mengenalkan

situasi

siswa
dan

baru

dengan

kondisi

lembaga

pendidikan (sekolah) tempat peserta didik itu
menempuh pendidikan. Situasi dan kondisi ini
menyangkut
lingkungan

lingkungan
sosial

fisik

sekolah

.

sekolah

Lingkungan

dan
fisik

sekolah seperti jalan menuju sekolah, halaman
sekolah,

tempat

olah

perlengkapan

sekolah

lainnya

disediakan

yang

raga,
serta

gedung

dan

fasilitas-fasilitas

lembaga.

Sedangkan

lingkungan sosial sekolah meliputi kepala sekolah,
guru-guru, tenaga TU, teman sebaya, kakak-kakak
kelas, peraturan atau tata tertib sekolah, layananlayanan sekolah bagi peserta didik serta kegiatankegiatan dan organisasi kesiswaan yang ada di
lembaga.
Tim Dosen Jurusan Administrasi Pendidikan
(2009:210), tujuan diadakan kegiatan orientasi bagi
peserta didik antara lain :

26

1) Agar peserta didik dapat mengerti dan mentaati
segala peraturan yang berlaku di sekolah;
2) Agar peserta didik dapat berpartisipasi aktif
dalam kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan
sekolah;
3) Agar

peserta

didik

siap

menghadapi

lingkungannya yang baru baik secara fisik,
mental dan emosional sehingga ia merasa betah
dalam mengikuti proses pembelajaran di sekolah
serta dapat menyesuaikan dengan kehidupan
sekolah.
Berdasarkan uraian di atas, orientasi siswa baru
diperlukan bagi siswa baru agar mereka mampu
beradaptasi dengan lingkungan baru di sekitarnya.
Penyesuaian

lingkungan

diperlukan

agar

siswa

nantinya bisa bersosialisasi lebih luas dalam cakupan
sosial.

Peserta

didik

baru

tersebut

tidak

hanya

berkomunikasi serta beradaptasi dengan teman-teman
pada usia sebaya saja, akan tetapi juga dengan orangorang usianya lebih dewasa. Orientasi yang dilakukan
ini juga sebagai tahap awal bagi para siswa untuk
mengenal berbagai tata tertib serta peraturan yang
berlaku di lembaga pendidikan, di mana mereka
mengenal aturan yang belum mereka dapatkan di
lembaga pendidikan sebelumnya.

27

2.3 Pencatatan dan Pelaporan Peserta Didik
2.3.1 Ketatausahaan Peserta Didik
Setelah dilakukan kegiatan penerimaan peserta
didik

baru,

maka

kegiatan

berikutnya

yaitu

memproses para siswa yang diterima tersebut dalam
catatan-catatan yang dimiliki sekolah dibedakan atas
dua jenis yaitu catatan untuk sekolah yang meliputi
buku induk, buku klapper, serta catatan tata tertib
sekolah. Selain itu juga ada catatan pada masingmasing kelas yang mencakup buku kelas, buku
presensi kelas, serta berbagai buku lain mengenai
catatan-catatan prestasi belajar (Arikunto, 2012).
Buku induk adalah buku kumpulan daftar
murid sepanjang masa dari suatu jenjang sekolah.
Catatan di dalam buku induk harus lengkap yakni
mencakup data dan identitas setiap siswa. Dalam hal
ini

sebagian

data

dapat

diambil

dari

formulir

pendaftaran siswa baru yang telah diisi sebelumnya.
Sedangkan buku klapper berfungsi untuk membantu
buku induk dalam memuat data murid yang pentingpenting (Suryosubroto, 2010).
Tim Dosen Administrasi Pendidikan menyatakan
bahwa buku klapper dapat diambil dari buku induk,
tetapi penulisannya disusun berdasarkan abjad. Hal
ini untuk memudahkan pencarian data peserta didik
kembali jika sewaktu-waktu diperlukan.

28

Pada pelaporan prestasi belajar peserta didik,
terdapat buku daftar nilai, buku legger, dan buku
raport. Tim Dosen Jurusan Administrasi Pendidikan
(2009:213) menjelaskan bahwa daftar nilai dimiliki
oleh setiap guru bidang studi atau guru kelas, yang
khusus untuk mencatat hasil nilai tes setiap siswa
pada bidang studi atau mata pelajaran tertentu. Selain
itu ada buku yang berguna sebagai kumpulan nilai
dari semua bidang studi bagi setiap siswa yang
dinamakan buku legger. Ada pula buku raport yang
merupakan

alat

atau

sarana

untuk

melaporkan

prestasi belajar para siswa kepada orang tua atau
siswa itu sendiri.
2.3.2 Perpindahan Peserta Didik
Perpindahan peserta didik atau perpindahan
siswa

dapat

diterjemahkan

sebagai

proses

perpindahan tempat pendidikan dari suatu lembaga
pendidikan

sejenis

yang

lainnya

di

wilayah

RI

(Prihatin, 2011:141).
Ada dua macam mutasi, yaitu mutasi intern dan
mutasi ekstern. Mutasi intern yaitu mutasi yang
dilakukan oleh peserta didik di dalam sekolah itu
sendiri. Peserta didik tersebut hanya pindah kelas saja
dalam

suatu

kelas

yang

tingkatannya

sejajar.

Sedangkan mutasi ekstern yaitu perpindahan peserta
didik dari suatu sekolah ke sekolah lainnya dalam
sekolah sejenis dan satu tingkatan. Selain itu, ada
berbagai penyebab peserta didik melakukan mutasi.

29

Faktor

penyebab

peserta

didik

tersebut

itu

dapat

sendiri,

bersumber

lingkungan

dari

keluarga,

sekolah, ataupun lingkungan teman sebayanya (Dirjen
Dikti, 2008).

2.4 Pengelolaan Kegiatan Kesiswaan
Secara

operasional

manajemen

kesiswaan

diharapkan dapat mendukung upaya pertumbuhan
dan

perkembangan

kesiswaan

melalui

proses

pendidikan di sekolah, salah satunya yaitu dengan
pembinaan

dan

pengembangan

siswa.

Sesuai

Permendiknas No. 39 Th. 2008 mengenai pembinaan
kesiswaan.

Pembinaan

dan

pengembangan

siswa

dilakukan oleh sekolah agar siswa atau peserta didik
bisa

memperoleh

beraneka

pengalaman

belajar

nantinya untuk bekal hidupnya dimasa yang akan
datang.

Sekolah

pembinaan

dan

dalam

merancang

pengembangan

siswa

kegiatan
biasanya

melakukan kegiatan yang disebut kegiatan kurikuler
dan kegiatan ekstrakurikuler (Tim Dosen Jurusan
Administrasi Pendidikan, 2010:211).
Beberapa langkah yang harus ditempuh dalam
melakukan

kegiatan

perkiraan,

kesiswaan

perumusan

pemrograman,

yakni

tujuan,

menyusun

melakukan
kebijakan,

langkah-langkah,

penjadwalan, dan pembiayaan (Prihatin, 2011:17).
Kegiatan yang dapat dilakukan dalam pembinaan
siswa

antara

lain

melakukan

pendataan

siswa

(biodata), mengikutsertakan siswa dalam merumuskan
30

kegiatan kesiswaan, mengembangkan potensi siwa
secara

optimal

melalui

kegiatan

ekstrakurikuler,

kelulusan dan pelepasan siswa (Hermawan, 2010).
Berdasarkan Permendiknas No. 19

Tahun 2007,

kegiatan kesiswaan terdiri atas empat jenis yaitu :
2.4.1 Kegiatan Ekstrakurikuler
Arikunto

(dalam

menyebutkan

Suryosubroto,

kegiatan

2002:287)

ekstrakurikuler

adalah

kegiatan tambahan, di luar struktur program yang
pada

umumnya

merupakan

kegiatan

pilihan

(1988:57).
Sedangkan

definisi

kegiatan

ekstrakurikuler

menurut Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan
adalah :
Kegiatan yang dilakukan di luar jam pelajaran tatap
muka, dilaksanakan di sekolah atau di luar sekolah agar
lebih

memperkaya

dan

memperluas

wawasan

pengetahuan dan kemampuan yang telah dipelajari dari
berbagai mata pelajaran dalam kurikulum (Kurikulum
SMK 1984, Depdikbud:6).

Prihatin (2011:164), kegiatan ekstrakurikuler
adalah kegiatan yang dilakukan di luar jam pelajaran
biasa dan pada waktu hari libur sekolah yang
dilakukan baik di sekolah maupun di luar sekolah,
dengan

tujuan

pengetahuan

untuk

siswa,

memperluas

mengenal

pengetahuan

hubungan

antara

berbagai mata pelajaran, menyalurkan bakat dan
minat serta melengkapi upaya pembinaan manusia
Indonesia seutuhnya.
31

Hermawan (2007) menyatakan bahwa program
kurikuler pada dasarnya merupakan upaya untuk
mempersiapkan
intelektual,
sosial.

siswa

emosional,

Tujuan

agar

memiliki

spiritual,

pendidikan

tidak

dan

kemampuan
kompetensi

sekedar

hanya

menanamkan pengetahuan yang tertuang dari buku,
tetapi juga membawa perkembangan mental, fisik dan
sosial yang baik untuk para siswa. UNESCO (2005)
menyebutkan bahwa :
Extracurricular activities are activities students in
their spare times according to their interests and will for
educational and recreational purposes.
Pupils’extracurricular activities are not isolated from
their

curriculer

activities

but

supplement

the

formal

educational programme and contribute to the general
education of

the child. They also provide abundant

opportunities for pupils to develop managerial ability and
should

therefore

serve

to

supplement

the

curricular

management training programs.

Pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler dilakukan
di luar kegiatan belajar mengajar di kelas, tetapi tetap
terkait dengan proses belajar mengajar tersebut.
Melalui kegiatan ekstrakurikuler, siswa diharapkan
dapat mengembangkan bakat dan minatnya agar bisa
menumbuhkan

sikap

yang

positif.

Untuk

itu

penyusunan program kegiatan bagi siswa selama
mengikuti pendidikan di sekolah harus berdasarkan
pada visi dan misi di tiap lembaga pendidikan yang
bersangkutan, minat dan bakat yang dimiliki oleh
peserta
32

didik,

sarana

dan

prasarana

yang

ada,

anggaran, serta tenaga kependidikan yang tersedia
(Tim

Dosen

Jurusan

Administrasi

Pendidikan,

2010:212).
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan
bahwa

kegiatan

ekstrakurikuler

adalah

kegiatan

tambahan di luar struktur program dilaksanakan di
luar

jam

pelajaran

biasa

dengan

tujuan

untuk

mengembangkan potensi, bakat, minat,kemampuan,
kepribadian, kerjasama, dan kemandirian peserta
didik secara optimal sesuai keadaan dan kebutuhan
lingkungan.
Kegiatan ekstrakurikuler terdiri atas kegiatan
ekstra

wajib

dan

ekstrakurikuler

ekstra

wajib

yaitu

pilihan.
kegiatan

Kegiatan
yang

wajib

diselenggarakan oleh satuan pendidikan dan wajib
diikuti oleh seluruh peserta didik yaitu pendidikan
kepramukaan,
merupakan

sedangkan

program

ekstrakurikuler

ekstrakurikuler

yang

pilihan
dapat

diikuti oleh peserta didik sesuai dengan bakat dan
minat peserta didik. Permendikbud No. 62 Tahun 2014
mengemukakan

bentuk

kegiatan

ekstrakurikuler

pilihan sebagai berikut :
1. Krida,

meliputi

kegiatan

kepramukaan,

Latihan

Kepemimpinan Sekolah (LKS), Palang Merah Remaja
(PMR), Usaha Kesehatan Sekolah (UKS), Pasukan Pengibar
Bendera Pusaka (Paskibraka);
2. Karya Ilmiah, mencakup Kegiatan Ilmiah Remaja (KIR),
kegiatan

penguasaan

keilmuan

serta

kemampuan

akademik dan penelitian;

33

3. Latihan atau olah bakat : pengembangan bakat olah raga,
seni dan budaya, cinta alam, jurnalistik, teater, teknologi
informasi dan komunikasi, rekayasa, dan lainnya;
4. Keagamaan : pesantren kilat, ceramah keagamaan, baca
tulis al quran, retreat.

2.4.2 Pembinaan Prestasi Unggulan
Pembinaan kesiswaan merupakan salah satu
ilmu yang diberikan di luar kelas yang terbentuk
seiring dengan kebutuhan manusia akan pendidikan.
Berawal dari pengetahuan sederhana dengan ruang
lingkup yang terbatas, pembinaan untuk siswa terus
berkembang dan berperan mendukung perkembangan
intelektual, sosial, dan emosional pada setiap siswa
yang menjadi bagian dari masyarakat sekolah. Selain
itu Kartini menjelaskan bahwa pembinaan kesiswaan
adalah

salah

satu

cara

untuk

menggambarkan

pengetahuan seseorang dan pengalaman orang lain,
serta mengungkapkan gagasan, dan perasaan dalam
beragam

makna.

Siswa

memperoleh

ilmu

untuk

meningkatkan kemampuan berpikir, bernalar, serta
kemampuan memperluas wawasannya. Selain itu,
mereka juga diharapkan mampu memahami informasi
yang disampaikan

secara terselubung atau secara

tidak langsung, mereka memiliki kepekaan di dalam
interaksi sosial, menghadapi perbedaan pendapat
dalam lingkungan bermasyarakat yang mempunyai
latar belakang dari berbagai budaya, agama, adat
istiadat. Ruang lingkup dalam kegiatan pembinaan
kesiswaan sesuai Permendiknas No. 39 Th. 2008
34

tentang pembinaan kesiswaan mencakup sepuluh
aspek, yaitu : 1. Keimanan dan ketaqwaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa, 2. Budi pekerti luhur/akhlak
mulia,

3.

Kepribadian

yang

unggul,

wawasan

kebangsaan serta bela negara, 4. Prestasi akademik,
seni, dan atau olah raga sesuai bakat dan minat yang
dimiliki, 5. Demokrasi, hak asasi manusia atau HAM,
pendidikan dalam politik, lingkungan hidup, kepekaan
serta toleransi sosial yang menyangkut masyarakat
majemuk,

6.

Kreativitas,

keterampilan,

dan

kewirausahaan, 7. Kualitas jasmani, kesehatan, serta
gizi berbasis sumber gizi yang terdiversifikasi, 8.
Sastra dan kebudayaan, 9. Teknologi informasi dan
komunikasi atau TIK, 10. Berkomunikasi dengan
menggunakan bahasa Inggris.
Pada penelitian ini peneliti ingin mengetahui
bagaimana penerimaan siswa baru dan kegiatan
kesiswaan yang dilakukan di SD Negeri Salamsari
kecamatan Kedu.

2.5 Peneliti terdahulu yang menulis tentang
manajemen kesiswaan sebagai berikut :
1. Affinoxy (2009). Hasil penelitian menunjukkan
bahwa manajemen kesiswaan di SDIT Nur Hidayah
Surakarta yang dilaksanakan mencakup 4 hal, terdiri
dari : Pertama, perencanaan (planning) kesiswaan,
yang kegiatannya meliputi penentuan daya tampung,
perencanaan

penerimaan

pengorganisasian

siswa

(organizing)

baru.

Kedua,

kesiswaan,

melalui
35

pengelompokan siswa dengan pola tertentu yang
mengedepankan kenyamanan siswa dan guru. Ketiga,
pelaksanaan

(actuating)

kesiswaan,

dilaksanakan

dengan berbagai kegiatan yang kompleks seperti
orientasi siswa baru, pembinaan dan pelayanan siswa,
serta mutasi dan alumni siswa. Keempat, pengawasan
(controlling)
penilaian

kesiswaan,
siswa

berupa

secara

pemantauan

menyeluruh.

dan

Dalam

melaksanakan manajemen kesiswaan ada beberapa
faktor pendukung dan penghambat yang dihadapi oleh
SDIT Nur Hidayah Surakarta. Faktor pendukung
meliputi : adanya kerja sama antar elemen sekolah,
sarana prasarana yang lengkap dan mendukung,
komitmen dan inovasi dari pelaksana manajemen,
sistem informasi berupa website dan SMS Education,
jalinan kerja sama dengan sejumlah TK, dan peran
aktif orang tua siswa. Adapun faktor penghambat
muncul dari siswa, guru, dan orang tua. Faktor
penghambat

tersebut

antara

lain

:

kurangnya

komunikasi antar pengajar ekstrakurikuler, pilihan
siswa

yang

berubah-ubah,

serta

longgarnya

pengawasan dari orang tua.
2. Fadhilah (2014) tentang

“Manajemen Kesiswaan

pada Madrasah Tsanawiyah Negeri Cot Gue Kabupaten
Aceh

Besar”,

menuliskan

bahwa

perencanaan,

pengawasan, pengevaluasian manajemen kesiswaan
pada MTsN Cot Gue disusun oleh kepala sekolah
bersama wakil kepala bidang kesiswaan meliputi
program PSB, daya tampung siswa baru, dan proses
36

seleksi siswa baru. semua perencanaan kesiswaan
tersusun

dengan

baik

dan

terdokumentasi.

Pelaksanaan manajemen kesiswaan yang menyangkut
dengan PSB adalah penempatan siswa dalam ruangan
kelas secara seimbang, pembinaan disiplin siswa,
pelaksanaan

akademik,

serta

kegiatan

ekstrakurikuler.
3.

Kartika

Dewi

(2013)

menyimpulkan

hasil

penelitiannya antara lain, langkah-langkah penerapan
manajemen kesiswaan pada penerimaan siswa baru
meliputi

perencanaan,

pengorganisasian,

dan

pelaksanaan. Adapun faktor pendukung penerimaan
siswa baru yaitu adanya kepedulian dan kerja sama
komite, guru, dan wali murid, tersedianya dana dan
daya tampung siswa yang masih memungkinkan.
Sedangkan faktor penghambatnya yaitu karena letak
geografis, persaingan antar sekolah, tradisi, serta
keberhasilan KB. Kegiatan kesiswaan yang telah
dilakukan yang telah dilakukan SD Negeri di Gugus Ki
Hajar Dewantara mencakup bimbingan konseling,
ekstrakurikuler, pembinaan prestasi unggulan dan
pelacakan

alumni.

Sedang

faktor

penghambat

pelaksanaan program kegiatan kesiswaan SD Negeri di
Gugus Ki Hajar Dewantara yaitu waktu kegiatan
pelaksanaan
belumadanya

kegiatan,
buku

letak

panduan

geografis
dalam

serta

pelaksanaan

program kegiatan tersebut.
4. Gallagher (2011), This qualitative multi-site case
study sought to examine the current educational
37

provisions in place for intellectually gifted primary
school students in Queensland and to consider how the
biliefs and attitudes of primary school stakeholders
were reflected in the production of their school gifted
education

policies.

Attitudes

and

perceptions

of

principals and teachers at four Queensland perimary
schools are reported in this article. The major findings
indicated

that

while

reported

attitudes

towards

acceleration and ability grouping were fairly positive
overall, educators are still concemed about the possible
adverse effects of grade-skipping on students’social and
emotional development, and the connotations of elitism
associated with full-time models of ability grouping.
However, teachers’ knowledge and awareness of the
affective characteristics of gifted students did not
appear to influence their attitudes or beliefs regarding
acceleration and ability grouping.
5. Mudhovozi (2012), The study incestigated the social
and academic experiences of first year students at a
university in Zinbabwe. A phenomenological research
design was used to conduct the study. Respondents
were seven purposefully sampled first year students (N
= 7: males = 3, females = 4, mean age = 24.4 years; age
ranging between 18 and 36 years). Semi-structured
interviews

were conducted

with each respondent.

Content analysis of the responses showed that first
year students experienced varied social and academic
adjustment problems. The students over-relied on social
networks and efficacious beliefs to cope with the
38

challenges. The students need to be exposed to various
coping resources to enable them to quickly and smoothly
adjust into the new life at university

2.6 Kerangka Berpikir
Manajemen kesiswaan merupakan salah satu
aspek manajemen yang dapat mengelola seluruh
sumber daya pendidikan di sekolah pada siswa
khususnya. Keberadaan manajemen kesiswaan tentu
sangat dibutuhkan di lembaga pendidikan karena
siswa merupakan subyek sekaligus objek dalam proses
pemindahan atau transformasi ilmu pengetahuan dan
keterampilan. Kepala sekolah sebagai manajer di
sekolah menyelenggarakan berbagai program dalam
bidang

pendidikan,

salah

satunya

dalam

aspek

kesiswaan. Semua kegiatan yang ada di sekolah pada
akhirnya

bertujuan

untuk

membantu

siswa

mengembangkan potensi yang dimilikinya. Oleh sebab
itu, peran kepala sekolah sangat penting untuk
menciptakan situasi dan kondisi agar para siswa dapat
mengembangkan

dirinya

secara

optimal.

Program

kegiatan yang dilakukan melalui penerimaan siswa
baru, pembinaan siswa, dan pemantapan program
kesiswaan. Penerimaan siswa baru adalah suatu
proses pendataan dan pelayanan kepada siswa yang
baru

masuk

sekolah,

setelah

mereka

memenuhi

persyaratan tertentu yang telah ditetapkan oleh suatu
lembaga pendidikan.

39

Kepala sekolah secara garis besar memiliki
tanggungjawab yang berkaitan dengan manajemen
kesiswaan yaitu memberikan layanan kepada siswa
dengan cara memenuhi berbagai kebutuhan yang
mereka perlukan sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan oleh sekolah sebelumnya secara efektif dan
efisien. Pencapaian hasil secara optimal yang diperoleh
dari diri siswa, mempersyaratkan pelayanan dari para
guru dan pengelola sekolah yang optimal pula. Guru
merupakan tenaga kependidikan, maka guru juga
bertanggungjawab atas terselenggaranya pembinaan
kesiswaan di sekolah secara umum dan secara khusus
terpadu dalam setiap mata pelajaran yang menjadi
tanggung jawab masing-masing, sehingga guru sebagai
pendidik dapat lebih memahami, menguasai, dan
menerapkan

kompetensi

bidang

pembinaan

kesiswaan.

Kepala Sekolah
Penerimaan
Siswa Baru
SISWA
Manajemen
Kesiswaan

Guru

40

Kegiatan
Kesiswaan

Dokumen yang terkait

Studi Kualitas Air Sungai Konto Kabupaten Malang Berdasarkan Keanekaragaman Makroinvertebrata Sebagai Sumber Belajar Biologi

23 176 28

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

DEKONSTRUKSI HOST DALAM TALK SHOW DI TELEVISI (Analisis Semiotik Talk Show Empat Mata di Trans 7)

21 290 1

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

PENYESUAIAN SOSIAL SISWA REGULER DENGAN ADANYA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD INKLUSI GUGUS 4 SUMBERSARI MALANG

64 523 26

PENGEMBANGAN TARI SEMUT BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER DI SD MUHAMMADIYAH 8 DAU MALANG

57 502 20

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20