ANALISIS TINGKAT PERKEMBANGAN DI SD ALAM

1

A. LANDASAN TEORI
Inventori Tugas Perkembangan (ITP) dalah instrument yang digunakan
untuk memahami tingkat perkembangan individu. Penyusunan ITP terutama
dimaksudkan untuk menunjang kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah,
namun dapat juga digunakan untuk mengetahui tingkat perkembangan anak-anak
dan pemuda pada umumnya. ITP disusun dalam bentuk empat buku angket (buku
inventori), masing-masing untuk memahami perkembangan siswa SD, SLTP,
SLTA, dan mahasiswa di perguruan tinggi.
Bersamaan dengan penyusunan ITP telah dikembangkan pula program
computer khusus yang diberi nama ATP (Analisis Tugas Perkembangan). Program
ini digunakan untuk menyekor, mengolah, mencetak hasil analisis ITP, baik dalam
bentuk angka, grafik, maupun daftar. Dengan demikian telah tersedia ITP yang
berwujud inventori dan ATP yang berwujud CD berisi program aplikasi computer
(soft-ware).
Program kegiatan, Jenis layanan, dan isi bimbingan dan konseling
dirumuskan atas dasar kebutuhan nyata dan kondisi objektif perkembangan siswa.
Kondisi objektif perkembangan siswa yang dipahami melalui analisis tugas-tugas
perkembangan dapat menghasilkan profil perkembangan siswa yang menjadi
dasar bagi perkembangan program bimbingan dan konseling. Layanan bimbingan

yang

didasarkan

atas

dan

berorientasi

kepada

pencapaian

tugas-tugas

perkembangan siswa dapat menumbuhkan kesadaran guru pembimbing bahwa
program dan layanan bimbingan dan konseling di sekolah mutlak harus
berdasarkan kepada kebutuhan dan perkembangan siswa.
Untuk mengukur tingkat perkembangan siswa atau pencapaian tugas-tugas

perkembangan dari setiap aspek perkembangan, teori perkembangan diri dari
Loevinger (Lee Knefelkamp et.al. 1978, dan Blocher, 1987) dipilih sebagai
kerangka

kerja

perkembangan ini.

teoretik

dalam

mengembangkan

inventori

tugas-tugas

2


Penggunaan model Loevinger yang holistik, cocok untuk mengukur
perkembangan dalam budaya pluralistik, sebab menekankan keterkaitan berbagai
fase kehidupan manusia. Model ini berkorelasi tinggi dengan model lain, seperti
model Erickson, Kohlberg, dan Perry (Lee Knefelkanp et.al. 1978).Loevinger
merumuskan bangun perkembangan diri ke dalam Sembilan tingkat. Tingkat
pertama yaitu “pra-sosial” merupakan tingkatan dimana individu belum mampu
membedakan diri dengan lingkungan. Tingkatan terakhir, yaitu tingkat integrated,
merupakan tingkat yang jarang dicapai oleh kebanyakan orang. Oleh karena itu
bangun tingkatan perkembangan dalam ITP ini terdiri tujuh tingkatan dengan
karakteristik sebagai berikut :
Tingkat Impulsif (Imp), dengan ciri-ciri : menempatkan identitas diri
sebagai bagian yang terpisahkan dari orang lain. Pola perilaku menuntut dan
bergantung pada lingkungan sebagai sumber ganjaran dan hukuman, serta
berorientasi sekarang (tidak berorientasi masa lalu atau masa depan). Individu
tidak menempatkan diri sebagai faktor penyebab perilaku.
Tingkat Perlindungan Diri (Pld), dengan ciri-ciri : peduli terhadap kontrol
dan keuntungan yang dapat diperoleh dari berhubungan dengan orang lain.
Mengikuti aturan secara oportunistik dan hedonistic (prinsip menyenangkan diri).
Berpikir tidak logis dan stereotip. Cenderung melihat kehidupan sebagai “zerosum game”. Cenderung menyalahkan dan mencela orang lain dan lingkungan.
Tingkat Konformistik (Kof), dengan ciri-ciri: (1) peduli terhadap

penampilan diri dan penerimaan social, (2) cenderung berpikir stereotip dan klise,
(3) peduli akan terhadap aturan eksternal, (4) bertindak dengan mitif dangkal
(untuk memperoleh pujian), (5) menyamakan diri dalam ekspresi emosi, (6)
kurang introspeksi, (7) perbedaan kelompok didasarkan atas ciri-ciri eksternal, (8)
takut tidak diterima kelompok, (9) tidak sensitif terhadap ke-individual-an, dan
(10) merasa berdosa jika melanggar aturan.
Tingkat Sadar Diri (Sdi), dengan ciri-ciri : (1) mampu berpikir alternative,
(2) melihat harapan dan berbagai kemungkinan dalam situasi, (3) peduli untuk

3

mengambil manfaat dari kesempatan yang ada, (4) berorientasi pemecahan
masalah, (5) memikirkan cara hidup, serta (6) penyesuaianan terhadap situasi dan
peranan.
Tahap Seksama (Ska), dengan ciri-ciri : (1) bertindak atas dasar nilai
internal (2) mampu melihat diri sebagai pembuat pilihan dan perilaku tindakan,
(3) mampu melihat keragaman emosi, motif, dan persfektif diri, (4) peduli akan
hubungan mutualistik, (5) memiliki tujuan jangka panjang, (6) cenderung melihat
peristiwa dalam konteks sosial, (7) berpikir lebih kompleks dan atas dasar
analisis.

Tingkat Individualistik (Ind), dengan ciri-ciri : (1) peningkatan kesadaran
individualitas, (2)kesadaran akan konflik emosional antara kemandirian dengan
ketergantungan, (3) menjadi lebih toleran terhadap diri sendiri dan orang lain, (5)
mampu

bersikap

toleran

terhadap

pertentangan

dalam

kehidupan,

(6)

membedakan kehidupan internal dan kehidupan luar dirinya, (7) mengenal

kompleksitas diri, dan (8) peduli akan perkembangan dan masalah-masalah sosial.
Tahap Otonomi (Oto), dengan ciri-ciri kemandirian : (1) memiliki
pandangan hidup sebagai suatu keseluruhan, (2) cenderung bersikap realistic dan
objektif terhadap diri sendiri maupun orang lain, (3) peduli akan paham abstrak
seperti

keadilan

sosial,

(4)

mampu

mengintegrasikan

nilai-nilai

yang


bertentangan, (5) peduli akan self-fulfillment (pemuasan kebutuhan diri), (6) ada
keberanian untuk menyelesaikan konflik internal, (7) respek terhadap kemandirian
orang lain, (8) sadar akan adanya saling ketergantungan dengan orang lain, dan
(9) mampu mengekspresikan perasaan dengan penuh keyakinan dan keceriaan.
“Tingkatan” perkembangan itu merupakan struktur kontinum perkembangan
diri dari yang sederhana sampai dengan kompleks. Tingkatan dapat digunakan
untuk mengekspresikan keberadaan individu dalam kontinum perkembangan.
Setiap tingkatan dibangun atas dasar tingkatan sbelumnya dan menjadi dasar bagi
tingkatan

berikutnya.

Peningkatan

perkembangan

sepanjang

kontinum


perkembangan menggambarkan perbedaan kualitatif tentang cara-cara individu

4

berinteraksi dengan lingkungan. Model ini dapat digunakan bagi seluruh usia,
karena usia dan tingkat perkembangan tidak berkorelasi sempurna.
Karakteristik di atas menunjukkan relevansi tinggi dengan konsep
bimbingan

perkembangan

yang

menekankan

interaksi

individu

dengan


lingkungan, data target populasi layanan bimbingan yang terentang dari sekolah
dasar sampai dengan perguruan tinggi.
Ada sepuluh aspek perkembangan pada siswa SD dan SLTP. Aspek-aspek
yang diungkap berdasarkan permasalahan dan kebutuhan akan perkembangan
siswa yang dihadapi dalam proses pendidikan di sekolah. Walaupun aspek-aspek
itu bersinggungan dengan teori Havighurst, temuan ini sudah lebih banyak muatan
empiric sesuai dengan kondisi Indonesia.
Sepuluh aspek perkembangan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Landasan hidup religius
1.1 Sholat dan berdoa
1.2 Belajar agama
1.3 Keimanan
1.4 Sabar
2. Landasan perilaku etis
2-1 Jujur
2-2 Hormat kepada orang tua
2-3 Sikap sopan dan santun
2-4 Ketertiban dan kepatuhan
3. Kematangan emosional

3-1 Kebebasan dalam mengemukakan pendapat
3-2 Tidak cemas
3-3 Pengendalian emosi
3-4 Kemampuan menjaga stabilitas emosi
4. Kematangan intelektual
4-1 Sikap kritis
4-2 Sikap rasional
4-3 Kemampuan membela hak pribadi
4-4 Kemampuan menilai
5. Kesadaran tanggung jawab
5-1 Mawas diri
5-2 Tanggung jawab atas tindakan pribadi
5-3 Partisipasi pada lingkungan
5-4 Disiplin
6. Peran sosial sebagai pria atau wanita
6-1 Perbedaan pokok laki-laki dan perempuan

5

6-2 Peran social sesuai jenis kelamin

6-3 Tingkah laku dan kegiatan sesuai jenis kelamin
6-4 Cita cita sesuai jenis kelamin
7. Penerimaan diri dan pengembangannya
7-1 Kondisi fisik
7-2 Kondisi mental
7-3 Pengembangan cita-cita
7-4 Pengembangan pribadi
8. Kemandirian perilaku ekonomis
8-1 Upaya menghasilkan uang
8-2 Sikap hemat dan menabung
8-3 Bekerja keras dan ulet
8-4 Tidak mengharap pemberian orang
9. Wawasan persiapan karir
9-1 Pemahaman jenis pekerjaan
9-2 Kesungguhan belajar
9-3 Upaya meningkatkan keahlian
9-4 Perencanaan karir
10. Kematangan hubungan dengan teman sebaya
10-1 Pemahaman tingkah laku orang lain
10-2 Kemampuan berempati
10-3 Kerja sama
10-4 Kemampuan hubungan social
ITP dapat diadministrasikan secara kelompok maupun individual dengan cara
yang sama yakni :
a. Kepada siswa dibagikan buku angket (buku ITP) beserta lembar jawabannya.
b. Siswa diminta mengisi identitas pada lembar jawaban. Alat tulis yang
digunakan adalah ball-point atau alat tulis tinta lainnya. Dila terpaksa boleh
juga menggunakan pinsil.
c. Pembimbing membacakan petunjuk pengerjaan, sementara siswa membaca
petunjuk yang terdapat dalam buku ITP.
d. Tanya jawab dan penjelasan lebih lanjut bila ada siswa yang kurang/belum
memahami cara mengerjakan ITP.
e. Siswa dipersilahkan mengerjakan ITP (membaca dengan cermat, memilih
jawaban yang paling sesuai dengan dirinya, serta menuliskan pilihannya
dalam lembar jawaban).

6

f. Waktu pengerjaan secukupnya (sesuai kemampuan peserta) yang penting
semua siwa dalam kelompok itu menjawab semua butir inventori. Tidak
boleh ada yang mengosongkan jawaban atau menjawab lebih dari satu pilihan
dalam satu butir. Diperkirakan paling cepat 20 menit, paling lambat 40 menit.
g. Khusus bagi kelompok tuna-nerta, tiap butir pernyataan boleh dibacakan oleh
pembimbing, namun harus dihindari hal-hal yang mempengaruhi pilihan
siswa. Hal ini boleh dilakukan sepandak ITP ini belum ditulis dalam huruf
Braile.
h. Selesai pengerjaan, lembar jawaban dan buku ITP dikumpulkan. Buku ITP
diperiksa baik jumlah maupun kondisinya. Buku yang telah kotor atau ditulisi
siswa, dipisahkan untuk selanjutnya dimusnahkan.
i. Lembar jawaban siswa siap dikoreksi langsung, atau di-entry ke dalam
komputer.
Pada waktu siswa mengerjakan ITP, mungkin saja ada yang bertanya tentang
materi ITP. Dalam hal ini pembimbing boleh menjawab dengan syarat :
(1) Jawaban pembimbing tidak mengganggu peserta yang lain
(2) Jawaban pembimbing tidak mempengaruhi pilihan peserta pada butir yang
ditanyakan
(3) Pernyataan hanya berkaitan dengan redaksi atau kalimat yag tidak jelas, atau
masalah teknis (halaman kurang, hurif tidk jelas, buku sudah ditulisi, dll).
Proses Penyekoran Menggunakan Komputer
Proses penyekoran lebih cepat dan hasil analisis lebih lengkap, namun
diperlukan perangkat computer dengan Sistem Window 95 atau yang lebih tinggi,
serta program aplikasi khusus ATP (Analisis Tugas Perkembangan). Di samping
itu untuk mendapatkan hasil yang optimal, operator komputer perlu belajar
beberapa jam lebih dahulu, atau membaca dan berlatih sendiri berdasarkan Buku
Petunjuk Penggunaan Program ATP.
Berikut ini prosedur penyekoran dan pengolahan ITP dengan bantuan
komputer program ATP.

7

a. Siapkan lembar jawaban ITP yang akan diolah, perangkat computer dan
printer yang memadai (minimal Sistem Windows 95), program ATP, serta
alat tulis sesuai kebutuhan.
b. Meng-install program ATP Versi 3.0 dari CD ke dalam komputer pengolah.
Peng-installan relative mudah, karena menggunakan petunjuk Bahasa
Indonesia.
c. Buka/panggil program ATP-SLTA
d. Memasukan data baru dengan cara langsung yakni: data dari lembar
jawaban dimasukkan langsung dengan cara mengitup jawaban siswa tiap
butir sati per satu, atau data dimasukkan dulu ke dalam computer melalui
program

Excel,

kemudian

oleh

Progma

ATP

data

tersebut

diimpor/ditransfer masuk ke dalam ATP.
e. Setelah data masuk dengan file tertentu, data dapat diolah, ditampilkan,
dan dicetak dalam bentuk daftar atau grafik, lengkap dengan analisisnya.
f. Pembimbing tinggal menafsirkan hasil pengolahan data yang dilakukan
komputer. Langkah dan contoh hasil analisis selengkapnya dapat dilihat
pada Petunjuk Teknis Penggunaan Program ATP (buku petunjuk yang
menyertai CD program).
Penafsiran
Penafsiran hasil analisis ITP harus didasarkan pada teori perkembangan yang
diuraikan di muka (Landasan Teori). Skor 1 – 4 menggambarkan perkembangan
siswa SD, skor 2 – 5 menggambarkan perkembangan siswa SLTP, skor 3 – 6
menggambarkan perkembangan siswa SLTA, skor 4 – 7 menggambarkan
perkembangan mahasiswa (PT).
1. Tingkat Otonomi (Oto)
2. Tingkat Individualistik (Ind)
3. Tingkat Seksama (Ska)
4. Tingkat Sadar Diri (Sdi)
5. Tingkat Konformistik (Kof)
6. Tingkat Perlindungan Diri (Pld)

8

7. Tingkat Impulsif (Imp)
Indikator yang kami gunakan dalam penilaian analisis tugas perkembangan
setiap aspek adalah sebagai berikut :