KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (6)

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan teknologi saat ini begitu pesatnya, sehingga peralatan sudah
menjadi kebutuhan pokok pada berbagai lapangan pekerjaan.Artinya peralatan dan
teknologi merupakan penunjang yang penting dalam upaya meningkatkan produktivitas
untuk berbagai jenis pekerjaan. Disamping itu disisi lain akan terjadi dampak
negatifnya, bila kita kurang waspada menghadapi bahaya potensial yang mungkin
timbul. Hal ini tidak akan terjadi jika dapat diantisipasi pelbagai risiko yang
mempengaruhi kehidupan para pekerja. Pelbagai risiko tersebut adalah kemungkinan
terjadinya Penyakit Akibat Kerja, Penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan dan
Kecelakaan Akibat Kerja yang dapat menyebabkan kecacatan atau kematian. Antisipasi
ini harus dilakukan oleh semua pihak dengan cara penyesuaian antara pekerja, proses
kerja dan lingkungan kerja.
Setiap tempat kerja selalu mengandung berbagai potensi bahaya yang dapat
mempengaruhi kesehatan tenaga kerja atau dapat menyebabkan timbulnya penyakit
akibat kerja. Potensi bahaya adalah segala sesuatu yang berpotensi menyebabkan
terjadinya kerugian, kerusakan, cidera, sakit, kecelakaan atau bahkan dapat
mengakibatkan kematian yang berhubungan dengan proses dan sistem kerja. UndangUndang No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pada Pasal 1 menyatakan bahwa
tempat kerja ialah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap,
dimana tenaga kerja, atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu

usaha dan dimana terdapat sumber-sumber bahaya. Termasuk tempat kerja ialah semua
ruangan, lapangan, halaman dan sekelilingnya yang merupakan bagian-bagian atau yang
berhubungan dengan tempat kerja tersebut. Potensi bahaya mempunyai potensi untuk
mengakibatkan kerusakan dan kerugian kepada : 1) manusia yang bersifat langsung
maupun tidak langsung terhadap pekerjaan, 2) properti termasuk peratan kerja dan
mesin-mesin, 3) lingkungan, baik lingkungan di dalam perusahaan maupun di luar
perusahaan, 4) kualitas produk barang dan jasa, 5) nama baik perusahaan.

1

BAB II
RESIKO BAHAYA FISIK
Potensi bahaya fisik yaitu potensi bahaya yang dapat menyebabkan gangguangangguan kesehatan terhadap tenaga kerja yang terpapar, misalnya: terpapar kebisingan
intensitas tinggi, suhu ekstrim (panas & dingin), intensitas penerangan kurang memadai,
getaran, radiasi.
2.1 Radiasi
Radiasi adalah pancaran energi melalui suatu materi atau ruang dalam bentuk
panas, partikel atau gelombang elektromagnetik/cahaya (foton) dari sumber radiasi. Ada
beberapa sumber radiasi yang kita kenal di sekitar kehidupan kita, contohnya adalah
televisi, lampu penerangan, alat pemanas makanan (microwave oven), komputer, dan

lain-lain.
Selain benda-benda tersebut ada sumber-sumber radiasi yang bersifat unsur
alamiah dan berada di udara, di dalam air atau berada di dalam lapisan bumi. Beberapa
di antaranya adalah Uranium dan Thorium di dalam lapisan bumi; Karbon dan Radon di
udara serta Tritium dan Deuterium yang ada di dalam air. Secara garis besar radiasi
digolongkan ke dalam radiasi pengion dan radiasi non-pengion.
Radiasi Pengion
Radiasi pengion adalah jenis radiasi yang dapat menyebabkan proses ionisasi
(terbentuknya ion positif dan ion negatif) apabila berinteraksi dengan materi. Yang
termasuk dalam jenis radiasi pengion adalah partikel alpha, partikel beta, sinar gamma,
sinar-X dan neutron. Setiap jenis radiasi memiliki karakteristik khusus. Yang termasuk
radiasi pengion adalah partikel alfa (α), partikel beta (β), sinar gamma (γ), sinar-X,
partikel neutron.
Radiasi Non Pengion
Radiasi non-pengion adalah jenis radiasi yang tidak akan menyebabkan efek
ionisasi apabila berinteraksi dengan materi. Radiasi non-pengion tersebut berada di
sekeliling kehidupan kita. Yang termasuk dalam jenis radiasi non-pengion antara lain
adalah gelombang radio (yang membawa informasi dan hiburan melalui radio dan
televisi); gelombang mikro (yang digunakan dalam microwave oven dan transmisi
seluler handphone); sinar inframerah (yang memberikan energi dalam bentuk panas);

cahaya tampak (yang bisa kita lihat); sinar ultraviolet (yang dipancarkan matahari).
Ada dua macam sifat radiasi yang dapat digunakan untuk mengetahui
keberadaan sumber radiasi pada suatu tempat atau bahan, yaitu sebagai berikut :
2



Radiasi tidak dapat dideteksi oleh indra manusia, sehingga untuk mengenalinya
diperlukan suatu alat bantu pendeteksi yang disebut dengan detektor radiasi. Ada
beberapa jenis detektor yang secara spesifik mempunyai kemampuan untuk melacak
keberadaan jenis radiasi tertentu yaitu detektor alpha, detektor gamma, detektor
neutron, dll.



Radiasi dapat berinteraksi dengan materi yang dilaluinya melalui proses ionisasi,
eksitasi dan lain-lain. Dengan menggunakan sifat-sifat tersebut kemudian digunakan
sebagai dasar untuk membuat detektor radiasi.

Pengaruh radiasi terhadap manusia

Sel dalam tubuh manusia terdiri dari sel genetic dan sel somatic. Sel genetic
adalah sel telur pada perempuan dan sel sperma pada laki-laki, sedangkan sel somatic
adalah sel-sel lainnya yang ada dalam tubuh. Berdasarkan jenis sel, maka efek radiasi
dapat dibedakan atas efek genetik dan efek somatik. Efek genetik atau efek pewarisan
adalah efek yang dirasakan oleh keturunan dari individu yang terkena paparan radiasi.
Sebaliknya efek somatik adalah efek radiasi yang dirasakan oleh individu yang terpapar
radiasi.
Waktu yang dibutuhkan sampai terlihatnya gejala efek somatik sangat bervariasi
sehingga dapat dibedakan atas efek segera dan efek tertunda. Efek segera adalah
kerusakan yang secara klinik sudah dapat teramati pada individu dalam waktu singkat
setelah individu tersebut terpapar radiasi, seperti epilasi (rontoknya rambut), eritema
(memerahnya kulit), luka bakar dan penurunan jumlah sel darah. Kerusakan tersebut
terlihat dalam waktu hari sampai mingguan pasca iradiasi. Sedangkan efek tertunda
merupakan efek radiasi yang baru timbul setelah waktu yang lama (bulanan/tahunan)
setelah terpapar radiasi, seperti katarak dan kanker.
Bila ditinjau dari dosis radiasi (untuk kepentingan proteksi radiasi), efek radiasi
dibedakan atas efek deterministik dan efek stokastik. Efek deterministik adalah efek
yang disebabkan karena kematian sel akibat paparan radiasi, sedangkan efek stokastik
adalah efek yang terjadi sebagai akibat paparan radiasi dengan dosis yang menyebabkan
terjadinya perubahan pada sel.

Efek Deterministi (efek non stokastik) Efek ini terjadi karena adanya proses
kematian sel akibat paparan radiasi yang mengubah fungsi jaringan yang terkena
radiasi. Efek ini dapat terjadi sebagai akibat dari paparan radiasi pada seluruh tubuh
maupun lokal. Efek deterministik timbul bila dosis yang diterima di atas dosis ambang
3

(threshold dose) dan umumnya timbul beberapa saat setelah terpapar radiasi. Tingkat
keparahan efek deterministik akan meningkat bila dosis yang diterima lebih besar dari
dosis ambang yang bervariasi bergantung pada jenis efek. Pada dosis lebih rendah dan
mendekati dosis ambang, kemungkinan terjadinya efek deterministik dengan demikian
adalah nol. Sedangkan di atas dosis ambang, peluang terjadinya efek ini menjadi 100%.
Efek Stokastik Dosis radiasi serendah apapun selalu terdapat kemungkinan
untuk menimbulkan perubahan pada sistem biologik, baik pada tingkat molekul maupun
sel. Dengan demikian radiasi dapat pula tidak membunuh sel tetapi mengubah sel Sel
yang mengalami modifikasi atau sel yang berubah ini mempunyai peluang untuk lolos
dari sistem pertahanan tubuh yang berusaha untuk menghilangkan sel seperti ini. Semua
akibat proses modifikasi atau transformasi sel ini disebut efek stokastik yang terjadi
secara acak. Efek stokastik terjadi tanpa ada dosis ambang dan baru akan muncul
setelah masa laten yang lama. Semakin besar dosis paparan, semakin besar peluang
terjadinya efek stokastik, sedangkan tingkat keparahannya tidak ditentukan oleh jumlah

dosis yang diterima. Bila sel yang mengalami perubahan adalah sel genetik, maka sifatsifat sel yang baru tersebut akan diwariskan kepada turunannya sehingga timbul efek
genetik atau pewarisan. Apabila sel ini adalah sel somatik maka sel-sel tersebut dalam
jangka waktu yang relatif lama, ditambah dengan pengaruh dari bahan-bahan yang
bersifat toksik lainnya, akan tumbuh dan berkembang menjadi jaringan ganas atau
kanker. Paparan radiasi dosis rendah dapat menigkatkan resiko kanker dan efek
pewarisan yang secara statistik dapat dideteksi pada suatu populasi, namun tidak secara
serta merta terkait dengan paparan individu.


Radiasi infra merah dapat menyebabkan katarak.



Laser berkekuatan besar dapat merusak mata dan kulit.



Medan elektromagnetik tingkat rendah dapat menyebabkan kanker.

Contoh : Radiasi ultraviolet : pengelasan, Radiasi Inframerah : furnacesn/ tungku

pembakaran, Laser : komunikasi, pembedahan.
Prinsip dasar yang harus dipatuhi dalam penggunaan radiasi untuk
berbagai keperluan
Dalam penggunaan radiasi untuk berbagai keperluan ada ketentuan yang harus
dipatuhi untuk mencegah penerimaan dosis yang tidak seharusnya terhadap seseorang.

4

Ada 3 prinsip yang telah direkomendasikan oleh International Commission Radiological
Protection (ICRP) untuk dipatuhi, yaitu :
1. Justifikasi, Setiap pemakaian zat radioaktif atau sumber lainnya harus didasarkan
pada azaz manfaat. Suatu kegiatan yang mencakup paparan atau potensi paparan
hanya disetujui jika kegiatan itu akan menghasilkan keuntungan yang lebih besar
bagi individu atau masyarakat dibandingkan dengan kerugian atau bahaya yang
timbul terhadap kesehatan.
2. Limitasi, Dosis ekivalen yang diterima pekerja radiasi atau masyarakat tidak boleh
melalmpaui Nilai Batas Dosis (NBD) yang telah ditetapkan. Batas dosis bagi
pekerja radiasi dimaksudkan untuk mencegah munculnya efek deterministik (non
stokastik) dan mengurangi peluang terjadinya efek stokastik.
3. Optimasi, Semua penyinaran harus diusahakan serendah-rendahnya (as low as

reasonably achieveable - ALARA), dengan mempertimbangkan faktor ekonomi dan
sosial. Kegiatan pemanfaatan tenaga nuklir harus direncanakan dan sumber radiasi
harus dirancang dan dioperasikan untuk menjamin agar paparan radiasi yang terjadi
dapat ditekan serendah-rendahnya.
2.2 Kebisingan
Bising adalah campuran dari berbagai suara yang tidak dikehendaki ataupun
yang merusak kesehatan, saat ini kebisingan merupakan salah satu penyebab penyakit
lingkungan (Slamet, 2006). Sedangkan kebisingan sering digunakan sebagai istilah
untuk menyatakan suara yang tidak diinginkan yang disebabkan oleh kegiatan manusia
atau aktifitas- aktifitas alam (Schilling, 1981). Kebisingan dapat diartikan sebagai segala
bunyi yang tidak dikehendaki yang dapat memberi pengaruh negatif terhadap kesehatan
dan kesejahteraan seseorang maupun suatu populasi.
Aspek yang berkaitan dengan kebisingan antara lain : jumlah energi bunyi,
distribusi frekuensi, dan lama pajanan.


Kebisingan dapat menghasilkan efek akut seperti masalah komunikasi, turunnya
konsentrasi, yang pada akhirnya mengganggu job performance tenaga kerja.




Pajanan kebisingan yang tinggi (biasanya >85 dBA) pada jangka waktu tertentu
dapat menyebabkan tuli yang bersifat sementara maupun kronis.



Tuli permanen adalah penyakit akibat kerja yang paling banyak di klaim .



Contoh : Pengolahan kayu, tekstil, metal, dll.
5

Kualitas bunyi ditentukan oleh 2 hal yakni frekuensi dan intensitasnya.
Frekuensi dinyatakan dalam jumlah getaran per detik yang disebut hertz (Hz), yaitu
jumlah gelombang-gelombang yang sampai di telinga setiap detiknya. Biasanya suatu
kebisingan terdiri dari campuran sejumlah gelombang dari berbagai macam frekuensi.
Sedangkan intensitas atau arus energi per satuan luas biasanya dinyatakan dalam suatu
logaritmis yang disebut desibel ( DB ).
Berdasarkan frekuensi, tingkat tekanan bunyi, tingkat bunyi dan tenaga bunyi maka

bising dibagi dalam 3 kategori:
1) Occupational noise (bising yang berhubungan dengan pekerjaan) yaitu bising
yang disebabkan oleh bunyi mesin di tempat kerja, misal bising dari mesin ketik.
2) Audible noise (bising pendengaran) yaitu bising yang disebabkan oleh frekuensi
bunyi antara 31,5 . 8.000 Hz.
3) Impuls noise (Impact noise = bising impulsif) yaitu bising yang terjadi akibat
adanya bunyi yang menyentak, misal pukulan palu, ledakan meriam, tembakan
bedil.
Selanjutnya dengan ukuran intensitas bunyi atau desibel ini dapat ditentukan
apakah bunyi itu bising atau tidak. Dari ukuran-ukuran ini dapat diklasifikasikan
seberapa jauh bunyi-bunyi di sekitar kita dapat diterima / dikehendaki atau tidak
dikehendaki / bising.
Jenis Bunyi
Halilintar
Meriam
Mesin uap
Jalan yang ramai
Pluit
Kantor gaduh
Radio

Rumah gaduh
Kantor pada umumnya
Rumah tenang
Kantor perorangan
Sangat tenang , Suara daun jatuh,
Tetesan air

Skala Intensitas Desibel Batas
Dengar Tertinggi
120 DB
110 DB
100 DB
90 DB
80 DB
70 DB
60 Db
50 DB
40 DB
30 DB
20 DB
10 DB

Tabel Skala Intensitas Kebisingan

6

Menurut SK Dirjen P2M dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman Departemen
Kesehatan

RI

Nomor

70-1/PD.03.04.Lp,

(Petunjuk

Pelaksanaan

Pengawasan

Kebisingan yang Berhubungan dengan Kesehatan Tahun 1992), tingkat kebisingan
diuraikan sebagai berikut:
1) Tingkat kebisingan sinambung setara (Equivalent Continuous Noise Level
=Leq) adalah tingkat kebisingan terus menerus (=steady noise) dalam ukuran
dBA, berisi energi yang sama dengan energi kebisingan terputus-putus dalam
satu periode atau interval waktu pengukuran.
2) Tingkat kebisingan yang dianjurkan dan maksimum yang diperbolehkan adalah
rata-rata nilai modus dari tingkat kebisingan pada siang, petang dan malam hari.
3) Tingkat ambien kebisingan (=Background noise level) atau tingkat latar
belakang kebisingan adalah rata-rata tingkat suara minimum dalam keadaan
tanpa gangguan kebisingan pada tempat dan saat pengukuran dilakukan, jika
diambil nilainya dari distribusi statistik adalah 95% atau L-95.
Kebisingan mempengaruhi kesehatan antara lain dapat menyebabkan kerusakan
pada indera pendengaran sampai kepada ketulian. Dari hasil penelitian diperoleh bukti
bahwa intensitas bunyi yang dikategorikan bising dan yang mempengaruhi kesehatan
(pendengaran) adalah diatas 60 dB. Oleh sebab itu para karyawan yang bekerja di
pabrik dengan intensitas bunyi mesin diatas 60 dB maka harus dilengkapi dengan alat
pelindung (penyumbat) telinga guna mencegah gangguan pendengaran. Disamping itu
kebisingan juga dapat mengganggu komunikasi. Dengan suasana yang bising memaksa
pekerja berteriak didalam berkomunikasi dengan pekerja lain. Kadang-kadang teriakan
atau pembicaraan yang keras ini dapat menimbulkan salah komunikasi (miss
communication) atau salah persepsi terhadap orang lain.
Oleh karena sudah biasa berbicara keras di lingkungan kerja sebagai akibat
lingkungan kerja yang bising ini maka kadang-kadang di tengah-tengah keluarga juga
terbiasa berbicara keras. Bisa jadi timbul salah persepsi di kalangan keluarga karena
dipersepsikan sebagai sikap marah. Lebih jauh kebisingan yang terus-menerus dapat
mengakibatkan gangguan konsentrasi pekerja yang akibatnya pekerja cenderung berbuat
kesalahan dan akhirnya menurunkan produktivitas kerja.
Kebisingan terutama yang berasal dari alat-alat bantu kerja atau mesin dapat
dikendalikan antara lain dengan menempatkan peredam pada sumber getaran atau
7

memodifikasi mesin untuk mengurangi bising. Penggunaan proteksi dengan sumbatan
telinga dapat mengurangi kebisingan sekitar 20-25 dB.
Tetapi penggunaan penutup telinga ini pada umumnya tidak disenangi oleh
pekerja karena terasa risih adanya benda asing di telinganya. Untuk itu penyuluhan
terhadap mereka agar menyadari pentingnya tutup telinga bagi kesehatannya dan
akhirnya mau memakainya.
2.3 Penerangan / Pencahayaan ( Illuminasi )
Penerangan yang kurang di lingkungan kerja bukan saja akan menambah beban
kerja karena mengganggu pelaksanaan pekerjaan tetapi juga menimbulkan kesan kotor.
Oleh karena itu penerangan dalam lingkungan kerja harus cukup untuk menimbulkan
kesan yang higienis. Disamping itu cahaya yang cukup akan memungkinkan pekerja
dapat melihat objek yang dikerjakan dengan jelas dan menghindarkan dari kesalahan
kerja.
Berkaitan dengan pencahayaan dalam hubungannya dengan penglihatan orang
didalam suatu lingkungan kerja maka faktor besar-kecilnya objek atau umur pekerja
juga mempengaruhi. Pekerja di suatu pabrik arloji misalnya objek yang dikerjakan
sangat kecil maka intensitas penerangan relatif harus lebih tinggi dibandingkan dengan
intensitas penerangan di pabrik mobil. Demikian juga umur pekerja dimana makin tua
umur seseorang, daya penglihatannya semakin berkurang. Orang yang sudah tua dalam
menangkap objek yang dikerjakan memerlukan penerangan yang lebih tinggi daripada
orang yang lebih muda.
Akibat dari kurangnya penerangan di lingkungan kerja akan menyebabkan
kelelahan fisik dan mental bagi para karyawan atau pekerjanya. Gejala kelelahan fisik
dan mental ini antara lain sakit kepala (pusing-pusing), menurunnya kemampuan
intelektual, menurunnya konsentrasi dan kecepatan berpikir. Disamping itu kurangnya
penerangan memaksa pekerja untuk mendekatkan matanya ke objek guna mmeperbesar
ukuran benda. Hal ini akomodasi mata lebih dipaksa dan mungkin akan terjadi
penglihatan rangkap atau kabur.
Untuk mengurangi kelelahan akibat dari penerangan yang tidak cukup dikaitkan
dengan objek dan umur pekerja ini dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut :

8



Perbaikan kontras dimana warna objek yang dikerjakan kontras dengan latar
belakang objek tersebut. Misalnya cat tembok di sekeliling tempat kerja harus
berwarna kontras dengan warna objek yang dikerjakan.



Meningkatkan penerangan, sebaiknya 2 kali dari penerangan diluar tempat
kerja.Disamping itu di bagian-bagian tempat kerja perlu ditambah dengan
dengan lampu-lampu tersendiri.



Pengaturan tenaga kerja dalam shift sesuai dengan umur masing-masing tenaga
kerja. Misalnya tenaga kerja yang sudah berumur diatas 50 tahun tidak diberikan
tugas di malam hari.
Disamping akibat-akibat pencahayaan yang kurang seperti diuraikan diatas,

penerangan/pencahayaan baik kurang maupun cukup kadang-kadang juga menimbulkan
masalah apabila pengaturannya kurang baik yakni silau. Silau juga menjadi beban
tambahan bagi pekerja maka harus dilakukan pengaturan atau dicegah. Pencegahan
silau dapat dilakukan antara lain :
a)

Pemilihan jenis lampu yang tepat misalnya neon. Lampu neon kurang
menyebabkan silau dibandingkan lampu biasa.

b)

Menempatkan sumber-sumber cahaya / penerangan sedemikian rupa sehingga
tidak langsung mengenai bidang yang mengkilap.

c)

Tidak menempatkan benda-benda yang berbidang mengkilap di muka jendela
yang langsung memasukkan sinar matahari.

d)

Penggunaan alat-alat pelapis bidang yang tidak mengkilap.

e)

Mengusahakan agar tempat-tempat kerja tidak terhalang oleh bayangan suatu
benda. Dalam ruangan kerja sebaiknya tidak terjadi bayangan-bayangan.
Penerangan yang silau buruk (kurang maupun silau) di lingkungan kerja akan

menyebabkan hal-hal sebagai berikut :


Kelelahan mata yang akan berakibat berkurangnya daya dan efisiensi kerja.



Kelemahan mental



Kerusakan alat penglihatan (mata).



Keluhan pegal di daerah mata dan sakit kepala di sekitar mata.

Sehubungan dengan hal-hal tersebut diatas maka dalam mendirikan bangunan
tempat kerja (pabrik, kantor, sekolahan, dan sebagainya) sebaiknya mempertimbangkan
ketentuan-ketentuan antara lain sebagai berikut :
9

Jarak antara gedung dan abngunan-bangunan lain tidak mengganggu masuknya
cahaya matahari ke tempat kerja, Jendela-jendela dan lubang angin untuk masuknya
cahaya matahari harus cukup, seluruhnya sekurang-kurangnya 1/6 daripada luas
bangunan, Apabila cahaya matahari tidak mencukupi ruangan tempat kerja, harus
diganti dengan penerangan lampu yang cukup, Penerangan tempat kerja tidak
menimbulkan suhu ruangan panas (tidak melebihi 32 derajat celsius), Sumber
penerangan tidak boleh menimbulkan silau dan bayang-bayang yang

mengganggu

kerja, Sumber cahaya harus menghasilkan daya penerangan yang tetap dan menyebar
serta tidak berkedip-kedip. Efek pencahayaan yang buruk: mata tidak nyaman, mata
lelah, sakit kepala, berkurangnya kemampuan melihat, dan menyebabkan kecelakaan.
Keuntungan pencahayaan yang baik : meningkatkan semangat kerja, produktivitas,
mengurangi kesalahan, meningkatkan housekeeping, kenyamanan lingkungan kerja,
mengurangi kecelakaan kerja.
2.4 Getaran
Getaran mempunyai parameter yang hampir sama dengan bising seperti:
frekuensi, amplitudo, lama pajanan dan apakah sifat getaran terus menerus atau
intermitten. Metode kerja dan ketrampilan memegang peranan penting dalam
memberikan efek yang berbahaya. Pekerjaan manual menggunakan “powered tool”
berasosiasi dengan gejala gangguan peredaran darah yang dikenal sebagai ” Raynaud’s
phenomenon ” atau ” vibration-induced white fingers”(VWF). Peralatan yang
menimbulkan getaran juga dapat memberi efek negatif pada sistem saraf dan sistem
musculo-skeletal dengan mengurangi kekuatan cengkram dan sakit tulang belakang.
Contoh : Loaders, forklift truck, pneumatic tools, chain saws.
Efek getaran terhadap tubuh tergantung besar kecilnya frekuensi yang mengenai tubuh:


3 . 9 Hz : Akan timbul resonansi pada dada dan perut.



6 . 10 Hz : Dengan intensitas 0,6 gram, tekanan darah, denyut jantung,
pemakaian O2 dan volume perdenyut sedikit berubah. Pada intensitas 1,2
gram terlihat banyak perubahan sistem peredaran darah.



10 Hz : Leher, kepala, pinggul, kesatuan otot dan tulang akan beresonansi.



13 . 15 Hz : Tenggorokan akan mengalami resonansi.



< 20 Hz : Tonus otot akan meningkat, akibat kontraksi statis ini otot menjadi
lemah, rasa tidak enak dan kurang ada perhatian.
10

2.5 Bau-Bauan
Yang dimaksud bau-bauan dalam kaitannya dengan kesehatan kerja adalah baubauan yang tidak enak di lingkungan kerja dan mengganggu kenyamanan kerja.
Selanjutnya bau-bauan ini dapat mengganggu kesehatan dan produktivitas kerja. Baubauan sebenarnya merupakan jenis pencemaran udara yang tidak hanya mengganggu
penciuman tetapi juga dari segi higiene pada umumnya.
Cara pengukuran bau-bauan yang dapat mengklasifikasikan derajat gangguan
kesehatan belum ada sehingga pengukurannya masih bersifat objektif. Hal ini
disebabkan karena seseorang yang mencium bau tertentu dan merasa tidak biasa dengan
bau tersebut, apabila sudah lama atau biasa mencium bau aneh tersebut maka akhirnya
menjadi terbiasa dan tidak mencium bau yang aneh tersebut. Orang yang bekerja di
lingkungan yang berbau bensin atau oli, mula-mula merasakan bau tersebut tetapi lamakelamaan tidak akan merasakan bau tersebut meskipun bau tersebut tetap di lingkungan
kerja itu. Hal ini disebut penyesuaian penciuman.
Dalam kaitannya dengan kesehatan kerja atau dalam lingkungan kerja, perlu
dibedakan antara penyesuaian penciuman dan kelelahan penciuman. Dikatakan
penyesuaian penciuman apabila indera penciuman menjadi kurang peka setelah
dirangsang oleh bau-bauan secara terus-menerus, seperti contoh pekerja tersebut diatas.
Sedangkan kelelahan penciuman adalah apabila seseorang tidak mampu mencium kadar
bau yang normal setelah mencium kadar bau yang lebih besar. Misalnya orang tidak
mencium bau bunga setelah mencium bau yang kuat dari bangkai binatang.
Ketajaman penciuman seseorang dipengaruhi oleh faktor psikologis sewaktu-waktu,
misalnya emosi, tegangan, ingatan, dan sebagainya. Orang yang sedang mengalami
ketegangan psikologis atau stress, ia tidak dapat mencium bau-bauan yang aneh, yang
dapat dicium oleh orang yang tidak dalam keadaan tegang.
Disamping itu penciuman juga dapat dipengaruhi oleh kelembaban udara. Pada
kelembaban antara 40-70 % tidak mempengaruhi penciuman tetapi dibawah atau diatas
kelembaban itu dapat mempengaruhi penciuman. Pengendalian bau-bauan di
lingkungan kerja dapat dilakukan antara lain :
a) Pembakaran terhadap sumber bau-bauan misalnya pembakaran butil alkohol
menjadi butarat dan asam butarat.
11

b) Proses menutupi yang didasarkan atas kerja antagonistis diantara zat-zat
yang berbau. Kadar zat tersebut saling menetralkan bau masing-masing.
Misalnya bau karet dapat ditutupi atau ditiadakan dengan paraffin.
c) Absorbsi (penyerapan), misalnya penggunaan air dapat menyerap bau-bauan
yang tidak enak.
d) Penambahan bau-bauan kepada udara yang berbau untuk mengubah zat yang
berbau menjadi netral (tidak berbau). Misalnya menggunakan pengharum
ruangan.
e) Alat pendingin ruangan (air conditioning) disamping untuk menyejukkan
ruangan juga sebagai cara deodorisasi (menghilangkan bau-bauan yang tidak
enak) ditempat kerja.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Potensi bahaya fisik yaitu potensi bahaya yang dapat menyebabkan gangguangangguan kesehatan terhadap tenaga kerja yang terpapar, misalnya: terpapar kebisingan
12

intensitas tinggi, suhu ekstrim (panas & dingin), intensitas penerangan kurang memadai,
getaran, radiasi. Pihak pemerintah dalam hal ini Departemen Kesehatan sebagai
lembaga yang bertanggungjawab terhadap kesehatan masyarakat, membuat berbagai
peraturan, petunjuk teknis dan pedoman K3 di Tempat Kerja serta menjalin kerjasama
lintas program maupun lintas sektor terkait dalam pembinaannya.
B. Saran
Setelah pembaca membaca makalah ini diharapkan dapat mengerti tentang resiko
bahaya fisik di lingkungan kerja.

13