NILAI NILAI PENDIDIKAN YANG TERDAPAT DAL
MAKALAH
NILAI-NILAI PENDIDIKAN YANG TERDAPAT
DALAM ENDENG-ENDENG
(Isu pendidikan pada masyarakat mandailing siria-ria Sumatera Utara)
BAB I
PENDAHULUAN
Sumatera utara sebagai salah satu propinsi di Indonesia, yang memiliki banyak suku,
bahasa dan adt istiadat, salah satunya adalah suku Batak. Suku batak juga sangat banyak
ragamnya, mulia dari batak Toba, Batak mandailing, Batak Karo, Batak Simalungun, dll.
Semua suku batak tersebut mempunyai ciri khas tersendiri yang mebedakannya satu sama
lain, baik seacara dialek bahasa, adat sitiadat maupun karakter masyarakatnya.
Pada pembahasan kali ini akan dicoba membahas sebuah kebudayaan masyarakat
mandailing Siria-ria tepatnya di desa Siria-Ria kabupaten labuhanbatu utara, dapat ditempuh
lebih kurang tujuh jam dengan menggunakan bus dari medan ibukota proinsi sumatera utara.
Salah satu kebudayaan itu adalah endeng-endeng. Endeng-endeng merupakan sebuah
kebiasaan adat dan kebudayaan yang merupakan sekedar hiburan di mata masyarakat
tersebut, namun sesungguhnya penulis menganggap banyak nila-nilai didikan di dalamnya.
Bahkan menurut penulis endeng-endeng ini merupakan suatu indikator yang membuat
kebudayaan masyarakat mandailing siria-ria tetap bertahan di tengah arus Transmisi budaya
barat, yang tidak jarang menyebabkan asimilasi pada beberapa kebudayaan daerah.
Oleh sebab itu untuk mengetengahkan penjelasan itu pada makalah ini akan coba
dipaparkan deskripsi endeng-endeng tersebut, nilai-nilai pendidikan yang ada di dalamnya
sampai pada solusi yang penulis berikan untuk tetap menjaga kelestariannya yaitu melalui
pendidikan berorientasi multikulutural.
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Deskripsi Endeng-Endeng dalam Tradisi Masyarakat Mandailing Siria-ria
Endeng-endeng merupakan salah satu musik tradisional dari daerah Sumatera Utara,
yaitu tepatnya berasal dari Desa Siria-ria Kabupaten Labuhanbatu Utara Propinsi Sumatera
Utara. Endeng merupakan sejenis musik rakyat yang pemainnya berjumlah lima sampai enam
orang yaitu pemain gendang tiga orang, pemain kicir-kicir dua orang, dan pemain organ satu
orang. Musik endeng-endeng berkolaborasi dengan tarian tor-tor. Sehingga orang setempat
menyebutnya marendeng-endeng ataupun bagi orang yang menari tarian tor-tor disebut
dengan manortor.
Endeng-endeng bahasa batak mandailing rantau prapat, jika diartikan ke dalam bahasa
Indonesia,
dapat
berarti
berdendang-dendang,
benyanyi-nyanyi.
Marendeng-endeng
dilakukan jika ada pesta dalam keluarga mandailing rantau prapat, pesta dapat berupa sykuran
kelahiran anak, khitanan anak, aqiqah anak, maupun pernikahan. Mrendeng-endeng
merupakan wujud penghormatan selamat datang kepada kaum sanak keluarga yang telah jauh
datang dari berbagai wilayah untuk bersedia hadir ke rumah ahli bait yang mengadakan pesta.
Adapaun lirik lagu endeng-endeng dalam acara marendeng-endeng berupa harapan
untuk kehidupan yang lebih baik lagi.
Endeng ni endeng baya si tukko ni dondong aha na dikonang sude ma nian adong,
sada ditamba sada inda dibotoho, magiot anak raja inda giot ho. Artinya jika diindonesikan
yaitu, endeng nya endeng kayu kedondong, apa yang diharapkan dan diinginkan semuanya
lah kiranya ada.
Sebelum melaksanakan endeng-endeng harus dilakukan dulu musyawarah oleh para
tuan-tuan guru, harajaon, tetua-tetua adat, maupun ketua pemuda, sebagai tanda bahwa
mereka semua sepakat dan ikut bertanggung jawab bahwa pesta yang diadakan adalah pesta
bersama, sehingga tidak ada yang merusuh dan membuat keonaran.
Marendeng-endeng musiknya berisi nasehat-nasehat kepada setiap orang terkhusus
kepada orang yang berhajat pesta, namun dikemas dengan musik yang semangat dan saking
nasehat itu menyentuh hati akan membuat para peserta yang manortor akan berlinang air
mata, melambangkan kesuka citaan dan kebahagiaan.
2
Adapun contoh nasehat-nasehat dalam marendeng-endeng sekaligus manortor adalah
lagu-lagu yang memiliki nasehat-nasehat yang dalam seperti rere ma na ree, berikut adalah
penggalan lagunya.
Rere au baya na rere selalat tian disigumoru, kehe ma au nakehe salamat tinggal ma
dihamunu, tinggal ma baya bilik podoman sangape pancur paridian ilu ni mata na
marsaburan, nagiot mangayukkon habunyingon. Sian menek loppus magodang dohot
damang dainang au boru enjengan, sannari au giot kehe lakka matobang, na manopoti jodoh
na sian tuhan. Salamat tinggal mada mandainang sangape dongan na dua tolu moofkon
kamu sagala kasalahan anso borkat umur matobang.
Sedih hati ini, saya akan pergi selamat tinggal buat kamu semua, tinggallah tempat
tidur saya, dan pancur tempat pemandioan. Air mata yang bercururan, untuk melepas masa
gadis. Dari kecil sampai besar saya bersama kedua orang tua dan disayang. Sekarang aku
akan menjemput masa yang lebih tua, mendapatkan jodoh dari Tuhan. Selamat tinggal lah
kedua orang tua, begitu juga dengan kawan-kawan dua atau tiga, maafakan segala kesalahan
semoga umur kita berkah.
Lirik lagu ini menyiratkan tentang seorang anak gadis yang akan menikah dengan
jodohnya, ia sangat senang juga sedih karena akan dibawa oleh suaminya, dan mulai dari saat
itu ia akan menjadi tanggung jawab suaminya.
Kemudian untuk marendeng-endeng dan manortor pesta syukuran kelahiran anak,
maupun khitanan biasanya lirik lagunya adalah:
Marudan marlasniari hutaon doi amang, manjalaki parabitonmi, bope na dalan
marutang hubaen doi amang, asalkan ma na lalu sikolami, mannakkok dohot manuat hutaon
doi inang, manjalaki hangioluanon, bope na maridi hodok asalkon ma na lalu sikolami. Ari
margonti bulan, bulan margonti taon, pasikolaon pe murmabhat, umur pe murmatobang, tai
dung sannari ho dung magabe, hami pe inda diingot ho be. Holong ni orang tua imada tu
anak na, sadalam ni lautan salombut ni sutera, inda jungada mandookon loja, inda jungada
mangido upa, asalkon ma baya anakki marbahagia.
Berhujan dan berpanasan kutahankan nya itu anakku, mencari kehidupanmu nak,
walaupun dengan berhutang kulakukan nya itu nak, asalakan kau tetap sekolah, mendaki dan
menurun kutahankan nya itu anakku, mencari kehidupan ini, walaupun bermandi keringat
asalkan kau tetap sekolah. Hari berganti bulan, bulan berganti tahun, menyekolahkan pun
3
semakin banyak dan berat, umur kami sudah semakin tua. Tetapi sekarang kau telah sukses
kami pun tidak kau ingat lagi. Kasih sayang orang tua kepada anaknya, sedalam lautan dan
selembut sutera, tidak pernah mengatakan lelah, tidak pernah meminta balasan, asalakan
anaknya berbahagia.
Itulah nasehat-nasehat yang ada dalam acara mrendeng-endeng sekaligus manortor.
Manortor merupakan sejenis tarian daerag berupa tarian tor-tor yang dipadukan dengan musik
endeng-endeng. Lamanya marendeng-endeng dan manortor biasanya satu jam satu rumpun
keluarga baik laki-laki maupun perempuan. Ketika acara tersebut berlangsung maka pihak
undangan disela-sela manorotor, bagi yang laki-laki akan mengeluarkan uang untuk diberikan
kepada keluarga yang pesta, uang tersebut kemudian ditor-torkan, biasanya minimal seratus
ribu per orang, tergantung kedekatan kekeluargaan, jika sangat dekat, misalnya saudara
kandung yang melakukan pesta, biasanya per orang akan mengeluarkan uang sumbangan satu
juta per orang. Untuk yang perempuan ataupun kaum ibu biasanya dalam manortor akan
memberikan kadonya, berupa kain panjang, kain sarung, dll yang berguna bagi tuan rumah
yang mengadakan pesta.
Adapun rumpun keluarga yang melakukan manortor tersebut adalah:
Misalnya yang melakukan pesta adalah keluarga Bapak Rizky Andana Pohan dan Ibu Ririn
Marpaung
1. Suhut, merupakan keluarga bapak kandung, maupun sepupunya yang satu marga,
misalnya yang pesta dari bapak bermarga pohan, maka suhutnya akan bermarga
Pohan, ataupun keluarga lain yang bermarga pohan akan disebut suhut.
2. Anak boru, merupakan saudara kandung perempuan dari bapak Rizky Andana Pohan,
saudara perempuannya maupun sepupunya yang tetap bermarga pohan, dan suaminya
sudah pasti bermarga yang lain.
3. Mora merupakan saudara laki-laki dari ibu Ririn Mapaung maupun sepupunya yang
bermarga Marpaung, oleh sebab itu mora ini akan bermarga Marpaung seluruhnya.
4. Kahanggi merupakan saudara perempuan dari Ibu Ririn Marpaung, berarti seluruh
saudara perempuannya kandung maupun sepupunya yang bermarga Marpaung, sudah
bisa dipastikan bahwa suami mereka adalah dari marga yang berbeda-beda.
5. Kahanggi Pareban marupakan saudara-saudara yang diluar dari keempat tersebut.
Biasanya marga akan menentuka arah dari rumpun keluarganya.
6. Perwakilan dari muda-mudi.
4
Sudah bisa diperkirakan bahwa paling sedikit ada 6 rumpun keluarga, jika laki-laki
dan perempuan berarti ada 12 kali marendeng-endeng sekaligus manortorya, berarti
memakan waktu sekitar 12 jam. Oleh sebab itu acara marendeng-endeng ini biasanya dimulai
pada pukul 21.00-05.00, kemudian istirahat sampai pukul 08.00 dilanjutkan lagi sampai
pukul 11.00 WIB.
Dengan perkiraan waktu yang begitu lama, oleh sebab itu keluarga yang
melaksanakan pesta harus menjaga staminanya, karena bagaimanapun setiap rumpun
keluarga yang manortor pihak ahli bait harus tetap ikut, sebagi tanda rasa penghargaan dan
penghormatan atas kedatangan sanak kelurga yang datang dari jauh dan dekat. Perlu
dipahami juga pada saat acara manortor tersebut semua undangan rumpun keluarga yang
manortor akan memberikan sumbangan baik berupa uang maupun kado kepada keluarga yang
mengadakan pesta.
Beberapa hal yang perlu menjadi perhatian bahwa acara manortor merupakan wujud
kesyukuran kehadirat Allah Swt, atas nikmatnya yang tiada tara. Itulah sebabnya sebelum
acara diadakan acara doa bersama dan musyawarah adat. Bagi undangan laki-laki yang ingin
manortor maka harus menggunakan peci maupun lobe, sebagai wujud kesyukuran pada Ilahi,
bagi wanita juga memakai pakaian Islami. Inilah yang membedakan antara manortor di
daerah siria-ria dengan daerah batak lainnya misalnya Batak Karo maupun Batak Toba.
B. Unsur-unsur yang terdapat dalam endeng-endeng
Endeng-endeng dapat dikategorikan sebagai hiburan tradisional, namun mengandung nilainilai budaya dan nasehat yang tinggi sebagai alat pemersatu dalam sauatu komunitas
masyarakat mandailing siria-ria. Berikut akan dijelaskan mengenai unsur-unsur yang
memabangun endeng-endeng antara lain:
1. Bahasa, endeng-endeng sebagai suatu kebudayaan yang melekat pada masyarakat
mandailing siria-ria, dalam pelaksanaannya komunikasi yang digunakan adalah
bahasa mandailing yang merupakan bahasa daerah masayarakat mandailing siria-ria.
2. Tutur persaudaraan, dalam pelaksanaannya ketika pesta lalu diadakan acara endengendeng, maka tutur penyebutan panggilan kepada sanak family, harus jelas dan tidak
boleh salah.
5
3. Unsur gerakan, tari tor-tor merupakan unsur yang tidak terpisahkan dalam endengendeng ini, tari tor-tor ini melambangkan persaudaaran, kesamaan, saling memiliki,
saling menjaga dalam satu keluarga tidak hanya sekedar bersenang-senang saja.
4. Pemberian sumbangan, disela-sela acara tor-tor diselingi dengan musik endengendeng, maka seluruh keluarga tamu undangan akan memberikan sumbangan baik
berupa
uang
maupun
kado,
sebagai
suatu
isyarat
ikut
berbahagia
atas
terselenggaranya acara pesta, baik itu pesta pernikahan, maupun pesta-pesta lainnya.
5. Nasehat di dalamnya, syair lagu didalam endeng-endeng menyiratkan nasehat-nasehat
kehidupan yang sangat menyentuh, sebagai isyarat saling menasehati dalam rumpun
satu keluarga.
6. Marga, marga merupakan unsur keturunan yang akan memperjelas identitas pada
masyarakat batak pada umunya dan pada masyarakat mandailing siria-ria khususnya.
Marga akan menetukan susunan keluarga pada pelaksanaan endeng-endeng dan
manortor. Adapaun marga yang ada pada masyarakat mandailing siria-ria antara lain
Pohan, Ritonga, Siregar, Tambunan, Nasution..
Itulah beberapa unsur yang membuat endeng-endeng tetap eksis sampai saat ini,
apakah endeng-endeng akan bertahan di tengah maraknya model-model musik dan
goyang modern, maka akan kita coba bahas dan dalami analisis tantangan dan
kelebihannya.
C. Nilai-nilai pendidikan yang terdapat dalam tradisi endeng-endeng
Endeng-endeng merupakan sebuah kebudayaan rakyat yang menjadi identitas
masyarakat mandailing siria-ria. Endeng-endeng menjadi sebuah corak keragaman budaya
yang menjadi pembeda sebagai khasanah keragaman budaya masyarakat. Oleh sebab itu
endeng-endeng yang syarat akan nilai pendidikan diharapakan untuk tetap eksis dan semakin
berkembang di tengah kemajuan peradaban masyarakat.
Pendidikan sebagai alat transfer kebudayaan, diharapkan akan mampu memberikan
kemajuan endeng-endeng untuk tetap berkontribusi bagi pembangunan kearifan lokal
masyarakat. Adapun nilai-nilai pendidikan yang ada dalam endeng-endeng:
1. Bahasa mandaling, secara tidak langsung dengan adanya endeng-endeng maka
sebenarnya kebudayaan itu telah memberikan pelajaran mengenai penggunaan
6
bahasa mandailing, sehingga bahasa ini akan tetap dikenal dalam masyarakat
mandailing siria-ria. Karena seperti yang kita ketahui bersama pendidikan bahasa
daerah sama sekali tidak ada diajarakan di sekolah-sekolah umum, maka endengendeng merupakan salah satu cara transfer budaya melalui bahasa yang
disampaikannya. Salah satu kelebihan bahasa mandailing ialah tidak ada kasta
pengucapan kata pada dialeknya, tidak seperti bahasa jawa ada bahasa yang
digunakan oleh rakyat biasa, ada pula bahasa yang digunakan oleh rakyat keraton.
Hanya ada tutur sapaan, dari yang tua ke yang muda, atau sebaliknya misalnya
uda, uwak, undeng, oppung dll. Joanna Thornborrow (2006:235) menyebutkan
bahasa seperti ini merupakan bahasa dan identitas yang disebut dengan sistem
sapaan. Ia menyebutkan bahwa kata yang digunakan untuk menyapa orang lain
bisa berdampak penting terhadap bagaimana si pembicara memposisikan dirinya
dalam hubungannya dengan orang lain, apakah jarak itu menciptakan jarak sosial
atau
membangun
kedekatan/keakraban,
ataukah
bersikap
hormat,
atau
merendahkan dan menghina, semuanya itu bisa disampaikan lewat sistem sapaan
dalam bahasa (Thomas 2006:236).
2. Unsur musik endeng-endeng dan tarian tor-tor, musik endeng-endeng jelas
berbeda dengan jenis musik lainnya yang dipadukan dengn tarian tor-tor yang
mengandung makna kekuatan, persaudaraan yang kokoh. Sehingga dari tarian tortor dapat dilihat bagaimana corak laku masyarakat batak yang cukup keras
wataknya.
3. Nilai-nilai moral, secara tidak langsung banyak nilai-nilai moral yang bisa diserap
dari pelaksanaan endeng-endeng, misalnya tata krama, nasehat hidup, tata cara
pergaulan. Semua itu menyatu dalam syair lagu endeng-endeng. Masyarakat
sangat banyak melekat dalam kesehariannya mengandung nilai-nilai nasehat,
misalnya anakkoki do hamoraon di au (anakku yang paling berharga buatku). Ini
menjadi salah satu identitas bahwa anak meruapakn kebangaan buat masyarakat
keturunan Batak apalagi anak laki-laki sebagi penerus keturunan orang tua yaitu
melaui marga.
Itulah bebrapa nialai pendidikan yang dapat diambil dari endeng-endeng yang
merupakan salah satu kebudayaan yang dilaksanakan oleh masyarakat mandailing siria-ria.
Semoga endeng-endeng tetap eksis dan tidak lekang oleh zaman.
7
D. Analisis keberadaan endeng-endeng sebagai salah satu pendidikan bercorak budaya.
Sudah tidak dapat disangkal lagi bahwa endeng-endeng yang dianggapa sebagi
hiburan semata oleh sebagian masyarakat mandailing siria-ria, ternyata banyak memberikan
kontribusi dalam menjaga eksistensi masyarakat mandailing siria-ria. Oleh sebab itu kali ini
akan dibahas bagaimana untuk tetap mempertahankan endeng-endeng di tengah kemajuan
peradaban modern melalui arah pendidikan baik formal, maupun non formal.
UU NO 20 tahun 2003 tentang pendidikan dengan jelas mengisyaratkan bahwa
pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
yang diperlukan dirinya , masyarakat bangsa dan negara.
Ini menjadi isyarat bahwa endeng-endeng sudah sepatutnya mendapat perhatian besar
baik dari masyarakat mandailing Siria-ria maupun dari pemerintah. Endeng-endeng akan
memberikan sebuah kekuatan bagi generasi muda terutama dalam hal penguatan etnik
identity nya, kecerdasan emosionalnya. Oleh sebab itu jelas ini akan bermanfaat bagi
pembangunan bangsa.
Peran masyarakat juga dituntut untuk lebih proaktif menyiarkan dan memperkenalkan
endeng-endeng pada khalayak umum, bukan hanya sebagai konsumsi satu etnis saja. Dengan
begitu nilai-nilai kebudayaan akan lebih cepat tertransfer bagi seluruh masyarakat, misalnya
melalui media internet, koran, televisi, bukan tidak mungkin ini juga akan memberikan
dampak penghasilan dan aset bagi masyarakat mandailing siria-ria tersebut.
Peran pemerintah juga diharapkan mampu memberikan dorongan dan motivasi bagi
penyebaran kebudayaan ini minimal tidak punah dan menghilang digerus oleh kebudayaankebudayaan asing yang dengan cepat masuk ke dalam jiwa bangsa indonesia. Misalnya
mensosialisasikan melalui pameran budaya. Atau secara masiv memasukkan nilai endengendeng ini pad kurikulum muatan loka maupun tematik integratif seperti yang termuat dalam
kurikulum 2013.
Oleh sebab itu penulis menyarankan sebuah model desain pendidikan multikultural
untuk tetap mendukung kearifan lokal anak bangsa. Pendidikan multikultural merupakan
suatu sikap dalam memandang keunikan manusia dengan tanpa membedakan ras, budaya,
jenis kelamin, seks, kondisi jasmaniah atau status ekonomi sesorang (Skeel, 1995). Ini
8
menjadi sebuah langkah awal pada siswa bahwa seharusnya kita bangga akan
keanekaragaman budaya bangsa, tidak perlu malu dengan etnik kita, dan itu merupakan
sebuah kelebihan dan kekuatan yang akan menjadi pembeda dalam membangun karakter
peserta didik yang akhirnya akan membentuk karakter bangsa yang matang secara sosial dan
budaya. (Ngalimun, 2013:117)
Guru di sekolah misalnya di daerah mandailing siria-ria, seharusnya mampu
mengaitkan nilai-nilai budaya setempat dalam melakukan pembelajaran pada siswanya.
Misalnya pada anak kelas tiga SD, guru sambil mengajarkan materi PKN, tata krama pada
orang yang lebih tua, bisa dengan menyanyikan lagu endeng-endeng, sambil menyanyi,
sambil terserap tutur kata, dan tata krama dalam kehidupan sehari-hari, bahkan secara tidak
sdara guru telah memberikan sentuhan bahasa daerah pada siswa-siswanya.
Itulah pendidikan yang kita damba-dambakan, pendidikan yang berorientasi pada
nilai-nilai dasar bangsa yaitu kebhinekaan dalam bingkai pancasila dan UUD 1945. Jika
semua daerah mampu menerapkan model pendidikan ini, bukan tidak mungkin setiap daerah
akan eksis dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Tidak ada lagi perbedaan semua
adalah satu yaitu Indonesia, apaun sukunya apaun bahasanya Indonesia tetap negaranya.
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Endeng-endeng sebagai salah satu bentuk kearifan lokal masyaakat mandailing siriaria sudah sepantasnya tetap dipertahankan keberadaannya. Karena harus disadari bahwa
banyak nilai-nilai pendidikan yang terkandung di dalamnya, nilai-nilai pendidikan yang
sesuai dengan karakter kepribadian lokal masyarakat mandailing siria-ria.
Endeng-endeng dapat menjadi salah satu tema yang dapat digunakan oleh guru dalam
melaksanakan pembelajaran-pemebelajaran berbasis karakter di sekolah. Sehingga memang
nilai-nilai dasar keluarga yang tertanam dalam diri siswa, akan lebih melekat dan mengena
jika dikombinasikan dengan pelajaran yang ada
di sekolah. Endeng-endeng tetap eksis
bahkan semakin berkembang dan penyampaian materi pelajaran dapat lebih mudah
dilaksanakan, itulah model pembelajaran berbasis multikultural yang coba penulis tawarkan
untuk menjawab tantangan asimilasi kebudayaan yang semakin nyata.
B. Saran
Sekedar saran kepada masyarakat siria-ria tetaplah kebangkan endeng-endeng sebagai
salah satu warisan budaya leluhur yang jelas menjiwai kepribadian masyarakat. Kembangkan
bukan hanya menjadi konsumsi masyarakat setempat, tetapi juga masyarakat luar sehingga
kebudayaan ini akan jauh lebih dikenal di seluruh Indonesia maupun dunia.
Kepada pemerintah, sekolah, sebagi penyelenggara pendidikan, sudah sepatutnyalah
kembali menghidupkan budaya daerah. Karena harus disadari pendidikan adalah salah satu
transmisi budaya. Endeng-endeng menjadi sebuah solusi bagi pendekatan tematik kurikulum
terbaru yaitu kurikulum 2013.
DAFTAR RUJUKAN
Linda Thomas dan Shan Wareing, 2006, Bahasa, Masyarakat Dan Kekuasaan,
Malang: Pustaka Pelajar
Ngalimun, 2013, Strategi Dan Model Pembelajaran, Banjarmasin: Aswaja Presindo
10
Skeel, D.J, 1995, Elementary Social Studies: Cahllenge For Tomorrow World, New
York: Harcourt Brace College Publisherss
11
NILAI-NILAI PENDIDIKAN YANG TERDAPAT
DALAM ENDENG-ENDENG
(Isu pendidikan pada masyarakat mandailing siria-ria Sumatera Utara)
BAB I
PENDAHULUAN
Sumatera utara sebagai salah satu propinsi di Indonesia, yang memiliki banyak suku,
bahasa dan adt istiadat, salah satunya adalah suku Batak. Suku batak juga sangat banyak
ragamnya, mulia dari batak Toba, Batak mandailing, Batak Karo, Batak Simalungun, dll.
Semua suku batak tersebut mempunyai ciri khas tersendiri yang mebedakannya satu sama
lain, baik seacara dialek bahasa, adat sitiadat maupun karakter masyarakatnya.
Pada pembahasan kali ini akan dicoba membahas sebuah kebudayaan masyarakat
mandailing Siria-ria tepatnya di desa Siria-Ria kabupaten labuhanbatu utara, dapat ditempuh
lebih kurang tujuh jam dengan menggunakan bus dari medan ibukota proinsi sumatera utara.
Salah satu kebudayaan itu adalah endeng-endeng. Endeng-endeng merupakan sebuah
kebiasaan adat dan kebudayaan yang merupakan sekedar hiburan di mata masyarakat
tersebut, namun sesungguhnya penulis menganggap banyak nila-nilai didikan di dalamnya.
Bahkan menurut penulis endeng-endeng ini merupakan suatu indikator yang membuat
kebudayaan masyarakat mandailing siria-ria tetap bertahan di tengah arus Transmisi budaya
barat, yang tidak jarang menyebabkan asimilasi pada beberapa kebudayaan daerah.
Oleh sebab itu untuk mengetengahkan penjelasan itu pada makalah ini akan coba
dipaparkan deskripsi endeng-endeng tersebut, nilai-nilai pendidikan yang ada di dalamnya
sampai pada solusi yang penulis berikan untuk tetap menjaga kelestariannya yaitu melalui
pendidikan berorientasi multikulutural.
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Deskripsi Endeng-Endeng dalam Tradisi Masyarakat Mandailing Siria-ria
Endeng-endeng merupakan salah satu musik tradisional dari daerah Sumatera Utara,
yaitu tepatnya berasal dari Desa Siria-ria Kabupaten Labuhanbatu Utara Propinsi Sumatera
Utara. Endeng merupakan sejenis musik rakyat yang pemainnya berjumlah lima sampai enam
orang yaitu pemain gendang tiga orang, pemain kicir-kicir dua orang, dan pemain organ satu
orang. Musik endeng-endeng berkolaborasi dengan tarian tor-tor. Sehingga orang setempat
menyebutnya marendeng-endeng ataupun bagi orang yang menari tarian tor-tor disebut
dengan manortor.
Endeng-endeng bahasa batak mandailing rantau prapat, jika diartikan ke dalam bahasa
Indonesia,
dapat
berarti
berdendang-dendang,
benyanyi-nyanyi.
Marendeng-endeng
dilakukan jika ada pesta dalam keluarga mandailing rantau prapat, pesta dapat berupa sykuran
kelahiran anak, khitanan anak, aqiqah anak, maupun pernikahan. Mrendeng-endeng
merupakan wujud penghormatan selamat datang kepada kaum sanak keluarga yang telah jauh
datang dari berbagai wilayah untuk bersedia hadir ke rumah ahli bait yang mengadakan pesta.
Adapaun lirik lagu endeng-endeng dalam acara marendeng-endeng berupa harapan
untuk kehidupan yang lebih baik lagi.
Endeng ni endeng baya si tukko ni dondong aha na dikonang sude ma nian adong,
sada ditamba sada inda dibotoho, magiot anak raja inda giot ho. Artinya jika diindonesikan
yaitu, endeng nya endeng kayu kedondong, apa yang diharapkan dan diinginkan semuanya
lah kiranya ada.
Sebelum melaksanakan endeng-endeng harus dilakukan dulu musyawarah oleh para
tuan-tuan guru, harajaon, tetua-tetua adat, maupun ketua pemuda, sebagai tanda bahwa
mereka semua sepakat dan ikut bertanggung jawab bahwa pesta yang diadakan adalah pesta
bersama, sehingga tidak ada yang merusuh dan membuat keonaran.
Marendeng-endeng musiknya berisi nasehat-nasehat kepada setiap orang terkhusus
kepada orang yang berhajat pesta, namun dikemas dengan musik yang semangat dan saking
nasehat itu menyentuh hati akan membuat para peserta yang manortor akan berlinang air
mata, melambangkan kesuka citaan dan kebahagiaan.
2
Adapun contoh nasehat-nasehat dalam marendeng-endeng sekaligus manortor adalah
lagu-lagu yang memiliki nasehat-nasehat yang dalam seperti rere ma na ree, berikut adalah
penggalan lagunya.
Rere au baya na rere selalat tian disigumoru, kehe ma au nakehe salamat tinggal ma
dihamunu, tinggal ma baya bilik podoman sangape pancur paridian ilu ni mata na
marsaburan, nagiot mangayukkon habunyingon. Sian menek loppus magodang dohot
damang dainang au boru enjengan, sannari au giot kehe lakka matobang, na manopoti jodoh
na sian tuhan. Salamat tinggal mada mandainang sangape dongan na dua tolu moofkon
kamu sagala kasalahan anso borkat umur matobang.
Sedih hati ini, saya akan pergi selamat tinggal buat kamu semua, tinggallah tempat
tidur saya, dan pancur tempat pemandioan. Air mata yang bercururan, untuk melepas masa
gadis. Dari kecil sampai besar saya bersama kedua orang tua dan disayang. Sekarang aku
akan menjemput masa yang lebih tua, mendapatkan jodoh dari Tuhan. Selamat tinggal lah
kedua orang tua, begitu juga dengan kawan-kawan dua atau tiga, maafakan segala kesalahan
semoga umur kita berkah.
Lirik lagu ini menyiratkan tentang seorang anak gadis yang akan menikah dengan
jodohnya, ia sangat senang juga sedih karena akan dibawa oleh suaminya, dan mulai dari saat
itu ia akan menjadi tanggung jawab suaminya.
Kemudian untuk marendeng-endeng dan manortor pesta syukuran kelahiran anak,
maupun khitanan biasanya lirik lagunya adalah:
Marudan marlasniari hutaon doi amang, manjalaki parabitonmi, bope na dalan
marutang hubaen doi amang, asalkan ma na lalu sikolami, mannakkok dohot manuat hutaon
doi inang, manjalaki hangioluanon, bope na maridi hodok asalkon ma na lalu sikolami. Ari
margonti bulan, bulan margonti taon, pasikolaon pe murmabhat, umur pe murmatobang, tai
dung sannari ho dung magabe, hami pe inda diingot ho be. Holong ni orang tua imada tu
anak na, sadalam ni lautan salombut ni sutera, inda jungada mandookon loja, inda jungada
mangido upa, asalkon ma baya anakki marbahagia.
Berhujan dan berpanasan kutahankan nya itu anakku, mencari kehidupanmu nak,
walaupun dengan berhutang kulakukan nya itu nak, asalakan kau tetap sekolah, mendaki dan
menurun kutahankan nya itu anakku, mencari kehidupan ini, walaupun bermandi keringat
asalkan kau tetap sekolah. Hari berganti bulan, bulan berganti tahun, menyekolahkan pun
3
semakin banyak dan berat, umur kami sudah semakin tua. Tetapi sekarang kau telah sukses
kami pun tidak kau ingat lagi. Kasih sayang orang tua kepada anaknya, sedalam lautan dan
selembut sutera, tidak pernah mengatakan lelah, tidak pernah meminta balasan, asalakan
anaknya berbahagia.
Itulah nasehat-nasehat yang ada dalam acara mrendeng-endeng sekaligus manortor.
Manortor merupakan sejenis tarian daerag berupa tarian tor-tor yang dipadukan dengan musik
endeng-endeng. Lamanya marendeng-endeng dan manortor biasanya satu jam satu rumpun
keluarga baik laki-laki maupun perempuan. Ketika acara tersebut berlangsung maka pihak
undangan disela-sela manorotor, bagi yang laki-laki akan mengeluarkan uang untuk diberikan
kepada keluarga yang pesta, uang tersebut kemudian ditor-torkan, biasanya minimal seratus
ribu per orang, tergantung kedekatan kekeluargaan, jika sangat dekat, misalnya saudara
kandung yang melakukan pesta, biasanya per orang akan mengeluarkan uang sumbangan satu
juta per orang. Untuk yang perempuan ataupun kaum ibu biasanya dalam manortor akan
memberikan kadonya, berupa kain panjang, kain sarung, dll yang berguna bagi tuan rumah
yang mengadakan pesta.
Adapun rumpun keluarga yang melakukan manortor tersebut adalah:
Misalnya yang melakukan pesta adalah keluarga Bapak Rizky Andana Pohan dan Ibu Ririn
Marpaung
1. Suhut, merupakan keluarga bapak kandung, maupun sepupunya yang satu marga,
misalnya yang pesta dari bapak bermarga pohan, maka suhutnya akan bermarga
Pohan, ataupun keluarga lain yang bermarga pohan akan disebut suhut.
2. Anak boru, merupakan saudara kandung perempuan dari bapak Rizky Andana Pohan,
saudara perempuannya maupun sepupunya yang tetap bermarga pohan, dan suaminya
sudah pasti bermarga yang lain.
3. Mora merupakan saudara laki-laki dari ibu Ririn Mapaung maupun sepupunya yang
bermarga Marpaung, oleh sebab itu mora ini akan bermarga Marpaung seluruhnya.
4. Kahanggi merupakan saudara perempuan dari Ibu Ririn Marpaung, berarti seluruh
saudara perempuannya kandung maupun sepupunya yang bermarga Marpaung, sudah
bisa dipastikan bahwa suami mereka adalah dari marga yang berbeda-beda.
5. Kahanggi Pareban marupakan saudara-saudara yang diluar dari keempat tersebut.
Biasanya marga akan menentuka arah dari rumpun keluarganya.
6. Perwakilan dari muda-mudi.
4
Sudah bisa diperkirakan bahwa paling sedikit ada 6 rumpun keluarga, jika laki-laki
dan perempuan berarti ada 12 kali marendeng-endeng sekaligus manortorya, berarti
memakan waktu sekitar 12 jam. Oleh sebab itu acara marendeng-endeng ini biasanya dimulai
pada pukul 21.00-05.00, kemudian istirahat sampai pukul 08.00 dilanjutkan lagi sampai
pukul 11.00 WIB.
Dengan perkiraan waktu yang begitu lama, oleh sebab itu keluarga yang
melaksanakan pesta harus menjaga staminanya, karena bagaimanapun setiap rumpun
keluarga yang manortor pihak ahli bait harus tetap ikut, sebagi tanda rasa penghargaan dan
penghormatan atas kedatangan sanak kelurga yang datang dari jauh dan dekat. Perlu
dipahami juga pada saat acara manortor tersebut semua undangan rumpun keluarga yang
manortor akan memberikan sumbangan baik berupa uang maupun kado kepada keluarga yang
mengadakan pesta.
Beberapa hal yang perlu menjadi perhatian bahwa acara manortor merupakan wujud
kesyukuran kehadirat Allah Swt, atas nikmatnya yang tiada tara. Itulah sebabnya sebelum
acara diadakan acara doa bersama dan musyawarah adat. Bagi undangan laki-laki yang ingin
manortor maka harus menggunakan peci maupun lobe, sebagai wujud kesyukuran pada Ilahi,
bagi wanita juga memakai pakaian Islami. Inilah yang membedakan antara manortor di
daerah siria-ria dengan daerah batak lainnya misalnya Batak Karo maupun Batak Toba.
B. Unsur-unsur yang terdapat dalam endeng-endeng
Endeng-endeng dapat dikategorikan sebagai hiburan tradisional, namun mengandung nilainilai budaya dan nasehat yang tinggi sebagai alat pemersatu dalam sauatu komunitas
masyarakat mandailing siria-ria. Berikut akan dijelaskan mengenai unsur-unsur yang
memabangun endeng-endeng antara lain:
1. Bahasa, endeng-endeng sebagai suatu kebudayaan yang melekat pada masyarakat
mandailing siria-ria, dalam pelaksanaannya komunikasi yang digunakan adalah
bahasa mandailing yang merupakan bahasa daerah masayarakat mandailing siria-ria.
2. Tutur persaudaraan, dalam pelaksanaannya ketika pesta lalu diadakan acara endengendeng, maka tutur penyebutan panggilan kepada sanak family, harus jelas dan tidak
boleh salah.
5
3. Unsur gerakan, tari tor-tor merupakan unsur yang tidak terpisahkan dalam endengendeng ini, tari tor-tor ini melambangkan persaudaaran, kesamaan, saling memiliki,
saling menjaga dalam satu keluarga tidak hanya sekedar bersenang-senang saja.
4. Pemberian sumbangan, disela-sela acara tor-tor diselingi dengan musik endengendeng, maka seluruh keluarga tamu undangan akan memberikan sumbangan baik
berupa
uang
maupun
kado,
sebagai
suatu
isyarat
ikut
berbahagia
atas
terselenggaranya acara pesta, baik itu pesta pernikahan, maupun pesta-pesta lainnya.
5. Nasehat di dalamnya, syair lagu didalam endeng-endeng menyiratkan nasehat-nasehat
kehidupan yang sangat menyentuh, sebagai isyarat saling menasehati dalam rumpun
satu keluarga.
6. Marga, marga merupakan unsur keturunan yang akan memperjelas identitas pada
masyarakat batak pada umunya dan pada masyarakat mandailing siria-ria khususnya.
Marga akan menetukan susunan keluarga pada pelaksanaan endeng-endeng dan
manortor. Adapaun marga yang ada pada masyarakat mandailing siria-ria antara lain
Pohan, Ritonga, Siregar, Tambunan, Nasution..
Itulah beberapa unsur yang membuat endeng-endeng tetap eksis sampai saat ini,
apakah endeng-endeng akan bertahan di tengah maraknya model-model musik dan
goyang modern, maka akan kita coba bahas dan dalami analisis tantangan dan
kelebihannya.
C. Nilai-nilai pendidikan yang terdapat dalam tradisi endeng-endeng
Endeng-endeng merupakan sebuah kebudayaan rakyat yang menjadi identitas
masyarakat mandailing siria-ria. Endeng-endeng menjadi sebuah corak keragaman budaya
yang menjadi pembeda sebagai khasanah keragaman budaya masyarakat. Oleh sebab itu
endeng-endeng yang syarat akan nilai pendidikan diharapakan untuk tetap eksis dan semakin
berkembang di tengah kemajuan peradaban masyarakat.
Pendidikan sebagai alat transfer kebudayaan, diharapkan akan mampu memberikan
kemajuan endeng-endeng untuk tetap berkontribusi bagi pembangunan kearifan lokal
masyarakat. Adapun nilai-nilai pendidikan yang ada dalam endeng-endeng:
1. Bahasa mandaling, secara tidak langsung dengan adanya endeng-endeng maka
sebenarnya kebudayaan itu telah memberikan pelajaran mengenai penggunaan
6
bahasa mandailing, sehingga bahasa ini akan tetap dikenal dalam masyarakat
mandailing siria-ria. Karena seperti yang kita ketahui bersama pendidikan bahasa
daerah sama sekali tidak ada diajarakan di sekolah-sekolah umum, maka endengendeng merupakan salah satu cara transfer budaya melalui bahasa yang
disampaikannya. Salah satu kelebihan bahasa mandailing ialah tidak ada kasta
pengucapan kata pada dialeknya, tidak seperti bahasa jawa ada bahasa yang
digunakan oleh rakyat biasa, ada pula bahasa yang digunakan oleh rakyat keraton.
Hanya ada tutur sapaan, dari yang tua ke yang muda, atau sebaliknya misalnya
uda, uwak, undeng, oppung dll. Joanna Thornborrow (2006:235) menyebutkan
bahasa seperti ini merupakan bahasa dan identitas yang disebut dengan sistem
sapaan. Ia menyebutkan bahwa kata yang digunakan untuk menyapa orang lain
bisa berdampak penting terhadap bagaimana si pembicara memposisikan dirinya
dalam hubungannya dengan orang lain, apakah jarak itu menciptakan jarak sosial
atau
membangun
kedekatan/keakraban,
ataukah
bersikap
hormat,
atau
merendahkan dan menghina, semuanya itu bisa disampaikan lewat sistem sapaan
dalam bahasa (Thomas 2006:236).
2. Unsur musik endeng-endeng dan tarian tor-tor, musik endeng-endeng jelas
berbeda dengan jenis musik lainnya yang dipadukan dengn tarian tor-tor yang
mengandung makna kekuatan, persaudaraan yang kokoh. Sehingga dari tarian tortor dapat dilihat bagaimana corak laku masyarakat batak yang cukup keras
wataknya.
3. Nilai-nilai moral, secara tidak langsung banyak nilai-nilai moral yang bisa diserap
dari pelaksanaan endeng-endeng, misalnya tata krama, nasehat hidup, tata cara
pergaulan. Semua itu menyatu dalam syair lagu endeng-endeng. Masyarakat
sangat banyak melekat dalam kesehariannya mengandung nilai-nilai nasehat,
misalnya anakkoki do hamoraon di au (anakku yang paling berharga buatku). Ini
menjadi salah satu identitas bahwa anak meruapakn kebangaan buat masyarakat
keturunan Batak apalagi anak laki-laki sebagi penerus keturunan orang tua yaitu
melaui marga.
Itulah bebrapa nialai pendidikan yang dapat diambil dari endeng-endeng yang
merupakan salah satu kebudayaan yang dilaksanakan oleh masyarakat mandailing siria-ria.
Semoga endeng-endeng tetap eksis dan tidak lekang oleh zaman.
7
D. Analisis keberadaan endeng-endeng sebagai salah satu pendidikan bercorak budaya.
Sudah tidak dapat disangkal lagi bahwa endeng-endeng yang dianggapa sebagi
hiburan semata oleh sebagian masyarakat mandailing siria-ria, ternyata banyak memberikan
kontribusi dalam menjaga eksistensi masyarakat mandailing siria-ria. Oleh sebab itu kali ini
akan dibahas bagaimana untuk tetap mempertahankan endeng-endeng di tengah kemajuan
peradaban modern melalui arah pendidikan baik formal, maupun non formal.
UU NO 20 tahun 2003 tentang pendidikan dengan jelas mengisyaratkan bahwa
pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
yang diperlukan dirinya , masyarakat bangsa dan negara.
Ini menjadi isyarat bahwa endeng-endeng sudah sepatutnya mendapat perhatian besar
baik dari masyarakat mandailing Siria-ria maupun dari pemerintah. Endeng-endeng akan
memberikan sebuah kekuatan bagi generasi muda terutama dalam hal penguatan etnik
identity nya, kecerdasan emosionalnya. Oleh sebab itu jelas ini akan bermanfaat bagi
pembangunan bangsa.
Peran masyarakat juga dituntut untuk lebih proaktif menyiarkan dan memperkenalkan
endeng-endeng pada khalayak umum, bukan hanya sebagai konsumsi satu etnis saja. Dengan
begitu nilai-nilai kebudayaan akan lebih cepat tertransfer bagi seluruh masyarakat, misalnya
melalui media internet, koran, televisi, bukan tidak mungkin ini juga akan memberikan
dampak penghasilan dan aset bagi masyarakat mandailing siria-ria tersebut.
Peran pemerintah juga diharapkan mampu memberikan dorongan dan motivasi bagi
penyebaran kebudayaan ini minimal tidak punah dan menghilang digerus oleh kebudayaankebudayaan asing yang dengan cepat masuk ke dalam jiwa bangsa indonesia. Misalnya
mensosialisasikan melalui pameran budaya. Atau secara masiv memasukkan nilai endengendeng ini pad kurikulum muatan loka maupun tematik integratif seperti yang termuat dalam
kurikulum 2013.
Oleh sebab itu penulis menyarankan sebuah model desain pendidikan multikultural
untuk tetap mendukung kearifan lokal anak bangsa. Pendidikan multikultural merupakan
suatu sikap dalam memandang keunikan manusia dengan tanpa membedakan ras, budaya,
jenis kelamin, seks, kondisi jasmaniah atau status ekonomi sesorang (Skeel, 1995). Ini
8
menjadi sebuah langkah awal pada siswa bahwa seharusnya kita bangga akan
keanekaragaman budaya bangsa, tidak perlu malu dengan etnik kita, dan itu merupakan
sebuah kelebihan dan kekuatan yang akan menjadi pembeda dalam membangun karakter
peserta didik yang akhirnya akan membentuk karakter bangsa yang matang secara sosial dan
budaya. (Ngalimun, 2013:117)
Guru di sekolah misalnya di daerah mandailing siria-ria, seharusnya mampu
mengaitkan nilai-nilai budaya setempat dalam melakukan pembelajaran pada siswanya.
Misalnya pada anak kelas tiga SD, guru sambil mengajarkan materi PKN, tata krama pada
orang yang lebih tua, bisa dengan menyanyikan lagu endeng-endeng, sambil menyanyi,
sambil terserap tutur kata, dan tata krama dalam kehidupan sehari-hari, bahkan secara tidak
sdara guru telah memberikan sentuhan bahasa daerah pada siswa-siswanya.
Itulah pendidikan yang kita damba-dambakan, pendidikan yang berorientasi pada
nilai-nilai dasar bangsa yaitu kebhinekaan dalam bingkai pancasila dan UUD 1945. Jika
semua daerah mampu menerapkan model pendidikan ini, bukan tidak mungkin setiap daerah
akan eksis dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Tidak ada lagi perbedaan semua
adalah satu yaitu Indonesia, apaun sukunya apaun bahasanya Indonesia tetap negaranya.
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Endeng-endeng sebagai salah satu bentuk kearifan lokal masyaakat mandailing siriaria sudah sepantasnya tetap dipertahankan keberadaannya. Karena harus disadari bahwa
banyak nilai-nilai pendidikan yang terkandung di dalamnya, nilai-nilai pendidikan yang
sesuai dengan karakter kepribadian lokal masyarakat mandailing siria-ria.
Endeng-endeng dapat menjadi salah satu tema yang dapat digunakan oleh guru dalam
melaksanakan pembelajaran-pemebelajaran berbasis karakter di sekolah. Sehingga memang
nilai-nilai dasar keluarga yang tertanam dalam diri siswa, akan lebih melekat dan mengena
jika dikombinasikan dengan pelajaran yang ada
di sekolah. Endeng-endeng tetap eksis
bahkan semakin berkembang dan penyampaian materi pelajaran dapat lebih mudah
dilaksanakan, itulah model pembelajaran berbasis multikultural yang coba penulis tawarkan
untuk menjawab tantangan asimilasi kebudayaan yang semakin nyata.
B. Saran
Sekedar saran kepada masyarakat siria-ria tetaplah kebangkan endeng-endeng sebagai
salah satu warisan budaya leluhur yang jelas menjiwai kepribadian masyarakat. Kembangkan
bukan hanya menjadi konsumsi masyarakat setempat, tetapi juga masyarakat luar sehingga
kebudayaan ini akan jauh lebih dikenal di seluruh Indonesia maupun dunia.
Kepada pemerintah, sekolah, sebagi penyelenggara pendidikan, sudah sepatutnyalah
kembali menghidupkan budaya daerah. Karena harus disadari pendidikan adalah salah satu
transmisi budaya. Endeng-endeng menjadi sebuah solusi bagi pendekatan tematik kurikulum
terbaru yaitu kurikulum 2013.
DAFTAR RUJUKAN
Linda Thomas dan Shan Wareing, 2006, Bahasa, Masyarakat Dan Kekuasaan,
Malang: Pustaka Pelajar
Ngalimun, 2013, Strategi Dan Model Pembelajaran, Banjarmasin: Aswaja Presindo
10
Skeel, D.J, 1995, Elementary Social Studies: Cahllenge For Tomorrow World, New
York: Harcourt Brace College Publisherss
11