t mtk 0909987 chapter3

(1)

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Desain Penelitian

Penelitian ini betujuan untuk menerapkan strategi REACT dalam pembelajaran matematika dengan digunakan metode eksperimen. Menurut Sudjana (2005) penelitian eksperimen adalah suatu penelitian yang berusaha mencari pengaruh variabel tertentu terhadap variabel lain dalam kondisi yang terkontrol secara ketat.

Dalam implementasinya, penelitian ini menggunakan dua kelompok yaitu kelompok eksperimen yang memperoleh strategi REACT dan kelompok kontrol yang memperoleh pembelajaran konvensional. Menurut Ruseffendi (2003: 45) bahwa dalam suatu penelitian eksperimen, khususnya penelitian yang ingin menyelidiki keefektifan penggunaan metode mengajar baru, diperlukan kelas lain atau kelompok siswa yang digunakan metode lama atau yang biasa dilakukan sebelumnya sebagai pembanding. Kelas pembanding ini disebut kelompok kontrol. Hasil dari kelompok kontrol ini akan menjadi pembanding dari kelas eksperimen untuk mengetahui apakah hasil kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol. Dengan demikian bertujuan untuk menelaah dan membandingkan kemampuan komunikasi matematis dan pemecahan masalah matematis siswa yang memperoleh strategi REACT dengan yang memperoleh pembelajaran konvensional.


(2)

Untuk mengetahui besarnya peningkatan kemampuan komunikasi dan pemecahan masalah matematis siswa, pada kedua kelas tersebut dilakukan pretes dan postes. Pretes diberikan sebelum proses pembelajaran dalam penelitian ini dimulai, sedangkan postes setelah keseluruhan proses pembelajaran selesai. Pretes diberikan bertujuan untuk melihat kesetaraan kemampuan awal kedua kelompok, sedangkan postes diberikan bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh pembelajaran yang diberikan terhadap peningkatan kemampuan siswa, melihat apakah terdapat perbedaan kemampuan yang signifikan antara kedua kelompok tersebut.

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain yang melibatkan dua kelompok dengan pretes dan postes. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis quasi eksperimen dengan desain kelompok kontrol non-ekivalen (Ruseffendi, 2003 : 52). Alasan menggunakan desain ini karena peneliti tidak memilih siswa untuk kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, tetapi peneliti menggunakan kelas yang ada. Diagram desain eksperimennya sebagai berikut :

O X O

O O

Keterangan :

O = pretes dan postes

X = kelas yang mendapat perlakuan dengan strategi REACT dalam kelompok (kelas eksperimen).


(3)

B.Populasi dan sampel 1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IX SMPN se-kota Pekanbaru. Dengan populasi target adalah SMP Negeri 23 Pekanbaru semester ganjil pada Tahun Ajaran 2011/2012 yang berlokasi di Jalan HR. Subrantas Simpang Baru, Provinsi Riau.

2. Sampel

Dari hasil observasi di SMPN 23 Pekanbaru, di sekolah tersebut terdapat enam kelas IX, kemudian dipilih sebanyak dua kelas yang mempunyai kemampuan akademik hampir sama untuk dijadikan sampel penelitian. Dari pertimbangan guru matematika di sekolah tersebut satu kelas digunakan sebagai kelompok eksperimen dan satu kelompok lagi sebagai kelas kontrol. Penentuan kelas eksperimen dan kelas kontrol yang merupakan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara purposive sampling karena pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2010). Alasan pemilihan sampel dengan purposive sampling karena kedua kelompok tidak dilakukan keacakan sesungguhnya, hanya berdasarkan kelas yang ada. Hal ini dilakukan karena bila dilakukan pengacakan yang sesungguhnya dikhawatirkan akan mengganggu proses pembelajaran.

C. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di salah satu SMPN yang ada di kota Pekanbaru yaitu SMPN 23 Pekanbaru yang terletak di Jalan HR. Subrantas Simpang Baru, Provinsi Riau. Waktu pelaksanaan penelitian ini dari tanggal 19


(4)

Agustus 2011 sampai dengan 13 Oktober 2011. Gambar lokasi penelitian disajikan dalam peta berikut ini.

Gambar 3.1: SMPN 23 terletak di kota Pekanbaru (dalam lingkaran hitam) Provinsi Riau (sumber: Google Earth)

D.Variabel Penelitian

Menurut Sudjana (2005) penelitian eksperimen adalah suatu penelitian

yang berusaha mencari pengaruh variabel tertentu terhadap variabel lain dalam kondisi yang terkontrol secara ketat. Variabel dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu variabel bebas (independent variable) dan variabel terikat (dependent variable). Pada penelitian ini variabel yang digunakan terdiri dari variabel bebas (X), dan variabel terikat (Y). Variabel bebas adalah variabel yang dapat dimodifikasi sehingga dapat mempengaruhi variabel lain, variabel terikat adalah hasil yang diharapkan setelah terjadi modifikasi pada variabel bebas, sedangkan variabel kontrol adalah variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan


(5)

sehingga hubungan variabel bebas terhadap variabel terikat tidak dipengaruhi oleh faktor luar yang tidak diteliti.

1. Variabel Bebas (X)

Sugiyono (2008: 61) mengemukakan bahwa variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat. Variabel bebas adalah faktor stimulus/ input yaitu faktor yang dipilih, dimanipulasi, diukur oleh peneliti untuk melihat pengaruh terhadap gejala yang diamati. Variabel bebas ini dapat disebut sebagai variabel sebab. Berdasarkan pengertian di atas maka yang menjadi variabel bebas (X) pada penelitian ini yaitu: (a) strategi REACT diberikan kepada kelompok eksperimen; (b) pembelajaran konvensional diberikan kepada kelompok kontrol.

2. Variabel Terikat (Y)

Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat dari variabel bebas (Sugiyono, 2008: 61). Variabel terikat ini juga disebut variabel akibat. Berdasarkan pengertian tersebut maka yang menjadi variabel terikat (Y) pada penelitian ini yaitu: (a) kemampuan komunikasi matematis; (b) kemampuan pemecahan masalah matematis.

E.Instrumen Penelitian dan Pengembangannya

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen tes dan non-tes. Adapun instrumen tes berupa tes berbentuk uraian untuk mengukur kemampuan komunikasi matematis dan pemecahan masalah matematis siswa, sedangkan instrumen non-tes berupa (1) skala sikap yang berguna untuk mengetahui sikap siswa terhadap pembelajaran yang dilakukan; (2) observasi


(6)

digunakan untuk mengukur tingkat aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran.

Dalam menyusun dan mengembangkan instrumen tes dan non-tes ini, peneliti terlebih dahulu membuat kisi-kisi kemudian mengkonstruksi instrumen tersebut, serta memeriksa validitas isi, muka dan konstruk sebelum dilakukannya ujicoba. Validitas isi, muka dan konstruk dari instrumen yang peneliti tulis, diperiksa dan dinilai oleh dosen pembimbing, seorang dosen S3 dan 6 orang mahasiswa S2.

Setelah instrumen tes selesai divaliditas, kemudian dilakukan ujicoba instrumen. Uji coba instrumen dilaksanakan dua kali yang pertama dilakukan pada sampel terbatas sebanyak 10 orang siswa kelas X. Uji coba ini dilakukan untuk melihat validitas empirik yaitu keterbacaan soal dari pandangan siswa, dari hasil ujicoba ada soal yang direvisi dari segi redaksi soal yaitu soal nomor dua soal kemampuan komunikasi matematis dan nomor satu soal kemampuan pemecahan masalah matematis. Uji coba selanjutnya dilakukan kepada siswa kelas X di salah satu SMA di Lampung pada 10 Agustus 2011. Uji coba tes ini dilakukan kepada siswa-siswa yang sudah pernah mendapatkan materi tentang bangun ruang sisi lengkung. Hasil uji coba tes kemampuan komunikasi dan pemecahan masalah ini di analisis dengan digunakan Anates versi 4.0 untuk mengetahui validitas, reabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda setiap butir tes. Analisis hasil uji coba juga bertujuan untuk melihat apakah setiap item sudah baik dan layak apabila digunakakn dalam penelitian. Setelah hasil uji coba dianalisis dilakukan revisi pada soal nomor 1 dan soal nomor 3 tes kemampuan


(7)

komunikasi diganti karena terlalu mudah. Soal tes pemecahan masalah matematis yang direvisi adalah soal nomor 2-nya.

1. Tes Kemampuan Komunikasi dan Pemecahan Masalah Matematis

Bahan tes kemampuan komunikasi dan pemecahan masalah matematis diambil dari materi pelajaran matematika SMP kelas IX semester ganjil dengan mengacu pada kurikulum 2006 materi tentang bangun ruang sisi lengkung. Instrumen tes terdiri dari 6 item soal bentuk uraian. Instrumen tes ini diklasifikasi lagi menjadi dua bagian yaitu 3 item soal untuk mengukur kemampuan komunikasi matematis dan 3 item soal untul mengukur kemampuan pemecahan masalah matematis. Alokasi waktu untuk menyelesaikan tes ini adalah 80 menit.

Untuk menentukan skor jawaban siswa, peneliti menetapkan suatu pedoman penskoran untuk tes kemampuan komunikasi dan pemecahan masalah matematis. Pedoman penskoran ini bertujuan untuk memberikan keseragaman dalam menilai setiap jawaban siswa.

a. Pedoman Penskoran Kemampuan Komunikasi Matematis

Pada Tabel 3.1 berikut disajikan pedoman penskoran tes kemampuan komunikasi matematis dari Holistic Scoring Rubrics. Pedoman penskoran ini diadaptasi dari Cai, Lane, dan Jakabcsin, (Lindawati: 2010) sebagai berikut:


(8)

Tabel 3.1

Pedoman Penskoran Kemampuan Komunikasi Matematis

Sumber (Digunakan Holistic Scoring Rubrics diadaptasi dari Lindawati (2010))

b. Pedoman Penskoran Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

Pedoman pensekoran tes kemampuan pemecahan masalah matematis disajikan pada Tabel 3.2 berikut. Pedoman ini diadaptasi dari pedoman pensekoran pemecahan masalah yang dibuat oleh Schoen dan Ochmke (Sumarmo, dkk 1994) dan pedoman pensekoran yang dibuat oleh Chicago Public Schools

Bureau of Student Assessment sebagai berikut: Tabel 3.2

Pedoman Pensekoran Pemecahan Masalah

Indikator Respon Siswa Skor

Menerapkan dan menggunakan berbagai strategi yang tepat untuk memecahkan masalah

Tidak ada jawaban 0

Memilih strategi yang tidak relevan 1

Memilih strategi yang kurang tepat sehingga tidak dapat memberikan jawaban yang benar

2

Memilih strategi pemecahan yang sesuai, namun hanya sebagian jawaban yang benar

3

Memilih strategi pemecahan sesuai dengan prosedur dan jawaban benar

4

Skor maksimal 4

Memecahkan masalah

matematika maupun

Tidak ada jawaban 0

Rencana yang dibuat untuk menyelesaikan masalah benar dan mengarah pada penyelesaian yang benar

1

Skor Respon siswa

0 Tidak ada jawaban/salah menginterpretasikan

1 Hanya sedikit dari penjelasan konsep, ide atau persoalan dari suatu gambar yang diberikan dengan kata-kata sendiri dalam bentuk penulisan kalimat secara matematik dan gambar yang dilukis, yang benar.

2 Penjelasan konsep, ide atau persoalan dari suatu gambar yang diberikan dengan kata-kata sendiri dalam bentuk penulisan kalimat secara matematik masuk akal, melukiskan gambar namun hanya sebagian yang benar 3 Semua penjelasan dengan digunakan gambar, fakta, dan hubungan dalam

menyelesaikan soal, dijawab dengan lengkap dan benar namun mengandung sedikit kesalahan

4 Semua penjelasan dengan digunakan gambar, fakta, dan hubungan dalam menyelesaikan soal, dijawab dengan lengkap, jelas dan benar


(9)

dalam konteks lain yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari

Hanya sebagian kecil prosedur yang benar, atau kebanyakan salah sehingga hasil salah

2

Secara substansial prosedur yang dilakukan benar dengan sedikit kekeliruan atau ada kesalahan prosedur sehingga hasil akhir salah

3

Substansial prosedur yang dilakukan benar sehingga hasil akhir jawaban benar

4 Skor maksimal 4

Menjelaskan atau menginterpretasikan hasil sesuai

permasalah asal, serta memeriksa kebenaran hasil atau jawaban

Tidak ada jawaban 0

Tidak memeriksa dan tidak menjelaskan jawaban 1

Ada penjelasan tetapi tidak benar 2

Penjelasan benar tetapi tidak memeriksa kebenaran jawaban

3

Penjelasan benar dan memeriksa kebenaran dari jawaban

4

Skor maksimal 4

2. Analisis Tes Kemampuan Komunikasi dan Pemecahan Masalah Matematis

Soal tes yang diberikan kepada siswa secara tertulis yang terdiri dari 3 item soal kemampuan komunikasi matematis dan 3 item soal kemampuan pemecahan masalah matematis. Pengolahan data hasil uji coba menyangkut validitas tiap butir soal, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda soal yang digunakan dalam penelitian ini digunakan program Anates versi 4.0. Daftar skor, statistik deskriptif dan perhitungan lainnya dapat dilihat pada lampiran halaman. Secara lengkap, proses analisis data hasi uji coba meliputi hal-hal sebagai berikut.

a. Validitas Instrumen

Validitas suatu instrumen dapat dikatakan valid apabila tes tersebut dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. Untuk menguji validitas tiap butir soal, skor-skor yang ada pada item tes dikorelasikan dengan skor total. Perhitungan


(10)

validitas butir soal akan dilakukan dengan rumus korelasi Product Moment Data

tak Tersusun (Ruseffendi, 1993: 207) yaitu :

− − − = } ) ( }{ ) ( { ) )( ( 2 2 2 2 Y Y N X X N Y X XY N r keterangan:

r = koefisien korelasi antara variabel dan variabel = banyaknya sampel

= nilai hasil uji coba = nilai harian

Interpreatasi mengenai besarnya koefisien korelasi menurut Arikunto (2002) seperti pada tabel di bawah ini:

Tabel 3.3

Interpretasi Koefisien Korelasi Validitas

Koefisien Korelasi Interpretasi

00 , 1 80

,

0 <rxy ≤ Sangat tinggi

80 , 0 60

,

0 <rxy ≤ Tinggi

60 , 0 40

,

0 <rxy ≤ Cukup

40 , 0 20

,

0 <rxy ≤ Rendah

20 , 0 00

,

0 <rxy ≤ Kurang

Berdasarkan hasil uji coba di SMP Negeri 1 Lampung kelas X, maka dilakukan uji validitas dengan bantuan program Anates Versi 4.0, hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran B.2. Hasil uji validitas ini dapat diinterpretasikan dalam rangkuman yang disajikan pada Tabel 3.4 berikut ini.


(11)

Tabel 3.4

Interpretasi Uji Validitas Tes Komunikasi Matematis No. Soal Korelasi Interpretasi Validitas Validitas

1 0,814 Sangat tinggi Valid

2 0,887 Sangat tinggi Valid

3 0,065 Kurang Tidak Valid

Dari tiga item soal yang digunakan untuk menguji kemampuan komunikasi matematis, berdasarkan kriteria validitas tes diperoleh dua soal yaitu soal nomor satu dan nomor dua memiliki validitas sangat tinggi dan satu soal yaitu nomor tiga memiliki validitas kurang. Pada soal yang memiliki validitas yang kurang disebabkan pada umumnya siswa mampu menjawab soal tersebut, peneliti melakukan penggantian soal tes ini. Secara keseluruhan hasil uji coba tes kemampuan komunikasi matematis ini artinya tidak semua item soal tes memiliki validitas yang tinggi atau baik.

Untuk tes kemampuan komunikasi matematis diperoleh nilai korelasi xy

sebesar 0,49. Apabila diinterpretasikan berdasarkan kriteria tes dari Arikunto,

maka secara keseluruhan tes kemampuan komunikasi matematis ini memiliki validitas yang cukup baik.

Selanjutnya hasil uji coba kemampuan pemecahan masalah matematis juga digunakan Anates Versi 4.0, yang hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran B.4 diperoleh hasil uji validitas tesnya yang dapat diinterpretasikan dalam rangkuman yang disajikan pada Tabel 3.5 berikut ini.

Tabel 3.5

Interpretasi Uji Validitas Tes Pemecahan Masalah Matematis No. Soal Korelasi Interpretasi Validitas Validitas

1 0,455 Cukup Tidak Valid

2 0,767 Tinggi Valid


(12)

Dari tiga item soal yang digunakan untuk menguji kemampuan pemecahan masalah matematis, berdasarkan kriteria validitas tes diperoleh dua soal yaitu soal nomor dua dan nomor tiga memiliki validitas tinggi dan satu soal yaitu nomor tiga memiliki validitas yang cukup baik. Pada soal yang memiliki validitas yang cukup baik peneliti melakukan sedikit revisi pada soal tersebut, hasil uji coba dari item soal nomor satu pada umumnya siswa tidak mampu menjawab soal tersebut. Secara keseluruhan hasil uji coba tes kemampuan pemecahan masalah matematis ini artinya tidak semua item soal tes memiliki validitas yang tinggi atau baik.

Untuk tes kemampuan pemecahan masalah matematis diperoleh nilai

korelasi xy sebesar 0,29. Apabila diinterpretasikan berdasarkan kriteria tes dari

Arikunto, maka secara keseluruhan tes kemampuan komunikasi matematis ini memiliki validitas yang rendah. Hal ini mungkin disebabkan siswa yang banyak lebih terfokus pada soal-soal komunikasi dari pada soal-soal pemecahan masalah yang dianggap siswa lebih sulit.

b. Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas adalah tingkat atau derajat kekonsistensi dari suatu instrumen.

Menurut Arifin (2009) suatu tes dapat dikatakan reliabel jika selalu memberikan hasil yang sama bila diteskan pada waktu dan kesempatan yang berbeda. Reliabel soal merupakan ukuran yang menyatakan tingkat keajegan suatu soal tes. Untuk mengukurnya digunakan perhitungan reliabilitas menurut Arikunto (2010: 109). Rumus yang digunakan dinyatakan dengan:

        −       −

=

2

2 11 1 1 t i n n r σ σ


(13)

Keterangan :

r11 = reliabilitas instrumen

= banyak butir soal

2

i

σ = jumlah variansi skor tiap butir item/soal σt2 = variansi total

dengan

=∑ − (∑ ) = ∑ − (∑ )

Keterangan :

∑ = Jumlah kuadrat dari jawaban yang benar

∑ = Jumlah jawaban benar

N = Jumlah subjek

(∑ ) = Jumlah total kuadrat dari skor

∑ = Jumlah total dari skor

Untuk menginterpretasikan koefisien reliabilitas yang menyatakan derajat keandalan alat evaluasi dapat digunakan tolak ukur yang ditetapkan oleh J.P. Guilford (Suherman, 2003: 139) seperti pada Tabel 3.6 berikut.

Tabel 3.6. Interpretasi Koefisien Korelasi Reliabilitas

Koefisien Korelasi Interpretasi 0,90 ≤ r11≤ 1,00 Sangat tinggi

0,70≤r11<0,90 Tinggi

0,40≤r11<0,70 Sedang

0,20≤r11<0,40 Rendah


(14)

Penulis digunakan program Anates Versi 4.0 untuk menghitung reliabilitas dari tes kemampuan komunikasi matematis dan tes kemampuan pemecahan masalah matematis. Perhitungan hasil uji coba reliabilitas item soal secara keseluruhan untuk tes kemampuan komunikasi matematis diperoleh nilai tingkat reliabilitas sebesar 0,66, sehingga dapat diinterpretasikan bahwa soal tes kemampuan komunikasi matematis mempunyai reliabilitas yang sedang. Untuk tes kemampuan pemecahan masalah matematis diperoleh nilai tingkat reliabilitas sebesar 0,44, sehingga dapat diinterpretasikan bahwa soal tes kemampuan komunikasi matematis mempunyai reliabilitas yang sedang juga.

c. Tingkat kesukaran

Instrumen yang baik terdiri dari butir-butir soal instrumen yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Tingkat kesukaran soal adalah peluang menjawab benar suatu soal pada tingkat kemampuan tertentu, yang digunakan untuk mengklasifikasi setiap item instrumen tes ke dalam tiga kelompok tingkat kesukaran untuk mengetahui apakah instrumen tergolong sulit, sedang atau mudah.

Tingkat kesukaran tiap item tes dapat dihitung dengan digunakan rumus berikut:

= (Suherman, 2003: 170)

Keterangan :

IK = Indeks kesukaran.

= Rata-rata yang menjawab benar. = Skor maksimal ideal.


(15)

Untuk menafsirkan tingkat kesukaran tersebut, dapat digunakan kriteria yang dikemukakan Suherman (2003:170) sebagai berikut :

Tabel 3.7

Kriteria Tingkat Kesukaran

Tingkat Kesukaran Interpretasi

IK=0,00 Soal terlalu sukar

0,00<IK 0,30 Soal sukar

0,30<IK 0,70 Soal sedang

0,70<IK 1,00 Soal mudah

IK= 1,00 Soal terlalu mudah

Hasil perhitungan tingkat kesukaran digunakan Anates Versi 4.0, diperoleh tingkat kesukaran tiap item soal tes kemampuan komunikasi matematis dan kemampuan pemecahan masalah matematis terangkum dalam Tabel 3.8 dan Tabel 3.9 berikut ini. Hasil perhitungan secara lengkapnya dapa dilihat pada lampiran B.2.

Tabel 3.8

Tingkat Kesukaran Item Soal Komunikasi Matematis

No. Soal Tingkat Kesukaran Interpretasi

1 40,63 Soal sedang

2 45,31 Soal sedang

3 93,75 Soal mudah

Tabel 3.9

Tingkat Kesukaran Item Soal Pemecahan Masalah Matematis

No. Soal Tingkat Kesukaran Interpretasi

1 26,56 Soal Sukar

2 46,88 Soal Sedang

3 39,06 Soal Sedang

Tingkat kesukaran untuk item soal kemampuan komunikasi matematis dua soal termasuk dalam kategori sedang yaitu soal nomor 1 dan 2, dan satu soal termasuk dalam kategori mudah yaitu soal nomor 3. Soal nomor 3 yang termasuk soal mudah, peneliti melakukan penggantian soal, karena pada umumnya siswa


(16)

mampu menjawab soal tersebut, sedangkan soal lainnya sudah layak untuk digunakan dalam penelitian.

Tingkat kesukaran untuk kemampuan pemecahan masalah matematis soal nomor 1 termasuk dalam kategori sukar. Untuk soal nomor 2 dan 3 termasuk dalam kategori soal sedang, pada soal ini sudah layak untuk digunakan dalam penelitian.

d. Daya Pembeda

Daya pembeda butir soal adalah kemampuan butir soal tersebut untuk

membedakan antara siswa yang pandai (upper group) dan siswa yang kurang pandai (lower group) atau antara siswa yang sudah menguasai kompetensi tertentu dengan siswa yang belum/kurang menguasai kompetensi berdasarkan kriteria tertentu. Sebuah soal dikatakan memiliki daya pembeda yang baik apabila siswa yang pandai dapat mengerjakan soal dengan baik, dengan siswa yang kurang pandai tidak dapat mengerjakan soal dengan baik.

Purwanto (2009) mengatakan untuk menghitung daya pembeda terlebih dahulu kita kelompokkan siswa dengan menentukan 25% termasuk kelompok pandai (upper group) dan 25% siswa yang termasuk kelompok kurang (lower

group). Menghitung daya pembeda dapat digunakan rumus yang dikemukakan

oleh (Suherman, 2003: 159) sebagai berikut:

$% = &− '

& keterangan:

DP = Daya Pembeda


(17)

' = jumlah skor pada kelompok bawah pada butir soal yang diolah & = jumlah skor ideal salah satu kelompok pada butir soal yang dipilih

Hasil perhitungan daya pembeda, kemudian diinterpretasikan dengan klasifikasi yang dikemukakan oleh (Suherman, 2003: 161) seperti tabel di bawah ini:

Tabel 3.10

Klasifikasi Daya Pembeda

Daya Pembeda Interpretasi

DP ≤ 0,00 Sangat rendah

0,00 < DP 0,20 Rendah

0,20 < DP 0,40 Sedang /cukup

0,40 < DP 0,70 Baik

0,70 < DP 1,00 Sangat baik

Hasil perhitungan daya pembeda untuk tes kemampuan komunikasi dan kemampuan pemecahan masalah matematis juga digunakan Anates Versi 4.0 yang disajikan masing-masing dalam Tabel 3.11 dan Tabel 3.12 berikut ini. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran B2.

Tabel 3.11

Daya Pembeda Tes Komunikasi Matematis

No. Soal Indeks Daya Pembeda Interpretasi

1 81,25 Sangat baik

2 90,63 Sangat baik

3 0,00 Sangat rendah

Tabel 3.12

Daya Pembeda Tes Pemecahan Masalah Matematis

No. Soal Indeks Daya Pembeda Interpretasi

1 21,88 Sedang

2 62,50 Baik

3 59,38 Baik

Dari kedua tabel di atas untuk item soal tes kemampuan komunikasi soal nomor 1 dan 2 mempunyai daya pembeda yang sangat baik, sedangkan soal


(18)

nomor 3 mempunyai daya pembeda yang sangat rendah, sehingga peneliti mengganti soal nomor 3 ini. Untuk kemampuan pemecahan masalah item soal nomor 1 mempunyai daya pembeda yang sedang, pada soal nomor 2 dan 3 mempunyai daya pembeda yang baik.

Berdasarkan uraian di atas, pada tabel berikut ini disajikan rangkuman uji coba yang dilakukan sebelum pelaksanaan penelitian.

Tabel 3.13

Hasil Uji Coba Tes Komunikasi dan Pemecahan Masalah Matematis

Validitas Reliabilitas IK DP

Kom PM Kom PM Kom PM Kom PM

0,814 0,445

0,66 0,44

40,63 26,56 81,25 21,88

0,887 0,767 45,31 46,88 90,63 62,5

0,065 0,664 93,75 39,06 0,00 59,38

Berdasarkan tabel di atas, terdapat satu soal komunikasi matematis yang validitasnya rendah, untuk reliabilitas kedua kemampuan pada tingkatan sedang, pada indeks kesukaran satu soal komunikasi matematis pada kategori mudah dan sebuah soal pemecahan masalah matematis pada kategori sukar, sedangkan pada daya pembeda kedua kemampuan tersebut terdapat satu soal yang daya pembedanya sangat rendah yaitu pada soal nomor tiga tes kemampuan komunikasi matematis. Oleh karena soal tes kemampuan komunikasi matematis mempunyai validitas yang rendah, indeks kesukaran yang terlalu mudah, dan daya pembeda yang rendah, maka soal tes ini diganti.

3. Instrumen Skala Sikap

Skala sikap siswa bertujuan untuk mengetahui sikap siswa terhadap proses pembelajaran dengan mengunakan strategi REACT. Dalam penelitian ini angket skala sikap disusun dengan mengacu pada skala Likert. Pada angket disediakan


(19)

empat skala pilihan yaitu: Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS) dan Sangat Tidak Setuju (STS). Pilihan ragu-ragu (RR) tidak digunakan, untuk menghindari jawaban aman, sekaligus mendorong siswa untuk menunjukkan keberpihakannya terhadap pernyataan yang diajukan. Penyusunan skala sikap diawali dengan pembuatan kisi-kisi, agar afektif yang hendak diukur terangkum secara proporsional.

Langkah-langkah mengukur skala sikap sebagai berikut: pemberian skor butir skala sikap dengan berpedoman kepada model skala Likert, yaitu (1) untuk pernyataan positif, jawaban SS diberi skor 4, S diberi skor 3, TS diberi skor 2, dan STS diberi skor 1; (2) untuk pernyataan negatif, jawaban SS diberi skor 1, S diberi skor 2, TS diberi skor 3, dan STS diberi skor 4. Kemudian mencari skor netral butir skala sikap, membandingkan skor sikap siswa untuk setiap item, indikator dan klasifikasi skala sikap dengan sikap netralnya, untuk melihat kecenderungan sikap siswa. Sikap siswa dikatakan positif jika skor sikap siswa lebih besar dari sikap netralnya, sebaliknya disebut negatif jika skor sikap siswa lebih kecil dari skor netralnya.

4. Lembar Observasi

Purwanto (2009: 149) mengatakan bahwa observasi adalah cara-cara menganalisis dan mengadakan pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku dengan melihat atau mengamati individu atau kelompok secara langsung. Observasi adalah suatu proses pengamatan dan pencatatan secara sistematis, logis, objektif, dan rasional mengenai berbagai fenomena, baik dalam situasi yang


(20)

sebenarnya maupun dalam situasi buatan untuk mencapai tujuan tertentu (Arifin, 2010: 153).

Lembar observasi diberikan kepada pengamat, untuk memperoleh gambaran secara langsung aktivitas belajar siswa dengan pembelajaran strategi

REACT dan aktivitas guru dalam menyajikan pembelajaran pada setiap

pertemuan. Tujuan dari pedoman ini adalah sebagai acuan dalam membuat refleksi terhadap proses pembelajaran dan keterlaksanaan strategi REACT.

5. Pengembangan Bahan Ajar

Pengembangan bahan ajar mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran. Pengembangan bahan ajar ini bertujuan untuk membantu siswa dalam mengembangkan daya pikirnya membangun konsep-konsep dan ide-ide matematis sehingga siswa diharapkan mempunyai kemampuan komunikasi dan pemecahan masalah matematis.

Bahan ajar yang digunakan pada kelas eksperimen adalah bahan ajar khusus yang dikembangkan dalam bentuk Lembar Kegiatan Siswa (LKS), yang berisi tugas-tugas yang menyajikan masalah yang akrab dengan kehidupan sehari-hari. Tugas tersebut dirancang sedemikian rupa sehingga memenuhi indikator komunikasi dan pemecahan matematis, sedangkan bahan ajar untuk kelas kontrol digunakan bahan ajar sebagaimana biasanya.

F. Teknik Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini akan dikumpulkan melalui tes, lembar observasi, dan angket skala sikap serta rekaman video. Data yang berkaitan dengan


(21)

kemampuan komunikasi dan pemecahan masalah matematis siswa dikumpulkan melalui tes (pretes dan postes). Penggunaan kamera video bertujuan untuk melihat pola berpikir siswa dalam menyelesaikan masalah dan dalam mengkomunikasikan ide-ide matematika, serta suasana kelas ketika proses belajar mengajar berlangsung, sedangkan data yang berkaitan dengan sikap siswa dalam pembelajaran matematika dengan strategi REACT dikumpulkan melalui angket skala sikap siswa.

G.Teknik Analisis Data

Ada dua jenis data yang dianalisis dalam penelitian ini, yaitu data kuantitatif dan kulitatif. Data kuantitatif adalah data hasil tes kemampuan komunikasi matematis dan pemecahan masalah matematis siswa, sedangkan data kualitatif adalah data hasil observasi, skala sikap.

Data-data yang diperoleh dari hasil pretes dan postes dianalisis secara statistik. Sedangkan hasil pengamatan observasi pembelajaran dianalisis secara deskriptif. Untuk pengolahan data penulis digunakan bantuan program software SPSS 16, dan Microsoft Excell 2007.

Setelah penelitian dilaksanakan, maka diperoleh data sebagai berikut:

1. Data skor pretes kemampuan komunikasi dan kemampuan pemecahan masalah matematis kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

2. Data skor postes kemampuan komunikasi dan kemampuan pemecahan masalah matematis kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.


(22)

4. Data hasil observasi pembelajaran matematika dengan strategi REACT.

Tahap-tahap analisis data yang akan dilakukan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Memberikan skor jawaban siswa sesuai dengan kunci jawaban dan sistem penskoran yang digunakan.

2. Menghitung statistik deskriptif skor pretes, skor postes, dan skor N-Gain meliputi skor terendah, skor tertinggi, rata-rata, dan simpangan baku.

3. Peningkatan kompetensi yang terjadi sebelum dan sesudah pembelajaran dihitung dengan rumus gain ternormalisasi, yaitu:

Gain ternormalisasi (g) =

skorpretes skorideal

skorpretes skorpostes

− −

(Hake, 1999)

Hasil perhitungan gain kemudian diinterpretasikan sebagai berikut:

Tabel 3.14

Klasifikasi Gain Ternormalisasi

Besarnya Gain (g) Interpretasi

g ≥ 0,7 Tinggi

0,3 ≤ g < 0,7 Sedang

g <0,3 Rendah

4. Melakukan uji normalitas untuk mengetahui kenormalan distribusi data skor pretes, postes dan gain ternormalisasI kemampuan komunikasi dan pemecahan masalah matematis digunakan uji statistik One-Sample

Kolmogorov- Smirnov untuk data ≤30 dan Shapiro-Wilk untuk data > 30. 5. Menguji homogenitas varians data skor pretes, postes dan gain peningkatan

kemampuan komunikasi dan pemecahan masalah matematis digunakan uji

Homogen of Varians (Levene Statistic).

6. Jika sebaran data normal dan homogen, akan dilakukan uji perbedaan dua rataan pretes dan gain ternormalisasi digunakan Compare Mean Independent


(23)

Samples Test. Selain mengkaji perbedaan rataan, penelitian ini juga mengkaji

Kategori Kemampuan Matematis (KKM) siswa tinggi, sedang, dan rendah. 7. Menguji perbedaan dua rataan data postes, dalam hal ini data postes

kelompok eksperimen berdasarkan KKM siswa, digunakan uji statistik yaitu ANOVA satu jalur.

8. Menguji perbedaan antara dua rataan data gain ternormalisasi, dalam hal ini antara data gain ternormalisasi kelompok eksperimen dan data gain ternormalisai kelompok kontrol berdasarkan KKM siswa. Uji statistik yang digunakan adalah ANOVA satu jalur.

9. Melihat interaksi antara kategori kemampuan matematis siswa dan pembelajarannya, uji statistik yang digunakan adalah ANOVA dua jalur. 10. Jika datanya tidak berdistribusi normal, maka uji yang dilakukan adalah uji

statistik non-parametrik seperti uji Mann-Whitney, uji Kruskal-Wallis. 11. Uji Korelasi

Uji korelasi digunakan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan atau asosiasi antara dua variabel atau lebih yang diamati. Uji Korelasi ini digunakan untuk pengujian hipotesis penelitian “Terdapat hubungan antara kemampuan komunikasi dan pemecahan masalah matematis siswa pada pembelajaran dengan digunakan strategi REACT”. Untuk data yang berdistribusi normal teknik menghitung koefisien korelasi yaitu dengan digunakan korelasi Pearson (Ruseffendi, 1993: 207).

− − − = } ) ( }{ ) ( { ) )( ( 2 2 2 2 Y Y N X X N Y X XY N r


(24)

Keterangan:

( = koefisien korelasi.

= banyak pasangan nilai-nilai.

∑ = jumlah perkalian nilai dan .

= jumlah nilai . = jumlah nilai .

∑ = jumlah kuadrat nilai .

= jumlah kuadrat nilai .

Selanjutnya untuk melihat dan meyakinkan adanya hubungan antara dua kemampuan tersebut dilakukan uji hipotesis sebagai berikut:

)* ∶ , = 0 Tidak terdapat korelasi antara kemampuan komunikasi dan pemecahan masalah matematis.

)- ∶ , ≠ 0 Terdapat korelasi antara kemampuan komunikasi dan pemecahan masalah matematis.

Uji statistik yang digunakan adalah uji-t dengan rumus:

/ = (01 − (− 2

Data yang tidak berdistribusi normal digunakan uji korelasi nonparametrik yaitu uji koefisien korelasi peringkat Spearman.

12. Mengukur Efektivitas

Untuk mendapatkan informasi tentang adanya perbedaan antar kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, khususnya untuk mengetahui efektifitas penggunaan strategi REACT jika dibandingkan dengan pembelajaran secara


(25)

konvensional, diperlukan Effect Size. Teknik statistik ini digunakan untuk mengetahui seberapa besar konstribusi strategi REACT dalam pembelajaran matematika. Menurut Marzano (2006) rumus yang digunakan :

1 =(2(3/3456748 94:= − (2(3/3 5;: 8;<

5;: 8;<

Tabel 3.14 Kriteria Effect Size

Kriteria Efektivitas Interpretasi

1 < 0,2 Rendah

0,2 ≤ 1 < 0,8 Sedang

1 ≥ 0,8 Tinggi

13. Data Non-Tes

a. Data skala sikap berguna untuk mengetahui kualitas sikap siswa terhadap pelajaran matematika, strategi REACT serta soal-soal komunikasi matematis dan pemecahan masalah matematis dilakukan dengan berpedoman kepada model skala Likert.

b. Data observasi dilakukan untuk melihat gambaran aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung dengan menerapkan strategi REACT. Analisis yang akan dilakukan dengan membandingkan skor rata-rata kelas eksperimen dan kelas kontrol.

H.Prosedur Penelitian

Berikut ini adalah prosedur penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti: 1. Persiapan:

a. Menyusun jadwal penelitian. b. Membuat rencana penelitian.


(26)

c. Menyusun instrumen penelitian. 2. Pelaksanaan:

a. Menentukan kelas kontrol dan eksperimen dari sampel yang ada. b. Melakukan pretes pada kedua kelas.

c. Melakukan pembelajaran sesuai dengan rencana pembelajaran untuk masing-masing kelas.

d. Melakukan postes pada kedua kelas.

e. Mengisi lembar observasi aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran.

f. Memberi angket skala sikap pada kelas eksperimen. 3. Pengumpulan Data


(27)

I. Bagan Prosedur Penelitian

Bagan prosedur penelitian ini dirancang untuk memudahkan dalam pelaksanaan penelitian. Selanjutnya prosedur penelitian ini dapat dilihat dalam bentuk diagram berikut:

Gambar 3.2 Diagram Alur Penelitian

Studi Pendahuluan: Identifikasi Masalah, Rumusan Masalah, Studi

Literatur, dll

Pengembangan & Validasi: Bahan Ajar, Pendekatan Pembelajaran, Instrumen

Penelitian dan Ujicoba

Pemilihan RespondenPenelitian

Pretes

Kelas Eksperimen Pelaksanaan Pembelajaran

Kelas Kontrol Pelaksanaan Pembelajaran Postes

Pengumpulan Data

Analisis Data

Kesimpulan

Observasi dan angket sikap siswa


(28)

J. Bagan Analisis Data tentang Pengujian Rerata/Rataan

Prosedur analisis yang dilakukan dalam penelitian ini dapat dilihat dari Gambar 3.3 berikut ini. Alur yang diikuti pertama kalinya dengan simbol .

Gambar 3.3 Prosedur Analisis Data Rerata/ rataan Ada beberapa sampel Ada Peubah Kontrol Sampel bebas Normal Uji U Mann-Whitney Homogenitas Uji-t Uji- t’ Anova 2-Jalur Bebas Normal Homogenitas Anova 1-Jalur Uji Scheffe Uji Kruskal-Wallis Manual Lebih dari 2

tidak Dua ya ya ya ya ya tidak tidak tidak ya Lanjutan Lanjutan ya


(29)

Keterangan Simbol: = lanjutkan = pertanyaan = jawaban akhir

Dari bagan tersebut yang dimaksud dengan beberapa sampel bebas yaitu pembelajaran dengan strategi REACT dan pembelajaran konvensional. Untuk peubah kontrol yang dimaksud dari bagan adalah Kategori Kemampuan Matematis (KKM) tinggi, sedang dan rendah.


(1)

Keterangan:

( = koefisien korelasi.

= banyak pasangan nilai-nilai.

∑ = jumlah perkalian nilai dan .

= jumlah nilai . = jumlah nilai .

∑ = jumlah kuadrat nilai .

= jumlah kuadrat nilai .

Selanjutnya untuk melihat dan meyakinkan adanya hubungan antara dua kemampuan tersebut dilakukan uji hipotesis sebagai berikut:

)* ∶ , = 0 Tidak terdapat korelasi antara kemampuan komunikasi dan pemecahan masalah matematis.

)- ∶ , ≠ 0 Terdapat korelasi antara kemampuan komunikasi dan pemecahan masalah matematis.

Uji statistik yang digunakan adalah uji-t dengan rumus:

/ = (01 − (− 2

Data yang tidak berdistribusi normal digunakan uji korelasi nonparametrik yaitu uji koefisien korelasi peringkat Spearman.

12. Mengukur Efektivitas

Untuk mendapatkan informasi tentang adanya perbedaan antar kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, khususnya untuk mengetahui efektifitas penggunaan strategi REACT jika dibandingkan dengan pembelajaran secara


(2)

konvensional, diperlukan Effect Size. Teknik statistik ini digunakan untuk mengetahui seberapa besar konstribusi strategi REACT dalam pembelajaran matematika. Menurut Marzano (2006) rumus yang digunakan :

1 =(2(3/3456748 94:= − (2(3/3 5;: 8;<

5;: 8;< Tabel 3.14 Kriteria Effect Size

Kriteria Efektivitas Interpretasi

1 < 0,2 Rendah

0,2 ≤ 1 < 0,8 Sedang

1 ≥ 0,8 Tinggi

13. Data Non-Tes

a. Data skala sikap berguna untuk mengetahui kualitas sikap siswa terhadap pelajaran matematika, strategi REACT serta soal-soal komunikasi matematis dan pemecahan masalah matematis dilakukan dengan berpedoman kepada model skala Likert.

b. Data observasi dilakukan untuk melihat gambaran aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung dengan menerapkan strategi REACT. Analisis yang akan dilakukan dengan membandingkan skor rata-rata kelas eksperimen dan kelas kontrol.

H.Prosedur Penelitian

Berikut ini adalah prosedur penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti: 1. Persiapan:

a. Menyusun jadwal penelitian. b. Membuat rencana penelitian.


(3)

c. Menyusun instrumen penelitian. 2. Pelaksanaan:

a. Menentukan kelas kontrol dan eksperimen dari sampel yang ada. b. Melakukan pretes pada kedua kelas.

c. Melakukan pembelajaran sesuai dengan rencana pembelajaran untuk masing-masing kelas.

d. Melakukan postes pada kedua kelas.

e. Mengisi lembar observasi aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran.

f. Memberi angket skala sikap pada kelas eksperimen. 3. Pengumpulan Data


(4)

I. Bagan Prosedur Penelitian

Bagan prosedur penelitian ini dirancang untuk memudahkan dalam pelaksanaan penelitian. Selanjutnya prosedur penelitian ini dapat dilihat dalam bentuk diagram berikut:

Gambar 3.2 Diagram Alur Penelitian Studi Pendahuluan:

Identifikasi Masalah, Rumusan Masalah, Studi

Literatur, dll

Pengembangan & Validasi: Bahan Ajar, Pendekatan Pembelajaran, Instrumen

Penelitian dan Ujicoba

Pemilihan RespondenPenelitian

Pretes

Kelas Eksperimen Pelaksanaan Pembelajaran

Kelas Kontrol Pelaksanaan Pembelajaran

Postes

Pengumpulan Data

Analisis Data Kesimpulan Observasi dan


(5)

J. Bagan Analisis Data tentang Pengujian Rerata/Rataan

Prosedur analisis yang dilakukan dalam penelitian ini dapat dilihat dari Gambar 3.3 berikut ini. Alur yang diikuti pertama kalinya dengan simbol .

Gambar 3.3 Prosedur Analisis Data Rerata/ rataan Ada beberapa sampel Ada Peubah Kontrol Sampel bebas Normal Uji U Mann-Whitney Homogenitas Uji-t Uji- t’ Anova 2-Jalur Bebas Normal Homogenitas Anova 1-Jalur Uji Scheffe Uji Kruskal-Wallis Manual

Lebih dari 2

tidak Dua ya ya ya ya ya tidak tidak tidak ya Lanjutan Lanjutan ya


(6)

Keterangan Simbol: = lanjutkan = pertanyaan = jawaban akhir

Dari bagan tersebut yang dimaksud dengan beberapa sampel bebas yaitu pembelajaran dengan strategi REACT dan pembelajaran konvensional. Untuk peubah kontrol yang dimaksud dari bagan adalah Kategori Kemampuan Matematis (KKM) tinggi, sedang dan rendah.