POLA KUTIPAN LANGSUNG DAN KUTIPAN TAK LA

1
POLA KUTIPAN LANGSUNG DAN KUTIPAN TAK LANGSUNG DALAM
PEMBERITAAN DI SURAT KABAR TENTANG LEDAKAN BOM
DI HOTEL JW MARRIOTT
Patrisius Istiarto Djiwandono
Language Center, Universitas Surabaya
PENDAHULUAN
Makalah ini menyajikan hasil penelitian terhadap pemberitaan di surat kabar Kompas
tentang meledaknya bom di Hotel JW Marriott pada tanggal 5 Agustus 2003. Penelitian tersebut
bertujuan untuk (1) memerikan proporsi kutipan tuturan langsung (KL) dan kutipan tuturan tak
langsung (KTL) yang dipakai oleh reporter dalam melaporkan ungkapan lisan dari nara sumber
dalam berita yang disajikan di halaman pertama Kompas terbitan tanggal 6 Agustus sampai dengan
16 Agustus 2003, (2) memerikan penyebutan nara sumber dalam setiap jenis tuturan (3)
menentukan proporsi KTL yang segera diikuti oleh KL dari satu nara sumber tentang topik yang
sama.
METODE
Studi ini menggunakan rancangan Analisis Isi, yang oleh Titscher, Meyer, Wodak, dan
Vetter (2000:55) didefinisikan sebagai upaya menganalisis komponen-komponen sintaksis,
semantik, dan pragmatik suatu wacana, kemudian mengkuantifikasikannya. Sumber data adalah 14
edisi Kompas yang diambil secara acak dari 16 edisi Kompas yang memuat berita seputar peristiwa
ledakan bom di Hotel JW Marriott, Jakarta pada tanggal 5 Agustus 2003. Berita yang dianalisis

adalah berita yang dimuat di halaman pertama pada keempatbelas edisi tersebut. Ditemukan
sejumlah 221 KTL dan 144 KL pada keseluruhan berita yang dianalisis.
HASIL
Untuk mencapai tujuan penelitian pertama, yakni memerikan proporsi kutipan tuturan
langsung (KL) dan kutipan tuturan tak langsung (KTL) dalam melaporkan ungkapan lisan dari
beberapa nara sumber dalam berita disajikan Tabel 1 di bawah ini:

Tabel 1. Proporsi KL dan KTL dalam Berita tentang Bom di JW Marriott
Edisi

Judul Berita
Ledakan di Hotel JW Marriott Mirip
6/8/03 Ledakan Bom di Bali
6/8/03 PM John Howard: Saya Terkejut
Ledakan Bom Kembalikan Sentimen
6/8/03 Negatif Pasar
Polisi Rekonstruksi Wajah Tersangka
8/8/03 Pembawa Bom
Indeks Harga Saham dan Rupiah
8/8/03 Menguat

Kepala Tanpa Tubuh Dikenali Sebagai
9/8/03 Asmar
Presiden Bush Tawarkan Bantuan
9/8/03 Kepada Presiden Megawati
10/8/03 Baterai Bom Ditemukan di Lantai 7

Proporsi
KTL KL KTL (%)
15 14
15 10

Proporsi KL
(%)

51,72
60

48,28
40


7

53,33

46,67

21 15

58,33

41,67

19

8

70,37

29,63


23

9

71,88

28,13

15 18
15 8

45,45
65,22

54,54
34,78

8

2

Proporsi
Proporsi KL
Judul Berita
KTL KL KTL (%)
(%)
Marriott
Bom di Marriott Bukan Ancaman
11/8/03 Bagi Investor
5 3
62,5
37,5
Satu Lagi Korban Tewas dari Ledakan
11/8/03 di Marriott
10 6
62,5
37,5
12/8/03 Polisi Pastikan Kepala Asmar
12 4
75
25

Penyelidikan Mengarah ke Azhari dan
13/8/03 Dulmatin
23 14
62,16
37,84
Antisipasi Teror Bom Baru, Polisi
15/8/03 Berlakukan Siaga I
20 16
55,56
44,44
Penangkapan Hambali Melegakan
16/8/03 Dunia
20 12
62,5
37,5
TOTAL KUTIPAN
221 144

Edisi


Untuk menjawab tujuan penelitian kedua, yakni mengenali nara sumber dari KTL dan KL,
disajikan Tabel 2 berikut ini:

Tabel 2. Penyebutan Nara Sumber dari KL dan KTL
Edisi

Judul Berita
Ledakan di Hotel JW Marriott
6/8/03 Mirip Ledakan Bom di Bali
PM John Howard: Saya
6/8/03 Terkejut
Ledakan Bom Kembalikan
6/8/03 Sentimen Negatif Pasar
Polisi Rekonstruksi Wajah
8/8/03 Tersangka Pembawa Bom *
Indeks Harga Saham dan
8/8/03 Rupiah Menguat
Kepala Tanpa Tubuh Dikenali
9/8/03 Sebagai Asmar *
Presiden Bush Tawarkan

Bantuan Kepada Presiden
9/8/03 Megawati *
Baterai Bom Ditemukan di
10/8/03 Lantai 7 Marriott *
Bom di Marriott Bukan
11/8/03 Ancaman Bagi Investor
Satu Lagi Korban Tewas dari
11/8/03 Ledakan di Marriott
12/8/03 Polisi Pastikan Kepala Asmar*
Penyelidikan Mengarah ke
13/8/03 Azhari dan Dulmatin*
Antisipasi Teror Bom Baru,
15/8/03 Polisi Berlakukan Siaga I*
16/8/03 Penangkapan Hambali

Total
Nara sumber Nara sumber
kutipan
layak
tidak jelas

(KTL + KL) dipercaya (%) (%)
29

100

0

25

100

0

15

100

0

36


88,89

11,11

27

100

0

32

90,63

7,14

33

96,97


3,03

23

91,30

8,70

8

100

0

16
16

100
93,75

0
6,25

37

94,44

5,56

36
32

97,22
90,91

2,78
9,09

3

Edisi

Judul Berita
Melegakan Dunia*

Total
Nara sumber Nara sumber
kutipan
layak
tidak jelas
(KTL + KL) dipercaya (%) (%)

Catatan : Tanda * menunjukkan berita yang memuat KTL dan KL dengan nara sumber yang tidak
jelas.
Sebagaimana tampak dalam Tabel 2, sebagian besar berita mencantumkan nara sumber yang jelas,
dan oleh karena itu layak dipercaya. Namun, sebagaimana terlihat di Tabel 2, ada berita-berita
bertanda asteriks (*) yang menandakan bahwa di dalamnya termuat beberapa KTL dan KL yang
sumbernya tidak jelas, dan oleh karenanya patut dicermati kredibilitasnya. Beberapa sumber yang
tidak jelas tersebut diringkas dalam Tabel berikut ini:

Tabel 3. Nara Sumber yang Tidak Jelas
Nara sumber yang
Topik
tidak jelas
Polisi telah menangkap
orang yang diduga sebagai
Polisi Rekonstruksi Wajah
pelaku atau terlibat dalam Beredar
informasi
8/8/03 Tersangka Pembawa Bom * aksi bom Marriott
bahwa
Ada kabar menggembirakan
ttg
perkembangan Beberapa
sumber
penyidikan
kasus
bom Kompas yang layak
Marriott
dipercaya
Wartawan bisa menanyakan
informasi ini ke Kepala Polri
besok pagi.
Salah seorang sumber
Adanya pembinaan JI
terhadap 141 pondok
pesantren dan 368 ulama
Dokumen itu
Kepala Tanpa Tubuh Dikenali Dua
tahanan
merekrut Menurut
informasi
9/8/03 Sebagai Asmar *
Asmar sbg anggota JI
yang diperoleh
Seorang perwira di
Enam
anggota
badan Sekretariat
National
intelijen
Jerman Central
Bureaumenawarkan bantuan
Interpol
Mereka
menawarkan Seorang perwira di
bantuan dan kerja sama; Sekretariat
National
mereka juga memuji hasil Central
Bureaupekerjaan Polri
Interpol
Presiden Bush Tawarkan
Di sisi lain tindakan
Bantuan Kepada Presiden
unilateralisme
dibiarkan
9/8/03 Megawati *
berkembang
Tidak jelas
Baterai Bom Ditemukan di Asmar Latin Sani bukan Informasi
dari
10/8/03 Lantai 7 Marriott *
warga Bengkulu
Bengkulu
Asmar Latin Sani, yang
kepalanya di TKP, bukan
warga Bengkulu
Dari Bengkulu
12/8/03 Polisi Pastikan Kepala
Keluarga Asmar Latin Sani Dari Bengkulu
Asmar*
tidak yakin bahwa Asmar

Edisi

Judul Berita

4

Edisi

Judul Berita

Topik
peledakan

Penyelidikan Mengarah ke
13/8/03 Azhari dan Dulmatin*

Antisipasi Teror Bom Baru,
15/8/03 Polisi Berlakukan Siaga I*
Penangkapan Hambali
16/8/03 Melegakan Dunia*

Nara sumber yang
tidak jelas

pelaku
bom
Marriott
Ada pernyataan yg tidak
bertanda tangan, namun
diduga Al-Qaeda, yg intinya
adalah bhw jaringan AlQaeda bertanggung jawab
thd bom Marriott
CNN
Percaya thd langkah-langkah
pemerintah; Investor dan
wisatawan tetap berdatangan
pasca
peledakan
bom Kalangan perhotelan
Marriott
dan biro perjalanan
Hambali bersama istrinya
ditangkap Senin lalu di Seorang Menteri di
Ayutthya.
Thailand
Hambali
diterbangkan
kembali ke Indonesia
Seorang pejabat
Pesawat khusus dari AS
menjemput
Hambali
di
Bandara Udara Bangkok, Beberapa pejabat lain
Rabu pagi
di Thailand

Analisis berikutnya ditujukan untuk mencapai tujuan penelitian yang ketiga, yakni
menentukan proporsi KTL yang segera diikuti oleh KL dari satu nara sumber tentang topik yang
sama. Pola KTL-KL ini dipandang penting karena mencerminkan tingkat kredibilitas KTL tersebut.
Semakin tinggi proporsi rangkaian KTL-KL dalam suatu berita, semakin nampak jelas upaya
wartawan atau redaktur koran itu untuk mempersilakan pembaca melihat seberapa jauh KTL
mempertahankan isi ungkapan KL.
Analisis menemukan empat pola rangkaian kutipan, yakni KTL-KL, KL, KTL-KTL, dan
KTL, dengan proporsi sebagaimana yang diringkas dalam tabel berikut ini:

Tabel 4. Pola Rangkaian Kutipan
Pola rangkaian kutipan
KTL-KL
KTL
KTL-KTL
KL
Total

Proporsi (%)
62,5
15,45
12,5
9,5
100

Tabel 4 menunjukkan bahwa sebagian besar rangkaian berpola KTL-KL, disusul oleh KTL
saja, KTL yang diikuti oleh KTL lainnya, dan KL saja.
BAHASAN
Secara keseluruhan, voice sang reporter atau redaktur nampak lebih dominan daripada
voice sang nara sumber (periksa kembali Tabel 1). Ada dua faktor penyebab yang mungkin.
Pertama, dalam kondisi tertentu, reporter merasa perlu untuk menggunakan KTL dalam
menyampaikan pesan verbal seorang nara sumber. Reporter harus menuliskan kembali ungkapan

5
serupa ini melalui KTL, sehingga pembaca tetap bisa melihat makna intinya tanpa harus melihat
atau merasakan ketidaklancaran ujaran, bagian-bagian yang terpenggal-penggal, atau kata-kata
yang bisa mengacaukan makna ketika ujaran itu ditulis ulang secara verbatim. Kedua, unsur
kebaruan dan tenggat sebagaimana yang diungkapkan oleh Goatly (2000) dan Suroso (2003)
mungkin telah sedikit banyak membuat para reporter berita ini cenderung menggunakan KTL
daripada KL, karena pengungkapan secara verbatim memang memakan lebih banyak waktu
daripada pengungkapan kembali lewat KTL. Tenggat, pada gilirannya, ditetapkan karena surat
kabar tersebut berupaya untuk memenuhi unsur kebaruan, yaitu menyajikan laporan aktual tentang
suatu peristiwa sesegera mungkin setelah peristiwa itu terjadi.
Dari segi pencantuman nara sumber, harian ini sudah berhasil menjaga kredibilitas
beritanya dengan mencantumkan nara sumber secara jelas pada setiap KTL maupun KL nya.
Namun, sebagaimana ditunjukkan oleh Tabel 3, masih ada beberapa informasi cukup krusial yang
disampaikan tanpa penyebutan nara sumber yang jelas. Sekali lagi, dalam konteks membaca berita
surat kabar yang memerlukan kecermatan setingkat di bawah kecermatan untuk membaca buku
teks, pembaca bisa menelan bulat-bulat infromasi ini tanpa secara kritis mempertanyakan
sumbernya. Di sisi lain, sebagaimana yang disampaikan Yazid (2004:47), seorang wartawan
mempunyai hak untuk menolak menyebutkan sumber beritanya dengan alasan bahwa sang sumber
harus dilindungi. Prinsip ini bisa jadi melatarbelakangi tindakan reporter atau kebijakan sang
redaktur untuk tidak menyebutkan identitas nara sumber secara jelas.
Pola perangkaian KTL dan KL sebagaimana diringkas oleh Tabel 4 di atas menunjukkan
dominasi rangkaian KTL-KL pada keseluruhan pemberitaan (62,5%). Hal ini menunjukkan upaya
Kompas untuk sedapat mungkin memberikan bukti otentik atas KTL yang ditampilkannya. Bahkan
nampak juga upaya untuk menyajikan suatu informasi langsung dari sang nara sumber tanpa
pengolahan kembali melalui KTL (9,5%). Namun, masih ada kecenderungan yang cukup besar
(15,45%) untuk menampilkan KTL tanpa mengajukan KL yang mendasarinya, atau KTL yang
disusul oleh KTL lainnya (12,5%). Kedua rangkaian ini menunjukkan upaya pelesapan ungkapan
langsung dari sang nara sumber, dan memaparkan pembaca pada informasi hasil olahan sang
reporter sendiri yang mungkin saja tidak selaras dengan makna ungkapan langsungnya.
DAFTAR PUSTAKA
Goatly, A. 2000. Critical Reading and Writing. London: Routledge
Suroso .2003. Bahasa Jurnalistik sebagai Materi Pengajaran BIPA Tingkat Lanjut. Diambil 28
Desember 2003 dari http://www.ialf.edu/kipbipa/papers/Suroso.doc
Titscher, S., Meyer, M., Wodak, R., dan Vetter, E. 2000. Methods of Text and Discourse Analysis.
London: SAGE Publications.
Yazid, T.M.L. 2004. “Menuju Hukum Pers Masa Depan”. KOMPAS, hal 47.