FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PE

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENDERITA STROKE
YANG DIRAWAT DI RUMAH SAKIT AL-IHSAN KABUPATEN BANDUNG
TAHUN 2006
Dyan Kunthi Nugrahaeni
Nurmilatisakinah
ABSTRAK
Pasien stroke yang dirawat di Rumah Sakit Al-Ihsan pada tahun 2006 meningkat
52,67% dari tahun 2005. Sedangkan mortalitas stroke di rumah sakit ini pada tahun yang
sama menurun dari 32,18% menjadi 19,52%, tetapi stroke masih merupakan penyebab
kematian yang utama di RS Al-Ihsan. Sehingga penyakit ini masih merupakan ancaman
bila tidak segera dilakukan pencegahan. Penyakit ini penyebab kecatatan baik sementara
atau total, sehingga dapat menutunkan produktivitas kerja.
Tujuan Penelitian untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan
penderita stroke yang dirawat di Rumah Sakit Al-Ihsan Kabupaten Bandung tahun 2006.
Desain penelitian yang digunakan adalah kasus kontrol. Sampel diambil dari responden
yang berumur >30 tahun yang dinyatakan stroke dan tidak stroke oleh dokter spesialis
neurologi yang tercatat dalam rekam medis. Jumlah kasus sebanyak 60 pasien dan kontrol
60 pasien dicuplik dengan cara simple random sampling dari 200 pasien stroke.
Pengumpulan data dilakukan melalui observasi. Analisis data univariat untuk
melihat distribusi frekuansi semua variabel penelitian, bivariat untuk melihat hubungan
dan besarnya hubungan dengan uji yang digunakan adalah chi-square dan analisis

multivariat untuk melihat variabel paling dominan berhubungan dengan stroke, dengan
uji regresi logistik ganda. Derajat kemaknaan dalam penelitian ini adalah 0,05 (P= 0,05).
Faktor risiko yang mempengaruhi stroke adalah usia > 45 tahun (OR= 3,35,
95%CI; 1,12 - 9,99 dan P=0,022), hipertensi (OR = 7,00 , 95% CI; 3,133 – 15,640 dan
P=0,0005), hiperglikemia (OR = 4,71 , 95% CI; 1,618 – 13,732 dan P=0,002) dan faktor
dominan yang berhubungan dengan stroke adalah hipertensi.
Disarankan pihak rumah sakit lebih meningkatkan pengawasan terhadap faktor
risiko stroke, Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung hendaknya meningkatkan upaya
penyuluhan mengenai stroke, sehingga masyarakat dapat lebih dini mencegah stroke.
Kata kunci
Kepustakaan

: kasus kontrol, stroke
: 38, 1992 - 2007

1

ABSTRAC
A patient of stroke which taken care in Al-ihsan hospital district of Bandung in
years of 2006 increase by 52,67% from years of 2005. Otherwise, the stroke mortality in

these hospital at the same year decline from 32,18% become 19,52%, even though, the
stroke still becoming the mainly caused of death in Al-ihsan hospital district of Bandung.
So this disease still as a threat if not prevented immediately. This disease has caused a
temporary or settle handicap, so it may be decreasing the productivity of work.
The direction of these study is to knowing the factors that relating with patient of
stroke which taken care in Al-ihsan hospital district of Bandung in 2007. The research
design that was used is case control. The study sample was taken from respondent in age
of >30 who were positively stroke and not stroke by the physician neurological specialist
and pose in patient medical record. The numerous case that was found are 60 patient and
in controlling are 60 patient. It was taken by a random sample sampling from 200 person
of exist stroke patient.
The collecting data was done trough observation. Data analyze trough three step
that is univariat for seeing the distribution frequency, the whole bivariat study variable for
seeing the correlation and the high of relation with test which used is chi-square and
multivariate analyze for seeing the variable that the most dominanly relating with stroke
in double logistic regression which used is logistic regretion. The degree of freedom of
these study is 0,05 (p = 0,05).
The risk factors that influencing stroke is age of .>45 years (OR = 3,35, 95% CI,
1,12 – 9,99 and p = 0,022), hipertensi (OR = 7,00, 95% C1 3,133-15, 640 and p =
0,0005), Hiperglikemia (OR = 4,71, 95% C1 1,618-13, 732 and p = 0,002) and the

dominant factors that relating with stroke is hypertension.
Suggested for the Hospital administration is to more increasing the controlling of
stroke risk factors. The department of health suppose to increase the campaign effort
about stroke, in direction, people could early knowing the prevent about stroke.
Key words
Literacy

: Case Control, Stroke
: 38, 1992 - 2007

2

PENDAHULUAN
Terjadinya transisi epidemiologi sebagai akibat dari transisi demografi,
menyebabkan penyakit tidak menular menduduki proporsi yang tinggi sebagai penyebab
tingginya angka kematian dan kecacatan. Di negara yang berkembang penyakit yang
disebabkan penyakit tidak menular meningkat dengan pesat dan sangat bermakna
terhadap perkembangan sosial, ekonomi dan risiko sakit. Menurut World Health
Organitation (WHO) pada tahun 1999, diperkirakan 60% kematian dan 43% beban
penyakit disebabkan oleh penyakit tidak menular, dan diperkirakan pada tahun 2020

kematian akan meningkat menjadi 73% dan beban penyakit menjadi 60% (Surjadi, 2004 :
1). Penyakit gangguan pembuluh darah bertanggung jawab terhadap 30% kematian
diseluruh dunia, sedangkan salah satu penyakit pembuluh darah yang mempunyai efek
terhadap susunan saraf pusat yaitu stroke.
Stroke merupakan defisit neurologis yang terjadi mendadak akibat gangguan
vaskuler. Stroke menempati urutan ke dua penyebab kematian dan penyebab utama
kecacatan, menempati urutan ke dua penyebab demensia dan merupakan penyebab utama
depresi baik pada penderita maupun yang merawatnya (Setiabudy, 2002 : 313).
Sedangkan dalam Wikipedia, Stroke dikenal sebagai CVA (Cerebro Vascular Accident)
yaitu cidera neurologi akibat aliran darah ke otak tergangggu. Stroke melibatkan
kehilangan fungsi otak secara tiba-tiba karena gangguan pada perfusi otak.
Pada tahun 1980, Mohr et.al menyatakan bahwa faktor risiko utama terjadinya
stroke adalah penyempitan pembuluh darah (aterosklerosis) yang disebabkan oleh faktor
Umur, Jenis Kelamin, Hipertensi, Hiperglikemia, Hiperkolesterolemia, Kepribadian dan
Merokok. Dari faktor tersebut, hanya faktor umur dan jenis kelamin saja yang tidak dapat
di hindarkan. Sedangkan faktor lainnya masih dapat di usahakan untuk di hindari
(Nuryati, 1998 dalam Tyas, 2000 : 3).
Stroke merupakan masalah nasional yang berada pada urutan ke dua dari prioritas
penelitian nasional untuk penyakit degeneratif setelah penyakit jantung (Amnida dan
Alibbirwin, 2004). Diperkirakan setiap tahun terjadi 500.000 penduduk Indonesia terkena

stroke, sekitar 2,5% atau 125.000 orang meninggal, sisanya cacat ringan maupun berat.
Jumlah penderita stroke cenderung meningkat, bukan hanya penduduk usia tua, tetapi
juga dialami oleh mereka yang berusia muda dan produktif (Suyono, 2006, Yastroki
tangani masalah stroke di Indonesia,¶ 1, http://www.yastroki.or.id diperoleh tanggal 3
januari 2007).

3

Dari hasil SKRT dilaporkan bahwa proporsi stroke di rumah sakit di 27 propinsi
dari tahun 1984 -1986 meningkat yaitu 0,72 per 100 penderita pada tahun 1984, naik
menjadi 0,89 per 100 penderita pada tahun 1986. Dilaporkan pula bahwa prevalensi
stroke pada tahun 1996 adalah 35,6 per 100.000 penduduk (Bustan, 1997 : 53).
Penderita stroke pada tahun 2006 dari seluruh pasien penyakit dalam yang
dirawat di rumah sakit Al-Ihsan Kabupeten Bandung sebanyak 200 pasien. Jumlah ini
lebih besar dari tahun 2005

yaitu sebanyak 131 pasien atau naik sebesar 52,67%.

Berdasarkan laporan morbiditas rawat inap tahun 2006, stroke menempati urutan ke 9
dari 10 penyakit terbanyak di rumah sakit Al-Ihsan Kabupaten Bandung.

Data mortalitas stroke di RS Al-Ihsan Kabupaten Bandung pada tahun 2005
sebanyak 32,18% dan pada tahun 2006 menurun menjadi 19,52%. Tingginya angka
kematian stroke disebabkan prognosa pasien stroke saat dirawat memang sudah jelek.
Stroke merupakan masalah kesehatan yang perlu diperhatikan, karena stroke
bersifat fatal, dapat menimbulkan kecacatan tetap atau sementara. Sehingga dapat di
rumuskan masalah penelitian yang akan diambil adalah faktor –faktor apa saja yang
berhubungan dengan penderita stroke yang di rawat di Rumah Sakit Al-Ihsan Kabupaten
Bandung tahun 2006.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan
dengan kejadian stroke di Rumah Sakit Al-Ihsan Kabupaten Bandung tahun 2006. Faktor
resiko yang diteliti antara lain adalah usia, jenis kelamin, hipertensi, hiperkolesterolemia,
hiperglikemia, dan hipertensi.
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar dan sumber informasi untuk
mengurangi kejadian stroke di masyarakat dan dalam upaya tindakan pencegahan
(preventif) terhadap penyakit stroke.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan studi analitik dengan jenis rancangan penelitian yang
digunakan adalah kasus kontrol (case control), yaitu penelitian analitik yang bersifat
observasi dimana dilakukan perbandingan antara sekelompok orang yang merupakan
kasus dengan sekelompok lainnya yang merupakan kontrol (Murti, 1997:200).

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien stroke yang berumur ≥30
tahun yang dirawat di Rumah Sakit Al-Ihsan Kabupaten Bandung selama periode tahun
2006. Jumlah sampel kasus minimal dihitung dengan menggunakan rumus desain

4

penelitian kasus kontrol tidak berpadanan (Unmatching) dengan perbandingan kasus dan
kontrol 1 : 1 (Murti, 1997 : 220) yaitu sebanyak 120 responden.
Data yang dikumpulkan adalah data sekunder, didapat dari data status pasien
yang disimpan dalam rekam medis, disesuaikan berdasarkan kebutuhan variabel yang
akan diteliti yaitu status stroke, umur, jenis kelamin, hipertensi, hiperkolesterolemia, dan
hiperglikemia.
Sampel kasus sebanyak 60 orang diambil dari pasien yang dinyatakan stroke oleh
dokter neurologi dan tercatat dalam rekam medis, baik stroke iskemik maupun stroke
hemoragik. Sampel kontrol diambil dari pasien penyakit dalam dengan diagnosis
penyakit selain stroke dan tercatat dalam rekam medis, dengan kriteria inklusi : 1) tanggal
dirawat sama dengan kasus; 2) berusia ≥30 tahun; 3) data memenuhi semua variabel yang
diteliti pada kasus, sedangkan kriteria ekslusi : 1) pasien penyakit dalam berusia 45
tahun, 31(51,67%) pasien berjenis kelamin laki-laki, 42 (70,00%) pasien yang memiliki
hipertensi,


13 (21,67%) memiliki hiperkolesterolemia, dan pasien yang memiliki

hiperglikemia sebanyak 18 (30,0%). Pada kelompok yang bukan stroke (kontrol)
sebanyak 46 (76,67%) pasien berusia > 45 tahun, 35 (58,33%) pasien berjenis kelamin
laki-laki, sebanyak 15 (25,00%) pasien yang memiliki hipertensi, 8 (13,33%) memiliki
hiperkolesterolemia, dan pasien yang memiliki hiperglikemia sebanyak 5 (8,33%).
Hasil uji statistik variabel usia diperoleh nilai p= 0,022 dapat disimpulkan ada
perbedaan proporsi kejadian stroke antara yang berusia >45 tahun dengan pasien yang
berusia 30-45 tahun atau usia merupakan faktor risiko terjadinya stroke dengan nilai
OR=3,35, artinya bahwa pasien yang berusia >45 tahun mempuanyai peluang 3,35 kali
terkena stroke dibanding pasien yang berusia 30-45 tahun. Jenis kelamin bukan
merupakan faktor risiko stroke dengan nilai p=0,291. Hipertensi merupakan faktor risiko
stroke (nilai p-0,0005) dengan nilai OR=7,0, artinya bahwa penyakit stroke berpeluang
7,0 kali terjadi pada pasien yang memiliki hipertensi dibanding pasien yang tidak
memiliki hipertensi. Hiperkolesterolemia bukan merupakan faktor risiko stroke, dengan
nilai p=0,168. Sedangkan heperglikemia merupakan faktor risiko stroke (nilai p=0,002)
dengan nilai OR=4,71, artinya bahwa pasien yang hiperglikemia mempunyai peluang
4,71 kali terkena stroke dibanding pasien yang tidak memiliki hiperglikemia.
Semua variabel memenuhi syarat untuk masuk dalam analisis multivariat, yaitu

variabel usia, jenis kelamin, hipertensi, hiperkolesterolemia dan hiperglikemia, karena p
value < 0,25. Permodelan multivariat dilakukan dengan cara memasukkan dan/atau
mengeluarkan variabel-variabel dengan p value < Usia
Hiperglikemia >< Usia
Jenis Kelamin >< Hipertensi
Jenis Kelamin >< Hiperkolesterolemia
Jenis kelamin >< hiperglikemia
Hipertensi >< Hiperkolesterolemia
Hipertensi >< Hiperglikemia
Hiperglikemia >< Hiperkolesterolemia

p
0,449
0,0085
0,449
0,500
0,449
0,052
0,449
0,449

0,019
0,063
0,089
0,036
0,449
0,500

Variabel yang masuk model akhir setelah melalui beberapa tahapan analisis
regresi logistik ganda sama dengan model awal analisis multivariat, sehingga model
persamaan logistik adalah sebagai berikut :
Logit P(Y) = - 2,588 + 0,966 (usia) - 0,660 (jenis kelamin) + 2,1129
(hipertensi) + 0,930 (hiperkolesterolemia) +1,830 (hiperglikemia).
maka, probabilitas seseorang terkena stroke bila seseorang tersebut berjenis kelamin lakilaki, berusia > 45 tahun, memiliki hipertensi, memiliki hiperkolesterolemia dan memiliki
hiperglikemia dapat diketahui dengan perhitungan sebagai berikut :

1
p( x) 
 (  2 , 588 0 , 966  0 , 660 2 ,119  0 , 9301,830) = 0,7299
1  0,075


7

Berarti, seseorang berjenis kelamin laki-laki yang berusia > 45 tahun, serta memiliki
hipertensi, hiperkolesterolemia dan hiperglikemia mempunyai probabilitas 72,99%
mengalami stroke.
PEMBAHASAN
Kelebihan rancangan penelitian epodemiologi kasus kontrol dari sisi waktu dan
efisien pembiayaan, kelemahan desain studi kasus kontrol yaitu rawan terhadap berbagai
bias, baik bias seleksi yang terjadi ketika memilih subyek berdasarkan status penyakit
dipengaruhi oleh status paparannya serta bias informasi yang terjadi akibat
ketidakakuratan dan ketidaklengkapan data tentang paparan, atau pemberian dan
pencatatan informasi tentang status paparan dipengaruhi oleh status penyakit subyek
(Murti, 1997 : 115).
Pasien stroke yang berusia > 45 tahun sebesar 91,67% atau lebih banyak
dibandingkan dengan pasien stroke yang berusia < 45 tahun. Sifat stroke yang merupakan
penyakit degeneratif karena kejadiannya bersangkutan dengan proses degenerasi atau
ketuaan (banyak ditemukan pada usia lanjut atau kejadian kasus meninggi sesuai dengan
penambahan umur). Pada lansia terjadi stroke disebabkan oleh aliran darah serebral pada
lanjut usia menurun sampai 30 cc/100 gram/ menit. Sehingga dapat menimbulkan stroke
(Darmojo, 2000 dalam Cornelius, 2006: 12). Nilai OR untuk usia sebesar 3,35. Angka
tersebut hanya menggambarkan keadaan pasien stroke yang dirawat di Rumah Sakit AlIhsan, bukan menggambarkan secara umum pasien stroke karena ada kemungkinan lebih
banyak pasien stroke yang datang ke RS Al-Ihsan memiliki usia > 45 tahun. Analisis
multivariat menunjukan bahwa variabel usia secara statistik tidak berhubungan dengan
stroke, variabel usia bukan satu-satunya variabel yang mempengaruhi stroke, sehingga
hubungannya dengan stroke menjadi kecil apabila ada variabel lain yang lebih dominan
dalam mempengaruhi stroke. Hal ini sejalan dengan penelitian populasi yang menunjukan
seseorang yang hanya memiliki faktor resiko usia tanpa pendukung lainnya, risiko
terkena stroke tidak banyak meningkat (Thomas, 1992 : 114).
Pasien stroke yang dirawat di RS Al-Ihsan Kabupaten Bandung yang berjenis
kelamin laki-laki lebih banyak jumlahnya yaitu 51,67%. Hasil dari analisis bivariat
didapatkan hasil tidak terdapat hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dan
penderita stroke (p = 0,291). Secara umum pasien stroke didominasi oleh pasien berjenis
kelamin laki-laki. Mungkin karena laki-laki lebih banyak memiliki faktor risiko, misalnya
prevalensi merokok pada laki-laki hampir 10 kali perempuan (Jamal, 2004). Selain itu,

8

pembedaan peran, fungsi, dan tanggung jawab laki-laki lebih besar dari pada perempuan.
Hasil analisis multivariat, menunjukan ada interaksi antara jenis kelamin dan hipertensi
sebagai faktor risiko stroke, dengan p= 0,019.
Adanya hubungan yang signifikan antara hipertensi dengan penderita stroke yang
dirawat di Rumah Sakit Al-Ihsan Kabupaten Bandung tahun 2007 dengan OR 7,00 yang
berarti bahwa risiko terkena stroke 7 kali pada pasien yang memiliki hipertensi
dibandingkan dengan pasien yang tidak memiliki hipertensi, secara statistik bermakna
(95% CI ; 3,133 -15,640 dan p = 0,0005 atau p 0,05). Menurut Thomas (1992),
hiperkolesterolemia bukan hanya mempengaruhi stroke, dapat pula mempengaruhi
terjadinya penyakit jantung dan komplikasi selanjutnya. Menurut Bustan (1997), empat
faktor utama penyebab stroke adalah hipertensi, TIA, Diabetes Melitus dan
hiperkolesterolemia. Namun, hubungan kolesterol tinggi dengan stroke tidak konsisten
atau tidak selalu signifikan. Dari hasil analisis multivariat, ada interaksi antara
hiperkolesterolemia dengan hipertensi dalam mempengaruhi terjadinya stroke.
Pasien dengan hiperglikemia memiliki risiko lebih besar untuk terkena stroke
daripada pasien tanpa hiperglikemia atau secara statistik ada hubungan yang signifikan
antara hiperglikemia dan stroke dengan nilai p = 0,002 (p 0,05).
Seluruh faktor risiko diatas, dapat dikendalikan sedini mungkin agar tidak sampai
menjadi stroke. Pengetahun mengenai semua faktor risiko stroke dapat membantu
masyarakat dalam mengendalikan stroke. Pengetahuan dapat diperoleh salah satunya dari
berbagai penyuluhan yang dilakukan oleh para tenaga medis atau Dinas Kesehatan
Kabupaten. Selain itu, faktor risiko tersebut dapat dipantau melalui kegiatan surveilans

10

(survei yang dilakukan secara terus-menerus) penyakit tidak menular yang termasuk
program pemberantasan penyakit tidak menular di Dinas Kesehatan Kabupeten.
Berkaitan dengan surveilans, tantangan yang dihadapi adalah lemahnya sistim surveilans
di beberapa negara. Sehingga, agar faktor risiko stroke dapat terus di pantau, dalam
kegiatan surveilans harus ada kerjasama yang erat antara pihak yang mengumpulkan data,
mengolah dan menganalisis data serta pihak pengelola program.
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian tentang faktor–faktor yang berhubungan dengan penderita
stroke yang dirawat di Rumah Sakit Al-Ihsan Kabupaten Bandung tahun 2006, didapat
kesimpulan bahwa Gambaran penderita stroke di Rumah Sakit Al-Ihsan Kabupaten
Bandung tahun 2006 dapat dilihat

dari 60 kasus stroke, yang berusia > 45 tahun

sebanyak 91.67%, yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 51.67%, pasien dengan
hipertensi sebanyak 70%, pasien dengan hiperkolesterolemia sebanyak 21.67% dan
pasien stroke yang memiliki hiperglikemia sebanyak 30%. Usia termasuk faktor risiko
stroke. Pasien yang berusia > 45 tahun lebih berisiko terkena stroke dari pada pasien yang
berusia antara 30 dan 45 tahun dengan p = 0.022. Secara statistik pasien yang berjenis
kelamin laki-laki dan perempuan tidak ada bedanya dalam mempengaruhi stroke (p =
0.291) atau jenis kelamin tidak termasuk faktor risiko stroke. Hipertensi merupakan
faktor risiko stroke. Pasien dengan hipertensi memiliki risiko terkena stroke 7 kali lipat
dibandingkan dengan pasien tanpa hipertensi dengan p = 0.0005. Secara statistik
hiperkolesterolemia tidak termasuk faktor risiko

stroke

p = 0.168 (p > 0.05).

Hiperglikemia termasuk dalam faktor risiko stroke. Risiko terkena stroke lebih besar pada
pasien dengan hiperglikemia dibandingkan pasien tanpa hiperglikemia, dengan OR 4.7
(95% CI ; 1.618-13.732 dan

p = 0,002 atau p