ANALISIS PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA (ADD) DI DESA WUASA KECAMATAN LORE UTARA

ANALISIS PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA (ADD)
DI DESA WUASA KECAMATAN LORE UTARA

Silas Roberto1; Muhtar Lutfi2; Nurnanigsih3, Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi
Pembangunan, Fakultas Ekonomi, Universitas Tadulako Kampus Bumi Tadulako Tondo,
Jalan Soekarno - Hatta, KM 9 Palu, 94118
Telp. 082345871525
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengelolaan alokasi dana desa di
Desa Wuasa Kecamatan Lore Utara. Tipe penelitian adalah deskriptif. Metode analisis
data adalah analisis deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam
pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) di Desa Wuasa, seluruh kegiatan yang didanai
oleh Alokasi Dana Desa (ADD) direncanakan, dilaksanakan dan dievaluasi secara
terbuka dengan prinsip dari, oleh dan untuk masyarakat. Seluruh kegiatan harus dapat
dipertanggungjawabkan secara administratif, teknis dan hukum. Alokasi Dana Desa
(ADD) dilaksanakan dengan menggunakan prinsip hemat, terarah dan terkendali. Jenis
kegiatan yang akan dibiayai melalui Alokasi Dana Desa (ADD) sangat terbuka untuk
meningkatkan sarana pelayanan masyarakat berupa pemenuhan kebutuhan dasar,
penguatan kelembagaan desa dan kegiatan lainnya yang dibutuhkan masyarakat desa
yang diputuskan melalui musyawarah desa. Alokasi Dana Desa (ADD) harus dicatat
dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa) dan proses

penganggarannya mengikuti mekanisme yang berlaku.
Kata Kunci: Alokasi Dana Desa (ADD), Perencanaan, Pelaksanaan, Evaluasi.

2084

Jurnal IDEAL
Journal of Indonesia Development and Economics Analysis

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2014 tentang Pemerintahan Daerah telah
diatur mengenai pelaksanaan sistem
desentralisasi di negara Indonesia, yakni
pemerintah
pusat
memberikan
kewenangan yang lebih besar kepada
daerah untuk melakukan serangkaian
proses,

mekanisme
dan
tahapan
perencanaan yang dapat menjamin
keselarasan pembangunan. Pemberian
otonomi daerah seluas-luasnya berarti
pemberian kewenangan dan keleluasaan
kepada daerah untuk mengelola dan
memanfaatkan sumber daya daerah
secara optimal. Agar tidak terjadi
penyimpangan, pemberian wewenang
dan keleluasaan yang luas harus diikuti
dengan
pengawasan
yang
kuat.
Meskipun titik berat otonomi diletakkan
pada tingkat kabupaten/kota, namun
secara esensi sebenarnya kemandirian
harus dimulai dari level pemerintahan di

tingkat paling bawah, yaitu desa. Selama
ini, pembangunan desa masih banyak
bergantung dari pendapatan asli desa
dan swadaya masyarakat yang jumlah
maupun sifatnya tidak dapat diprediksi.
Bergulirnya dana-dana perimbangan
tersebut melalui Alokasi Dana Desa
(ADD) harus menjadikan desa benarbenar sejahtera. Namun, untuk persoalan
Alokasi Dana Desa (ADD) saja, meski
telah diwajibkan untuk dianggarkan di pos
APBD, namun lebih banyak daerah yang
belum
melakukannya.
Untuk
itu,
seharusnya proses transformasi ke arah
pemberdayaan desa terus dilaksanakan
dan didorong semua elemen untuk
menuju otonomi desa.
Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia Nomor 22 Tahun 2015 tentang
Perubahan atas Peraturan Pemerintah
Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana
Desa Yang Bersumber dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara bahwa
Dana Desa setiap kabupaten/kota
dialokasikan berdasarkan perkalian antar
jumlah desa di setiap kabupaten/kota dan

rata-rata Dana Desa setiap provinsi.
Besaran Dana Desa setiap desa dihitung
dengan bobot 30% untuk jumlah
penduduk desa, 20% untuk luas wilayah
desa, dan 50% untuk angka kemiskinan
desa. Penyaluran Dana Desa dilakukan
secara bertahap pada tahun anggaran
berjalan dengan ketentuan: Tahap I pada
bulan April sebesar 40%, Tahap II pada
bulan Agustus sebesar 40%, dan Tahap
III pada bulan November sebesar 20%.

Dana Desa digunakan untuk membiayai
penyelenggaraan
pemerintahan,
pembangunan,
pemberdayaan
masyarakat,
dan
kemasyarakatan.
Penggunaan Dana Desa mengacu pada
Rencana
Pembangunan
Jangka
Menengah Desa dan Rencana Kerja
Pemerintah Desa.
Peraturan
Menteri
Keuangan
Republik
Indonesia
Nomor

93/PMK.07/2015 tentang Tata Cara
Pengalokasian, Penyaluran, Penggunaan,
Pemantauan, dan Evaluasi Dana Desa
bahwa rincian dana desa setiap desa
berdasarkan alokasi yang dihitung
dengan memperhatikan jumlah penduduk,
angka kemiskinan, luas wilayah, dan
tingkat kesulitan geografis setiap desa
yang dihitung dengan bobot 25% untuk
jumlah penduduk desa, 35% untuk angka
kemiskinan desa, 10% untuk luas wilayah
desa, dan 30% untuk tingkat kesulitan
geografis desa. Angka kemiskinan dan
tingkat kesulitan geografis desa masingmasing ditunjukkan oleh jumlah penduduk
miskin desa dan IKG desa.
Pembangunan pedesaan yang
dilaksanakan harus sesuai dengan
masalah yang dihadapi, potensi yang
dimiliki, aspirasi masyarakat dan prioritas
pembangunan pedesaan yang telah

ditetapkan. Bentuk kepedulian pemerintah
terhadap
pengembangan
wilayah
pedesaaan adalah adanya anggaran
pembangunan secara khusus yang
dicantumkan
dalam
Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
untuk pembangunan wilayah pedesaan,
yakni dalam bentuk Alokasi Dana Desa
(ADD). Inilah yang kemudian melahirkan
2085

Jurnal IDEAL
Journal of Indonesia Development and Economics Analysis

suatu proses baru tentang desentralisasi
desa diawali dengan digulirkannya

Alokasi Dana Desa.
Desa Wuasa merupakan salah
satu desa/kelurahan di Kecamatan Lore
Utara dengan luas wilayah 113,11 Km2
dengan jumlah penduduk sebesar 3.018
jiwa tahun 2014. Berdasarkan sumber
penerimaan,
realisasi
penerimaan
keungan desa terdiri dari penerimaan
rutin dan pembangunan. Penerimaan
pembangunan
digunakan
untuk
merenovasi atau membangun fasilitas
umum. Realisasi penerimaan keuangan
desa
tahun
2014
sebesar

Rp.
280.846.741 yang terdiri dari penerimaan
rutin desa sebesar Rp. 183.877.741 dan
penerimaan swadaya desa sebesar Rp.
96.969.000. Sementara untuk realisasi
pengeluaran
desa
sebesar
Rp.
280.846.741 yang terdiri dari pengeluaran
rutin desa sebesar Rp. 110.326.741 dan
pengeluaran untuk pembangunan desa
sebesar Rp. 170.520.000 (Kecamatan
Lore Utara Dalam Angka, 2014:68-70).
Peraturan Daerah Kabupaten
Poso Nomor 28 Tahun 2008 tentang
Alokasi Dana Desa bahwa kepada desa
diberikan alokasi dana desa dari dana
perimbangan pemerintah pusat dan
daerah yang diterima oleh kabupaten dan

besarnya alokasi dana desa tersebut
adalah 10% dari dana perimbangan
keuangan pusat dan daerah yang
diterima oleh kabupaten setelah dikurangi
alokasi dasar.
Menindaklajuti Peraturan Daerah
Kabupaten Poso telah merealisasikan
kebijakan pemberian Alokasi Dana Desa
(ADD) kepada setiap desa. Adapun
Alokasi Dana Desa (ADD) yang
didistribusikan
pada
setiap
desa
bersumber dari bagian dana perimbangan
keuangan pusat dan daerah yang
diterima oleh kabupaten. Berdasarkan
penetapan alokasi dana desa tahun
anggaran 2015 untuk Kabupaten Poso
sebesar Rp. 9.811.461.022. Apabila

melihat jumlah anggaran yang diberikan
kepada desa melalui Alokasi Dana Desa
di Desa Wuasa dalam anggaran
RPJMDES berdasarkan RKPDES di Desa

Wuasa tahun 2011 sebesar Rp.
17.245.000.000, tahun 2012 sebesar Rp.
1.948.000.000, tahun 2013 sebesar Rp
2.595.000.000, tahun 2014 sebesar Rp.
2.028.000.000, tahun 2015 sebesar Rp.
2.760.000.000. Sumber dana berasal dari
APBN,
APBD
kabupaten/provinsi/APBDesa/kabupaten,
PNPM (Kantor Desa Wuasa Kecamatan
Lore Utara, 2015).
Sejak digulirkannya Alokasi Dana
Desa (ADD) di Desa Wuasa berdasarkan
Rencana
Pembangunan
Jangka
Menengah Desa (RPJMDES) Tahun
2011-2015, yang tampak dari kegiatan
pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD)
yaitu pada pembangunan fisik, seperti
pembangunan sarana dan prasarana
(gedung kantor, drainase, normalisasi
sungai, perbaikan jalan dan jembatan,
pengadaan mobil dinas desa), ekonomi
(saluran irigasi, pengadaan alat pertanian,
pencetakan sawah baru, hewan ternak,
bibit,
penguatan
kelompok
petani,
pembangunan
jalan
produksi
dan
jembatan
gantung),
pendidikan
(pembangunan
gedung
sekolah,
pengadaan alat perbengkelan dan
keterampilan, pembinaan karang taruna),
sosial budaya (pembangunan pintu
gerbang desa, pengadaan pakaian adat
dan sertifikat tanah, pembebasan lahan
pekuburan, bantuan dana pembentukan
Kabupaten Konservasi Tampo Lore),
kesehatan (pembangunan MCK pasar
dan gedung posyandu, air bersih,
pengadaan alat tenaga medis dan
perlengkapan kesehatan).
Pembangunan dalam bentuk non
fisik seperti pemberdayaan masyarakat
belum dilaksanakan sepenuhnya karena
Desa Wuasa merupakan desa yang
sedang
dalam
tahap
kegiatan
pembangunan. Akan tetapi, walaupun
pembangunan masih terfokus dalam
pembangunan fisik desa, telah terlihat
dampak dari adanya pembangunan
fasilitas ekonomi,
pendidikan,
dan
kesehatan
terhadap
pemberdayaan
masyarakat
seperti
pembangunan
posyandu, puskesmas, gedung TK dan

2086

Jurnal IDEAL
Journal of Indonesia Development and Economics Analysis

SD,
bedah
rumah,
pelatihan
keterampilan, dan lain sebagainya.
Pelaksanaan pembangunan di
Desa Wuasa antara wilayah timur,
selatan, dan utara harus seimbang agar
tidak
terjadi
kecemburuan
yang
mengakibatkan ketidakharmonisan dalam
masyarakat. Demi tercapainya azas adil
dan
merata,
maka
pembangunan
dilaksanakan secara bertahap. Selain
azas
tersebut,
pelaksanaan
pembangunan lebih mengutamakan halhal
yang
bersifat
darurat
atau
membutuhkan penanganan yang tidak
dapat ditunda (Rencana Pembangunan
Jangka
Menengah
Desa
Wuasa
Kecamatan Lore Utara, 2015).

Pertanyaan Penelitian
Pertanyaan penelitian ini yaitu
bagaimanakah pengelolaan alokasi dana
desa di Desa Wuasa Kecamatan Lore
Utara?.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah untuk
mengetahui pengelolaan alokasi dana
desa di Desa Wuasa Kecamatan Lore
Utara.
Manfaat Penelitian
Mmanfaat penelitian ini adalah:
1. Sebagai
bahan
informasi
bagi
pemerintah dalam mengalokasikan
dana desa sehingga tidak terjadi
ketimpangan dana yang dialokasikan
ke setiap desa.
2. Manambah informasi dan memperluas
wawasan
peneliti
dalam
ilmu
pengetahuan yang diperoleh selama
perkuliahan.
3. Sebagai
bahan
referensi
bagi
penelitian selanjutnya yang berkaitan
dengan penelitian ini.
TINJAUAN PUSTAKA
Keuangan Desa
Peraturan Menteri Dalam Negeri
Republik Indonesia Nomor 113 Tahun

2014 tentang Pengelolaan Keuangan
Desa, yang dimaksud keuangan desa
adalah semua hak dan kewajiban dalam
rangka penyelenggaraan pemerintahan
desa yang dapat dinilai dengan uang,
termasuk di dalamnya segala bentuk
kekayaan yang berhubungan dengan hak
dan kewajiban desa tersebut. Keuangan
desa berasal dari Pendapatan Asli Desa,
APBD, dan APBN. Penyelenggaraan
urusan pemerintahan desa yang menjadi
kewenangan desa didanai dari APBDesa,
bantuan pemerintah pusat, dan bantuan
pemerintah daerah. Penyelenggaraan
urusan
pemerintah
daerah
yang
diselenggarakan oleh pemerintah desa
didanai
dari
APBD,
sedangkan
penyelenggaraan urusan pemerintah
pusat
yang
diselenggarakan
oleh
pemerintah desa didanai dari APBN
(Nurcholis, 2011:81).
Sistem pengelolaan keuangan
desa mengikuti sistem anggaran nasional
dan daerah, yaitu mulai 1 Januari sampai
dengan 31 Desember. Kepala desa
sebagai kepala pemerintah desa adalah
pemegang
kekuasaan
pengelolaan
keuangan desa dan mewakili pemerintah
desa dalam kepemilikan kekayaan desa
yang dipisahkan. Oleh karena itu, kepala
desa mempunyai kewenangan (Nurcholis,
2011:82):
1. Menetapkan
kebijakan
tentang
pelaksanaan APBDesa;
2. Menetapkan
kebijakan
tentang
pengelolaan barang desa;
3. Menetapkan bendahara desa;
4. Menetapkan petugas yang melakukan
pungutan penerimaan desa; dan
5. Menetapkan petugas yang melakukan
pengelolaan barang milik desa.
Peraturan Menteri Dalam Negeri
Republik Indonesia Nomor 113 Tahun
2014 tentang Pengelolaan Keuangan
Desa dan Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 37 Tahun 2007 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa
yang dimaksud Pengelolaan Keuangan
Desa adalah keseluruhan kegiatan yang
meliputi
perencanaan,
pelaksanaan,
penatausahaan,
pelaporan,
dan
pertanggungjawaban keuangan desa.
2087

Jurnal IDEAL
Journal of Indonesia Development and Economics Analysis

Sedangkan
Pelaksana
Teknis
Pengelolaan Keuangan Desa yang
selanjutnya disingkat PTPKD adalah
unsur perangkat desa yang membantu
kepala
desa
untuk
melaksanakan
pengelolaan keuangan desa.
Dalam Pengelolaan Keuangan
Desa berdasarkan
Peraturan Menteri
Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor
113 Tahun 2014 dan Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2007,
dikelola oleh:
1. Perencanaan Keuangan Desa dikelola
oleh Sekretaris Desa:
a. Sekretaris
Desa
menyusun
Rancangan Peraturan Desa tentang
APBDesa berdasarkan RKPDesa
tahun berkenaan.
b. Sekretaris Desa menyampaikan
rancangan Peraturan Desa tentang
APBDesa kepada kepala desa.
2. Pelaksanaan Keuangan Desa:
a. Semua
penerimaan
dan
pengeluaran desa dalam rangka
pelaksanaan kewenangan desa
dilaksanakan melalui rekening kas
desa.
b. Khusus bagi desa yang belum
memiliki pelayanan perbankan di
wilayahnya, maka pengaturannya
ditetapkan
oleh
pemerintah
kabupaten/kota.
c. Semua
penerimaan
dan
pengeluaran desa harus didukung
oleh bukti yang lengkap dan sah.
3. Penatausahaan
Keungan
Desa
dilakukan oleh Bendahara Desa:
a. Bendahara Desa wajib melakukan
pencatatan setiap penerimaan dan
pengeluaran serta melakukan tutup
buku setiap akhir bulan secara
tertib.
b. Bendahara
Desa
wajib
mempertanggungjawabkan
uang
melalui
laporan
pertanggungjawaban.
c. Laporan
pertanggungjawaban
disampaikan setiap bulan kepada
kepala desa dan paling lambat
tanggal 10 bulan berikutnya.
d. Penatausahaan penerimaan dan
pengeluaran menggunakan buku

kas umum, buku kas pembantu
pajak, dan buku bank.
4. Pelaporan Keungan Desa dilakukan
oleh Kepala Desa
Kepala Desa menyampaikan laporan
realisasi
pelaksanaan
APBDesa
kepada
Bupati/Walikota
berupa
laporan semester pertama dan laporan
semester
akhir
tahun.
Laporan
semester pertama berupa laporan
realisasi APBDesa, laporan realisasi
pelaksanaan APBDesa disampaikan
paling lambat pada akhir bulan Juli
tahun berjalan. Laporan semester
akhir tahun disampaikan paling lambat
pada akhir bulan Januari tahun
berikutnya.
5. Pertanggungjawaban dilakukan oleh
Kepala Desa:
Kepala Desa menyampaikan laporan
pertanggungjawaban
realisasi
pelaksanaan
APBDesa
kepada
Bupati/Walikota setiap akhir tahun
anggaran.
Laporan
pertanggungjawaban
realisasi
pelaksanaan APBDesa terdiri dari
pendapatan, belanja, dan pembiayaan,
yang ditetapkan dengan Peraturan
Desa. Peraturan Desa tentang laporan
pertanggungjawaban
realisasi
pelaksanaan APBDesa dilampirkan
format Laporan Pertanggungjawaban
Realisasi
Pelaksanaan
APBDesa
Tahun Anggaran berkenaan; format
Laporan Kekayaan Milik Desa per 31
Desember
Tahun
Anggaran
berkenaan; dan format Laporan
Program Pemerintah dan Pemerintah
Daerah yang masuk ke desa.
Alokasi Dana Desa
Alokasi Dana Desa biasa disebut
dengan ADD adalah alokasi khusus desa
yang dialokasikan oleh pemerintah
melalui Pemerintah Daerah (kabupaten).
Tujuan
utamanya
adalah
untuk
mempercepat pembangunan tingkat desa
baik
pembangunan
fisik
(sarana
prasarana)
maupun
sumber
daya
manusia.
Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 37 Tahun 2007 tentang Pedoman

2088

Jurnal IDEAL
Journal of Indonesia Development and Economics Analysis

Pengelolaan Keuangan Desa bahwa
tujuan Alokasi Dana Desa (ADD) adalah:
1. Menanggulangi
kemiskinan
dan
mengurangi kesenjangan;
2. Meningkatkan
perencanaan
dan
penganggaran
pembangunan
di
tingkat desa dan pemberdayaan
masyarakat;
3. Meningkatkan
pembangunan
infrastruktur pedesaan;
4. Meningkatkan pengamalan nilai-nilai
keagamaan, sosial budaya dalam
rangka
mewujudkan
peningkatan
sosial;
5. Meningkatkan
ketentraman
dan
ketertiban masyarakat;
6. Meningkatkan
pelayanan
pada
masyarakat desa dalam rangka
pengembangan kegiatan sosial dan
ekonomi masyarakat;
7. Mendorong peningkatan keswadayaan
dan gotong royong masyarakat;
8. Meningkatkan pendapatan desa dan
masyarakat desa melalui Badan
Usaha Milik Desa (BUMDesa);
Peraturan Pemerintah No. 72
Tahun 2005 menegaskan bahwa yang
dimaksud
dengan
“bagian
dana
perimbangan keuangan pusat dan
daerah” adalah terdiri dari dana bagi hasil
pajak dan sumber daya alam ditambah
Dana Alokasi Umum (DAU) setelah
dikurangi belanja pegawai. Dalam Pasal
Penjelas pula disebutkan bahwa Alokasi
Dana
Desa
adalah
70%
untuk
pemberdayaan
masyarakat
dan
pembangunan
serta
30%
untuk
Pemerintahan Desa dan BPD. Alokasi
Dana Desa selanjutnya disebut ADD
adalah dana yang bersumber dari APBD
yang
dialokasikan
dengan
tujuan
pemerataan kemampuan keuangan antar
desa untuk mendanai kebutuhan desa
dalam
rangka
penyelenggaraan
pemerintahan
dan
pelaksanaan
pembangunan
serta
pelayanan
masyarakat. Alokasi Dana Desa (ADD)
merupakan perolehan bagian keuangan
desa dari kabupaten yang penyalurannya
melalui Kas Desa.

Pengelolaan ADD mengacu pada
azaz: a). Azas Merata adalah besarnya
bagian Alokasi Dana Desa yang sama
untuk setiap desa, yang selanjutnya
disebut Alokasi Dana Desa Minimal
(ADDM); dan b). Azas Adil adalah
besarnya bagian Alokasi Dana Desa
berdasarkan Nilai Bobot Desa (BDx) yang
dihitung dengan rumus dan variabel
tertentu,
(misalnya
Kemiskinan,
Keterjangkauan,
Pendidikan
Dasar,
Kesehatan dan lain-lain), selanjutnya
disebut Alokasi Dana Desa Proporsional
(ADDP).
Besarnya
presentase
perbandingan antara azas merata dan
adil sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
di atas, adalah besarnya ADDM adalah
60% (enam puluh persen) dari jumlah
ADD dan besarnya ADDP adalah 40%
(empat puluh persen) dari jumlah ADD
(Permendagri Nomor 37/2007 pasal 20).
Peraturan Pemerintah Nomor 60
Tahun 2014 tentang Dana Desa yang
bersumber dari APBN, Pasal 1, ayat 2 :
Dana Desa adalah dana yang bersumber
dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN) yang diperuntukkan bagi
desa yang ditransfer melalui Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
kabupaten/kota dan digunakan untuk
membiayai
penyelenggaraan
pemerintahan,
pelaksanaan
pembangunan,
pembinaan
kemasyarakatan, dan pemberdayaan
masyarakat. Selanjutnya dalam pasal 6
disebutkan bahwa dana desa tersebut
ditransfer melalui APBD kabupaten/kota
untuk selanjutnya ditransfer ke APBDesa.
Pengelolaan Alokasi Dana Desa
Pemerintah
mengeluarkan
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
37 Tahun 2007 tentang Pedoman
Pengelolaan
Keuangan
Desa.
Permendagri tersebut bertujuan untuk
memudahkan
dalam
pelaksanaan
pengelolaan keuangan desa, sehingga
tidak menimbulkan multitafsir dalam
penerapannya. Dengan demikian desa
dapat
mewujudkan
pengelolaan
keuangan yang efektif dan efisien. Di
samping itu, diharapkan dapat diwujudkan
2089

Jurnal IDEAL
Journal of Indonesia Development and Economics Analysis

tata kelola pemerintahan desa yang baik,
yang memiliki tiga pilar utama yaitu
transparansi, akuntabilitas dan partisipatif.
Untuk
memberikan pedoman bagi
pemerintah desa dalam menyusun RPJMDesa dan RKP-Desa perlu dilakukan
pengaturan.
Dengan
itu,
maka
dikeluarkan Peraturan Menteri Dalam
Negeri No. 66 Tahun 2007 tentang
Perencanaan Desa. Pengaturan pada
aspek perencanaan diarahkan agar
seluruh proses penyusunan APBDesa
semaksimal mungkin dapat menunjukkan
latar belakang pengambilan keputusan
dalam penetapan arah kebijakan umum,
skala prioritas dan penetapan alokasi,
serta distribusi sumber daya dengan
melibatkan partisipasi masyarakat.
Pengelolaan Keuangan Alokasi
Dana Desa (ADD) harus memenuhi
Prinsip Pengelolaan Alokasi Dana Desa
sebagai berikut:
1. Seluruh kegiatan yang didanai oleh
Alokasi
Dana
Desa
(ADD)
direncanakan,
dilaksanakan
dan
dievaluasi secara terbuka dengan
prinsip
dari,
oleh
dan
untuk
masyarakat.
2. Seluruh
kegiatan
harus
dapat
dipertanggungjawabkan
secara
administratif, teknis dan hukum.
3. Alokasi
Dana
Desa
(ADD)
dilaksanakan dengan menggunakan
prinsip hemat, terarah dan terkendali.
4. Jenis kegiatan yang akan dibiayai
melalui Alokasi Dana Desa (ADD)
sangat terbuka untuk meningkatkan
sarana pelayanan masyarakat berupa
pemenuhan
kebutuhan
dasar,
penguatan kelembagaan desa dan
kegiatan lainnya yang dibutuhkan
masyarakat desa yang diputuskan
melalui musyawarah desa.
5. Alokasi Dana Desa (ADD) harus
dicatat dalam Anggaran Pendapatan
dan Belanja Desa (APBDesa) dan
proses penganggarannya mengikuti
mekanisme yang berlaku.
Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 37 Tahun 2007 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Desa bahwa:

1. Mekanisme Penyaluran dan Pencairan
Alokasi Dana Desa (Pasal 21)
a. Alokasi Dana Desa dalam APBD
kabupaten/kota dianggarkan pada
bagian Pemerintahan Desa.
b. Pemerintah
Desa
membuka
rekening pada bank yang ditunjuk
berdasarkan keputusan Kepala
Desa.
c. Kepala
Desa
mengajukan
permohonan penyaluran Alokasi
Dana Desa kepada Bupati c.q
Kepala Bagian Pemerintahan Desa
Setda Kabupaten melalui Camat
setelah dilakukan verifikasi oleh Tim
Pendamping Kecamatan.
d. Bagian Pemerintahan Desa pada
Setda Kabupaten akan meneruskan
berkas permohonan kepada Kepala
Bagian Keuangan Setda Kabupaten
atau Kepala Bagian Pengelola
Keuangan Daerah (BPKD) atau
Kepala Badan Pengelola Keuangan
dan
Kekayaan/Aset
Daerah
(BPKKAD).
e. Kepala Bagian Keuangan Setda
Kabupaten atau Kepala BPKD atau
Kepala BPKKAD akan menyalurkan
Alokasi Dana Desa langsung dari
kas daerah ke rekening desa.
f. Mekanisme pencairan Alokasi Dana
Desa dalam APBDesa dilakukan
secara bertahap atau sesuai
dengan kemampuan dan kondisi
daerah kabupaten/kota.
2. Pelaksana Kegiatan (Pasal 22)
a. Pelaksanaan
kegiatan-kegiatan
yang pembiayaannya bersumber
dari Alokasi Dana Desa dalam
APBDesa
sepenuhnya
dilaksanakan oleh Tim Pelaksana
Desa mengacu pada Peraturan
Bupati/Walikota.
b. Penggunaan anggaran Alokasi
Dana Desa adalah sebesar 30%
untuk
belanja
aparatur
dan
operasional
pemerintah
desa,
sebesar
70%
untuk
biaya
pemberdayaan masyarakat. Bagi
belanja pemberdayaan masyarakat
digunakan untuk:

2090

Jurnal IDEAL
Journal of Indonesia Development and Economics Analysis

1) Biaya perbaikan sarana publik
dalam skala kecil;
2) Penyertaan
modal
usaha
masyarakat melalui BUMDesa;
3) Biaya
untuk
pengadaan
ketahanan pangan;
4) Perbaikan
lingkungan
dan
pemukiman;
5) Teknologi tepat guna;
6) Perbaikan
kesehatan
dan
pendidikan;
7) Pengembangan sosial budaya;
3. Pertanggungjawaban dan Pelaporan
(Pasal 23)
a. Pertanggungjawaban Alokasi Dana
Desa
terintegrasi
dengan
pertanggungjawaban
APBDesa
sehingga
bentuk
pertanggungjawabannya
adalah
pertanggungjawaban APBDesa.
b. Bentuk pelaporan atas kegiatankegiatan dalam APBDesa yang
dibiayai dari Alokasi Dana Desa
adalah:
1) Laporan Berkala yaitu laporan
mengenai
pelaksanaan
penggunaan dana Alokasi Dana
Desa (ADD) dibuat secara rutin
setiap bulannya. Adapun yang
dimuat dalam laporan ini adalah

realisasi penerimaan ADD dan
realisasi belanja ADD.
2) Laporan Akhir dari penggunaan
Alokasi Dana Desa (ADD) yang
mencakup
perkembangan
pelaksanaan dan penyerapan
dana, masalah yang dihadapi
dan rekomendasi penyelesaian
hasil akhir penggunaan ADD.
c. Penyampaian laporan dilaksanakan
melalui jalur struktural yaitu Tim
Pelaksana Tingkat Desa dan
diketahui Kepala Desa ke Tim
Pendamping Tingkat Kecamatan
secara bertahap.
d. Tim
Pendamping
Tingkat
Kecamatan
membuat
laporan/rekapan
dari
seluruh
laporan tingkat desa di wilayah
secara
bertahap
melaporkan
kepada Bupati, Tim Fasilitasi
Tingkat Kabupaten/Kota.
e. Pembiayaan
dalam
rangka
pelaksanaan tugas pendamping,
maka Tim Pendamping dibebankan
pada
Anggaran
Pendapatan
Belanja
Daerah
(APBD)
kabupaten/kota di luar dana Alokasi
Dana Desa (ADD).

Kerangka Pemikiran

Gambar 1. Kerangka Pemikiran
METODE PENELITIAN
Tipe Penelitian
Tipe
penelitian
ini
bersifat
deskriptif
berdasarkan
tingkat
eksplanisinya yang menurut Sugiyono
(2008:10-11) yaitu penelitian yang

dilakukan untuk mengetahui nilai variabel
mandiri, baik satu variabel atau lebih
tanpa membuat perbandingan atau
menghubungkan dengan variabel yang
lain. Hal ini sesuai dengan penelitian.
2091

Jurnal IDEAL
Journal of Indonesia Development and Economics Analysis

Jenis dan Sumber Data
Jenis data dalam penelitian ini
terdiri dari:
a. Data kualitatif, yaitu data yang
disajikan secara deskriptif atau
berbentuk uraian atau pemaparan,
seperti pendeskripsian hasil-hasil
temuan penelitian di lapangan yang
menggambarkan
variabel-variabel
penelitian yang diteliti. Data ini berupa
data jumlah penduduk, luas wilayah,
dan realisasi alokasi dana desa serta
data penunjang lainnya yang relevan
dengan penelitian ini.
b. Data kuantitatif, yaitu data-data yang
disajikan dalam bentuk satuan angkaangka perhitungan, seperti hasil
perhitungan statistik terhadap hasil
wawancara dari responden. Data ini
berupa data hasil perhitungan oleh
Badan pusat Statistik dan Kantor
Kecamatan serta Kantor Desa.
Berdasarkan jenis data yang
digunakan, maka sumber data untuk
data kualitatif adalah dari stakeholder
atau yang berhubungan dengan fokus
penelitian ini. Sedangkan data kuantitatif
bersumber dari Badan Pusat Statistik,
Badan Permusyawaratan Desa, dan
Kantor Kecamatan Lore Utara, serta
Kantor Desa Wuasa.
Definisi Operasional Variabel
1. Alokasi Dana Desa (ADD) adalah
dana yang bersumber dari APBD
Kabupaten Poso yang dialokasikan
dengan
tujuan
pemerataan
kemampuan keuangan antar desa
untuk mendanai kebutuhan desa
dalam
rangka
penyelenggaraan
pemerintahan
dan
pelaksanaan
pembangunan
serta
pelayanan
masyarakat Desa Wuasa Kecamatan
Lore Utara yang diukur dalam satuan
rupiah.
2. Pengelolaan Alokasi Dana Desa
adalah pengalokasian dana desa
yang dikelola secara efektif dan
efisien
melalui
perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi dengan
tujuan untuk mengurangi terjadinya
ketimpangan dana.

3. Pembangunan desa adalah bentuk
partisipasi pemerintah dalam kegiatan
pembangunan dan mensejahterakan
masyarakat.
Analisis Data
Untuk menganalisis pengelolaan
alokasi dana desa di Desa Wuasa
berdasarkan
Peraturan
Menteri
Keuangan Republik Indonesia Nomor
93/PMK.07/2015 tentang Tata Cara
Pengalokasian,
Penyaluran,
Penggunaan, Pemantauan, dan Evaluasi
Dana Desa, yaitu:
1. Perencanaan
Perencanaan
dilakukan
untuk
menyusun rencana kegiatan dan
menetapkan alokasi anggaran yang
dituangkan dalam Daftar Rencana
Kegiatan (DRK) oleh tim pelaksana
alokasi dana desa.
2. Pelaksanaan
Pelaksanaan alokasi dana desa
dilakukan dengan tahap realisasi dari
seluruh
rencana
kegiatan
dan
digunakan
untuk
biaya
penyelenggaran pemerintah yang
diserahkan pada masing-masingmasing pos dan untuk biaya
pemberdayaan masyarakat.
3. Evaluasi
Evaluasi
dilakukan
terhadap
perhitungan pembagian rincian Dana
Desa setiap desa oleh kabupaten/kota
dan realisasi penggunaan Dana Desa.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Alokasi Dana Desa (ADD) di Desa
Wuasa Kecamatan Lore Utara
Dalam penggunaannya, Alokasi
Dana Desa (ADD) dibagi menjadi dua
komponen, yakni:
1. Sebesar 30% dari besarnya Alokasi
Dana Desa ADD) yang diterima oleh
masing-masing
desa,
digunakan
untuk Biaya Operasional Pemerintah
Desa, Badan Permusyawaratan Desa,
dan
Lembaga
Pemberdayaan
Masyarakat Desa.
2. Sebesar 70% dari besarnya Alokasi
Dana Desa (ADD) yang diterima oleh

2092

Jurnal IDEAL
Journal of Indonesia Development and Economics Analysis

masing-masing
desa,
digunakan
pemberdayaan masyarakat.
untuk
membiayai
kegiatan
Berikut akan diuraikan realisasi Alokasi Dana Desa (ADD) di Desa Wuasa
Kecamatan Lore Utara berdasarkan tahun anggaran 2015.

Tabel 1. Realisasi Alokasi Dana Desa di Desa Wuasa Kecamatan Lore Utara Tahun
Anggaran 2015
No.

Uraian

Jumlah Anggaran
ADD
(Rp)
265.445.468,62

Alokasi Dana Desa
Bidang Penyelenggaraan
1.
207.595.168,60
Pemerintah Desa
a. Penghasilan Tetap dan
150.697.796,63
Tunjangan
b. Operasional Perkantoran
30.697.371,97
c. Operasional BPD
1.200.000,00
d. Tim Pendataan Desa
6.500.000,00
e. Tim Penyusunan RPJM
12.500.000,00
dan RKP Desa
Bidang Pembinaan
2.
64.073.828,02
Kemasyarakatan
a. Pembinaan Lembaga
11.000.000,00
Adat
b. Karang Taruna
15.000.000,00
c. Pembinaan PKK
19.800.000,00
d. Pembinaan LPM
9.748.500,00
Sumber: Kantor Desa Wuasa Kecamatan Lore Utara, 2016

Jumlah Realisasi
ADD
(Rp)
265.445.468,62
206.015.500,00

Lebih Kurang
(Rp)
1.579.668,60

150.688.128,03

9.668,60

29.127.371,97
1.200.000,00
6.500.000,00

1.570.000,00
-

12.500.000,00

-

64.063.500,00

10.328,02

11.000.000,00

-

14.990.000,00
19.800.000,00
9.748.500,00

10.000,00
-

Sementara itu, sebagian kegiatan
pembangunan di Desa Wuasa tidak
didanai melalui Alokasi Danan Desa
(ADD) melainkan di danai dari Dana
Desa (DD) yang merupakan pendapatan
transfer desa yang berasal dari pusat
atau dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN). Adapaun
kegiatan pembangunan lainnya yang
didanai dari Dana Desa (DD) yaitu
sebagai berikut:

Berdasarkan Tabel 1, jumlah
realisasi Alokasi Dana Desa (ADD) di
Desa Wuasa hanya meliputi dua bidang,
yaitu
Bidang
Penyelenggaraan
Pemerintahan
Desa
sebesar
Rp.
206.015.500,00, dan Bidang Pembinaan
Kemasyarakatan
sebesar
Rp.
64.063.500,00. Dalam realisasi ADD di
Desa Wuasa, jumlah anggaran ADD
sebesar Rp. 265.445.468,62.

Tabel 2. Realisasi Dana Desa di Desa Wuasa Kecamatan Lore Utara Tahun Anggaran
2015
No.

Uraian

Jumlah Anggaran
ADD
(Rp)
301.053.000,00

Dana Desa
Bidang Pelaksanaan
1.
300.314.900,00
Pembangunan Desa
a. Pembangunan Drainase
287.368.500,00
b. Pembangunan Taman
12.946.4000,00
Balai Desa
Bidang Pemberdayaan
2.
10.000.000,00
Masyarakat
a. Pendirian BUMDES
5.000.000,00
b. Bimbingan Teknik
Perangkat Desa dan
5.000.000,00
BPD
Sumber: Kantor Desa Wuasa Kecamatan Lore Utara, 2016

Jumlah Realisasi
ADD
(Rp)
301.053.000,00

Lebih Kurang
(Rp)
-

300.264.900,00

50.000,00

287.318.500,00

50.000,00

12.946.400,00

-

10.000.000,00

-

5.000.000,00

-

5.000.000,00

-

2093

Jurnal IDEAL
Journal of Indonesia Development and Economics Analysis

Berdasarkan Tabel 2, jumlah
realisasi Dana Desa (DD) di Desa
Wuasa hanya meliputi dua bidang, yaitu
Bidang Pelaksanaan Pembangunan
Desa sebesar Rp. 300.264.900,00, dan
Bidang
Pemberdayaan
Masyarakat
sebesar Rp. 10.000.000,00. Dalam
realisasi dan desa di Desa Wuasa,
jumlah anggaran desa sebesar Rp.
301.053.000,00.
Melihat uraian realisasi Alokasi
Dana Desa (ADD) dan Dana Desa (DD)
di Desa Wuasa Kecamatan Lore Utara
tahun anggaran 2015 bahwa realisasi
Dana
Desa
(DD)
lebih
besar
dibandingkan Alokasi Dana Desa (ADD)
dan merupakan pendapatan desa yang
paling besar dari pendapatan desa
lainnya di Desa Wuasa.
Pengelolaan Alokasi Dana Desa di
Desa Wuasa Kecamatan Lore Utara
Perencanaan Alokasi Dana Desa
(ADD) di Desa Wuasa Kecamatan Lore
Utara
Mekanisme tahap perencanaan
Alokasi Dana Desa (ADD) di Desa
Wuasa Kecamatan Lore Utara dapat
dijabarkan sebagai berikut:
1. Kepala Desa mengadakan sosialisai
pelaksanaan ADD dan membentuk
Tim Pelaksana ADD yang ditetapkan
dengan Keputusan Kepala Desa
sesuai ketentuan peraturan yang
berlaku.
2. Kepala Desa selaku penangungjawab
ADD mengadakan musyawarah desa
untuk
membahas
rencana
penggunaan ADD;
3. Musyawarah desa dihadiri oleh
Kepala Desa, unsur perangkat desa,
Badan
Permusyawaratan
Desa
(BPD),
Lembaga
Pembinaan
Kemasyarakat (LPM), dan kelompok
masyarakat;
4. Kepala Desa dan Perangkat Desa
membuat rencana detail tentang
penggunaan
ADD
untuk
penyelenggaraan pemerintahan.
5. Kepala Desa bersama LPMD dan
tokoh masyarakat membuat rencana

detail
tentang
ADD
untuk
pemberdayaan masyarakat termasuk
rencana biaya, kelompok sasaran,
kebutuhan material dan tenaga dari
masyarakat dan lain-lain sesuai
kebutuhan yang berlaku.
6. Tim Pelaksana Desa menyampaikan
rancangan penggunaan ADD secara
keseluruhan
kepada
peserta
musyawarah.
Rancangan
penggunaan ADD didasarkan pada
skala prioritas hasil musrenbangdes
tahun sebelumnya;
7. Rancangan penggunaan ADD yang
disepakati dalam musyawarah desa,
dituangkan
dalam
Rencana
penggunaan ADD yang merupakan
salah
satu
bahan penyusunan
APBDes.
8. Kepala Desa menuangkan kegiatan
yang didanai ADD dalam Anggaran
Pendapatan dan Belanja Desa
(APBDes)
Mekanisme tersebut merupakan
upaya
bertahap
yang
memberi
kesempatan
atau
ruang
aspirasi
masyarakat sekaligus sebagai media
pembelajaran
masyarakat
terhadap
prinsip akuntabilitas pengelolaan alokasi
dana desa.

Pelaksanaan Alokasi Dana Desa
(ADD) di Desa Wuasa Kecamatan Lore
Utara
Pelaksanaan Alokasi Dana Desa
(ADD) dalam pembangunan fisik Desa
Wuasa
telah
dilaksanakan
oleh
pemerintah
desa
dalam
rangka
melaksanakan otonomi asli desa, maka
upaya percepatan pembangunan dengan
pemberdayaan masyarakat sebagai
pendekatan operasional merupakan
komitmen pembelajaran pemerintah
Kabupaten Poso. Wujud nyata dari
komitmen tersebut adalah digulirnya
kebijakan Alokasi Dana Desa (ADD)
dengan
sasaran
utama
adalah
mengoptimalkan pembangunan di tingkat
desa yang membawahi dusun dan

2094

Jurnal IDEAL
Journal of Indonesia Development and Economics Analysis

kesatuan
lingkungannya
serta
pemberdayaa masyarakat.
Mekanisme tahap pelaksanaan
Alokasi Dana Desa (ADD) di Desa
Wuasa Kecamatan Lore Utara dapat
dijabarkan sebagai berikut:
1. Setelah Peraturan Desa tentang
APBDes ditetapkan, maka Tim
Pelaksana Alokasi Dana Desa (ADD)
Tingkat Desa dapat mulai melakukan
kegiatan
yang
diawali
dari
penyusunan program kegiatan yang
didanai dari Alokasi Dana Desa
(ADD).
2. Pelaksanaan ADD meliputi Bidang
Penyelenggaraan
Pemerintahan
Desa,
Bidang
Pelaksanaan
Pembangunan
Desa,
Bidang
Pembinaan Kemasyarakatan, dan
Bidang Pemberdayaan Masyarakat
3. Alokasi Dana Desa (ADD) untuk
penyelenggaraan pemerintahan desa
dikelola oleh Tim Pelaksana Bidang
Pemerintahan.
4. Alokasi Dana Desa (ADD) untuk
pelaksanaan pembangunan desa
dikelola oleh Tim Pelaksana Bidang
Pembangunan.
5. Alokasi Dana Desa (ADD) untuk
pelaksanaan
pembinaan
kemasyarakat dikelola oleh Tim
Pelaksana
Bidang
Pembinaan
Masyarakat.
6. Alokasi Dana Desa (ADD) untuk
pemberdayaan masyarakat dikelola
oleh
Tim
Pelaksana
Bidang
Pemberdayaan Masyarakat.
7. Pola pelaksanaan kegiatan di Desa
Wuasa adalah dengan sisti pola swakelola,
Evaluasi Alokasi Dana Desa (ADD) di
Desa Wuasa Kecamatan Lore Utara
Evaluasi tidak hanya dilakukan
pada akhir program, melainkan dilakukan
dalam
seluruh
proses
keijakan.
Mekanisme tahap evaluasi Alokasi Dana
Desa (ADD) di Desa Wuasa Kecamatan
Lore Utara dapat dijabarkan sebagai
berikut:
1. Seluruh kegiatan yang didanai oleh
ADD dilaksanakan dan dievaluasi

Jurnal IDEAL
Journal of Indonesia Development and Economics Analysis

secara terbuka dengan melibatkan
seluruh unsur masyarakat di desa.
2. Seluruh
kegiatan
harus
dapat
dipertanggungjawabkan
secara
administratif, tehnis dan hukum.
3. Jika terjadi penyimpangan atau
penyalahgunaan
ADD,
maka
penyelesaiannya secara berjenjang,
sesuai
dengan
ketentuan
perundangan yang berlaku.
4. Evaluasi pelaksana Alokasi Dana
Desa dilakukan oleh Kepala Desa,
Tim Pengendali Tingkat kecamatan,
dan Tim Fasilitas Tingkat Kabupaten.

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Kesimpulan dalam penelitian ini
adalah pengelolaan Alokasi Dana Desa
(ADD) di Desa Wuasa, realisasi ADD
belum memenuhi target penggunaan
yang di tentukan, yaitu 30 % untuk
kegiatan pemerintahan dan BPD, dan
70% untuk kegiatan pemberdayaan
masyarakat. Sementara realisasinya
lebih besar untuk kegiatan pemerintahan
dan BPD, dibandingkan untuk kegiatan
pemberdayaan masyarakat (77,61 % >
22,39 %). Hal ini terjadi karena Desa
Wuasa merupakan Desa yang sedang
dalam
kegiatan
pembangunan
khususnya
kegiatan
pemerintahan
karena merupakan ibu kota Kecamatan
sehingga ADD lebih banyak dialokasikan
untuk
kegiatan
pembangunan
dibandingkan
untuk
kegiatan
pemberdayaan. Akan tetapi, walaupun
ADD lebih diprioritaskan untuk kegiatan
peemerintahan,
ADD
juga
telah
dialokasikan
untuk
pemberdayaan
masyarakat
walaupun
belum
sepenuhnya
dilaksanakan
secara
menyeluruh”.
Saran
Saran dalam penelitian ini
adalah agar pengelolaan Alokasi Dana
Desa (ADD) dapat berjalan sesuai
dengan aturan sehingga menghasilkan
2095

pembangunan yang lebih baik serta
dapat memberdayakan masyarakat,
beberapa saran yang diperlukan yaitu
seluruh masyarakat hndaknya ikut
berpartisipasi
dalam
kegiatan
pembangunan di Desa Wuasa seta turut

memelihara hasil-hasil pembangunan
yang telah dilaksanakan, dan Desa
diberikan wewenang sepenuhnya dalam
pengelolaan ADD.

DAFTAR PUSTAKA
Abimanyu, Anggito, 1995. Pembangunan Ekonomi dan Pemberdayaan Masyarakat.
Yogyakarta: BPFE UGM.
Azwardi dan Sukanto, 2014. Efektifitas Alokasi Dana Desa (ADD) dan Kemiskinan di
Provinsi Sumatera Selatan. Jurnal Ekonomi Pembangunan, Juni 2014 Volume
12, No.1, Hal: 29 – 41. ISSN 1829-5843.
Badan Pusat Statistik, 2014. Kecamatan Lore Utara Dalam Angka, 2014. BPS Sulawesi
Tengah.
Hasibuan, Malayu P, 2004 Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia.
Yogyakarta. BPFE.
Kantor Desa Wuasa, 2015. Instrumen RPJMDes Desa Wuasa Kecamatan Lore Utara.
Munir, 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta:Erlangga.
Ndraha, Taliziduhu. 1984. Dimensi-Dimensi Pemerintahan Desa. Jakarta:PT. Bina
Aksara.
Poerwadarminta,W.J.S, 1996. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:Balai Pustaka.
Siswanto, Bedjo, 2005. Manajemen Tenaga Kerja Indonesia Pendekatan Administratif
dan Operasional. Jakarta:Bumi Aksara.
Putra,

Pratiwi, dan Suwondo, 2012. Pengelolaan Alokasi Dana Desa Dalam
Pemberdayaan Masyarakat Desa (Studi Pada Desa Wonorejo Kecamatan
Singosari Kabupaten Malang). Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 1, No. 6.
Hal. 1203-1212.

Peraturan Daerah Kabupaten Poso Nomor 28 Tahun 2008 tentang Alokasi Dana Desa.
Peraturan Daerah Kabupaten Poso Nomor 4 Tahun 2010 tentang Penyerahan Urusan
Pemerintah Kabupaten Kepada Desa.
Peraturan Desa Nomor 04 Tahun 2011 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Desa (RPJM-DESA) Desa Wuasa Kecamatan Lore Utara.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2007 tentang
Pedoman
Umum
Tata
Cara
Pelaporan
dan
Pertanggungjawaban
Penyelenggaraan Pemerintahan Desa.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2007 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2007 tentang
Perencanaan Desa.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 113 Tahun 2014 tentang
Pengelolaan Keuangan Desa.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 114 Tahun 2014 tentang
Pedoman Pembangunan Desa.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa.

2096

Jurnal IDEAL
Journal of Indonesia Development and Economics Analysis

Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa Yang
Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 93/PMK.07/2015 tentang Tata
Cara Pengalokasian, Penyaluran,Penggunaan, Pemantauan, dan Evaluasi Dana
Desa.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa Wuasa Kecamatan Lore Utara, 2015
Sobi,

2009. Otonomi Daerah dalam
Yogyakarta:Pustaka Pelajar.

Negara

Kesatuan

Republik

Indonesia.

Sugiyono, 2008. Metode Penelitian Ekonomi dan Bisnis. Bandung:CV. Alfabeta.
Thomas,

2013. Pengelolaan Alokasi Dana Desa Dalam Upaya Meningkatkan
Pembangunan di Desa Sebawang Kecamatan Sesayap Kabupaten Tana Tidung.
eJournal Pemerintahan Integratif, 2013, Vol. 1, No. 1. Hal, 51-64 ISSN 00000000, ejournal.pin.or.id © Copyright 2013.

Tobing, 2014. Analisis Alokasi Dana Desa (ADD) Berdasarkan Karakteristik Desa di
Kabupaten Dairi. Tesis Magister Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Sumatera Utara, Medan.
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa.
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa.
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.
Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan UndangUndang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa.
Wasisitiono, Sadu dan Irwan Tahir, 2006. Prospek Pengembangan Desa.
Jatinangor:Fokus Media.
Widjaja, HAW, 2003. Otonomi Desa Merupakan Otonomi Yang Asli, Bulat, dan Utuh.
Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada.
Winardi, J, 1998. Pengantar Ilmu Ekonomi Edisi VII. Bandung:Tarsito.

2097

Jurnal IDEAL
Journal of Indonesia Development and Economics Analysis