PENGARUH VARIABEL DEMOGRAFI TERHADAP PER

PENGARUH VARIABEL DEMOGRAFI TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI
PULAU JAWA (PERIODE TAHUN 2008 – 2016)

Ayu Athifah*
Fahmi Wibawa, MBA
Najwa Khairina, SE, MA
E-mail: *ayuathifah@yahoo.co.id
Abstract

The purpose of this research is to discover the influence of Human Development Index (HDI), population
growth rate, dependency ratio, and labor force participaton rate towards economic growth in Java Island. The
dependent variable is economic growth (GRDP rate), while the independent variables is Human Development Index
(HDI), population growth rate, dependency ratio, and labor force participation rate. This research uses panel data
that combining the data from all the provinces in Java Island (DKI Jakarta, West Java, Center Java, Yogyakarta, East
Java, and Banten) from period 2008 until 2016.
The result shows that all of the independent variables simultantly can explain the variation of the dependent
variable (economic growth), which is the coefficient of determination equals to 74.48%. Furthermore, Human
Development Index (HDI) negatively significant influence to economic growth, population growth rate and
dependency ratio positively significant influence to economic growth, and labor force participation rate positively but
unsignificant influence to economic growth.
Keywords: economic growth (GRDP rate), Human Development Index (HDI), population growth rate, dependency

ratio, labor force participation rate.

I. PENDAHULUAN
Penduduk adalah orang-orang yang
tinggal dan menetap dalam suatu wilayah
yang terikat oleh aturan-aturan tertentu.
Keberadaannya yang tersebar di seluruh
negara di dunia sudah menyentuh angka
7,442 miliar jiwa pada tahun 2016 menurut
World Bank menjadi salah satu bagian
terpenting dari sebuah negara. Pentingnya
penduduk
tertulis
dalam
Konvensi
Montevideo yang disepakati tahun 1933
tentang pembentukan negara bahwa
penduduk merupakan salah satu unsur
konstitutif (pokok) yang wajib dimiliki dalam
suatu wilayah agar dapat berdiri sebagai

negara. Dengan adanya pernyataan tersebut
dapat dikatakan bahwa tanpa keberadaan
penduduk sebuah negara tidak akan utuh.
Berdasarkan pada penjelasan tersebut,
pembahasan
lebih
lanjut
tentang
kependudukan pun menjadi hal yang penting

untuk
dibahas,
terutama
tentang
permasalahan yang ada di dalamnya.
Permasalahan kependudukan yang
dibahas dalam ilmu demografi mulai populer
setelah penelitian yang dilakukan oleh John
Graunt (1620 – 1674). Meskipun
pembahasan penelitian dalam bukunya yang

berjudul Natural and Political Observations
Mentioned in a Following Index and Made
Upon the Bills of Mortality lebih
menekankan pada permasalahan kematian,
menurutnya, penelitian kependudukan lebih
lanjut diperlukan karena permasalahan
kependudukan tidak hanya sebatas kematian
dan kelahiran. Graunt menyarankan agar
penelitian tentang kependudukan lebih
menekankan
pada
aspek
komposisi
penduduk menurut jenis kelamin, umur,
agama, dan lain sebagainya.
Permasalahan
pertumbuhan
penduduk di Indonesia akan sangat terarah
pada pulau Jawa yang terdiri dari enam


provinsi, yaitu DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa
Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, dan
Banten. Alasan utama yang mendukung
pernyataan tersebut adalah karena pulau Jawa
merupakan pulau dengan penduduk terpadat
di Indonesia. Jumlahnya yang setiap tahun
meningkat menyebabkan distribusi atau
penyebaran kependudukan di Indonesia tidak
merata. Pada tahun 2016, sekitar 146 juta
penduduk Indonesia atau 57,5% bermukim di
pulau yang luasnya hanya 128.927 km
persegi atau 6,8% dari total area Indonesia,
sedangkan pulau Kalimantan yang luasnya
539.460 km persegi1 atau 28,5% dari total
area Indonesia dihuni 14,5 juta atau hanya
5,8%
penduduk.
Ketimpangan
atau
ketidakmerataan pembangunan di antara

pulau Jawa dan luar pulau Jawa menjadi
faktor pendorong yang menyebabkan pulau
Jawa semakin lama semakin padat dan sesak.
Ketimpangan tersebut menurut Arbani
(2014) dapat terlihat dari perkembangan dan
pembangunan infrastruktur di pulau Jawa
jauh lebih pesat dibanding pulau lainnya.
Selain itu, mode transportasi lengkap yang
memudahkan akses kemana saja dan standar
upah yang dianggap jauh lebih tinggi juga
menjadi alasan yang sering diberikan para
pencari kerja dari luar Jawa untuk melakukan
migrasi.
Pokok bahasan kependudukan yang
memiliki peranan dalam perekonomian tidak
hanya terlihat dari pertumbuhan penduduk
saja, tetapi dapat dilihat juga dari besarnya
rasio ketergantungan penduduk. Rasio
ketergantungan penduduk menjadi salah satu
indikator demografi yang penting. Rasio

ketergantungan
penduduk
merupakan
perbandingan antara jumlah penduduk usia 0
– 14 tahun, ditambah dengan jumlah
penduduk usia 65 tahun keatas (keduanya
disebut bukan angkatan kerja) dibandingkan
dengan jumlah penduduk usia 15 – 64 tahun
(angkatan kerja) (BPS, 2010).

1

Luas yang menjadi bagian NKRI.

Selain
itu,
permasalahan
perkembangan pertumbuhan penduduk yang
berkaitan dengan perekonomian tidak
terlepas dari adanya peran tenaga kerja.

Seperti yang dijelaskan Saputri (2011) bahwa
kondisi yang ideal dari tenaga kerja terhadap
pertumbuhan ekonomi adalah ketika
partisipasi tenaga kerja dapat meningkatkan
pertumbuhan ekonomi dan kondisi yang ideal
dari pertumbuhan ekonomi terhadap tenaga
kerja adalah ketika pertumbuhan ekonomi
mampu menambah penggunaan tenaga kerja
secara lebih besar. Semakin besar nilai dari
tingkat partisipasi angkatan kerja, maka
semakin terlihat peranan pemerintah dalam
menyediakan lapangan pekerjaan bagi
rakyatnya.
Berdasarkan
penjelasanpenjelasan tersebut, disimpulkan rumusan
masalah sebagai berikut.
a. Apakah
pengaruh
Indeks
Pembangunan

Manusia
(IPM)
terhadap pertumbuhan ekonomi di
pulau Jawa?
b. Apakah pengaruh laju pertumbuhan
penduduk terhadap pertumbuhan
ekonomi di pulau Jawa?
c. Apakah
pengaruh
rasio
ketergantungan penduduk terhadap
pertumbuhan ekonomi di pulau Jawa?
d. Apakah pengaruh Tingkat Pertisipasi
Angkatan Kerja (TPAK) terhadap
pertumbuhan ekonomi di pulau Jawa?
e. Apakah
pengaruh
Indeks
Pembangunan Manusia (IPM), laju
pertumbuhan

penduduk,
rasio
ketergantungan
penduduk,
dan
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
(TPAK) terhadap pertumbuhan
ekonomi di pulau Jawa?
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Ilmu Demografi
Ilmu demografi merupakan suatu alat
untuk mempelajari perubahan-perubahan
kependudukan dengan memanfaatkan

data dan statistik kependudukan, serta
perhitungan-perhitungan
secara
matematis dan statistik dari data
penduduk terutama mengenai perubahan
jumlah,

persebaran,
dan
komposisi/strukturnya.
Perubahanperubahan tersebut dipengaruhi oleh
perubahan pada komponen-komponen
utama pertumbuhan penduduk, yaitu
fertilitas, mortalitas, dan migrasi, yang
pada gilirannya menyebabkan perubahan
pada jumlah, struktur, dan persebaran
penduduk.demografi memberi gambaran
menyeluruh tentang perilaku penduduk,
baik secara agregat maupun secara
kelompok.
B. Pertumbuhan Ekonomi
Menurut Adam Smith dalam
Sitindaon (2013) dengan bukunya yang
berjudul An Inquiry Into the Nature and
Causes of the Wealth of the Nations ,
pertumbuhan ekonomi ditandai oleh dua
faktor yang saling berkaitan, yaitu

pertumbuhan
penduduk
dan
pertumbuhan output total. Pertumbuhan
output yang akan dicapai dipengaruhi
oleh 3 komponen, yaitu sumber daya
alam, tenaga kerja (pertumbuhan
penduduk), dan jumlah persediaan.
C. Teori Jebakan Populasi Malthus
Robert Thomas Malthus (1766-1834)
merupakan pendeta Inggris yang
mengajukan sebuah teori tentang
hubungan antara pertumbuhan penduduk
dan pembangunan ekonomi yang masih
banyak dipercaya oleh banyak ahli
sampai saat ini. Dalam sebuah bukunya
yang berjudul Essay on the Principle of
Population terbitan tahun 1798, Thomas
Malthus merumuskan sebuah konsep
tentang pertambahan hasil yang semakin
berkurang (diminishing returns). Malthus
melukiskan
suatu
kecenderungan
universal bahwa jumlah populasi di suatu
negara akan meningkat sangat cepat
menurut deret ukur atau tingkat

geometric setiap 30 atau 40 tahun, kecuali
jika hal itu diredam oleh bencana
kelaparan.
Sementara itu, karena adanya proses
pertambahan hasil yang semakin
berkurang dari suatu faktor produksi yang
jumlahnya tetap, yaitu tanah, maka
persediaan pangan hanya akan meningkat
menurut deret hitung atau tingkat
aritmetik. Bahkan, karena lahan yang
dimiliki setiap anggota masyarakat
semakin lama semakin sempit, maka
kontribusi marjinalnya terhadap total
produksi pangan akan semakin menurun.
Karena pertumbuhan pengadaan pangan
tidak dapat berpacu secara memadai atau
mengimbangi kecepatan pertambahan
penduduk, maka pendapatan perkapita
(dalam masyarakat agraris, pendapatan
perkapita diartikan sebagai produksi
pangan perkapita) cenderung terus
mengalami
penurunan
sampai
sedemikian rendahnya sehingga segenap
populasi harus bertahan pada kondisi
sedikit di atas tingkat subsisten (semua
penghasilan
hanya
cukup
untuk
mengganjal perut), itu pun hanya untuk
jumlah populasi tertentu. Lebih dari
jumlah itu maka ada sebagian penduduk
yang tidak mendapat bahan pangan sama
sekali.
Para ahli ekonomi modern telah
memberi nama khusus bagi gagasan
Malthus yang menyatakan bahwa
ledakan penduduk akan menimbulkan
pola hidup yang serba pas-pasan
(subsisten). Mereka menyebutnya model
jebakan populasi ekuilibrium tingkat
rendah (low level equilibrium population
trap, atau biasa disingkat dengan model
jebakan populasi Malthus (Malthusian
population trap).
D. Perlunya Pertumbuhan Penduduk
terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Menurut Todaro dan Smith (2006),
terdapat aliran argumen ketiga yang lebih

konvensional
mengatakan
bahwa
pertumbuhan penduduk itu bukanlah
sebuah masalah, melainkan justru
merupakan unsur penting yang akan
memacu
pembangunan
ekonomi.
Populasi yang lebih besar adalah pasar
potensial
yang
menjadi
sumber
permintaan akan berbagai macam barang
dan jasa yang kemudian akan
menggerakkan berbagai macam kegiatan
ekonomi sehingga menciptakan skala
ekonomis (economic of scale) dalam
produksi yang menguntungkan semua
pihak, menurunkan biaya-biaya produksi,
dan menciptakan sumber pasokan atau
penawaran tenaga kerja murah dalam
jumlah yang memadai sehingga pada
gilirannya akan merangsang tingkat
output atau produksi agregat yang lebih
tinggi lagi.
E. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
Penghitungan
seberapa
besar
angkatan kerja yang berpartisipasi dalam
suatu negara atau wilayah dapat dilihat
dari tingkat partisipasi angkatan kerja.
Tingkat partisipasi angkatan kerja
menurut Rusli (2012) dinyatakan sebagai
jumlah penduduk yang tergolong
angkatan kerja per 100 penduduk usia
kerja. Jika pada penjelasan di atas
dikatakan bahwa penduduk usia kerja
(produktif)
didefinisikan
sebagai
penduduk dengan usia 15 – 64 tahun,
maka

Dengan cara yang sama, tingkat
partisipasi angkatan kerja dapat dihitung
untuk tiap golongan umur dan jenis
kelamin. Selain untuk tiap golongan
umur dan jenis kelamin, tingkat
partisipasi angkatan kerja dapat pula
dihitung untuk lain-lain karakteristik
penduduk seperti daerah tempat tinggal
(pedesaan-perkotaan), status perkawinan,
dan tingkat pendidikan.

Tingkat partisipasi angkatan kerja
umumnya rendah atau agak rendah pada
usia muda dan usia tua. Sebagian mereka
yang berusia muda masih bersekolah,
sedangkan sebagian pada usia tua sudah
tidak bekerja ataupun mencari pekerjaan.
F. Indeks Pembangunan Manusia
Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
atau yang dikenal dengan Human
Development Index (HDI) mulai muncul
pada awal dasawarsa 1990-an. Semula
IPM digunakan untuk mengukur
pembangunan sosial dan kemudian
sebagai ukuran pencapaian pembangunan
yang berfokus pada pembangunan
manusia yang dibandingkan antar negara
di dunia.
Menurut UNDP dalam Rusli (2012),
Tampak IPM atau HDI adalah
perkembangan lebih lanjut dari hasil
upaya pencarian indeks pengukuran
kemajuan
pembangunan
dalam
meningkatkan kesejahteraan penduduk di
berbagai negara di dunia yang berpusat
pada pembangunan manusia. IPM
memfokuskan pada tiga dimensi
pembangunan manusia yang terukur,
meliputi: berumur panjang dan sehat
(living along and healthy life),
berpendidikan atau terdidik (being
educated), dan hidup berkecukupan atau
mempunyai standar hidup yang layak
(having decent standard of living). Ketiga
dimensi tersebut dipandang sebagai
dimensi-dimensi
terbaik
yang
menunjukkan
kondisi
kehidupan
manusia.
Umur panjang dan sehat merupakan
cita-cita setiap manusia dan masyarakat,
apapun sistem budaya, sistem sosial,
maupun sistem politik masyarakat yang
bersangkutan. Sampai batas-batas yang
dapat diupayakan, kematian senantiasa
dicegah. Proses pembangunan yang
berlangsung
diharapkan
dapat
memperpanjang
umur
manusia.

Meningkatnya umur manusia dapat
dipandang sebagai salah satu output
pokok pembangunan.
Terdidik atau berpengetahuan juga
merupakan kondisi yang diinginkan
semua masyarakat dan kebudayaan.
Apapun sistem sosial dan sistem politik
yang digunakan, pendidikan merupakan
kondisi dasar manusia yang dipandang
sangat penting. Tanpa pendidikan,
manusia tidak dapat mengembangkan
dirinya dan keadaan kehidupannya.
Umpamanya dengan melek huruf,
seseorang akan berpeluang untuk akses
terhadap pengetahuan dan teknologi yang
bersumber dari bahan tertulis. Dalam
pengembangan Indeks Pembangunan
Manusia (IPM), pada mulanya untuk
merepresentasikan kondisi pendidikan
(pengetahuan) hanya digunakan tingkat
melek huruf. Tetapi kemudian, meskipun
melek huruf dipandang memberi
kontribusi
lebih
besar
untuk
merepresentasikan kondisi pendidikan
(pengetahuan) digunakan kombiansi
antara melek huruf dan lama sekolah atau
tingkat partisipasi sekolah.
G. Rasio Ketergantungan Penduduk
Rasio ketergantungan penduduk
dapat digunakan sebagai indikator yang
secara kasar dapat menunjukkan keadaan
ekonomi suatu negara apakah tergolong
negara maju atau negara yang sedang
berkembang.
Semakin
tingginya
persentase
rasio
ketergantungan
menunjukkan semakin tingginya beban
yang harus ditanggung penduduk usia
produktif untuk membiayai hidup
penduduk yang belum produktif dan
penduduk yang sudah tidak produktif
lagi. Sebaliknya, semakin rendah
persentase
rasio
ketergantungan
menunjukkan semakin rendah beban
yang harus ditanggung penduduk usia
produktif untuk membiayai hidup
penduduk yang belum produktif dan

penduduk yang sudah tidak produktif
lagi.
Rasio ketergantungan penduduk
(dependency ratio) dapat dihitung dengan
rumus:
P - 4 + P65+
RK =
x 100
P(15-64)
Keterangan:
RK
= Rasio
ketergantungan
penduduk
P (0 – 14)
= Penduduk usia belum
produktif (young dependency ratio)
P (65+)
= Penduduk usia yang sudah
tidak produktif lagi (old dependency
ratio)
P (15 – 64) = Penduduk usia produktif
H. Kerangka Pemikiran

III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Berdasarkan pada latar belakang
masalah, penelitian ini dilakukan untuk
melihat bagaimana pengaruh variabelvariabel
demografi
seperti
Indeks
Pembangunan Manusia (IPM), Laju
Pertumbuhan
Penduduk,
Rasio

Ketergantungan Penduduk, maupun Tingkat
Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) terhadap
pertumbuhan ekonomi di pulau Jawa yang
memiliki 6 (enam) provinsi. Data operasional
yang digunakan pada penelitian ini
menggunakan data panel yang merupakan
gabungan antara data runtut waktu (time
series) dan data cross section mulai dari
tahun 2008 sampai dengan 2016.
1. Variabel Dependen
Variabel dependen dalam penelitian
ini adalah pertumbuhan ekonomi di provinsi
DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa
Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Timur mulai
dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2016.
2. Variabel Independen
Variabel
independen
dalam
penelitian ini adalah Indeks Pembangunan
Manusia
(IPM),
Laju
Pertumbuhan
Penduduk, Rasio Ketergantungan Penduduk,
dan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
(TPAK) di provinsi DKI Jakarta, Banten,
Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, dan
Jawa Timur pada tahun 2008 sampai dengan
tahun 2016.
B. Jenis dan Sumber Data
Data yang dipergunakan dalam
penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data
yang
bukan
diusahakan
sendiri
pengumpulannya oleh peneliti, misalnya
diambil dari Badan Pusat Statistik (BPS),
dokumen-dokumen
perusahaan
atau
organisasi, surat kabar dan majalah, ataupun
publikasi lainnya (Marzuki, 2005).
Adapun sumber data tersebut di atas
diperoleh dari:
1. Data pertumbuhan ekonomi tiap-tiap
provinsi di pulau Jawa dilihat dari laju
Pendapatan Domestik Regional Bruto
(PDRB) tahun 2008 – 2016 diperoleh dari
Badan Pusat Statistik (BPS).
2. Data Indeks Pembangunan Manusia
(IPM) tiap-tiap provinsi di pulau Jawa
tahun 2008 -2016 diperoleh dari Badan
Pusat Statistik (BPS).

3. Data laju pertumbuhan penduduk tiaptiap provinsi di pulau Jawa tahun 2008 –
2016 diperoleh dari Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional (Bappenas).
4. Data rasio ketergantungan penduduk
tiap-tiap provinsi di pulau Jawa tahun
2008 – 2016 diperoleh dari Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional
(Bappenas).
5. Data Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
(TPAK) tiap-tiap provinsi di pulau Jawa
tahun 2008 – 2016 diperoleh dari Badan
Pusat Statistik (BPS).
C. Metode Analisis Data
Penelitian ini menggunakan analisis
data panel yang merupakan gabungan data
deret waktu (time series) dan deret lintang
(cross section). Model dari analisis data panel
yang digunakan dalam penelitian ini adalah
fixed effect model (FEM) yang menunjukkan
perbedaan konstan antarobjek, meskipun
dengan koefisien regresor yang sama. Model
juga memperhitungkan kemungkinan bahwa
peneliti menghadapi masalah omitted
variables
yang
mungkin
membawa
perubahan pada intercept time series atau
cross section. Model FEM dengan efek tetap
maksudnya adalah bahwa satu objek
memiliki konstan yang tetap besarnya untuk
berbagai periode waktu. Demikian pula
dengan koefisien regresinya yang besarnya
tetap dari waktu ke waktu (time invariant)
(Winarno, 2007).
D. Model Empiris
LPEit = β0 + β1IPMit + β2LPPit - β3RKit +
β4TPAKit + εit
Keterangan:
LPEit : Laju pertumbuhan ekonomi (laju
PDRB) provinsi i pada periode t (persen)
IPMit : Indeks pembangunan manusia
provinsi i pada periode t (persen)
LPPit : Laju pertumbuhan penduduk
provinsi i pada periode t (persen)
RKit : Rasio ketergantungan penduduk
provinsi i pada periode t (persen)

TPAKit: Tingkat partisipasi angkatan kerja
provinsi i pada periode t (persen)
β0,…,βn : Koefisien regresi (konstanta)
εit
: Koefisien pengganggu / random
error
E. Pengujian Hipotesis Penelitian
Agar dapat mengasilkan persamaan
regresi yang baik, maka harus dilakukan
uji asumsi analisis regresi terlebih
dahulu, yang terdiri atas uji asumsi klasik
(uji normalitas, uji autokorelasi, uji
multikolinieritas,
dan
uji
heteroskedastisitas) dan uji statistik (uji
koefisien determinasi, uji parsial, dan uji
simultan).
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengujian Hipotesis
1. Uji Normalitas

Berdasarkan hasil di atas, nilai
dari probability adalah 0.768599
yang berarti lebih dari 5% atau 0.05.
Dapat disimpulkan bahwa baik
variabel terikat maupun variabel
bebas berdistribusi normal.
2. Uji Autokorelasi
Dari hasil uji DW yang
dilakukan, didapatkan hasil DurbinWatson stat sebesar 2.097814.
Sedangkan diketahui dL = 1.4069 dan
dU = 1.7234. Karena nilai DurbinWatson stat atau d hitung lebih besar
dari dU dan lebih kecil dari 4 – dU,
maka dapat disimpulkan tidak
terdapat masalah autokorelasi.
3. Uji Multikolinieritas

Masing-masing
koefisien
korelasi antarvariabel bebas tidak ada
yang lebih dari 0.8 yang berarti tidak
terdapat masalah multikolinieritas
pada model yang digunakan.
4. Uji Heteroskedastisitas

Pengujian ini dapat dilihat
dari nilai probability Chi-square
masing-masing variabel independen
pada uji Glejser yang harus lebih dari
5% atau 0.05 agar terbebas dari
masalah
heteroskedastisitas.
Berdasarkan hasil di atas, nilai
probabilitas masing-masing variabel
independen lebih dari 5% atau 0.05
yang berarti tidak terdapat masalah
heteroskedastisitas pada model yang
digunakan.
B. Hasil Uji Statistik
1. Uji Koefisien Determinasi
Berdasarkan
hasil
dari
pengolahan data yang dilakukan
dengan E-views 9.0 ditunjukkan
bahwa nilai koefisien determinasi
adalah 74.48 persen. Hal tersebut
berarti bahwa 74.48 persen kontribusi
Indeks
Pembangunan
Manusia
(IPM), laju pertumbuhan penduduk,
rasio ketergantungan penduduk, dan
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
(TPAK)
dapat
menjelaskan
pertumbuhan ekonomi di pulau Jawa.
Sedangkan 25.52 persen variabel
pertumbuhan ekonomi dijelaskan
oleh variabel-variabel lain selain
variabel yang digunakan dalam
penelitian ini.
2. Uji Parsial (Uji t)
Berdasarkan
hasil
dari
pengolahan data yang dilakukan

dengan E-views 9.0 dan dengan
menggunakan indeks kepercayaan
5% atau 0.05 serta syarat t-hitung atau
t-stat > t-tabel, didapatkan hasil
bahwa:
a. IPM berpengaruh secara negatif
dan
signifikan
terhadap
pertumbuhan ekonomi di pulau
Jawa.
b. Laju Pertumbuhan Penduduk
berpengaruh secara positif dan
signifikan terhadap pertumbuhan
ekonomi di pulau Jawa.
c. Rasio Ketergantungan Penduduk
berpengaruh secara positif dan
signifikan terhadap pertumbuhan
ekonomi di pulau Jawa.
d. TPAK
tidak
berpengaruh
terhadap pertumbuhan ekonomi
di pulau Jawa.
3. Uji Simultan (Uji F)
Pengujian ini dilakukan untuk
mengetahui apakah variabel bebas
(independen) berpengaruh terhadap
variabel terikat (dependen) secara
simultan (bersama-sama). Cara yang
dilakukan
adalah
dengan
membandingkan nilai F-hitung (Fstat) dengan F-tabel. Berdasarkan
hasil yang ditunjukkan pada tabel 4. ,
diperoleh nilai F-hitung (F-stat)
adalah 14.26750. Pada indeks
kepercayaan α = 5%, k = 4, dan n =
54 diperoleh nilai F-tabel = 2.80.
Terlihat bahwa F-hitung (14.26750) >
F-tabel (2.80) yang berarti H0 ditolak
dengan kesimpulan variabel bebas
(IPM, laju pertumbuhan penduduk,
rasio ketergantungan penduduk, dan
TPAK)
berpengaruh
signifikan
secara simultan terhadap variabel
terikat (pertumbuhan ekonomi) pada
tingkat kepercayaan 95%.
4. Hasil Interpretasi Analisis

Berdasarkan hasil pengolahan
data menggunakan Eviews 9.0 dengan
memasukkan masing-masing nilai
intersep provinsi, dapat disimpulkan
bahwa:
 Apabila variabel IPM, laju
pertumbuhan penduduk, rasio
ketergantungan penduduk, dan
TPAK tidak berpengaruh, maka
provinsi DKI Jakarta memiliki
nilai pertumbuhan ekonomi
sebesar 0.040144 persen.
 Apabila variabel IPM, laju
pertumbuhan penduduk, rasio
ketergantungan penduduk, dan
TPAK tidak berpengaruh, maka
provinsi Jawa Barat memiliki
nilai pertumbuhan ekonomi
sebesar -0.025851 persen.
 Apabila variabel IPM, laju
pertumbuhan penduduk, rasio
ketergantungan penduduk, dan
TPAK tidak berpengaruh, maka
provinsi Jawa Tengah memiliki
nilai pertumbuhan ekonomi
sebesar -0.011183 persen.
 Apabila variabel IPM, laju
pertumbuhan penduduk, rasio
ketergantungan penduduk, dan
TPAK tidak berpengaruh, maka
provinsi Yogyakarta memiliki

nilai pertumbuhan ekonomi
sebesar 0.018394 persen.
 Apabila variabel IPM, laju
pertumbuhan penduduk, rasio
ketergantungan penduduk, dan
TPAK tidak berpengaruh, maka
provinsi Jawa Timur memiliki
nilai pertumbuhan ekonomi
sebesar 0.026511 persen.
 Apabila variabel IPM, laju
pertumbuhan penduduk, rasio
ketergantungan penduduk, dan
TPAK tidak berpengaruh, maka
provinsi Banten memiliki nilai
pertumbuhan ekonomi sebesar 0.048014 persen.
Analisis data panel dalam
penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui
pengaruh
Indeks
Pembangunan Manusia (IPM), laju
pertumbuhan
penduduk,
rasio
ketergantungan
penduduk,
dan
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
(TPAK) terhadap pertumbuhan
ekonomi per provinsi di pualu Jawa
pada tahun 2008 – 2016. Dari hasil
pengolahan data panel dengan
menggunakan model fixed effect
diperoleh persamaan regresi sebagai
berikut.

Pada persamaan regresi di
atas, diketahui bahwa koefisien
konstanta sebesar – 0.085710. Hal ini
menunjukkan
bahwa
terdapat
variabel lain yang juga dapat
mempengaruhi
pertumbuhan
ekonomi tiap-tiap provinsi di pulau
Jawa tetapi bukan merupakan bagian
dari model penelitian ini. Koefisien
dari variabel-variabel tersebut secara
akumulasi bernilai negatif. Karena
tidak termasuk variabel dalam model

penelitian ini, angka-angka sistematis
tersebut masuk ke dalam konstanta
sehingga
menyebabkan
nilai
konstanta menjadi negatif. Adapun
variabel-variabel bebas dalam model
yang mempengaruhi pertumbuhan
ekonomi dijelaskan sebagai berikut.
a. Hasil analisis menunjukkan
bahwa
variabel
Indeks
Pembangunan Manusia (IPM)
berpengaruh
negatif
dan
signifikan terhadap pertumbuhan
ekonomi tiap-tiap provinsi di
pulau Jawa yang diperlihatkan
dari nilai koefisien IPM sebesar 0.121886. Hal ini berarti apabila
terjadi peningkatan nilai IPM
sebesar 1% akan menyebabkan
penurunan
pertumbuhan
ekonomi sebesar 0.121886%.
b. Hasil analisis menunjukkan
bahwa variabel laju pertumbuhan
penduduk berpengaruh positif
dan
signifikan
terhadap
pertumbuhan ekonomi tiap-tiap
provinsi di pulau Jawa yang
diperlihatkan nilai koefisien laju
pertumbuhan penduduk sebesar
2.824622. Hal ini berarti apabila
terjadi
peningkatan
laju
pertumbuhan
penduduk
sebesar 1% akan menyebabkan
peningkatan
pertumbuhan
ekonomi sebesar 2.824622%.
c. Hasil analisis menunjukkan
bahwa
variabel
rasio
ketergantungan
penduduk
berpengaruh
positif
dan
signifikan terhadap pertumbuhan
ekonomi tiap-tiap provinsi di
pulau Jawa yang diperlihatkan
dari
nilai
koefisien
rasio
ketergantungan penduduk sebesar
0.345452. Hal ini berarti apabila
terjadi
peningkatan
rasio
ketergantungan
penduduk

sebear 1% akan menyebabkan
peningkatan
pertumbuhan
ekonomi sebesar 0.345452%.
d. Hasil analisis menunjukkan
bahwa
variabel
TPAK
berpengaruh positif dan tidak
signifikan terhadap pertumbuhan
ekonomi tiap-tiap provinsi di
pulau Jawa yang diperlihatkan
dari nilai koefisien TPAK sebesar
0.070943. Hal ini berarti apabila
terjadi peningkatan TPAK
sebesar 1% akan menyebabkan
pertumbuhan
ekonomi
meningkat sebesar 0.070943%.
V, KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Berdasarkan hasil persamaan regresi
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi dapat disimpulkan
sebagai berikut.
a. Hasil pengujian menunjukkan bahwa
Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi tiaptiap provinsi di pulau Jawa. Hal ini
dikarenakan terjadinya penurunan
nilai IPM pada tahun 2010 yang
disebabkan turunnya daya beli
masyarakat (indikator pengukur
dimensi hidup layak) atas dampak
yang ditimbulkan krisis keuangan
global pada tahun 2008.
b. Hasil pengujian menunjukkan bahwa
laju
pertumbuhan
penduduk
berpengaruh positif dan signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi tiaptiap provinsi di pulau Jawa. Hal ini
mengartikan bahwa pertumbuhan
penduduk bukanlah sebuah masalah
apalagi beban bagi provinsi-provinsi
di pulau Jawa. Selain itu, fakta bahwa
pertumbuhan penduduk tersebut lebih
didominasi oleh penduduk usia
produktif dibanding penduduk usia
non-produktif menjadi potensi dalam

meningkatkan perumbuhan ekonomi
provinsi.
c. Hasil pengujian menunjukkan bahwa
rasio ketergantungan penduduk
berpengaruh positif dan signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi tiaptiap provinsi di pulau Jawa. Hal ini
berkaitan dengan masih banyaknya
penduduk lanjut usia (65 tahun
keatas) yang termasuk ke dalam rasio
ketergantungan usia tua (old
dependency ratio) masih terus
bekerja untuk memenuhi kebutuhan
hidup. Para lansia yang masih bekerja
dengan begitu akan mendapatkan
pendapatan. Pendapatan tersebut
digunakan untuk melakukan aktivitas
ekonomi, seperti konsumsi dan
membayar pajak. Dengan demikian,
dari
aktivitas
ekonomi
yang
dilakukan
para
lansia
akan
meningkatkan
pertumbuhan
ekonomi.
d. Hasil pengujian menunjukkan bahwa
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
(TPAK) berpengaruh positif tetapi
tidak
signifikan
terhadap
pertumbuhan ekonomi tiap-tiap
provinsi di pulau Jawa. Hal ini
berkaitan dengan adanya migrasi
besar-besaran penduduk desa ke kota
yang meningkatkan TPAK. Hal
tersebut mengakibatkan peningkatan
jumlah tenaga kerja yang besar.
Bagian yang termasuk kategori
TPAK adalah orang yang bekerja dan
orang
yang
sedang
mencari
pekerjaan. Permasalahannya adalah
jumlah orang yang sedang mencari
pekerjaan
jauh
lebih
besar
dibandingkan lapangan pekerjaan
yang tersedia. Selain itu, apabila
memang ada lapangan pekerjaan
justru para pencari kerja banyak yang
tidak memenuhi kualifikasi pekerjaan
tersebut. Oleh karena itu, TPAK

berpengaruh
tidak
signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi.
2. Berdasarkan hasil penelitian pada
masing-masing uji parsial (uji t)
menunjukkan bahwa variabel TPAK
berpengaruh tidak signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi tiap-tiap provinsi
di pulau Jawa. Sedangkan, IPM, laju
pertumbuhan penduduk, dan rasio
ketergantungan penduduk berpengaruh
signifikan
terhadap
pertumbuhan
ekonomi tiap-tiap provinsi di pulau Jawa.
3. Variabel IPM, laju pertumbuhan
penduduk,
rasio
ketergantungan
penduduk, dan TPAK secara simultan
(bersama-sama) berpengaruh terhadap
pertumbuhan ekonomi di pulau Jawa. Hal
tersebut dibuktikan dengan diperolehnya
nilai F-hitung (F-stat) sebesar 14.26750.
Dengan demikian, apabila semua variabel
independen meningkat satu persen akan
menyebabkan pertumbuhan ekonomi
meningkat sebesar 14.26750%.
4. Berdasarkan hasil pengolahan data, nilai
dari koefisien determinasi adalah
0.744791 yang berarti bahwa 74.48
persen kontribusi Indeks Pembangunan
Manusia (IPM), laju pertumbuhan
penduduk,
rasio
ketergantungan
penduduk, dan Tingkat Partisipasi
Angkatan
Kerja
(TPAK)
dapat
menjelaskan pertumbuhan ekonomi di
pulau Jawa. Sedangkan 25.52 persen
variabel
pertumbuhan
ekonomi
dijelaskan oleh variabel-variabel lain
selain variabel yang digunakan dalam
penelitian ini.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang
diperoleh, terdapat beberapa saran yang
dapat dijadikan pertimbangan untuk
pengambilan kebijakan, di antaranya:
1. Untuk memperoleh keselarasan antara
IPM dengan pertumbuhan ekonomi,
sebaiknya masing-masing pemerintah
daerah melakukan prioritas atau

setidaknya sedikit lebih dominan fokus
pada pembangunan dimensi umur
panjang dan hidup sehat (kesehatan) yang
dapat menjadi potensi besar bagi
peningkatan kualitas sumber daya
manusia.
Dengan
sedikit
lebih
memfokuskan pembangunan manusia
pada aspek kesehatan, maka akan lebih
banyak penduduk sehat. Dengan lebih
banyak penduduk yang sehat, maka
semakin banyak penduduk yang
tercerdaskan (pendidikan) dan semakin
banyak penduduk yang dapat hidup
secara layak (dengan tubuh yang sehat,
penduduk dapat bekerja dengan lebih
baik).
2. Berdasarkan hasil yang menunjukkan
bahwa peningkatan rasio ketergantungan
penduduk
dapat
meningkatkan
pertumbuhan ekonomi karena cukup
banyaknya penduduk lanjut usia yang
masih bekerja (41.07 persen pada tahun
2015) dengan alasan harus memenuhi
kebutuhan hidup bagi dirinya sendiri juga
keluarganya, akan lebih baik jika
pemerintah pusat memberikan program
pemberdayaan bagi lansia yang bekerja
tersebut berupa pelatihan (seminar)
keterampilan kerja, pendampingan usaha,
dan perluasan usaha yang sesuai dengan
tenaga kerja lansia. Dengan melakukan
program tersebut, diharapkan para lansia
dapat lebih terarah dan terfokus pada
pekerjaan yang tidak terlalu berat bagi
mereka.
3. Dengan ditemukannya hasil yang
menunjukkan TPAK tidak signifikan
terhadap
pertumbuhan
ekonomi
disebabkan migrasi besar-besaran yang
mengakibatkan lebih banyak jumlah
pencari kerja dibandingkan tersedianya
lapangan
pekerjaan,
sebaiknya
pemerintah memfokuskan program
pembangunan daerah di luar pulau Jawa
berupa pembangunan kualitas sumber
daya manusianya dengan program

pemberdayaan
seperti
melakukan
pelatihan-pelatihan khusus wirausaha
untuk para pencari kerja yang kurang
terdidik,
pembangunan
dari
sisi
infrastruktur dan sarana transportasi yang
dapat membangun ketertarikan para
pencari kerja agar tidak terlalu terpaku
pada pemikiran bahwa pulau Jawa
terutama DKI Jakarta dapat menyediakan
pekerjaan dengan upah yang tinggi
sehingga tidak perlu melakukan migrasi,
serta melakukan upaya pembuatan
kebijakan yang mengarahkan pada
penurunan biaya hidup di luar pulau Jawa
yang faktanya relatif lebih mahal. Selain
itu, sebaiknya pemerintah melakukan
kerja
sama
dengan
perusahaanperusahaan dalam hal penyediaan
lapangan pekerjaan dengan cara
mengadakan acara-acara seperti job fair
yang khusus diadakan di pulau-pulau
selain pulau Jawa hanya untuk para
pencari kerja yang tinggal di luar pulau
Jawa.

DAFTAR PUSTAKA
Adioetomo, Sri Moertiningsih. 2005. Bonus
Demografi:
Hubungan
Antara
Pertumbuhan Penduduk dengan
Pertumbuhan Ekonomi. Jakarta:
BKKBN.
Ahlburg, A. Dennis. 1998. Julian Simon and
Population
Growth
Debate.
Population
and
Development
Review. Volume 24 No. 2. Hal. 317327.
Aligica, P. Dragos. 2009. Julian Simon and
The Limit To Growth NeoMalthusinism. The Electronic Journal
of Sustainable Development. Hal.7383.
Ananta, Aris. 1993. Ciri Demografis
Kualitas
Penduduk
dalam
Pemnbangunan Ekonomi. Jakarta:
Lembaga Demografi FEUI.
Anggraeni, Wulan. 2011. Pengaruh Tingkat
Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK),
Investasi Asing (PMA), dan Ekspor
terhadap PDRB di DKI Jakarta
(Periode 1987-2009). (Skripsi yang
dipubikasikan,
UIN
Syarif
Hidayatullah Jakarta, Jakarta).
Arbani, Inggar Rayi. 2014. Kepadatan
Penduduk Pulau Jawa . Kompasiana.
Diunduh pada 24 Desember 2014,
dari
database
<
https://www.kompasiana.com/kepad
atanpenduduk/kepadatan-pendudukpulaujawa_54f389d67455139e2b6c7920>
Arikunto. Suharsimi. 2002. Prosedur
Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik
(Edisi Revisi). Jakarta: Rineka Cipta.
Badan Perencana Pembangunan Nasional
(Bappenas). 2013. Proyeksi Populasi
Indonesia Tahun 2010 – 2035.
Jakarta: Bappenas.
Badan Pusat Statistik. 2010. Migrasi Internal
Penduduk Indonesia . Jakarta: Badan
Pusat Statistik.

Badan Pusat Statistik. 2016. Jakarta dalam
Angka Tahun 2016. Jakarta: Badan
Pusat Statistik.
Badan Pusat Statistik. 2017. PDRB Atas
Harga Dasar Berlaku Banten Tahun
2010 – 2016. Banten: Badan Pusat
Statistik.
Badan Pusat Statistik. 2017. PDRB Atas
Harga Dasar Berlaku Jawa Barat
Tahun 2010 – 2016. Jawa Barat:
Badan Pusat Statistik.
Badan Pusat Statistik. 2017. PDRB Atas
Harga Dasar Berlaku Jawa Tengah
Tahun 2010 – 2016. Jawa Tengah:
Badan Pusat Statistik.
Badan Pusat Statistik. 2017. PDRB Atas
Harga Dasar Berlaku Jawa Timur
Tahun 2010 – 2016. Jawa Timur:
Badan Pusat Statistik.
Badan Pusat Statistik. 2017. PDRB Atas
Harga Dasar Berlaku Yogyakarta
Tahun 2010 – 2016. Yogyakarta:
Badan Pusat Statistik.
Badan Pusat Statistik. 2017. Tingkat
Partisipasi Angkatan Kerja Provinsi
di Indonesia Tahun 2010 – 2016.
Jakarta: Badan Pusat Statistik.
Dewi, Nyoman Lilya Santika dan I Ketut
Sutrisna. 2014. Pengaruh Komponen
Indeks
Pembangunan
Manusia
terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Provinsi Bali. Bali: E-Jurnal EP
Unud.
Dinas Kesehatan Provinsi D.I.Y., 2005.
Profil Kesehatan D.I Yogyakarta .
Yogyakarta: Dinkes Prov.DIY.
Djojohadikusumo,
Sumitro.
1994.
Perkembangan Pemikiran Ekonomi:
Dasar Teori Ekonomi Pertumbuhan
dan Ekonomi Pembangunan. Jakarta:
LP3ES.
Fitriani, Nurul, dkk. 2012. Pengaruh Faktor
Demografi dan Investasi Swasta
terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Kota Samarinda . Jurnal Ekonomi

Pembangunan
Universitas
Mulawarman Vol. 10, 46 – 58.
Gaessler, Anne Edle von dan Thomas
Ziesemer. 2016. Optimal Education
In Time of Ageing: The Dependency
Ratio In The Uzawa-Lucas Growth
Model. The Journal of the Economics
of Ageing, Volume 7, 125-142.
Ghozall, Imam. 2001. Aplikasi Analisis
Multivariate dengan Program SPSS.
Semarang:
Badan
Penerbit
Universitas Diponegoro.
Ginting, Charisma Kuriata, I. Lubis, dan K.
Mahalli.
2008.
Pembangunan
Manusia di Indonesia dan FaktorFaktor yang Mempengaruhinya .
Wahana Hijau Jurnal Perencanaan &
Pembangunan Wilayah. Vol.4 No.1,
17-24.
Gujarati, Damodar. 2004. Dasar-Dasar
Ekonometrika . Jakarta: Salemba
Empat.
Hauser, P.M., dan O.D. Duncan, eds. 1959.
The Study of Population. Chicago:
The Chicago University.
Ingham, Barbara, A. Chirijevskis, dan F.
Carmichael. 2009. Implication of An
Increasing Old Age Dependency
Ratio: The UK and Latvian
Experiences Compared. Pensions: An
International Journal. Vol.14 No.4,
221-230.
Kammayer, K.C. 1969. Population Studies.
Chicago: Rand McNally.
Kusrini, Dwi Endah. 2010. Ekonometrika .
Yogyakarta: Penerbit ANDI.
Lestari, Ayu Zakya. 2010. Analisis FaktorFaktor
yang
Menpengaruhi
Pertumbuhan Ekonomi Regional di
Propinsi Jawa Barat (Periode 19952008). (Skripsi yang dipublikasikan,
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
Jakarta).
Mantra, Prof. Ida Bagoes. 2015. Demografi
Umum. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Mardalis. 1995. Metode Penelitian. Jakarta:
Bumi Aksara.
Marzuki.
2005.
Metodologi
Riset.
Yogyakarta: Ekonisia.
Nachrowi, N. Djalal. 2008. Penggunaan
Teknik Ekonometri. Jakarta: Rajawali
Pers.
Purnamasari, Dian. 2015. Penduduk dan
Pertumbuhan Ekonomi: Sebuah
Penjelasan Empiris Baru. (Skripsi
yang dipublikasikan, Universitas
Diponegoro, Semarang).
Ramirez, A. G. Ranis, dan F. Stewart. 1998.
Economic Growth and Human
Capital. QEH Working Paper No.18.
Rathore, Dr. Bhawna. 2012. Impact of
Demographic Features on Economic
Development of India from 2001 –
2010. Munich Personal RePEc
Archive, 1 – 8.
Rusli, Said. 2012. Pengantar Ilmu
Kependudukan. Jakarta: LP3ES.
Saputra, Whisnu Adhi. 2011. Analisis
Jumlah Penduduk, PDRB, IPM,
Pengangguran terhadap Tingkat
Kemiskinan di Kabupaten/Kota Jawa
Tengah.
(Skripsi
yang
dipublikasikan,
Universitas
Diponegoro, Semarang).
Saputri, Oktaviana Dwi. 2011. Analisis
Penyerapan Tenaga Kerja di Kota
Salatiga .
(Skripsi
yang
dipublikasikan,
Universitas
Diponegoro, Semarang).
Sari, Vivi Ningtia. 2016. Pengaruh
Pertumbuhan Penduduk, Tenaga
Kerja, dan Rasio Beban Tanggungan
Penduduk terhadap Pertumbuhan
Ekonomi Provinsi Lampung. (Skripsi
yang Dipublikasikan, Universitas
Lampung, Lampung).
Sayifullah, S. Setyadi, dan S. Arifin. 2013.
Pengaruh
Variabel
Demografi
terhadap Pertumbuhan Ekonomi di
Provinsi
Banten.
Tangerang:

Penelitian, Ilmu Pengetahuan, dan
Teknologia (PELITA).
Sitindaon, Daniel. 2013. Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi
Pertumbuhan
Ekonomi di Kabupaten Demak.
(Skripsi
yang
dipublikasikan,
Universitas
Negeri
Semarang,
Semarang).
Sugiyono.
2009.
Metode
Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D .
Bandung: Alfabeta.
Sumanto. 1995. Metodologi Sosial dan
Pendidikan.
Yogyakarta:
Andi
Offset.
Sundman, Marie-Lor. 2011. The Effects of
the Demographic Transition on
Economic Growth: Implications for
Japan.
Jonkoping
International
Business School, hlm.1-28.
Thomlison, R. 1965. Population Dynamics.
New York: Random House.
Tim Penulis Lembaga Demografi Universitas
Indonesia.
2010.
Dasar-Dasar
Demografi. Jakarta: Salemba Empat.
Todaro, Michael P dan Smith Stephen C..
2006.
Ekonomi
Pembangunan.
Jakarta: Penerbit Erlangga.

United

Nations.
1958.
Multilingual
Demographic Dictionary. New York:
United Nations.
United Nations Development Program. 2007.
Human
Development
Report
2007/2008. New York: United
Nations.
Wicaksono, Muhammad Nur. 2014. Analisis
Pengaruh Indeks Pembangunan
Manusia, Angkatan Kerja, dan
Belanja Modal Daerah terhadap
Peningkatan PDRB Provinsi di
Indonesia Tahun 2008 – 2012.
Malang: Universitas Brawijaya.
Winarno, Wing Wahyu. 2007. Analisis
Ekonometrika dan Statistika dengan
Eviews. Yogyakarta: UPP STIM
YKPN.